86863569 Acne Vulgaris
description
Transcript of 86863569 Acne Vulgaris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Merupakan peradangan kronis dari folikel pilocebaceous (salah satu
kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan penimbunan keratin, ditandai
dengan adanya komedo, pustula, nodula, dan kista.
2.2 Penyebab
Berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara
lain : genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor
makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi
bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
2.3 Faktor Risiko
Acne umumnya timbul pada pria maupun wanita menginjak masa
pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (90%).
2.4 Gejala dan Tanda
Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit
pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat
yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah),
nodul (dari komedo tertutup–penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula),
dan jaringan parut.
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan secara umum meliputi : mencuci muka dengan sabun dua kali
sehari–jangan berlebihan; menghindari pemakaian kosmetika yang berlebihan,
1
menghindari makan kacang, coklat, minyak, mentega, dll (meskipun beberapa
penelitian tidak menemukan korelasi antara makanan dan timbulnya acne). Untuk
pengobatan berupa salep maupun antibiotika sebaiknya menghubungi dokter.
2.6 Patofisiologi
Acne vulgaris adalah pembentukan papula, nodal, dan kista pada muka,
leher, bahu, dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar dari kelenjar
minyak (pilosebaseus) di dekat folikel rambut. Sembilan puluh persen dari
penderita adalah mereka dalam usia menjelang dewasa. Bertambahnya produksi
androgen yang terjadi selama pubertas meningkatkan produksi sebum, suatu
pelumas kulit. Sebum bergabung dongan keratin dan membentuk sumbatan.
2.7 Farmakokinetik dan Farmakodinamik obat Acne Vulgaris
Acne yang ringan mungkin memerlukan pembersihan yang lembut dan
pemakaian keratolitik (pelarut keratin, seperti benzoil peroksida, resorsinol, asam
salisilat). Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim, losion, atau gel sekali atau
dua kali sehari. Agen ini melonggarkan permukaan epidermis bagian luar yang
bertanduk. Acne yang sedang beratnya membutuhkan benzoil peroksida dalam
konsentrasi yang lebih tinggi (10%), dan antibiotik topikal, seperti tetrasiklin,
antramisin, klindamisin, atau meklosiklin, dapat dipergunakan. Tetrasiklin oral
dapat merupakan bagian dari regimen obat. Untuk Acne yang berat, antibiotik oral
(tetrasiklin pilihani atau critromisin), dan glukokortikoid topikal dapat diresepkan.
Gambar dibawah menjelaskan data obat yang berkaitan dengan pemakaian
sistemik dari tetrasiklin untuk Acne yang sedang dan sangat berat.
2
2.8.1 Farmakokinetik
Tetrasiklin diabsorpsi 60-80% melalui saluran gastrointestinal. Jika
dimakan bersama makanan yang mengandung produk dari susu, maka hanya 10-
30% yang diabsorpsi. Efek pengikatan pada proteinnya sedang; tetapi jika
diminum bersama obat-obat yang tinggi berikatan dengan protein, dapat terjadi
pengambilalihan tempat obat. Waktu paruh obat ini adalah 6-12 jam; obat ini
3
biasanya diminum dua kali sehari. Obat ini diekskresikan tanpa mengalami
perubahan ke dalam urin.
2.8.2 Farmakodinamik
Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri. Obat ini dipakai untuk
pengobatan Acne dengan dosis rumatan yang lebih rendah dalam jangka waktu
beberapa bulan. Tetrasiklin tidak boleh diminum bersama antasid atau produk dari
susu, karena akan mengikat trasiklin menjadi senyawa yang tidak larut, sehingga
mengurangi absorpsinya. Tetrasiklin meningkatkan efek antikoagulan oral dan
me-ngurangi efek kontrasepsi oral. Efek samping utama dari tetrasiklin adalah
fotosensitivitas.
Paparan sinar matahari akan menimbulkan kulit terbakar matahari yang
berat. Tetrasiklin tidak boleh dipakai wanita hamil karena adanya kemungkinan
efek teratogenik pada janin. Tetrasiklin dapat diberikan per oral, intramuskular,
dan intravena. Tetrasiklin oral efektifjika tidak diminum bersama bahan makanan
yang terbuat dari susu atau antasid.
Injeksi intramuskular dapat menimbulkan rasa sakit. Tetrasiklin intravena
biasanya diberikan dengan infus yang intermiten dalam waktu 5-30 menit. Mula
kerja dari tetrasiklin intravena adalah segera, dan waktu untuk mencapai kadar
puncak adalah pada akhir pemberian infus.
2.9 Tips untuk mencegah dan mengobati jerawat
Tindakan nonfarmakologik harus dicoba sebelum memulai terapi obat.
Agen pembersih yang diresepkan atau yang disarankan diperlukan untuk semua
jenis Acne. Kulit harus dengan lembut dibersihkan beberapa kali dalam sehari.
4
Harus dihindari menggosok kuit kuat-kuat. Diet yang baik dan seimbang juga
diperlukan. Dulu pernah dipakai vitamin A megadosis untuk mengobati Acne.
Vitamin A bersifat larut dalam lemak dan akan terkumpul dalam jaringan,
terutama pada hati, untuk jangka panjang; oleh karena itu vitamin A dalam dosis
berlebihan dapat sangat toksik, sehingga pemberian vitamin A dalam megadosis
tidak lagi merupakan terapi yang berlaku untuk mengobati Acne. Vitamin A dosis
tinggi juga dapat menimbulkan efek teratogenik pada janin. Juga disarankan untuk
mengurangi stres emosional dan meningkatkan dukungan emosional. Jika terapi
tidak diperlukan, maka tindakan nonfarmakologik perlu tentu dilakukan.
Referensi
Farmakologi Oleh Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes
http://fkunhas.com/farmakokinetik-dan-farmakodinamik-obat-acne-vulgaris-
20101019849.html
PENDAHULUAN
Antara kulit dan jiwa terdapat hubungan yang beraneka ragam baik normal
maupun patologis. Terlihatnya kulit dan penyakit kulit memberikan dimensi
psikososial yang khusus dapat menimbulkan interaksi dua arah antara jiwa dan
kulit. Faktor psikis dapat mempengaruhi kulit, sebaliknya keadaan kulit dapat juga
berpengaruh terhadap jiwa (Syamsulhadi dkk, 2002).
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti
muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung (Harahap,
5
2000). Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang
berpengaruh (Harahap, 2000).
Adanya akne dapat membuat hidup menjadi tidak menyenangkan, dan akne sering
sekali terjadi pada orang-orang yang berusia belasan dan dua puluhan tahun, yang
merupakan kelompok umur yang paling tidak siap menghadapi dampak psikologis
akne. Bagian wajahlah yang paling sering terkena, dan bagi remaja wajah bernilai
penting, yang berkaitan dengan pengembangan citra dirinya. Pada masa masa
ketika akne menyerang, hubungan utama selain dengan keluarganya dan
lingkungan teman-teman sesama jenis yang erat menjadi semakin penting.
Hendaknya disadari pula jika dampak psikologis dari akne tidak selalu
berhubungan dengan derajad keparahan sebagaimana yang dianggap orang-orang.
Seorang anak muda bias menghabiskan waktunya merenungi nasibnya dengan
berlama-lama di depan cermin, tidak peduli apakah yang tampak di sana hanya
beberapa bintik atau ratusan. (Graham dkk, 2005).
Terapi akne vulgaris tidak mudah meskipun prognosanya baik tapi sering terjadi
residif. Akibat terapi jangka panjang dapat menimbulkan beberapa efek yang
merugikan missal terapi kortikosteroid jangka panjang akan berefek hiperglikemi,
glukosuria, osteoporosis, miopati, psikosis afektif, moon face. Terapi akne perlu
ditujukan ke arah etiologi yang multifaktorial.
Masalahnya adalah bagaimana mengetahui factor-faktor etiologi tersebut, sehinga
sampai sejauh anakah pendekatan psikiatri perlu dipertimbangkan
DEFINISI
Akne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan
oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 1991 ). Daerah-
6
daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior,
dada, dan punggung (Harahap, 2000).
Akne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja. Akne minor adalah
suatu bentuk akne yang ringan, dan dialami oleh 85% para remaja. Gangguan ini
masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. Lima belas persen remaja
menderita akne mayor yang cukup hebat sehinga mendorong mereka ke dokter.
Biasanya, akne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada waktu pubertas
terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah yang dapat
menyebabkan hiperplasia dan hipertropi dari glandula sebasea (Harahap, 2000).
EPIDEMIOLOGI
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap
sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa
tidak ada seorang pun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita
penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat waktu lahir, namun ada kasus
yang terjadi pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa remajalah akne vulgaris
menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 – 17
tahun pada wanita, 16 – 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang
predominan adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi beradang penderita
(Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).
Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah maa remaja
kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita,
akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun
pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian
7
diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria.
Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita
akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering
terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Akne vulgaris mungkin
familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit, hal ini sukar dibuktikan.
Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat
akne vulgaris yang lebih berat penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai
factor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang
biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas dari
saluran folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi
folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis
penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel ( Propionibacterium acnes ) yang berperan
pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah
fraksi lipid sebum.
5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan cicculating antibodies yang
memperberat akne.
8
6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin
serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea
penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).
7. Faktor psikis. Akne vulgaris dimasukkan dalam Psychocutaneus Disorder, di
samping itu terdapat pula dermatitis atopik, psoriasis, alopecia areata, urtikaria,
kronik idiopatik pruritus, prurirus ani, pruritus vulvae, pruritus scrotum,
trichotillomania. Faktor emosional dan gangguan psikis ( situasi konflik terutama
stres ) dapat mencetuskan penyakit kulit, dapat menginduksi serangan baru atau
memperburuk keadaan penyakit (Syamsulhadi dkk)
8. Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tak
langsung dapat memacu peningkatan proses pathogenesis tersebut penderita
(Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).
Prinsip-prinsip dasar interaksi pikiran dengan tubuh perlu diketahui, karena ada
hubungan langsung antara susunan saraf pusat dengan sistem imun. Innervasi
bagian-bagian yang disyarafi serabut-serabut simpatis nor adrenergic dari organ
limfoid primer dan sekunder, neuropeptide dan reseptor neurotransmiter pada sel-
sel imun juga produksi sitokin yang diaktivasi sel-sel imun dapat mempengaruhi
fungsi otak.
Pikiran negatif dapat mengakibatkan perubahanperubahan patologis dalam fisik.
Pikiran negatif ini dapat berkembang menjadi kepercayaan yang salah yang tidak
dapat diubah sehingga emosi menjadi beku dalam keadaan negatif dan tubuh
memasuki simpatis kronis yang disebut stres. Sebagai hasilnya, mekanisme
homeostasis normal gagal berlangsung dan timbulah gejala penyakit (Syamsuhadi
dan Aliyah, 2002).
9
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua
usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi
akibat pengaruh berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras,
familial, hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang
kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita (Djuanda, Hamzah dan
Aisyah, 1999).
PENCEGAHAN
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah sebum dan perubahan isi sebum
dengan cara :
a). Diet rendah lemak dan karbohidrat, meskipun ini masih diperdebatkan;
b). Melakukan perawatan kebersihan kulit.
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya:
a). Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olah raga sesuai kondisi tubuh hindari
stres;
b). Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya maupun lamanya;
c) Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok,
lingkungan yang tidak sehat;
d). Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis yang dapat
memperberat erupsi yang telah terjadi.
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab,
pencegahan, penatalaksanaan, serta prognosisnya
10
PENANGANAN AKNE VULGARIS DARI SEGI PSIKIATRI
Karena banyak faktor sebagai penyebab acne vulgaris maka penanganan yang
menyeluruh dapat membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah
kekambuhan. Selain terapi kulit secara medik diperlukan juga psikoterapi.
Penambahan psikoterapi pada pasien acne vulgaris dapat menurunkan angka
kambuh. Dengan relaksasi dapat meningkatkan daya tahan kulit dan aliran darah
ke kulit meningkat. Kadang-kadang diperlukan psikofarmakologi untuk
menurunkan kecemasan dan depresinya yaitu dengan anti cemas maupun anti
depresi (Syamsuhadi dan Aliyah, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Akne vulgaris adalah penyakit dari folikel pilosebaseus yang disebabkan oleh
banyak faktor, di mana produksi sebum yang berlebihan memegang peranan
penting. Antara psikis dan kondisi kult, saling mempengaruhi. Kondisi psikis
dapat mempengaruhi kulit, sebaliknya keadaan ganguan kulit dapat juga
berpengaruh terhadap psikis.
Perlu dipertimbangkan penambahan psikoterapi dan psikofarmaka pada
pengobatan acne vulgaris. Bidang pengobatan tubuh-pikiran ( mind-body ) luas
dan menawarkan pada tingkat yang lebih daripada hanya memberikan resep
sederhana untuk pengobatan simptomatik. Melalui pengobatan yang holistik akan
menuju kepada pengelolaan acne vulgaris yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
11
Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. (1999). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Graham, B. Brown. Burns, T. (2005). Lecture Notes Dermatologi. Jakarta.
Erlangga.
Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Hipokrates.
Siregar. (1991). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta. EGC
Syamsulhadi, Aliyah.M(2002). Aspek Psikiatri Acne Vulgaris, Simposium Acne
Tinjauan Klinis
dan Psikologis Serta Penatalaksanaannya. Surakarta.
Jerawat, suatu penyakit yang dianggap sepele bagi dokter, tapi tidak demikian
bagi penderitanya. Bagaimana tidak? Dokter mungkin menganggap jerawat ini
penyakit ringan yang tidak akan menyebabkan komplikasi, sementara pasien
menganggap jerawat ini sangat mengganggu penampilan dan sulit sekali
dihilangkan.
Sebenarnya pakah jerawat itu? Apa penyebabnya? Bagaimana menghindarinya?
Mari kita bahas satu-persatu
12
a. Definisi jerawat (acne vulgaris)
= Jerawat adalah Kelainan pd unit pilosebaseus yg bersifat self limited terutama
pd usia remaja .
b. Siapa saja yang rentan terhadap jerawat?
= Remaja dalam masa pubertas. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal
pada tubuh remaja yang dapat memicu timbulnya jerawat.
c. Penyebab utama jerawat
= Penyebab jerawat adalah multfactorial (ditimbulkan oleh berbagai penyebab).
Beberapa hal yang paling umum menjadi penyebab jerawat antara lain :
- Hiperproliferasi Folikel epidermal
- Produksi sebum (lemak) yang meningkat
- Adanya inflamasi pada pori-pori wajah
- Meningkatnya populasi Propionibacterium acne (spesies flora
normal pada wajah)
d. Hal-hal yang dapat memperparah jerawat
- Stress
- ketidakstabilan hormonal
- Iklim
- Obat dan kosmetik
- Makanan
13
e. Penanganan Acne vulgaris
= Penanganan acne vulgaris ini bergantung dari tingkat keparahan acne tersebut.
Pada beberapa kasus acne ini bersifat self limiting, dapat sembuh sendiri tanpa
intervensi apapun. Namun pada beberapa kasus, acne ini dapat menjadi berukuran
sangat besar dan memerlukan pengobatan intensif. Pengobatan yang dilakukan
meliputi
- Mengendalikan keratinisasi
- Menurunkan aktifitas kelenjar sebasea
- Menekan populasi P. acnes
- Menangani inflamasi yang timbul
f. Beberapa tips untuk membantu mengurangi jerawat
- Rajin cuci muka : Salah satu penyebab jerawat adalah banyaknya lemak
yang disekresi oleh kelenjar sebasea, maka dari itu, mencuci muka dapat
membantu menurunkan kadar lemak pada wajah anda.
- Mengurangi pemakaian kosmetik : Pemakaian kosmetik dapat menutup
pori-pori wajah dan menyumbat kelenjar sebasea. Maka dari itu, kurangi
pemakaian kosmetik anda.
-
http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=acne-
vulgaris-si-jerawat-yang-menyebalkan.html&Itemid=352
14
Penatalaksanaan acne vulgaris
Kalbefarma - Acne atau jerawat merupakan suatu masalah yang mengganggu,
sekitar 80% remaja dan anak muda yang berusia 11 hingga 30 tahun mengalami
masalah jerawat. Beberapa tahun belakangan ini para ahli terus-menerus
mempelajari patogenesis terjadinya penyakit tersebut.
Sejak 25 tahun yang lalu, berbagai obat sistemik dan topikal terus menerus
berkembang sebagai terapi kasus acne terutama untuk jenis acne vulgaris.
Berbagai petunjuk penanganan terus menerus berubah karena hasil perkembangan
penelitian yang juga terus berjalan.
Saat ini pendekatan terapi acne dimulai dengan penilaian riwayat ataupun
kebiasaan pasien. Hal-hal yang dinilai termasuk tingkat keparahan acne, tipe dari
lesinya ada atau tidaknya jaringan parut, pengaruh fisiologis dari penyakit ini dan
pengalaman menggunakan berbagai obat anti jerawat (obat yang diresepkan oleh
dokter ataupun obat yang dijual bebas).
Sebagai farmakologi terapi acne, retinoid topikal merupakan terapi lini peertama
untuk semua jenis kasus acne terutama kasus berat. Bila ada lesi inflamasi namun
jenis acnenya ringan atau sedang antimikrobial topikal sebaiknya dikombinasi
dengan retinoid topikal untuk mempercepat terjadinya penyembuhan. Untuk kasus
acne berat kombinasi antibiotik oral dengan retinoid topikal dan atau benzoyl
15
peroxide. Sedangkan untuk kasus acne yang sangat parah seperti acne konglobata
pemberian isotretinoin dapat menjadi pilihan.
Melakukan maintenance terapi untuk acne sangatlah penting, mengingat penyakit
ini cenderung berulang bila terapi dihentikan.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/14519-penatalaksanaan-acne-vulgaris/
ASKEP ACNE VULGARIS
Label: Askep medikal bedah, Perkuliahan
A. PENGERTIAN.
Peradangan kronik (menahun) folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada
masa remaja dan dapat sembuh sendiri. dengan gambaran khas komedo, papul,
pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat predeliksinya, biasanya pada
punggung, dada dan wajah.
B. ETIOLOGI.
Etiologi dari penyakit ini belum jelas, berbagai penyelidikan yang lebih medium
untuk mengetahui penyebabnya yang pasti masih banyak dilakukan, beberapa
faktor yang disangka menjadi penyebab timbulnya acne vulgaris adalah :
Faktor genetik herediter.
Faktor ras, dimana orang kulit berwarna lebih jarang terkena daripada orang kulit
putih.
Faktor iklim/musim dimana pada daerah beriklim tropis lebih banyak karena
sinar UV, temperatur dan kelembaban udara mempengaruhi aktivitas kelenjar
16
sebasea.
Faktor makanan, namun masih diperdebatkan.
Stress emosional.
Hormonal
Kadar hormon androgen pada kulit pasien ternyata lebih tinggi daripada kadar
orang normal. Yang disangka mempunyai peran pada proses keratinitis sel
epidermis, komposisi sebum-sebum permeabelitas saluran pilosebasea.
Infeksi bakteri corybacreium acnes, staphylococcus albus / pytyrosporum ovale
mempengaruhi banyak terbentuknya lipase yang penting dalam pembentukkan
komedo.
Keaktivan kelenjar sebasea sendiri menentukan timbulnya penyakit, kebanyakan
pada orang dengan kulit berminyak.
C. TANDA DAN GEJALA.
Erupsi pada kulit ditempat predileksi yaitu muka, bahu, punggung bagian atas,
leher, dada dan lengan bagian atas.
Dapat disertai rasa gatal.
Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus atau kista. Isi komedo ialah
sebum yang kental dan padat sedang isi kista adalah pus dan darah.
D. PATOFISIOLOGI.
Dipengaruhi oleh banyak faktor dan kadang-kadang masih kontroversial, asam
lemak bebas masih terbentuk dari trigliserida dalam sebum sehingga kekentalan
sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi
17
radang disekitarnya {komedogenik}. Pembentukkan pus, nodus, dan kista terjadi
sesudahnya.
E. PENGOBATAN
1. Topikal :
Bahan-bahan iritasi, misalnya resorsinol 3%, asam salisilat 3-5%, asam vit. A
0,05%.
Anti bakteri, misal : tetrasiklin 1%, eritromisin 1%, peroksida benzoil 2,5%.
Lain-lain : sulfur 4-20%, kortikosteroid, etil laktat 10% dalam gliserin 5-10%
dan etanol 80%.
2. Sistemik :
Anti bakteri : tetrasiklin, minosiklin, kotrimoksasol, lingkomisin, klindamisin.
Hormon : estrogen, anti androgen, kortikosteroid { intolesi }.
Retinol dan vitamin A.
Lain-lain : anti inflamasi non steroid { ibuprofen }, dapson.
Perawatan kebersihan kulit dan diet bagi yang memerlukan dapat dianjurkan.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit
ditandai dengan :
Adanya papul,pustul, nodus dan kista padatempet-tempat predileksi.
Intervensi :
18
Observasi terhadap eritema dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan
Kurangi atau hilangkan faktor yang menunjang perluasan kerusakan ; jangan
lakukan masase pada setiap area kemerahan.
Hindarkan memecahkan nodul.
Motivasi pasien untuk tetap mengkonsumsi obat dan makanan yang baik guna
memperlancar proses penyembuhan.
Anjurkan pasien untuk dapat merawat kulit dengan bersih dan benar.
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain
ditandai dengan :
Pasien mengeluh adanya jerawat.
Intervensi :
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsi tentang efek
penyakitnya.
Dorong individu untuk bertanya masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosa kesehatan.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan diperkuat informasi yang telah
diberikan.
Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional. Dukung
keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.
Dorong kunjungan dari teman sebaya dan orang terdekat, anjurkan untuk berbagi
dengan individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting untuk mereka
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai
19
penatalaksanaan perawatan kulit.
Intervensi :
Ajarkan pasien agar dapat mengidentifikasikan perubahan yang terjadi pada klit
sedini mungkin.
Demonstrasikan perawatan kulit dan tekankan pentingnya tehnik aseptik.
Tekankan pentingnya diet nutrisi untuk meningkatkan pemulihan.
Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan infeksi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sularsito, et all, 1986, Dermatologis Praktis Edisi 1, Perkumpulan Ahli Dermato
– Venerelogi Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 1983, Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin Edisi III, FKUI, Jakarta.
Harahap, Mawarli, 1990. Penyakit Kulit. Jakarta.
http://www.blogtopsites.com/outpost/54b8f0b40a40bcc951ea04a3566ad4bf
Jerawat (Acne Vulgaris)
Jerawat (acne vulgaris) dapat menjadi salah satu pertanda bahwa seseorang
sedang mengalami pubertas. Namun, tidak semua orang yang berjerawat pasti
sedang puber atau yang sedang puber tidak selalu harus berjerawat. Jerawat dapat
muncul karena adanya perubahan hormon dan penumpukan lemak di jaringan
20
kulit yang menjadi pemicu munculnya jerawat. Oleh sebab itu, kebersihan wajah
harus selalu dijaga agar tetap bersih dari jerawat.
Mereka yang sudah menginjak masa pubertas umumnya pernah mengalami
jerawat. Dalam dunia medis, jerawat dikenal juga sebagai acne vulgaris, yaitu
radang kronis dari folikel pilosebaceous (salah satu kelenjar pada kulit) yang
disertai dengan penyumbatan atau penimbunan keratin dan ditandai dengan
adanya komedo, pustula, nodula, dan kista.
Jerawat umumnya timbul pada pria maupun wanita yang menginjak masa
pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (sekitar 90%). Daerah tubuh yang terkena jerawat
bukan hanya di bagian wajah saja, namun juga bahu, dada, punggung, dan lengan
bagian atas.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya jerawat antara lain yaitu?
faktor genetik, kerja hormon?, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebacea itu
sendiri, faktor psikis, pengaruh musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes),
penggunaan kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Pada jerawat, dapat juga timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit
pilosebaceous), papula (komedo tertutup yang pecah), pustula (bentukan padat
yang mengalami perlunakan pada puncaknya dan mengeluarkan nanah), nodul
(penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan juga jaringan parut.
Pengobatan jerawat secara umum dapat dilakukan dengan cara mencuci muka dua
21
kali sehari, menghindari pemakaian kosmetika yang berlebihan, menghindari
konsumsi makanan tertentu (kacang, coklat, minyak, mentega, dan lain-lain), serta
konsultasi pada dokter kulit yang tepat.
http://victor-health.blogspot.com/2010/11/jerawat-acne-vulgaris.html
BAB I
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar pilosebasea,
keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda,
dan akan hilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20 – 30 tahun. Walaupun
demikian ada banyak juga orang setengah baya yang mengalami serangan acne.
Acne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum. Androgen telah
diketahui sebagai perangsang sekresi sebum, dan ekstrogen mengurangi produksi
sebum. Suatu awitan mendadakn serangan acne yang disertai hirsutisme dan/atau
kelainan menstruasi, mungkin menunjukkan adanya gangguan endokrin pada
penderita wanita. Acne pada penderita wanita sekitar 20-an, 30-an, dan 40-an,
seringkali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya dari
minyak dan menimbulkan komedo, faktor-faktor mekanik, seperti mengusap,
tekanan friksi dapat juga mencetuskan acne.
DEFINISI
Acne Vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai
folikel polisebasea (folikel rambut) yang rentan dan penting sering ditemukan di
daerah muka, leher serta badan bagian atas. Acne ditandai dengan komedo
22
tertutup (whitehead), komedo terbuka (blackhead), papula, pustula, nodul dan
kista.
Acne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada remaja dan
dewasa muda di antara 12 – 35 tahun. Laki-laki dan perempuan terkena sama
banyaknya, dengan insidensi tertinggi antara usia 14 – 17 tahun untuk anak
perempuan serta antara usia 16 – 19 tahun untuk anak laki-laki. Kelainan kulit ini
semakin nyata pada pubertas dan usia remaja, dan kenyataan tersebut mungkin
terjadi karena kelenjar endokrin tertentu yang mempengaruhi sekresi kelenjar
sebasea mencapai aktivitas puncaknya pada usia ini.
ETIOLOGI
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai
faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.
1. Perubahan pola keratinisasi dan folikel. Keratinisasi dalam folikel yang
biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas
dari saluran folikel tersebut
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi acne
3. Terbentuknya fraksi asam lemak tebas penyebab terjadi proses inflamasi
folokel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting ada patogenesis
penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan pada proses kemotaktik
inflamasi serta pembentuk enzim lipolitik pengubah traksi lipid sebum
5. Terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang
memperberat ance
23
6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolic, kortiskosteroid
gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pad
kegiatan kelenjar sebasea
7. Terjadinya stress yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik
secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis
8. Faktor lain, usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak
langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis tersebut.
PATOGENESIS
Selama usia kanak-kanak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada hakekatnya
tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin, khususnya
hormon-hormon androgen. Dalam usia pubertas, hormon androgen menstimulasi
kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta
mensekresikan suatu minyak alami. Yaitu sebum, yang merembes naik hingga
puncak folikel rambut dan mengalir keluar pada permukaan kulit, para remaja
berjerawat, stimulasi androgenik akan meningkatkan daya responsive kelenjar
sebasea sehingga acne terjadi ketika duktus pilosebasea tersumbat oleh tumpukan
sebum. Bahan yang bertumpuk ini akan membentuk komedo.
MANIFESTASI KLINIK
Lesi insial acne berupa komedo. Komedo tertutup (whitehead) merupakan lesi
obstruktif yang terbentuk dari lipid atau minyak yang terjepit dan keratin yang
menyumbat folikel yang melebar (whitehead) merupakan papula kecil yang
berwarna keputihan dengan lubang folikuler yang halus sehingga umumnya tidak
terlihat. Komedo yang tertutup ini dapat berkembang menjadi komedo terbuka,
dimana isi saluran memiliki hubungan terbuka dengan lingkungan luar.
24
EVALUASI DIAGNOSTIK
Diagnosis acne dibuat berdasarkan riwayat individual dan pemeriksaan jasmani,
bukti lesi yang di tandai oleh acne, serta usia, acne tidak terjadi sebelum pubertas.
Adanya komedo yang tipikal (whitehead dan blackhead) bersama kulit yang
sangat berminyak merupakan ciri khas. Keadaan berminyak sangat menonjol pada
daerah mid fasial, sementara bagian wajah lainnya mungkin tampak kering.
http://meetabied.wordpress.com/2010/06/02/acne-vulgaris/
25