Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa...

11
- 1 - Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari Tumpangsari Selama Daur dengan Tanaman Herba Oleh: Priambudi Santoso SUMMARY In 1995 the villagers of Klangon East Java amounted 469 participanls or 61 percent of the total households participated in agroforestry with iles-iles (Amorphophallus Spp.) herbs. The total harvest was 200 tons from the area of 198 ha. Each participant earned an average additional income Rp. 297.210, per year (US$ 129.2) or 21.4% to total income. Although the situation in rural areas af Korea differed from that of Indonesia, the wild edible herbs of Ligularia fisheri and Pimpinella brachycarpa in Pyungchang national forest could support the additional income of the collectors around W 277,070 (US$ 307.9) or 4.2% to total annual income. I1es-iles herb produced in Klangon villages as an export commodity showed a good figure during the last five years. The utilization, marketing, cultivation and processing are expected to be developed by Perum Perhutani in Java, Indonesia, especially to the neighboring Forest Ranger District Tritik in the East and Klino in West of Klangon Forest Ranger District, namely agroforestry practice under the older forest stands. To achieve those goals, cultivation in the field must be of the intensive agroforestry. Also in connection with more positive multiplier effects and value added from agroforestry practice as hard as possible, Perum Perhutani must be consider looking for subsidy or credit, also the small scaled-household industries for herbs processing should be stimulated too. Pada tahun 1995, jumiah penduduk Indonesia mencapai 194 juta. Khusus di pulau Jawa, kepadatan penduduknya mencapai sekitar 868 orang/km2, lebih dari 80% bermukim di pedesaan, kebanyakan mereka adalah petani yang tidak berlahan atau berlahan sangat sempit. Selain itu, di pedesaan lapangan kerja di luar pertanian masih terbatas dan cukup sulit mendapatkannya. Di lain pihak, pada tahun 1994 luas lahan kritis di luar dan didalam kawasan hutan di Jawa menunjukkan lebih dari satu juta hektar. Hal seperti itu, antara lain disebabkan oleh 1) masih banyaknya penduduk bermukim di kawasan rawan erosi, tanah longsor, dan bahaya banjir, 2) sebagian dari mereka masih hidup di bawah garis kerniskinan, dan 3) masih banyak pula keluarga pedesaan yang menggantungkan kehidupan sehari-harinya pada hutan di sekitarnya. Permasalahan seperti itu tidak hanya menyulitkan keluarga pedesaan yang bersangkutan, tetapi secara nasional juga makin mempersulit pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber-sumber alam itu sendiri. Kasus pada Praktek Tumpanlgsari di Desa Klangon, KPH Saradan, Jawa Timur, Indonesia dan Pengumpulan dari Hutan Alam di Gunung Gariwang, Pyungchang, Korea Selatan. - Telah dimuat pada DUTA RIMBA/November-Desember/209-210/XXIII/1997.

Transcript of Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa...

Page 1: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 1 -

Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari Tumpangsari Selama Daur dengan Tanaman Herba∗

Oleh: Priambudi Santoso

SUMMARY

In 1995 the villagers of Klangon East Java amounted 469 participanls or 61 percent of the total households participated in agroforestry with iles-iles (Amorphophallus Spp.) herbs. The total harvest was 200 tons from the area of 198 ha. Each participant earned an average additional income Rp. 297.210, per year (US$ 129.2) or 21.4% to total income. Although the situation in rural areas af Korea differed from that of Indonesia, the wild edible herbs of Ligularia fisheri and Pimpinella brachycarpa in Pyungchang national forest could support the additional income of the collectors around W 277,070 (US$ 307.9) or 4.2% to total annual income. I1es-iles herb produced in Klangon villages as an export commodity showed a good figure during the last five years. The utilization, marketing, cultivation and processing are expected to be developed by Perum Perhutani in Java, Indonesia, especially to the neighboring Forest Ranger District Tritik in the East and Klino in West of Klangon Forest Ranger District, namely agroforestry practice under the older forest stands. To achieve those goals, cultivation in the field must be of the intensive agroforestry. Also in connection with more positive multiplier effects and value added from agroforestry practice as hard as possible, Perum Perhutani must be consider looking for subsidy or credit, also the small scaled-household industries for herbs processing should be stimulated too. Pada tahun 1995, jumiah penduduk Indonesia mencapai 194 juta. Khusus di pulau Jawa, kepadatan penduduknya mencapai sekitar 868 orang/km2, lebih dari 80% bermukim di pedesaan, kebanyakan mereka adalah petani yang tidak berlahan atau berlahan sangat sempit. Selain itu, di pedesaan lapangan kerja di luar pertanian masih terbatas dan cukup sulit mendapatkannya. Di lain pihak, pada tahun 1994 luas lahan kritis di luar dan didalam kawasan hutan di Jawa menunjukkan lebih dari satu juta hektar. Hal seperti itu, antara lain disebabkan oleh 1) masih banyaknya penduduk bermukim di kawasan rawan erosi, tanah longsor, dan bahaya banjir, 2) sebagian dari mereka masih hidup di bawah garis kerniskinan, dan 3) masih banyak pula keluarga pedesaan yang menggantungkan kehidupan sehari-harinya pada hutan di sekitarnya. Permasalahan seperti itu tidak hanya menyulitkan keluarga pedesaan yang bersangkutan, tetapi secara nasional juga makin mempersulit pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber-sumber alam itu sendiri.

∗ Kasus pada Praktek Tumpanlgsari di Desa Klangon, KPH Saradan, Jawa Timur, Indonesia dan

Pengumpulan dari Hutan Alam di Gunung Gariwang, Pyungchang, Korea Selatan. - Telah dimuat pada DUTA RIMBA/November-Desember/209-210/XXIII/1997.

Page 2: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 2 -

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Departemen Kehutanan, Perum Perhiitani, serta lembaga-lembaga pemerintah dan swasta, berupaya keras menangani permasalahan tersebut. Salah satu program yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani adalah praktek tumpangsari di kawasan hutan selama daur tanaman pokok kehutanan. Sebagai tambahan informasi adalah kasus di pdesaan sekitar hutan di Korea Selatan. Walaupun kondisi pedesaan, di Korea Selatan berbeda dengan di Indonesia, seperti halnya tingkat kemakmuran penduduknya, teknologi dan mekanisasi pertanian, ketersediaan sarana dan prasarana, dan juga tingkat ketergantungan masyarakat desa pada hutan, namun studi ini ingin mengetahui lebih jauh tentang peran tanaman herba pada praktek tumpangsari di kawasan hutan, terhadap pendapatan keluarga di desa Klangon, Jawa Timur, Indonesia dan pengumpulan tanaman herba liar dari hutan negara di Gunung Gariwang, Pyungchang, Korea Selatan oleh keluarga desa Haanmi-ri. Secara rinci tujuan studi ini adalah 1) untuk mengetahui berapa banyak keluarga pedesaan turut serta dalam praktek tumpangsari selama daur dengan tanaman herba di RPH Klangon, KPH Saradan, 2) membandingkan porsi tambahan pendapatan dari tanaman herba bagi keluarga pedesaan di tepian hutan, antara desa Klangon di Jawa, Indonesia dan desa Haanmi-ri di Gunung Gariwang, Pyungchang, Korea Selatan, 3) untuk mengetahui prospek praktek tumpangsari selama dam tanaman kehutanan dengan tanaman herba di RPH Klangon, KPH Saradan dan 4) memberikan pemecahan-pemecahan permasalahan, khususnya yang ada di desa Klangon, Jawa Timur, Indonesia. BAHAN DAN METODA Keadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian 400-600 m di atas permukaan laut, sekitar 10 km di sebelah utara Saradan, atau sekitar 160 km sebelah barat Surabaya. Desa ini berada di dalam kawasan hutan Perum Perhutani KPH Saradan. Di sebelah utara adalah kawasan hutan lindung Gunung Pandan, di sebelah selatan hutan tanaman jati dan sono, di sebelah barat berbatasan dengan RPH Klino, KPH Bojonegoro, dan di sebelah timur berbatasan dengan RPH Tritik, KPH Nganjuk. .

Page 3: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 3 -

Pada tahun 1995, jumlah keluarga yang bermukim di desa Klangon berjumlah 773 dengan total penduduk sebanyak 2.870 orang, 1.447 laki laki dan 1.423 perempuan. Pada waktu itu jumlah total anggota KTH yang turut serta dalam praktek tumpangsari selama daur sebanyak 469 orang dengan luas total tanaman tumpangsari mencapai 198 ha pada delapan petak hutan (94,95, 96, 97, 133, 134, 135 dan 136). Petak-petak hutan yang digunakan praktek tumpangsari selama daur sebagian besar adalah hutan tanaman sono (97%). Semua peserta tumpangsari mnenanam herba tahan naungan, yaitu : iles-iles sebagai tanaman utama, dan sebagian kecil menanam empon-empon famili Zingiberaceae (temulawak, kunyit dan bangle) sebagai tanaman pembatas andil dan/atau tanaman tepi jalan. Untuk itu dalam studi ini difokuskan pada tanaman iles-iles. Mata peneaharian utama penduduk (91 %) adalah pertanian dan peternakan, sisanya bekerja sebagai pegawai pemerintah, pedagang, buruh bangunan, dan pengrajin. Pengumpulan dan Analisis Data Data pokok untuk study ini dikumpulkan pada bulan Agustus 1996 dan F ebruari 1997, di desa Klangon, KPH Saradan, Jawa Timur, Indonesia. Sebanyak 30 keluarga telah diwawancarai, dipilih secara acak dari 469 keluarga yang turut serta dalam praktek tumpangsari. Selain itu, data penunjang dikumpulkan melalui 1) studi pustaka, dan laporan-laporan, 2) wawancara bebas dengan pimpinan desa dan tokoh-tokoh masyarakat, 3) pengamatan terhadap kondisi pemasaran hasil tumpangsari dan kondisi hutan di sekitar tempat studi. Kemudian untuk penghitungan porsi pendapatan dari praktek tumpangsari dari keluarga tidak berlahan sampai yang berlahan, dilakukan pengelompokkan data sebagaimana metoda. yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik, yaitu : 1) kelompok I (>0.50 ha), 2) kelompok II (0.26-0.50 ha), 3) kelompok III (0.01-0.25 ha), dan 4) kelompok IV (tidak berlahan). Selanjumya untuk mengetahui variabel-variabel independen yang mempengaruhi pendapatan keluarga dari praktek tumpangsari dilakukan analisis regresi. Sebagai tambahan perbandingan, khususnya untuk porsi tambahan pendapatan dari tanaman herba, studi kasus telah dilaksanakan selama 19 hari pada musim semi (antara bulan Mei-Juni) tahun 1996 dan 1997 dengan mewawancarai 30 keluarga dari desa Haanmi-ri selaku pengumpul tanaman

Page 4: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 4 -

herba yang tumbuh liar di hutun negara Gunung Gariwang, Pyungchang, Korea Selatan. Kawasan hutan negara di Gunung Gariwang rata- rata berada di atas 1.000 m dari permukaan laut dengan suhu udara tahunan rata-rata 1,9°C sampai 1l,0°C. HASIL DAN PEMBAHASAN Peran Serta Keluarga Desa dalam Praktek Tumpangsari Pada tahun 1995, sekitar 83% penduduk di desa Klangon menggantungkan kehidupannya pada pertanian. Rata-rata luas lahan pertanian yang dimilikinya 0,4 ha. Untuk itu, mereka harus berupaya keras guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Dengan adanya praktek tumpangsari selama daur tanaman pokok kehutanan, terlihat mendapat sambutan baik dan penduduk desa Klangon berperan dengan penuh antusias. Apalagi setelah terbentuk KTH dan aktifnya pertemuan setiap 40 hari, hal ini membuat kemitraan kerja yang semakin serasi antara petugas lapangan Perum Perhutani dengan keluarga desa, dan diskusi dalam rangka pengembangan praktek tumpangsari dapat berjalan denlgan baik pula. Hal ini sejalan dengan "Pedoman Agroforestry dalam Program Pernutanan Sosial" oleh Perum Perhutani (1990), bahwa pembentukan dan pembinaan KTH diharapkan berperan penting dan dapat menjadi media yang efektif untuk saling berhubungan antara petugas kehutanan dengan masyarakat desa sekitar hutan. Pada tabel l di bawah terlihat bahwa mulai tahun 1991, sebanyak 80 keluarga desa Klangon turut aktif dalam praktek tumpangsari selama daur, dan pada tahun 1995 meningkat menjadi 469 keluarga atau sekitar 61 % dari jumlah total keluarga desa

Page 5: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 5 -

Page 6: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 6 -

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dari 30 contoh keluarga desa Klangon yang rata-rata jumlah anggota rumah tangganya adalah 3, 8 orang, terlihat dampak positifnya, khusus terhadap keluarga tidak berlahan dan yang berlahan sempit, dengan tambahan pendapatan dari tumpangsari dapat mengentaskan kehidupannya sehingga dapat berada di atas garis kemiskinan. Garis kemiskinan menurut Mubyarto dkk.(1992) diambil dari Sajogyo (1986) adalah pengeluaran perorangan per tahun di desa, setara dengan nilai 320 kg beras. Dari perhitungan dengan analisis regresi terhadap beberapa variabel independen yang berpengaruh pada pendapatan keluarga dari praktek tumpangsari per ha andil (Y) yaitu jumlah anggota rumah tangga (X1), luas kepemilikan lahan (X2), dan pendapatan dari luar tumpapgsari (X3), dengan menggunakan sistem SAS (Statistical Analysis System) dihasilkan persamaan regresi; Y = 446,54+84,05X1-215,14X2-0,07X3 (R2 – 0,571), dan variabel-variabel yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dari praktek tumpangsari adalah jumlah anggota rumah tangga dan luas kepemilikan lahan. Pendapatan dari Praktek Pengumpulan Tanaman Herba di Pyungchang, Korea Selatan. Hutan negara di Gunung Gariwang, Pyungchang berada rata-rata di atas ketinggian lebih dari 1.000 m dari permukaan laut. Tegakan hutannya didominasi oleh Quercus mongolica, Acer pseudosieboldianum, Acer mono, Tilia amurensis, Cronus controversa, dan Betula costata. Pada umumnya selama musim semi dari bulan Mei sampai Juni, banyak keluarga dari Pyungchang, Seoul, Suwon dan tempat-tempat lain di Korea Selatan datang ke tempat itu untuk mengumpulkan daun-daunan tanaman herba yang tumbuh liar, khususnya gomchui (Ligularia fisheri) dan cha'amnamul (Pimpinella brachycarpa) untuk digunakan sebagai sayuran segar pada waktu makan. Menurut perhitungan Lee dkk.(1994), setiap tahunnya hasil daun-daunan segar tanaman berba dari hutan negara (seluas 2.300 ha) di gunung Gariwang, Pyungchang, propinsi Kangwon adalah 40 ton untuk Ligularia fisheri dan 48 ton untuk Pimpinella brachycarpa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 30 keluarga di desa Haanmi-ri pada musim semi 1996 dan 1997 didapatkan hasil sebagai berikut; 1) rata-rata

Page 7: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 7 -

waktu pengumpulan tanaman herba setiap musim semi adalah 11 hari, dan setiap keluarga dapat mengumpulkan rata-rata sebanyak 19,3 kg/hari, 2) setiap keluarga pengumpul dapat menambah penghasilan tahunan sekitarW277.070 (US$ 307.9), berkisar antara W 13.800 sampai W 1.125.000. Tetapi porsi tambahan pendapatan terhadap pendapatan tahunan mereka hanya 4.2%, selain itu 3) kebanyakan keluarga yang datang ke hutan negara gunung Gariwang adalah juga bertamasya menikmati indahnya alam dan menghirup udara segar pegunungan bersama seluruh anggota keluarga. Prospek pemasaran basil Tumpangsari dengan Tanaman Herba Sampai dengan saat studi ini, di desa Klangon belum terdapat perusahaan atau industri rumah tangga yang mengolah hasil panen tumpangsari. Semua keluarga peserta tumpangsari menjual hasil panen umbi iles-iles segar secara langsung kepada pembeli. Dalam upaya lebih efektifnya pemasaran, Perum Perhutani telah membantu KTH menjalin hubungan kerja dengan pihak pembeli, yaitu perusahaan pengekspor kripik iles-iles.

Page 8: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 8 -

Page 9: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 9 -

diambil dari Ambar, 1990), dan dengan kegiatan tumpangsari dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja di pedesaan. Selain itu, kemitraan kerja an.tara petugas lapangan Perum Perhutani dengan keluarga desa rnenjadi makin serasi, dan prospek pemasaran hasil umbi iles-iles sebagai komoditas ekspor juga efektif dan efisien. Guna mengantisipasi kemungkinan permasalahan-permasalahan di waktu akan datang, khususnya permasalahan pedesaan di tepian hutan di pulau Jawa, antara lain; masalah kemiskinan, sulitnya mencari pekerjaan di desa, dan makin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki penduduk, kiranya praktek tumpangsari selama daur tanaman pokok kehutanan dengan tanaman herba perlu dikembangkan lebih lanjut, baik di RPH Klangon, BKPH Bojonegoro dan RPH Tritik, KPH Nganjuk. KESIMPULAN 1) Pada tahun 1995, jumlah keluarga desa Klangon yang turut aktif dalam praktek tumpangsari selama daur dengan tanaman herba tahan naungan adalah 469 atau 61 % dari jumlah total keluarga desa. 2) Setiap keluarga peserta praktek turn pangsari, rata-rata mampu menambah pendapatan tahunannya sebesar Rp.297.210,00 (US$ 129.2) atau meningkat sekitar 21,4% dart pendapatan total tahunan. 3) Dari tambahan pendapatan sebesar Rp.432.500,00 dan Rp.324.400,00 bagi keluarga yang tidak berlahan dan yang berlahan sempit, sehingga pendapatan tahunan mereka menjadi Rp. 1.448.900,00 dan Rp. 1. 145.600,00 telah mampu mengentaskan kehidupan keluarganya berada di atas garis kemiskinan. 4) Dari analisis regresi terhadap variabelvariabel independen yang berpengaruh pada pendapatan keluarga dari praktek tumpangsari per ha andil (Y) yaitu jumlah anggota rumah tangga (X1), luas kepemilikan lahan (X2), dan pendapatan dari luar tumpangsari (X3), di dapakan persamaan regresi; Y = 446,54+84,05X1-215,14X2-0,07X3 (r2=0,571), variabel-variabel yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan keluarga dari praktek tumpangsari adalah jumlah anggota rumah tangga dan luas kepemilikan lahan. 5) Walaupun situasi pedesaan di Korea Selatan sangat berbeda dengan di Indonesia, tetapi tanaman herba liar di hutan negara gunung Gariwang, yaitu Ligularia fisheri dan Pimpinella brachycarpa dapat menambah pcndapatan keluarga pengumpul dari desa Haanmi-ri sebesar W 277.070 (US$ 307.9) atau 4.2% dari total pendapatan tahunan.

Page 10: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 10 -

6) Pemasaran umbi iles-iles hasil tumpangsari sebagai komoditas ekspor adalah efektif dan efisien, sebab KTH di desa Klangon telah menjalin hubungan kerja dengan eksportir dan sebesar 75% dari nilai penjualan adalah pendapatan bersih peserta tumpangsari. 7) Memperhatikan beberapa aspek seperti pemanfaatan, penanaman, pemrosesan umbi, dan pemasarannya, kiranya aspek-aspek tcrsebut masih harus dikembangkan. Antara lain manajemen penanaman di lapangan perlu ditingkatkan sebagaimana Inmas Tumpangsari, perusahaan atau industri rumah tangga untuk pemrosesan kripik iles-iles perlu ada di desa dan pengembangan serta pemasaran hasil tanarnan empon-empon kiranya perlu dirintis mengikuti jejak pemasaran umbi iles-iles. 8) Untuk mengantisipasi kemungkinan mendatang, khususnya permasalahan pedesaan di tepian hutan di pulau Jawa, antara lain; masalah kemiskinan, sulitnya mencari pekerjaan, dan makin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki penduduk desa, praktek tumpangsari selama daur tanaman pokok kehutanan dengan tanaman herba tahan naungan dapat dikembangkan lebih lanjut, baik di RPH Klangon, KPH Saradan maupun RPH tetangganya, yaitu RPH Klino, KPH Bojonegoro dan RPH Tritik, KPH Nganjuk. 9) Akhimya, untuk lebih menjamin berhasilnya tujuan praktek tumpangsari, perlu ditingkatkap kerjasama yang saling menunjang antara para peneliti, rimbawan dan keluarga desa di tepian hutan, sehingga kegiatan penelitian, diklat, penyuluhan dan pengembangan praktek tumpangsari selama. daur tanaman kehutanan dengan tanaman herba tahan naungan dapat tercapai. DAFTAR PUS TAKA Abdurachman, A.J. and R.Effendi. 1988. Social Economics Aspect of Taungya System in KPH Ciamis, Citanduy Catchment Area. Forest Product Research Journal 5(6):360-364. Ermiati dan Laksmanahardja. 1996. Manfaat Iles-iles (Amorphophallus Spp.) sebagaj. Tumbuhan Makanan dan Industri. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Jurnal Litbang Pertanian, XV (3):74-·80. Evans, J,1992. Plantation Forestry in the Tropics. Second Edition. Clarendon Press, Oxford. 313 pp. Flash, M and F. Rumawas. 1996. Plants Yielding Non seed Carbohydrates. In Plant Resources of South East Asia. Prosea, Bogor No.9:45--50.

Page 11: Pendapatan Keluarga Desa di Tepian Hutan dari · PDF fileKeadaan Umum Tempat Studi Desa Klangon terletak pada ketinggian ... "Pedoman Agroforestry dalam Program ... berdasarkan hasil

- 11 -

Li,H. 1989. Amorphophallus Spp. in South Ez.st Asia. Procceding of the First PROSEA International Symposium, May 22~25, 1989, Jakarta, Edited by J.J.Siemonsma and N.W.Soetjipto. Pudoc Wageningcn. pp.276~277. Lee, D.K., Y.J.Ko., J.H.Youn., K.W.Kwon., S.K.Ma., G.T.Kim., J.H.Kim., S.I.Kim., J. W. Hwang and M.H. Suh. 1994. Cooperative Practical Research on Modernization of National Forest (V). Forestry Administration. pp.ll~21. Mubyarto, Soetrisno, Sudiro, S.A. Awang, Dewanta dan Santiasih. 1992. Desa dan Perhutanan Sosial. P3PK-UGM. Aditya Media.Yogyakarta. 178 pp. Perum Perhutani. 1990. Pedoman Agroforestry. PHT-62 Seri 39 Produksi Perum Perhutani. Jakarta. 137 pp. Sakai, W.S.1983. Aroid Root Crops: Alocasia, Cyrtosperma, and Amorphophallus. Pages 29~ 73 in handbook of Tropical Foods. Edited by H. T. Chan. Marcel Dekker, Ine.New York and.Basel. Suharjito, D. 1996. Perum Perhutani's Social Forestry Program: Ten Years in Review. Indonesian Joumal of Forestry, XXXI (1): 35~43. The Perum Perhutani Unit II. 1995. Forestry Statistic of Saradan Forest District. Perum Perhutani Unit II, Saradan Forest District, Madiun. 35 pp. Velvet, N. 1993. Herbs, Spieces, and Condiment. Pages 616~671 in New Crops. Edited by J. Janick and J. E. Simon. John Wiley and Sons,lnc. Wiyono, H. 1986. Studi Ekonomi Finansial Penanaman Tanaman Obat di Bawah Tegakan Jati di KPH Saradan Perum Perhutani Unit II Jatim. Tesis Sarjana Kehutanan. Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. 86 pp.