acara III B. B U wawan
-
Upload
wawan-setiawan -
Category
Documents
-
view
382 -
download
9
Transcript of acara III B. B U wawan
PRATIKUM PETROGRAFI
Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan S.
Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 Stb : D 611 08 016
Perbesaran Total : 50 x
No. Urut : 01
No. Peraga : B 14
Jenis Batuan : Batuan Beku Ultrabasa
Kedudukan pengamatan (x,y) : (55,22)
Kenampakan Mikroskopis :
Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu
kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas Porfiroafanitik, fabric :
bentuk mineral euhedral-subhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus ophitic,
struktur massive, range ukuran mineral mulai dari 0,2 mm hingga 1,6 mm, dengan
ukuran mineral terkecil 1/50 x 10 mm = 0,2 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x
80 mm = 1,6 mm. Komposisi mineral batuan ini adalah Olivin, Piroksin Augit,
Plagioklas Bitownit, Piroksin Hiperstene.
Nikol Sejajar Nikol Silang
Nikol Sejajar Nikol Silang
A
P P
A
Deskripsi mineral :
1. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang hijau muda,
pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan
warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas rendah, bentuk
euhedral-subhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang batas
mineral jelas hingga tidak jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya tinggi, yang
dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang
jelas pada kondisi nikol sejajar, tak meiliki belahan, pecahan tidak rata, indeks
Bias Nm > Ncb, yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah
bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral
1/50 x 35 mm = 0.7 mm, mineral ini tak memiliki kembaran, sudut gelapan 45°
yang diperoleh dari perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap
maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral,
maka ini memiliki jenis gelapan simetris yakni pemadaman yang terjadi pada
posisi simetris. Warna interferensi maksimum (WI Max) hijau muda orde II
dengan nilai bias rangkap 0.036. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan
warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy.
2. Piroksin Augit. (Mg Fe) SiO2
Warna Pada Nikol Sejajar, Warna Orange, pada Nikol Silang Orange bentuk
kristal subhedral – anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana
bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas relief tinggi , pleokroisme dwikroik
yang dimana dapat diidentifikasi jika terjadi perubahan warna pada saat di putar
di 900. indeks bias Nmin>Ncb, belahan sempurna dua arah yang merupakan
bidang batasnya terlihat jelas, bias rangkap lemah kekuningan sampai merah orde
I, dapat di tentukan dengan membandingkan warna interferensi maksimum pada
nikol silang dengan tabel warna pada tabel Michel-Levy kembaran tidak ada.
Sudut gelapannya 350, Gelapan Miring dan Ukuran Mineral ukuran mineralnya
1/50*50= 1 mm.
3. Plagioklas
Warna mineral pada nikol sejajar orange kekuningan, warna pada nikol silang
hitam, bentuk mineral subhedral-anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi
dimana bentuk bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas, intensitas rendah,
relief rendah dicirikan kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks
bias cahaya dengan media sekitarnya rendah yang dapat diidentifikasi dari bentuk
bidang batas atau bidang sentuh mineral yang cukup jelas pada kondisi nikol
sejajar. Ukuran mineral < 0,01 mm dan masih dapat teramati pada perbesaran
total mikroskop 100 x.
4. Piroksin Hiperstene. (Mg Fe) SiO2 )
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang coklat
kekuningan, pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya
perubahan warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas rendah,
bentuk euhedral-subhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang
batas mineral jelas hingga jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya tinggi, yang
dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang
jelas pada kondisi nikol sejajar, belahan sempurna satu arah, pecahan rata, indeks
Bias Nm > Ncb. Ukuran mineral 1/50 x 40 mm = 0,8 mm, mineral ini tak
memiliki kembaran, sudut gelapan 45° yang diperoleh dari perhitungan besarnya
simpangan sudut antara gelap maksimum dan terang maksimum, gelapan simetris
yang dimana pemadaman yang terjadi pada posisi simetris. Warna interferensi
maksimum cokelat kekuningan orde II dengan nilai bias rangkap 0.032.
Presentase mineral :
Mineral I II III Rata-rata
Olivin 20% 15% 15% 16,6%
Piroksin Augit 30% 25% 20% 25%
Proksin Hiperstene 20% 20% 20% 20%
Plagioklas 30% 30% 40% 33,3%
Massa Dasar kristal 0 % 10% 5% 5 %
Total 100%
Nama batuan : Basalt Porfiri ( Fenton 1940 )
Porfiri Basalt ( Travis 1969 )
Hasil perhitungan untuk (Travis, 1955) :
% Rata-Rata K-feldspar ( tidak ada )
% Rata-Rata Plagioclase = % Rata-Rata = 33,3 %
Jadi jumlah seluruh Feldspar = % Rata-Rata K-feldspar + % Rata-Rata Plagioclase
= 0 % + 33,3 % = 33,3%,
23
dari seluruh feldspar = 23
* 33,3 % = 22. 2%
13
dari seluruh feldspar = 13
* 33,3 % =11,09%
Sedikit tidak ada Feldspar
Mineral utama Piroksin atau Olivin.
M assa dasar sebagai tambahan.
Tekstur faneritik & relasi in equigranular
JADI NAMA BATUANNYA ADALAH PORFIRI BASALT (TRAVIS,
1955)
.
Petroganesa :
Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang memiliki kenampakan dalam
pengamatan Mikroskopis yakni pada nikol sejajar berwarna orange, pada nikol silang
berwarna abu-abu kehitaman. Tekstur : kristalinitas Hipokristalin, hal ini dapat
diidentifikasi dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun atas sebagian
kristal dan sebagian massa dasar, granularitas Faneroporfiritik yang dapat dilihat dari
kenampakan sayatan tipis pada pengamatan mikroskop yang dimana memperlihatkan
adanya mineral sulung atau fenokris pada masa dasar faneritik dan
massa dasar Kristal, Fabric yang terdiri dari bentuk Euhedral-Subhedral yang dapat
dilihat dari bidang batas kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai
bidang batas dari kristal jelek tidak teratur ( masih memperlihatkan bidang batas yang
jelas ). Relasi inequigranular yang dapat dilihat dari ukuran butir dari kristal-kristal
penyusun batuan yang tidak sama besar, tekstur khusus ophitic yang dapat terlihat
dari kenampakan sayatan tipis batuan dengan kenampakan kesan saling tumbuh
antara mineral plagioklas dan piroksin, dimana panjang rata-rata plagioklas tidak
melebihi diameter piroksin struktur batuan massive/kompak yang dapat dilihat dari
susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak menunjukkan adanya
pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Adapun komposisi mineral dari
batuan ini yaitu Mineral Olivin, Piroksin Augit, Piroksin Hiperstene, Masa dasar
Kristalin.
Berdasarkan pengamatan di atas maka dapat diinterpretasi bahwa batuan ini
adalah batuan beku basa dengan nama batuan Basalt Porfiti ( Travis 1955 ) atau
Basalt (Fenton, 1940).
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini termasuk batuan beku dalam
( plutonic rocks) yang terbentuk pada kedalaman sekitar 15-50 km di bawah
permukaan bumi dan umumnya merupakan batuan penyusun kerak samudera. Proses
pembentukannya diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi yakni dari dapur
magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan bumi, magma
mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan magma
homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda. Adapun proses
pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi kristalisasi
yang dimana terjadi pemisahan kristal yang terbentuk lebih awal dengan cairan
magma dan diferensiasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki
kandungan silika rendah (magma basa) dengan magma yang tinggi kandungan
silikanya (magma asam), proses diferensiasi inilah yang menyebabkan magma
cenderung bersifat basa, kemudian dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma
membentuk mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reaction series yang diawali
dengan pembentukan mineral Olivin pada suhu > 1200˚C kemudian dilanjutkan
dengan pembentukan mineral pada Piroksin Group yaitu Augit dan Hiperstene yang
Pada suhu sekitar 1000-1200˚C, seiring dengan berlangsungnya proses kristalisasi
dan pengaruh suhu ( temperatur ) yang semakin menurun menyebabkan terbentuknya
minetral Plagioklas mikroklin dengan suhu pemebentukan 5000C. Selama
berlangsungnya proses kristalisasi mineral, suhu magma makin turun, selanjutnya
proses kristalisasi mineral berlangsung dalam kondisi waktu yang relatif cepat
sehingga menyebabkan terbentuknya Massa Dasar Mikrokristalin yang dimana
relatif terlihat sebagai masa dasar kristal. Proses pembentukan mineral dalam kondisi
magma yang berbeda- beda dapat mempengaruhi kenampakan tekstur batuan yaitu
bersifat faneroporfiritik dengan tekstur khusus ophitic dimana pertumbuhan antara
plagioklas dan piroksin, dimana panjang rata-rata plagioklas tidak melebihi diameter
piroksin . Agregasi dari mineral-mineral diatas kemudian membentuk batuan Basalt
( Fenton1940 ) dan Basalt Porfiri ( Travis ) yang terbentuk didalam bumi. Batuan
ini kemudian tersingkap ke permukaan bumi akibat adanya aktivitas tektonik dan
proses-proses geologi lainnya.
Batuan ini umumnya dijumpai berasosiasi dengan batuan beku lainnya seperti
Dasit dan peridotit serta batuan piroklastik seperti Tufa, batuan sedimen seperti
Batupasir, Batulempung dan batuan metamorf seperti Gneis dan lain-lain.
Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai bahan bangunan, pengeras
jalan, dalam bidang sains dan lebih utama digunakan dalam bidang keilmuan geologi,
sebagai bahan dasar pembuatan bahan-bahan metal.
Referensi :
Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.
Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar :
Laboratorium Mineral optik.
Ulva Ria Irfan, ST. MT. 2010. Penuntun Praktikum Mineral Optik.
Makassar : Laboratorium Petrologi.
Ir. Hamid Umar, MS dkk. 2010. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :
Laboratorium mineral optik.
Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.
Asisten
(Suci Anastasia)
Praktikan
(Wawan Setiawan)
PRATIKUM PETROGRAFI
Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan. S
Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 No. Mhs : D 611 08 016
Perbesaran Total : 50 x
No. Urut : 02
No. Peraga : A17
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Kedudukan pengamatan (x,y) : (57,25)
Kenampakan Mikroskopis :
Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu
kehitaman, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas faneroporfiritik, fabric :
bentuk euhedral-subhedral, relasi inequigranular, tekstur khusus porfiritik, struktur
massive, range ukuran mineral mulai dari 0,1 mm hingga 1 mm, dengan ukuran
mineral terkecil 1/50 x 5 mm = 0,1 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x 50 mm =
1 mm. Komposisi mineral batuan ini adalah Hiperstene, Olivin, Massa Dasar Kristal
Nikol Sejajar Nikol Silang
Nikol Sejajar Nikol Silang
A
P P
A
Deskripsi mineral :
1. Hiperstene
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang cokelat
kekuningan, pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya
perubahan warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas mineral
rendah, bentuk mineral euhedral-subhedral yaitu kenampakan bentuk dua dimensi
dimana bidang batas mineral ada yang dibatasi oleh mineral itu sendiri dan
adapula dibatasi oleh mineral lain, relief tinggi yang dapat diketahui kenampakan
yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya
yang tinggi, yang dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang batas
mineral yang jelas pada kondisi nikol sejajar, belahan sempurna satu arah,
pecahan rata, indeks Bias Nm > Ncb, yang ditandai dengan kenampakan arah
bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral
1/50 x 80 mm = 1,8 mm, mineral ini tak memiliki kembaran, sudut gelapan 45°
yang diperoleh dari perhitungan besarnya perbandingan sudut antara gelap
maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapannya, maka
mineral ini memiliki jenis gelapan simetris yaitu pemadaman yang terjadi pada
posisi simetris. Warna interferensi maksimum cokelat kekuningan orde II dengan
nilai bias rangkap 0.032.
2. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang hijau muda,
pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan
warna pada saat meja objek diputar hingga 90°, intensitas rendah, bentuk
euhedral-subhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang batas
mineral jelas hingga tidak jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul
akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya tinggi, yang
dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang
jelas pada kondisi nikol sejajar, tak meiliki belahan, pecahan tidak rata, indeks
Bias Nm > Ncb, yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah
bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral
1/50 x 35 mm = 0.7 mm, mineral ini tak memiliki kembaran, sudut gelapan 45°
yang diperoleh dari perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap
maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral,
maka ini memiliki jenis gelapan simetris yakni pemadaman yang terjadi pada
posisi simetris. Warna interferensi maksimum (WI Max) hijau muda orde II
dengan nilai bias rangkap 0.036. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan
warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy.
3. Massa Dasar Kristalin
Warna mineral pada nikol sejajar hitam, warna pada nikol silang hitam, bentuk
subhedral-anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana bidang batas
mineral jelas hingga tidak jelas, intensitas rendah, relief rendah dicirikan
kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan
media sekitarnya rendah yang dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau
bidang sentuh mineral yang cukup jelas pada kondisi nikol sejajar.
4. Piroksin Augit. (Mg Fe) SiO2
Warna Pada Nikol Sejajar, Warna Orange, pada Nikol Silang Orange bentuk
kristal subhedral – anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana
bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas relief tinggi , pleokroisme dwikroik
yang dimana dapat diidentifikasi jika terjadi perubahan warna pada saat di putar
di 900. indeks bias Nmin>Ncb, belahan sempurna dua arah yang merupakan
bidang batasnya terlihat jelas, indeks bias agak lemah kuning sampai merah orde
1, dapat di tentukan dengan membandingkan warna interferensi maksimum pada
nikol silang dengan tabel warna pada tabel Michel-Levy kembaran tidak ada.
Sudut gelapannya 350 Gelapan Miring dan Ukuran Mineral 50 yang di dapat dari
Mikroskop dengan perbesaran 50 kali dengan ukuran mineral maka di dapat
hasilnya 1/50*50= 1 mm
Presentase mineral :
Mineral I II III Rata-rata
Olivin 5% 10% 15% 10%
Hiperstene 55% 45% 60% 53,33%
Piroksin Augit 30 40% 20% 30%
Massa Dasar
Kristalin10% 5% 5% 6,67%
Total 100%
Nama batuan : Porfiri Peridotit (Travis, 1969)
Piroksin (Straikensen )
Limburgite (Fenton, 1940)
Hasil Perhitungan Klasifiksi Straikensen
OLIVIN + PIROKSIN = 10% + ( 53,3 + 30 ) % = 83,3%
Untuk Olivin = 10/93,3*100% = 10,7%
Untuk Piroksin = 83,3/93,3*100% = 89,3 %
Jadi nama Batuannya adalah : Piroksinit.
Petroganesa :
Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang memiliki kenampakan dalam
pengamatan petrografis yaitu pada nikol sejajar berwarna orange kehitaman, pada
nikol silang berwarna abu-abu kehitaman. Tekstur : kristalinitas Hipokristalin, hal ini
dapat dilihat dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun atas sebagian kristal
dan sebagian massa dasar, granularitas faneroporfiritik yang dapat dilihat dari
kenampakan sayatan tipis yang memperlihatkan adanya kristal-kristal dari mineral
penyusun batuan tampak jelas yang terdiri dari fenokris dan massa dasar kristalin
fabric yang terdiri dari bentuk euhedral-subhedral yang terlihat dari bidang batas
kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai bidang batas dari kristal
jelek tidak teratur. Relasi inequigranular yang dapat dilihat dari ukuran butir dari
kristal-kristal penyusun batuan yang tidak sama besar, tekstur khusus porfiritik yang
dapat terlihat dari kenampakan sayatan tipis batuan dengan kenampakan dengan
fenokris terdapat pada massa dasar kristalin struktur batuan massive/kompak yang
dapat dilihat dari susunan yang kompak dari mineral-mineral dalam batuan, tidak
menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk aliran. Adapun
komposisi mineral dari batuan ini yaitu Mineral Olivin, Hiperstene, dan Massa
Dasar Kristalin dan Augit.
Berdasarkan ciri-ciri dan sifat optik di atas maka dapat diinterpretasi bahwa
batuan ini adalah batuan beku Ultrabasa dengan nama batuan Porfiri Limburgit
(Travis, 1955), Olivin Websterite (IUGS) atau Limburgite (Fenton, 1940).
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini termasuk batuan beku dalam atau
plutonic rocks yang terbentuk pada kedalaman sekitar 15-50 km di bawah permukaan
bumi. Proses pembentukannya diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi
yakni dari dapur magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan
bumi, magma mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan
magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda dan proses
diferensiasi inilah yang menyebabkan magma cenderung bersifat ultrabasa, kemudian
dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk mineral-mineral sesuai
dengan bowen’s reaction series yang diawali dengan pembentukan mineral Olivin
pada suhu > 1200˚C kemudian dilanjutkan dengan pembentukan mineral Hiperstene
yang merupakan salah satu anggota dari Piroksin Group jenis Othopiroksin Pada
suhu sekitar 1000-1200˚C, Seiring dengan berlangsungnya proses kristalisasi mineral,
suhu magma makin turun, selanjutnya proses kristalisasi mineral berlangsung dalam
kondisi waktu yang relatif cepat sehingga menyebabkan terbentuknya Massa Dasar
Kristalin. Agregasi dari mineral-mineral diatas kemudian membentuk batuan Porfiri
Peridotit (Travis, 1955), Piroksinit ( Straikensen ) atau Limburgite (Fenton, 1940)
yang terbentuk didalam bumi. Batuan ini kemudian tersingkap ke permukaan bumi
akibat adanya aktivitas tektonik dan proses-proses geologi lainnya.
Adapun asosiasi dari batuan ini yaknii piroksenit dan hornblendit batuan
piroklastik seperti aglomerat dan Tufa Lapili, batuan sedimen seperti batupasir dan
batuan metamorf seperti sekis mika
Adapun pemanfaatan dari batuan ini yakni sebagai bahan bangunan, pengeras
jalan, dalam bidang sains dan lebih utama digunakan dalam bidang keilmuan geologi
misalnya untuk mengetahui proses-proses geologi yang bekerja pada suatu daerah.
Referensi :
Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.
Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar :
Laboratorium Mineral optik.
Ulva Ria Irfan, ST. MT. 2010. Penuntun Praktikum Mineral Optik.
Makassar : Laboratorium Petrologi.
Ir. Hamid Umar, MS dkk. 2010. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :
Laboratorium mineral optik.
Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.
Asisten
(Suci Anastasia)
Praktikan
(Wawan Setiawan )
PRATIKUM PETROGRAFI
Acara : Batuan Beku III Nama : Wawan S
Hari/ tanggal : Kamis, 14 Oktober 2010 No. Mhs : D 611 08 016
Perbesaran Total : 50 x
No. Urut : 03
No. Peraga : A7
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Kedudukan pengamatan (x,y) : (48,10)
Kenampakan Mikroskopis :
Warna pada nikol sejajar orange kehitaman, warna pada nikol silang abu-abu
kehitaman, tekstur kristalinitas holokristalin, granularitas faneritik, fabric : bentuk
euhedral-subhedral, relasi equigranular, tekstur khusus intergrowth, struktur massive,
range ukuran mineral mulai dari 0,1 mm hingga 1 mm, dengan ukuran mineral
terkecil 1/50 x 5 mm = 0,1 mm dan ukuran mineral terbesar 1/50 x 50 mm = 1 mm.
Komposisi mineral batuan ini adalah Hiperstene, Nefelin, Silimanit, Muscovit,
Mineral Opaq dan Kuarsa.
Nikol sejajar. Nikol silang
Deskripsi mineral :
1. Plagioclase (Bitownite) CaAl3SiO8.
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang abu-abu . Pada
pengamatan dibawah mikroskop mineral ini menunjukkan warna absorbsi tidak
Nikol Sejajar Nikol Silang
A
P P
A
berwarna, bentuk kristal euhedral- anhedral, relief sedang, pleokroisme tidak ada
hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan warna berbeda pada saat
meja objek diputar hingga 90°,, indeks bias nmin> ncb, belahan satu arah, bias
rangkap lemah, kembaran albit, gelapan miring dengan sudut gelapan 320, ukuran
mineral ini yaitu 30mm melalui perbesaran 50 kali jadi agar mendapat ukuran
normal maka di ubah yaitu dengan rumus berikut: 1
50∗30=0,6 mm.
2. Nefelin ( (Na,K)(Al,Si)2O4 )
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang abu-abu,
pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya perubahan
warna berbeda pada saat meja objek diputar hingga 90°, Intensitas lemah, bentuk
euhedral-subhedral, yakni bentuk bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas,
relief sedang dicirikan kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan indeks
bias cahaya dengan media sekitarnya sedang yang dapat diidentifikasi dari
bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang cukup jelas pada kondisi
nikol sejajar. Belahan baik satu arah, Pecahan rata, Indeks Bias Nm > Ncb, yang
diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah bayangan gelap searah
dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral 1/50 x 200 mm = 4 mm,
mineral ini tidak memiliki kembaran, sudut gelapan 20°, yang diperoleh dari
perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap maksimum dan terang
maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral, maka ini memiliki
Jenis Gelapan miring, yakni pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu
panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah
getar analisator dan polarisator. warna interferensi maksimum (WI Max) abu-abu
orde I dengan bias rangkap 0.003. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan
warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy.
3. Leusit.
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang abu-abu,
pleokroisme monokroik, hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya
perubahan warna berbeda pada saat meja objek diputar hingga 90°, Intensitas
tinggi, bentuk euhedral-subhedral, yakni bentuk bidang batas mineral jelas
hingga tidak jelas, relief sedang dicirikan kenampakan yang timbul akibat
adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya sedang yang
dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang
cukup jelas pada kondisi nikol sejajar. , Pecahan rata, Indeks Bias Nm < Ncb,
yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah bayangan gelap
searah dengan arah penutupan jalannya sinar, kembaran Polisintetik, bias
rangkap Lemah. Ukuran mineral 1/50 x 200 mm = 4 mm, mineral ini tidak
memiliki kembaran, sudut gelapan 20°, yang diperoleh dari perhitungan
besarnya simpangan sudut antara gelap maksimum dan terang maksimum.
Berdasarkan besarnya sudut gelapan mineral, maka ini memiliki Jenis
Gelapan miring, yakni pemadaman yang terjadi pada posisi dimana sumbu
panjang kristal (belahan yang sejajar sumbu-c) membentuk sudut dengan arah
getar analisator dan polarisator. warna interferensi maksimum (WI Max) abu-
abu orde I dengan bias rangkap 0.003. Hasil ini diperoleh dengan
membandingkan warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-
Levy
4. Hornblende
Warna mineral pada nikol sejajar orange, warna pada nikol silang hijau
pleokroisme kuat ( tinggi ) hal ini dapat diketahui dari tidak terjadinya
perubahan warna berbeda pada saat meja objek diputar hingga 90°, Intensitas
tinggi , bentuk euhedral-subhedral, yakni bentuk bidang batas mineral jelas
hingga tidak jelas, relief tinggi dicirikan kenampakan yang timbul akibat
adanya perbedaan indeks bias cahaya dengan media sekitarnya sedang yang
dapat diidentifikasi dari bentuk bidang batas atau bidang sentuh mineral yang
cukup jelas pada kondisi nikol sejajar. Belahan baik dua arah, Pecahan rata,
Bias rangkap sedang orde II Hasil ini diperoleh dengan membandingkan
warna interferensi maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy, Indeks
Bias Nm > Ncb, yang diperoleh dengan metode iluminasi miring dengan arah
bayangan gelap searah dengan arah penutupan jalannya sinar. Ukuran mineral
1/50 x 200 mm = 4 mm, mineral ini tidak memiliki kembaran, sudut gelapan
20°, yang diperoleh dari perhitungan besarnya simpangan sudut antara gelap
maksimum dan terang maksimum. Berdasarkan besarnya sudut gelapan
mineral, maka ini memiliki Jenis Gelapan miring, yakni pemadaman yang
terjadi pada posisi dimana sumbu panjang kristal (belahan yang sejajar
sumbu-c) membentuk sudut dengan arah getar analisator dan polarisator.
warna interferensi maksimum (WI Max) abu-abu orde I dengan bias rangkap
0.003. Hasil ini diperoleh dengan membandingkan warna interferensi
maksimum mineral dengan Tabel Michel-Levy
5. Piroksin Augit. (Mg Fe) SiO2
Warna Pada Nikol Sejajar, Warna Orange, pada Nikol Silang Orange bentuk
kristal subhedral – anhedral yakni kenampakan bentuk dua dimensi dimana
bidang batas mineral jelas hingga tidak jelas relief tinggi , pleokroisme
dwikroik yang dimana dapat diidentifikasi jika terjadi perubahan warna
pada saat di putar di 900. indeks bias Nmin>Ncb, belahan sempurna dua arah
yang merupakan bidang batasnya terlihat jelas, indeks bias agak lemah kuning
sampai merah orde 1, dapat di tentukan dengan membandingkan warna
interferensi maksimum pada nikol silang dengan tabel warna pada tabel
Michel-Levy kembaran tidak ada. Sudut gelapannya 350 Gelapan Miring dan
ukuran mineral maka di dapat hasilnya 1/50*50= 1 mm
Presentase mineral :
Mineral I II III Rata-rata
Augit 30% 20% 20% 23,3%
hornblende 20% 25% 20% 21,6%
Leusit 10% 5% 20% 11,6%
Nefelin 10% 20% 15% 15%
Masa dasar 20% 20% 20% 20%
Plagioklas Bitownit 10% 10% 5% 8,3%
Total 100%
Nama batuan : Porfiri Peridotit ( Travis 1955 )
Hasil perhitungan untuk (Travis, 1955) :
% Rata-Rata feldspartoid Leusit + Nefelin = 26,6 %
% Rata-Rata Plagioclase = % Rata-Rata Bitownit = 8,3%
Jadi jumlah seluruh Feldspar = % Rata-Rata K-feldspar + % Rata-Rata Plagioclase
= 16,6 % + 13,3 % = 30%,
23
dari seluruh feldspar = 23
* 30 % = 20 %
13
dari seluruh feldspar = 13
* 30 % =10 %
Sedikit tidak ada Feldspar
Mineral utama Piroksin atau Olivin.
M assa dasar sebagai tambahan.
Tekstur faneritik & relasi in equigranular
JADI NAMA BATUANNYA ADALAH PORFIRI PERIDOTIT (TRAVIS,
1955)
Hasil Perhitungan Klasifiksi Straikensen
HORNBLENDE + PIROKSIN = 30 + 40 = 70%
Untuk Hornblende = 30/70*100% = 42,8%
Untuk Piroksin = 40/70*100% = 57.1 %
Jadi nama Batuannya adalah : Olivin- hornblende- Piroksinite
Petroganesa :
Batuan ini merupakan jenis batuan beku yang memiliki kenampakan dalam
pengamatan petrografis yaitu pada nikol sejajar berwarna orange, pada nikol silang
berwarna abu-abu kehitaman. Tekstur : kristalinitas Holokristalin, hal ini dapat dilihat
dari kenampakan mikroskopis batuan yang tersusun seluruhnya mineral (Gambar A),
granularitas faneritik yang dapat dilihat dari kenampakan sayatan tipis yang
memperlihatkan adanya kristal-kristal dari mineral penyusun batuan tampak jelas
(Gambar B), fabric yang terdiri dari bentuk euhedral-subhedral yang terlihat dari
bidang batas kristal yang bervariasi, kombinasi dari bentuk baik sampai bidang batas
dari kristal jelek tidak teratur. Relasi inequigranular yang dapat dilihat dari ukuran
butir dari kristal-kristal penyusun batuan yang tidak sama besar, tekstur khusus
ophitic yang dapat terlihat dari kenampakan sayatan tipis batuan dengan kenampakan
kesan saling tumbuh antara mineral plagioklas dan piroksin, dimana panjang rata-rata
plagioklas tidak melebihi diameter piroksin (Gambar C), struktur batuan
massive/kompak yang dapat dilihat dari susunan yang kompak dari mineral-mineral
dalam batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori, penjajaran mineral atau bentuk
aliran. Adapun komposisi mineral dari batuan ini yaitu Mineral Leusit, Nefelin,
Hornbelende, Plagioklas ( Bitownit ) dan Piroksin Augit
Berdasarkan pengamatan diatas maka dapat ketahui bahwa batuan ini adalah
batuan beku Ultrabasa dengan nama batuan Porfiri Peridotit (Travis, 1955)
Berdasarkan tempat terbentuknya batuan ini termasuk batuan beku dalam atau
plutonic rocks yang terbentuk pada kedalaman sekitar 15-50 km di bawah permukaan
bumi. Proses pembentukannya diawali dari proses naiknya magma dari perut bumi
yakni dari dapur magma akibat adanya arus konveksi. Sebelum mencapai permukaan
bumi, magma mengalami berbagai macam proses yang dimulai dari proses pemisahan
magma homogen dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda. Adapun proses
pemisahan magma yang terjadi terbagi menjadi dua yaitu diferensiasi kristalisasi
yang melibatkan pemisahan kristal yang terbentuk lebih awal dengan cairan magma
dan diferensiasi gravitasi yakni pemisahan antara magma yang memiliki kandungan
silika rendah (magma basa) dengan magma yang tinggi kandungan silikanya (magma
asam), proses diferensiasi inilah yang menyebabkan magma cenderung bersifat
ultrabasa, kemudian dilanjutkan dengan proses kristalisasi magma membentuk
mineral-mineral sesuai dengan bowen’s reaction series yang diawali dengan
pembentukan mineral Augit yang merupakan salah satu anggota dari Piroksin Group
jenis Othopiroksin Pada suhu sekitar 1000-1200˚C, kemudian disusul pembentukan
mineral Hornblende 900-1000˚C. selama berlangsungnya proses kristalisasi mineral,
suhu magma makin turun, ketika suhu magma mencapai 600-700˚C maka
terbentuklah mineral Kuarsa dan dilanjutkan dengan pembentukan mineral Nefelin
dan Leusit ketika kondisi magma kekurangan silika. Proses pembentukan mineral
dalam kondisi yang relative lama ini kemudian mempengaruhi kenampakan tekstur
batuan yakni bersifat faneritik dengan tekstur khusus intergrowth. Agregasi dari
mineral-mineral diatas kemudian membentuk batuan Porfiri Peridotit (Travis, 1955)
yang terbentuk didalam bumi. Batuan ini kemudian tersingkap ke permukaan bumi
akibat adanya aktivitas tektonik dan proses-proses geologi lainnya.
Batuan ini umumnya dijumpai berasosiasi dengan batuan beku lainnya seperti
Basalt dan Diorit, batuan piroklastik seperti Tufa dan Tufa Lapili, batuan sedimen
seperti Batugamping, Batulempung dan batuan metamorf seperti Serpentinite,
Gneiss, Schist dan lain-lain.
Adapun pemanfaatan dari batuan ini yakni sebagai bahan bangunan, pengeras
jalan, dalam bidang sains dan lebih utama digunakan dalam bidang keilmuan geologi
misalnya untuk mengetahui proses-proses geologi yang bekerja pada suatu daerah
dan bagaimana prospek daerah tersebut dimasa mendatang.
Referensi :
Simon & Schuster. 1977. Rocks and Mineral . New York.
Ir. Kaharuddin, M. S. 1988. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar :
Laboratorium Mineral optik.
Ulva Ria Irfan, ST. MT. 2010. Penuntun Praktikum Mineral Optik.
Makassar : Laboratorium Petrologi.
Ir. Hamid Umar, MS dkk. 2010. Penuntun Praktikum Petrografi. Makassar :
Laboratorium mineral optik.
Paul F. Kerr. 1957. Optical Mineralogy. California : Stanford University.
Asisten
(Suci Anastasia)
Praktikan
(Wawan Setiawan )
(foid)-bearing Trachyte (foid)-bearing
Latite(foid)-bearing Andesite/Basalt
(Foid)ites
10
60 60
35 65
10
20 20
60 60
F
A P
Q
Rhyolite Dacite
Trachyte Latite Andesite/Basalt
Phonolite Tephrite
Olivine
ClinopyroxeneOrthopyroxene
Lherzolite
Websterite
Orthopyroxenite
Clinopyroxenite
Olivine Websterite
Peridotites
Pyroxenites
90
40
10
10
Dunite