50666280-makalah-iufd

3
KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN A. Pengertian Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu Sebelum 20 minggu : Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu : Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim. B. Etiologi 1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta 2. Pre eklamsi dan eklamsi 3. Penyakit-penyakit kelainan darah 4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular 5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal 6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid 7. Malnutrisi dan sebagainya. Diagnosis : 1. Anamnesis Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan. 2. Inspeksi Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.

description

makalah

Transcript of 50666280-makalah-iufd

  • KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN

    A. PengertianAdalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu Sebelum 20 minggu :

    Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.

    Sesudah 20 minggu :Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

    B. Etiologi1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta2. Pre eklamsi dan eklamsi3. Penyakit-penyakit kelainan darah4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular 5. Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria, peelonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal6. Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid7. Malnutrisi dan sebagainya.

    Diagnosis :1. Anamnesis

    Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.

    2. InspeksiTidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.

  • 3. Palpasi Tinggi fundus > rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

    4. AuskultasiBaik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.

    5. Reaksi kehamilanReaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.

    6. Rontgen Foto AbdomenAdanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janinTanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janinTanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegakKepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.

    7. UltrasonografiTidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

    Penanganan Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencapai kepastian diagnosis. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90% akan terjadi persalinan yang spontan. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah didiagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitoxsin drip, dengan atau tanpa amniotomi.

  • Pengaruh Terhadap IbuKematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo fibrigenemia) akan lebih besar. Karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus diakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.

    C. Komplikasi1. Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup bulan.2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu.

    D. Penanganan1. Periksa TTV2. Periksa radiologi3. USG4. Berikan dukungan mental pada pasien5. Pilih cara persalinan dengan induksi/ekspektatif. 6. Jika ersalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang, matangkan servik dengan misoprostol.

    - Tepatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam.- Jika tidak ada respon sesudah 2x 25 mcg isoprostol naikkan dosis menjadi 50 mcg setiap 6 jam.