5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum … · terletak di bagian Selatan dengan ketinggian...

13
33 5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50’ – 70 50’ lintang selatan dan 1040 48’-1080 48’ bujur timur, dengan batas wilayah 1. Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta; 2. Timur : Provinsi Jawa Tengah; 3. Selatan: Samudra Indonesia; 4. Barat : Provinsi Banten. Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas 3,701,061.32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 Km. Secara administratif sejak tahun 2008, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupaten/kota terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatandan 5,877 desa/kelurahan. Menurut data BPS Jawa Barat, daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9.5 persen dari total luas wilayah Jawa Barat)

Transcript of 5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Gambaran Umum … · terletak di bagian Selatan dengan ketinggian...

33

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50’ – 70

50’ lintang selatan dan 1040 48’-1080 48’ bujur timur, dengan batas

wilayah

1. Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta;

2. Timur : Provinsi Jawa Tengah;

3. Selatan: Samudra Indonesia;

4. Barat : Provinsi Banten.

Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk

terbanyak di Indonesia. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah

daratan seluas 3,701,061.32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 Km.

Secara administratif sejak tahun 2008, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa

Barat berjumlah 26 kabupaten/kota terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota

dengan 625 kecamatandan 5,877 desa/kelurahan.

Menurut data BPS Jawa Barat, daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas

wilayah pegunungan curam (9.5 persen dari total luas wilayah Jawa Barat)

34

terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1,500 m di atas

permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai (36.48 persen)

terletak di bagian tengah dengan ketinggian 10-1,500 m dpl. Tutupan lahan

terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran (22.89 persen dari luas

wilayah Jawa Barat), sawah (20.27 persen), dan perkebunan (17.41 persen).

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan Jawa Barat memenuhi syarat

untuk tumbuh, karena umumnya tanaman jagung (Zea mays L) memiliki

daya adaptasi yang baik di derah tropis seperti di Indonesia.

Jumlah penduduk provinsi Jawa Barat pada tahun 2011 mencapai

46,497,175 jiwa. Proporsi pekerja sendiri menurut lapanganpekerjaan

merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian

dalam menyerap tenaga kerja. Hal lain dapat pula mencerminkan struktur

perekonomian suatu wilayah. Sebagian besar penduduk Jawa Barat yang

bekerja pada tahun 2010, memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor

Pertanian. Persentase penduduk yang bekerja pada sektor pertanian

disajikan pada Tabel 7.

Terlihat dalam tabel 7 jumlah tenaga kerja menurut sektor bahwa

sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 23,40% dari total penduduk

di Jawa Barat dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertanian

masih menjadi andalan bagi penduduk Jawa Barat. Sektor pertanian masih

merupakan sector penting sebagai penggerak roda perekomian. Jagung

merupakan salah satu potensi besar yang dapat memberikan kontribusi

didalam perekonomian masyarakat Jawa Barat apabila dapat dikembangkan

dengan baik.

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Jawa Barat

Sektor Laki-Laki Presentase Perempuan Presentase Jumlah

Pekerjaan ( Orang) (%) ( Orang) (%) ( Orang)

Pertanian 2.732.047 23,78 1.232.196 22.59 3.964.266

Industri 2.079.571 18,10 1.309.716 24.01 3.389.305

Perdagangan 2.534.128 22,06 1.672.761 30.67 4,206.911

Jasa 1.617.808 14,08 1,039,364 19.05 2.657.186

Lainnya 2.524.053 21,97 200.800 3.68 2.724.874

Jumlah 11.487.607 100 5.454.837 100 16.942.544 Sumber : BPS (2012)

Gambaran Umum Kabupaten Garut

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada

koordinat 6º56'49 - 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8 - 108º7'30 Bujur

Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar

306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Utara: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang

2. Timur: Kabupaten Tasikmalaya

3. Selatan: Samudera Hindia

4. Barat: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota

Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah

35

penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh

karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam

memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus

berperan di dalam pengendalian keseimbangan lingkungan.

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan

sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate). Bulan basah

di Kabupaten Garut terdiri dari 9 bulan dan bulan kering 3 bulan. Kabupaten

Garut sangat baik bila dijadikan sentra pertanian karena iklim yang

mempengaruhi pertumbuhan tanman jagung (Zea mays L) antara lain adalah

curah hujan > 1200 mm (S1), suhu 20 – > 26 oC dan penyinaran (Warisno,

2007).

Kabupaten Garut merupakan wilayah yang sangat kaya sumberdaya

alam. Wilayah seluas 3.065 km2 tersebut dihuni oleh 2.737.526 jiwa

penduduk (BPS, 2012), atau dengan kepadatan penduduk 893 jiwa per km2.

Secara administrasi saat ini Kabupaten Garut terbagi menjadi 42 kecamatan,

21 kelurahan dan 403 desa. Sebagian besar pendapatan masyarakat Garut

didapatkan dari pertanian (39%) dan perdagangan Pariwisata (23%). Dari

data jumlah tenaga kerja tersebut bisa disimpulkan bahwa pennduduk Garut

mengandalkan pendapatan dari bertani, sejauh ini Kabupaten Garut

merupakan penghasil nomor satu untuk komoditas jagung. Dinamika rantai

pasok jagung di Jawa Barat akan terekam jelas di Kabupaten Garut,

sehingga Kabupaten Garut dapat mewakili Jawa Barat untuk daerah

penelitian.

36

Gambar 10. Peta Wilayah Garut

Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja di Garut

Laki-Laki Presentase Perempuan Presentase Jumlah Presentase (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%)

Pertanian 249210.17 37,07 140921 44.87 387438 39,23 Pertambangan 559039.03 0,83 483 0.14 6320 0.64 Industri 61022.8146 9,06 32882 10,49 93427 9.46 Listrik, Gas, Air 26941.64 0,40 31657 0,08 3061 0.31 Konstruksi 57789.8178 8,58 534 0,17 61725 6.25 Perdagangan dan Pariwisata

138614.7378 20,58 83353 26,54 219545 22.23

Perhubungan 55769.1948 8,28 1099 0,35 60047 6.08 Keuangan 35697.673 0,53 1256 0,40 4839 0.49 Jasa 8756.033 13,45 50030 15,93 139647 14.14 Lainnya 8149.8461 1.21 3267 1.04 11456 1.16 Jumlah 673541 100,00 345438 100,00 987607 100,00

Jenis Bidang Pekerjaan

Sumber BPS, 2013

37

Gambaran Umum Kabupaten Majalengka

Kabupaten Majalengka secara geografis terletak di bagian Timur

Propinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 1080 03’ – 1080 19’ Bujur

Timur, Sebelah Timur 1080 12’ – 1080 25’ Bujur Timur, Sebelah Utara

antara 60 36’ – 60 58’ Lintang Selatan dan Sebelah Selatan 60 43’ – 70 03’

Lintang Selatan. Kabupaten Majalengka secara administratif berbatasan

dengan wilayah :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya

3. Sebelah Timur :Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan

4. Sebelah Barat : Kabupaten Sumedang

Luas wilayah Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 Km2, atau hanya

sekitar 2,71 % dari luas Wilayah Provinsi Jawa Barat (yaitu kurang lebih

44.357,00 Km2) yang terdiri dari 26 kecamatan. Luas wilayah tersebut

dibagi tiga daerah yaitu wilayah pegunungan 40,03%, wilayah perbukitan

31,27% dan wilayah dataran rendah 28,70 persen. Di Majalengka sendiri

wilayahnya sebagian besar merupakan persawahan, penanaman jagung (Zea

mays L) umunya dilakukan dilahan kering (tegalan) danlahan basa (sawah).

Penanaman jagung di lahan sawah umumnya dilakukan pada musim kemrau

setelah panen tanaman padi. Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi

yang baik terhadap berbagai jenis tanah (Warisno, 2007).

Dengan luas wilayah tersebut Kabupaten Majalengka dihuni oleh

1.165.795 jiwa terdiri atas 582.229 jiwa laki-laki dan 583.566 jiwa

perempuan. Sumber pendapatan masyarakat Majalengka 38% dari sektor

pertanian, baik sebagai petani penggarap ataupun pemiliki lahan. Sektor

berikutnya adalah sektor perdagangan, banyak warga Majalengka yang

berdagang di Cirebon. Sektor pertanian di Majalengka masih menjadi ujung

tombak kegiatan perekonomian selain perkebunan Majalengka terkenal

sebagai penghasil padi dan jagung. Sekarang ini Majalengka menjadi

kabupaten dengan produksi kedua tertinggi untuk komoditas Jagung setelah

Kabupaten Garut.

38

Gambar 12 Peta Wilayah Kabupaten Majalengka

Berdasarkan hasil penelitian pada seluruh responden di wilayah

penelitian memperlihatkan petani jagung di Provinsi Jawa Barat berusia

antara 15 s.d 64 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa petani jagung adalah

usia produktif. Usia minimal yang ditemukan adalah 26 tahun, hal ini

39

mengindikasikan bahwa usia dibawah 26 tahun jarang ditemukan petani

atau buruh tani karena usia tersebut mereka beralih profesi tidak menjadi

petani, maka tidak heran apabila tenaga kerja pertanian semakin sulit.

Tingkat pendidikan sendiri masih rendah tidak tamat SD hingga SD

mencapai 80% dari total responden sementara petani yang tamat SMA

menjadi PNS dan Guru.

Tabel 9. Jumlah Tenaga Kerja di Majalengka

Mata Pencaharian Jumlah Tenaga Kerja Presentase

(Orang) (%)

Pertanian 211750 38.66

Pertambangan /

Penggalian

4401 0.80

Industri 80096 14.62

Listrik Air dan Gas 899 0.16

Bangunan 29610 5.406

Perdagangan 127898 23.35

Angkutan / Komunikasi 24315 4.43

Jasa 65920 12.03

Lainnya 2790 0.50

Total 547679 100% Sumber : BPS (2011)

Karakteristik Petani Jawa Barat

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman terhadap

inovasi teknologi, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah penelitian

teknologi masih sulit dipahami dan diterapkan, padahal di wilayah

penelitian petani masih di usia produktif yang mampu merespon dengan

cepat teknologi dan inovasi.

Pengalaman bertani di wilayah jawa barat sendiri bisa dibilang tinggi

karena pengalaman usaha tani berpengaruh juga terhadap respon inovasi dan

teknologi, ini terbukti dengan adopsi penggunaan benih hibrida yang

mencapai 85% (Dinas Pertanian Jawa Barat, 2010). Faktor umur,

pendidikan, dan pengalaman berusaha tani mempunyai peranan penting bagi

petani dalam mengembangkan usaha taninya baik dari segi produksi

maupun produktivitas. Sebab dalam usia produktif, tingkat pendidikan dan

pengalaman yang memadai, petani akan lebih rasional dalam mengambil

keputusan untuk memilih jenis komoditas dan skala usahanya. Status

usahatani jagung sebagai mata pencaharian sampingan atau utama akan

mempengaruhi sikap petani dalam menentukan komoditas usahatani amna

yag akan menjadi prioritas untuk dapat memberikan perhtaian alokasi

sumberdaya yang besa dan yang kecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kepemilikan lahan jagung

petani di wilayah penelitian masih relatif kecil di mana luas yang paling

besar yaitu 1,4 hektar dengan sebaran lahan 0,3 hektar-0,4 hektar.

Umumnya lahan dimiliki sendiri namun terdapat beberapa petani

menyewakan lahan untuk digarap, namun petani penggarap pun selalu

memiliki lahan sendiri selain menyewa lahan kepada orang lain.

40

Tabel 10. Karakteristik Petani Pada Penelitian

Karakteristik Petani Jumlah Persentase Karakteristik Petani Jumlah

Presentase

(Orang) (%)

A. Jenis Kelamin

a.Pria 48 80

b.Wanita 12 20

B. Usia

a.<15 Tahun 0 0

b.15-64 Tahun 54 90

c.>65 Tahun 6 10

C. Lama Pendidikan

a.0-6 tahun 48 80

b.7-9 tahun 9 15

c.>9 3 5

D. Pengalaman Bertani

a.< 10 tahun 12 2

b.11 s.d 20 tahun 34 55.7

c.21 s.d 30 tahun 8 1.3

d.> 30 tahun 6 1

Karakteristik Usahatani

Semakin tinggi tingkat ekonomi petani maka semakin luas lahan

untuk menanam. Dari hasil penelitian menunjukan petani menanam jagung

di lahan darat sebanyak 50% dan di lahan sawah 50%. Lahan darat biasanya

merupakan lahan tadah hujan dan biasanya merupakan lahan dataran tinggi,

petani di daerah ini menanam jagung ditumpang sari dengan cabe rawit atau

tomat. Petani yang memiliki lahan sawah dibagi dua kedalam sawah tadah

hujan dan sawah irigasi, di lahan ini petani hanya bisa menanam jagung di

kuartal terahir karena kuartal awal dan tengah lahan ditanam padi. Dalam

satu tahun 70% petani menanam jagung hanya satu kali dan sisanya dua

kali. Waktu panen petani yaitu pada awal tahun 30%(Februari-April), 50%

di akhir tahun (Oktober-November), dan 20% dua kali di awal tahun dan

pertengahan tahun (Juli-Agustus). Karakteristik petani Jawa Barat dapat

dilihat pada Tabel 11.

Pada Tabel 11 terdapat keterangan bahwa sebanyak 40% petani

memiliki luas tanah hingga 3000 m2, perlu diperhatikan bahwa tidak

seluruhnya tanah bisa dipakai untuk menanam jagung. 50% petani yang

menanam jagung memiliki lahan darat, sedangkan 30% lahan yang dimiliki

petani adalah lahan sawah tadah hujan, dan hanya 20% petani yang

memiliki lahan dengan pengairan dengan irigasi.

Frekuensi tanam petani pertahun bervariasi dari satu kali hingga tiga

kali. Petani Jawa Barat 70% nya menanam jagung hanya satu kali pertahun

dan 30% nya menanam jagung dua kali pertahun. Frekuensi tanam

tergantung ketersediaan air, karena kebanyakan petani mengandalkan hujan

41

untuk pengairan di lahan maka tidak ada petani yang dapat menanam jagung

hingga tiga kali pertahun.

Tabel 11. Karakteristik Usahatani Petani Jawa Barat

Karakteristik Usaha tani

Jumlah Petani Persentase

( Orang) (%)

A. Luas Lahan (Meter Persegi)

a.1200-3200

22 36.4

b.3201-5200

24 40

c.5201-7200

10 16.6

d.7201-9200

2 3.4

e.9200-11200

1 1.7

f.>11200

1 1.7

B. Jenis Lahan

a.Lahan Darat

30 50

b.Sawah Irigasi

12 20

c.Sawah Tadah Hujan

18 30

C. Frekuensi Tanam Pertahun

a.1 kali

42 70

b.2 kali

18 30

D. Waktu Panen

a.Awal Tahun

30 50

b.Awal dan Tengah Tahun

30 50

E. Harga Jual Jagung

a.Rp.2600/Kg-Rp.2800/Kg

19 31.7

b.Rp.2801/Kg-Rp.3200/Kg

39 65

c.>Rp. 3200/Kg

2 3.3

Waktu panen yang dilakukan petani bervariasi antara awal tahun,

pertengahan tahun, dan akhir tahun. Petani di Jawa Barat memanen jagung

50% di awal tahun, 50% di awal tahun dan pertengahan tahun. Tidak ada

petani yang memanen jagung di 4 bulan terakhir akhir tahun, ini

dikarenakan ada pergiliran tanaman dengan padi yang ditanam antara

pertengahan hingga akhir tahun.

Harga jual jagung di tingkat petani pada tahun 2013 berkisar dari

Rp. 2600/ Kg s.dRp.3300/ Kg. Biasanya petani yang panen di awal musim

panen raya akan mengalami harga rendah sementara petani yang panen di

akhir musim panen raya akan mendapatkan harga jagung yang tinggi.

Selain karena waktu panen, harga yang diterima oleh petani dipengaruhi

oleh jarak kebun dan tempat tinggal petani ke kota, semakin jauh tempat

tinggal petani dari kota maka harga yang diterima petani akan semakin

rendah. Selain faktor jarak, faktor hutang juga mempengaruhi harga yang

diterima oleh petani, beberapa petani yang memiliki hutang dengan nominal

yang besar kepada pedagang perantara menerima harga yang rendah,

42

biasanya harga tersebut diterima oleh petani setelah hutangnya dikurangi

oleh pedagang perantara, hitungannya sendiri biasanya tidak begitu jelas.

Budidaya Jagung di Wilayah Jawa Barat

Jagung di Jawa Barat dibudidayakan oleh petani pada awalnya

adalah untuk menggantikan kedelai dimana pada saat itu harga kedelai

jatuh sehingga pemerintah memberikan alternatif tanaman yang memiliki

harga lebih tinggi dari jagung. Jagung di Jawa Barat sendiri adalah jagung

tanaman pangan atau palawija bukan hortikultura, varietas yang dipakai

adalah jagung gigi kuda.

Sarana Produksi Pertanian

Di wilayah Jawa Barat sarana produksi jagung terbilang masih

tradisional, dari mulai pengolahan tanah hingga panen petani belum

menggunakan alat pertanian yang modern. Sarana yang dimiliki petani

hanya berkisar dari pacul, arit, penyemprot, dan tangan saja. Sementara

untuk pasca panen sebagian petani sudah menggunakan mesin pemipil

untuk memipil jagung.

Gambar 13. Jagung di Lahan Kering

Untuk benih, petani lebih memilih jagung dengan benih hibrida.

Menurut Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat, sudah sekitar 80 % petani di

Jawa Barat saat ini menggunakan benih hibrida. Benih hibrida sendiri

43

didapat petani dari bandar, took pertanian, maupun bantuan pemerintah.

Ada perbedaan penggunaan benih antara dataran tinggi dan dataran rendah.

Gambar 14 Benih Jagung Hibrida P21

Pupuk yang digunakan oleh petani berkisar antara urea, NPK, TSP,

dan Phonska. Penggunaan pupuk oleh petani berkisar antara 2 hingga 3

kali. Harga pembelian relative setiap daerah antara Rp.1800-Rp.2200/Kg

untuk urea, TSP Rp. 2600/kg-Rp.2800/kg, Phonska Rp.2500/Kg dan NPK

Rp.2500/Kg Ketersediaan pupuk tersebut dibantu oleh bandar yang

menyalurkan dengan cara kredit kepada petani atau toko pertanian dengan

jaminan kelompok tani yang menaungi para petani tersebut. Pupuk-pupuk

tersebut merupakan pupuk yang masih disubsidi oleh pemerintah.

Media tanam petani di Jawa Barat ada dua yaitu lahan darat dan

lahan sawah. Lahan darat di Jawa Barat sendiri adalah lahan tadah hujan,

sementara untuk lahan sawah menggunakan sawah tadah hujan atau sawah

irigasi. Lahan darat kebanyakan digunakan untuk menanam jagung

sebanyak 2 kali per tahun, sedangkan untuk lahan sawah digunakan

menanam jagung hanya satu kali setahun.

Hama jagung di Jawa Barat sendiri relative sedikit, di dataran tinggi

seperti Garut hampir tidak ada hama untuk jagung, sementara di Majalengka

dan daerah lahan sawah lainnya hama yang paling banyak adalah belalang.

Hama yang menyerang tanaman jagung biasanya berasal dari tanaman lain

sisa rotating cropping atau multiple cropping seperti padi atau cabe merah.

44

Gambar 15 . Urea, Phonska/NPK, dan TSP

Tabel 12. Alat dan Waktu Yang Diperlukan Untuk Budidaya Jagung

Aktivitas Budidaya Alat Waktu

Pengolahan Tanah Cangkul 44 jam/ha

Penanaman Manual/Tanga 60 jam/ha

Pemupukan Manual/Tanga 44 jam/ha

Pembumbuman Manual/Tanga 176 jam/ha

Penyiangan Manual / Arit 160 jam/ha Sumber: Kementan (2011)

Proses budidaya pada jagung di Jawa Barat masih menggunakan

tenaga manusia, proses budidaya terdiri dari pengolahan tanah, penanaman,

pembumuman, pemeliharaan, dan pemupukan. Pengolahan tanah untuk

menanam jagung diawali dengang membersihkan rumput liar sebelum

digemburkan. Penggemburan dilakukan dengan menggunakan cangkul.

Pengolahan tanah menghabiskan 25 HOK Pria dan 5 HOK wanita per

hektar dengan upah variatif berkisar antara Rp. 30.000-Rp.45.000 untuk pria

dan Rp. 20.000-Rp. 40.000 untuk wanita per HOK. Di beberapa daerah di

Jawa Barat biasanya pengolahan tanah diborongkan dengan biaya Rp.

1000.0000-Rp.1500.000 per hektar. Setelah pengolahan tanam, maka tanah

pun siap untuk ditanami benih, proses penanaman benih ini memakan

tenaga 12 HOK Pria dan 12 HOK wanita per hektar dengan, biasanya 7 hari

45

setelah mengolah tanah petani lalu memupuk dengan Phonska dan Urea atau

dengan NPK tergantung jenis tanah yang mereka miliki. Alat dan waktu

yang diperlukan untuk proses penanaman jagung dapat dilihat pada Tabel

12.

Gambar 16 Persiapan Panen Jagung

Tahap selanjutnya adalah pembumbunan, dimana pembumbunan ini

dilakuakn bersamaan dengan pemupukan yang kedua dan penyiangan.

Pembumbuman dan pemupukan dilakukan oleh 12 HOK Pria dan 12 HOK

wanita per hektar. Pemupukan, Pembumbunan, dan Penyiangan dilakukan

3-4 Hari dengan 24 HOK pria dan wanita (tergantung tenaga kerja yang ada

di setiap kampong) per hari.. Di sebagian wilayah dataran rendah jagung

biasanya dipupuk tiga kali sekaligus dilakukan pembumbunan dan

penyiangan. Jarak antara waktu pupuk pertama, kedua, dan ketiga biasanya

3 minggu yaitu pada minggu petama, keempat dan minggu ketujuh dari

waktu pengolahan tanah.

Panen dan Pasca Panen

Masa panen jagung di Jawa Barat adalah 3 bulan setelah tanam

karena petani jagung menggunakan bibit yang panennya lebih dari 100 hari.

Cara panen jagung petani di Jawa Barat masih sederhana yaitu

menggunakan tangan. Untuk panen sendiri memerlukan 30-40 HOK pria

dan wanita tergantung kondisi lahan yang digarap. Tenaga pria biasanya

digunakan untuk mengangkut jagung dari kebun kerumah. Sedangkan

tenaga wanita biasanya digunakan untuk mengambil jagung dari batang

jagung untuk dibersihkan dari bungkusnya.

Setelah panen, jagung di Jawa Barat memerlukan perlakuan pasca

panen. Walaupun masih sederhana, namun ini adalah syarat mutlak agar

jagung bisa dijual ke bandar. Jagung yang dijual ke bandar haruslah

berbentuk pipilan, maka dari itu petani memerlukan besaran biaya yang

dikeluarkan untuk proses perlakuan pasca panen ini. Proses setelah panen

antara lain memipil dan menjemur yang biayanya berkisar antara Rp.50/kg

dan dilakukan selama 3 hari apabila memipil manual dan 2 jam apabila

dengan mesin pipil, sementara untuk jemur tradisional memerlukan waktu 4