724 (1)

15
 PENGARUH PENERAPAN MODEL PBL DIPANDU STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP KECAKAPAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Oleh  Ida Bagus Putu Arnyana Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Peneli tia n ini ber jud ul: “Penga ruh pen erapan mod el PBL dip and u starte gi kooperatif terhadap kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran mata  pelaj aran biolo gi” bertuj uan menemukan mode l maupu n strateg i pembe lajaran yang dapat menin gkatk an kecak apan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran  bi olo gi. Pen elit ian ini mer upa kan pen elit ian eks per ime nta l faktor ial 2x2 nonequivalent control group design dengan subyek penelitian siswa kelas X SMA Negeri 1 Si ngara ja dan SMA Negeri 4 Si ngara ja tahun pelajaran 2003/2004. Dari penelitian ini ditemukan: (1) model PBL dapat meningkatkan kecaka pan berpikir kritis siswa, (2) strate gi koop eratif GI dapat meningk atkan kec aka pan ber pik ir kri tis siswa, dan (3) interaksi mod el PBL dan strate gi kooperatif GI dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa SMA dalam  pelajaran biologi. Kata Kunci:  Problem Based Learning, Strategi kooperatif , Berpikir Kritis ABSTRACT The title of this research is “effect of the implementation PBL model guided by cooper ati ve lear nin g to crit ical thi nki ng abb ili ty SMA stu den ts on bio log y lesson” are want to find model and strategy o f learning which can improve the critical tinking abbility of the SMA students in biology lesson. This research is 2x2 factorial experimental nonequivalent control group design, with the subject are students in X grade of SMAN 1 Singaraja and SMAN 4 Singaraja. This reseach find are: (1) PBL model can improve the students critical thingking abbility, (2) GI cooperative learning strategy can improve the students critical thing king abb ility , and (3) the intera ction of PBL mode l and GI cooperati ve learni ng strategy can impro ve the critical thinki ng abbility of SMA student s in the biology lesson. Key Words: Problem Based Learning, cooperative learning startegy, critical thinking. I. PENDAHULUAN Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21 diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki berbagai kemampuan, antara lain: kemampuan bekerja sama , berpikir kr it is -kr eat if , me mahami berbagai buda ya, mengua sai tek nologi

Transcript of 724 (1)

Page 1: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 1/15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PBL DIPANDU

STRATEGI KOOPERATIF TERHADAP KECAKAPAN

BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA

MATA PELAJARAN BIOLOGI

Oleh

 Ida Bagus Putu ArnyanaJurusan Pendidikan Biologi IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK 

Penelitian ini berjudul: “Pengaruh penerapan model PBL dipandu startegi

kooperatif terhadap kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran mata

 pelajaran biologi” bertujuan menemukan model maupun strategi pembelajaran

yang dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa SMA pada pelajaran  biologi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental faktorial 2x2

nonequivalent control group design dengan subyek penelitian siswa kelas X

SMA Negeri 1 Singaraja dan SMA Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran

2003/2004. Dari penelitian ini ditemukan: (1) model PBL dapat meningkatkan

kecakapan berpikir kritis siswa, (2) strategi kooperatif GI dapat meningkatkan

kecakapan berpikir kritis siswa, dan (3) interaksi model PBL dan strategi

kooperatif GI dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa SMA dalam

 pelajaran biologi.

Kata Kunci:  Problem Based Learning, Strategi kooperatif , Berpikir Kritis

ABSTRACT

The title of this research is “effect of the implementation PBL model guided by

cooperative learning to critical thinking abbility SMA students on biology

lesson” are want to find model and strategy of learning which can improve the

critical tinking abbility of the SMA students in biology lesson. This research is

2x2 factorial experimental nonequivalent control group design, with the subject

are students in X grade of SMAN 1 Singaraja and SMAN 4 Singaraja. This

reseach find are: (1) PBL model can improve the students critical thingking

abbility, (2) GI cooperative learning strategy can improve the students critical

thingking abbility, and (3) the interaction of PBL model and GI cooperative

learning strategy can improve the critical thinking abbility of SMA students in

the biology lesson.

Key Words: Problem Based Learning, cooperative learning startegy, critical thinking.

I. PENDAHULUAN

Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21 diperlukan sumber daya manusia dengan

kualitas tinggi yang memiliki berbagai kemampuan, antara lain: kemampuan bekerja

sama, berpikir kritis-kreatif, memahami berbagai budaya, menguasai teknologi

Page 2: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 2/15

informasi, dan mampu belajar mandiri sehingga sumber daya manusia ini dapat bersaing

dalam mengisi pasar kerja. Trilling and Hood, 1999; Galbreath (1999) mengemukakan

 bahwa pada abad pengetahuan modal intelektual, yaitu kecakapan berpikir merupakan

kebutuhan utama sebagai tenaga kerja. Rindel (1999) mengemukakan bahwa orang yang

“melek” sains adalah orang yang dapat memanfaatkan pengetahuan ilmiahnya dan

memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Degeng (2003) mengharapkan lulusan

sekolah menengah sampai perguruan tinggi di Indonesia, di samping memiliki

kecakapan vokasional (vocational skill ) juga harus memiliki kecakapan berpikir 

(thinking skill ) sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa “buruh”.

Kecakapan berpikir merupakan kemampuan yang harus dipelajari di sekolah.

Hal ini mendukung John Dewey (1916, dalam Johnson 2002) sejak awal mengharapkan

agar siswa di sekolah diajarkan cara berpikir. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) mengharapkan agar siswa menguasai kecakapan hidup (life skill ) yang

salah satunya adalah kecakapan berpikir (thinking skill ) yang harus diajarkan melalui

semua mata pelajaran.

Dari uraian di atas tampak bahwa kecakapan berpikir merupakan hal yang sangat

 penting yang diperlukan oleh setiap orang untuk hidupnya. Oleh karena itu kecakapan

 berpikir sangat penting dipelajari siswa si sekolah. Pendidikan berpikir di sekolah saat

ini khususnya di SMA belum ditangani dengan baik. Guru hanya berupaya

meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Akibatnya kecakapan berpikir lulusan SMA

masih relatif rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rofi’udin (2000)

mengemukakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kecakapan berpikir kritis-

kreatif lulusan sekolah dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia, karena pendidikan

 berpikir belum ditangani dengan baik. Arnyana (2005) menemukan bahwa guru biologi

SMA di Singaraja belum secara sadar merencanakan untuk melatih kecakapan berpikir 

siswa.

Kemampuan berpikir yang diperlukan setiap orang adalah kemampuan berpikir 

tingkat tinggi. Johnson (2002); Krulik and Rudnick (1996) menyebutkan bahwa berpikir 

tingkat tinggi terdiri dari berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah

aktivitas mental dalam hal memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis

asumsi, mengevaluasi, memberi rasional, dan melakukan penyelidikan. Sedangkan

 berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang menghasilkan ide-ide yang orisinil, berdaya

cipta, dan mampu menerapkan ide-ide. Ennis (1985; 1993) dan Marzano, et al. (1988)

mengemukakan bahwa berpikir kritis mencakup kemampuan: (1) merumuskan masalah,

2

Page 3: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 3/15

(2) memberikan argumen, (3) mengemukakan pertanyaan dan memberikan jawaban, (4)

menentukan sumber informasi, (5) melakukan deduksi, (6) melakukan induksi, (7)

melakukan evaluasi, (8) memberikan definisi, (9) mengambil keputusan serta

melaksanakan, dan (10) berkomunikasi. Bila dicernati apa yang dikemukakan oleh

Ennis dan Marzano bahwa berpikir kritis itu tidak lain merupakan kemampuan

memecahkan masalah melalui suatu investigasi sehingga mengasilkan kesimpulan atau

keputusan yang sangat rasional. Berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah proses terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas

mental yang mencakup kemampuan: merumuskan masalah, memberikan argumen,

melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan.

Untuk mengajarkan kecakapan berpikir kritis di SMA khususnya dalam mata

 pelajaran biologi sangat perlu di cari model maupun strategi pembelajaran yang sesuai

untuk itu. Model Belajar Berdasarkan Masalah (  Problem Based Learning/PBL) dan

Strategi Kooperatif (Cooperative Learning ) tampaknya dapat diterapkan dalam

  pembelajaran biologi untuk mencapai tujuan belajar biologi dan melatih kecakapan

 berpikir kritis siswa.

Model Problem Based Learning ( PBL) merupakan pembelajaran yang dirancang

  berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstuktur (ill-structured ),

terbuka, dan mendua. Melalui model PBL siswa dirangsang untuk melakukan

  penyelidikan atau inkuiri dalam menemukan solusi-solusi terhadap masalah yang

dihadapinya (Ibrahim dan Nur, 2000). Peran guru dalam pembelajaran ini adalah

menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan. Yang

lebih penting lagi, adalah, guru melakukan  scffolding , yaitu suatu kerangka dukungan

yang memperkaya keterampilan dan pertumbuhan intektual siswa.

Model PBL memiliki ciri-ciri: (1) mengajukan pertanyaan atau masalah yang

terkait masalah kehidupan nyata, (2) melibatkan berbagai disiplin ilmu, (3) melakukan

 penyelidikan autentik, (4) menghasilkan produk atau karya serta mengkomukasikannya

atau memamerkannya, dan (5) kerjasama dalam melakukan penyelidikan. Tujuan dari

PBL adalah di samping siswa menguasai materi pelajaran yang dipelajari, yang dalam

hal ini adalah biologi, juga melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Arends

(2004); Hasting (2001) mengemukakan PBL dapat merangsang siswa untuk berpikir 

tingkat tinggi, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Wang, Thomson, and

Shuler (1998) mengemukakan PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa,

melatih keterampilan memecahkan masalah, dan meningkatkan penguasaan materi

3

Page 4: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 4/15

 pelajaran. Duch Allen, and White mengungkapkan bahwa PBL menyediakan kondisi

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis serta memecahkan masalah

kompleks dalam kehidupan nyata.

Model PBL memiliki ciri siswa bekerja sama antara satu dengan lainnya dalam

 bentuk berpasangan atau berkelompok untuk bersama-sama memecahkan masalah yang

dihadapi. Dalam belajar berkelompok, siswa akan termotivasi secara berkelanjutan

terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan berpeluang untuk berdialog dalam

mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Model PBL sangat baik 

dipasangkan dengan startegi kooperatif. Hal ini mendukung Hereid (2000); Gilbert and

Driscooll (2002); Rindell (1999) mengemukakan bahwa PBL sangat penting

dipasangkan dengan strategi pembelajaran kooperatif karena dapat memacu kecepatan

 peningkatan kemampuan berpikir siswa.

Strategi pembelajaran kooperatif menyediakan situasi agar siswa bekerja sama

antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Oleh karena itu pembelajaran

kooperatif dapat melatih kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara

  bersama-sama. Tejada (2002) mengemukakan pembelajaran kooperatif dapat

memberikan dukungan agar siswa belatih berpikir dengan bantuan orang lain. Dumas

(2003) mengemukakan pembelajaran kooperatif memberikan jalan bagi semua anggota

kelompok untuk meningkatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti kecakapan

analistis, sintesis, elaborasi, memecahkan masalah, berpikir alternatif, dan kecakapan

 berbahasa.

Dari uaraian di atas tampak bahwa kecakapan berpikir sangat penting diajarkan

di sekolah melalui mata pelajaran, yang dalam hal ini adalah pelajaran biologi. Oleh

karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan model PBL

yang dipandu startegi kooperatif terhadap kecakapan berpikir kritis siswa.

Manfaat penelitian ini adalah: (1) bagi para teoritisi, penelitian ini dapat sebagai

titik tolak dalam mengembangkan model atau strategi pembelajaran yang dapat

meningkatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, khususnya berpikir kritis siswa, (2)

  bagi para praktisi pembelajaran, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

model atau strategi yang dapat digunakan dalam melatih kecakapan berpikir kritis siswa,

dan (3) bagi siswa, pembelajaran yang dikasanakan pada penelitian ini dapat melatih

kecakapan berpikir kritis mereka.

4

Page 5: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 5/15

II. METODE PENELITIAN

Variabel bebas dalam penelitian ini, meliputi: (1) model PBL dan model

  pengajaran langsung (  Direct Instruction/DI ). Dipilihnya model PBL, karena model

 pembelajaran ini yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap kecakapan berpikir kritis.

Sedangkan dipilihnya model DI, karena model pembelajaran ini biasa digunakan oleh

  para guru biologi SMA di Singaraja, (2) strategi pembelajaran kooperatif Group

 Investigation (GI ) dan kooperatif  Student Team Achievement Division (STAD).

Dipilihnya kooperatif GI, karena startegi kooperatif ini merupakan startegi kooperatif 

  paling kompleks dan sangat cocok digunakan melatih siswa untuk memecahkan

masalah. Dipilihnya strategi kooperatif STAD karena strategi kooperatif ini paling

sederhana dan cocok digunakan bagi guru yang baru menggunakan strategi kooperatigf.

Variabel terikat yang diteliti dalam penelitian ini adalah kecakapan berpikir kritis siswa.

Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimen faktorial 2x2

nonequivalent control group design yang dikemukakan oleh Tuckman (1999), seperti

Gambar 1.

O1 X1Y1 O2

-------------------------

O3 X2Y1 O4

-------------------------

O5 X1Y2 O6

-------------------------O7 X2Y2 O8

Gambar 1. Prosedur Penelitian Eksperimen Nonequivalen Control Group Design

(Tuckman, 1999: 175) Keterangan: X1= model PBL, X2= model DI

Y1=strategi kooperatif GI, Y2 = strategi kooperatif STAD, O1 , O 3, O 5,

dan O 7 = prates, O2, O 4, O 6, dan O 8 = pascates 

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri di Singaraja tahun

 pelajaran 2003/2004, yaitu SMA Negeri 1 Singaraja dan SMA Negeri 4 Singaraja.

Penerapan model (PBL dan DI) dan strategi kooperatif terhadap setiap kelas dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penerapan Model Pembelajaran dan Strategi Kooperatif pada Subyek Penelitian

Model Pembelajaran

Strategi Kooperatif 

GI STAD

Sekolah Kelas Jumlah Sekolah Kelas Jumlah

PBL

SMAN 1

Singaraja X5

40

orang

SMAN 1

Singaraja X3

40

orang

DI

SMAN 4

Singaraja X3

40

orang

SMAN 4

Singaraja X2

40

orang

5

Page 6: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 6/15

Data kemampuan berpikir kritis dikumpulkan pada semester genap tahun

 pelajaran 2003/2004, yaitu pada bulan Maret sampai dengan Juni 2004 pada materi

Ekologi dan pelestarian lingkungan hidup. Data kemampuan berpikir kritis dikumpulkan

melalui prates yang dilakukan sebelum proses belajar dan pascates setelah proses

 belajar. Instrumen atau tes yang digunakan untuk mengkur kemampuan berpikir kritis

adalah tes dengan bentuk Structured of the Learning Outcome (SOLO) Taxonomy yang

mengadaptasi dari Collis and Davey (1986). Tes ini dilengkapi dengan rubrik penilaian

yang mengadaptasi dari Hart (1994).

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan analisis statistik Analisis

Covarian Faktorial 2x2 yang dilanjutkan dengan uji LSD. Uji statistik dilakukan pada

taraf signifikansi 5%. Sebelum dilakukan analisis covarian dilakukan uji prasyarat, yaitu

uji homogenitas dan uji normalitas terhadap data yang diperoleh.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Data hasil penelitian berupa skor kemampuan berpikir kritis diperoleh melalui

 prates dan pascates. Skor yang diperoleh siswa pada setiap tes antara 0-80 atau dengan

  prosentase 0%-100%. Deskripsi umum rata-rata skor kecakapan berpikir kritis

menggunakan pedoman konversi skor absolut skala 5, yaitu dengan katagori dan

rentangan presentase sebagai berikut. (A) katagori sangat baik (95%-100%), (B) baik 

(85%-94%), (C) sedang (75%-84%), (D) kurang (62%-74%), dan (E) sangat kurang (<

62%) (diadaptasi dari Grounlund and Linn, 1990:442-443). Rata-rata skor prates dan

 pascates maupun katagori kecakapan berpikir kritis pada semua kelompok subyek 

 penelitian disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Skor Prates dan Pascates Kemampuan Berpikir Kritis

Kelompok Siswa Yang

Belajar Dengan:

Rata-Rata %/Katagori

Prates Pascates

% Kategori % Kategori

Model PBL 19,90 sangat kurang 83,39 sedang

Model DI 19,44 sangat kurang 62,50 sangat kurang

Strategi kooperatif GI 19,61 sangat kurang 80,00 sedang

Strategi kooperatif STAD 19,70 sangat kurang 66,48 kurang

Interaksi PBL-GI 19,88 sangat kurang 87,56 baik  

Interaksi PBL-STAD 19,98 sangat kurang 79,18 sedang

Interaksi DI-GI 19,38 sangat kurang 73,39 kurang

Interaksi DI-STAD 19,45 sangat kurang 53,70 sangat kurang

6

Page 7: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 7/15

Hasil uji statistik dan interpretasi terhadap uji tersebut menunjukkan sebagai

 berikut. (1) Model PBL secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kecakapan

 berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model DI. (2) Strategi kooperatif GI secara

signifikan lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis dibandingkan

dengan strategi kooperatif STAD. (3) setiap interaksi antara model belajar dengan

strategi kooperatif, yaitu interaksi BPL-GI, PBL-STAD, DI-GI, dan DI-STAD

memberikan pengaruh berbeda terhadap kecakapan berpikir kritis siswa. Berdasarkan

atas analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi yang paling baik dalam

meningkatkan kecakapan berpikir kritis adalah interaksi model PBL dengan startegi

kooperatif GI dan selanjutnya diikuti secara berturut-turut interaksi model PBL dengan

strategi kooperatif STAD, interaksi model DI dengan strategi kooperatif GI, dan

interaksi model DI dengan strategi kooperatif STAD.

Hasil anaisis statistik sejalan dengan analisis secara deskriptif, bahwa (1) model

PBL memberikan pengaruh lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis

siswa dibandingkan dengan model DI, (2) strategi kooperatif GI memberikan pengaruh

lebih baik dalam meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan

strategi kooperatif STAD, dan (3) interaksi model belajar dengan strategi kooperatif 

memberikan pengaruh berturut-turut: PBL-GI, PBL-STAD, DI-GI dan DI-STAD.

3.2 Pembahasan

Model PBL secara signifikan memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan

Model DI dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dapat dijelaskan,

 pelaksanaan model PBL dapat melatih komponen-komponen berpikir kritis. Model PBL

memiliki sintaks, yaitu (1) siswa dihadapkan pada masalah aktual dan autentik yang

memiliki sifat tidak terstruktur, terbuka, dan mendua, (2) siswa terorganisasi dalam

kelompok belajar, (3) siswa melakukan investigasi untuk memecahkan masalah dan

mengajukan solusi, dan 4) siswa mengembangkan dan menyajikan hasil kegiatan serta

mendiskusikannya di dalam kelas. Di samping itu, model PBL memiliki ciri siswa

  bekerja sama dalam kelompok kecil sehingga dapat memotivasi siswa untuk secara

  berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan berpeluang agar siswa

melakukan inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan berpikir.

Sedangkan model DI memiliki sintaks, yaitu: guru menyajikan tujuan pambelajaran,

guru mendemonstrasikan pengetahuan, membimbing latihan, dan mengecek 

7

Page 8: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 8/15

 pemahaman siswa, dan memberikan umpan balik. Kegiatan belajar dalam model DI

guru mendominasi kegiatan di kelas (teacher centered ).

Komponen kemampuan berpikir kritis yang harus dilatihkan pada siswa adalah

mencakup kemampuan (1) merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3)

melakukan deduksi, (4) melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, dan (6) memu-

tuskan dan melaksanakan (Ennis, 1985; 1993; Marzano, 1988). Dengan memperhatikan

kegiatan pembelajaran dalam model PBL dan komponen kemampuan berpikir kritis

yang diharapkan, tampak bahwa model PBL dapat melatih kemampuan berpikir kritis

siswa. Hal ini mendukung hasil penelitian Proulx (2004) yang menyatakan bahwa tahap-

tahapan berpikir kritis sama dengan tahap-tahap pelaksanaan metode ilmiah, sehingga

dengan melatih menerapkan metode ilmiah yang merupakan inti dari model PBL dalam

 pelaksanaan pembelajaran dapat melatih kemampuan berpikir kritis.

Model PBL membantu siswa untuk bekerja dan melatih kemampuan berpikir 

kritis dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Hal ini mendukung hasil

  penelitian Hasting (2001); Wang, Thompson, and Shuller (1998); Duch, Allen, and

White (2002) menemukan belajar berdasarkan masalah dapat mengembangkan kete-

rampilan berpikir kritis dan analitis serta menghadapkan siswa pada latihan untuk 

memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Morgan (1995) menemukan

 pembelajaran di sekolah adalah melatih keterampilan berpikir siswa sehingga membuat

siswa menjadi cerdas. Rindell (1999) menerapkan model PBL dalam pembelajaran,

menemukan terjadinya pelibatan mental yang cukup tinggi dan terjadi interaksi yang

  baik antara siswa dan guru sehingga kemampuan berpikir kritis siswa meningkat.

Lawson (2000) menemukan pembelajaran pada pelajaran kimia, fisika, biologi, dan

geologi dengan pendekatan hipotetico-deduktive-reasoning  dapat melatih keterampilan

 berpikir siswa. Hurst (1996); Dult (1997); Marinick (2001) semuanya menemukan

 bahwa pembelajaran yang melibatkan kegiatan analisis masalah, penyusunan hipotesis,

manipulasi variabel, mendesain dan melaksanakan penyelidikan, melakukan prediksi,

dan menginterpretasi hasil penyelidikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir 

analitis dan logis pada siswa. Schafersman (1999) menemukan pembelajaran dengan

  pendekatan pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika dan sains dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Strategi kooperatif GI secara signifikan memberikan pengaruh lebih baik 

terhadap kemampuan berpikir dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. Sintaks

 pembelajaran strategi kooperatif GI meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut. (1) Siswa

8

Page 9: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 9/15

membentuk kelompok dari siswa yang memiliki minat yang sama namun heterogen. (2)

Kelompok mengidentifikasi topik masalah untuk dilakukan investigasinya. (3)

Merencanakan kegiatan kelompok untuk bersama-sama melakukan investigasi sesuai

dengan masalah yang diangkat. (4) Kelompok melakukan investigasi untuk 

mengumpulkan data/informasi, melakukan analisis data, membahas serta mensintesis

ide-ide untuk memecahkan masalah dan mengusulkan pemecahan. (5) Menyusun

laporan hasil investigasi dan presentasi laporan. Inti dari strategi kooperatif GI adalah

siswa menemukan masalah, merencanakan investigasi, melakukan investigasi, analisis

data dan menjelaskan hasil investigasi, dan mengambil keputusan. Sedangkan tahapan-

tahapan pembelajaran strategi kooperatif STAD adalah sebagai berikut. (1) Guru

mempresentasi materi pelajaran. (2) Kerja kelompok dalam melakukan penyelidikan,

diskusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi, (3) Tes. (4) Pemberian penghargaan.

Dalam strategi kooperatif STAD bagian yang tampak sangat berbeda dengan strategi

kooperatif GI adalah adanya komponen guru menceramahkan materi pelajaran sehingga

siswa di sini merasa disuapi dengan informasi. Di samping itu, adanya pemberian

hadiah/penghargaan lebih sering hanya membangkitkan motivasi eksternal

dibandingkan motivasi internal siswa. Dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran

 pada strategi kooperatif GI, terutama siswa dilatih untuk melakukan investigasi, jelas

tampak bahwa strategi kooperatif GI dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

Elemen   penting staretgi kooperatif yang dapat melatih kemampuan berpikir 

kritis siswa adalah terjadi pembelajaran keterampilan sosial yang menyangkut

  pembelajaran kepemimpinan, mengambil keputusan, membangun kepercayaan,

komunikasi, dan penanganan masalah secara bersama-sama. Hal ini mendukung

 pendapat Vigotsky (1896-1934, dalam Nur dan Wikandari, 1998) yang mengemukakan

 bahwa pada proyek kooperatif, siswa dihadapkan pada proses berpikir bersama teman

sebaya sehingga membuat proses berpikir ini menjadi terbuka bagi seluruh siswa. Shia,

et al . (2002) mengemukakan bahwa pada pembelajaran kooperatif terjadi kerja sama

yang baik antara siswa dan guru. Melalui pembelajaran strategi kooperatif GI guru

menyediakan situasi atau masalah yang dapat merangsang kecakapan berpikir siswa.

Pembelajaran strategi kooperatif GI dapat memberikan sarana dukungan

( scaffolding ) yang tujuannya membuat siswa belajar berpikir dengan bantuan orang lain.

Dumas (2003) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan jalan bagi

semua anggota kelompok untuk meningkatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti

kecakapan analisis, menjelaskan, sintesis, dan elaborasi. Lawrence and Harvey (1988)

9

Page 10: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 10/15

mengemukakan pembelajaran dengan strategi kooperatif dapat memberikan dukungan

 bagi siswa dalam saling tukar-menukar ide, memecahkan masalah, berpikir alternatif,

dan meningkatkan kecakapan bahasa.

Strategi kooperatif GI merupakan strategi kooperatif yang paling kompleks.

Strategi ini cocok untuk proyek yang terintegrasi dengan pemecahan masalah. Dalam

strategi kooperatif GI siswa menentukan sendiri topik yang akan diselidiki dari tema

umum yang diberikan guru dan selanjutnya menentukan sendiri cara melakukan

 penyelidikan. Dengan demikian strategi kooperatif GI cocok untuk melatih kemampuan

 berpikir kritis. Hal ini mendukung pendapat Slavin (1995) mengemukakan bahwa

strategi kooperatif GI sangat baik untuk melatih berbagai kemampuan siswa, yaitu

analisis, sintesis, dan mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah. Sehingga

strategi kooperatif GI dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa. Konberg and Grifin (2000) menemukan dalam pelajaran biologi, bahwa

kemampuan berpikir kritis dapat dilatih melalui analisis masalah dan melakukan

investigasi.

Kombinasi antara model belajar dengan strategi kooperatif merupakan sesuatu yang

sangat penting. Model PBL dirancang agar siswa dalam kegiatan belajar berkolaborasi

 bersama teman sebayanya. Pada penelitian ini dikombinasikan (1) model PBL dengan

strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD, dan (2) model DI dengan strategi

kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD.

Kombinasi antara model PBL dengan strategi kooperatif merupakan sesuatu yang

sangat menarik, karena siswa saat memecahkan masalah yang diangkat dalam proses

  belajar dapat mengerjakannya secara berkelompok untuk mencapai tujuan belajar 

 bersama. Hal ini mendukung pendapat Feletti and Bound (1997) yang mengemukakan

  bahwa dalam menerapkan model PBL hendaknya siswa bekerja sama antara satu

dengan lainnya dalam bentuk berpasangan atau dalam kelompok kooperatif untuk 

 bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi. Sementara pembelajaran model DI

yang telah dilakukan di kota Singaraja selalu disertai dengan siswa belajar atau bekerja

dalam kelompok kecil, namun kelompok ini masih merupakan kelompok kompetitif.

Interaksi antara model PBL dengan strategi kooperatif GI merupakan interaksi

yang paling baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dapat

disampaikan, seperti yang dibahas di atas bahwa model PBL dan strategi kooperatif GI

secara terpisah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kombinasi antara

model PBL dengan strategi kooperatif GI merupakan model dan strategi belajar yang

10

Page 11: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 11/15

dapat saling memperkuat antara yang satu dengan lainnya. Model PBL dan strategi

kooperatif GI (1) sama-sama mendorong siswa untuk melakukan investigasi guna

memecahkan masalah yang ditentukan sendiri oleh kelompok siswa, (2) model PBL

menyediakan masalah aktual, ill , mendua, dan terbuka yang menantang siswa untuk 

mengidentifikasinya, (3) strategi kooperatif GI menyediakan kelompok yang memiliki

tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kombinasi ini mengakibatkan

terlatihnya komponen-komponen kemampuan berpikir kritis siswa, seperti kemampuan

merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi,

melakukan evaluasi, dan memutuskan dan melaksanakan.

Interaksi antara model PBL dengan strategi kooperatif STAD juga memberikan

 pengaruh kemampuan berpikir yang baik, walaupun tidak sebaik interaksi antara model

PBL dengan strategi kooperatif GI. Unggulnya interaksi antara model PBL dengan

strategi kooperatif STAD dapat dijelaskan sebagai berikut. Model PBL seperti yang

dibahas dalam hasil penelitian ini yang mendukung hasil penelitian para pakar, nampak 

 bahwa model PBL sangat kuat mempengaruhi dan meningkatkan kemampuan berpikir 

kritis siswa. Dikombinasikan dengan strategi kooperatif STAD, juga dapat

meningkatkan efektifitas proses pembelajaran walaupun tidak sekuat bila

dikombinasikan dengan strategi kooperatif GI. Stategi kooperatif STAD, dalam proses

 pembelajaranya ada bagian guru menceramahkan konsep-konsep penting materi yang

diharapkan mendukung proses pemecahan masalah yang diangkat oleh kelompok siswa.

Proses penyampaian materi secara verbal ini mengurangi keterampilan siswa untuk 

menggali pengetahuannya sendiri. Walaupun demikian, kombinasi antara model PBL

dengan strategi kooperatif STAD memberikan dorongan yang baik guna meningkatkan

kemampuan berpikir siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi antara model PBL dan strategi

kooperatif (strategi kooperatif GI dan strategi kooperatif STAD) dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini mendukung penelitian Rindell (1999) yang

menemukan model PBL dipandu strategi kooperatif dalam pelajaran genetika dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Edwards and Bries (2000) menemukan

 bahwa kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan antara

strategi kooperatif dengan pendekatan pemecahan masalah ( problem solving ).  Model

PBL sangat penting dipasangkan dengan pembelajaran kolaboratif atau kooperatif 

(cooperative learning ). Wang, Thompson, and Shuller (1998); Lord (2001); Gilbert and

Driscooll (2002) menemukan pentingnya model PBL dipasangkan dengan strategi

11

Page 12: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 12/15

kooperatif karena dapat memacu kemampuan berpikir kritis siswa. Redhana (2003)

dalam penelitiannya di SMU di kota Singaraja pada pelajaran kimia menemukan,

kombinasi antara strategi kooperatif dengan pemecahan masalah dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Burrowes (2003) menemukan dalam penelitiannya

 pada perkuliahan biologi umum, bahwa model konstruktivis yang dipadukan dengan

strategi kooperatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya

 berpikir kritis mahasiswa.

Temuan penelitian ini memiliki implikasi sebagai berikut. Pertama, kemampuan

  berpikir tingkat tinggi berupakan kemampuan yang sangat penting dilatihkan pada

siswa, karena kemampuan berpikir ini sangat diperlukan untuk sukses dalam

kehidupannya nanti baik di bidang akademis maupun dalam kehidupannya di

masyarakat. Kedua, kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui proses

  pembelajaran dengan menggunakan model PBL atau strategi kooperatif GI secara

terpisah, atau kombinasi antara model PBL dengan strategi kooperatif GI atau strategi

kooperatif STAD.

IV. PENUTUP

Simpulan dapat disampaikan bahwa, penelitian ini menemukan: (1) model PBL

dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa, (2) strategi kooperatif GI dapat

meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa, dan (3) model PBL dan strategi

kooperatif GI secara bersama-sama dapat meningkatkan kecakapan berpikir kritis siswa

SMA dalampelajaran biologi.

Saran yang disampaikan dalam tulisan ini adalah: (1) para peneliti dapat

mengembangkan model maupun strategi pembelajaran guna meningkatkan kecakapan

 berpikir tingkat tinggi siswa, (2) para peneliti dapat mengembangkan alat evaluasi untuk 

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, dan (3) para guru, khususnya guru

 biologi dapat menggunakan model PBL dan strategi kooperatif GI sebagai alternatif 

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill.

Arnyana, I.B.P. 2005. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan Masalah

  Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruhnya terhadap Kemampuan

  Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada

12

Page 13: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 13/15

  Pelajaran Ekosistem. Disertasi (Tidak Dipublikasi). Malang: Universitas

 Negeri Malang.

Burrowes, P .A. 2003. Astudent-Centered Approach to Teaching General Biology That

Really Work: Lord’s Constructivist Model. The American Biology Teacher .65(7) September: 491-501.

Collis, K.F., and Davey, H.A. 1986. A Technique for Evaluating Skills in High SchoolScience. Journal of Research in Science Teaching . 23(7): 651-663.

Degeng, N. S. 5 September 2003. Bisa Ciptakan Bangsa “Buruh”. Jawa Post . hlm. 30.

Duch, B. J.; Allen, D. E.; and. White, H. B. 2002. Problem-Based Learning: Preparing 

Students to Succeed in the 21 st  Century. (Online) http://www.pondnetwork.org.Diakses 9 Maret 2003.

Duldt, B. W. 1997. Coaching Winners: How to Teach Critical Thinking .(Online).

http://www.kcmetro.ccc.mo.us/longview/ctac/winners.htm. Diakses 10-3-

2002.

Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California Departemen

of Education. (Online). http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html. Diakses

26 April 2003.Edwards, M.C., and Briers, G.E. 2000. Higher-Order and Lower-Order Thinking Skill

Achievement in Secondary-Level Animal Science: Does Block Scheduling

Pattern Influence End-OF-Course Learner Performance.   Journal of 

 Agricultural Education. 41(4): 2-14.

Ennis, R.H. 1985. Goals for A Critical Thiking Curriculum. Costa, A.L. (Ed).

  Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking . Alexandra,

Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD):

54-57.

Ennis, R.H. 1993. Critical Thinking Assessment. Theory Into Practice. 32(3) Summer:

179-186.Feletti, G. and Bound. 1997. Changin Problem-Based Learning Introduction to the

Second Edition. Bound, D. and Feletti, G. (Eds) The Challange of Problem-

 Based Learning. 2nd (hlm. 1-14). London. USA: Kogan Page.

Gilbert, N. J. and Driscoll, M. P. 2002. Colaborative Knowledge Building A Case

Study. J. Education Technology Research and Development . 50(1): 59-79.

Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-

Based Technology and Future Skill Sets.  Educational Technology Desember:

14-22.

Gronlund, N.E., and Linn, R.L. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching . 6th Ed.

 New York: Macmillan Publishing Company.

Hart, D. 1994.  Authentic Assessment A Hand Book for Educators. California, NewYork: Addison- Wesley Publishing Company.

Hastings, David. 2001. Case Study: Problem-Based Learning and the active Classroom.

(Online). http:/www.cstudies.ubc.ca/facdev/services/newsletter/index/html.Diakses 9 Maret 2003.

Herreid, C. F. 2000. AIDS and the Duesberg Phenomenon: A Problem-Bsed Learnig

Case Study. (Online) http://searchyahoo.com/search?p=problem+based+

learning. Diakses 9 Maret 2003.

Hurst, R. W. 1996. Facilitating Successful Prediction Problem Solving in Biology

through Application of Skill Theory. Journal of Research in Science Teaching .

33(5): 541-552.

Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000.  Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UnesaUniversity Press.

13

Page 14: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 14/15

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Thousand Oaks: Corwin Press,

Inc.

Konberg, J.K. and Griffin, M. S. 2000. Analysis Problem--- A Means to Developing

Student’ Critical-Thinking Skills: Pushing the Boundaries of Higher-Oder 

Thinking. Journal College Science Teacher (JCST). 24(5): 348-352.

Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching Reasioning and  Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School . Massachusets: Allyn &

Bacon.

Lawrence, L. and Harvey, F.C. 1998. Cooperative Learning Strategies and Children.

 ERIC Digest. ERIC Document Reproduction Service. (Online).

http://ericase.net/edo/ED306003.htm. Diakses 26 April 2003.

Lawson, A. E. 2000. The Generality of Hypotetico-Deductive Reasonin: Making

Scientific Thinking Explicit. The American Biology Teacher . 62(7) September:

482-495.

Lord, T. R. 2001. 101 Reasons for Using Cooperative Learning in Biology Teaching.

The American Biology Teacher. 63(1) January: 30-37.

Marinick, M. H. 2001. Thinking Critically About Criticl Thinking . (Online).http://www.mcli.disst.maricopa.edu/forum/fall01/tl.html. Diakses 19-11-2002.

Marzano, R.J. et al . 1988.  Dimension of Thinking A Framework for Curriculum and 

 Instruction. Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum

Development (ASCD).

Morgan W. R. 1995. “Critical Thinking” ---- What Does That Mean?  Journal College

Science Teacher (JCST). 24(5) March/April: 336-340.

 Nur, M., dan Wikandari, P. R. 1998.   Pendekatan-Pendekatan konstruktivis dalam

 Pembelajaran. Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya.

Redhana, W. 2003. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masalah.  Jurnal  Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 3(33) Juli: 11-23.

Rindell, A. J. A. 1999. Applying Inquiry-Based and Cooperative Group Learning

Strategies to Promote Critical Thinking.  Journal of College Science Teaching 

(JCST) 28(3): 203-207.

Rofi’uddin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah

Dasar. Majalah Bahasa dan Seni 1(28) Pebruari: 72-94.

Shia, R.M. et al . 2002. Metacognition, Multiple Intelligence and Cooperative Leraning .(Online). http://www.cet.edu.research/paper/intelligences.pdf. Diakses 26

April 2003.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. 2nd Ed.

London: Allyn and Bacon.Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning . (Online).

http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm. Diakses

26 April 2003.

Trilling, B. and Paul Hood. 1999. Learning, Technilogy, and Education Reform in the

Kowledge Age. Educational Technology. Mei-Juni: 5-18.

Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research. 5th Edition. New York:

Harcourt Brace College Publeshers

Wang, H. C. A; Thomson; and Shuler, C. F. 1998. Essential Components of Problem-  Based Learning for the K-12 Inquiry Science Instruction. (Online).

http://searchyahoo.com/search?p=problem+based+learning. Diakses 9 Maret

2003.

14

Page 15: 724 (1)

5/10/2018 724 (1) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/724-1 15/15

15