51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat (Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru lahir akan dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi sekitar 34,14% bayi terkena biang keringat (milaria) akibat pembedongan, pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca panas dapat menyebabkan biang keringat. Keadan inilah yang sering menyebabkan biang keringat (miliaria). Milaria dapat terjadi pada bayi-bayi prematur pada minggu pertama pasca persalinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit dan mengakibatkan retensi keringat, biang keringat terjadi sekitar 40% pada bayi baru lahir (FKUI, 2005). Pori-pori sejati pada bayi berfungsi sebagai sistem kerja kelenjar keringat dimana pada bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga bila bayi kepanasan akan 1

Transcript of 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

Page 1: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat

(Miliaria) khususnya pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Karena cuaca yang

panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang keringat (miliaria). Bayi baru lahir

akan dibedong untuk menjaga kehangatan tubuhnya agar tidak terjadi hipotermi

sekitar 34,14% bayi terkena biang keringat (milaria) akibat pembedongan,

pembedongan pada bayi akan memberi efek hangat tetapi bila cuaca panas dapat

menyebabkan biang keringat. Keadan inilah yang sering menyebabkan biang keringat

(miliaria). Milaria dapat terjadi pada bayi-bayi prematur pada minggu pertama pasca

persalinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi

sumbatan pada kelenjar kulit dan mengakibatkan retensi keringat, biang keringat

terjadi sekitar 40% pada bayi baru lahir (FKUI, 2005).

Pori-pori sejati pada bayi berfungsi sebagai sistem kerja kelenjar keringat

dimana pada bayi yang fungsinya belum sempurna sehingga bila bayi kepanasan akan

menimbulkan biang keringat. Keringat bayi yang keluar terkumpul dibawah kulit,

kemudian akan muncul bintik-bintik merah dan akan menimbulkan rasa gatal,

terutama di daerah paha dan bagian tubuh yang tertutup. Bayi yang mengalami biang

keringat menjadi rewel akibat rasa gatal dan orang tua biasanya mengeluh karena

pola tidur bayinya terganggu seperti gelisah, tidak nyeyak dan lainnya (FKUI, 1999).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, 2006)

melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya

65% terjadi pada bayi. Berdasarkan harian Kompas Jakarta 15 Desember 2008

melaporkan 49,6% penduduk Indonesia Beresiko terkena biang keringat (miliaria).

Sebagian besar sering terjadi pada bayi terutama di kota-kota besar yang panas dan

1

Page 2: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

2

pengap. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2008 menyebutkan jumlah bayi

yaitu 6.350 dan menderita miliaria (biang keringat) sebanyak 3413 (34,13%) bayi.

Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri virus dan jamur,

tergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Berdasarkan latar belakang

di atas, maka penulis tertarik untuk makalaha mengenai Miliaria.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, penulis menemukan masalah yang

akan dibahas dalam makalah ini yaitu “ Inflamasi non infeksi pada kulit dengan

masalah miliaria”.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Makalah ini ditujukan kepada pembaca untuk memberikan informasi

mengenai inflamasi non infeksi pada kulit dengan masalah miliaria.

b. Tujuan Khusus

a. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa tentang konsep

penyakit inflamasi non infeksi miliaria.

b. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengetai asuhan

keperawatan yang tepat pada pasien dengan masalah miliaria.

D. Metodologi Penulisan

Makalah ini ditulis dengan metode literatur review yang ditulis secara

deskriptif. Literatur yang digunakan diperoleh dari buku referensi dan melalui

media internet.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi laporan ini

maka disusun ke dalam Bab sebagai berikut :

Page 3: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

3

BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan,

Metode Penulisan, Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI : Definisi,

Jenis-jenis Miliaria, Etiologi, Epidemiologi, Histopatologi, Patofisiologi dan

Patogenesis, Gejala Klinik, Diagnosis Banding, Penatalaksanaan, Pencegahan,

dan Komplikasi. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN terditi dari Pengkajian,

Diagnosa Keperawatan, Intervensi, dan Evaluasi. Serta BAB IV PENUTUP :

Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA.

Page 4: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Miliaria adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi akibat

tersumbatnya kelenjar keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan

mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah.

Biang keringat disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi,leher dan

bagian tubuh yang tertutup pakaian desertai gatal kulit,kemerahan dan

gelembung-gelembung kecil berair.

Biang keringat adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh keluarnya

keringat berlebihan disertai tersumbatnya salurn kelenjar keringat dan biasanya

terjadi pada daerah dari, leher, punggung dan dada (FKUI, 2000).

B. Jenis-jenis Miliaria

Ada tiga macam biang keringat, yaitu

1. Miliaria Kristalina

Biang keringat yang terjadi pada bayi baru lahir (Neonatus) sumbatan

terjadi pada permukaan kulit sehingga terlihat gelembung-gelembung kecil

berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih, namun tidak terdapat kemerahan pada

kulit (FKUI, 2000).

2. Miliaria Rubra

Biang keringat ini terjadi pada bayi yang biasa tinggal di daerah atau

lingkungan panas dan lembab, terdapat bintik-bintik kecil (1-2 mm),

berwarna merah biasanya disertai keluhan gatal dan perih.

3. Miliaria Profunda

Pada biang keringat jenis ini terdapat bintik-bintik putih keras dan berukuran

1-3 mm), kulit tidak berwarna merah,namun kasus ini jarang terjadi.

4

Page 5: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

5

C. Etiologi

Biang keringat terjadi karena penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh

daki, debu, dan kosmetik. Tidak ada penyebab genetik. Kelenjar keringat yang

belum berkembang sempurna .

Bayi baru lahir belum memiliki kelenjar keringat yang berkembang sempurna

sehingga mudah pecah bila berkeringat dan menyebabkan miliria 

1. Perubahan iklim.

Miliria sering terjadi pada orang berpindah dari iklim dingin ke iklim tropis.

2. Aktivitas

Aktivitas yang menyebabkan keluarnya keringat dapat menjadi faktor

pencetus.

3. Obat-obatan

Bethanecol, obat yang menyebabkan timbulnya keringat dan Isotretionis obat

yang menyebabkan folikular diferensiasi dilaporkan dapat menyebabkan

Miliaria.

4. Bakteri

Staphylococcus diyakini berhubungan dengan timbulnya Miliaria. 

Penyebab biang keringat pada bayi menurut Pasaribu (2007), yaitu :

1. Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas dan

lembab.

2. Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat

menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.

3. Bayi mengalami panas atau demam.

4. Bayi terlalu banyak beraktifitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.

Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar

keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit bayi.

Butiran-butiran yang terperangkap di bawah kulit akan mendesak ke permukaan

kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil (Pasaribu, 2007).

Page 6: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

6

D. Epidemiologi

Miliaria biasanya menyerang orang yang tinggal di daerah tropis, yang

kelembapannya terlalu tinggi. Di Indonesia, tingkat kelembapannya mencapai 90

persen. Sekitar 30% orang yang tinggal di daearah tersebut bisa mengalami

miliaria.

Berbeda dengan negara lain, seperti Arab Saudi. Walaupun negara ini beriklim

tropis, kelembapannya sangat rendah sehingga tidak keluar keringat, tidak terjadi

biang keringat dan tidak ada bintik merah.

Sebetulnya semua bayi dapat mengalami miliaria pada kondisi yang ada. Anak-

anak lebih banyak mengalami miliaria di bandingkan orang dewasa. Ini rupanya

menggambarkan bahwa bertambahnya kekuatan struktur saluran keringat sesuai

bertambahnya umur . tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

E. Histopatologi

Miliaria kristalina Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung

intra/subkorneal. Miliariarubra Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi

pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer

kulit di epidermis. Miliaria profunda pada gambaran histologik tampak saluran

kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi

sel radang.

F. Patofisiologi dan pathogenesis

Rangsangan utama bagi pengembangan Miliaria adalah kondisi kelembaban

panas yang tinggi dan menyebabkan berkeringat berlebihan. Terjadi occlusion

kulit karena pakaian, perban, obat transdermal patch, atau lembaran plastik

(dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk

pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari

corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang eccrine

Page 7: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

7

kelenjar, overhydration dari stratum corneum dianggap cukup untuk

menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.

Jika kondisi lembab panas bertahan, individu terus memproduksi keringat

berlebihan, tetapi tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan kulit karena

penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran keringat ke

permukaan kulit, baik di dalam dermis atau epidermis, dengan relativeanhidrosis.

Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti dalam

Miliaria crystallina, sedikit adanya peradangan, dan lesi tidak menunjukkan

gejala. Sebaliknya, di Miliaria rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal

menghasilkan spongiotic vesikula dan sel inflamasi kronis periductal menyusup

pada papiler dermis dan epidermis bawah. Dalam Miliaria profunda,

terbentuknya dari keringat ke dermis papiler menghasilkan substansial, masuk

kedalam periductal limfositik spongiosis dari saluran intra-epidermis.

Residen bakteri kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus

aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis Miliaria. Pasien

dengan Miliaria telah 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit sebagai

subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat

eksperimental. Acid-Schiff berkala-positif bahan tahan diastase telah ditemukan

di plug intraductal yang konsisten dengan substansi polisakarida ekstraselular

stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan percobaan, hanya S epidermidis galur

yang menghasilkan EPS dapat menimbulkan Miliaria.

Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium

diamati. Sebuah plug hyperkeratotic mungkin muncul untuk menghalangi eccrine

saluran, tetapi sekarang ini diyakini menjadi terlambat perubahan dan bukan

penyebab menimbulkan penyumbatan keringat.

G. Gejala Klinik

a. Miliaria kristalina

Page 8: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

8

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan

setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel

bergerembol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian.

Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.

Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal.

b. Miliaria rubra

Penyakit ini lebih berat dari pada miliaria kristaliana, terdapat pada badan

dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau

papul vesikular ekstravesikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis

ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.

Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat

pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,

penyebabnya adanya penyumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan

perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua

mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan

spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat

(LOEWENIHOE 1961). Staphylococcus diduga juga mempunyai peranan.

Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum

sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.

c. Miliaria profunda

Bentuk ini agak jarang kecuali di daerah tropis. Kelainan ini biasa timbul

setelah miliaria rubra, ditandai dengan papul putih, keras berukuran 1-3 mm.

Terutama terdapat di badan dan ekstremitas.

Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinis labih banyak

berupa papul dari pada vesikel. Tidak gatal dan tidak terdapat eritema.

Pada gambaran histologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada

dermis bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang.

Page 9: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

9

H. Diagnosis Banding

1. Diagnosis miliaria kristalina dapat ditegakkan dengan cara memecah vesikula

dengan jarum kecil; akan keluar cairan jernih.

2. Miliaria rubra dapat dikelirukan dengan penyakit lain, misalnya reaksi irtitasi

primer, eritema neonatorum, dan folikulitis. Dengan kaca pembesar akan

tampak vesikula yang khas; puncak lesi yang eritematus adalah folikel rambut.

3. Miliaria profunda. Ada persoslan dalam menegakkan diagnosis klinis miliaria

profunda, karena papula putih atau warna cerah dapat dikelirukan dengan

papular mucinosis dan amiloidosis.

I. Penatalaksanaan

Biang keringat bukan penyakit berat. Bahkan, banyak orang menggolongkannya

sebagai gangguan kulit yang sepele. Hanya saja, sengatan rasa gatal memang

menimbulkan gangguan yang menjengkelkan.

Berikut ini beberapa cara menghilangkan biang keringat :

a) Dinginkan kulit anak dengan mengoleskan lotion calamin. Namun,

sebelumnya pastikan dulu bahwa kulit anak benar-benar dalam keadaan

kering, tidak lembap atau berkeringat. Tidak memakaikan mantel terbuat

dari bahan wol bila si biang keringat tetap menyerang pada musim hujan.

Untuk menghangatkan tubuhnya, lebih baik pilihkan baju-baju dari bahan

katun yang dikenakan berlapis-lapis.

b) Mandikan anak dengan air dingin, agar kulit tubuhnya sejuk dan segar.

Kenalilah jenis kulit anak. Jika tergolong sensitif, hindari menyabuni bagian

yang terkena gangguan, karena sabun bisa menimbulkan iritasi. Namun,

kalau kulitnya cukup kuat, pakailah sabun khusus antibiang keringat.

c) Kompres bagian biang keringat dengan larutan soda bikarbonat (1 sendok

teh soda bikarbonat dicampur dengan secangkir air bersih) secara teratur.

Page 10: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

10

Bila peradangan cukup banyak, gunakan salep atau bedak yang mengandung

zinc oksida dan vaselin putih. Atau, sebagai penggantinya, kita dapat

menggunakan bedak yang mengandung magnesium stearat. Kedua jenis

bedak ini berfungsi mengurangi iritasi dan membantu penyerapan keringat.

Pengobatan

1. Topikal

lotion anhidros diberikan untuk mencegah atau menghilangkan

sumbatan sehingga keringat dapat keluar kepermukaan kulit. Selain itu

juga diberikan salep hidrofilik, talk untuk bayi dan losio yang berisi .

Pemberian colamin lotion dapat memberikan rasa sejuk juga dapat

diberikan anti biotic topikal seperti krim kloramfenikol.

2. Sistemik

Dapat diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti histamin

sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan

untuk mencegah atau mengurangi timbulnya Miliaria.

J. Pencegahan Biang Keringat

1. Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 x sehari

menggunakan air dingin dan sabun. Pada saat memandikan bayi yang

menderita biang keringat sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab

sabun cair tidak meninggalkan partikel yang dapat menghambat

penyembuhan (Pasaribu, 2007).

2. Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher,

paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak ke seluruh

tubuh dengan tipis.

3. Jaga tubuh bayi agar tetap kering

Page 11: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

11

4. Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk

(lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut.

Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.

5. Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih

dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah

terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.

6. Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.

Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon atau wol yang tidak

menyerap keringat (FKUI, 2000).

7. Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar

yan tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir

dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.

8. Memberikan obat penurun panas (antipiretik), seperti aspirin atau

asetaminofen pada saat anak terserang demam. Dengan turunnya demam si

kecil, biasanya secara otomatis keringat yang keluar berkurang.

- Selama si kecil terserang demam dan mengeluarkan banyak keringat,

jagalah agar bajunya tidak dibiarkan terlalu lama dalam keadaan basah.

- Sesering mungkin keringkan tubuhnya dan gantilah bajunya agar

penguapan keringat pada kulit dapat berlangsung baik.

K. Komplikasi

Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi

terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat terjadi berupa

impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai periporitis

staphylogenes dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar suhu panas, lemah,

fatique, pusing bahkan pingsan. Garukan dapat mengakibatkan luka dan infeksi

sekunder.

Page 12: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

12

Page 13: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan

b. Keluhan Utama : Pasien mengeluh gatal dan terkadang tidak bisa tidur

c. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada

keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk

menanggulanginya, memiliki riwayat penyakit alergi atau tidak

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit

kulit lainnya

3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau

penyakit kulit lainnya.

d. Pola Kebiasaan: Pola aktifitas .

e. Pemeriksaan Fisik

1. Subjektif :

Gatal di bagian wajah, leher, kulit kepala dan badan, kadang timbul rasa

panas seperti terbakar

2. Objektif :

Terdapat makula eritematosa miliara dengan vesikel-vesikel diatasnya

ditemukan di area wajah, leher, kulit kepala dan badan. Timbul pula

papula-papula diatas makula tersebut.

13

Page 14: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

14

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier

kulit akibat miliaria.

2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

3. Gangguan pola tidur pada bayi yang disebabkan karena ketidaknyamanan

akibat miliaria.

C. Intervensi Keperawatan

Dx 1: Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit akibat miliaria.

Intervensi :

1. Kaji keadaan kulit

Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan

intervensi yang tepat.

2. Kaji perubahan warna kulit.

Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya

komplikasi.

3. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.

Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.

4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

a) Secara topikal

Beri bedak atau lotion yang mengandung kalamin atau menthol sesuai

indikasi dokter, diberikan salep hidrofilik, talk untuk bayi. Pemberian

colamin lotion dapat memberikan rasa sejuk juga dapat diberikan anti

biotic topikal seperti krim kloramfenikol.

b) Sistemik

Page 15: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

15

diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti histamin

sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan

untuk mencegah atau mengurangi timbulnya Miliaria.

DX 2: Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

Intervensi  :

1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya

kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-

garuk. Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan

prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif

2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid

dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan

pabrik. Rasionalisasi pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau

allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.

3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak

ada sabun yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen)

pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi.

Dx 3: Gangguan pola tidur pada bayi yang disebabkan karena ketidaknyamanan

akibat miliaria.

Intervensi :

1. Jaga agar kondisi kulit bayi selalu kering

2. Jaga ventilasi udara atau dalam kamar tetap lancar.

3. Hindari penggunaan pakain yang terlalu ketat dan terbuat dari bahan yang

terlalu tebal pada bayi.

4. Beri kompres dingin.

5. Menjaga kebersihan badan bayi dan lingkungan sekitar.

6. Hindari penggunaan bedak yang terlalu tebal pada kulit yang basah.

D. Evaluasi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit teratasi

Page 16: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

16

2. Gatal hilang/berkurang

3. Komplikasi dan keparahan tidak terjadi

Page 17: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Miliaria adalah kelainan kulit yang sering muncul pada bayi akibat

tersumbatnya kelenjar keringat yang keluar berkumpul di bawah kulit dan

mengakibatkan timbulnya bintik-bintik merah. Ada tiga macam biang keringat,

yaitu Miliaria Kristalina, Miliaria Rubra, dan Miliaria Profunda.

Biang keringat terjadi karena penyumbatan kelenjar atau saluran keringat oleh

daki, debu, dan kosmetik. Tidak ada penyebab genetik. Biang keringat biasanya

menyerang orang yang tinggal di daerah tropis, yang kelembapannya terlalu

tinggi.

Rangsangan utama bagi pengembangan Miliaria adalah kondisi

kelembaban panas yang tinggi dan menyebabkan berkeringat berlebihan. Terjadi

occlusion kulit karena pakaian, perban, obat transdermal patch, atau lembaran

plastik (dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk

pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari

corneum. Orang yang rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang eccrine

kelenjar, overhydration dari stratum corneum dianggap cukup untuk

menyebabkan penyumbatan sementara dari acrosyringium.

B. Saran

Diharapkan bagi pembaca khususnya perawat dapat menangani klien

dengan kasus miliaria dengan tindakan yang sesuai seperti perawatan kulit yang

benar, dimana tindakannya disesuaikan dengan keadaan kulit klien. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawaatan dalam

meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai Miliaria.

17

Page 18: 51714685 Inflamasi Non Infeksi Miliaria

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates

Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Pasaribu, dkk, 2007, Perawatan Kulit Bayi, FKUI : Jakarta, http://www.conectique.com, Diakses pada tanggal 20 maret 2011 )

(http://www.klikdokter.com/ads2/sponsor/read/2011/01/17/1/47/biang-keringat--biang-masalah, Diakses pada tanggal 20 maret 2011 )

18