Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
68954212-Kelompok-1-FONOLOGI
-
Upload
agus-setiawan -
Category
Documents
-
view
158 -
download
3
Transcript of 68954212-Kelompok-1-FONOLOGI
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang pelajar bahasa akan menemui unsur-unsur dalam bahasa kedua
atau asing mudah, dan unsur-unsur yang lain sangat sukar. Agar para pengajar
dapat meramalkan kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar, mereka haruslah
mengadakan suatu analisis konstrastif antara bahasa yang dipelajari dan bahasa
yang digunakan pelajar sehari-hari, khususnya dalam komponen-komponen
fonologi, morfologi, kosakata dan sintaksis.
Pengertian analisis konstrastif dapat ditelusuri dengan melihat dua kata
yang menjadikannya satu frasa. Kedua kata tersebut adalah kata analisis (analisys)
dan kata konstrastif (contrast) yang berasal dari kata kontras. Secara harfiah,
kamus Oxford menyebutkan bahwa analyisys adalah penyelidikan terhadap
sesuatu dengan cara menguji bagian-bagiannya. Contrast dipaparkan
memperbandingkan dua hal agar perbedaan diantara keduanya tampak jelas.
Menurut Musthofa (2008), analisis kontrastif adalah atau lebih populer
disingkat anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau
bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa
ibu yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi
perbedaan kedua bahasa tersebut.
Menurut Fisiak (1981) bahwa analisis konstrastif adalah suatu cabang ilmu
linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih, tau sub-sistem
bahasa, dengan tujuan untuk menentukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-
persamaan bahasa-bahasa tersebut.
James (1980) berpendapat bahwa analisis konstrastif ialah suatu aktivitas
linguistic yang bertujuan menghasilkan tipologi dua bahasa yang kontrastif, yang
berdasarkan asumsi bahwa bahasa-bahasa itu dapat dibandingkan. Selanjutnya
James mengatakan, analisis konstrastif ditinjau dari tiga sudut pandang, yakni (1)
sebagai suatu studi “antarbahasa” (interlanguage). Yang dimaksud James dalam
20
hal ini adalah studi bagaimana seseorang yang mempelajari Bahasa Target (BT)
secara bertahap berubah dari seorang monolingual menjadi seorang bilingual, dan
disebut sebagai studi diakronik antarbahasa. Sudut pandang (2) adalah analisi
konstrastif sebagai studi yang murni dan terapan. Sudut pandang (3) ialah analisis
konstrastif dan kedwibahasaan. Kedwibahsaan (bilingual) mengacu pada
penguasaan dua bahasa oleh seorang individu atau suatu masyarakat. Yang mejadi
perhatian James ialah bagaiman seorang yang monolingual menjadi bilingual.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa analisis kontrastif adalah
pemahaman antardua bahasa, yaitu bahasa pertama (Bahasa Sumber) dengan
bahasa kedua (Bahasa Target), dengan cara membandingkannya, mencari
persamaan, kemiripan, dan perbedaan guna memberikan peta konsep kepada
pembelajar agar lebih mudah dalam mempelajari B2.
B. Dasar Utama Analisis konstrastif
Dasar utama analisis konstrastif adalah behaviorisme. Behaviorisme
adalah ilmu jiwa tingkah laku. Kaitannya dengan pemerolehan bahasa,
behaviorisme adalah aliran yang mempercayai bahwa seorang telah memiliki
dasar kebahasaan sebelum dirinya mempelajari bahasa lainnya. Terdapat dua hal
yang menjadi titik tolak dari behaviorisme ini, yaitu kebiasaan dan kesalahan.
Kaitannya dengan bahasa, kebiasaan dan kesalahan yang dimaksudkan adalah
kebiasaan berbahsa dan kesalahan berbahasa.
Aliran psikologi tingkah laku menjelaskan pengertian tingkah laku melalui
aksi dan reaksi, atau rangsangan yang menghasikan tanggapan (respon).
Rangsangan yang berbeda menghasilkan tanggapan yang berbeda pula. Hubungan
antara rangsangan tertentu dengan tanggapan tertentu menghasilkan kebiasaan.
Kebiasaan ini dapat terjadi dengan cara peniruan dan penguatan.
Ada dua karakteristik kebiasaan. Pertama kebiasaan yang dapat diamati.
Kebiasaan ini berupa kegiatan atau aktivitas yang dapat dilihat atau diraba. Kedua,
kebiasaan yang bersifat mekanis atau otomatis. Kebiasaan ini terjadi secara
spontan, tanpa disadari dan sukar dihilangkan.
20
Di dalam pemerolehan B1 (bahasa sumber), anak-anak menguasai bahasa
ibunya melalui peniruan. Peniruan ini biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan.
Melalui kegiatan menirukan, anak-anak mengembangkan pengetahuannya
mengenai struktur dan pola bahasa ibunya. Peristiwa semacam ini terjadi pula
dalam pemerolehan B2 (bahasa target). Melalui peniruan dan penguatan para
siswa mengidentifikasi hubungan antara rangsangan dan tanggapan yang
merupakan kebiasaan dalam ber-B2.
C. Hipotesis Analisis Konstrastif
Perbandingan antara struktur B1 dengan B2 yang akan dipelajari oleh para
siswa menghasilkan identifikasi perbedaan antara kedua bahasa tersebut.
Perbedaan itu merupakan dasar untuk memperkirakan butir-butir yang
menimbulkan kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa yang dihadapi
oleh para siswa. Berpijak dari timbulnya kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa inilah muncul hipotesis analisis konstrastif.
Ada dua jenis hipotesis analisis konstrastif (Mustafa, 2008). Pertama,
hipotesis bentuk lemah. Hipotesis ini menyatakan bahwa analisis kontrastif
hanyalah bersifat diagnostik Karena itu analisis kontrastif dan analisis kesalahan
harus saling melengkapi. Analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana
termasuk ke dalam kategori yang disebabkan oleh perbedaan Bl dan B2. Analisis
kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan di dalam korpus bahasa siswa.
Kedua, hipotesis bentuk kuat. Hipotesis ini menyatakan bahwa semua kesalahan
dalam B2 dapat diramalkan dengan mengidentifikasi perbedaan antara Bl dengan
B2 yang dipelajari oleh siswa. Hipotesis ini didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut.
1. Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan dalam pengajaran bahasa
target adalah interferensi bahasa sumber.
2. Kesulitan belajar itu sebagai atau seluruhannya disebabkan oleh perbedaan
antara bahasa sumber dan bahasa target.
3. Semakin besar perbedaan antara bahasa target dan bahasa sumber semakin
besar pula kesulitan belajat yang timbul.
20
4. Hasil perbandingan antara bahasa sumber dan bahasa target diperlukan
untuk meramalkan kesulitan dan kesalahan yang akan terjadi dalam belajar
bahsa target.
5. Unsur-unsur yang serupa antara bahasa target dan bahsa sumber akan
menimbulkan kesukaran bagi siswa.
6. Bahan pengajaran dapat disusun secara tepat dengan membandingkan kedua
bahasa itu, sehingga apa yang harus dipelajari siswa merupakan sejumlah
perbedaan yang disusun berdasarkan analisis konstrastif.
Dalam Studi AKON perlu dijajaki secara sistematis persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa target. Ini dapat dikaji
dalam dua tataran yang luas, yakni (1) tataran mikrolinguistik dan (2) tataran
makrolinguistik. Komponen-komponen mikrolinguistik ialah fonologi (sistem
fonem), kemudian morfologi (pembentukan kata dan kosakata), sintaksis (sistem
pembentukan kalimat), dan semantik (perubahan makna).
D. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang terkait dengan judul di atas sangat luas, sehingga tidak
mungkin permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan terselesaikan semua.
Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan masalah sehingga persoalan yang akan
diteliti menjadi jelas. Dalam makalah ini perlu membatasi ruang lingkup dan
pemfokusan masalah, sehingga persoalan yang diteliti menjadi jelas dan
kesalahpahaman dapat dihindari. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Konstrastif, mengenai hakikat, dasar utama, dan hipotesis
penelitian.
2. Pengkajian AKON secara sistematis persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa target dalam tataran fonetik.
3. Meramalkan kesulitan belajar siswa dalam kajian AKON fonetik.
20
E. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusuan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hakikat AKON.
2. Untuk mengatahui perbedaan dan persamaan fonetik antara Bahasa Arab
dan Bahasa Indonesia.
3. Untuk meramalkan tingkat kesulitan.
Adapun tujuannya yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kontrastif
dan Analisis kesalahan.
20
BAB II
Konsep Dasar Bahasa Indonesia Dan Bahasa Arab
A. Pengertian Fonologi
Fonologi secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dam logi
yaitu ilmu. Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis,
dan membicarakan runtutan binyi-bunyi bahasa. Menurut hierarki satuan bunyi
yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
1. Pengertian Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak.1
AKON fonologi antara bahasa sumber dan bahasa target yang
dibandingkan adalah fonem-fonem dalam bahasa sumber dan bahasa target untuk
melihat bunyi-bunyi manakah yang mudah dikuasai oleh pelajar bahasa target,
dan manakah yang berbeda atau tidak ada dalam bahasa sumber. Fonem-fonem
tersebut terbagi Fonem segmental (bunyi konsonan, vokal dan diftong) dan
Fonem suprasegmental (jeda, tekanan, dan nada).
Fonem segmental
Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita
mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem),
bisa dibagi menjadi tiga suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi
sehingga menjadi: b-a-h-a-s-a.
a. Klasifikasi vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi
lidah dan bentuk mulut.
Bahasa Arab memiliki tiga vokal pendek atau vokal utama ( الصوائت
) yaitu /a/ atau ,( القصيرة � ), /i/ atau ( ) dan /u/ ( ). Dan vokal panjang
الطويلة yaitu alif, Waw, dan Ya.2 ( (الصوائت
1 Abdul Chaer, Linguistik Umum. ( Jakarta: Rineka Cipta,2007) h. 1132 Syafrudin Tajudin, Lc., MA, Ilmu Dalalah ( Jakarta : Maninjau ) h. 61
20
Bahasa Indonesia memiliki enam vokal, yaitu /i/, /a/, /u/, /e/, /o/, /ə/.
b. Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu
posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
Konsonan dalam bahasa Arab baku ada 28 fonem / ك / atau / k /, / م /
atau /m/, / ب / atau /b/, / ن / atau /n/, / س / atau /s/ dan seterusnya.
Konsonan dalam bahasa Indonesia ada 22 konsonan, yaitu /b/, /d/, /g/, /h/,
dan seterusnya.
c. Klasifikasi diftong
Mengapa disebut diftong atau vokal rangkap? karena posisi lidah ketika
memproduksi bunyi ini pada awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang
bergerak, serta strikturnya. Namun yang dihasilkan bukan dua bunyi
melainkan satu bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong
dalam bahasa Indonesia adalah [au] dalam kata kerbau. Diftong dalam
bahasa Indonesia ada 3, yaitu [au], [ai], dan [oi].
Sedangkan dalam bahasa arab secara tulisan tidak mempunyai diftong atau
vokal rangkap, akan tetapi ketika diucapkan ada. Contoh : بيع ketika
diucapkan dengan lambang bunyi ba-i-΄un. Contoh lainnya, دور, dengan
lambing bunyi da-u-ra.
Fonem suprasegmental
Dalam arus ujaran bunyi ada bunyi yang dapat disegmentasikan, sehingga
disebut bunyi segmental tetapi yang berkenaan dengan keras lembut, panjang
pendek dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Bagian bunyi tersebut
disebut bunyi suprasegmental. Unsur suprasegmental akan dibicarakan di bawah
ini
a. Fonem Tekanan
Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi
segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga
menyebabkan amplitudinya melebar, pasti dibarengi denan tekanan
keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan
20
arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya tidak kua sehingga
amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak.
Contoh : Dia tidak mau makan
Tekanan pada suku kata <ma> berarti bahwa orang itu, meskipun
dipaksa tetap pada tempatnya.
Dia tidak mau makan
Tekanan pada suku kata < dia > berarti orang itu saja yang tidak mau
makan, sedang orang-orang lain sudah kenyang
b. Nada
Nada itu bervariasi dari penutur satu ke penutur yang lain. Secara
umum, nada yang normal yang digunakan oleh seorang pembicara
adalah nada /2/. Ini dapat dianggap suatu tolak ukur untuk digunakan
sebagai alat pemabanding dengan nada-nada yang lain. Nada /1/
disebut rendah, sedang nada /3/ disebut tinggi. Yang terakhir ini
bertumpah tindih dengan apa yang disebur ”Tekanan Utama”. Nada /4/
yang disebut sangat tinggi, jarang digunakan seorang penutur, kecuali
jika penutur menggungkapkan perasaan atau emosi, seperti terkejut,
kesakitan, marah, kesal dan sebagainya.
Contoh :
ketika seseorang mengucapkan nomina, “Ibu”, secara datar tanpa
diiringi oleh intonasi dan getaran-getaran tertentu, maka fonem yang
mengandung nomina “Ibu” tersebut hanya dapat dipahami maknanya
sebagai “Ibu” saja, tidak lebih. Tetapi kalau ia diucapkan dengan
intonasi yang kasar misalkan dan dengan getaran-getaran yang tidak
biasa, maka kita bisa tahu bahwa orang yang mengucapkannya itu
adalah orang yang kasar terhadap ibunya dan dari situ lantas kita bisa
menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah anak yang durhaka, yang
tak berbakti kepada orangtua.
c. Jeda
20
Jeda berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Disebut jeda
karena adanya hentian itu. Jeda ini dapat bersifat penuh dan dapat pula
bersifat sementara.
Jeda antar kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring tunggal
( / )
Jeda antarfrase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda ( //
)
Jeda antarkalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda
( # )
Contoh : # buku // matematika / baru #
# buku / matematika // baru #
2. Distribusi Fonem
Distribusi fonem adalah bagian yang membahas posisi fonem apakah
fonem tersebut terletak pada bagian awal,tengah atau akhir dalam sebuah kata.
Distribusi Vokal
Distribusi vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Posisi Vokal Dalam Fonem
Posisi
Fonem Awal Tengah Akhir
/i/
/e/
/∂/
/a
/u/
/o/
/itik/ itik
/ekor/ ekor
/∂mas/ emas
/anak/ anak
/uler/ uler
/obat/ obat
/pizza/ pizza
/nenek/ nenek
/ruw∂t/ ruwet
/sakit/ sakit
/masuk/ masuk
/balon/ balon
/pagi/ pagi
/sore/ sore
/tipe∂/ tipe
/pita/ pita
/bau/ bau
/baso/ baso
Distribusi Konsonan
20
Distribusi konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel Posisi Konsonan Dalam Fonem
Posisi
Fonem Awal Tengah Akhir
/p/
/b/
/t/
/d/
/c/
/j/
/k/
/g/
/f/
/v/
/s/
/z/
/š/
/h/
/m/
/n/
/ň/
/ƞ/
/r/
/l/
/w/
/y/
/pawang/
/bapak/
/tikar/
/dua/
/cantik/
/jajan/
/kita/
/gagah/
/fakir/
/varia/
/suku/
/zeni/
/syarat/
/hari/
/maka/
/nama/
/nyata/
/ngidam/
/raih/
/lekas/
/wanita/
/yakin/
/apa/
/sabuk/
/kata/
/ada/
/beca/
/manja/
/paksa/
/tiga/
/kafan/
/lava/
/asli/
/lazim/
/isyarat/
/lihat
/kamu/
/anak/
/hanya/
/angin/
/juara/
/alas/
/hawa/
/gayung/
/siap/
/adab/
/rapat/
/abad/
-
/mi’raj/
/politik/
/gudeg/
/maaf/
-
/lemas/
/hafidz/
/arasy/
/basah/
/diam/
/daun/
-
/bening/
/putar/
/kesal/
-
-
Distribusi fonem dalam bahasa arab
20
الصامتة األصوات
الكلمة آخر الكلمة وسط الكلمة أول الحرف
حرب
بيت
ثلث
برج
قمح
صراخ
وجد
استحوذ
اكبر
طراز
نفس
اش خف/
قصاص
صراط
حفظ
دمع
فراغ
حرف
طبق
سواك
نعل
نخم
بطن
نبأ
وجه
ذباب
بترول
مثل
شجرة
سحاب
سخصية
مدخل
تذكرة
قرية
مزمار
سبابة
مشكلة
مصر
Lاضرب
بطن
بيعة
بغتة
سفارة
بقرة
بكرة
سلسلة
دمع
منشفة
بأس
بهجة
بعيد
تراب
لث ثا
جدة
حبل
خير
دخل
ذرية
رئيس
زراعة
سبع
شاب
صاحب
ضحك
طباشير
ظرف
عين
غنم
فرصة
قلم
كتاب
لذيذ
رسةدم
نهر
اكرم
هجرة
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
ء
ه
20
الصائتة األصوات
الكلمة آخر الكلمة وسط الكلمة أول الحرف
عصا
غزو
اقصى
باب
كوب
ميناء
اسم
ولد
يتيم
ا
و
ي
3. Tulisan Fonetik
Tulisan yang dibuat untuk studi fonetik biasanya menggunakan aksara
latin dengan menambahkan tanda diakritik dan modifikasi pada huruf latin itu.
Dalam tulisan fonetik setiap huruf atau lambang hanya digunakan untuk
melambangkan satu bunyi bahasa.
Dalam tulisan fonetik setiap bunyi dilambangkan secara akurat artinya
mempunyai lambang sendiri, sedangkan dalam tulisan fonemik hanya perbedaan
bunyi yang signitif saja yakni membedakan makna, lambangnya pun berbeda. Dan
tulisan ortografi adalah tulisan yang umum ada dalam masyarakat.
Tulisan fonetik dalam bahasa Indonesia
Dalam studi linguistik dikenal adanya beberapa macam system tulisan dan
ejaan, diantaranya tulisan fonetik untuk ejaan fonetik, tulisan fonemis untuk ejaan
fonemis, dan system aksara tertentu untuk ejaan ortografis.
Tulisan fonetik yang dibuat untuk keperluan studi fonetik, sesungguhnya
dibuat berdasarkan huruf huruf dari aksara latin, yang ditambah dengan sejumlah
tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf latin itu.
Dalam tulisan fonetik setiap huruf atau lambing hanya digunakan untuk
melambangkan satu bunyi bahasa. Atau, kalau dibalik, setiap bunyi bahasa,
sekecil apapun bedanya dengan bunyi yang lain, akan juga dilambangkan hanya
dengan satu huruf lambing. Berikut contoh tulisan fonetik dalam bahasa
Indonesia.
[riatu eliizabEt- mərEsmiikan pəmbiuka?An p1Esta ‘olAh1r1aga səd1uniia,
ollmpii1adə kəd1uapulus1atu, di mOntr1eal s1Aptu l1alu?. Suuas1ana məriiAh di
20
sətadiiOn-: : bər1atAp- yǍŋ mgAh 1itu, ť1AmpAk- p1ăda g1AmbAr k1irii1 atAs,
kt1ika sm1uua 1Atlit- , , səm1uua yǍŋ h1adIr dist1adyOn-: 1itu məmbər1ikAn-
pəŋhOrm1atAn- p1ăda bənd1eRa yǍŋ təŋ1a diiud1arakAn-. kOntiŋ1En Indon1Esya
k1anAn 1atAs t1AmpAk- məmas1uki sət1adiion d1alAm d1efile˘ p1ara
psərt1A? .Pət1iňju sAmsUl? Anwăr har1ahAp- t1Amp-Ak – p1aliŋ dəp1An
mmb1awa SẬŋ m1erAhp1uti.
Tulisan Ortografis:
Ratu Elizabeth meresmikan pembukaan Pesta Olahraga sedunia,
Olympiade 21, di Montreal sabtu lalu. Suasana meriah di stadion beratap yang
megah itu tampak pada gambar kiri atas, ketika semua atlit, semua yang hadir di
stadion itu memberikan penghormatan pada bendera yang telah diudarakan.
Kontingen Indonesia ( kanan atas ) tampak memasuki stadion dalam defile para
peserta.Petinju Syamsul Anwar harahap tampak paling depan membawa Sang
Merah Putih.
Tulisan Fonetik dalam bahasa Arab
الصتية الكتابة اإلمالئية الكتابة
م ل ق
نفس
م : ن
ت : ع ر ز
ن + : د شد ن د ر ب
ر + م ق ل ل ع
ن : + : : ر ف س م ل ب ء ي
ي + : شش د ر ر ب
قلم
نفس
نام
زراعة
شديدا بردا
القمر على
المسافرون يئوب
الشاي د بر5
األساسية الحركات رموز
من الصامت بعد به العربي يمثل رمز الصوت اسم
20
اآلتية الكلمات
اكل
قف
كل
قام
سير
دور
[ , : ]
ـ[ : ]
[ _ : ]
[ ]
[ ] �
[ ]
الفتحة
الكسرة
الضمة
المد الف
المد ياء
المد واو
BAB III
20
Persamaan dan Perbedaan Vokal dan Konsonan Bahasa Arab
dengan Bahasa Indonesia
A. Vokal
Dari latihan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa antara
vokal bahasa Arab dan bahasa Indonesia terdapat kepersisan, aspek persamaan
dan perbedaan, yaitu:
1. Kepersisan antar kasroh qosiroh : / i / dalam bahasa Indonesia, demikian
pula antara dhommah qosiroh : / U / dengan / u / , dan antara fathah
qosiroh : / ð / dengan / ∂ /.
2. Aspek persamaan antara fathah tawilah / æ / dengan / a /, yaitu sama sama
vokal terbuka tidak bulat, dan sekaligus berbeda karena / æ / vokal depan
dan panjang sedangkan / a / vokal tengah dan pendek.
3. Perbedaannya adalah:
a. Didalam bahasa Indonesia terdapat vocal panjang seperti pada bahasa
arab : / i / , /u: /, dan / æ /.
b. Didalam bahasa Arab tidak terdapat vocal / e / dan / o /, dan tidak
terdapat diftong. Sedangkan didalam bahasa Indonesia dua hal ini
terdapat.
B. Konsonan
Adapun di dalam konsonan ditemukan persamaan, perbedaan, dan
kemiripan yaitu sebagai berikut :
1. Persaamaan antara / ب / dengan / b /, / م / dengan / m /, / ف / dengan /
f /, / ز / dengan / z /, / س / dengan / s /, / ر / dengan / r /, / د / dengan / d /, /
/ ,/ dengan / sy / ش / ,/ dengan / n / ن / ,/ dengan / l / ل / ,/ dengan / t / ت
/ dengan / w / و / ,/ dengan / h / ح / ,/ dengan / k / ك / ,/ dengan / y / ي
2. Perbedaan yaitu , bahwa di dalam bahasa Indonesia tidak terdapat :
a) Bunyi konsonan Mufakhkhom yaitu, / غ /, / ظ /, / ط /, / ض /, / ص / ,/
ز /ج /, / ق
20
b) Bunyi konsonan yang bermakhroj root-pha-ryngeal, yaitu : / ع / dan /
ث /, /ذ /, / ظ / yang bermakhroj inter-dental / ح /
3. Kemiripan yaitu ,
a) Karena berdekatan tempat artikulasi atau makhroj yaitu terdiri dari
i. / dengan / s / ث/ dengan / z /, dan / ذ /
indental ( antar gigi ) geseran bersuara muroqqoq / ذ /
/ z /ap-alveolar (gusi) geseran bersuara muraqqoq
In-dental ( antar gigi ) geseran tak bersuara muroq / ث /
/ s / ap-alveolar (gusi) geseran tak bersuara muroqqoq
ii. / dengan / z / ظ /
in-dental (antargigi) geserab bersuara muroqqoq / ظ /
/ z / ap-alveolar (gusi ) geseran bersuara muroqqoq
iii. / dengan / k / ق/
dorso-uvular ( anak tekak ) letup tak bersuara mufakhkhom / ق /
/ k /dorso-ulvular (langit-langit lunak ) letup tak bersuara muroqqoq
b) Karena bersaman tempat artikulasi/makhraj tetapi berbeda pada salah
satu sifatnya, yaitu :
i. / Dengan / s / ص /
Ap-alveolar geseran tak bersuara mufakhkhom / ص /
/ s / Ap-alveolar geseran tak bersuara muraqqaq
ii. / Dengan / d / ض /
Ap-alveoral letup bersuara mufakhkhom / ض /
/ d / Ap-alveolar letup bersuara muraqqaq
iii. / Dengan / t / ط /
Ap.den.alveolar letup tak bersuara mufakhkhom / ط /
/ t / Ap.den.alveolar letup tak bersuara muroqqoq
iv. / Dengan / kh / خ /
Dorsovelor geseran tak bersuara mufakhkhom / خ /
/ kh / Dorsovelar geseran tak bersuara muroqqoq
20
c) Karena bersamaan tempat artikulasi atau makhroj dan salah satu dari
sifat sifatnya, yaitu:
i. / dengan / g / غ /
dorso-velar geseran bersuara mufakhkhom / غ /
/ g / dorso-velar letup bersuara muraqqaq
ii. / ج / dengan / j /
fronto-palatal tengah-tengah paduan suara / ج /
/ j / fronto-palatal letup besuara muroqqoq
C. Prediksi mengenai kesalahan atau kesulitan.
Dalam hal bunyi- bunyi bahasa , baik vokal maupun konsonan bahasa
Arab yang persis sama dengan vokal dan konsonan bahasa Indonesia
sebagaimana tersebut diatas, maka bagi orang-orang Indonesia tidak akan
mendapat kesulitan di dalam pengucapannya.
Dalam hal bunyi-bunyi bahasa Arab yang memiliki kemiripan dengan
bunyi-bunyi bahasa Indonesia sebagaimana telah diuraikan di atas, maka oran-
orang Indonesia kemungkinanmengalami kesalahan di dalam mengucapkannya.
Bisa saja pengucapannya tertukar dengan bunyi bahasa-bahasa Indonesia yang
mirip tersebut, misalnya pengucapan / ض / dengan / d / , / غ / dengan / g /, / ذ /
dengan / z /, / ث / dengan / s / dan seterusnya.
Dalam hal bunyi bahasa- bahasa Arab yang bermakhroj dan bercara ucap
yang tidak dimiliki kebiasaan lidah orang orang Indonesia, maka orang Indonesia
akan mengalami kesulitan di dalam mengucapkannya, misalnya bunyi-bunyi
yang makhroj interdental dan root pharyngeal, dan bunyi bunyi yang diucapkan
dengan tafkhim.
Khususnya dalam hal bunyi bunyi vokal bahasa Arab, karena semuanya
memiliki dasar persamaan prinsipal, maka pengucapannya akan sangat mudah
bagi orang Indonesia.
BAB IV
20
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Analisis kontrastif adalah atau lebih populer disingkat anakon adalah
kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan
bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal
dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa
tersebut.
Ada dua jenis hipotesis analisis konstrastif (Mustafa, 2008). Pertama,
hipotesis bentuk lemah. Hipotesis ini menyatakan bahwa analisis kontrastif
hanyalah bersifat diagnostik Karena itu analisis kontrastif dan analisis kesalahan
harus saling melengkapi. Analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana
termasuk ke dalam kategori yang disebabkan oleh perbedaan Bl dan B2. Analisis
kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan di dalam korpus bahasa siswa.
Kedua, hipotesis bentuk kuat, menyatakan bahwa semua kesalahan dalam B2
dapat diramalkan dengan mengidentifikasi perbedaan antara Bl dengan B2 yang
dipelajari oleh siswa.
Dalam Studi AKON mejajaki secara sistematis persamaan dan perbedaan
antara bahasa sumber dan bahasa target. Ini dapat dikaji dalam (1) tataran
mikrolinguistik (2) tataran makrolinguistik. Komponen-komponen mikrolinguistik
ialah fonologi (sistem fonem), kemudian morfologi (pembentukan kata dan
kosakata), sintaksis (sistem pembentukan kalimat), dan semantik (perubahan
makna).
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtutan binyi-bunyi bahasa. Ejaan adalah peraturan
penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar
adalah dua unsur, yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun menggambarkan
atau melambangkan kedua unsur bunyi tersebut.
Perlambangan unsur segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga
20
bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan
kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan,
nama orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan sebagainya. Perlambangan
unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan
tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental
ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi.
Tata cara penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian
fonologi,terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan. Oleh
karena itu, hasil kajian fonemik terhahadap ejaan suatu bahasa disebut ejaan
fonemis.
B. Kritik dan Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekuranganya,
dimulai dari segi bahasa, tekhnik penulisan dan kesalahan redaksional. Oleh
karena itu kami sebagai penyusun sangat mengharapkan keritik dan saran yang
tentunya bersifat membangun dan mampu memperbaiki penyusunan karya tulis
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
20
Chaer, Abdul . Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.2007
Muin, M. A. , Drs. Abdul . Analisis Konstrastif Bahasa Arab dan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pustaka Alhusna Baru. 2004
Nababan, Prof. Dr. Sri Utari Subyakto. Analisis Konstrastif dan Kesalahan Suatu
Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa. Jakarta: IKIP Jakarta. 1994
Tajudin, Lc., MA, Shafrudin. Ilmu Dalalah. Jakarta : Maninjau