10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

download 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

of 38

Transcript of 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    1/38

    AGONIS

    DAN

    ANTAGONIS

    ADRENERGIK

    I.

    KAIEKOI-AMIN

    DAN

    OBAT-OBAI

    SIMPAIOMIMETIK

    Kerja katekolamin

    d"an

    senyawa

    simpatomimetik

    dapat

    digolongkan

    ke

    dalam

    tujuh

    tipe

    besar:

    (1)

    kerja

    eksi-

    tarori perifer

    terhadap

    otot polos

    (misalnya,

    dalam

    pem-

    buluh

    darah

    yang

    memasok

    kulit,

    ginjal,

    dan

    membran

    mukosa)

    dan

    pada

    sel-sel

    kelenjar

    (misalnya,

    pada

    kelenjar saliva dan

    kelenjar keringat);

    (2)

    keLja peng-

    hambatan perifer

    terhadap

    beberapa

    tipe

    otot polos

    yang

    lain

    (misalnya,

    pada

    dinding

    usus,

    di

    cabang-cabang

    bronkus, dan

    di pembuluh

    darah yang

    memasok otot

    rangka);

    (3)

    kerja eksitasi

    jantung

    (peningkatan

    frekuensi

    jantung dan

    kekuatan

    kontraksi);

    (4)

    kerja

    metabolik

    (misalnya,

    peningkatan

    glikogenolisis

    di hati dan

    otot

    serta

    pelepasan

    dipercepat

    asam

    lemak

    bebas

    dari

    iaring'

    an adiposa);

    (5)

    kerja endokrin,

    (misalnya,

    modulasi

    sekresi

    insulin,

    renin,

    dan

    hormon

    hipofisis);

    (6)

    kerja

    sistem

    saraf

    pusat

    (SSP) (misalnya,

    stimulasi

    pernapasan,

    peningkatan

    kesiagaan dan

    aktivitas

    psikomotor

    serta

    berkurangnya

    nafsu makan); dan(7)

    kerja prataut

    (p.tg-

    hambatan ata.u

    fasilitasi pembebasan

    neurotransmiter;

    secara fisiologis,

    kerja

    penghambatan

    lebih penting).

    Tidak semui obat

    simpatomimetik

    memperlihatkan

    setiap tipe

    kerja di

    atas

    pada

    tingkat yang

    sama;

    namun,

    banyak perbedaan

    efeknya

    hanya bersifat

    kuantitatif.

    Pemahaman

    mengenai sifat

    farmakologis dari

    senya-

    wa

    simpatomometik

    dan

    antagonisnya

    sangat

    ber-

    gantung

    pada

    pemahaman

    klasifikasi, distribusi,

    dan

    mekanisme kerja

    berbagai

    reseptor

    adrenergik

    a

    dan

    B

    (lihatTabel

    6-1,

    5-6,

    6-7,

    Gambar

    10-1,

    dan

    Tabel

    I 0-6).

    KI.ASIFIKASI

    OBAT:OBAI

    SIMPAIOMIMETIK

    Katekolamin

    dan

    obat-obatan

    simpatomimetik

    diklasi-

    fikasikan berdasarkan

    kerjanya, yaitu

    kerja

    langsung,

    tidak

    langsung, atau

    campuran. Obat

    yang

    mempunyai

    kerja langsung bekerja

    iecara

    langsung

    pada satu

    atau

    iebih reseptor

    adrenergik.

    Obat dengan

    kerja tidak

    lang-

    sung bekerja dengan

    cara meningkatkan

    ketersediaan

    norepinefrin

    (NE)

    atau

    epinefiin

    (Epi)

    untuk

    men-

    stimulasi

    reseptor adrenergik

    (dengan

    melepaskan atau

    memindahkan

    NE

    dari

    varikosit

    saraf

    simpatik

    [misal-

    nya,

    amfetamin]

    ;

    dengan menghambat

    penghantaran

    NE ke saraf simpatik

    [misalnya,

    kokain]; atau dengan

    cara menghambat enzim

    metabolik

    MAO

    [misalnya,

    pargilin) atau

    COMT

    [misalnya,

    entahapon].

    Obat-

    obatan yang

    melepas NE,

    secara

    tidak

    langsung

    dan

    juga

    secara langsung mengaktivasi reseptol' digolongkan

    sebagai obat-obatan

    simpatomimetik kerja campuran

    (contohnya,

    efedrin). Klasifikasi

    terSebut

    tidak mutlak

    dan

    aktivitasnya mungkin

    dapat

    saling tumpang tindih;

    contoh obat-obatan

    tercantum

    pada

    Gambar

    10-1.

    B-phenylethylamine,

    crncin

    benzen

    dengan

    rantai

    sam-

    ping

    etilamin, dapat dilihat sebagal struktur

    induk

    dari

    amina

    simpatomimetik

    (Tabel

    10-1). NE,

    Epi, dopamin

    (DA,),

    isoproterenol, dan sejumlah kecil senyawa lainnya

    me mpun

    y

    ai

    g

    ug

    u

    s

    h id roksil

    y

    an

    g

    te

    rsubstitu

    si

    p

    ad

    a

    ci

    nc

    i

    n

    benzen

    pos/sr

    3 dan

    4. Karena o-dihydroxybenzene

    juga

    dikenal

    sebagai

    katekol, amina simpatomimetik dengan

    gugus

    hidroksll

    fersubsflfusl

    pada

    cincin aromatiknya ini

    dinamakan katekolamin.

    Banyak

    obat simpatomimetik

    kerja langsung memeng'aruhi

    reseptor

    a

    dan

    B

    sekaligus,

    namun

    perbandingan

    aktivitas di antard obalobatan ter-

    sebut beruariasi dalam spektrum

    kontinu mulai

    dariyang

    memiliki

    aktivitas

    dominan

    pada

    reseptar a

    (fenilefrin)

    sampai

    yang

    dominan

    aktivitasnya

    pada

    reseptor

    B

    (isoproterenot).

    Aktivitas a dan

    B

    maksimum tergantung

    pada

    adanya

    gugus

    hidroksil

    pada

    posisi

    3

    dan

    4.

    Respons terhadap

    nonkatekolamin sebagian ditentukan

    oleh

    kapasitas

    obat-obat

    tersebut untuk melepaskan

    NE

    dai

    tempat

    penyimpanan.

    Feniletilamin

    yang

    tidak

    memiliki

    gugus

    hidroksil

    pada

    cincinnya seda

    gugus

    B-hidroksil

    pada

    rantai sampingnya bekerja

    hampir hanya

    dengan cara menyebabkan

    pengeluaran

    NE dari tempat

    penyimpanan

    NE

    di

    ujung saraf

    simpatik.

    Senyawa tak-

    fersubsfifusi afau fersubstitus

    i alkil lebih mud ah melewati

    sawar

    darah-otak serta lebih

    memiliki

    aktivitas sentral.

    OIeh

    karena

    itu,

    efedrin, amfetamin,

    dan

    metamfetamin

    menunjukkan aldivitas SSP secara berafti, dan tidak

    adanya

    gugus

    polar

    hidroksil

    berakibat

    pada

    hilangnya

    aktivitas

    si

    m

    p

    ato

    mimeti

    k

    I

    an

    g

    su

    ng.

    Katekolamin hanya memiliki durasi

    kerja

    singkat

    sefta tidak efektif

    ketika diberikan

    per

    oral karena kate-

    kolamin

    diinaktivasi secara

    cepat di mukosa usi;s

    dan

    hatl

    (lihat

    Bab 6).

    Senyawa-senyawa

    tanpa

    satu

    atau

    "

    kedua

    subsllfuen

    hidroksil bukan merupakan

    substrat

    untuk

    COMT,

    dan

    efektivitas

    oral

    serta durasi kerjanya

    r35

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    2/38

    136

    secIAN

    II

    obat-obat

    yang Bekerja

    pada

    Tempat Pertautan

    Sinaps

    dan

    Neuroefektor

    01

    -feni

    l6fri n

    qz-klonidin

    9,-dobutamin

    P2-terbutalin

    al o2-oksimetazolin

    01 o2-isoproter€nol

    s1 o2

    Pt P2-epinefrin

    o1 a2

    P1-norepineirin

    Efedrin

    Amfetamin

    (q1

    d2

    9j P2

    dan

    Tiramin

    senyawa

    pelepas)

    Kokain

    pargilin

    Entakapon

    R".ponu-r*"pon"

    r

    i

    tidak

    be*urang

    jika

    sebelumnya

    diberikan reserpin

    atau

    gua

    netidin. Respans

    dapat d ipotensiasi

    ote

    h

    kokain,

    reserpin. dan

    guanetidin.

    Respons ini

    berkunng

    jika

    sebelumnya

    diberikan

    reserpin

    afau

    guanetidin.

    meningkat.

    Substitusi

    pada

    karbon

    d memblok

    deaminasi

    oksidastif

    oleh MAO

    sehingga

    memperpanjang

    durasi

    kerja

    nonkatekolamin.

    Oleh

    sebab

    itu,

    durasikerja

    efedrin

    dan amfetamin

    berada

    dalam

    kisaran

    jam,

    bukan

    menit.

    Subsfifusl

    satu

    gugus-OH

    pada

    karbon

    B

    secara

    umum

    menurunkan

    aktivitas

    di dalam

    SSP

    (terutama

    karena

    mengurangi

    kelarutannya

    dalam

    lemak),

    tetapi

    sangat

    meningkatkan

    aktivitas

    agonis

    pada

    reseptor

    adrenergik

    a

    dan

    B.

    EFEK

    FISIOLOGIS

    AKIBAT

    STIMULASI

    RESEPTOR

    ADRENERGIK

    Kunci

    dalam respons

    sel atau

    organ

    rer-

    hadap

    amina sirhpatomimetik

    adalah

    densitas

    din pro-

    porsi

    dari resepror

    adrenergik

    a

    dan

    p.

    Sebagai conroh,

    reseptor

    pada

    otot

    halus

    bronkial

    sebagian

    besar

    merupa-

    kan

    subtipe

    f

    ,;

    jadi,

    NE

    (yang

    rerurama

    menstimulasi

    reseptor

    f

    ,

    d^n

    a) memiliki

    relatif

    sedikit

    kemampuan

    untuk meningkatkan

    aliran

    udara bronkial.

    Sebaliknya,

    isoproterenol

    (agonis

    B)

    sera

    Epi

    (agonis

    a

    dan

    B)

    merupakan

    bronkodilato

    t

    yangpoten.

    Pembuluh

    darah

    kutan

    secara

    fisiologis

    hampir

    hanya

    mengekspresikan

    reseptor

    a;

    jadi,

    NE dan Epi menyebabkan

    konsrriksi

    pembuluh-pembuluh

    darah tersebut,

    semenrara

    iso-

    proterenol hanya mengakibatkan

    sedikit efek. Otot

    halus

    pembuluh

    darah yang

    menyuplai

    otot

    rangka

    memiliki

    resepror

    a

    dan

    Brsekaligus;

    aktivasi

    reseptor/,

    mengakibarkan

    vasodilatasi,

    sedangkan

    stimulasi

    resep-

    tor

    a mengakibatkan

    kontraksi

    pembuluh

    darah tipe

    ini.

    Pada

    tipe

    pembuluh

    ini,

    konsentrasi

    ambang

    Epi

    GAMBAR

    10-1

    Klasifikasi

    agonls

    resepfor

    adrenergik

    dan

    obat-obatan yang

    meng-

    hasilkan

    efek

    simpatomrmefk

    Diberikan

    prototipe

    0bat untu

    k tiap

    kategori,

    *

    Sebenarnya

    bukan

    merupakan

    obatobat

    simpatomimetik

    namun

    menghasilkan

    efek

    simpatomimetik,

    Respons

    menghilang

    jika

    se beluoTnya

    d heika

    n rcserpin

    alau

    guanetidln.

    untuk

    me.ngaktivasi

    reseptorp,

    lebih

    rendah

    dibanding-

    kan

    untuk

    mengaktivasi

    resepior

    a, namun

    bila

    kedria

    reseptor

    diaktifkan

    oleh

    Epi

    konsentrasi

    tinggi,

    respons

    terhadap

    resepror

    a

    lebih

    dominan;

    konsentrasi

    fisio-

    logis

    Epi

    rerurama

    mengakibatkan

    vasodilatasi.

    Respons

    terintegrasi

    dari organ

    terhadap

    amina

    simpato-

    mimetik

    berasaltidak

    hanya

    dari

    efek

    langsungnya,

    tetapi

    juga

    berasal

    dari

    refleks

    p.enyesuaian

    hemostasis.

    Efek

    dari

    banyak

    amina

    simpatomimetik

    adalah

    peningkatan

    tekanan

    darah

    afteial

    yang

    disebabkan

    oleh

    stimulasi

    reseptor

    a

    adrenergik

    vaskular.

    Strmu/asl

    ini menghilang-

    kan

    refleks

    kompensasi (dimediasi

    o/eh

    slsfem

    b aroresep-

    tor

    karotid-aortik)

    yang

    menyesuaikan

    aliran

    SSp menulu

    sistem

    kardiovaskular.

    Akibatnya,

    tonus

    simpatik

    akan

    dihilangkan

    serfa fonus

    vagal

    meningkat;

    tiap

    respons

    ini

    menghasilkan

    perlambatan

    denyut

    jantung.

    Sebaliknya,

    ketika

    obat

    (contohnya,

    agonis

    p)

    menurunkan

    tekanan

    darah

    rata+ata

    pada

    mekanoreseptor

    sjnus

    karotid

    dan

    Iengkung

    aorta,

    refleks

    baroreseptor

    bekerja

    untuk me-

    normalkan

    tekanan

    dengan

    menurunkan

    arus

    parasim-

    patik

    (vagal)

    dari

    SSP ke

    jantung,

    serla

    meningkatkan

    arus

    simpatik

    menuju

    jantung

    dan

    pembuluh-pembuluh

    darah,

    Efek

    refleks baroreseptor

    sangat

    penting

    bagi

    obat-obatan yang

    mempunyai

    kapasitas

    kecit

    untuk

    meng-

    aktivasi

    reseptor

    B

    secara

    |angsung.

    Adanya

    penyakit

    (contohnya,

    alerosklerosis)

    yang

    dapat

    merusak

    meka-

    nisme

    baroreseptor

    dapat

    memperkuat

    efek obat-obat

    simpatomimetik.

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    3/38

    BAB

    10

    Agonis dan Antagonis Adrenergik 137

    Tabel 10-1

    Struktur

    Kimia dan

    Kegunaan Klinis Utama dari

    Obat-obat Simpatomimetik

    Pentingt

    Kegunaan Klinis Utama

    5c

    l--\ ll

    r'

    ,

    (/

    \-sH-gH-NlH

    \=11

    I

    I

    ttl

    Reseptor a Reseptor

    0

    SSP, O

    Feniletilamin

    Epinefrin

    Norepinefrin

    Dopamin

    Dobutamin

    Terbutalin

    Metaraminol

    Fenilefrin

    Tiramin

    H

    3-0H,4-OH

    0H

    3-0H,4-OH

    0H

    3-OH,4-0H

    H

    3-0H,4-0H

    H

    3-0H,5-0H

    OH

    3-0H

    0H

    3-OH

    OH

    4-OH

    H

    cH2cH3

    H

    H CH(CH3)'

    cH,cH3

    cH(cH3)'

    H

    H

    CH,

    H

    H

    CH,

    CH,

    H

    CH,

    H

    CH,

    CH,

    CH,

    cH,

    CH,

    4

    a

    CH,

    o

    7*

    o*

    U

    H

    H

    H

    H

    H

    H

    H

    CH,

    H

    H

    1*

    c(cH.).

    P

    P

    P

    P

    P

    B

    B

    B

    B

    B

    B

    Kolterol

    3-0H,4-0H

    0H

    Etilnorepinefrin

    3-OH,4-0H

    OH

    lsoproterenol

    3-0H,4-0H

    0H

    lsoetarin

    3-0H,4-0H

    0H

    lvetaproterenol 3-0H,5-0H

    OH

    Hidroksiamfetamin

    4-OH

    Ritodrin

    4-OH

    Prenalterol

    4-0H

    H

    OH

    oHl

    CH(CHJ,

    c(cHJ3

    H

    CH,

    H

    H

    2*

    cH(cH3)'

    H

    c(cHJ3

    H

    CH,

    J

    CH,

    H

    CH,

    H

    AU

    SSP,

    O

    ssq 0

    0

    0

    0

    0

    0

    0

    Metoksamin

    2-OCH3'5-0CH3

    0H

    Albuterol 3-CHrOH,4-OH

    OH

    H

    H

    H

    OH

    OH

    H

    H

    H

    Amfetamin

    Metamfetamin

    Benzfetamin

    Efedrin

    Fenilpropanolamin

    Mefentermin

    Fentermin

    Propilheksedrin

    5'

    Dietilpropion

    Fenmetrazin

    Fendimetrazin

    N

    N

    N

    4

    9H.

    I

    -c-

    cHs

    cH.

    t"

    N

    I

    cHz

    -c",-cH,@oH

    1

    -1H-tc",r,-@oH

    cH.

    .h

    ()

    o-cH^

    ,/

    -cH

    cH.

    \./

    CH-N

    tl

    cH3 cH3

    7

    o-cH^

    /\'

    -cH

    cH.

    \

    CH_NH

    I

    CH.

    -f

    -?H-T-c,Hs

    o

    cH3

    c2H5

    (Berlanjut)

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    4/38

    138

    sA,cIAN II obat-obat

    yang Bekerja pada Tempat Pertautan

    Sinaps dan Neuroefektor

    Tabel 10-1

    Struktur

    Kimia dan Kegunaan

    Klinis Utama dari

    Obatobat Simpatomimetik

    Pentingl

    (lanjufanf

    Aldivitas

    a

    A

    =

    Reaksi

    alergi

    (termasuk

    kerja

    B)

    N

    =

    Dekongesti nasal

    P

    =

    Presor

    (mungkin

    termasuk keqa

    B)

    V

    =

    Vasokonstriksi

    lokal lainnya

    (misalnya,

    pada

    anestesia lokal)

    Aktivitas

    B

    B

    =

    Bronkodilator

    C

    =

    Kardiak

    U

    =

    Uterus

    SSP

    =

    Susunan

    saraf

    pusat

    0

    =

    Anorektik

    'Angka

    dengan

    tanda

    bintang

    mengacu

    pada

    substituen bernomor

    pada

    bagian bawah

    tabel; substltuen

    3

    menggantikan

    atom N,

    substituen

    5 menggantikan cincin

    fenil,

    dan 6,7 serta

    B

    berikatan

    langsung

    dengan cincin fenil, menggantikan rantai

    samping

    etilamin,

    ta

    dan

    /

    dalam formula

    prototipe

    mengacu

    pada posisi

    atom

    C

    pada

    rantai

    samping etilamin.

    tPranalterol

    memlliki

    -OCH,-

    di

    antara cincin

    aromatik

    dan atom

    karbon

    yang

    merupakan

    /

    pada

    formula

    prototlpe.

    KAIEKOI-{MIN

    ENDOGEN

    Epinefrin

    (Epi)

    Epinefrin

    (adrenalin)

    merupakan

    stimulan kuat baik

    untuk

    reseptor

    adrenelgik

    a

    maupun

    B,

    dan

    efeknya

    pada organ target

    cukup

    kompleks.

    Sebagian

    besar

    respons

    yang tertera pada Tabel

    6-1

    tellihat

    setelah

    pemberian

    inj eksi

    Epi

    (meskipun

    berkeringat, piloereksi,

    dan

    midriasis

    bergantung pada status fisiologis subjek).

    Efek menonjol

    yang

    utama

    adalah kerja

    pada

    jantung

    dan

    pada

    pembuluh

    serta

    otot polos

    lain.

    Efek

    Epi

    menghasilkan

    kembali stimulasi medula

    adrenal

    dan

    sering

    didesklipsikan

    oleh

    paradigma

    "lawan

    atau

    lari."

    TEKANAN

    DARAH Epinefrin merupakan

    vasopre-

    sol

    poten. Jika

    Epi

    dalam

    dosis

    farmakologis diberikan

    secara

    cepat

    melalui rute intravena,

    dosis tersebut akan

    meningkatkan

    tekanan

    darah

    secara

    cepat sampai

    puncak

    yang

    sebanding

    dengan dosis

    tersebut. Peningkatan

    tekanan sistolik lebih

    besar

    daripada kenaikan

    tekanan

    diastolik sehingga tekanan

    nadi

    meningkat.

    Setelah

    respons

    berkurang, tekanan rata-rata

    dapat

    turun

    di

    bawah normal sebelum

    kembali

    ke

    tekanan kontrol.

    Mekanisme

    peningkatan tekanan darah

    yang disebabkan

    oleh epinefrin

    ada

    tiga macam:

    (1)

    stimulasi miokardial

    langsung

    yang meningkatkan kekuatan kontraksi ventri-

    kular

    (kerja

    inotropik

    positil

    melalui reseptor

    f

    ,);

    (2)

    peningkatan

    denyut

    jantung (kerja

    kronotropik

    positif,

    melalui

    reseptor/,);

    dan (3) vasokonstriksi

    pada

    banyak

    jaringan

    vaskular

    (terutama

    pada pembuluh

    darah

    resis-

    tensi

    prakapileL

    di

    kulit, mukosa,

    dan

    ginjal)

    disertai

    konstriksi

    vena

    yang nyata

    (melalui

    reseptor a).

    Denyut

    nadi,

    yang

    m.ula-mula dipercepat

    oleh

    efek langsung

    kronotropik

    positif

    dari Epi,

    dapat menjadi

    sangat

    lambat

    seiring

    meningkatnya tekanan

    darah

    akibat

    refeks kompensas

    baroreseptor'

    (bradikardia

    karena

    pembebasan

    vagus). Dosis rendah

    epinefrin

    (0,1

    mg/kg)

    dapat menyebabkan

    penurunan

    tekanan

    darah.

    Efek

    depresor

    pada dosis

    kecil

    dan

    respons bifase

    terhadap

    dosis

    yang

    lebih

    besar

    disebabkan

    oleh

    sensitivitas re-

    septor/,

    vasodilator terhadap

    epinefrin lebih

    besar

    dari-

    pada leseptor

    a konstriktor.

    Efek tersebut

    agak berbeda

    jika

    obat diberikan me-

    lalui infus intlavena

    lambat

    atau melalui injeksi

    sub-

    kutan.

    Absorpsi Epi setelah

    injeksi subkutan

    berlang-

    sung

    lambat karena kerja

    vasokonstriktol

    Iokal. Terdapat

    peningkatan

    sedang pada tekanan

    sistolik

    yang disebab-

    kan

    oleh peningkatan

    kekuatan

    kontlaktilitas

    jantung

    dan peningkatan

    curah

    jantung (Gambar

    10-2). Resis-

    tensi perifer berkurang

    karena

    kelja

    leseptor

    B,

    pem-

    buluh

    yang dominan di otot rangka,

    rempar teLjadinya

    peningkatan

    aliran

    darah; akibatnya, tekanan diastolik

    biasanya

    menurun. Karena

    tekanan

    darah

    rata-rata

    tidak banyak mengalami

    kenaikan,

    r'efleks

    baroreseptor

    kompensasi

    tidak

    terlalu menganragonis

    kelja langsung

    terhadap

    jantung.

    Denyut

    jantung,

    curah

    jantung,

    volume

    stroke,

    dan

    kerja

    stroke ventrikel kiri meningkat

    akibat stmulasi langsung

    pada

    jantung

    dan peningkatan

    aliran

    balikvena

    ke

    jantung,yangtercermin

    dari pening-

    katan tekanan

    atrium kanan. Pada laju

    infus

    yang

    sedikit

    Iebih

    tinggi,

    resistensi perifer

    dan tekanan

    diastolik

    dapat konstan

    atau

    naik sedikit, belgantung

    pada

    dosis

    dan

    resultan rasio

    reSpons

    a

    terhadap

    P

    di

    belbagai

    jaringan

    vaskular; refeks

    kompensasi

    juga

    dapat ber-

    pengaruh.

    Efek infus

    intravena

    Epi,

    NE,

    dan

    iso-

    proterenol

    pada manusia

    dibandingkan pada Thbel

    10-2

    dan

    Gambar

    l0-2.

    EFEK

    VASKULAR

    Kelja

    ucama

    Epi

    di pembuluh

    darah adalah

    terhadap arteriol kecil

    dan

    sfingter pre-

    kapiler,

    walaupun vena dan arteri besar

    juga

    merespons

    obat

    ini.

    Berbagai

    jaringan

    vaskulal memberi

    reaksi

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    5/38

    NorePinefrin

    KECEPATANlOO-

    :

    I

    DENYUT

    .

    -]-1____i

    (detaldmenit) 50

    J

    ;-----l

    Epinefrin

    JL

    BAB

    10

    Agonis

    danAntagonisedrenergik

    139

    GAMBAR

    10-2

    Efek

    pemberian

    infus

    NE,

    Epi,

    dan

    isoprofereno/

    secara

    intravena

    pada

    manusia'

    tetap, fraksi

    fittrasi

    meningkat

    secara

    konslsfen.

    Ekskresi

    Na*,

    K,

    dan

    Cf

    berkurang.

    Reabsorpsl

    tubular

    maksimal

    dan kapasitas

    ekskresi

    tidak

    mengalami

    perubahan.

    Sekresl

    renin

    meningkat

    akibat

    sfimu/asl

    reseptor

    B,

    di

    set

    jukstaglomerular (ihal G ambar

    30-2)'

    Epi meningkatkan

    tekanan

    artei

    dan

    vena

    pulmonal'

    Walaupun

    teriadi

    vasokonsfnksi

    pulmonal

    langsung'

    redistribusi

    darah

    dari

    sirkulasisisfemlk

    ke sirkulasi

    puF

    monal,

    karena

    konstriksi

    otot

    yang

    lebih

    kuat

    pada

    vena

    besar

    slsfemlk,

    sangat

    berperan

    terhadap

    kenaikan

    tekanan

    pulmoner.

    Konsentrasi

    Epi

    yang

    sangat

    tinggi

    dapat

    menyebabkan

    edema

    pulmoner

    yang

    disebabkan

    oteh

    penirykatan tekanan

    filtrasi

    kapiler

    paru

    dan

    mungkin oleh kapiler

    yang

    "bocof'.

    Atiran

    darah

    koroner

    ditingkatkan

    oleh Epi

    atau

    oleh

    sflmu/asl

    slmpa

    tik

    antung

    pada

    kondisi

    fisiologis.

    Pening'

    katan

    atiran

    yang

    teriadi

    bahkan

    dengan

    dosis

    yang

    tidak

    menaikkan

    tekanan

    darah

    aorta,

    disebabkan

    oleh

    dua

    fal

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    6/38

    140

    secrAN

    Tabel 1 0.2

    Perbandingan

    Efek lnfus

    lntravena

    Epinefrin

    dan

    Norepinefrin

    pada

    Manusia"

    Kardiak

    Detak

    jantung

    Volume

    sekuncup

    Curah

    jantung

    Aritmia

    Aliran darah

    koroner

    Tekanan

    darah

    Arterial

    sistolik

    Arterial rata-rata

    Arterial

    diastolik

    Pulmonari

    rata-rata

    Sirkulasi Periferal

    Hambatan

    perifer

    total

    Aliran

    darah serebral

    Allran darah

    ke

    otot

    Aliran darah ke

    kulit

    Aliran

    darah ke

    ginjal

    Aliran

    darah ke

    pencernaan

    Efek

    Metabolik

    Konsumsi

    oksigen

    Glukosa darah

    Asam

    laktat

    darah

    Respons

    eosinofenik

    Slstern

    sarafpusaf

    Pernapasan

    Sensasi subjektif

    +

    +

    ].H

    .{#

    #

    +

    .i-.+

    .l.-+

    +

    .#

    .#

    +

    +

    +

    #

    0,-

    0,-

    0,*

    0,+

    ll+

    Q,+

    0

    +

    +

    .0,1-0,4

    pglkg/menit

    SINGMTAN:

    Epi,

    epinefrin;

    NE,

    norepinefrin;

    +,

    peningkatan;

    0,

    tidak

    ada

    perubahan;

    -, penurunan;

    i,

    setelah

    atropin,

    +.

    EFEK

    KARDIAK

    Epi merupakan

    stimulan

    jantung

    yang kuat.

    Respons

    langsung

    terhadap Epi

    rermasuk

    meningkatnya

    kecepatan

    perkembangan

    tekanan, ke-

    kuatan

    kontraktil

    puncak,

    dan kecepatan

    relaksasi;

    menurunnya

    waktu

    menuju

    stres

    puncak; meingkatnya

    eksitabilitas,

    perceparan

    laju

    denyut

    spontan,

    dan

    induksi

    otomatisiras

    pada region

    khusus

    di

    jantung.

    Epi

    bekerja langsung pada

    resepto

    r

    p

    ryangmendominasi

    di

    miosit

    dan

    pada sel

    pacu dan

    jaringan

    penghubung.

    Denyut

    jantung

    meningkat

    dan ritmenya

    sering

    ber-

    ubah.

    Sistolkardiaklebih

    cepat

    dan semakin kuat,

    curah

    jantung

    meningkat,

    dan kerja

    jantung

    serta konsumsi

    O,

    meningkat

    secara

    bermakna. Efisiensi

    kardiak

    (kerja

    yang

    dilakukan dibandingkan

    dengan konsumsi

    Or)

    belkurang.

    II

    Obat-Obat yang Bekerja

    pada Tempat

    pertauran

    Sinaps

    dan Neuroefektor

    EPI

    Dengan

    meningkatkan

    kecepatan

    kontraksi

    dan

    relak-

    sasi ventrikular,

    Epi

    lebih

    cenderung

    memperpendek

    durasi

    sisto/

    dan

    biasanya

    tidak

    mengurangi

    durasi

    diastol.

    Epi

    mempercepat

    kerja

    jantung

    dengan

    cara

    me m

    p

    e rce

    p

    at d e

    po

    I

    a ris si I a

    m b at

    d ari sel

    n o

    d

    u

    s

    si

    n o

    at

    ri

    al

    (SA)

    yang

    berlangsung

    selama

    fase

    4

    potensia/aksl(lihat

    Bab

    34).

    Amplitudo

    AP dan

    laju

    maksimum

    depolarisasi

    ,(fase

    0)

    juga

    ditingkatkan.

    Perubahan

    di lokasi

    pemacu

    selama nodus

    SA

    sern

    g

    terjadi,

    disebabkan

    oleh

    aktivasi

    sel

    pemacu

    laten.

    Pada

    serabut

    Purkinje,

    Epi

    mempen

    cepat

    depolarisasi

    diastolik

    dan

    dapat

    mengaktifkan

    pemacu

    laten.

    Jika

    Epi dalam

    dosis

    besar

    diberikan,

    terjadi

    kontraksi

    ventrikular

    prematur

    dan

    mungkin

    me-

    nandakan

    terjadinya

    aritmia

    ventrikular

    yang

    Iebih

    serius.

    Konduksi

    melalui

    sistem

    Purkinje

    bergantung

    pada

    tingkat

    potensial

    membran

    pada

    saat

    eksifasl

    terjadi. Epi

    seringkali

    meningkatkan

    potensial

    membran

    dan

    mening-

    katkan

    konduksi

    pada

    serabut Purkinje

    yang

    tetah

    ten

    depolarlsasi

    se cara

    berlebihan.

    Epi

    biasanya

    memperpendek

    periode

    refraktori

    nodus

    atrioventrikular (AV)

    melalui

    efek

    langsung

    pada

    jantung

    meskipun

    dosls

    Epl

    yang

    menghasilkan

    refteks

    vagus

    dapat memperlambat

    jantung

    dan

    memperlama

    periode

    refraktori

    nodus

    AV

    secara

    tidak

    langsung.

    Epi

    menurunkan

    derajat

    blok AV

    yang

    terjadi

    akibat

    penyakit,

    obat,

    atau

    stimulasi

    vagus.

    Aritmia

    supraventrikular

    mungkin

    terjadi

    karena kombinasi

    Epi

    dan stimulasi

    kolinergik.

    Depresi

    laju

    sinus

    dan

    konduksi

    AV oleh

    pelepasan

    vagus

    mungkin

    ikut

    menyebabkan

    aritmia

    ventrikel

    yang

    diinduksi

    oleh Epi

    karena

    berbagai

    obat

    yang

    memblok

    efek

    vagus

    memberikan

    suatu

    per-

    lindungan.

    Kerja

    Epi

    dalam meningkatkan

    otomatisitas

    jantung

    dan menyebabkan

    aritmia

    dapat

    diantagonis

    secara

    efektif

    oleh

    antagonis reseptor

    B.

    Namun,

    aktivasi

    reseptor

    a,

    jantung

    memperpanjang

    periode

    refraktori

    dan memperkuat

    kontraksi

    miokardial.

    Aritmia

    jantung

    dijumpai

    pada pasien

    setelah

    pemberian

    dosis konven-

    sional

    Epi

    subkutan

    secara

    intravena

    dengan

    kurang

    hati-hati.

    Epi

    dan katekolamin

    lain

    dapat menyebabkan

    ke-

    matian

    sel

    miokardial,

    terutama

    setelah

    pemberian

    infus

    int r

    av e n a. Ioksr'sif

    as a kut

    b

    e

    rk

    a it a n

    d

    e n

    g

    a n n

    e

    kro

    s

    i

    s

    p

    it a

    kontraksi

    dan

    perulsahan

    patologis

    lain;

    stimutasi

    simpa-

    tik

    yang

    diperlama

    pada

    jantung,

    sepefti

    pada

    kardio-

    miopati

    kongestif,

    dapat meningkatkan

    apoptosis

    kardio-

    miosit.

    OT0T HALUS

    NONVASKULAR

    Efek Epi

    pada

    otot

    polos

    bergantung

    pada tipe

    dan densitas reseptor

    adre-

    nergik

    yang

    diekspresikan

    di

    otot

    tersebut

    (lihatTabel

    6-1). Pada

    umumnya, Epi

    merelaksasi

    otot polos

    gastro-

    intestinal.

    Efek

    ini

    disebabkan

    oleh aktivasi reseptor

    d

    _t

    #

    n_

    #

    +

    .{-+.{+

    +#

    +,0,-

    -r-r

    ##

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    7/38

    dan

    p.

    Tonus

    usus

    serta frekuensi

    dan amplitudo kon-

    traksi spontan berkurang.

    Lambung

    biasanya terelaksasi.

    Sebaliknya, sfingter pilorik

    dan

    sfingter ileosekal

    ter-

    kontraksi

    (tetapi

    efek ini bergantung

    pada tonus otot

    sebelumnya;

    jika

    tonus sudah

    tinggi,

    Epi menyebabkan

    relaksasi

    ;

    j

    ika

    rendah, menyebabkan kontraksi).'

    Respons

    otot

    uterus

    terhadap

    Epi

    berbeda-beda ber-

    gantung

    pada

    slklus

    seksual

    status

    kehamilan,

    dan dosis

    yang

    dibeikan. Sepanjang

    bulan terakhir

    kehamilan

    dan

    pada

    saat

    melahirkan,

    Epi menghambat tonus

    dan

    kon-

    traksi

    uterus,

    Agonis

    selektif-p,

    (misalnya,

    ritodrin

    alau

    terbutalin) dapat menunda

    persalinan prematur,

    walaupun

    efikasinya terbatas

    (lihat

    dl

    bawah

    ini). Epi merelaksasi

    otot

    detrusor

    kandung

    kemih

    (melalui

    aktivasi reseptor

    B)

    sefta mengontraksi otot trigon

    dan

    sfingter

    (melalui

    aldi-

    vitas

    agonis-a).

    Hal ini dapat

    menyebabkan

    kesulitan

    urinasi dan memperbesar kemungkinan terjadinya retensi

    urine

    di

    kandung

    kemih.

    Aktivasi kontraksi

    otot

    polos

    di

    pro

    stat

    me

    n in

    gkatkan

    rete n

    si

    u rine.

    EFEK PERNAPASAN

    Epi merupakan

    bronkodilator kuat

    yang

    bekerja

    pada

    reseptor

    f

    ,

    di

    otot

    halus

    bronkial,

    terutama

    ketika

    otot

    bronkial terkontraksi

    akibat

    penyakit

    atau akibat

    respons

    terhadap

    obat atau berbagai autakoid. Efek menguntung-

    kan

    dari

    Epi

    pada

    asma

    mungkin timbul

    dari inhibisiter-

    mediasi

    Brterhadap

    pelepasan

    mediator

    inflamasi

    yang

    diinduksi

    oleh

    antigen dari sel mast, dan

    pada

    tingkat

    yang

    lebih

    rendah

    dari efek

    adrenergik a

    untuk

    meng-

    hilangkan sekresi

    bronkial dan

    kongesri

    di dalam mukosa.

    )bat-obatan lain,

    sepefti

    glukokortikoid

    dan

    antagonis

    reseptor

    leukotien, memiliki efek

    antiinflamatori

    yang

    lebih

    kuat

    pada

    kondisiasma

    (lihat

    Bab 27).

    EFEK

    PADA SSP

    Epi

    yang

    merupakan

    suatu senyawa

    polar

    sulit ben

    penetrasi

    ke SSP

    dan bukanlah suatu

    stimulan

    SSP

    yang

    kuat

    jika

    diberikan

    pada

    dosis terapeutik lazimnya.

    Walaupun Epi dapat menyebabkan kegelisahan, ketakuF

    an,

    sakit

    kepala,

    dan tremor,

    efek

    ini

    sebagian

    mungkin

    disebabkan

    oleh efek

    Epi

    pada

    sistem kardiovaskular,

    otot rangka, dan

    metabolisme

    antara

    (yaitu,

    efek-efek

    yang

    merupakan hasil manifestasi

    somatik ansletas).

    EFEK

    METABOLIK Epi

    meningkatkan

    konsentrasi

    glukosa dan

    laktat

    dalam darah

    (lihatBab 6),

    dan dapat

    menghambat

    (efek

    ar) atau meningkatkan

    (efek

    /r)

    sekresi

    insulin;

    efek

    Epi yang tampak menonjol

    adalah

    penghambatan.

    Sekresi

    glukagon

    ditingkatkan

    oleh

    kerja

    reseptor

    p

    pada

    sel a

    pulau-pulau

    pankreas.

    Epi

    juga

    mengurangi ambilan

    glukosa

    oleh

    jaringan

    perifer,

    setidaknya

    sebagian karena efeknya pada sekresi

    insulin,

    tetapi

    juga

    mungkin karena efek langsung

    pada otot

    BAB

    10

    Agonis

    danAntagonisedrenergik

    141

    rangka.

    Glikosuria

    jarang

    terjadi.

    Efek Epi

    untuk men-

    stimulasi

    glikogenolisis di sebagian

    besar

    jaringan

    dan

    spesies

    melibatkan

    reseptor

    B.

    Epi

    meningkatkan

    konsentrasi

    asam

    lemak

    bebas

    dalam

    plasma

    dengan menstimulasi

    reseptor

    B

    di

    adi-

    posit, mengaktivasi

    lipase

    trigliserida

    dan mempercepat

    penguraian

    trigliserida

    untuk

    membentuk

    asam

    lemak

    bebas

    dan

    gliserol.

    Kerja

    kalorigenik

    Epi

    (peningkatan

    metabolisme)

    tercermin

    pada

    kenaikan

    konsumsi

    oksi-

    gen

    sebanyak 20o/o

    sampai

    30o/o,

    terutama

    disebabkan

    oleh meningkatnya

    penguraian

    trigliserida

    di

    dalam

    jaringan

    adiposa

    cokelat, yang memberikan

    penam-

    b,ahan

    substrat

    yang dapat dioksidasi.

    EFEK

    LAINNYA

    Epi

    secara cepat meningkatkan

    jumlah

    leukosit

    polimor-

    fonuklear

    yang

    bersirkulasi,

    kemungkinan

    karena

    demar-

    glnasi

    se/ ini

    yang

    diperantarai

    oleh

    reseptor

    B,

    Epi

    mempercepat

    koagulasi

    darah

    serta meningkatkan

    fibrinolisis.

    Efek

    Epi

    pada

    kelenjar sekresl tidak

    nyata;

    sebagian

    besar kelenjar mengalami

    penghambatan

    sekresr,

    sebagian

    karena

    berkurangnya

    aliran

    darah

    yang

    disebabkan

    oleh

    vasokonstriksi.

    Epi

    menstimulasi

    I akrimasi

    dan

    sejumlah

    kecil

    sekresi muku

    s dari kelenjar

    saliva.

    Pemberian Epi

    sisfemlk hanya

    sedikit menye-

    babkan keluarnya

    keringat

    dan

    aktivitas

    pilomotor,

    tetapi

    efek

    ini terjadi

    setelah

    penyuntikan

    intradermal

    larutan

    Epi

    atau NE

    encer.

    Efek

    tersebut

    dihambat

    oleh

    anta-

    gonis

    reseptor-a.

    Midriasis

    mudah

    teramati

    selama

    stimulasi simpatik

    fisiologis,

    tetapitidak

    jika

    Epiditeteskan

    ke

    dalam kantong

    konjungtiva

    mata

    normal. Epi biasanya

    menurunkan

    tekanan intraokular

    (ihat Bab

    63).

    Ep i me m

    ud ahkan tran smi

    si

    n

    eu ro mu

    skular, terutam

    a

    sele/ah

    sfrmu/asl

    cepat

    saraf motorik

    yang

    terus-mene-

    rus;

    stimulasi reseptor

    a memudahkan

    pelepasan

    trans-

    miter

    dari neuron motorik

    somatik, mungkin

    sebagai

    akibat

    peningkatan-influks

    Ca2t. Respons

    ini kemungkinan

    diperantarai

    oleh

    reseptor

    a,

    dan dapat

    turut menjelaskan

    kemampuan

    intraafteri Epi untuk

    meningkatkan

    sesaat

    kekuatan

    pasien

    miastenia

    gravis.

    Epi

    juga

    bekerja

    'secara

    langsung

    pada

    serabut otot kedut-cepat

    putih

    untuk

    memperpanjang keadaan.

    aktifnya

    sehingga

    meningkatkan

    tekanan

    puncak.

    Kemampuan

    Epi

    dan

    agonis

    B,

    selektif

    untuk

    meningkatkan

    tremor

    fisio/ogls

    mempunyai

    makna fisiologis

    dan

    klinis

    yang

    lebih

    besar,

    sedikitnya

    sebagian

    disebabkan oleh

    peningkatan

    pele-

    pasan

    gelendong

    otof

    (muscle

    spindles)

    yang

    diperantarai

    oleh reseptor

    B.

    Melalui

    aktivasi reseptor

    F,

    epi menyebabkan

    penurunan

    K

    plasma,

    terutama karena

    stimulasi ambilan

    K ke

    dalam

    sel, terutama

    otot rangka. Hal

    ini

    berkaitan

    dengan

    penurunan

    ekskresl K

    di

    ginjaL

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    8/38

    142 secIAN

    II

    obat-obat

    yang

    Bekerja

    pada Tempat Pertautan

    sindps

    dan Neuroefektor

    ABSORPSI,

    NASIB, DAN

    EKSKRESI

    Epi tidak efek-

    tif setelah

    pemberian olal

    karena senyawa

    ini

    secara

    cepat

    dimetabolisme

    di

    mukosa

    gastrointestinal

    dan

    hati. Absorpsi

    dari

    jaringan

    subkutan

    bellangsung

    lelatif

    lambat

    karena

    vasokonstriksi lokal

    dan lajunya

    dapat

    semakin ber-kurang

    karena

    hipotensi

    sistemik, misalnya

    pada

    pasien

    yang

    mengalami

    syok.

    Absorpsi lebih

    cepat

    setelah injeksi

    intramuskular'.

    Pada keadaan

    darurat,

    pemberian

    Epi

    secara inrlavena

    mungkin

    diperlukan.

    Jika

    larutan

    yang

    relatif

    pekat

    (1%)

    dibuat dalam bentuk

    aerosol

    (nebulized)

    dan dihirup, kerja

    obat

    sebagian

    besar terbatas

    pada saluran pemapasan;

    namun, reaksi

    sistemik seperti

    aritmia

    dapat

    terjadi,

    rerutama

    jika

    digunakan

    dalam

    jumlah

    yang

    lebih

    besar.

    Epi

    dengan cepat diinaktivasi,

    terutama oleh hati

    yang

    kaya akan

    COMT

    dan

    MAO

    (lihat

    Gambar

    6-6

    dan

    Thbel

    6-5).

    FORMULASI

    'lnjeksi

    Epi

    tersedia

    dalam

    larutan

    1

    mg/ml (1.1.000);

    0,1

    mg/ml

    (1:10.000);

    dan

    0,5

    mg/ml

    (1:2000).

    Dosis lazim

    Epi

    untuk dewasa bila diberikan

    secara

    subkutan berkisar

    antara 0,3

    sampai

    0,5 mg.

    Rute

    intravena

    digunakan

    secara hati-hati

    jika

    harus

    dicapai

    efek

    yang

    dapat

    diandalkan

    dengan segera. Apabila larutan

    Epi diberikan

    melalui vena,

    Iarutan

    tersebut

    harus

    diencerkan

    secara

    memadaidan disuntikkan

    secara sangat

    perlahan.

    Dosis

    yang

    diberikan

    jarang

    mencapai

    0,25 mg, kecuati

    untuk

    henti

    jantung,

    ketika membutuhkan

    dosis

    yang

    lebih

    besar

    Suspensi

    Epi

    digunakan

    untuk memperlambat

    ab-

    sorpsi subkufan

    dan

    tidak boleh

    disuntikkan

    secara

    intravena. Juga,

    formulasi

    1%

    (10

    mg/ml; 1:100)tersedia

    untuk pemberian melalui inhalasi; harus

    diwaspadai agar

    tidak

    keliru

    antara larutan 1 :1

    00

    ini

    dengan larutan 1 :1 000

    yang

    dirancang untuk

    pemberian

    parenteral,

    karena

    ketaksengajaan

    pemberian

    injeksi larutan 1:100

    dapat

    berakibat fatal.

    Epitidak

    stabil

    dalam larutan

    basa;

    ketika

    terpapar

    oleh

    udara

    atau

    cahaya,

    Epi

    akan

    berubah

    warna menjadi merah

    muda akibat

    oksidasi

    menjadi

    adrenokrom

    dan

    kemudian

    menjadi

    coklat

    akibat

    pem-

    bentukan

    polimer;

    oleh karena itu,

    dalam

    sediaan harus

    diseftakan antioksidan

    atau

    asam.

    TOKSISITAS, EFEK

    SAMPING, DAN

    KONTRAINDIKASI

    Epi

    dapat menyebabkan

    kegelisahan,

    sakit kepqla

    ber-

    denyut, tremor,

    dan

    palpitasi;

    efek tersebut

    cepat

    mereda

    dengan istirahat, tenang,

    sikap

    berbaring, dan

    penen-

    teraman hati. Reaksi

    y

    ang

    lebih

    serius

    meliputi

    perd

    arahan

    otak dan

    aritmia

    jantung.

    Penggunaan

    dosis tinggi atau

    injeksi Epi intravena

    yang

    tidak disengaja

    dan cepat

    dapat menyebabkan

    perdarahan

    otak karena

    peningkal

    an

    tekanan darah

    yang

    tajam.

    Aritmia

    ventrikular dapat

    terjadi

    setelah

    pemberian

    Epl Pada

    pasien

    penyakit

    afteri

    koroner,

    pemberian

    Epi

    dapat menginduksi

    angina.

    Penggunaan

    Epi

    biasanya dikontraindikasikan

    pada

    pasien

    yang

    sedang menggunakan

    obat

    pemblok

    resep-

    tor

    B-adrenergik

    nonselektif

    karena

    kerjanya

    pada

    resep-

    tor

    a,-adrenergik

    vaskular

    yang

    tidak

    terimbangi

    dapat

    menyebabkan

    hipeftensi

    parah

    dan

    perdarahan

    otak.

    PENGGUNAAN

    TERAPEUTIK

    Penggunaan

    klinis

    Epi didasarkan

    pada

    kerjanya

    pada

    pembuluh

    darah,

    jantung,

    dan otot

    bronkus.

    Penggunaan

    utama

    Epi adalah

    untuk

    meredakan

    reaksi

    hiper-

    sensitiyilas

    se

    c

    a

    ra

    ce

    p

    at,

    te

    rm

    asuk

    an afil aksi

    s, te

    rh

    ad ap

    obat dan

    alergen lain. Epi

    dapat

    digunakan

    untuk mem-

    perpanjang

    kerja

    anestetik

    lokal, mungkin

    melalui

    vaso-

    konstiksi

    dan

    penurunan

    absorpsl

    yang

    dihasilkan

    (lihal

    Bab

    14). Epidapat

    memulihkan

    ritme

    jantung

    pada

    pasien

    henti

    jantung.

    Epi

    juga

    digunakan

    sebagai

    senyawa

    hemostatik

    topikal

    pada

    permukaan

    yang

    berdarah

    seperli

    di

    mulut atau

    pada

    perdarahan

    tukak

    peptik

    selama endoskopi

    lambung

    dan duodenum,

    Absorpslsis-

    temik

    obat

    tersebut dapat

    terjadi

    bita

    obat ini

    digunakan

    pada gigi.

    Selain

    itu,

    inhalasi

    Epi dapat

    berguna

    untuk

    penanganan

    pascaintubasi

    dan

    infectious

    croup. Peng-

    gunaan

    terapeutik Ep| berkaitan

    dengan

    obat

    simpato-

    mimetik lain,

    akan

    dibahas

    kemudian

    pada

    bab ini.

    Norepinefrin

    NE,

    (levanrERENoL,

    /-noradrenalin)

    dilepaskan

    oleh

    salaf simpatik

    pascaganglionik

    mamalia

    (Tabel

    10-1).

    NE

    menyusun

    l0o/o

    sampai 20olo

    kandungan

    karekola-

    min

    pada

    medula adrenal

    manusia

    dan sebanyak

    97o/o

    pada beberapa

    feoklomositoma,

    yang

    tidak

    dapat

    meng-

    ekspresikan

    enzim feniletanolamin-N,metiltransferase.

    SIFAT

    FARMAKOLOGI

    KeLja

    farmakologis

    NE

    dan

    Epi telah

    sering

    dibandingkan

    secara in uiuo

    dan in

    uitro

    (Tabel

    10-2).

    Keduanya kurang

    lebih

    memilikikekuatan

    yang

    sama

    dalam menstimulasi

    leseptorp,.

    NE merupa,

    kan

    agonis

    d poten

    dan

    kerjanya

    relatif

    kecil

    pada

    reseptor

    f

    ,;

    na

    un, agak kurang

    poten daripada

    Epi

    pada reseptor

    a di

    sebagian

    besar organ.

    Gambar

    10-2

    memperbandingtr

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    9/38

    NE

    mengonstriksi

    pembuluh mesentelik serta mengu-

    rangi

    aliran darah visera dan

    hati.

    Aliran darah koroner

    biasanya

    bertambah, mungkin

    disebabkan

    oleh

    dilatasi

    koroner

    yang

    terinduksi secara

    tidak

    langsung, seperti

    pada

    Epi,

    dan

    juga

    karena tekanan

    darah

    yang naik.

    \Talaupun umumnya merupakan

    agonis

    []ry^ng

    buruk,

    NE

    dapat

    meningkatkan

    alilan

    darah

    koronel

    secara

    langsung

    dengan menstimulasi reseptor

    13rp^d^

    pr

    -

    buluh

    darah koroner. Pasien angina varian Prinzmetal

    mungkin super:sensitif terhadap efek konstriktor a

    dari

    NE,.

    ABSORPSI, NASIB, DAN EKSKRESI

    NE,

    seperfl Epi, tidak efektif

    jika

    diberikan secara oral

    dan hanya sedikit diabsorpsi

    daritempat

    injeksi subkutan.

    Senyawa tersebut diinaktivasi secara cepat di dalam

    tubuh

    oleh ambilan dan

    kerja

    C)MT

    dan

    MAO.

    Sejumlah

    kecil NE biasanya ditemukan di dalam urine. Laju ekskresi

    dapat

    sangat

    meningkat

    pada pasien

    pengidap

    feokro-

    mositoma.

    EFEK

    SAMPING;

    PERINGATAN

    Efek

    NE

    yang

    tidak diinginkan

    mirip

    dengan efek

    Epi,

    walaupun

    ada

    kenaikan

    tekanan darah

    yang

    biasanya

    lebih

    tinggi

    pada penggunaan

    NE.

    Dosis

    yan

    g

    berlebihan

    dapat menyebabkan

    hipertensi

    yang parah.

    Perlu

    di-

    perhatikan

    bahwa

    nekrosis dan

    pengelupasan

    jangan

    sampai te

    rjadi

    di tempat

    injeksi i ntrave na

    yang

    disebabkan

    oleh

    ekstravasasi

    obat

    ini. lnfus harus

    drberikan

    di bagian

    atas dari anggota

    gerak,

    lebih baik

    melalui kanula

    plastik

    panjang yang

    mengarah

    ke

    pusat.

    Gangguan

    sirkulasi

    di

    tempat injeksi, dengan atau tanpa ekstravasasi NE, dapat

    dipulihkan dengan menginfiltrasi tempat tersebut dengan

    fentolamin,

    suatu antagonis

    reseptor

    a. Tekanan darah

    harus

    sering

    diukur.

    Berkurangnya aliran darah ke

    organ

    sepefti

    ginjal

    dan usus

    senantiasa merupakan bahaya

    pada penggunaan

    NE.

    PENGGUNAAN

    TERAPEUTIK

    NE

    (rcvoeuro,

    lainnya) hanya memiliki nilai

    terapeutik

    yang

    terbatas.

    Penggunaan

    obat

    ini untuk syok akan di-

    bahas kemudian

    pada

    bab ini. Pada

    penanganan

    tekanan

    darah rendah, dosrs harus dls esuaikan untuk memperoleh

    respons

    preso

    r

    yang

    dikehendaki.

    Dopamin

    DA

    (3,4-dihidroksifeniletilamin;

    Thbel

    I 0- l)

    merupakan

    prekulsor

    metabolik

    dari NE dan

    Epi;

    DA

    merupakan

    neulotransmiter

    sentlal yang penting terutama dalam

    regulasi gerakan

    (lihatBab

    12, 18, dan 20). Di perifer,

    DA disintesis di

    dalam

    sel

    epitelial tubulus

    proksimal

    dan diduga menghasilkan efek diuretik

    lokal

    dan

    natliu-

    BAB

    l0

    Agonis

    dan Antagonis

    adrenergik

    143

    retik.

    DA

    merupakan substrat

    bagi

    MAO

    dan

    COMT

    dan karenanya

    tidak

    efektif

    jika

    dibeLikan

    secara oral.

    Klasifikasi

    reseptor

    DA dijelaskan

    dalam Bab 12

    dan

    20.

    SIFAT

    FARMAKOLOGI

    Efek

    Kardiovaskular Efek

    kaLdiovaskulal

    DA

    di-

    perantarai

    oleh beberapa

    tipe

    reseptor

    yang

    berbeda

    afinitasnya terhadap

    DA. Pada konsentrasi

    rendah,

    interaksi

    utama DA

    adalah dengan resepror

    D,

    vaskular,

    telutama

    di

    ginjal,

    mesenterium,

    dan

    jaringan

    koroner;

    interaksi

    ini

    menyebabkan

    vasodilatasi

    otot

    polos

    (melalui

    yaluL

    G.-adenilil siklase-cAMP).

    Pembelian

    infus

    dosis rendah DA menyebabkan

    peningkatan laju

    filtrasi

    glomelular, alilan

    darah renal,

    dan

    ekskresi

    Na..

    Aktivasi

    reseptor-

    D, sel

    tubulal

    renal

    menurunkan

    tlanspor

    natrium

    dengan

    mekanisme

    bergantung-

    cAMP

    dan tidak

    bergantung-cAMP. Peningkatan

    plo-

    duksi

    cAMP

    di sel tubular proksimal

    dan

    bagian

    medular

    dari

    bagian

    menaik

    ansa

    Henle

    menghambat

    penukar

    Na.-H.

    dan Na*, K.-ATPase.

    Kerja

    DA di

    tubular

    renal

    yang

    menyebabkan

    natriuresis

    dapat ber'-

    .tambah

    dengan peningkatan

    aliran

    darah

    renal

    dan

    laju

    filtrasi

    glomelulus yang

    terjadi

    setelah

    pemberiannya.

    Peningkatan

    yang

    dihasilkan

    dalam tekanan

    hidrostatik

    di

    kapiler

    peritubular dan pengurangan

    pada tekanan

    onkotik

    dapat menyebabkan berkurangnya

    reabsorpsi

    Na-

    oleh

    sel tubular proksimal.

    Oleh kalena itu,

    DA

    memiliki

    efek

    falmakoiogi

    yang

    tepat

    untuk penanganan

    kondisi

    curah

    jantung

    rendah

    yang membahayakan

    kondrsi

    ginjal, seperti pada kondisi

    gagal

    jantung

    kongestif

    parah.

    Pada

    konsentrasi

    yang

    lebih tinggi,

    DA bekerja

    pada

    reseptor

    B, iantung

    untuk

    menghasilkan

    efek inotropik

    positif

    . DA

    juga

    menyebabkan

    pelepasen

    NE

    dari

    ujung

    saraf,

    yang

    merupakan

    penyebab

    efek DA terhadap

    jantung.

    DA

    biasanya meningkatkan

    tekanan darah sistol

    dan kekuatan

    denyut, sefta tidak memiliki

    efek atau

    hanya

    sediktt

    meningkatkan-

    tekanan darah

    diastol,

    Resislenslpedfer

    total biasanya tidak berubah ketika DA

    diberikan

    dalam

    dosis

    rendah atau sedang, Hal

    ini

    mungkin

    disebabkan

    oleh

    penurunan

    resistensi afterial

    regional

    di beberapa

    jaringan

    vaskular

    (contohnya,

    mesentrik

    dan renal) sefta sedikit

    peningkatan

    dijaringan

    vaskular laiqnya.

    Pada

    konsentrasi

    tinggi, DA

    meng-

    aktivasi reseptor

    vaskular

    (r

    1,

    yang

    semakin meningkatkan

    vasokonstriksi

    umum.

    SSP

    Walaupun terdapat reseptor spesifik

    DA di sistem saraf

    pusat, injeksi

    DA

    biasanya

    tidak memiliki

    efek sentlal

    karena DA

    tidak dapat

    menembus

    sawar

    darah-otak.

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    10/38

    144 necrnN

    U obat-obat

    yang Bekerja

    pada Tempat

    Pertautan

    Sinaps

    dan

    Neuroefektor

    PENGGUNAANTERAPEUTIK

    Dopamin(rNrnolrN,

    lainnya)

    digunakan

    pada

    penanganan

    kegagalan

    konges-

    tif

    parah, rerurama

    pada

    pasien

    dengan

    oligouria

    dan

    resistensi

    vaskular

    pelifer rendah

    atau

    normal.

    Obat ini

    juga

    dapat

    memperbaiki

    parameter

    fisiologis

    pada

    pena-

    nganan

    syok

    kardiogenik

    dan seprik.

    \Walaupun

    DA

    dapat

    secara

    akut

    meningkatkan

    fungsi

    kardiak

    dan

    renal

    pada

    pasien

    yang

    sakit parah

    dengan

    kondisi

    penyakit

    jantung

    kronik

    atau

    gagal

    ginjal,

    hanya

    sedikit

    bukti

    yang

    mendukung

    keuntungan jangka

    panjang

    penggunaan

    klinis

    DA.

    Manajemen

    syok

    didiskusikan

    sebagai

    berikut.

    Dopamin

    hidroklorida

    hanya

    digunakan

    secara intravena

    dengan kecepatan

    awal

    2-5

    1tg/kg/menit,

    jika

    dipelukan

    dapat

    ditingkatkan

    hingga

    20-50

    trtg/kg/menit.

    Setama

    pemberian

    infus,

    pasien

    memerlukan

    pemeriksaan

    klinis

    fungsi

    miokardia,

    perfusi

    organ-organ

    vital

    seperti

    otak,

    serta

    produksi

    urine,

    Penurunan

    aliran

    urine,

    takikardia,

    atau

    timbulnya aritmia

    dapat

    menjadi indikator

    untuk

    memperlambat

    atau menghentikan

    pemberian

    infus.

    Durasi

    kerja DA

    singkat;

    oleh karena

    itu, laju

    pemberian

    dapat digunakan

    untuk

    mengendalikan

    intensitas

    efek

    yang

    dihasilkan.

    Obat-obatan

    terkait mencakup

    fenoldopam

    dan

    dopeksamin.

    Fenoldopam

    (coatonau),

    suatu

    derivat

    benzazepin,

    merupakan

    vasodilator

    kerja

    cepat

    yang

    di-

    gunakan

    untuk

    mengendalikan

    hipeftensi

    parah

    (misal-

    nya,

    hipeftensi

    malignan

    dengan kerusakan

    organ

    sasar-

    an)

    pada

    pasien

    di

    rumah

    sakit

    selama

    tidak lebih

    dari 48

    jam.

    Fenoldopam

    merupakan

    agonis reseplo

    r

    D,

    perifer

    sefta

    beikatan

    dengan

    kekuatan

    sedang

    pada

    reseptor

    adrenergik

    a2; fenoldopam

    tidak

    memiliki

    afinitas

    signifi-

    kan

    terhadap

    reseptor

    D,

    atau reseptor

    adrenergik

    a,

    atau

    B.

    Fenoldopam

    merupakan

    suatu

    rasemat;

    isomer

    R-nya merupakan

    komponen

    yang

    aktif.

    Senyawa

    ini

    mendilatasi

    berbagai

    pembuluh

    darah,

    termasuk

    afteri

    koroner,

    afteriol

    aferen

    dan eferen

    dalam

    ginjal,

    sefta

    afteri

    mesenterik. Dari

    salu

    dosr's

    pemberian

    per

    oral,

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    11/38

    terenol

    menurunkan

    resistensi

    vaskular perifer, terutama

    pada otot

    rangka,

    namun

    juga

    pada

    jaringan

    vaskular

    ginjal dan

    mesenterik. Tekanan

    diastolik

    menurun.

    Tekanan

    darah sistolik dapat tidak berubah atau naik;

    tekanan arterial

    utama

    biasanya

    menurun.

    Curah

    jantung

    meningkat akibat efek inotropik

    dan

    krono-

    tropik positif dari

    obat

    tersebut dalam

    menghadapi

    menghilangnya

    resistensi

    vaskular perifer. Efek karidak

    dari isoproterenol

    dapat

    mengakibatkan

    palpitasi, sinus

    takikardia, serta

    aritmia

    yang

    lebih

    serius.

    Isoproterenol

    merelaksasi hampir

    semtia

    jenis

    otot

    polos

    jika

    tonusnya

    tinggi, yang paling

    jelas

    terlihat

    pada otot

    polos bronkus dan

    gastrointestinal.

    Efek

    iso-

    proterenol

    terhadap asma

    mungkin

    turut disebabkan

    oleh inhibisi

    pelepasan

    histamin

    dan mediator infamasi

    lain

    yang

    diinduksi-antigen;

    kerja

    ini

    juga

    dimiliki

    oleh

    agonis

    selektif

    resep

    tar-B

    r.

    ABSORPSI,

    NASIB, DAN EKSKRESI

    lsoproterenol dengan mudah diabsorpsi ketika diberikan

    secara

    parenteral

    atau sebagai aeros ol. Obat ini

    dimeta-

    bolisme

    di

    hati

    dan

    jaringan

    lain oleh CaMT. lsoproterenol

    merupakan

    subsfraf

    yang

    relatif

    buruk

    bagi MAO

    sefta

    tidak

    diambil oleh saraf simpatik melalui NET

    pada

    tingkat

    yang

    sama sepefti

    Epi dan

    NE. Durasi

    kerja

    isoproterenol

    lebih

    panjang

    dibandingkan

    Epi,

    walaupun

    tetap

    singkat.

    TOKSISITAS DAN

    EFEK SAMPING

    Palpitasi,

    takikardia,

    sakit

    kepala,

    dan wajah memerah

    serfa

    ferasa

    panas

    umum terladi.

    Iskemia

    jantung

    dan

    aritmia

    dapat terjadi terutama

    pada

    pasien

    dengan

    p

    e

    ny

    akit

    a

    rie

    i

    ko

    ro

    ne

    r.

    PENGGUNAAN TERAPEUTIK

    lsoproterenol

    (sueaet,

    lainnya) dapat digunakan

    dalam

    kondsi

    darurat

    untuk

    menstimulasi denyut

    jantung

    pada

    pasien

    dengan bradikardia atau blokade

    jantung,

    ter-

    utama

    dalam

    mengantisipasi

    pemasangan

    alat

    pacu

    jantung

    buatan atau

    pada

    pasien

    yang

    mengalami

    aritmia

    ventrikular torsades

    de

    pointes.

    Pada

    asma

    dan syok,

    isoproferenol sebagian

    besar sudah digantikan oleh obat-

    obat

    simpatomimetik.lain'(ihal

    di

    bawah dan Bab

    27).

    Dobutamin

    Efek farmakologi dobutamin

    (lihat

    Tabel

    tO-l

    untuk

    struktur)

    berasal

    dari

    interaksi

    langsung

    dengan

    reseptor

    rx

    dan

    p

    serta bersifat

    kompleks.

    Sediaan dobutamin

    yang

    digunakan dalam terapi klinis merupakan

    suatu

    rasemat. Isomer

    (-)

    dobutamin.merupakan agonis a,

    dan presor

    yang

    poten,

    (+)

    dobutamin merupakan

    anta-

    gonis

    a, poten

    yang dapat

    menghambat

    efek

    (-)

    dobu-

    tamin.

    Kedua isomer

    dobutamin

    ini

    merupakan agonis

    BAB

    10

    Agonis

    danAntagonisadrenergik

    145

    penuh

    pada

    resepto

    r

    p,

    tapi

    isomer

    (+)

    kira-kira

    sepuluh

    kali

    lebih

    poten

    dibandingkan isomer

    (-).

    EFEK KARDIOVASKULAR

    Efek dobutamin

    rasemat

    pada

    kardiovaskular

    merupakan

    campuran sifat

    farmakologis

    sfereoisomer

    (-)

    dan

    (+1.

    Dobutamin

    memiliki

    efek

    inotropik

    yang relatif

    lebih

    menonjol

    daripada

    efek

    kronotropik

    jika

    dibandingkan

    dengan

    isoproterenol.

    Se/ektivlfas

    yang

    bermanfaat

    ini

    mungkin

    disebabkan

    oleh relatif

    tetapnya

    resistensi

    perifer

    karena

    penyeimbangan

    vasokonstiksi

    yang

    di-

    perantarai

    oleh

    reseptor

    rx, dan

    vasodilatasi

    yang

    di-

    perantarai

    oleh

    reseptor

    p,

    Secara

    alternatif

    ,

    reseptor

    a,

    di

    jantung

    mungkin

    berperan

    pada

    efek inotropik"

    Pada

    dosis inotropik

    yang

    setara, dobutamin

    meningkatkan

    automatisitas

    nodus

    slnus dalam

    tingkat

    yang

    lebrh

    kectl

    daripada

    isoproterenol;

    namun,

    peningkatan

    konduksi

    atrioventrikular

    dan intraventrikular

    mkip

    untuk

    kedua

    obat ini.

    EFEK

    MERUGIKAN

    Tekanan

    darah

    dan frekuensi

    jantung

    dapat meningkat

    secara signifikan

    selama

    pemberian

    dobutamin

    sehingga

    memerlukan

    pengurangan

    laju

    infus;

    pasien

    hipeftensi

    dapat

    lebih

    sering

    menunjukkan

    respons

    presor

    yang

    berlebihan.

    Karena

    dobutamin mempermudah

    konduksi

    AV,

    pasien

    dengan

    fibrilasi

    atrial

    berisiko

    mengalami

    kenaikan

    laju

    respons ventrikular

    secara

    nyata; mungkin

    dibutuhkan

    digoksin atau

    tindakan

    lain

    untuk mencegah

    terjadinya

    hal tni. Beberapa

    pasien

    dapat

    mengalami

    aktivitas ektopik

    ventrikular.

    Seperti

    pada

    setiap senyawa

    inotropik,

    dobutamin

    dapat meningkatkan

    besarnya

    infark

    dengan

    meningkatkan

    kebutuhan

    O, miokardial.

    Khasiat

    dobutamin

    selama

    peiode

    lebih

    dari beberapa

    haritidak

    menentu;

    terdapat bukti

    berkembangnya

    toleransi.

    PENGGUNAAN

    TERAPEUTIK; FARMAKOKINETIKA

    Dobutamin

    (aosurarx,

    lainnya)

    diindikasikan

    untuk

    pena-

    nganan

    jangka-pendek

    dekompensasi

    jantung

    yang

    dapat terjadi

    setelah

    pembedahan

    jantung

    atau

    pada

    pasien

    gagal

    jantung

    kongestif

    atau infark

    miokarriiat

    akut. lnfus

    dobutamin

    dalam kombinasi

    dengan

    eko-

    kardiografi

    berguna

    dalam

    penilaian

    noninvasif

    pada

    pasien

    penyakit

    afteri koroner;

    pemberian

    tekanan

    pada

    jantu

    n

    g

    me ngg

    u n akan

    dob uta

    mi

    n

    d

    a

    p

    at

    me n

    g

    un

    g

    ka

    pkan

    abnormalitas

    jantung

    pada pasien

    tertentu.

    Dosis muatan

    tidak dip.erlukan,

    dan konsentrasi

    keadaan tunak

    umumnya tercapai

    dalam waktu

    10

    menit

    setelah

    awalpemberian

    infus. Laju

    infus

    yang

    dibutuhkan

    untuk meningkatkan

    curah

    jantung

    biasanya

    2,5-10

    pg/

    kg

    per

    menit;

    terkadang diperlukan laju

    infus

    yang

    lebih

    tinggi. Laju

    dan durasi infus ditentukan

    oleh

    respons

    klinis

    dan respons hemodinam,ik

    pasien.

    Onset kerjanya

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    12/38

    146 neCraN

    II

    Obat-Obat yang

    Bekerja

    pada

    Tempat Pertautan

    Sinaps dan Neuroefektor

    cepat"

    Dobutamin

    mempunyai t,,, sekitar

    2 menit; me-

    tabolit utamanya

    merupakan

    hasil

    konjugasi

    dobutamin

    dan 3-)-metildobutamin.

    (saernNe,

    dan lain-lain) digunakan

    untuk

    pengobatan

    jangka

    panjang

    penyakit

    saluran

    napas

    obstruktif dan

    bronkospasme

    akut;

    formulasi

    parenteral

    obat

    ini

    diguna-

    kan

    untuk

    penanganan

    darurat status

    asmatikus

    (lihat

    Bab 27).

    ALBUTEROL

    Albuterol

    (veNrouN,

    pRavENTtL,

    dan lain-lain)

    merupakan

    agonis

    Br-adrenergik

    selektif dengan sifat farmakologis

    dan

    indikasi

    terapeutik

    yang

    mirip

    dengan terbutalin.

    Obat

    ini

    diberikan

    baik melalui

    inhalasi

    maupun

    secara

    oral

    untuk

    peredaan

    simtomatik

    bronkospasme.

    Jika di-

    berikan

    melalui

    inhalasi,

    obat

    ini

    akan

    menghasilkan

    bronkodilatasiyang

    signifikan dalam waktu

    15

    menit,

    dan

    efeknya bertahan

    selama

    3

    sampai

    4

    jam.

    Efek albuterol

    pada

    kardiovaskular

    jauh

    lebih

    lemah

    dibandingkan efek

    isoproterenol

    yang

    menghasilkan

    bronkoditatasi

    yang

    sebanding

    jika

    diberikan melalui

    inhalasi. Albuterol

    oral

    dapat menunda kelahiran

    prematur. Efek

    samping

    pada

    slstem

    saraf

    pusat

    dan

    sistem pernapasan

    jarang

    ter-

    amati.

    ISOETARIN

    *

    Seiektrvifas

    isoetarin terhadap reseplor

    p,

    adrenergik

    mungkin

    tidak

    dapat

    menyamai

    beberapa

    obat

    lain.

    Walaupun

    reslsfen terhadap

    metabolisme

    oteh MAO,

    se-

    nyawa

    ini termasuk katekolamin sehingga

    merupakan

    subsfraf

    yang

    baik untuk

    C)MT

    (Tabel

    10-1). Obat ini

    hanya digunakan secara inhalasi

    untuk

    penanganan

    eplsode b

    ro

    n

    ko

    ko n stri

    ksi

    akut.

    PIRBUTEROL

    Pirbuterol merupakan agonis

    B,

    yang relatif

    selektif.

    Struktumya mirip dengan albuterol. Pirbuterol

    asetat

    (uxan)

    tersedia

    untuk

    terapi

    inhalasi;

    pemberian

    dosis

    biasanya

    setiap 4

    sampai 6

    jam.

    BITOLTEROL

    Bitolterol

    (ronNturr)merupakan

    suafu

    prodrug

    agonis

    B,

    baru

    yang gugus

    hidroksilnya di bagian katekol

    terlindungi

    oleh

    esterifikasi. Aktivitas

    esferase

    yang

    diduga lebih

    besar

    di

    paru-paru

    dibandingkan

    di hati

    menghidrollsis

    prodrug

    ini menjadi

    bentuk

    aktifnya

    yaitu

    kolterol, atau

    terbutylne

    (ihalTabel

    10-1).

    Durasi

    efek

    bitolterol

    setelah

    inhalasiadalah

    3-6

    jam

    FENOTEROL

    Fenoterol

    (srnorec)

    merupakan

    agonls

    seiekflf

    reseptor

    B,

    yang

    diberikan

    melalui

    inhalasi. Fenoterol

    memiliki

    onset kerja

    yang

    segera, dan

    efek

    yang

    tahan

    lama

    (4

    sampai

    6

    jam).

    Kemungkinan adanya

    hubungan antara

    penggunaan

    fenoterol

    dan

    meningkatnya

    kematian

    Agonis

    Reseptor

    Adrenergik

    Selektif

    /,

    Dalam

    penanganan

    asma,

    lebih diinginkan kecenderung-

    an aktivasi reseptor

    Brtanpa

    stimulasi

    reseptor

    8,.

    Obat-

    obatan dengan kecenderungan afinitas terhadap

    reseptor

    F,

    melebihi reseptor

    F,

    telah dikembangkan,

    namun

    se/ekflvifas

    tidak absolut

    dan hilang

    pada

    konsentrasi

    tinggi. Pembelan

    dosis

    kecil agonis

    B,

    dengan

    cara

    inhalasi

    mengakibatkan aktivasi efektif

    reseptor

    B,

    di

    bronkus,

    namun konsentrasi

    obat

    secara sistemik sangat

    rendah. Akibatnya, hanya sedikit

    polensi

    untuk

    meng-

    aktivasi

    reseptor

    F,

    jantung

    atau untuk

    menstimulasi

    reseptor

    B,

    di otot

    rangka

    (yang

    dapat menyebabkan

    tremor).

    Penggunaan

    agonis

    B

    untuk

    penanganan

    asma

    dibahas

    pada

    Bab

    27.

    METAPROTERENOL

    Metaprlterenol

    (disebv(.

    orsi-

    prenalin

    di

    Eropa), terbutalin

    dan

    fenoterol,

    termasuk

    golongan

    struktural bronkodilator

    resorsinol yang

    mempunyai

    gugus

    hidroksil

    pada

    posisi

    3

    dan

    5

    cincin

    fenil

    (bukan

    pada

    posisi

    3

    dan

    4 seperti

    pada

    katekol;

    lihatTabel

    l0-1). Akibatnya, obat-obat

    ini

    resisren rer-

    hadap metilasi

    oleh COMT dan

    suatu

    fraksi yang

    cukup

    besar

    (40%)

    diabsorpsi dalam bentuk

    aktif

    setelah pembeqian oral.

    Metaproterenol diekskresi

    ter-

    utama

    sebagai konjugat

    asam

    glukuronat.

    Metapro-

    terenol selektif terhad^p

    f

    ,,

    meskipun

    mungkin

    kurang

    selektif dibandingkan

    albuterol atau

    terbutalin; oleh

    karena

    itu,

    metaproterenol lebih

    mungkin

    menyebabkan

    stimulasi kardiak.

    Efek terjadi dalam beberapa

    menit

    sete/ah

    inhalasi dan

    berlahan selama

    beberapa

    jam.

    Sete/ah

    pemberian

    oral,

    onset

    kerja lebih lambat, tetapi efek bertahan

    3 sampai

    4

    jam.

    Metaproterenol

    (nureNr,

    Iainnya) digunakan

    untuk

    pengobatan

    jangka

    panjang penyakit

    saluran

    napas

    obstruktif,

    asma,

    dan

    untuk

    penanganan

    bronkospasme

    akut

    (lihat

    Bab 27). Efek samping

    mirip

    dengan

    bron-

    kodilator simpatomimetik

    kerja cepat

    dan

    sedang.

    TERBUTALIN

    Terbutalin

    merupakan

    bronkodilator selektif-p,

    yang

    mengandung

    cincin

    resorsinol sehingga

    bukan meruBa-

    kan

    substrat

    untuk COMT. Obat

    ini

    efektif

    bila digunakan

    secara oral, subkutan,

    atau melalui

    inhalasi. Efek obat

    ini

    cepat teramati

    setelah

    inhatasi atau

    pemberian

    parenteral;

    sete/ah

    inhalasi, kerjanya dapat

    bertahan selama

    3

    sampai 6

    jam.

    Pada

    pemberian

    oral,

    onset

    efeknya

    mungkin

    tertunda selama

    1

    sampai

    2

    jam.

    Terbutalin

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    13/38

    karena

    asma

    di

    Selandia

    Baru

    masih

    diperdebatkan.

    Fenoterol masih

    di

    bawah

    investigasi

    untuk

    penggunaan

    di As.

    FORMOTEROL

    Formoterol

    (ronaou)

    merupakan

    agonis

    selektif-p, kerja-

    lama, Iipofilik,

    dan

    berafinitas

    tinggi.

    Bronkodilatasi yang

    signifikan terjadi

    dalam beberapa

    menit

    setelah inhalasi

    dan dapat beftahan

    hingga

    12

    jam,

    suatu

    keuntungan

    jika

    dibandingkan

    dengan agonis selektif

    B,lainnya

    untuk

    penanganan

    kondisi seperti

    asma

    nokturnal.

    Formoterol

    telah disetujui FDA untuk

    penanganan

    asma, bronko-

    spas/??e,

    profilaksis

    bronkospasme

    yang

    diinduksi

    oleh

    olahraga dan

    C)PD.

    PROKATEROL

    Prokaierol

    (uasucw,

    Iainnya;

    tidak

    tersedia

    di

    AS),

    me-

    rupakan agonis

    selektif

    f

    ,,

    diberikan dengan inhalasi

    dan

    mempunyai

    onset kerja

    yang

    segera dan beftahan hingga

    sekitar

    5

    jam.

    SALMETEROL

    Salmeterol

    (szaevett)

    merupakan agonis

    resepto r

    selek-

    tif-|,

    yang

    lipofilik sefta memiliki kerja diperlama

    (>12

    jam)

    dan selektifitas

    yang

    relatif tinggi

    (50

    kali dibanding-

    kan

    albuterol)

    untuk

    reseptor

    B,

    Karena

    onset

    kerjanya

    setelah

    inhalasi

    relatif lambat,

    salmeterol

    tidak

    cocok

    sebagal

    terapi tunggal untuk menangani

    serangan

    bronkospasme akut.

    Salmeterol atau formoterol merupa-

    kan

    obat

    pilihan

    untuk

    asma

    nokturnal

    pada

    pasien yang

    masih

    mengalami

    gejala

    simptomatik walaupun

    telah

    diberikan

    obat anti

    inflamasi

    sefta

    penanganan

    standar

    lainnya.

    Salmeterol'

    menghasilkan kelegaan simptomatik

    dan meningkatkan kerja

    paru-paru pada pasien

    dengan

    COPD. Salmeteroltidak boleh digunakan lebih

    dai

    2 kali

    sehari

    (pagi

    dan

    sore)

    dan

    sebaiknya

    tidak

    digunakan

    untuk menangani

    gejala

    asma akut,

    yang

    harus ditangani

    dengan agonis

    B,

    kerja cepat ketika terjadi

    gejala

    serangan. Salmeterol dimetabolisme oleh CYP3A4 men-

    jadi

    a-hidroksi-salmeterol

    yang

    dieliminasi

    terutama

    melaluifeses.

    RITODRIN

    Ritodrin merupakan agonis

    p,

    selektif

    yang

    awalnya di-

    kembangkan

    sebagai relaksan uterus. Setelah

    pemberian

    o

    ral,

    rito

    d

    ri

    n

    d

    absorpsi secara

    ce

    p

    at

    teta

    i

    ti

    d

    ak

    s

    e

    m

    p

    u

    m

    a

    (30%|

    dan 90%

    obat

    diekskresi

    dalam urine

    sebagai

    konjugat

    tidak alrtif;

    setelah

    pemberian

    intravena,

    sekitar

    50% ritodrin diekskresi

    dalam bentuk awal. Farmakokinetik

    ritodrin

    bersifat

    kompleks dan

    belum seluruhnya

    jelas,

    terutama

    pada

    wanita

    hamil, Pembeian ritodrin

    secara

    intravena

    pada pasien

    teftentu dapat menghentikan

    per-

    salinan

    prematur

    dan memperpanjang kehamilan. Namun,

    BAB

    10 Agonis

    danAntagonisedrenergik

    147

    agonis

    selektif

    f

    ,

    mungkin

    tidak memiliki

    manfaat

    klinis

    yang

    signifikan

    terhadap moftalitas

    perinatal

    dan mungkin

    sebetulnya

    meningkatkan

    morbiditas

    maternal,

    Pada

    satu

    penelitian

    yang

    membandingkan

    nifedipin

    dengan

    itodrin

    dalam

    penanganan

    kelahiran

    prematur,

    nifedipin

    dikaitkan

    dengan

    penundaan

    kelahiran

    yang

    lebih lama,

    efek

    samping maternal

    yang

    lebih

    sedikit

    dan lebih

    sedikit,

    kasus

    pemindahan

    bayi ke neonatal

    intensive

    care

    unit

    (Ntcu)

    EFEK MERUGIKAN

    AGONIS

    SELEKTIF

    B,

    Efek

    merugikan

    agonis

    B-adrenergik

    yang

    utama

    terjadi

    akibat aktivasi

    reseptor

    B

    secara

    berlebihan:

    tremor,

    biasanya

    akan

    terjadi toleransi

    terhadap

    efek ini

    dan dapat

    d iminim

    alkan deng an

    meng aw ali

    te

    rapi

    o

    ral

    me ngg

    un akan

    dosis

    obaf

    yang

    rendah

    dan meningkalkan

    dosis

    secara

    beftahap

    seiring

    toleransi

    terhadap

    tremor berkembang;

    perasaan

    gelisah,

    cemas,

    dan

    ansietas,

    yang

    dapat

    membatasi

    terapi; dan

    takikardia,

    terutama

    terjadi melalui

    reseptor

    8,,

    tetapi

    juga

    melalui

    reseptor

    p, jantung,

    atau

    merupakan

    efek

    refleks

    yang

    berasal

    dari

    vasodilatasi

    perifer

    yang

    diperantarairesepfor

    f

    ,.

    Selama serangan

    asma

    yang

    parah,.

    frekuensi

    jantung

    sebenarnya

    dapat

    berkurang

    selama terapi

    dengan agonis

    B,

    diduga

    hal ini

    terjadi

    karena

    pekaikan

    fungsi

    pulmoner

    yang

    diikuti

    dengan

    pengurangan

    stimulasi

    simpatik

    jantung

    secara

    endogen. Pada

    penderita

    tanpa

    penyakit

    jantung,

    agonis

    p

    jarang

    menimbutkan

    aritmia signifikan

    atau

    iskemia

    miokardial;

    namun,

    pasien yang

    mempunyai

    dasar

    penya-

    kit afteri koroner

    atau aritmia

    yang

    ada

    sebelumnya

    me-

    miliki

    risiko

    lebih

    besar. Risiko

    efek kardiovaskular

    yang

    merugikan

    juga

    beftambah

    pada

    pasien

    yang

    meneima

    penghambat

    MAO; harus

    diberi

    jeda

    dua minggu

    antara

    penggunaan

    inhibitor

    MAO

    dan

    pemberian

    agonis

    pratau

    obat

    simpatomimetik

    lainnya.

    Udem

    pulmoner

    parah

    dilaporkan

    terjadi

    pada

    wanita

    yang

    menerima

    ritodin

    atau terbutalin

    untuk

    persalinan prematur.

    Sejumlah

    studi epidemiologi

    menunjukkan

    kemun -

    kinan

    adanya hubungan

    antara

    penggunaan

    agonis

    B

    dalam

    wal

  • 8/16/2019 10. Agonis Dan Antagonis Adrenergik

    14/38

    148

    seCIAN II Obat-Obat

    yang Bekerja

    pada Tempat

    Pertautan

    Sinaps dan

    Neuroefektor

    perlu

    dipertimbangkan

    (misalnya,

    penggunaan

    korliko-

    steroid

    secara inhalasi).

    Pada beberapa

    pasien

    diabetes,

    obat ini dapat

    memperparah hiperglikemia,

    dan

    mungkin

    dibutuhkan

    dosis

    lnsu/ln

    yang

    lebih tinggi.

    Semua

    efek

    merugikan

    ini memiliki kemungkinan

    teriadi

    yang

    iauh

    lebih kecil

    pada

    terapi

    inhalasi dibandingkan terapi

    paren-

    teral atau oral.

    AGONIS RESEPTOR

    ADRENERGIK

    SELEKTIF

    a,

    Aktivasi reseptor

    adrenergik a

    pada.

    otot

    polos

    vaskular

    berakibat pada

    kontraksi yang

    menyebabkan

    pening-

    katan

    resistensi

    vaskular periferal

    dan tekanan

    darah.

    Valaupun

    penggunaan

    klinis agonis

    a

    terbatas, obat-

    obatan

    ini

    dapat

    berguna untuk

    penanganan

    hipotensi

    dan

    syok.

    Beberapa sifat obat-obat

    di bawah

    ini dapat

    dilihat dari

    strukturnya

    (Tabel

    10-1).

    Fenilefrin

    Fenilefrin

    (NEo-svNElHntwe,

    lainnya)

    merupakan

    ago-

    nis

    reseptor a,

    selektifi fenilefrin

    hanya

    mengaktivasi

    reseptor-

    B

    pada dosis

    yang

    sangat

    tinggi.

    Fenilefrin

    menyebabkan vaso

    konstriksi

    arterial

    kuat selama pem-

    berian

    infus intravena.

    Fenilefi'in

    juga

    digunakan

    sebagai

    dekongestan

    nasal serta sebagai

    midriatikdaiam

    berbagai

    folmulasi

    nasal

    dan

    oftalmik

    (lihatBab

    63 untuk peng-

    gunaan

    oftalmik).

    Mefentermin

    Mefentermin

    (wvauwe

    sutrtrQ bekeria

    baik

    secara lang-

    sung maupun

    tidak

    langsung. Sefe/ah

    inieksi

    intramus-

    kular,

    onset

    kerjanya

    segera

    (dalam

    5

    sampai

    15

    menif

    ,

    dan efek

    dapat

    berlangsung

    selama beberapa

    iam

    Karena obat

    ini melepaskan

    NE,

    kontraksi

    iantung

    meningkat,

    curah

    jantung

    serla tekanan

    sistolik

    dan dias-

    tolik

    biasanya

    naik. Perubahan

    pada

    denyut

    iantung

    tidak

    sama,

    bergantung

    pada

    tingkat

    tonus

    vagus. Efek

    me'

    rugikan berkaitan

    dengan siimulasl

    SSP,

    peningkatan

    tekanan

    darah

    yang

    berlebihan,

    dan

    aritmia.

    Mefentermin

    digunakan

    untuk

    mencegah

    hipotensi,

    yang

    seringkali

    me nye

    rtai anesfesia splnai.

    Metaraminol

    Metaraminol

    (aanuwQ

    merupakan

    obat dengan

    keria

    campuran:

    agonis

    pada

    reseptor rx-adrenergik vaskular

    dan

    juga

    senyawa

    yang

    bekerja

    secara

    tidak

    langsung

    untuk

    menstimulasi

    pelepasan

    NE. Obat

    initelah

    diguna'

    kan

    dalam

    penanganan

    keadaan

    hipotensif

    atau

    peng'

    gunaan

    off

    label untuk

    meredakan

    serangan

    takikardia

    atrial

    paroksismal,

    terutama

    yang

    berhubungan

    dengan

    hipotensi

    (lihat

    Bab

    34

    untuk

    penanganan

    aritmia

    yang

    Iebih

    disukai).

    Midodrin

    Midodrin

    (caomnwz)

    merupakan

    agonls

    resepfo

    r

    a,yang

    efektif

    secara

    oral.

    Senyawa

    ini

    merupakan

    suafu

    pro-

    drug; aktivitasnya disebabkan oleh konversinya menjadi

    metabolit aktif, desglimidodrin,

    yang

    mencapai

    kon-

    senfrasi

    puncak

    sekitar

    1

    jam

    setelah

    pemberian

    satu

    dosis midodrin. Waktu

    paruh

    desglimidodrin

    adalah

    sekitar 3

    jam,

    durasi

    kerjanya

    ialah

    4-6

    jam.

    Midodrin

    menstimulasi

    kontraksi olot

    polos

    arteri

    dan vena, dan

    bermanfaat

    untuk menanganl insuilsiensi otonom

    dan

    hipotensi

    postural.

    Komplikasi lebih lanjut

    yang

    sering

    ditemukan

    pada

    pasien

    tersebut

    adalah hipeftenslposisl

    telentang.

    Hal ini

    dapat diminimalkan dengan

    meng-

    hindarkan

    pemberian

    obat

    sebelum

    tidur dan menaikkan

    kepala

    tempat

    tidur Dosls lazim,

    yang

    dicapai dengan

    penyesuaian

    respons tekanan darah secara

    cermat,

    berkisar antara 2,5

    dan

    10

    mg

    tiga

    kali

    sehari.

    AGONIS

    ADRENERGIK SELEKTIF-a,

    Agonis ad renergik selektif

    resepto r-ct,

    terutama digun a-

    kan untuk

    penanganan

    hipertensi

    slsfemrk. Penggunaan

    ini

    agak

    mengherankan karena banyak

    pembuluh

    darah

    mengandung

    reseptor adrenergik

    a,

    pascasinaps yang

    memicu vasokonstriksi; sesungguhnya,

    peningkatan

    tekanan darah

    merupakan

    respons

    segera dan singkat

    terhadap

    senyawa

    ini. Oleh karena itu,

    semua agonis a,

    harus

    digunakan dengan sangat

    hati-hati

    pada pasien

    dengan

    penyakit

    kardiovaskular. Beberapa

    agonis a,

    be rm anf a at u ntuk

    m

    e

    n

    u

    ru

    n

    ka

    n

    te

    ka

    n a

    n

    i

    ntraokul ar.

    Klonidin

    lnfus klonidin secara

    intravena

    dapat menyebabkan

    pe-

    ningkatan

    tekanan darah akut karena aktivasi reseptor a,

    pascasinaps

    di otot

    polos

    vaskular. Afinitas

    klonidin

    terhadap reseptor

    initinggi,

    walaupun

    obat

    ini

    merupakan

    agonis

    parsial

    dengan

    khasiat

    yang

    relatif rendah

    pada

    tempat-tempatlnl.

    Respons

    hrp ertensif setelah

    pemberian

    klonidin

    secara

    parenteral

    umumnya tidak

    terlihat

    jika

    obat

    ini

    diberikan

    secara

    oraL

    Baik

    setelah

    pemberian

    parenteral

    meupun oral, vasokonstriksi

    yang

    bersifat

    sementara

    diikuti

    oleh

    respons hipotensif

    yang

    ber-

    langsung le