54825206 Lap Antasida

download 54825206 Lap Antasida

of 25

Transcript of 54825206 Lap Antasida

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA ANTASIDA KOMBINASI Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2010 Dosen Pembimbing : Lusia Oktora R.K.S S.F.,M.Sc.,Apt

KELOMPOK A-2

Oleh : Umi Ubaidah Anggun Hari K Riko Widya Risma Ayu N Septi Heni P 082210101006 082210101007 082210101008 082210101009 082210101010

BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, kebutuhan produk obat meningkat di masyarakat. Banyaknya permintaan obat oleh konsumen menimbulkan produsen untuk memproduksi berbagai macam obat dengan spesifikasi tertentu. Terlebih lagi jika konsumen menginginkan obat yang berkualitas dengan harga yang relatif terjangkau mengingat keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil sehingga produsen harus merancang berbagai formulasi agar memenuhi kualitas mutu dan keefektifan kerja obat. Banyaknya jenis obat yang beredar dipasaran memiliki karakteristik dan kualitas yang beragam. Obat obat ini diproduksi untuk menghasilkan suatu formulasi yang memiliki persyaratan mutu / kualitas yang baik dalam hal keamanan, efektifitas, acceptabilitas, dan stabilitas dari produk obat yang diproduksi. Untuk menghasilkan suatu formulasi yang baik perlu dilakukan seleksi pada bahan obat, agar nantinya obat yang dihasilkan memiliki mutu terapi obat yang rasional, antara lain : the right amount, of right medicine, to the right suspending form, given at the right time, to the right patients. Tetapi penggunaan obat-obatan tersebut harus rasional. Saat ini banyak sekali berbagai macam jenis obat-obatan yang dijual secara bebas di pasaran bahkan antibiotik yang rentan terhadap resistensi. Misalnya pada obat maag, tersedia dalam berpuluh-puluh merk yang memiliki spesifikasi tertentu dan tersedia dalam berbagai bentuk sediaan cair maupun padat. Banyak masyarakat cenderung untuk melakukan pengobatan sendiri tanpa didasari pengetahuan yang memadai mengenai obat yang digunakan. Namun perlu disadari dengan makin meningkatnya kecenderungan masyarakat unuk melakukan pengobatan sendiri terutama untuk mengobati penyakit yang umum diderita sehari-hari, maka makin meningkat pula kemungkinan terjadinya kegagalan terapi atau resiko akibat penggunaan obat. Hal ini bisa terjadi bila penggunaan tidak disertai dengan pemahaman yang cukup dalam pemilihan dan penggunaan obat bebas yang rasional. Sasaran dari penggunaan obat rasional adalah agar penderita menerima manfaat sebesarbesarnya dari obat yang diberikan dengan resiko terapi yang sekecil-kecilnya. Selain itu

penggunaan obat bebas secara rasional juga ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin biaya perawatan dan pengobatan penderita. Artinya, penggunaan obat bebas yang rasional berarti obat bebas yang tepat, diberikan pada dosis yang tepat, pada orang yang tepat dan digunakan untuk mengatasi penyakit yang tepat pula.

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang dan membuat mutu sediaan yang homogeny dimana memenuhi spesifikasi persyaratan mutu yaitu aman, efektif, stabil (secara kimia, fisika, mikrobiologi, farmakologi, farmakologi, dan toksikologi) dan dapat diterima. 1.3 Tujuan Untuk dapat merancang dan membuat suatu sediaan yang homogeny dimana memenuhi semua spesifikasi persyaratan mutu yaitu aman, efektif, stabil (secara fisika, kimia, mikrobiologi, farmakologi, dan toksikologi) dan dapat diterima. 1.4 Manfaat Dengan dibuatnya obat antasida dalam sediaan liquida, diharapkan dapat membantu penggunaannya untuk anak-anak dan pada pasien dewasa yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan tablet. Selain itu juga diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi penelitian yang selanjutnya didunia kefarmasian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Maag merupakan penyakit pada lambung yang dikarenakan kelebihan asam lambung yang menyebabkan iritasi diselaput leher lambung sehingga terjadi nyeri. Dalam kondisi normal asam diperlukan untuk membantu pencernaaan dalam mengelolah makanan yang kita makan. Namun produksi asam lambung yang meningkat dapat memicu iritasi dilambung dan terjadi nyeri yang biasa disebut maag. Pada dasarnya terjadinya maag dapat dipicu oleh pola hidup kita sehari-hari,misalnya makanan yang berminyak, makanan yang berkolesterol, minuman beralkohol, aneka makanan panggang, makanan pedas, minuman berkafein dan lain sebagainya. Maag dapat dicegah dengan menjaga pola hidup dan dapat ditangani dengan pemberian obat maag yang lebih dikenal dengan antasid. Antasida merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung untuk membentuk air dan garam, dengan demikian menghilangkan keasaman lambung. Karena pepsin tidak aktif pada pH lebih dari 4,0 maka antasida juga mengurangi aktifitas peptik. Obat-obat ini juga memiliki efek lain, seperti pengurangan kolonisasi H. pylori dan merangsang sintesis prostaglandin. Sifat-sifat kimiawi antasida

Zat-zat antasida sangat bervariasi dalam komposisi kimia, kemampuan menetralkan asam, kandungan natrium, rasa dan harganya. Kemampuan menetralkan asam suatu antasida tergantung pada kapasitasnya unuk menetralkan HCl lambung dan apakah lambung dalam keadaan penuh atau kosong ( makanan memperlambat pengosongan lambung, memungkinkan antasida bekerja untuk waktu yang lebih lama ).Antasida yang biasa digunakan adalah garam aluminium dan magnesium seperti aluminium hridroksida ( biasanya suatu campuran Al(OH)3 dan aluminium oksidahidrat ) atau magnesium hidroksida [(Mg(OH)2] (milk of magnesia), baik tunggal atu kombinasi. Karena garam kalsim merangsang pelepasan gastrin, maka penggunaan antasida yang mengandung antasida, seperti kalsium karbonat (CaCO3) (Tums, Rolaids) dapat menyebabkan produksi tambahan. Absorbsi natrium karbonat (NaHCO3) sistemik dapat menyebabkan alkalosis metabolit sementara; antasida ini tidak dianjurakan untuk penggunaan jangka panjang.

Penggunaan Terapi Antasida yang mengandung aluminium dan magnesium dapat mempercepat penyembuhan ulkus duodenum; bukti efektivitasnya dalam pengobatan ulkus lambung akut kurang banyak tercatat. Efek samping Aluminium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi; magnesium hidroksida dapat

menyebabkan diare. Preparat yang menggabungkan kedua zat ini membantu dalam menormalkan fungsi usus. Selain kemungkinan alkalosis sistemik, NaHCO3 melepaskan CO2, menyebabkan sendawa dan kembung. Absorbsi kation dari antasida ( Mg++, Al+++, Ca++) biasanya tidakmenjadi persoalan pada pasien dengan fungsi ginjal yang abnormal, tetapi antasida dengan kandungan natrium dapat menjadi pertimbangan penting dengan hipertensi atau gagal jantung kongestif. Interaksi obat adalah lebih baik untuk menghindarkan penggunaan bersamaan antasida dengan obat-obat lain dengan mengubah pH lambung dan urin atau memperlambat pengosongan lambung, maka antasida dapat mempengaruhi kelarutan absorbsi, ketersediaan hayati dan eliminasi oleh ginjal berbagai macam obat. Dengan berikatan pada obat-obat (misalnya, tetrasiklin), persenyawaan Al+++ dapat membentuk suatu komplek yang tidak diabsorbsi. Selain itu, antasida dapat meningkatkan kecepatan absorbsi beberapa obat, misalnya levodopa. Selain mengandung garam aluminium dan magnesium, antasida juga mengandung simetikon yang mempunyai khasiat membantu pengeluran kelebihan gas dalam saluran cerna.Beberapa antasida seperti aluminium karbonat dan aluminium hidroksida dapat diberikan pada penderita dengan diet fosfat rendah, untuk mencegah adanya hiperfosfatemia, yaitu keadaan darah dengan kadar fosfat tinggi dan dapat juga untuk mencegah terjadinya batu ginjal.

A.

RANCANG FORMULA I. BAHAN YANG TEPILIH 1. Magnesium Hidroksida Alasan Pemilihan bahan aktif : Bahan aktif ini dipilih karena antasida yang mengandung magnesium relatif tidak larut air sehingga bekerja lebih lama bila berada dalam lambung dan sebagian besar tujuan pemberian antasida tercapai. Pemerian : Serbuk, putih, ruah 2. Alumunium Hidroksida Alasan pemilihan bahan aktif : Bahan aktif ini dipilih karena memiliki daya menetralkan asam lambung lambat, tetapi masa kerjanya lebih panjang. Alumunium ini bersifat demulsen dan absorben. Dan juga absorbsi makanan setelah pemberian alumunium dipengaruhi dan komposisi tinja tidak berubah. Efek samping pada antasida yang mengandung Al(OH)3 yaitu konstipasi. Pemerian : serbuk amorf, putih, tidak berbau, dan tidak berasa. 3. Simetikon Alasan pemilihan bahan aktif : Bahan aktif dipilih karena simetikon digunakan sebagai anti kembung (antiflatulen) dan sebagai penurun tegangan permukaan yang bersifat anti busa. Pemerian : Cairan kental, tembus cahaya, warna abu-abu II. PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN Karakteristik Fisika Mg (OH)2 Kelarutan : Praktis tidak pH sediaan yang digunakan larut air dan dalam adalah 7,3-8,5 etanol, larut dalam asam Karakteristik Kimia Keterangan Khusus

encer Al(OH)3 Kelarutan : Praktis tidak pH suspensi 4% b/v dalam larut air dan etanol, larut ir bebas karbon dioksida P dalam asam mineral tidak lebih dari 10 encer dan larutan alkali hidroksida Simetikon Kelarutan : tidak larut pH sediaan sebagai antasida dalam air dan etanol, fase tidak kurang dari 3 dan cair dan tetapi larut dalam silikon dalam tidak lebih dari 10 eter benzena, dioksida sisa kloroform,ndalam Suhu lebur sampai 800 C lebih

tertinggal -

sebagai

dalam pelarut-pelarut itu. Tahan pemanasan sampai suhu 200C Bentuk sediaan yang dipilih adalah larutan suspensi karena bahan obat yang digunakan tidak larut air. Obat yang dibuat diinginkan dalam saluran cerna sehingga harus dalam bentuk partikel halus. Antasida lebih efektif bila diberikan dibentuk suspensi, karena tidak mengalami pengeringan selama pembuatan, sehingga mengurangi daya netralisasinya seperti pada sediaan tablet. (Obat-obat Penting hal 251) Bentuk suspensi mulai kerjanya lebih cepat dibandingkan bentuk tablet. ( Farmakologi dan Terapi hal. 505) III.PERSYARATAN MUTU 1. Dapat diterima Mempunyai estetika, penampilan, bentuk yag baik serta menarik sehigga menciptakan rasa nyaman pada saat pengunaan (USP XIII, pge 1346-1347) 2. Aman Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologismaupun psikologis, dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang belum difornulasi. Bahan sediaan farmasi merupakan suatu senyawa kimia yang mempunyai karakteristik fisika, kimia yang berhubungan dengan efek

farmakologis, perubahan sedikit saja pada karakteristik tersebut dapat menyebabkan perubahan farmakokinetik, farmakodinamik suatu senyawa.

Sediaan dalam taraf aman apabila kadar bahan aktif dalam batas yang telah ditetapkan. Magnesium Hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH)2 Gel Alumunium Hidroksida adalah suspense dari alumunium gidroksida bentuk amorf, sebagian hidroksida disubstitusi dengan karbonat. Mengandung alumunium hidroksida setara dengan tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% Al(OH)3 dari jumlah yang tertera pada etiket. Simetikon adalah campuran polimer siloksan linier yang termetilasi penuh. Mengandung tidak kurang dari 90,5% dan tidak lebih dari 99% polidimetilsiloksan, [(CH3)2 SiO]n, dan tidak kurang dari 4% dan tidak lebih dari 7% silikon dioksida SiO2 3. Efektif Efektif dapat diartikan sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang optimal. Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1 kurun waktu) harus mampu mencpai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki. Sediaan yang efektif adalah sediaan bila digunakan menurut aturan pakai yang disarankan akan menghasilkan efek farmakologi yang optimal untuk tiap-tiap bentuk sediaan dengan efek samping yang minimal.

4. Stabilitas fisika Sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan viskositas tidak berubah 5. Stabilitas kimia Secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warn, pH, dan bentuk sediaan. Sediaan dibuat pada pH 6-9 diharapkan ridak mengalami perubahan potensi. 6. Stabilitas mikrobiologi Tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama wktu edar. Jika mengandung presertvatif harus tetap efektif selama waktu edar. Mikroorganisme yg tidak boleh ditemukan pada sediaan : Salmonella sp., E.coli, Enterobacter sp., P. aeruginosa, Clastridium sp., Candida albicans 7. Stabilitas farmakologi Selama penyimpanan dan pemakaian efek terapetiknya harus tetap sama. 8. Stabilitas toksikologi

Pada penyimpanan dan pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas.

IV. TAKARAN/DOSIS ZAT AKTIF a. Takaran atau dosis zat aktif dari berbagai pustaka Dosis Al(OH) menurut Pharmaceutical Dosage Forms Dispers System Volume 2 halaman 128 : Dalam sediaan 5mL mengandung 225mg Aluminium hidroxid. Dosis Al(OH) menurut Martindle halaman 2 : Dalam sediaan 15mL mengandung 500-1000 gram Al(OH), hal tersebut sesuai dengan rentang dosis zat aktif pada pustaka Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Volume 2 Dosis Mg(OH)2 menurut Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Volume 2 halaman 128 : Dalam sediaan 5mL mengandung 200mg Dosis Mg(OH)2 menurut Martindle halaman 82 : Dalam sediaan 15mL mengandung 500-750mg Mg(OH)2, hal tersebut sesuai dengan literatur yang ada. Dosis simeticon menurut Pharmaceutiacal Dosage Forms Dispers System Vo lume 2 halaman 128 : Dalam sediaan 5mL mengandung 20-40mg. b. Menentukan waktu pemakaian Antasida diberikan 4-6 jam sehari, karena dalam sehari pemberian antasid 3-4 kali (Martindle halaman 72) Maksimal pemakaian antasid selama 6 hari, jika lebih dari 6 hari dapat menyebabkan naiknya pH urin (Martindle)

c. Dosis persatuan takaran terkecil Volume terkecil Takaran Digunakan untuk pasien = 60 mL = sendok teh 1x pakai = 5mL = umur 12 tahun ke atas (dewasa) Sekali 5mL / 1 sdt Sehari 15mL / 3 sdt

Maka dipilih sediaan 60mL, dengan alasan : Pemakaian obat antasid selama 4 hari memerlukan 60mL sediaan Memudahkan pasien dalam penggunaan karena tidak terlalu banyak ketentuan.

Sasaran pasien umur 12 tahun ke atas, karena : Dalam kehidupan nyata, penggunaan obat antasid kebanyakan berumur 12 tahun ke atas. Sehingga tingkat komersialnya lebih besar karena tingkat konsumen lebih banyak. d. Jumlah bahan aktif Aluminium hidroxida Al(OH) Tiap 5mL mengandung 225mg Kemasan terkecil 60mL penimbangan : 60mL x 225 mg = 2700 mg = 2,7gram 5mL

-

Magnesium hidroxida Mg(OH)2 Tiap 5mL mengandung 200mg Kemasan terkecil 60mL penimbangan : 60mL x 200 mg = 2400 mg = 2,4 gram 5mL

-

Simeticon Tiap 5mL mengandung 30mg Kemasan terkecil 60mL penimbangan : 60mL x 30 mg = 360 mg 5mL

V.

PENYUSUNAN FORMULA SEDIAAN (per satuan terkecil dan per satuan kemasan) A. Formula Sediaan R/ Al(OH)3 Mg(OH)2 Simetikon Gliserin 2,7 2,4 0,36 20%

Sorbitol CMC Na Nipagin Nipasol Ol. Menthae pip. Aqua ad B. Alasan pemilihan bahan tambahan

70% 1% 0,1 % 0,02% 3 tetes 60

(Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse system vol 2 hal 131) Untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, maka diperlukan bahan bahan tambahan , diantaranya adalah emulsifying agent, suspending agent, wetting agent, pengawet, pemanis, flavoring agen, dll. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan kali ini antara lain : CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose Sodium) Alasan pemiliahan : CMC tidak memiliki efek terpetik dan tidak berbahaya. Selain itu, CMC juga berfungsi sebagai coating agent. Dalam sediaan ini CMC digunakan sebagai emulsifying agent yaitu untuk membentuk emulsi dengan simetikon yang berupa minyak. Fungsi : Sebagai suspending agent dan emulsifying agent Pemerian : Serbuk granular, tidak berbau, warna putih Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter, dan toluen. Mudah terdispersi dalam air pada semua temperatur. Dalam larutan air stabil pada pH 7-9 (tepat sebagai antasid) Persyaratan penggunaan CMC Na 0,25-1% (excipient hal 78)

Nipagin (Methyl Paraben) - Alasan pemilihan : Karena efektif mencegah jamur dan bakteri, toksisitasnya kecil, dikombinasikan dengan nipasol untuk menambah kelarutan nipasol dalam air. - Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin, berwarna putih, tidak berbau, berbau lemah, rasa sedikit membakar. - Kelarutan : Larut dalam 500 bagaian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)Pndan dalam larutan alkili hidroksida - Dosis : Larutan oral dan suspensi 0,015-2% (excipient hal 310)

Nipasol ( Propyl Paraben) - Alasan pemilihan : merupakan pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba karena sediaan dalam air sangat baik untuk pertumbuhan mikroba.Nipasol aktif dalam pH yang luas (4-8) sehingga efektif untuk antasida. - Pemerian : putih, kristal, serbuk tidak berasa dan berwarna - Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam ait mendidih.

Gliserin - Alasan pemilihan : Karena gliserin dapat digunakan sebagi zat pembasah yang dapat mendesak lapisan udara yang ada di permukaan partikel dan melapisi bahan obat sehingga menyebabkan sudut kontak turun. - Pemerian : Cairan jernig seperti sirup, tidak berbau, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah, higroskopis, netral terhadap lakmus. - Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidal larut dalam kloroform, dalam eter.

Sorbitol - Alasan pemilihan : diberikan sebagai pemanis sediaan dan dapt pula digunakan sebagai zat pembasah agar bahan obat mudah didispersikan dalam air karena sifat sorbitol yang mudah larut air.Sorbitol stabil pada pH 4,5-7 - Pemerian : granul atau lempengan, higroskopis, warna putih, rasa manis - Kelarutan ; Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan asam asetat.

Oleum Menthae Pip. - Alasan pemilihan ; berguna sebagai corigen odoris, dipih karena dapat menuupi rasa pahit dari bahan obat dan juga lebih disukai orang dewasa karena ada sensasi dingin.

- Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut. - Kelarutan : Dalam etanol 70% satu bagian dilarutkan dalam 3 bagian volume etanol 70% C. Spesifikasi dari sediaan yang dibuat No Parameter 1 pH sediaan 2 3 4 5 6 7 Bj sediaan Viskositas Warna Bau Rasa Ukuran partikel Spesifikasi yang diinginkan Antara 7,3 8,5 0,2 2 g/cm3 Mendekati 1000 cP Putih Menthol Pedas, dingin jika dihirup 0,2 m atau kurang

Semua spesifikasi diatas didapat dari pustaka Pharmaceutical Dosage Form : Disperse system volume 2

PERHITUNGAN JUMLAH BAHAN TAMBAHAN Gliserin (ADI = 1-1,5 g/kg BB) Handbook of excipient 205, BJ = 1,2620 g/cm Sediaan = 20% x 60mL = 12mL = 12mL x 1,2620 g/cm = 15,144 g ADI pasien 12 tahun = (32,52 kg) ( ISO Indonesia : 518 ) = 32,52 kg x 1,5 g/kg BB = 48,78 g Perhitungan untuk mengetahui apakah melebihi ADI atau tidak 1x pakai = 5mL x 15,144 g 60 mL = 1,262 g (tidak melebihi ADI)

3x pakai = 15mL x15,144 g 60mL = 3,786 g (tidak melebihi ADI) Nipagin (Metil paraben) (ADI = 10 mg/kg BB) Handbook of excipient halaman 312, BJ = 1,352 g/cm Penggunaan nipagin 0,015% - 0,2% excipient halaman 310 Sediaan = 0,1% x 60mL = 0,06mL = 0,06mL /x 1,352 g/ cm = 0,08112 g = 81,12 mg ADI pasien 12 tahun = (32,52 kg) ISO Indonesia : 518 = 32,52 kg x 10 mg/kg BB = 325,2 mg Perhitungan untuk mengetahui apakah melebihi ADI atau tidak 1x pakai = 5mL x 81,12 mg 60 mL = 6,76 mg (tidak melebihi ADI) 3x pakai = 15mL x 81,12 mg 60mL = 20,28 mg (tidak melebihi ADI) CMC Na ( Carboxy methylcellulose sodium ) BJ Sediaan = 0,75 g/ cm = 0,5mL x 60mL 100 mL = 0,3mL = 0,3mL x 0,75 g/ cm = 0,225 g = 225 mg Tidak ada ADI (Excipient halaman 80)

Sorbitol

-

BJ Sediaan

= 1,49 g/ cm = 70mL x 60mL 100 mL = 42mL = 42mL x 1,49 g/ cm = 62,58 g = 6258 mg

-

ADI pasien (> 20g/hari) Perhitungan melebihi ADI atau tidak 12 tahun 1x pakai = 5mL x 6258mg 60 mL = 521,5 mg 1 hari = 3x 521,5mg = 1564,5mg (tidak melebihi ADI)

Nipasol BJ Sediaan = 1,288 g/ cm , penggunaan nipasol 0,01% - c = 0,02% x 60Ml = 0,012mL = 0,012mL x 1,288 g/ cm = 0,0155 g = 15,5 mg ADI pasien (10 mg/kg BB) 12 tahun = (32,52 kg) ISO Indonesia : 518 = 32,52kg x 10mg/kg BB = 532,5mg Perhitungan melebihi ADI atau tidak 1x pakai = 5mL x 15,5mg 60 mL = 1,29mg (tidak melebihi ADI) 3x pakai = 15mL x 15,5mg 60 mL = 3,875mg (tidak melebihi ADI) DAFTAR JUMLAH BAHAN Nama bahan Jumlah dalam mL Jumlah dalam mg

Gliserin Nipagin Nipasol Sorbitol Mg(OH)2 Al(OH) CMC Na Ol menthae Air panas Simeticon

12 0,06 0,012 42 0,3 q.s 4 -

15,144 81,12 15,5 6258 2700 2400 225 360

VI. PENYUSUNAN CARA PEMBUATAN A. Urutan dan tahapan pencampuran dalam skala laboratori Pembuatan Emulsi a. Timbang simetikon 360 mg, sisihkan b. Timbang CMC Na 225 mg, sisihkan c. Panasi mortir dengan menuangkan air panas kedalam mortir hingga panasnya merata,kemudian buang airnya d. Takar air panas 4,5 ml,masukkan mortir e. Masukkan CMC Na ke dalam mortir yang berisi air panas, ad sampai CMC Na larut seluruhnya f. Tambahkan sedikit demi sedikit simetikon dalam campuran di atas, campur ad homogeny Pembuatan Suspensi a. Timbang Mg(OH)2 2400 mg, masukkan ke dalam mortir b. Timbang Al(OH)3 2700 mg, tambahkan ke dalam mortir, ad homogeny c. Timbang gliserin15,144 g ambil setengah bagian kemudian masukkan mortir, aduk ad homogen sisihkan (a) d. Timbang sorbitol 6258 mgtambahkan ke dalam campuran di atas ad homogeny, sisihkan

e. Timbang Nipagin 81,12 mg masukkan mortir yang berbeda, lalu sisihkan f. Timbang Nipasol 15,5 mg tambahkan ke dalam mortir g. Larutkan dengan sisa gliserin,aduk ad homogen h. Campurkan ke dalam mortir (a) dan campurkan CMC Na ad homogen i. Masukkan ke dalam botol 60 ml dan tambahkan 2 tetes ol.menthae pip

B. Bentuk Yang Diinginkan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tahapan Bentuk Timbang CMC Na 225 mg Serbuk putih Takar 4,5 ml air panas. Taburkan CMC Na di atas air CMC Na terkembangkan panas Tambahkan simetikon 360 mg Timbang Mg(OH)2 2400 mg Tambahkan Al(OH)3 2700 mg Tambahkan gliserin 15,144 g Tambahkan sorbitol 6358 mg Tambahkan Nipagin 81,12 mg Tambahkan Nipasol 15,5 mg Tambahkan 2 tetes ol mentae pip C. Alat Yang Digunakan 1. Pembuatan sediaan skala laboratorium a. Beaker glass b. Mortir c. Stamper d. Cawan porselen e. Gelas arloji f. Gelas ukur g. Gelas ukur h. Sendok tanduk i. Penangas air j. Timbangan analitik k. Batang pengaduk larut larut serbuk larut larut larut larut Terbentuk suspensi

l. Pipet tetes 2. Pembuatan Skala Besar a. Tangki pencampur yang dilengkapi alat pengaduk b. Alat pengukur untuk zat padat dan air dalam jumlah kecil atau besar c. Sistem penyaring untuk polishing akhir VII. MERANCANG TEST AKHIR UNTUK MENGETAHUI BAHWA SEDIAAN LAYAK EDAR / TIDAK 1. Uji Organoleptis Bentuk Warna Essence 2. Tes pH Ambil beberapa ml sediaan larutan yang sudah jadi Masukkan dalam beaker glass Tes pH larutan dengan pH meter Jika pH terlalu asam Tambahkan basa ad pH yang diinginkan Jika pH terlalu basa Tambahkan asam ad pH yang diinginkan : Suspensi : Putih : Oleum Menthae Pip

3. Tes Berat Jenis Alat : Piknometer

a. Timbang piknometer kosong b. Isi piknometer dengan larutan sampai tanda batas c. Timbang dua kali d. Ulangi tiga kali e. Hitung

f. Lakukan pada aquadest sebagai pembanding Cara perhitungan : Missal : Bobot piknometer + air Bobot piknometer kosong Bobot air Volume piknometer = air = a+b gram = a gram = b gram = b gram Pair g/ml = vol pikno dalam ml

Penentuan kerapatan zat cair X (etanol,aseton, dan kloroform) a. Lakukan penimbangan zat X dengan menggunakan piknometer yang sama, missal : Bobot zat = C gram = (bobot piknometer + zat ) (bobot piknometer kosong ) b. Kerapatan zat cair X = C gram = C gram V pikno (gr/ml)

V pikno (ml) 4. Mengukur Sedimentasi Alat : Gelas ukur

Masukkan suspensi dalam gelas ukur Hitung volume awal yaitu 50 ml Hitung volume pada t15, 30, 45, 60, dan hari berikutnya. VIII. PEMBUATAN ETIKET DAN LEAFLET No. 1. 2. 3. 4. Informasi yang harus dicantumkan Nama obat jadi Bobot netto/ volume/isi Komposisi obat Nama industri farmasi Etiket Kemasan Luar Brosur Strip/ blister Catch cover Ampul/ vial

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Alamat industri farmasi Nomor pendaftaran Nomor batch Tanggal kadaluarsa Dosis Cara penggunaan Cara kerja / farmakologi Indikasi Kontraindikasi Efek samping Interaksi obat Peringatan/ perhatian Cara penyimpanan Tanda peringatan OBT Harus dengan resep dokter/ obat keras Lingkaran tanda khusus obat keras/bebas/OBT * * * *

* * * * *

20.

-

-

: informasi harus dicantumkan * : informasi boleh menunjuk pada brosur XI. RANCANGAN WADAH SEKUNDER

B.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

PEMBAHASAN Pada praktikum likuida kali ini kelompok kami melakukan formulasi sediaan suspensi

obat antasida. Suspensi antasida memiliki fungsi sebagai obat maag untuk menetralkan produksi asam lambung yang berlebihan. Sebenarnya secara fisiologi tubuh kita telah memproduksi bahan yang dapat menetralkan produksi asam lambung pada keadaan normal. Namun pada kasus sakit maag bahan penetral dari tubuh tidak cukup karena produksi asam lebih banyak sehingga diperlukan bahan dari luar yang membantu penetralan. Sebenarnya telah banyak obat maag dalam bentuk sediaan tablet namun untuk mengkonsumsinya harus terlebih dahulu dikuyah, agar lebih efisien dalam penggunaannya dan dapat memperbaiki rasa maka dibuat sediaan bentuk suspensi dengan pemberiaan rasa yang lebih dapat diterima selain itu dosis yang digunakan lebih tepat. Bahan yang digunakan dalam pembuatan suspensi antasida adalah bahan obat berupa garam dari logam yaitu Al(OH)3 dan Mg(OH)2 kedua bahan dikombinasikan karena daya menetralkan lambat, namun masa kerjanya lebih panjang.Bahan aktif lain yang digunakan adalah simetikon yang berfungsi sebagai anti kembung dengan cara kerja mengeluarkan CO2 yang dihasilkan dari reaksi pada lambung dengan membuangnya melalui proses sendawa. Pertimbangan pemilihan simetikon adalah pada saat orang maag produksi CO2 dalam lambung berlebih sehingga menyebabkan rasa kembung yang tidak nyaman. Dari pemilihan bahan obat diatas semuanya tidak mudah larut dalam air sehingga bila ingin membuat sediaan berupa larutan harus diformulasikan dalam bentuk suspensi dengan bantuan bahan suspending agent. Selain bahan aktif, terdapat juga bahan tambahan yang digunakan untuk mendukung kestabilan bahan aktif dalam sediaan. Bahan bahan tambahan tersebut diantaranya adalah CMC Na sebagai suspending agent, Gliserin dan sorbitol sebagai pemanis dan salah satu cairan pembawa, nipagin dan nipasol sebagai bahan pengawet, Oleum Menthae Pip. Sebagai bahan perasa dan pemberi sensasi rasa dingin ketika sediaan diminum. Setelah antasida selesai diracik, kami melakukan beberapa evaluasi uji sediaan untuk mengetahui apakah sediaan yang telah kami buat sudah memenuhi spesifikasi yang ditentukan yaitu : 1. Uji Organoleptis Evaluasi organoleptis merupakan evaluasi dengan pengamatan panca indera terhadap sediaan yang diperoleh. Adapun yang diamati yaitu bau, rasa, dan warna. Bau, rasa dan warna yang diinginkan yaitu sediaan memiliki bau dan rasa mint serta berwarna putih. Setelah sediaan selesai dibuat, organoleptisnya sesuai dengan yang direncanakan.dan setelah penyimpanan, sifat organoleptis sediaan masih sama karena ditutup rapat dan ditepatkan ditempat yang sejuk agar oleum menthae pip yang digunakan tidak cepat menguap. 2. Uji pH

Untuk uji pH menggunakan kertas pH universal, caranya dengan mencelupkan secara langsung kertas ke dalam larutan hasil pembuatan. Dari uji tersebut didapatkan hasil bahwa pH dari sediaan kami yakni. Hal ini berarti pH sediaan kami masih masuk dalam rentang dari pH sediaan yang disyaratkan yakni sekitar 6-8 dan juga memenuhi spesifikasi dari pH efektif antasida yakni sekitar 8. 3. Uji Viskositas Uji viskositas ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan dari sediaan suspensi kami. Kekentalan atau viskositas sediaan termasuk salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan. Uji viskositas dilakukan dengan viskometer, didapatkan hasil sediaan suspensi memiliki viskositas 800 mpas. 4. Uji Bobot jenis dengan piknometer Untuk mengetahui berat jenis dari sediaan drops dilakukan pengujian dengan cara menimbang larutan uji pada piknometer.Hasilnya adalah : Bobot piknometer kosong : Replikasi 1= 30,0452 g Replikasi 2= 30,0322 g Replikasi 3= 30,0284 g Bobot pikno kosong rata-rata = 30,0353 g Volume pikno=volume air = 9,907 g Bobot pikno+larutan : Replikasi 1= 41,3699 g Replikasi 2= 41,3756 g Bobot sediaan rata-rata adalah 11,3375 g Bobot jenis sediaan = Bobot sediaan/volume pikno = 11,3375 /9,907 = 1,144 g/ml 5. Uji volume sedimentasi Pada uji ini dilakukan pengukuran volume sedimentasi dengan mengambil beberapa mL suspensi yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur 50 mL, kemudian didiamkan selama 2 hari. Setelah 2 hari tersebut suspensi yang kami formulasi tidak menunjukkan adanya endapan. Ini berarti suspensi yang kami buat stabil dan termasuk suspensi yang baik. Suspensi ini tergolong dalam suspensi terdeflokulasi. Hasil evaluasi sediaan Bentuk sediaan Kadar bahan aktif : larutan suspensi : - Al(OH)3 - Mg(OH)2 - Simetikon pH sediaan :8 = 225 mg/5 ml = 200 mg/5 ml = 30mg/5 ml

warna bau rasa viskositas BJ

: putih : mentol : manis : 800 cp : 1,144 g/ml

Dalam evaluasi uji sediaan kami hanya melakukan lima uji saja dikarenakan keterbatasan waktu sehingga uji-uji yang lain tidak dapat dilakukan. Tetapi walaupun tidak dilakukan uji-uji yang lain sediaan kami dapat disimpulkan acceptable dikarenakan tidak terbentuk endapan bila disimpan pada suhu kamar.

KESIMPULAN 1. Sediaan antasida dengan bahan aktif Mg(OH)2, Al(OH)3 dan simeticon. 2. Pemilihan Al(OH)3 dan Mg(OH)2 didasarkan pada sifat kedua bahan aktif tersebut yaitu bersifat basa sehingga dapat menetralkan asam lambung dan masa kerjanya lama. Sedangkan simeticon dipilih untuk melengkapi fungsi kedua bahan obat tersebut, yaitu sebagai antikembung atau antiflatulent. 3. Bentuk sediaan yang terpilih adalah suspensi karena bahan aktif tidak larut dalam air 4. Evaluasi sediaan antasida meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji Bobot Jenis dan uji sedimentasi. 5. Dari hasil uji yang dilakukan, sediaan yang telah dibuat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu sediaan dengan BJ = 1,144 g/cm3, viskositas = 800 mpas, pH = 8,0 dan tidak membentuk cake sehingga dapat diproduksi dalam skala besar.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2002. Britis Pharmacopera Vol II Book II. The Stationary Office : London Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatban Republik Indonesia Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients.2nded. The Pharmaceutical press : London Anonim. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta : Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Harvey, Ricard. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar. Rutger Yniversity. Parfitt, Kathleen. 1999. Martindale. The Complete Drug Reference, 32nd ed. Pharmaceutical Press : UK