Abcde CA Cervix
-
Upload
moh-wafa-adillah-p -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of Abcde CA Cervix
TUGAS BREAKING BAD NEWS CA CERVIXKELOMPOK 8
George Frazteo 04121401010
Maya Chandra Dita 04121401038
Vina Chanthyca Ayu 04121401043
M. Tata Suharta 04121401053
Yesi Eka M. 04121401055
M. Yufimar R. 04121401076
Stefen Agustinus 04121401081
Dina Fatma D. 04121401086
Moh. Wafa Adillah Prabunegara 04121401093
Maghfira Ulfha Viani P 04121401098
PENDIDIKAN DOKTER UMUMFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2014
Pendahuluan
Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah
pandangan hidup pasien tentang masa depannya. Berita buruk sering diasosiasikan dengan
suatu diagnosis terminal, namun seorang dokter keluarga mungkin akan menghadapi
banyak situasi yang termasuk dalam bagian berita buruk, seperti hasil biopsy patologi
anatomi pasien terdiagnosis kanker, hasil USG seorang ibu hamil yang menunjukkan
bahwa janinnya telah meninggal, atau gejala polidispi dan penurunan berat badan seorang
remaja yang terbukti merupakan onset diabetes.
Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang
dokter yang harus dikerjakan dalam praktek kedokteran. Menyampaikan berita buruk
merupakan keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban
secara sosial dan moral bagi dokter untuk bersikap sensitif dan sikap yang tepat dalam
menyampaikan berita buruk. Secara medikolegal dokter berkewajiban menyampaikan atau
menginformasikan diganosis yang secara potensial berakibat fatal. Jika dokter tidak
menyampaikan dengan tepat, komunikasi tentang berita buruk akan berakibat pada
munculnya perasaan ketidakkepercayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan atau pun rasa
bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek konsekuensi emosional jangka
panjang pada keluarga pasien. Terdapat hubungan yang kuat antara persepsi pasien yang
menerima informasi adekuat tentang penyakit dan pengobatannya dengan penyesuaian
psikologis pasien dalam jangka waktu yang lebih lama. Pasien yang menyadari mereka
menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi mempunyai risiko lebih besar untuk
mengalami stress atau berkembang menjadi cemas dan atau depresi.
Dokter sering merasa kesulitan dalam menyampaikan berita buruk terutama untuk
penyakit yang mengancam jiwa. Alasannya antara lain merasa tidak siap dan tidak
mempunyai pengalaman dalam menyampaikan berita buruk, khawatir berita tersebut akan
membuat stress dan memberi efek negatif pada pasien dan keluarganya, serta akan
mengganggu hubungan terapetik. Dokter merasakan bahwa tugas tersebut tidak
menyenangkan dan tidak nyaman; dokter tidak ingin menghilangkan harapan pasien,
khawatir dengan reaksi emosional pasien dan atau keluarganya, atau merasa tidak yakin
bagaimana menghadapi respon emosi yang sangat dalam. Hal-hal tersebut sering dijadikan
alasan dokter untuk menunda menyampaikannya.
Penyampaian berita buruk dengan sikap dan cara yang tepat dapat meningkatkan
penerimaan pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan rencana terapi lebih lanjut,
pendorong pencapaian tujuan terapi yang realistis, memberi dukungan pada mental pasien,
serta menguatkan hubungan dokter- pasien.
Skenario 1. Kanker Cerviks
Seorang perempuan, 35 tahun, sudah menikah, memiliki 2 orang anak, tinggal di
rumah susun dan bekerja sebagai tukang pijat, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
perdarahan setiap kontak koitus.
Riwayat Perjalana Penyakit
Sejak enam bulan yang lalu pasien mengeluh keputihan, berbau dan gatal. Pasien
mengaku memiliki riwayat sering berhubungan seksual berganti pasangan pada usia remaja.
Hasil pemeriksaan fisik vagina, berwarna kemerahan, ada erosi di portio vagina tidak tampak
adanya masa.
Pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan :
- IVA dan Pap Smear
Keterangan Hasil Pemeriksaan PA:
Karsinoma Serviks Stadium 2A
Tindakan yang disarankan :
Histerektomi radikal dengan limphadenektomi pelvik, dilanjutkan dengan
radioterapi/kemoterapi
A-ADVANCE PREPARATION
Pelajari hasil klinis dari penderita kanker. Dengan demikian, kita mengerti mengenai
kondisi penderita kanker dan alternatif terapi yang dapat dipilih.
Cari tahu mengenai prognosis dari penderita. Sehingga kita dapat memprediksi
perjalanan penyakit pasien ke depannya, apakah baik ataukah buruk.
Adalah sebuah fakta kalau semua manusia akhirnya pasti akan meninggal. Namun,
penting diketahui bahwa tidak semua kanker mematikan. Banyak orang yang mengira
bahwa kanker bersifat mematikan. Namun hal tersebut kurang tepat, karena ada jenis
kanker yang penyebarannya lambat, contohnya kanker thyroid. Ada pula jenis kanker
yang angka harapan hidupnya tinggi dan prognosisnya baik.
Persiapan tempat untuk menyampaikan berita buruk hendaknya dapat menjaga privasi
pasien. Dokter harus menanyakan terlebih dahulu apakah pasien ingin didampingi
oleh orang lain (suami/ istri/ anak/ saudara, dll).
Dokter : selamat pagi bu Mira (sambil berdiri dan menjabat tangan dengan erat) saya dokter
Rudi yang bertugas di poli ,silahkan duduk bu ( persilahkan pasien duduk,dokter duduk
setelah pasien duduk)
Pasien : baik dok terima kasih
Dokter : bu Mira,apa kabar? ada yang bisa saya bantu ?
Pasien : alhamdulillah baik dok ,saya membawa hasil PA yang dokter suruh periksa kemarin
(sambil menyerahkan)
Dokter : baiklah hasil PA nya saya lihat. (dokter membaca hasil PA dan hasilnya terdiagnosa
Ca Cervix ), ibu Mira bisa berbaring di tempat tidur,saya akan melakukan pemeriksaan yang
lain
Dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan stadium Ca Cervix pada pasien dan
ditemukan ibu Mira mengalami Ca Cervix stadium 2A
B-BUILD A RELATIONSHIP
Bangun hubungan yang baik dengan penderita kanker.
Tanyakan kepada penderita sejauh mana ia ingin mengetahui tentang keadaan
penyakitnya. Apabila ia berkata kalau ia ingin mengetahui, barulah anda
memberitahukannya.
Sebagai pembukaannya,katakan ” Saya minta maaf, tapi saya punya berita buruk”
Yakinkan penderita bahwa anda siap mendampinginya ketika ia membutuhkan anda.
Pasien : bagaimana hasilnya dok?
Dokter : apa yang sudah ibu ketahui tentang ini?
Pasien : saya tidak tahu apa-apa dok , saya hanya bingung kenapa saya berdarah ketika
berhubungan suami istri
Dokter : Apakah ibu khawatir bahwa hal ini dapat menjadi lebih serius?
Pasien : saya takut ada sesuatu hal yang buruk dok .
Dokter : silahkan bu duduk kembali ,ibu apakah ingin mendengarkan sekarang hasil
pemeriksaannya?
Pasien : sekarang saja dok , saya ingin mengetahui bagaimana keadaan saya.
Dokter : ibu ingin saya jelaskan secara detail tentang keadaan ibu?
Pasien : jelas dok ,saya ingin mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya.
Dokter : ibu ini hasil pemeriksaannya kurang baik (sambil melihat ekspresi pasien)
Pasien : ( terkejut dan hanya terdiam)
C-COMMUNICATE
Tanyakan kepada penderita dan keluarganya sejauh mana mereka memahami
kondisinya. Contoh kalimat yang dapat kita ucapkan, “Menurut ibu, dengan keluhan
ibu yang seperti ini, kira-kira ibu sakit apa?”.Biasanya pasien sudah menduga bahwa
ia sakit kanker. Sehingga dengan ia sendiri yang menjawab, akan memudahkan kita
dalam menjelaskan mengenai keadaannya
Cari tahu mengenai harapan dan ekspektasi dari penderita.
Bicarakan dengan jujur apa adanya dengan penuh kasih.
Tanyakan kepada pasien apa yang ia rasakan setelah mengetahui tentang penyakitnya.
Apabila penderita menangis atau diam saja, jangan memaksanya untuk terus
berbicara. Anda cukup diam dan tetap mendampinginya.
Pasien : apa yang terjadi pada saya dok?
Dokter : apakah ibu tau keluhan yang ibu alami ini akan bagaimana?apa yang ibu harapkan
sekarang?
Pasien : saya benar-benar tidak mengerti dok apa yang saya alami, saya hanya berharap saya
sembuh ,saya serahkan semua kepada dokter ,tolong bantu saya dok….
Dokter : baiklah begini ibu ,berdasarkan hasil PA ,pemeriksaan fisik lalu anamnesis yang
saya lakukan kemarin ,ibu didiagnosa dengan kanker leher rahim stadium 2 A
Pasien : apa dok? Kanker leher rahim stadium 2A? (bingung ) .
Dokter : iya ibu ,saya mengerti yang ibu rasakan ,akan tetapi semua ada jalan keluarnya bu,
saya selaku dokter akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan ibu .
Pasien : (menangis)
Dokter : ini ibu tissuenya, ibu yang tenang ya (sambil memberikan sekotak tissue)
D-DEAL WITH REACTIONS
Analisalah bagaimana respon emosi dari penderita.
Kadang ada penderita kanker yang tidak bisa menerima hal tersebut dan
menggunakan berbagai cara penyelesaian yang kurang tepat. Seperti contohnya
menyangkal tentang sakitnya, menyalahkan orang lain ataupun dokter, atau berpikir
tentang hal-hal mistis atau magis. Jangan marah ketika hal demikian terjadi. Sadari
bahwa itu adalah suatu bagian dari proses responnya terhadap berita buruk tersebut.
Bersikaplah penuh empati. Anda dapat berkata “Saya dapat mengerti perasaan anda.
Saya ikut sedih mendengar hal itu.”
Pasien : ah masa dok saya kena kanker? Tidak mungkin dok ,saya kan tidak kurus,karena
kata orang ,sakit kanker itu kurus dan tidak mau makan . ( tahap denial pada fase-fase
emosional dalam penerimaan berita buruk) (pasien terlihat cemas dengan memilin –milin
tangannya)
Dokter : (melihat kecemasan pada pasien,dan langsung melakukan kontak badan dengan
menyentuh bahu pasien untuk menenangkan keadaan pasien) bu,memang pada stadium ini
keadaan tubuh masih mentoleransi penyakit kanker
Pasien : terus bagaimana dok saya ini? (pasien sudah mulai terlihat tenang )
Dokter : pada kasus ini kita lakukan pengangkatan rahim dan dilanjutkan dengan pemberian
obat-obatan anti kanker dan radiasi .
Pasien : (emosinya bertambah cemas dan mulai menangis) ,dok apakah saya bisa sembuh?
Dokter : (mulai menenangkan lagi dengan memegang bahu dan memberi kotak tissue)
Pasien : (sudah terlihat mulai tenang)
Dokter : bu Mira pada stadium ini apabila kita melakukan pengobatan secara prosedur dan
berdoa inshaAllah ibu akan sembuh . Pengalaman sebelumnya dengan para pasien yang
mengalami hal serupa,membuat saya mengerti bahwa saat ini anda sedang merasa sedih
sekali ,namun ibu jangan berkecil hati ,ibu harus tetap semangat supaya ibu bisa sembuh .
E-ENCOURAGE AND VALIDATE EMOTIONS
Berikan semangat kepada pasien dengan memberitahukan harapan-harapan dari
keadaan penyakitnya.
Jangan memberikan harapan yang muluk-muluk dan tidak realistik. Berikan harapan
yang realistik.
Apabila jenis kanker tersebut tidak dapat ditangani, tetap berikan semangat dengan
menawarkan opsi pilihan terapi yang dapat dijalaninya.
Tanyakan kepada pasien apa yang ia butuhkan. Berikan kepada pasien dukungan
emosi dan spiritual.
Dokter : nanti saya akan lakukan pengangkatan rahim terhadap ibu ,mungkin ini agak
menyedihkan , saya harap ibu mau melakukannya , supaya kanker ini tidak menyebar ,setelah
itu saya akan berikan obat-obatan anti kanker dan diberikan radiasi ,inshaAllah apabila ibu
rutin melakukannya ibu akan sembuh . saya sebagai dokter akan membantu ibu sepenuh hati .
Pasien : (pasien terlihat bingung)
Dokter : apabila ibu membutuhkan bantuan saya atau ingin bercerita tentang masalah ini ibu
bisa menghubungi saya ,saya dengan senang hati akan membantu . saya selaku dokter dan
keluarga ibu akan mendoakan dan berusaha yang terbaik untuk ibu .
Pasien : baik dok .
Dokter : apakah ada yang ingin ibu tanyakan lagi?
Pasien: tidak dok saya merasa sudah cukup .bu dokter terima kasih atas penjelasannya ,nanti
saya akan kesini lagi untuk kontrol dengan dokter
Dokter : ya nanti saya tunggu ,ibu secepatnya datang kesini karena kondisi ibu masih bisa
diharapkan sembuh sempurna
Pasien : terima kasih dok sekali lagi .
Dokter : sama-sama bu (sambil mengajak salaman dengan erat) menunjukan dokter
memberikan support dan empati kepada pasien .
5 tahapan kedukaan ( The Five Stages of Grief)
Penyangkalan (Denial) — "Saya merasa baik-baik saja."; "Hal ini tidak mungkin
terjadi, tidak pada saya."
Penyangkalan biasanya merupakan pertahanan sementara untuk diri sendiri. Perasaan
ini pada umumnya akan digantikan dengan kesadaran yang mendalam akan
kepemilikan dan individu yang ditinggalkan setelah kematian..
Marah (Anger) — "Kenapa saya ? Ini tidak adil!"; "Bagaimana mungkin hal ini dapat
terjadi pada saya?"; "Siapa yang harus dipersalahkan?"
Ketika berada pada tahapan kedua, individu akan menyadari bahwa ia tidak dapat
senantiasa menyangkal. Oleh karena kemarahan, orang tersebut akan sangat sulit
untuk diperhatikan oleh karena perasaan marah dan iri hati yang tertukar.
Menawar (Bargaining) — "Biarkan saya hidup untuk melihat anak saya diwisuda.";
"Saya akan melakukan apapun untuk beberapa tahun."; "Saya akan memberikan
simpanan saya jika..."
Tahapan ketiga melibatkan harapan supaya individu dapat sedemikian rupa
menghambat atau menunda kematian. Biasanya, kesepakatan untuk perpanjangan
hidup dibuat kepada kekuasaan yang lebih tinggi dalam bentuk pertukaran atas gaya
hidup yang berubah. Secara psikologis, individu mengatakan, "Saya mengerti saya
akan mati, tetapi jika saja saya memiliki lebih banyak waktu..."
Depresi (Depression) — "Saya sangat sedih, mengapa perduli dengan lainnya?";
"Saya akan mati .. Apa keuntungannya?"; "Saya merindukan orang saya cintai,
mengapa melanjutkan?"
Pada tahapan keempat, penderita yang sekarang, menolak dibesuk dan menghabiskan
banyak waktu untuk menangis dan berduka. Proses ini memberikan kesempatan
kepada pasien yang sekarat untuk memutus hubungan dengan sesuatu yang dicintai
ataupun disayangi. Tidak disarankan untuk mencoba menghibur individu yang berada
pada tahapan ini. Ini merupakan waktu penting untuk berduka yang harus dilalui.
Penerimaan (Acceptance) — "Semuanya akan baik-baik saja."; "Saya tidak dapat
melawannya, Saya sebaiknya bersiap untuk hal itu."
Ini merupakan tahapan terakhir, individu tiba pada kondisi sebagai mahluk hidup atau
kepada yang dicintainya.