ABSES PAYUDARA ulfa
-
Upload
jackyploes -
Category
Documents
-
view
131 -
download
3
description
Transcript of ABSES PAYUDARA ulfa
ABSES PAYUDARA
1.Abses payudara
Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. peluang
kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus
aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada
luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan),
karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan
gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung
memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
2. Gejala dan tanda
Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui
puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus
dan spesies streptokokus.
Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan getah
bening dibawah ketiak
nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk
sensasi rasa panas pada area yang terkena
Demam dan kedinginan, menggigil
Rasa sakit secara keseluruhan
Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller, parasternalis, dan subclavia.
Diagnosis:
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya
Differensial diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinom
3. Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan
pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Faktor risiko
Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain
ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah
penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American
College of Surgeons edisi Juli 2010.
Perokok berati
salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses
payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga
membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang
mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena
itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan
kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.
Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk
43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak
memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi
maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.
faktor berikutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting susu.
Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung
meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.
Infeksi setelah melahirkan
Kelelahan
Anemia
Penggunaan obat steroid
Rendahnya sistem imun
Penanaman silicon
4. Pencegahan
Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang
sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai
sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas
jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan
lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah
horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali
per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan
puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.
Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan
cara memompanya
Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.
Minum banyak cairan
Menjaga kebersihan puting susu
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
5. Penanganan dan pengobatan
Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar :
1. Teknik menyusui yang benar.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum.
Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang ‘mungkin’ masih tertinggal
dalam payudara.
Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga
dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol
kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.
Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :
pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan
analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa,
dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena,
aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan
histologik untuk menyingkirkan keganasan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan
pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk
berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
ABSES PAYUDARA
Abses Payudara berbeda dengan mastitis...
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila
mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.Abses
adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat,
maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur,
meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan
setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih
inilah yang mengisi rongga tersebut.Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit. Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara(mastitis). Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara.
Gejala
1. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
2. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
Penanganan
1. Teknik menyusui yang benar.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui
bayinya.
4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses,
tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah,
berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
abses payudaraPEMBAHASAN
A. Pengertian Abses Payudara
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara
kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh bakteri.
B. Gejala Abses Payudara
1.Adanya benjolan lunak yang terasa sangat sakit ,
2. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3. Ibu mungkin panas atau tidak
4. Nyeri pada payudara, kemerahan, pembengkakan dan sensasi rasa panas pada area yang
terkena
5. Demam dan kedinginan
6. Rasa sakit secara keseluruhan
7. Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak
C. Penyebab Abses Payudara
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus).
Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri
masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting
susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang
terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui
harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang
langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah
areola, area gelap sekitar puting susu).
D. Pencegahan Abses Payudara
• Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat
menyusui adalah hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk
memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak
38 minggu kehamilan.
Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas
jari atau satu jari dan dengan arah jempol diletakkan
sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik
horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah
horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan
ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu
mengeluarkan puting susu.
Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan
pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.
• Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan
setelah menyusui.
• Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin
atau vitamin A dan D
• Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
E. Penanganan Abses Payudara
1. Teknik menyusui yang benar.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
ABSES PAYUDARAI. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya
terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur,
meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel
yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke
dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang
mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan
disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya
tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di
dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada
jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh
infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara
dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian
tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung
memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista.
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi
lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar
jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini
akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus.
Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri,
dengan kemerahan panas dan edema pada kulit
diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan
menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan
nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul
ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan
jarum berlubang besar. Diagnosis banding abses
payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan
karsinoma.
(WHO, hal 20)
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh
bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal
(staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada
saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit
yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi
dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan
menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara.
Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia
pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar
abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar
puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada
perokok.
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah
luka atau lesi pada puting sehingga terjadi peradangan
kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk
kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat
akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi
yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya
abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah
dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit
ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa
ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
II. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh
bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal
(staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada
saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit
yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi
dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan
menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara.
Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia
pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar
abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar
puting susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari
tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian
tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di
dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat
jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah
tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah
yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.
III. PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah
luka atau lesi pada puting sehingga terjadi peradangan
kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk
kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat
akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi
yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya
abses.
IV. GAMBARAN KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau syaraf.
Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses
payudara diantaranya : Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan). Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah) Gatal- gatal Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara
memiliki tanda dan gejala yaitu: Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi Fisura putting susu Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal Limfadenopati aksilaris yang nyeri Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit Suhu badan meningkat dan menggigil Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana ; 317)
V. PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah
menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan
pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
VI. PENANGANAN
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air
dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus
sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang
mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan
mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
VII. TERAPI
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat
penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan
radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir
supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau
jari tangan
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan
nanah
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus,
antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi, biasanya
dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali
bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara
selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air
susu pada payudara yang terkena untuk mencegah
pembengkakan payudara.
i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan
yang bergizi dan istirahat yang cukup.
VIII. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat
mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik
sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan
stasis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI,
sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu
diobati dengan cepat. Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal
ini dapat dilakukan insisi dan penyaliran, yang biasanya
membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga
dikeluarkan melalui aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara.
Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses
payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus
dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini
kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan
penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal
ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.
Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan
sensitivitas organisme biasanya dibutuhkan sebagai
tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya
pengeluaran pus tidak mempunyai arti. Sebab dinding abses
membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari
pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk
mencapai kadar antibiotik yang efektif dalam jaringan
terinfeksi Dukungan untuk menyusui
Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan
Perawatan dengan abses payudara ia dapat
melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan
membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang
lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas
kesehatan memiliki peran yang sangat penting dengan
menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang
harus dilakukan dengan kondisi seperti ini.
Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus
berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus
dilakukan sebagai berikut:
1. Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan
sesudah pembedahan
2. Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat
3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib
tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam, bayi
harus diberi makanan lain.
4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu
dapat memeras ASI-nya dari payudara yang sehat,
dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan
cangkir saat ibu dalam pengobatan.
5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut
diberi anastesi umum ), atau segera setelah
pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ),
ibu dapat menyusui kembali pada payudar yang
sehat.
6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu
dapat kembali menyusui dari payudara yang
terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam
beberapa jam, kecuali pembedahan dekatpada
puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang
diperlukan untuk mengontrol nyeri dan
memungkinkan menyusui kembali lebih dini.
7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk
membantu bayi mengenyut payudara yang terkena
kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa
usaha sebelum bayi dapat menghisap dengan baik.
dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu
untuk menjamin kenyutan yang baik.
8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI,
penting agar bayi dapat mengisap dan mengeluarkan
ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis
ASI dan terulangnya infeksi.
9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau
mengisap payudra yang terkena, penting untuk
memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.
10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti,
pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif
untuk merangsang peningkatan produksi.
11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu
pada payudara yang sehat. Biasanya bayi dapat
menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia
cukup mendapatakan makanan sementara produksi
ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.
Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa :
a. Segera setelah melahirkan menyusui bayi
dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusife.
b. Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan
benar. Masase payudara, kompres hangat dan
dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .
c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila
basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu
sempit dan menekan payudara.
d. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu
oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila puting
bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan
bidan di klinik atau dokter yang merawat
e. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut
meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada
payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan
ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter
atau bidan.
f. Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian
pada kedua payudara kanan dan kiri.
g. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara
tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi
payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI
maka konsultasikan dengan bidan cara memerah
ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan
produksi ASI
h. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua
payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah
kenyang namun payudara masih terasa penuh atau
ASI menetes deras, segera kosongkan dengan cara
memerah secara manual menggunakan jari - jari
tangan menekan pada areola ( lingkaran hitam
sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di
buang, bisa diberikan kembali dengan cara menyuap
ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan
bayi mencecap dengan cawan kecil setelah ASI
dihangatkan.
i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting
susunya bersih untuk menghindari kotoran dan
kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara
mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air
sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum
menyusui Hal ini juga menghindari putting susu
sakit dan infeksi pada payudara.
j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum
dan setelah menyusui.Setelah menyusui, puting susu
dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.
k. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada
payudara.