Agonis & antagonis

20
HUBUNGAN DOSIS DENGAN INTENSITAS EFEK Teori Pendudukan reseptor (reseptor occupancy) Intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya. Intensitas efek mencapai maksimal jika seluruh reseptor diduduki oleh obat.

Transcript of Agonis & antagonis

HUBUNGAN DOSIS DENGAN INTENSITAS EFEK

Teori Pendudukan reseptor (reseptor occupancy)

Intensitas efek obat berbanding lurus dengan

fraksi reseptor yang diduduki atau diikatnya.

Intensitas efek mencapai maksimal jika seluruh

reseptor diduduki oleh obat.

D + R DR E

E = Emax (D) KD + (D)E = Intensitas efek obat E max = Efek maksimal

(D) = Kadar obat bebasKD = Konstanta disosiasi komplek obat

reseptor

Bila KD = (D), maka

E = E max (D) = ½ E max (D) + (D)

Ini berarti 50 % reseptor diduduki oleh obat.

Dosis berbanding lurus dengan respon obatRespon berhenti pada konsentrasi tertentu

Variabel hubungan dosis – intensitas efek

1. Potensi

2. Slope

3. Efek maksimal

4. Variabel Biologis

1. PotensiMenunjukan rentang dosis obat yang menimbulkan efek

Besarnya potensi ditentukan oleh :a. Kadar obat yang mencapai reseptor (sifat

farmakokinetik)b. Afinitas obat terhadap reseptornya

2. Efek maksimalRespon maksimal yang ditimbulkan bila obat diberikan pada dosis yang tinggi. Ini ditentukan oleh aktivitas instrinsik obat dan ditunjukan oleh dataran (plateu) pada DEC

3. Slope

Merupakan lereng log DEC yang

menunjukan batas keamanan obat

4. Variasi Biologik

Variasi antar individu dalam besarnya

respon terhadap dosis yang sama dari suatu

obat

Variabel hubungan dosis –intensitas efek

Agonis obat yang memiliki afinitas

dan aktivitas instrinsik. Berdasarkan kepada

respon farmakologis maksimal yang terjadi

ketika semua reseptor diduduki

Agonis dan antagonisme farmakodinamik

Agonis dapat dibedakan menjadi, agonis parsial dan

agonis penuh (full agonis). Agonis parsial merupakan

agonis yang lemah, artinya mempunyai aktivitas

instrinsik dan efektifitas yang lebih rendah sehingga

efek maksimalnya lemah

Antagonis

Antagonis adalah senyawa yang menurunkan

atau mencegah sama sekali efek agonis.

Secara farmakodinamik dapat dibedakan,

menjadi antagonis fisiologis dan antagonis

pada reseptor.

1. Antagonis fisiologis

Terjadi pada organ yang sama, tetapi pada

sistem reseptor yang berlainan.

Misalnya efek bronkokonstriksi histamin

pada bronkus lewat reseptor histamin,

dapat dilawan dengan pemberian adrenalin

yang bekerja pada adrenoreseptor β.

2. Antagonis pada reseptor

Terjadi melalui sistem reseptor yang sama,

artinya antagonis mengikat reseptor di

tempat ikatan agonis (receptore site atau

active site) sehingga terjadi antagonis

antara agonis dengan antagonisnya.

Antagonis pada reseptor dapat dibedakan menjadi :

1. Antagonis kompetitif Senyawa ini tidak mampu menimbulkan efek

dan tidak menunjukkan aktivitas instrinsik. Antagonis berikatan dengan receptore site secara reversibel sehingga dapat digeser oleh agonis kadar tinggi. Dalam suatu konsentrasi agonis tertentu, peningkatan konsentrasi antagonis kompetitif secara progresif menghambat respon dari agonis, sedangkan konsentrasi antagonis yang tinggi akan mencegah respon secara keseluruhan.

b. Antagonis nonkompetitif Antagonis berikatan dengan receptore site

secara ireversibel. Antagonis ini membentuk ikatan kovalen dengan reseptornya. Setelah kedudukan reseptor pada proporsi yang besar oleh antagonis nonkompetitif, jumlah reseptor yang tidak diduduki sedikit sehingga agonis dengan konsentrasi yang tinggi tidak dapat mengatasi antagonisme yang ada dan respon agonis yang maksimal tidak dapat dicapai. Tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah