Acc 2 Plankton, ^ _ ^
-
Upload
cyrum-barnike-beru-ketaren -
Category
Documents
-
view
79 -
download
1
Transcript of Acc 2 Plankton, ^ _ ^
LAPORAN EKOSISTEM PESISIRPLANKTON
Oleh :
Reza Lovian Amasofa H1G010032Cyrum Barnike Beru Ketaren H1G010043Nahla Mufida H1G011011Atik Hidayati H1G011016Ahmad Ardani H1G011031
Asisten : R. Taufan Harisan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wana wisata Tritih di daerah Cilacap, Jawa Tengah merupakan
kawasan hutan payau yang ditumbuhi tanaman bakau yang
merupakan wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Banyumas Barat. Letaknya 3 km dari kota Cilacap. Wana wisata
Tritih dan sekitarnya merupakan ekosistem payau yang mempunyai
peran ekologi yang sangat penting bagi berbagai biota perairan.
Kawasan ini dimanfatkan oleh beberapa biota akuatik termasuk ikan,
sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan
(feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground).
Kehidupan hewan akuatik dalam hubungannya dengan rantai
makanan sangat tergantung pada fitoplankton sebagai produsen
primer dan zooplankton sebagai konsumen primer yang mendukung
kehidupan organisme tingkat tinggi (Khasanawati, 2005).
Plankton merupakan jasad renik yang hidupnya melayang-
layang. Plankton ada yang hidup sebagai hewan yang dinamakan
zooplankton dan ada yang hidup sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Eksistensi plankton dapat berupa uniselular (koloni) maupun
multiselular (filamen). Plankton merupakan penyambung utama
detritus utama bagi kehidupan benthos di perairan. Peran plankton
sangat besar dalam menjaga dan memelihara keseimbangan ekologis
ekosistem perairan (Sachlan, 1982).
Keberadaan plankton sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya masukan air tawar. Masuknya air tawar dari berbagai
sungai yang mempunyai karakteristik berbeda diduga akan
mempengaruhi keberadaan plankton yang ada. Faktor lain yang
mempengaruhi keberadaan plankton adalah sifat fisika dan kimia air.
Sifat fisika air yang berpengaruh antara lain suhu dan sifat kimia
airnya antara lain : salinitas, pH, TSS, kekeruhan dan oksigen terlarut.
Wetzel (1983) menyatakan bahwa perkembangan plankton sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya baik sifat fisika, kimia
maupun biologi perairan.
1.2. Perumusan Masalah
Perairan payau wana wisata Tritih mempunyai karakteristik
perairan yang sangat komplek dan fluktuatif. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi keberadaan plankton (fitoplankton dan zooplankton)
baik kelimpahan maupun keragamannya yang merupakan produsen
primer bagi organisme tingkat tinggi. Dari uraian tersebut dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapa nilai kelimpahan dan keragaman plankton di perairan
payau wana wisata Tritih dan sekitarnya?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan keragaman
plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata Tritih dan
sekitarnya ?
1.3. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui nilai kelimpahan dan keragaman plankton di
perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan
keragaman plankton tiap jenis di perairan payau wana wisata
Tritih dan sekitarnya.
1.4. Manfaat Praktikum
Hasil praktikum yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai kelimpahan dan keragaman plankton dan faktor
yang mempengaruhi kelimpahan dan keragaman plankton tiap jenis
di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perairan Payau (Estuarin)
Plankton estuarine atau di daerah mangrove merupakan
plankton yang terdiri dari plankton dari air tawar dan laut. Perairan
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perairan tawar dan
perairan laut. Perairan tersebut pada hakekatnya merupakan suatu
ekosistem yang didalamnya selalu terdapat komponen biotik dan
abiotik yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara satu
dengan lainnya (Odum, 1971). Perairan tawar meliputi beberapa jenis
perairan seperti sungai, waduk, danau, kolam, dan lainnya (Odum,
1971). Perairan yang baik adalah perairan yang memiliki
keanekaragaman jenis plankton yang tinggi dengan kelimpahan
plankton yang rendah sehingga kesuburan suatu perairan dapat
diketahui (Sachlan, 1982).
Perairan estuarine merupakan pertemuan air tawar dan air asin
dengan sifat fisika dan kimia khusus yang berperan menciptakan
suatu lingkungan yang khas. Sehingga perairan ini hanya dapat
dihuni oleh relative sedikut spesies yang mampu bertahan hidup.
Pada umumnya estuarine didominasi oleh substrat berlumpur yang
seringkali lunak yang berasal dari sedimen yang dibawa ke dalam
estuarine, baik oleh air tawar maupun air laut (Odum, 1971).
Daerah ini selalu berubah-ubah karena selalu terjadi proses
pengendapan dan erosi dari sungai. Proses pengendapan mempunyai
peranan yang besar dalam pengangkutan bahan-bahan beracun
khususnya pestisida. Daerah estuarine merupakan daerah
penampung limbah industri, limbah domestik dan sisa-sisa bahan
kimia pertanian. Organisme yang hidup di daerah ini adalah
organisme yang tahan terhadap perubahan fisika dan kimia perairan
yang disebabkan terjadinya pasang dan surut (Nybakken, 1988).
Pada perairan estuarine beberapa spesies holoplankton
terdapat dengan kepadatan yang tinggi. Nybakken (1988)
menerangkan bahwa jumlah organisme zooplankton terbesar adalah
anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termsuk kelas
Crustacea dan Copepoda.
2.2 Plankton
Plankton adalah jasad renik yang hidupnya melayang-layang
dalam perairan, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan gerakannya
selalu mengikuti arus air (Odum, 1971). Welch (1952) membagi
plankton berdasarkan jenisnya yaitu plankton yang berupa binatang
yang disebut zooplankton dan plankton berupa tumbuhan yang
disebut fitoplankton.
Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan
mengapung, menghanyut, ataupun berenang lemah, artinya mereka
tidak mampu melawan arus (Ismail dan Muhammad, 1992). Sachlan
(1982) menyatakan bahwa ukuran plankton sangat beraneka ragam
yang terkecil disebut nannoplankton (< 20 mm), mikroplankton (20-
200 mm) dan megaplankton (> 200 mm).
Plankton, terutama fitoplankton, mempunyai peranan yang
sangat besar dalam ekosistem perairan, karena fitoplankton dengan
kandungan klorofil yang dimilikinya mampu mengikat energi matahari
menjadi substansi organik yang dapat digunakan sebagai makanan
untuk mendukung produktivitas perairan secara utuh. Hasil
penelitian, baik melalui ekspedisi maupun perorangan, menunjukkan
bahwa distribusi plankton di perairan lokal maupun global,
mempunyai variasi yang beraneka ragam (Odum, 1971).
Fitoplankton merupakan plankton tumbuhan yang dikenal
sebagai ganggang mikroskopis. Fitoplankton juga merupakan pakan
alami bagi zooplankton dan larva ikan, baik langsung maupun tidak
langsung di air tawar, payau atau laut. Fitoplankton adalah plankton
nabati berklorofil, maka hidupnya terbatas pada daerah yang masih
mendapat cahaya matahari, yaitu zona eufotik (Edmondson, 1959).
Fitoplankton merupakan salah satu organisme perairan yang
pergerakannya dipengaruhi oleh arus dan merupakan suatu
komponen rantai makanan yang dapat merubah zat-zat anorganik
menjadi suatu zat organik melalui proses fotosintesis. Kelimpahan
fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
yang meliputi fisika, kimia dan biologi. Contohnya suhu, kekeruhan,
pH, gas-gas terlarut, nutrien dan adanya interaksi dengan organisme
lain (Odum, 1971).
Suatu komunitas dinyatakan mempunyai keragaman tinggi jika
komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis
yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas itu disusun
oleh sedikit jenis dan hanya sedikit jenis yang dominan, maka
keragaman jenisnya rendah. Keragaman jenis yang tinggi
menunjukkan kompleksitas komunitasnya tinggi karena dalam
komunitas terjadi interaksi yang tinggi pula (Sachlan, 1974). Sebelum
mengaplikasikan beberapa indeks biologis yang umumnya berupa
berbagai bentuk formula (rumus), maka sampel plankton perlu
dianalisis. Analisis dilakukan hingga tingkat spesies, karena analisis
spesies akan menghasilkan nilai yang lebih sensitif daripada jenis
(genus). Analisis penentuan spesies bersifat kualitatif (Schwoerbel,
1972).
Umumnya jasad renik yang berupa plankton sangat peka
terhadap perubahan keadaan lingkungan hidupnya (Soeseno, 1970).
Menurut Odum (1971) dan Sachlan (1982), beberapa faktor fisik dan
kimia yang mendukung kehidupan plankton adalah suhu, pH, cahaya
matahari, oksigen terlaut, karbondioksida bebas, DMA, nitogen,
fosfat, kalsium, dan magnesium. Perubahan dari faktor fisik dan kimia
secara tiba-tiba akan dapat memusnahkan plankton.
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi Praktikum
3.1.1 Obyek
Obyek praktikum ini adalah sampel plankton, baik sampel
fitoplankton ataupun zooplankton yang diambil dari perairan payau
wana wisata Tritih dan sekitarnya.
3.1.2 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ember
plastik isi 10 liter botol sampel (botol film), plankton net no 25, badan
air, mikroskop binokuler, objek glass, cover glass dan pipet seukuran.
3.1.3 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain formalin 40 % yang
diencerkan menjadi 4%, larutan lugol atau larutan CuSO4 jenuh
sebanyak 3 tetes.
3.2 Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
survey dengan pengambilan sampel secara acak.
3.2.1 Pengambilan Sampel Plankton
Sampel air diambil sebanyak 100 liter dengan menggunakan
ember plastik bervolume 10 liter dan kemudian disaring dengan
menggunakan planktonnet no 25. Sampel air yang tertampung dalam
botol penampung planktonnet dipindahkan ke dalam botol sampel
yang ditambahkan larutan formalin 40% menjadi 4% dan ditambah
larutan lugol sebanyak 3 tetes, lalu diamati dan diidentifikasi di
laboratorium dan dihitung jumlahnya dengan bantuan mikroskop
binokuler.
3.2.2 Identifikasi dan Perhitungan Kelimpahan Plankton
Air sampel dalam botol sampel diamati dengan mikroskop
sebanyak 30 kali lapang pandang. Sebelumnya botol sampel
dihomogenkan terlebih dahulu hingga merata dan air sampel diambil
dengan menggunakan pipet seukuran. Plankton diidentifikasi dengan
menggunakan buku Davis (1955), Edmonson (1959), Sachlan (1982)
dan APHA (1985) dan Harrison dan Gardener (1992). Perhitungan
jumlah plankton tiap liter plankton yang ditemukan menggunakan
rumus modifikasi dari Lackey Drap Microtransect Counting (APHA,
1965) yaitu, F x N.
Rumus Kelimpahan Plankton = jumlah plankton/liter =
NxFtetes dimana,
F=Q1Q2
xV 1V 2
x1p
x1w
keterangan :
N = jumlah plankton rataan pada setiap preparatQ1 = luas gelas penutup 18 x 18 mm (324 mm2) Q2 = luas lapang pandang (1,11279 mm2)V1 = volume air dalam botol penampung (25 ml)V2 = volume air dibawah penutup ( 1 tetes = 0,05 ml)p = jumlah lapang pandang yang diamatiw = volume air yang disaring (L)
3.3 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 November
2013 pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai di perairan payau wana
wisata tritih dan sekitarnya. Pengamatan sampel dilakukan di
laboratorium Akuatik Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas
Jenderal Soedirman pada tanggal 27 November 2013.
3.4 Analisis Data
Data keragaman dan kelimpahan plankton dianalisis secara
deskriptif. Analisis ini digunakan untuk membandingkan kelimpahan
dan keragaman plankton. Rumus indek diversitas Shannon – Wiener
(H)
H=−∑i=1
s
Ni/ N ln Ni/ N
keterangan :
H = indeks keragamanS = jumlah spesiesNi = jumlah individu spesies ke-iN = jumlah total individu semua spesies
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 3. Kelimpahan dan Keragaman Plankton di Daerah Gelap
No Jenis Plankton JumlahKelimpahan(ind
/l)Keragama
n
1Calanus sp 7
407000 ind/ ha
1,7594
2 Naupilus sp 2 116000 ind/ ha
3 Polyarta sp 2 116000 ind/ ha
4 Synedra sp 2 116000 ind/ ha
5 Nitzschia sigma 2 116000 ind/ ha
6 Oscilatoria sp 4 232000 ind/ ha
7 Assuline sp 1 58000 ind/ ha
Tabel 4. Kelimpahan dan Keragaman Plankton di Daerah Terang
No Jenis Plankton JumlahKelimpahan(ind
/l)Keragama
n
1 Calanus sp 4 232000 ind/ ha
1,9367
2 Basicladia sp 1 58000 ind/ ha
3 Polyarta sp 1 58000 ind/ ha
4 Synedra sp 5 291000 ind/ ha
5 Nitzschia sigma 4 232000 ind/ ha
6 Balanus balanoides 1 58000 ind/ ha
7 Polycora ciliate 1 58000 ind/ ha
8 Trichodaeculia sp 158000 ind/ ha
9Cyclotella sp 1
58000 ind/ ha
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum di dapat data sebagai berikut:
Calanus
Naupilu
s
Polyarta
Syned
ra
Nitzsch
ia sig
ma
Oscilat
oria
Assulin
e0
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan 9 jenis
plankton di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya. Jenis
plankton yang paling dominan adalah Calanus dengan kelimpahan
terbesar pada daerah gelap sebesar 407 ind/L. Indeks keragaman
plankton pada daerah gelap sebesar 1,7594, sedangkan pada daerah
terang sebesar 1,9367. Hal ini menggambarkan bahwa keadaan
lingkungan perairan di hutan Payau Cilacap ini tergolong baik karena
diperoleh keragaman yang moderat sampai tinggi dan kelimpahan
jenis per individu rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Chapman
(1973) yang menyatakan bahwa kelimpahan plankton dapat dijadikan
indikator tingkat kesuburan perairan. Kesuburan perairan dikatakan
baik apabila keragaman tinggi dan kelimpahan jenis plankton rendah.
Sebaliknya perairan dikatakan kurang subur apabila keragamannya
rendah dan kelimpahan jenis per individu plankton rendah.
Melimpahnya salah satu jenis plankton di perairan payau wana
wisata Tritih disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain toleransi terhadap lingkungan, kemampuan bereproduksi,
kecerahan, suhu, salinitas, pH, TSS dan O2 terlarut merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan dari plankton
di perairan dalam hal ini adalah ekosistem perairan payau (Chapman,
1973).
Toleransi berhubungan dengan kemampuan hidup suatu
organisme di lingkungan dan kondisi yang berbeda. Perairan payau
wana wisata Tritih mempunyai karakteristik yang sangat komplek dan
bersifat fluktuatif. Hal ini menyebabkan hanya beberapa jenis yang
mampu bertahan dan eksis berada dilingkungan yang ekstrim. Contoh
jenis plankton yang mampu hidup dengan baik pada perairan payau
adalah Oscillatoria dan Nitzchia (Palmer, 1962 dalam Nemerow,
1991).
Reproduksi merupakan cara bagi suatu organisme untuk dapat
terus melanjutkan eksistensinya dimana organisme tersebut hidup.
Cara reproduksi dari plankton ada 2 macam yaitu seksual dan
aseksual (Rahayu, 1996). Reproduksi juga berkaitan erat dengan
pertumbuhan (Dwijoseputro, 1990 dalam Rahayu, 1996). Apabila
kondisi lingkungan mendukung untuk reproduksi maka kemungkinan
terjadinya regenerasi akan semakin besar, meningkatnya jumlah
kelimpahan dan eksistensi dapat dipertahankan.
Perairan payau berwarna keruh yang disebabkan oleh
masuknya sedimen dari sungai dan proses degradasi bahan organik
yang tinggi. Proses fotosintesis sangat tergantung terhadap intensitas
cahaya matahari. Plankton dalam hal ini fitoplankton membutuhkan
cahaya matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Selain itu
fitoplankton bersifat fototaksis positif artinya organisme tersebut
akan bergerak mendekati kearah sumber cahaya (Sachlan, 1982).
Suhu berpengaruh pada proses metabolisme selular tubuh dari
suatu organisme. Menurut Welch (1952), suhu air yang paling sesuai
untuk pertumbuhan plankton adalah 25-30 0C. Sedangkan suhu yang
terukur adalah 27-28 0C. Suhu tersebut memperlihatkan nilai yang
dapat di toleransi oleh plankton. Suhu berkaitan erat dengan
persediaan unsur hara, di dalam air yang hangat kebutuhan makanan
relatif lebih banyak dibandingkan dengan perairan yang dingin.
Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kehidupan plankton, terutama dalam proses fisiologi pengambilan
dan nutrien (Reid, 1976). Perairan payau mempunyai gradien salinitas
yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari
sungai dan air laut melalui pasang surut. Salinitas yang sesuai untuk
kehidupan plankton adalah 5-30 ppt. Hasil pengukuran salinitas
menunjukkan 15 ppt. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh plankton yang
ada di perairan payau wana wisata Tritih.
Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dari kepekatan
ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu larutan yang mempunyai
pengaruh besar terhadap kehidupan biota ait termasuk plankton, oleh
karena itu pH dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik
atau buruknya suatu perairan (Soeseno, 1974). Sachlan (1982)
menyatakan pH yang baik untuk kehidupan di perairan payau adalah
6,5-8,5. Hasil pengukuran pH menggunakan kertas lakmus
menunjukkan skala 7. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh plankton
yang hidup di perairan payau wana wisata Tritih dan sekitarnya.
Total Suspended Solid (TSS) merupakan jumlah padatan atau
partikel tersuspensi yang terdapat dalam suatu perairan baik organik
maupun anorganik. Padatan ini mempunyai ukuran lebih kecil dari
padatan terendap. Padatan ini akan mempengaruhi penetrasi cahaya
matahari yang akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesis
oleh fitoplankton.
Oksigen terlarut merupakan salah satu gas yang dibutuhkan
oleh plankton untuk melakukan respirasi. Kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh faktor temperatur, pada temperatur tinggi kelarutan
oksigen rendah dan pada temperatur rendah kelarutan oksigen tinggi.
Tiap-tiap spesies biota akuatik mempunyai kisaran toleransi yang
berbeda-beda. Kisaran oksigen terlarut yang masih mendukung
kehidupan organisme perairan adalah > 3 mg/L. Hasil pengukuran
oksigen terlarut air payau di wana wisata tritih dan sekitarnya adalah
2,8 mg/L. Nilai ini masih dapat ditolerir oleh organisme perairan
termasuk plankton (Dix, 1981).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Jenis plankton yang ditemukan sebanyak 9 jenis, yang paling
dominan adalah Calanus sp dengan kelimpahan sebesar 407 ind/l.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan plankton antara lain
toleransi terhadap lingkungan, kemampuan bereproduksi,
kecerahan, suhu, salinitas, pH, TSS dan O2 terlarut.
5.2 Saran
Perlu kajian lebih lanjut mengenai kelimpahan dan keragaman
serta faktor yang mempengaruhi keberadaan plankton. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik perairan payau yang sangat kompleks
dan bersifat sangat fluktuatif. Perlu dilakukan kajian mengenai
plankton yang mampu hidup dalam kondisi pasang maupun surut.
DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1985. Standard Methode for Examination of Water and Wastewater. 12 th ed. APHA-AWWA-WPCF, Washington, DC.
Basmi, E Johan.1999. Planktonologi Bioekologi Plankton Algae. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. IPB. Bogor.
Chapman, V. J. and P. J. Chapman. 1973. Ecology Fresh Water The Algae. 2nd Edition. Mac Millan and Co. Ltd. London.
Chapman, K. W. 1973. Makroinvertebrates. Blakwell Science Publisher. Oxford.
Davis, C. G. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State University Press, USA.
Dix, H. M. 1981. Environment Pollution. John Willey and Sons. New York.
Edmondson, W. T. 1959. Freshwater Biology. John Willey And Son, New York.
Hutabarat, S dan Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press, Jakarta.
Khasanawati, Nur. 2005. Produktifitas Primer Fitoplankton di Tambak Tradisional Desa Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap. Skripsi. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Ismail, A dan B. Muhammad. 1992. Ekologi Air Tawar. BHD, Kuala Lumpur.
Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary and Ocean Pollution. Van Nostrand Reinhold, New York.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia, Jakarta.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. Sounders and Company, Philadelphia.
Rahayu, M. 1996. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton pada Instalasi dan Pengolahan Air Limbah
Domestik di Bantul Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Reid, G.K. 1976. Ecology of Inland Water and Estuaries. D. Van Nostrand Company, New York.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan UNDIP, Semarang.
Schwoerbel, J. 1972. Methods of Hydrobiology (Freshwater Biology). Pergamon Press, Oxford, London.
Soeseno, S. 1970. Limnologi. Departemen Pertanian, Jakarta.
Welch, E. C. 1952. Limnology. Mc Graw Hill Book Company Inc, New
York.
Wetzel, R. G. 1983. Limnoloyi Analysis. Springer Verlag, New York
LAMPIRAN
Plankton GelapGenera U1 U2 U3 TotalCalanus 2 2 3 7Naupilus 1 1 - 2Polyarta 1 1 - 2Synedra 1 - 1 2
Nitzschia sigma - 1 1 2Oscilatoria - 1 3 4
Assuline - - 1 1
Kelimpahan
F = Q1Q2
xV 1V 2
x1
Wx
1P
= 324
1,11279x
300,05
x1
30x
1100
= 58,2320
Calanus F x N = 58,2320 x 7 = 407 ind/LNaupilus F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LPolyarta F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LSynedra F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LNitzschia F x N = 58,2320 x 2 = 116 ind/LOscilatoria F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/LAssuline F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L
Keragaman
H’ = - ∑ ¿N
ln ¿N
= - { (4071161
ln407
1161¿¿+ (
1161161
ln116
1161¿¿+ (
1161161
ln116
1161¿¿+ (
1161161
ln116
1161¿¿+ (
1161161
ln116
1161¿¿+ (
2321161
ln232
1161¿¿+ (
581161
ln58
1161¿¿}
= - { (-0,3675) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,2301) + (-0,3218) + (0,1497) }= 1,7594
Plankton TerangGenera U1 U2 U3 TotalCalanus 3 - 1 4
Basicladia 1 - - 1Polyarta - - 1 1Synedra 2 2 1 5
Nitzschia sigma 1 1 2 4Balanus balanoides - 1 - 1
Polycora ciliata - 1 - 1Trichodaeculia - - 1 1
Cyclotella - - 1 1
Kelimpahan
F = Q1Q2
xV 1V 2
x1
Wx
1P
= 324
1,11279x
300,05
x1
30x
1100
= 58,2320
Calanus F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/LBasicladia F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LPolyarta F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LSynedra F x N = 58,2320 x 5 = 291 ind/LNitzschia F x N = 58,2320 x 4 = 232 ind/LBalanus F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LPolycora F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LTrichodaeculia F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/LCyclotella F x N = 58,2320 x 1 = 58 ind/L
Keragaman
H’ = - ∑ ¿N
ln ¿N
= - { (2321103
ln232
1103¿¿+ (
581103
ln58
1103¿¿+ (
581103
ln58
1103¿¿+ (
2911103
ln291
1103¿¿+ (
2321103
ln232
1103¿¿+ (
581103
ln58
1103¿¿+ (
581103
ln58
1103¿¿+¿
= - { (-0,3279) + (-0,1549) + (-0, 1549) + (-0,3515) + (-0, 3279) + (-0, 1549) + (-0, 1549) + (-0, 1549) + (-0, 1549) }
= 1,9367