5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika
-
Upload
jhon-simon -
Category
Documents
-
view
126 -
download
17
Transcript of 5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Fisika
Disusun Oleh: TIM TIM BIMTEK LABORAN 2012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN MENENGAH
2012
1
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM FISIKA
Kecelakaan di laboratorium fisika terjadi bukan saja karena kurang
memperhatikan tata tertib secara umum bekerja di laboratorium akan tetapi
juga karena kurangnya pemahaman terhadap cara memperlakukan alat dan
bahan fisika yang hendak dipergunakan. Oleh karena itu, pada saat siswa mau
melakukan percobaan sebaiknya guru lebih dulu memberikan penjelasan cara
menggunakan alat dan bahannya.
Kecelakaan yang terjadi di laboratorium biasanya diakibatkan ketidaksiapan kita
dalam menghadapinya. Akibat ketidaksiapan adalah kepanikan yang dapat
dapat berakibat lebih fatal. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan pada
pekerjaan apapun. Dilaboratorium fisika kecelakaan lebih sering terjadi
disebabkan oleh alat-alat dan bahan/zat fisika. Karena alat-alat fisika pada
umumnya terbuat dari kaca/logam, perlu dilakukan antisipasi supaya
kecelakaan dapat dihindarkan. Pencegahan kecelakaan lebih utama daripada
merawatnya setelah terjadi kecelakaan
Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakan tempat bekerja yang aman
jika pemakai laboratorium mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku. Disiplin
yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara keselamatan
di laboratorium.
A. Penyebab Kecelakaan di Laboratorium
Kecelakaan di laboratorium fisika dapat terjadi karena hal-hal berikut:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan,
proses, dan alat yang digunakan.
2. Kurangnya petunjuk atau intruksi atau supervisi dari guru.
3. Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
4. Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium.
2
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dan ditaati oleh seluruh pengguna
ketika bekerja di laboratorium untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan di
laboratorium antara lain.
1. Atur tempat kerja serapi mungkin; hindarkan lorong yang sesak, dan kertas
tersebar dimana-mana.
2. Atur penyimpanan zat, alat besar dan berat serta kotak obat dan bahan-
bahan lainny. Upayakan untuk meletakkan kemasan besar dan berat di
tempat yang lebih rendah.
3. Sebelum praktikum dimulai, informasikan kepada pengguna laboratorium
tempat dan cara penggunaan perlengkapan darurat seperti bahan P3K,
pemadam kebakaran dan pencuci mata.
4. Biasakan untuk menggunakan alat pelindung yang sesuai setiap
melaksanakan percobaan di laboratorium.
5. Berilah penjelasan dan peringatan kepada pengguna laboratorium sebelum
percobaan dimulai; kemungkinan-kemungkinan bahaya yang dapat terjadi
serta cara menanganinya jika terjadi kecelakaan di laboratorium.
6. Siapkan tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan
kain/kertas, dan lain sebagainya.
7. Ingatkan siswa supaya tenang jika terjadi kecelakaan; segera melaporkan
kepada guru pembimbing jika ada yang terluka.
8. Gunakan jas laboratorium setiap melaksanakan praktikum di laboratorium.
B. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan di laboratorium dilakukan oleh :
1. Staf laboratorium menyediakan alat-alat dan memelihara keamanan dan
keselamatan bekerja di laboratorium.
2. Guru memberikan perintah yang penting kepada siswa mengenai
keamanan dan keselamatan dan memperhatikan cara mereka bekerja.
3. Siswa memperhatikan tata tertib, serta menghindari bahaya-bahaya dari
bahan-bahan fisika.
3
C. Jenis-jenis Kecelakaan di laboratorium
Pada saat kegiatan praktikum di laboratorium fisika berlangsung, mungkin saja
terjadi kecelakaan yang disebabkan kelalaian penggunanya. Hal tersebut
tentunya akan menghambat pelaksanaan praktikum yang harus segera
ditanggulangi. Beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium
fisika, antara lain :
1. Luka ringan, disebabkan terkena pecahan kaca dan atau tertusuk oleh
benda-benda tajam lain.
2. Luka bakar, disebabkan tersentuh api atau benda panas lain dan oleh
bahan fisika tertentu, seperti natrium.
3. Kejutan listrik, disebabkan tersentuhnya kabel yang terkelupas pada saat
menggunakan listrik bertegangan tinggi
4. Kebakaran, disebabkan terbakarnya bahan yang mudah terbakar atau dapat
juga disebabkan oleh arus pendek.
D. Penyebab Kecelakaan dan Cara Penanganannya
1. Luka Ringan
a. Luka pada kulit
Luka pada bagian kulit disebabkan oleh benda tajam. Salah satu penyebabnya
adalah pecahnya pipa kaca atau termometer pada saat dipasang pada sumbat
karet/gabus. Untuk menghindarkan kecelakaan yang disebabkan hal tersebut,
basahilah sumbat karet/gabus dengan air sebelum pipa kaca atau termometer
dipasangkan. Selain itu, gunakan lap untuk melindungi tangan pada saat
memasangkan pipa kaca/termometer pada sumbat karet/gabus.
Berikut ini gambar cara memasang pipa kaca atau termometer pada sumbat
gabus/karet.
4
Benar Salah
Gambar 6.1 Cara memasang pipa kaca atau termometer yang benar dan yang
salah
Penanganan luka pada kulit yang diakibatkan oleh pecahnya pipa kaca atau
termometer harus dilakukan secara berhati-hati. Jika luka pada kulit terdapat
pecahan kaca, bersihkan luka tersebut dengan menggunakan pinset dan
kapas steril. Setelah luka benar-benar bersih, tutuplah bagian yang terluka
dengan menggunakan plester dan kasa steril. Untuk luka pada kulit yang agak
dalam, bawalah penderita dengan segera ke rumah sakit supaya ditangani lebih
jauh oleh dokter.
b. Luka Pada Mata
Luka pada mata akibat kecelakaan di laboratorium dapat terjadi bila terkena
percikan asam atau basa, percikan zat-zat lainnya, atau terkena pecahan
kaca. Biasakan untuk menggunakan alat pelindung pada saat bekerja dengan
menggunakan zat kimia. Beberapa jenis alat pelindung yang disarankan untuk
digunakan pada saat bekerja di laboratorium adalah sarung tangan, jas
laboratorium, dan kaca mata.
Gambar 6.2 Untuk menghindari percikan zat kimia atau pecahan kaca
sebaiknya menggunakan kaca mata
5
Luka karena benda asing/pecahan kaca
Jika mata terkena pecahan kaca kaca, ambil kaca yang menempel yang
menempel pada mata dengan hati-hati tetapi jika menancap kuat, jangan
sekali-kali mengambilnya, hanya dokter yang dapat mengambilnya.
Beberapa upaya pencegahan terhadap luka ketika akan melakukan kegiatan di
laboratorium fisika :
1. Gunakan lap untuk melindungi tangan jika memasukkan pipa
kaca/termometer ke dalam sumbat gabus/karet; supaya lebih mudah, basahi
lubang sumbat dengan air.
2. Gunakan tabung reaksi yang tahan panas ketika memanaskan zat.
3. Gunakan alat-alat pelindung mata dan badan pada saat bekerja dengan zat
yang beracun dan berbahaya.
4. Terbakar
Tubuh/kulit terbakar dapat disebabkan oleh benda panas atau karena zat kimia.
Terbakar karena benda panas.
Terbakar karena benda panas dapat terjadi akibat kontak dengan gelas/logam
panas. Jika kulit yang terbakar memerah, olesi dengan salep minyak ikan atau
levertan. Jika terbakarnya diakibatkan terkena api dan penderita merasa nyeri,
tindakan yang dapat dilakukan adalah mencelupkan bagian yang terbakar ke
dalam air es secepat mungkin atau kompres agar rasa nyeri berkurang,
kemudian bawa penderita ke dokter.
5. Kebakaran
Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di laboratorium
dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau
kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api.
Untuk menghindari hal tersebut:
a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak.
6
b. Jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar seperti kertas, alkohol, atau
spirtus dari sumber api yang akan digunakan.
c. Mintalah siswa perempuan yang berambut panjang untuk mengikat
rambutnya.
d. Jika terjadi kebakaran, gunakan alat pemadam kebakaran dengan benar.
Tinjauan secara fisika, api terjadi karena adanya proses oksidasi gas yang
berlangsung “hebat” diikuti dengan pelepasan energi yang besar sehingga gas
yang bereaksi memancarkan cahaya. Api atau kebakaran dapat terjadi karena
adanya tiga faktor penyebab kebakaran yang serentak terpenuhi secara
bersamaan. Adapun ketiga faktor penyebab kebakaran tersebut adalah:
a. Bahan bakar, yaitu bahan yang dapat bereaksi hebat dengan oksigen, yang
menimbulkan gejala berupa api. Bahan bakar dapat berupa zat padat, zat
cair, atau gas.
b. Oksigen biasanya dari udara ( 1/5 bagian udara adalah oksigen) tetapi
dapat juga berasal dari bahan kimia yang bereaksi sambil menghasilkan
oksigen. Oksigen inilah yang nantinya bersenyawa (bereaksi) dengan
bahan bakar, jika suhu mencapai titik tertentu. Tanpa adanya oksigen,
kebakaran tidak dapat terjadi.
c. Kalor, kalor yang cukup sehingga suhu naik mencapai suhu tertentu yang
disebut suhu penyulutan (ignition temperature). Di bawah suhu tersebut
reaksi oksidasi disertai cahaya/api tidak akan terjadi. Setelah terjadinya
reaksi, berarti energi kalor yang ditimbulkan oleh reaksi sudah mencukupi
untuk mempertahankan reaksi, yang berarti mempertahankan kebakaran.
Reaksi atau dalam hal ini kebakaran baru akan berhenti jika bahan bakar
atau oksigen habis.
7
Ketiga faktor tersebut di atas secara skema digambarkan sebagai “Segitiga
api”.
Gambar 6.3 Segitiga api
Berdasarkan konsep segitiga api di atas pada dasarnya memadamkan api
adalah menghilangkan salah satu (atau lebih dari satu) dari ketiga faktor yang
memungkinkan timbulnya api, yaitu:
a. Menghentikan pasokan bahan bakar.
b. Menurunkan suhu sampai di bawah suhu penyulutan.
c. Menghentikan pasokan oksigen.
Jika di laboratorium terjadi kebakaran, kita harus segera mengatasinya secara
cepat dan upayakan tidak terjadi kepanikan. Gunakan alat pemadam kebakaran
yang telah disediakan secara tepat. Arahkan semburan dari pemadam
kebakaran tepat di pusat api.
Beberapa hal yang harus diperhatikan/dilakukan jika terjadi kebakaran adalah
sebagai berikut:
a. Jika baju/pakaian yang terbakar, korban harus merebahkan dirinya sambil
berguling-guling. Jika ada selimut tutuplah pada apinya agar cepat padam.
Jangan sekali-kali korban tersebut berlari-lari karena akan memungkinkan
terjadinya kebakaran yang lebih besar.
b. Jika terjadi kebakaran kecil misalnya terbakarnya larutan dalam gelas fisika
atau dalam penangas, tutuplah bagian yang terkena api dengan karung atau
kain basah.
Suhu
yang tinggi
Bahan
mudah terbakar
oksigen
8
c. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakan alat pemadam kebakaran;
secepatnya matikan sumber-sumber yang dapat menimbulkan api, misalnya
listrik, gas, kompor, jauhkan pula bahan-bahan yang mudah terbakar dari
sumber api.
d. Jika terjadi kebakaran yang ditimbulkan oleh pelarut yang mudah terbakar
misalnya: minyak tanah, bensin, solar, alkohol, spirtus, tiner, untuk
memadamkannya gunakanlah pasir atau tabung pemadam kebakaran.
Penggunaan air untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh pelarut
organik akan menyebabkan semakin besar karena api menjadi semakin
menyebar.
a. Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas
1) KELAS A, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan-bahan
“biasa” yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, karet, dan plastik.
2) KELAS B, merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah
terbakar, misalnya: minyak tanah, bensin, alkohol, spirtus, solar, dan oli.
3) KELAS C, kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik.
4) KELAS D, kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah terbakar
seperti natrium, kalium, dan magnesium.
b. Jenis- jenis Pemadam Kebakaran
Di setiap laboratorium seharusnya disiapkan alat pemadam kebakaran yang
dapat di bawa-bawa atau dipindah-pindah. Alat pemadam tersebut sebaiknya
diletakkan di tembok yang mudah dijangkau; sehingga mudah diambil jika alat
tersebut diperlukan.
Penggunaan jenis pemadam kebakaran bergantung pada bahan yang terbakar.
Jika bahan yang terbakar berbeda maka akan berbeda pula penggunaan jenis
pemadam kebakarannya. Sekarang sudah tersedia alat pemadam kebakaran
yang bisa mengatasi kebakaran dari berbagai sifat bahan yang terbakar. Alat
pemadam kebakaran seperti ini dinamakan alat pemadam kebakaran “Multy
purpose”.
9
Berikut ini beberapa model alat pemadam jenis tabung.
Gambar 6.4 Tabung Pemadam kebakaran
Untuk menambah wawasan guru dan siswa, selain pemadam kebakaran jenis
“Multy purpose”. Masih ada beberapa jenis pemadam kebakaran yang paling
tepat untuk memadamkan sesuai sifat bahan yang terbakar.
Berikut ini beberapa jenis alat pemadam kebakaran.
Pemadam Kebakaran Jenis Air
Pemadam kebakaran jenis air bekerja atas dasar pendinginan. Suhu kebakaran
dapat dihentikan/diturunkan. Bentuk sederhana dari pemadam kebakaran jenis
air adalah air yang disiramkan dengan menggunakan ember. Ada juga alat
pemadam kebakaran jenis air yang tersimpan dalam tabung atau silinder; alat
pemadam kebakaran jenis ini berbentuk tabung yang berisi kira-kira 10 liter air.
Di dalam tabung tersebut terdapat silinder lain yang berisi karbondioksida yang
bertekanan tinggi. Pada saat digunakan, silinder yang berisi karbondioksida
dibocorkan dengan jalan ditusuk sehingga karbondioksida akan mendorong air
keluar dengan deras. Alat pemadam kebakaran sejenis ini hanya untuk sekali
pakai saja; artinya sekali dijalankan, semprotan air itu tidak dapat dihentikan
sebelum air benar-benar habis.
Ada pula alat pemadam kebakaran jenis air yang menggunakan larutan natrium
bikarbonat (NaHCO3) yang disimpan dalam tabung logam. Dalam tabung logam
10
tersebut terdapat pula asam sulfat yang ditempatkan dalam satu wadah. Ketika
digunakan, asam sulfat bereaksi dengan natrium bikarbonat dan menimbulkan
karbondioksida. Karbondioksida yang dihasilkan mengalir melalui selang
dengan deras sehingga api menjadi padam.
Pemadam kebakaran Jenis Karbondioksida
Pemadam kebakaran jenis ini bekerja atas dasar mengurangi atau membatasi
kontak oksigen dengan benda yang terbakar. Karena massa jenis
karbondioksida lebih besar daripada massa jenis udara, maka gas ini dapat
membentuk suatu selimut yang mencegah bahan bakar berhubungan dengan
udara (oksigen).
Tabung ini dilengkapi dengan penyalur/selang gas yang ujungnya berbentuk
corong yang terbuat dari plastik/karet. Melalui corong ini gas diarahkan ke api
yang hendak dipadamkan. Semprotan gas karbondioksida ini sangat dingin dan
dapat memberkukan uap air di udara yang melewati gas itu, sehingga terbentuk
sejenis kabut putih., kabut ini berfungsi menghalangi oksigen berhubungan
dengan bahan bakar.
Pemadam Kebakaran Jenis Busa
Alat pemadam kebakaran jenis busa mengandung larutan bahan-bahan yang
bila bercampur/bereaksi dapat menimbulkan busa. Busa tersebut dapat
menghalangi adanya hubungan antara udara (oksigen) dengan bahan bakar.
Dalam hal ini terjadi sedikit pendinginan agar berhasil memadamkan api, dalam
pelaksanaannya lapisan busa yang menutupi api tidak terputus-putus. Jadi
bahan bakar itu betul-betul terselimuti dengan l apisan busa, sehingga bahan
bakar dapat terisolasi dari oksigen di udara.
Pemadam Kebakaran Jenis Serbuk
Serbuk yang digunakan adalah pasir atau bahan fisika kering, yaitu natrium
bikarbonat. Jenis pemadam kebakaran ini merupakan pemadam kebakaran
11
yang paling sederhana. Penggunaannya adalah dengan disiramkan langsung
pada nyala api sampai tertimbun sehingga udara tidak dapat masuk ke bahan
yang sedang terbakar
Lapisan natrium bikarbonat menyelimuti api saat karbondioksida mendorongnya
keluar. Karbondioksida keluar karena picu ditekan. Pemanasan terhadap
natrium bikarbonat oleh api yang ada menyebabkan terjadinya karbondioksida.
Persamaan Reaksi:
2NaHCO3 Na2CO3 + H2O + CO2
Catatan
“Perlu selalu tersedia pasir di laboratorium fisika untuk digunakan sewaktu- waktu
ketika diperlukan”
Pemadam Kebakaran Jenis Selimut
Selimut yang paling sederhana yang dapat digunakan adalah memadamkan
kebakaran ialah karung/kain basah. Selimut ini ditutupkan pada nyala yang
hendak dipadamkan, dengan demikian penyediaan oksigen dihentikan. Selain
karung/kain dapat pula digunakan bahan serat yang tahan api.
Selimut pemadam kebakaran, kebanyakan terbuat dari bahan kaca serat (fiber
glass) yang bersifat agak lemas. Selimut yang terbuat dari asbes tidak
digunakan lagi karena dapat menimbulkan kanker jika terhirup serat-seratnya.
E. Mengoperasikan alat Pemadam Kebakaran Jenis tabung
Perlu diketahui bahwa alat-alat pemadam kebakaran yang telah dibahas hanya
mampu memadamkan kebakaran-kebakaran kecil saja dan sekali pakai.
Kebakaran besar harus ditangani oleh unit-unit pemadam kebakaran.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam mengoperasikan alat pemadam
kebakaran jenis tabung, sebagai berikut.
1) Alat
Perangkat tabung pemadam kebakaran jenis multy purpose terbuat dari logam
dengan komponen pemadan kebakaran sebagai berikut
1) tabung, tempat menyimpan serbuk zat, di dalamnya terdapat pula tabung
gas yang berisi CO2
12
2) alat picu
3) kunci pengaman
4) slang karet/plastik
5) Bahan
Tabung pemadam kebakaran berisi serbuk Natriumbikarbonat ( NaHCO3), dan
gas karbondioksida (CO2 )
2) Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Hati-hati ketika menggunakan alat pemadam kebakaran, karena serbuk yang
dikeluarkan dapat menyebabkan iritasi pada mata maupun hidung.
Langkah Kerja
a) lepaskan slang karet dari dinding tabung alat pemadam
b) cabut kunci pengaman pada tangki alat pemadam
13
c) Arahkan slang pada titik apinya
d) Tekan picu tabung bersamaan dengan arah slang sambil badan
bergerak memutar mengelilingi api
14
2) Menggunakan pemadam jenis selimut
d. Memilih Pemadam Sesuai dengan jenis/kelas Kebakaran
Kebakaran kelas A
Bahan yang terbakar adalah bahan yang mengandung karbon seperti kayu,
kertas, plastik, dan karet.
Untuk mengatasinya gunakan alat pemadam kebakaran air, serbuk kering, atau
selimut api. Jika ada resiko bahaya listrik, pemadam kebakaran jenis air jangan
digunakan karena dapat mengakibatkan aliran listrik.
Kebakaran kelas B
kebakaran berasal dari bahan yang mudah terbakar meliputi zat cair, misalnya
minyak tanah, bensin, alkohol, atau spirtus.
15
Untuk mengatasi timbulnya kebakaran oleh zat tersebut, gunakan pemadam
kebakaran jenis busa, karbondioksida, serbuk kering, selimut api, atau pasir.
Jangan menggunakan busa jika ada kemungkinan resiko bahaya listrik dan
jangan sekali-kali menggunakan air.
Kebakaran kelas C
Kebakaran yang disebabkan listrik. Untuk mengatasinya pertama matikan
saklar utama dengan maksud memadamkan arus yang mengalir melalui saklar.
Selanjutnya gunakan pemadam jenis karbondioksida. Jangan sekali-kali
menggunakan air, sebab air dapat menghantarkan arus listrik sehingga akan
membahayakan bagi penolong kebakaran.
Kebakaran kelas D
Bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen sehingga menimbulkan
kebakaran meliputi logam (metal) misalnya natrium, kalium, dan magnesium.
Untuk mengatasinya gunakan pasir atau selimut api.
F. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK)
Tujuan utama PPPK adalah mengupayakan agar pasien merasa aman dan
nyaman, serta untuk menghindari memburuknya keadaan pasien sebelum
mendapat pertolongan dokter. Oleh karena itu langkah-langkah pertolongan
pertama perlu diupayakan agar kesehatan pasien tidak menjadi semakin buruk.
Keadaan yang memerlukan pertolongan pertama adalah
a. mengalami pendarahan yang hebat
b. sesak nafas,
c. mengalami luka dimata
d. keadaan shock
Untuk memudahkan pelaksanakan dari pertolongan pertama pada kecelakaan
(PPPK) maka perlu disediakan kotak PPPK beserta isinya berupa obat-obatan
dan perlengkapan lainnya. Adapun isi kotak PPPK adalah sebagai berikut:
1. Kain kasa steril
16
2. Pembalut luka dari berbagai ukuran
3. Kapas
4. Alat pencuci mata
5. Gunting
6. Peniti, pinset
7. Betadin
8. Obat gosok
9. Natrium Hidrogen karbonat (NaHCO3 1%)
10. Asam cuka 1%
11. Salep levertan, salep boor
12. Boorwater
13. Obat-obat pereda rasa sakit
G. Penggunaan Peralatan Kerja di Laboratorium dan Fungsinya
Untuk mencegah atau mengatasi terjadinya kecelakaan bila bekerja dengan
alat atau zat berbahaya, diperlukan alat-alat pelindung baik untuk melindungi
tubuh maupun untuk mengatasi bahaya kebakaran.
Peralatan untuk keselamatan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok
sebagai berikut:
1. Alat yang digunakan sebagai pelindung bagian tubuh, misalnya:
a. Kacamata pelindung
b. Sarung tangan
c. Jas laboratorium
d. Masker/penutup hidung
2. Alat yang digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi kecelakaan
yang tidak biasa, misalnya:
a. Pemadam kebakaran
b. Botol pencuci mata
Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat membuat larutan atau
menuangkan zat yang pekat sehingga tidak mengenai tangan. Sarung tangan
17
digunakan pula pada saat memasukkan pipa kaca pada sumbat karet atau
gabus.
Jas Laboratorium
Jas laboratorium digunakan pada saat bekerja di laboratorium. Untuk
menghindari percikan zat/asam mengenai pakaian atau bagian tubuh.
Masker/Penutup Hidung
Masker/penutup hidung dipergunakan pada saat membuat larutan atau gas
yang dapat memedihkan hidung.
18
DAFTAR PUSTAKA
Andrew,H.G dkk; 1976. Safeguards in the School Laboratoriumoratory;
Association for Scince Education.
Anna Poedjiadi. (1984). Buku Pedoman Praktikum dan Manual Alat
Laboratorium Pendidikan Fisika. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Archenhold W.F et al. 1978. School Science Laboratoriumoratories, A
handbook of design, management and organization, London:
John Murray
Bartholomew, Rolland B and Crawlwey, Frank E, 1980, Science
Laboratoriumoratory
Brown, Byron C. (2004). Enviromental Health and Safety. Medical College of
Georgia.
Corder, Antony, 1988 Teknik Manajemen Pemeliharaan ( diterjjemahkan oleh
Kusnul Hadi). Jakarta Erlangga
Creedy, John. (1978). A Laboratoriumoratory Manual for Schools and Colleges.
London : Heinemann Education Books Limited.
Curran, Gregory L. (2001). Science Help Online Chemistry. Fordham
Preparatory School.
Dana, Charles A. (2002). Science Facilities Standards. Texas Education
Agency.
Depdilbud. (1993). Buku Katalog Alat Laboratorium IPA untuk SMP dan SMA.
Jakarta : Dikmenum.
Djupripadmawinata, et al. (1981). Pengelolaan Laboratorium IPA-II (Lanjutan).
Jakarta : P3G.
Education Department. (1995). Science Laboratoriumoratories. Physical and
Biological Sciences Section Advisory Inspectorate.
19
Grover, Fred and Wallace, Peter. (1979). Laboratoriumoratory Organization and
Management. London : Butterworths.
Hawkins, M.D. 1983. Technick Safety Laboratoriumoratory Practice, London:
Easelt Ltd
Herliawatie,Lenny. 1990.” Cara Membuang Limbah Fisika” Makalah; Bandung:
PPPG IPA
Hernandez, Sonia, et al. (1999). Science Safety Handbook for California Public
School. Sacramento : California Department of Education.
Kartoyo, et all 1978 Laboratoriumoratory management and Techniques for
scihool and colleges, Kualalumpur : Anthonian (RECSAM)
Medical College of Georgia. (2001). Chemical Saftey Guide for
Laboratoriumoratories. Environmental Health & Saftey Division.
Moejadi, dkk. 1985. Petunjuk Pengelolaan Laboratorium Fisika Untuk SMA,
Jakarta : Depdibud.
Moh. Amien. (1984). Buku Pedoman Praktikum dan Manual Laboratorium
Pendidikan IPA Umum (General Science). Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Mohamad, Kartono. 1983. Pertolongan Pertama; Jakarta : PT. Gramedia.
Momo Rosbiono (2004). Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan Fisika,
Jakarta: Dikmenjur.
Sarosa Purwadi dan Tobing, R.L., eds. Moedjiadi et al. (1981). Pengelolan
Laboratorium IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Soendjojo Dirdjosoemarto dan Iswojo PIA. (1985). Pengelolaan Laboratorium
IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.