4. Dokkel M

84
Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Puskesmas Palaran Samarinda ISPA + Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) + Gangguan Perkembangan Bicara Disusun oleh: Meliana Sulistio 1010015053 Pembimbing: dr. M. Khairul Nuryanto, M.Kes Veronika Hinum, S. KM, MM dr. Kasiman LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

description

wahahaha

Transcript of 4. Dokkel M

Page 1: 4. Dokkel M

Lab Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Keluarga

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Puskesmas Palaran Samarinda

ISPA + Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) +

Gangguan Perkembangan Bicara

Disusun oleh:

Meliana Sulistio

1010015053

Pembimbing:

dr. M. Khairul Nuryanto, M.Kes

Veronika Hinum, S. KM, MM

dr. Kasiman

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

PUSKESMAS PALARAN

SAMARINDA

2016

Page 2: 4. Dokkel M

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangAnak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak

konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa.

Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang

sesuai dengan usianya. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita

karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.

Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan

orangtuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan

kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan. Pada usia prasekolah anak mengalami

lompatan kemajuan berupa fisik, sosial dan emosional.1

Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan

berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Walaupun demikian kedua

peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Sedangkan untuk tercapainya

tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya

potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan,

yaitu faktor genetik, lingkungan biofisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan

hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.2

Gangguan pertumbuhan dapat menyebabkan berbagai penyakit pada anak, salah

satunya adalah infeksi saluran pernapasan. Penyakit pada saluran pernapasan merupakan

sumber yang paling penting pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan

anak-anak kecil. ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak,

baik di negara berkembang maupun di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran

pernapasan bagian atas dan bagian bawah. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang

penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1

dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap

tahunnya. 40-60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh

kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30%. Kematian yang terbesar umumnya

adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.2,3,4

2

Page 3: 4. Dokkel M

Gangguan perkembangan pada anak seperti gangguan pemusatan perhatian dan

gangguan perkembangan berbicara. ADHD merupakan gangguan neurobehavioral pada anak

yang terbanyak, meliputi kira-kira 50% yang dirujuk ke neurologis anak, neuropsikologis,

behavioral pediatrician, dan psikiatri anak. Prevalensi gangguan ini sebesar 2,2% untuk tipe

hiperaktif-impulsif, 5,3% untuk tipe campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15,3%

untuk ADHD tipe inatensi. Terjadi pada 3-5% populasi anak dan didiagnosa 2-16% pada

anak usia sekolah. Sedangkan gangguan perkembangan berbicara terjadi pada 0,9% anak

dibawah umur 5 tahun dan 1,94% pada anak usia 5-14 tahun. Deteksi dini perlu ditegakkan

agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat

dilakukan seawal mungkin.5,6,7

1.2 Tujuan Penulisan

1. Menambah ilmu pengetahuan dan mengenai penyakit yang dilaporkan.

2. Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalakasanaan terhadap ISPA,

ADHD, dan gangguan perkembangan bicara.

3

Page 4: 4. Dokkel M

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIENNama : An. AMUmur : 7 tahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : Jl. Padat Karya RT. 10 Kel. Handil BaktiStatus Keluarga : Anak ke 3 dari 3 bersaudaraSuku : JawaAgama : IslamPendidikan : Belum sekolah

IDENTITAS ORANG TUANama Ayah : Tn. Y Nama Ibu : Ny. FUmur : 43 tahun Umur : 42 tahunSuku : Jawa Suku : BugisAgama : Islam Agama : IslamPendidikan : SMA Pendidikan : SMPPekerja an : Pegawai Swasta Pekerjaan : Tidak diketahui

IDENTITAS PENGASUH Nama Paman : Tn. S Nama Nenek : Ny. SUmur : 31 tahun Umur : 72 tahunSuku : Jawa Suku : JawaAgama : Islam Agama : IslamPendidikan : SMA Pendidikan : SDPekerja an : Pegawai Swasta PT. Borneo Karya Persada

ANAMNESISAnamnesa dilakukan pada tanggal 16 Februari 2016, pukul 17.00 WITA secara aloanamnesa dengan nenek pasien.

Page 5: 4. Dokkel M

Keluhan UtamaBatuk dan pilek.

Keluhan TambahanTidak bisa diam dan belum bisa berbicara dengan lancar.

Riwayat Penyakit SekarangPaman pasien membawa pasien datang berobat ke poli anak Puskesmas Palaran dengan keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu disertai dahak kental berwarna keputihan. Sedangkan keluhan pilek dialami pasien sejak 4 hari yang lalu dengan ingus encer warna keputihan dan bersin-bersin terutama saat pagi hari. Keluhan demam, mual, dan muntah disangkal. Nafsu makan pasien baik.Paman pasien juga mengeluh jika pasien tidak bisa duduk diam. Keadaan ini muncul sejak

pasien berusia 5 tahun atau sekitar 2 tahun yang lalu. Apabila ada kegiatan, pasien tidak bisa

diam, selalu berlari-lari keliling ruang, mengganggu hingga memukul teman sebaya, dan

selalu mengambil barang milik orang lain. Pasien selalu menginginkan mainan mobil-

mobilan dan balon. Apabila keinginan pasien terhadap kedua barang tersebut tidak terpenuhi,

pasien akan marah lalu mengamuk dan akan melakukan apa saja untuk memenuhi

keinginannya tersebut. Pasien pernah lari ke tengah jalan untuk menghentikan penjual balon

dan hampir ditabrak kendaraan.

Pasien juga mengalami keterlambatan dalam masalah perkembangan bicara. Paman pasien

tidak mengetahui sejak kapan pasien bisa berbicara, namun hingga sekarang artikulasi yang

diucapkan belum jelas. Kata-kata yang dikeluarkan oleh pasien hanya dimengerti oleh paman

dan nenek pasien. Apabila pasien dipanggil, ditanya, maupun disuruh melakukan sesuatu,

pasien dapat menoleh, menanggapi pertanyaan, dan mengerti maksud pertanyaan tersebut.

Namun jawaban yang diberikan tidak jelas dan sulit dimengerti.

Pasien sudah tinggal dengan paman dan nenek pasien sejak pasien berusia 3 tahun. Orangtua

pasien bercerai dan hak asuh anak jatuh pada ayah pasien. Namun karena ayah pasien bekerja

di luar kota, pasien dititipkan dengan paman dan nenek pasien hingga sekarang. Ayah dan ibu

pasien tidak pernah datang menjenguk pasien.

5

Page 6: 4. Dokkel M

Riwayat Penyakit DahuluPasien sering mengalami keluhan batuk dan pilek sejak kecil.

Riwayat Penyakit KeluargaSepupu kandung pasien mempunyai keadaan yang serupa dengan pasien namun tidak

mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien tidak tinggal satu rumah dengan sepupu

pasien tersebut.

Riwayat Medis dan Psikiatri yang lain

1. Gangguan Mental dan Emosi

Tidak ada riwayat gangguan mental dan emosi sebelumnya.

2. Gangguan Psikosomatik

Tidak ada riwayat gangguan psikosomatik sebelumnya.

3. Kondisi Medis

Paman pasien belum pernah membawa pasien berobat sebelumnya. Pasien dianjurkan

dibawa berobat ke dokter spesialis anak namun hal tersebut belum dilakukan.

4. Gangguan Neurologi

Tidak ada riwayat gangguan neurologi sebelumnya

Riwayat KebiasaanPasien jarang mandi pagi dan sore hari. Apabila pasien dipaksa untuk mandi oleh nenek pasien, pasien akan mengamuk dan membanting semua barang yang ada di rumah lalu pergi keluar rumah. Pasien juga jarang tidur pada malam hari. Pasien biasanya tidur sejak pukul 23.00 namun pukul 03.00-04.00 WITA sudah bangun dan biasanya membuat kericuhan di dalam rumah.

Pemeliharaan Prenatal

Periksa di : Bidan praktek swasta

Penyakit Kehamilan : Tidak ada

Obat-obatan yang pernah diminum : Tidak ada

6

Page 7: 4. Dokkel M

Riwayat Kelahiran

Pasien lahir di klinik bidan dan ditolong oleh bidan dengan persalinan spontan. BB dan PB

lahir pasien tidak diketahui oleh paman maupun nenek pasien

Riwayat ImunisasiPaman dan nenek pasien tidak mengetahui status imunisasi pasien.Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

Berat badan lahir : Tidak diketahui

Panjang badan lahir : Tidak diketahui

Berat badan sekarang : 27 kg

Panjang badan sekarang : 113 cm

Duduk : Tidak diketahui

Merangkak : Tidak diketahui

Berdiri : Tidak diketahui

Berjalan : Tidak diketahui

Berbicara 2 suku kata : Tidak bisa hingga sekarang

Makan dan Minum Anak

ASI : Tidak diketahui

Susu sapi : Hingga sekarang

Bubur susu : Tidak diketahui

Tim saring : Tidak diketahui

Buah : Tidak diketahui

Lauk dan makan padat : 2 tahun hingga sekarang

PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : BaikKesadaran : KomposmentisBerat Badan : 25 kgTinggi Badan : 113 cmBMI : 19,6

Tanda Vital

7

Page 8: 4. Dokkel M

Nadi : 76 kali/menitFrekuensi Nafas : 18 kali/menitSuhu : 36,8oC

Status GeneralisataKulit : Normal, bekas luka (-), scar (-), bekas suntikan (-)

Kepala : Normocephali, edema kulit kepala (-), trauma (-)

Mata : Simetris, anemis (-/-), ikterik (-/-), mata cowong (-/-), pupil

isokor (3 mm/3 mm)

Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), deviasi septum nasi (-)

Telinga : Simetris, otorhea (-), perdarahan (-), sekret (-), nyeri (-)

Mulut : Sianosis (-), perdarahan (-)

Tenggorokan : Faring dan tonsil sulit dievaluasi

Leher : Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

Thorax

Jantung : Iktus kordis tidak terlihat, batas jantung normal, S1S2 tunggal

reguler

Paru-paru : Simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Hepar : Tidak ada perbesaran

Lien : Tidak ada perbesaran

Ruang Traube : Normal, timpani

Bising Usus : Bising usus normal, suara metalik (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik

Status Neurologi

Kesadaran : Komposmentis, GCS E4V5M6

Nervus Kranialis : Normal

Tanda Meningeal : Normal

Sistem Motorik : MMT kanan = kiri (5 = 5)

Sistem Sensorik : Normal

Sistem Otonom : Normal

8

Page 9: 4. Dokkel M

Status Psikiatri

Penampilan : Pasien datang diantar paman pasien ke poli umum untuk

berkonsultasi masalah yang dialami. Pasien tampak tidak rapi,

tidak bisa duduk diam, dan tidak kooperatif untuk di anamnesis.

Bicara : Kontak verbal baik, kontak visual menurun karena pasien tidak

bisa duduk diam dan selalu bergerak. Pasien tampak hiperaktif.

Mood dan Afek :

1. Mood (Subyektif)

Stabil.

2. Afek (Obyektif)

Sesuai.

Pikiran dan Persepsi :

1. Bentuk Pikiran

Inkoheren, kata-kata yang diucapkan pasien tidak jelas artikulasinya sehingga harus

diterjemahkan terlebih dahulu oleh paman pasien. Proses berpikir cepat.

2. Isi pikiran

Waham dan ide bunuh diri disangkal.

3. Gangguan Persepsi

Halusinasi disangkal, ilusi disangal, depersonalisasi disangkal, dan derealisasi disangkal.

4. Waham dan Fantasi

Waham dan fantasi disangkal.

Sensori :

1. Kesadaran

Komposmentis, GCS E4V5M6.

2. Orientasi

a. Waktu sulit di evaluasi

b. Orang sulit di evaluasi

c. Tempat sulit di evaluasi

3. Konsentrasi dan Berhitung

Pasien sulit berkonsentrasi terhadap satu topik. Saat anamnesis, pasien berulang kali

pergi sehingga harus dikejar oleh nenek pasien.

4. Ingatan

a. Masa Dahulu sulit di evaluasi

b. Masa Kini sulit dievaluasi

9

Page 10: 4. Dokkel M

c. Segera sulit dievaluasi

5. Pengetahuan

Kurang

6. Kemampuan Berpikir Abstrak

Sulit di evaluasi.

7. Tilikan Diri

Pasien tidak mengetahui jika dirinya sakit (Tilikan +1)

8. Penilaian

Sulit di evaluasi.

9. Psikomotor

Meningkat.

Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan Psikologi

Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI)

Penilaian

SamaSekaliTidak/Sangat jarang

Kadang

kadang

Sering

kali

Selalu

demi-

kian

1. Sering sulit mempertahankan perhatian pada waktu

melaksanakan tugas atau kegiatan bermain

2. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan

pada situasi yang tidak sesuai untuk hal tersebut

3. Gagal menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai

4. Gagal memberi perhatian pada hal-hal kecil atau

ceroboh dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah,

pekerjaan, atau kegiatan lainnya

5. Sering seolah-olah tidak memperhatikan orang pada

waktu diajak bicara

6. Sering lambat dalam menyelesaikan tugas di

10

Page 11: 4. Dokkel M

sekolah (mencatat, menyalin, mengerjakan soal)

7. Kemampuan sosialisasi buruk

8. Sering lupa tentang sesuatu yang telah dipelajari

9. Menghindari, enggan, atau mengalami kesulitan

melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan

ketekunan yang berkesinambungan (seperti

menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan

rumah)

10. Membutuhkan bimbingan penuh untuk dapat

menyelesaikan tugas

11. Mengalami kesulitan bermain atau melaksanakan

kegiatan dengan tenang di waktu senggang

12. Mudah terangsang dan impulsif (bertindak tanpa

berpikir)

13. Sering melontarkan jawaban secara terburu-buru

terhadap pertanyaan yang belum selesai ditanyakan

14. Meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi

lain di mana diharapkan untuk tetap duduk diam

15. Mengalami kesulitan untuk antri atau menunggu

giliran dalam bermain atau situasi kelompok

16. Sering perhatiannya mudah terpecah atau terbagi

17. Mudah tersinggung dan terganggu oleh orang lain

18. Tidak mampu menyelesaikan pekerjaan dengan

baik tanpa bantuan orang lain

19. Tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan

waktunya

20. Tidak dapat mengikuti perintah secara berurutan

21. Perhatiannya mudah beralih ketika diberi petunjuk

untuk mengerjakan sesuatu

22. Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh

rangsangan dari luar

23. Sering ceroboh atau tidak teliti dalam

menyelesaikan tugas

11

Page 12: 4. Dokkel M

24. Tidak pernah bisa diam, tidak mengenal lelah

25. Sering menghilangkan benda-benda yang

diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan

lain (seperti tugas sekolah : pensil, buku, peralatan

atau alat bermain)

26. Sering seperti tidak mendengarkan pada waktu

diajak bicara secara langsung

27. Sering gagal menyelesaikan tugas

28. Selalu dalam keadaan “siap gerak” atau

aktivitasnya seperti digerakkan oleh mesin

29. Sulit dikendalikan pada saat berada di Mall atau

sedang berbelanja

30. Sering menyela atau memaksakan diri terhadap

orang lain (misalnya memotong, “menyelak”

percakapan atau mengganggu permainan)

31. Sering usil, mengganggu anak lain di dalam kelas

32. Terlalu aktif atau aktivitas berlebihan

33. Tidak mampu mengikuti petunjuk dan gagal

menyelesaikan tugas sekolah (tidak disebabkan oleh

tingkah laku/sikap menentang atau kegagalan untuk

memahami petunjuk)

34. Tidak bisa duduk diam (kaki dan tangannya tidak

bisa diam, atau selalu bergerak)

35. Sering “bengong”, pada waktu melaksanakan tugas

Total Skor : 81 ADHD

DIAGNOSIS I : ISPA

DIAGNOSIS II :

a. Aksis I : ADHD + Gangguan Perkembangan Bicara

b. Aksis II : Tidak ada diagnosis

c. Aksis III : Tidak ada diagnosis

12

Page 13: 4. Dokkel M

d. Aksis IV : Tidak ada diagnosis

e. Aksis V : GAF 80-71

PENATALAKSANAANNon Farmakologis

ISPA

a. Edukasi mengenai penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi

b. Edukasi bahwa penyakit ini mudah menular sehingga orang-orang di sekitar harus

menjaga kebersihan dan menjaga daya tahan tubuh

c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, rajin mencuci tangan setelah kontak dengan

pasien

d. Makan makanan yang bergizi

e. Istirahat yang cukup

ADHD dan Gangguan Perkembangan Bicara

a. Rujuk ke dokter spesialis anakb. Edukasi mengenai penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi

c. Edukasi bahwa penyakit ini bukan kutukan, melainkan masalah perkembangan pasien

dan dapat diterapi namun tidak tersedia di Puskesmas Palaran

d. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak normal

e. Menjelaskan peran keluarga dalam perbaikan kondisi pasien

f. Keluarga harus sabar dalam membimbing pasien agar dapat mencapai perkembangan

sesuai dengan usia pasien

Farmakologisa. Amoxicilin 2 x 250 mg tabletb. Ambroxol 3 x 15 mgc. Vitamin C 2 x 1 tablet

PROGNOSIS

13

Page 14: 4. Dokkel M

Prognosis ad vitam : Dubia ad bonamPrognosis ad functionam : Dubia ad bonamPrognosis ad sanationam : Dubia ad bonam

ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

No

I. KEPALA KELUARGA II. PASANGAN

1 Nama Tn. S Ny. W2. Umur 32 tahun 27 tahun3. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan4. Status

perkawinan Menikah Menikah5. Agama Islam Islam6. Suku bangsa Jawa Jawa7. Pendidikan SMA SMP8. Pekerjaan Pegawai Swasta PRT9. Alamat lengkap RT 10 Handil Bakti Samarinda

ANGGOTA KELUARGA

No

AnggotaKeluarg

aUsia Pekerjaa

nHub.

KeluargaStatus

Pernikahan

Serumah

Ya Tdk Kdg

1 Tn. Y 43 thn

Pegawai Swasta

Ayah Kandung

Cerai (Duda) - Tdk -

2 Tn. S 32 thn

Pegawai Swasta

Paman Kandung Menikah Ya - -

3 Ny. S 72 thn

Tidak Bekerja

Nenek Kandung Janda Ya - -

4 Ny. W 27 thn PRT Istri Tn. S

(Ipar) Menikah - Tdk -

5 An. AM (pasien) 7 thn

Tidak Bekerja/

Tidak Sekolah

Anak/Cucu/

Keponakan

Belum Menikah Ya - -

14

Page 15: 4. Dokkel M

GENOGRAM

Keterangan

: Pria

: Wanita

: Pasien

: Tinggal serumah

15

Page 16: 4. Dokkel M

: Cerai

STATUS FISIK, SOSIAL, EKONOMI, KELUARGA DAN LINGKUNGAN

No Ekonomi Keluarga Keterangan

1 Luas tanah 10 x 15 meter2 Luas Bangunan 8 x 10 meter3 Pembagian ruangan Rumah adalah rumah beton, terdiri dari 1 lantai,

5 ruangan yang disekat dengan beton yang terdiri

dari ruang tamu, 2 kamar tidur, WC, dan dapur.

4 Besarnya daya listrik 900 watt 5 Tingkat pendapatan

keluarga : a. Pengeluaran rata-rata/bulan

Bahan makanan : Beras,

lauk/ikan, tempe-tahu, dan

sayur mayur

Di luar bahan makanan :

Pendidikan

Kesehatan

Listrik

Air bersih

b. Penghasilan keluarga/bulan

Rp 500.000,00

Rp 0,00

Rp 0,00

Rp 200.000,00

Rp 70.000,00

Rp 3.000.000,00

16

Page 17: 4. Dokkel M

No Perilaku Kesehatan

1 Pelayanan promotif/preventif

Puskesmas Palaran

2 Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga lain

Puskesmas Palaran (Dokter)

3 Pelayanan pengobatan Puskesmas Palaran (Dokter)4 Jaminan pemeliharaan

kesehatanBPJS

No Pola Makan Keluarga

1 Pasien Makan 2-3 kali sehari (pagi, siang dan malam). Nasi, tahu, tempe, ikan, telur, sayur, susu SGM

2 Nenek dan paman pasien Makan 3x sehari, nasi putih, ikan/telur, sayur, tahu dan tempe setiap hari

No Aktivitas Keluarga

1 Aktivitas fisika. Pasien

b. Paman Pasien

c. Nenek pasien

Tidak bekerja ataupun sekolah. Hanya di dalam rumah berbaring atau bermain sendiri. Aktivitas keseharian tidak mandiri.Setiap hari bekerja di perusahaan sejak pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WITANenek pasien bekerja sebagai Ibu Rumah

Tangga, aktivitas terpusat pada pagi hari untuk

mempersiapkan makanan, mencuci pakaian dan

membersihkan rumah

2 Aktivitas mental Seluruh anggota keluarga jarang melaksanakan shalat 5 waktu

No Lingkungan

1 Sosial Hubungan dengan lingkungan sekitar cukup baik. Namun ada beberapa

17

Page 18: 4. Dokkel M

tetangga yang tidak menyukai tingkah laku pasien

2 Fisik/BiologikPerumahan dan fasilitasLuas tanahLuas bangunanJenis dinding Jenis lantai Sumber penerangan utamaSarana MCK

Sumber air sehari-hariSumber air minumPembuangan sampahHalaman

Sederhana10 x 15 meter8 x 10 meterBetonBeton Lampu listrikKamar mandi terpisah dengan WC dan berada di sebelah dapur, WC berupa jamban dengan penampungan airAir PDAMAir galonDibuang ke tempat pembuangan sampah umumRumah pasien masih memiliki lahan kosong

dibelakang dan samping rumah yang disemen

dan digunakan untuk memarkir motor, menjemur

pakaian serta kandang hewan peliharaan

3 Lingkungan kerjaa. Pasienb. Paman pasien

c. Nenek pasien

Di luar dan di dalam rumahDi luar dan di dalam rumah, risiko kecelakaan kerja (+)Di luar dan di dalam rumah

PENILAIAN APGAR KELUARGA

Kriteria PernyataanHampirSelalu

(2)

KadangKadang

(1)

Hampir tidak

pernah (0)

Adaptasi Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing

anggota keluarga sudah

18

Page 19: 4. Dokkel M

menjalankan sesuai dengan seharusnya

Kemitraan

Saya puas dengan keluarga saya karena dapat

membantu memberikan solusi terhadap

permasalahan yang dihadapi

Pertumbuhan

Saya puas dengan kebebasan yang diberikan

keluarga saya untuk mengembangkan

kemampuan yang saya miliki

Kasih sayang

Saya puas dengan kehangatan dan kasih sayang yang diberikan

keluarga saya

Kebersamaan

Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga

untuk menjalin kebersamaan

Total 8

19

Page 20: 4. Dokkel M

Keterangan : Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat

Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehatTotal skor ≤ 5= Fungsi keluarga sakit

Kesimpulan : Nilai skor keluarga ini adalah 8, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga sehat

POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) KELUARGA

No Indikator Pertanyaan KeteranganJawaban

Ya Tidak

A. Perilaku Sehat

1Tidak merokok

Tidak ada yang memiliki kebiasaan merokok

Dirumah pasien tidak ada yang merokok

2Persalinan

Dimana ibu melakukan persalinan

Ditolong oleh bidan √

3Imunisasi

Apakah bayi ibu sudah di imunisasi lengkap

Status imunisasi pasien tidak diketahui

4Balita di timbang

Apakah balita ibu sering ditimbang? Dimana?

Penimbangan di posyandu dan

puskesmas

5

Sarapan pagiApakah seluruh anggota

keluarga memiliki kebiasaan sarapan pagi?

Makanan yang biasa dikonsumsi setiap hari adalah nasi dan lauk-

pauk

6 Dana sehat / AskesApakah anda ikut menjadi

peserta askes

BPJS √

20

Page 21: 4. Dokkel M

7

Cuci tanganApakah anggota keluarga

mempunyai kebiasaan mencuci tangan

menggunakan sabun sebelum dan sesudah

buang air besar ?

Seluruh keluarga tidak mempunyai kebiasaan

mencuci tangan dengan air dan sabun

hingga bersih

8

Sikat gigiApakah anggota keluarga memiliki kebiasaan gosok gigi menggunakan odol

Seluruh anggota keluarga tidak

melakukan kebiasaan menggosok gigi

9

Aktivitas fisik/olahragaApakah anggota keluarga melakukan aktivitas fisik

atau olah raga teratur

Seluruh anggota keluarga jarang

melakukan aktifitas fisik

B. Lingkungan Sehat

1

JambanApakah dirumah tersedia

jamban dan seluruh keluarga

menggunakannya

Rumah memiliki 1 buah kloset (WC)

2

Air bersih dan bebas jentik

Apakah dirumah tersedia air bersih dengan

tempat/tendon air tidak ada jentik ?

Rumah memiliki 1 bak

penampungan air yang bebas

jentik

3 Bebas sampahApakah dirumah tersedia tempat sampah? Dan di

lingkungan sekitar rumah tidak ada sampah

Rumah terlihat bersih/bebas sampah dan tersedia tempat

sampah didalam/diluar

21

Page 22: 4. Dokkel M

berserakan? rumah

4SPAL

Apakah ada/tersedia SPAL disekitar rumah

Lingkungan yang bersih tidak ada air limbah yang menggenang

5Ventilasi

Apakah ada pertukaran udara didalam rumah

Ukuran ventilasi lebih kurang 1/10 luas lantai

untuk tiap ruangan√

6

KepadatanApakah ada kesesuaian rumah dengan jumlah

anggota keluarga?

Luas rumah 120 m2, masing-

masing orang mempunyai

ruang sebesar 30 m2 (minimal

3.5 m2/orang)

7Lantai

Apakah lantai bukan dari tanah?

Seluruh lantai rumah disemen

C. Indikator tambahan

1

ASI EksklusifApakah ada bayi usia 0-6 bulan hanya mendapat

ASI daja sejak lahir sampai 6 bulan

Status ASI ekskusif pasien tidak diketahui

2

Konsumsi buah dan sayur

Apakah dalam 1 minggu terakhir anggota keluarga mengkonsumsi buah dan

sayur?

Semua anggota keluarga

mengkonsumsi buah dan sayur

Jumlah 13 5

Klasifikasi

SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1-5 pertanyaan (Merah, pratama)

SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6-10 pertanyaan (Kuning, madya)

SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11-15 pertanyaan (Hijau, utama)

SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru, paripurna)

22

Page 23: 4. Dokkel M

Kesimpulan

Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab ”Ya” ada 13 pertanyaan yang berarti

identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam

klasifikasi SEHAT III.

23

Page 24: 4. Dokkel M

RESUME FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN KELUARGA

Faktor Resiko

Fisik

Rumah:

Ventilasi cukup namun ventilasi jarang dibuka sehingga tidak ada

pertukaran udara selain dari pintu depan rumah

Sanitasi lingkungan cukup bersih

MCK bersih

Kamar dan dapur kurang rapi

Kasur, bantal, boneka berdebu dan kotor

Irigasi (parit) ada di depan rumah

Kualitas sumber air untuk keperluan sehari-hari kurang bersih

Tidak ada sampah berserakan di sekitar rumah

Biologi Tidak ada anggota keluarga yang mengalami ISPA

Pasien berisiko menularkan penyakitnya kepada anggota keluarga di rumah

Psiko-sosio-

ekonomi

Memiliki kartu jaminan kesehatan yang pembiayaannya ditanggung oleh

perusahaan setiap bulannya

Pengetahuan tentang penyakit terkait, gizi seimbang serta lingkungan yang

sehat kurang

Pendapatan keluarga prioritas untuk kebutuhan sandang dan pangan

Perilaku

Kesehatan

Higiene pribadi kurang

Kebersihan pribadi tergantung pada yang merawat

Pasien jarang mau mandi

Berobat langsung di sarana pengobatan seperti Puskesmas jika keluhan

dirasakan memberat

Pengetahuan mengenai pengobatan ISPA masih kurang

Rendahnya pengetahuan tentang penyakit ADHD meskipun sepupu pasien

juga mengalami keluhan serupa dengan pasien

Gaya hidup

Tidur bersama dalam 1 ruangan

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan kurang

Pola makan yang kurang bergizi

Lingkungan

Kerja

Tidak ada

24

Page 25: 4. Dokkel M

DIAGNOSIS KELUARGA (Resume masalah kesehatan)Status kesehatan dan faktor risiko (Individu, keluarga dan komunitas)

Status fungsi keluarga sehat baik. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit ISPA, ADHD, dan

gangguan perkembangan bicara kurang memadai. Keluarga pasien kurang memperhatian kebersihan dan pola makan

pasien sehingga ISPA bersifat kambuh-kambuhan.Status upaya kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)

Pendapatan keluarga untuk prioritas pemenuhan sandang dan pangan

Pemeriksaan kesehatan ke puskesmas dan rumah sakit Pemeliharaan kebersihan keluarga dan lingkungan kurang Memiliki jaminan kesehatan Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam

berobatStatus lingkungan

Kondisi rumah dan lingkungan secara umum kurang baik. Rumah tempat tinggal kurang sehat karena tidak ada sarana

pembuangan air limbah yang memadai. Tidak adanya tempat sampah di dalam maupun luar rumah. Ukuran luas rumah cukup memadai untuk menampung anggota

keluarga dan ventilasi cukup.

Diagnosis keluargaSebuah keluarga Tn. S terdiri dari 3 orang anggota keluarga dengan 1 anggota keluarga menderita ISPA, ADHD, dan gangguan perkembangan bicara. Keluarga ini menempati rumah yang kurang sehat, sosial ekonomi cukup, kebersihan lingkungan kurang, serta kesadaran PHBS yang cukup baik dan fungsi keluarga sehat sudah baik.

25

Page 26: 4. Dokkel M

Rencana Penatalaksanaan Masalah KesehatanTerhadap status kesehatan individu dan keluarga

No Masalah Kesehatan Pengobatan Tindakan Medis

1 PasienISPA

Farmakologis:a. Amoxicilin 2 x

250 mg tabletb. Ambroxol 3 x 15

mgc. Vitamin C 2 x 1

tablet

Non-farmakologis :a. Menjaga kebersihan diri dan

lingkungan, rajin mencuci tangan

setelah kontak dengan pasien

b. Makan makanan yang bergizi

c. Istirahat yang cukup

PasienADHD + Gangguan Perkembangan Bicara

Farmakologis (-) Non-farmakologis : Rujuk dokter spesialis anak

2 Anggota keluarga lain

- a. Edukasi mengenai penyakit, gejala,

faktor predisposisi dan terapi

b. Edukasi bahwa penyakit ISPA mudah

menular sehingga orang-orang di

sekitar harus menjaga kebersihan dan

menjaga daya tahan tubuh

c. Edukasi mengenai penyakitnya,

gejala, faktor predisposisi dan terapi

d. Edukasi bahwa penyakit ADHD atau

keterlambatan perkembangan bicara

bukan kutukan, melainkan masalah

perkembangan pasien dan dapat

26

Page 27: 4. Dokkel M

diterapi namun tidak tersedia di

Puskesmas Palaran

e. Menjelaskan pertumbuhan dan

perkembangan anak normal

f. Menjelaskan peran keluarga dalam

perbaikan kondisi pasien

g. Keluarga harus sabar dalam

membimbing pasien agar dapat

mencapai perkembangan sesuai

dengan usia pasien

3 Lingkungan sekitar

- a. Penyuluhan/ KIE tentang hidup sehat, menjaga lingkungan sehat dan penularan, dan pencegahan penyakit.

b. Pengadaan tempat pembuangan sampah

c. Pengadaan sarana pembuangan air limbah dari setiap rumah

d. Edukasi mengenai penyakitnya,

gejala, faktor predisposisi dan terapi

e. Edukasi bahwa penyakit ADHD atau

keterlambatan perkembangan bicara

bukan kutukan, melainkan masalah

perkembangan pasien dan dapat

diterapi namun tidak tersedia di

Puskesmas Palaran

f. Menjelaskan pertumbuhan dan

perkembangan anak normal

g. Menjelaskan peran komunitas dalam

perbaikan kondisi pasien

27

Page 28: 4. Dokkel M

Perawatan Masalah Kesehatan Keluarga

Masalah

Kesehatan

Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)

Individu Keluarga Komunitas

ISPA + ADHD

+ Gangguan

perkembangan

Bicara

a. Edukasi serta

pemberian terapi

farmakologis

terkait dengan

penyakit yang

dideritanya

b. Untuk tatalaksana

lebih lanjut

mengenai

perkembangan

pasien maka pasien

dirujuk ke dokter

spesialis anak

a. Edukasi mengenai

penyakit, gejala,

faktor predisposisi

dan terapi

b. Edukasi bahwa

penyakit ISPA

mudah menular

sehingga orang-orang

di sekitar harus

menjaga kebersihan

dan menjaga daya

tahan tubuh

c. Edukasi mengenai

penyakitnya, gejala,

faktor predisposisi

dan terapi

d. Edukasi bahwa

penyakit ADHD atau

keterlambatan

perkembangan bicara

bukan kutukan,

melainkan masalah

perkembangan pasien

dan dapat diterapi

namun tidak tersedia

di Puskesmas Palaran

e. Menjelaskan

pertumbuhan dan

perkembangan anak

normal

a. Edukasi mengenai

penyakit pada pasien,

gejala, faktor

predisposisi dan

terapi

b. Edukasi bahwa

penyakit ADHD atau

keterlambatan

perkembangan bicara

bukan kutukan,

melainkan masalah

perkembangan pasien

dan dapat diterapi

namun tidak tersedia

di Puskesmas Palaran

c. Menjelaskan

pertumbuhan dan

perkembangan anak

normal

d. Menjelaskan peran

komunitas dalam

perbaikan kondisi

pasien

e. Edukasi mengenai

pentingnya perilaku

pola hidup bersih dan

sehat serta

pentingnya kondisi

tempat tinggal yang

memadai.

Page 29: 4. Dokkel M

f. Menjelaskan peran

keluarga dalam

perbaikan kondisi

pasien

g. Keluarga harus sabar

dalam membimbing

pasien agar dapat

mencapai

perkembangan sesuai

dengan usia pasien

29

Page 30: 4. Dokkel M

GAYA HIDUPKebiasaan mencuci tangan kurangPaman dan nenek pasien kurang

mengawasi higiene anakTidak pernah berolahraga sama

sekali

PASIENBatuk dan pilek

Pasien tidak bisa duduk diam dan cenderung mengganggu

teman sebayaPasien sudah berumur 7 tahun

dan belum bisa berbicara dengan jelas

Pasien didiagnosis dengan ISPA + ADHD + Gangguan Perkembangan Bicara

LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMIMemiliki kartu jaminan kesehatanPengetahuan kesehatan dan gizi rendahPendapatan prioritas untuk kebutuhan sandang dan pangan

LINGK. FISIKVentilasi dan pencahayaan

cukupSanitasi kurang, MCK kurangKamar dan dapur berantakan

Sampah rumah tangga banyak di samping rumah

Kasur, bantal, boneka berdebu dan kotor

FAMILY

PELAYANAN KES.Jarak rumah-pusat

pelayanan kesehatan : 2 km, ditempuh dengan kendaraan bermotor

PERILAKU KESEHATANHigiene pribadi kurang

Pasien jarang mau mandiBerobat langsung di sarana

pengobatan seperti Puskesmas atau RS

Percaya mitos kesehatan

BIOLOGIPasien memang sering

mengalami batuk dan pilek sejak kecil

Komunitas: Sanitasi rumah cukup baikPasien suka bermain dengan teman sebaya namun sering mengganggu temannya

Mandala of Health

30

Page 31: 4. Dokkel M

SKORING KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH DALAM KELUARGA

Masalah Skor

Awal

Upaya

Penyelesaian

Fungsi biologis

Pasien memang sering mengalami

batuk dan pilek sejak kecil

4 Edukasi mengenai penyakit dan

pencegahan melalui upaya penyuluhan

dan risiko yang dapat ditimbulkan apabila

tidak menjalankan pola hidup sehat

Fungsi ekonomi & pemenuhan

kebutuhan

Pendapatan keluarga cukup, hampir

semua memiliki jaminan kesehatan,

namun Pendapatan prioritas untuk

kebutuhan sandang dan pangan

5 Motivasi keluarga untuk menyisihkan

sedikit uangnya untuk keperluan yang

mendesak

Faktor perilaku kesehatan keluarga

Higiene individu dan lingkungan

kurang, pasien jarang mandi

Percaya mitos-mitos kesehatan

3

4

Edukasi tentang pentingnya

kebersihan diri dan lingkungan untuk

mencegah banyak penyakit. Edukasi

untuk mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan serta setelah kontak

dengan pasien.

Edukasi mengenai penyakit yang

diderita pasien dan menjelaskan

pentingnya peran keluarga dan

komunitas dalam perbaikan kondisi

pasien

Lingkungan rumah

Ventilasi ada namun tidak pernah

dibuka

Kasur, bantal, boneka berdebu

5 Mengedukasi untuk membuka ventilasi

agar ada sirkulasi udara dan mencegah

penularan penyakit dan membersihkan

Page 32: 4. Dokkel M

dan kotor kasur, bantal, boneka

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah

Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.

Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan);

penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.

Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum

dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagianbesar oleh provider

Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya

provider

Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

32

Page 33: 4. Dokkel M

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ISPA

3.1.1 Definisi

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA

merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan

bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan

yang berlangsung 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai

dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang

telinga tengah dan selaput paru.2

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek

dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita

pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibatkan kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan

yaitu pneumoni dan yang bukan pneumoni. Pneumoni dibagi atas derajat beratnya penyakit

yaitu pneumoni berat dan pneumoni tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rhinitis,

faringitis, tonsillitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan

pneumoni. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan

tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan

pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga

akut harus mendapat antibiotik.3

ISPA ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung

kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem

pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan fibro kistik,

menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatrik. Infeksi saluran pernapasan

bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan

masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.2

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama

apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.

Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,

beban imunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta

tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.2

Page 34: 4. Dokkel M

3.1.2 Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :

a) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

b) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Klasifikasi ISPA ini dapat dibedakan sesuai dengan golongan umur, yaitu :

1. Golongan umur kurang 2 bulan :

a. Pneumonia berat : ditandai dengan nafas cepat dan tarikan dalam dan

kuat dinding dada bagian bawah. Batas napas cepat untuk golongan

umur < 2 bulan yaitu 60kali per menit atau lebih.

b. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan

kuat dinding dada bagaian bawah atau napas cepat (frekuensi napas <

60x/menit). 2

2. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :

a. Pneumonia berat : bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat

diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau

meronta)

b. Pneumonia : tidak ada tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam, adanya napas cepat :

- usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih

- usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

c. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan

dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat :

- Usia 2-12 bulan adalah kurang dari 50 kali per menit

- Usia 1-4 tahun adalah kurang dari 40 kali per menit

3.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko ISPA

Infeksi saluran napas akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur. Sebagian besar

infeksi saluran napas atas disebabkan oleh virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.

Faktor Resiko

a. Kontak dekat (terutama pada anak-anak di sekolah atau playgroup)

34

Page 35: 4. Dokkel M

b. Merokok dan perokok pasif

c. Imunodefisiensi

d. Polip hidung, bentuk muka, traum ajalan nafas atas

e. Penderita carrier streptococcus group A

Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini :

a. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk

b. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi waktu batuk-batuk dan bersin-bersin.

c. Melalui kontak langsung / tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari jasad

renik (hand to hand transmission)

Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui bahan

sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung daripada

mukosa faring.

Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh

kesimpulan bahwa sebenarnya kontak “hand to hand” merupakan modus yang terbesar

dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.2

3.1.4 Diagnosis ISPA

ISPA yang ringan umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis

ISPA sering dilakukan secara klinis. Namun apabila terjadi komplikasi seperti pneumonia

berat, biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium dan roentgen. Pada kondisi tertentu

seperti demam yang berkepanjangan mungkin diperlukan pemeriksaan laboratorium.

Diskusikan dengan dokter anda mengenai pemeriksaan ISPA.

Berikut merupakan penyakit yang termasuk dalam golongan ISPA : commond cold,

influenza, sinusitis, otitis media akut, laringitis, bronkitis, pneumonia, dan lain-lain.3

Gejala

Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan

penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan yaitu sebagai

berikut.2

a. Batuk

b. Pilek

c. Kesulitan bernapas

d. Demam (38-40°C)

35

Page 36: 4. Dokkel M

e. Bersin-bersin

f. Nyeri menelan

g. Sakit kepala, nyeri sendi

h. Lemah, lesu

i. Frekuensi napas cepat

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan

beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar

selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi

napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat

dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit

untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus

dibuka sedikit. Auskultasi dapat dilakukan untuk mendengarkan apakah ada kelainan suara

paru. Namun, untuk membedakan pneumonia atau bukan pneumonia dapat dilihat dari

adanya tarikan dinding dada dan napas cepat.2,3

3.1.5 Penatalaksanaan ISPA

Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu

sebagai berikut.2,3

1. Pneumonia berat :

Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.

2. Pneumonia :

Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.

Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan

pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat

antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3. Bukan Pneumonia :

Pengobatan bersifat symptomatik

Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk

dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan

seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol

Perawatan dirumah

36

Page 37: 4. Dokkel M

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita

ISPA : 3

1. Mengatasi panas (demam) :

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).

2. Mengatasi batuk :

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk

nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga

kali sehari.

3. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu

lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang

menyusu tetap diteruskan.

4. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak

dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan

menambah parah sakit yang diderita.

5. Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang

berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih

parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi

cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak

memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan

agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.

Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari

anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

Pencegahan

37

Page 38: 4. Dokkel M

Penyakit ISPA dapat dicegah penularannya dengan cara :6

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik

2. Immunisasi

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

5. Pemberian ASI eksklusif (antibodi)

6. Berhenti merokok atau hindari asap rokok

7. Nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh

8. Aktivitas fisik ditingkatkan

9. Hindari stress karena dapat menurunkan daya tahan tubuh

10. Istirahat yang cukup

3.1.6 Komplikasi

Komplikasi ISPA yang dapat terjadi diantaranya sebagai berikut.3

1. Sinusitis

2. Sesak napas

3. Pneumonia dan pneumonia berat

4. Otitis Media Akut

5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang

disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus

grup A (Strep Throat)

3.1.7 Prognosis

Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik bila ditangani dengan tepat serta

didukung dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk bahkan sampai

menimbulkan kematian bila pasien datang berobat dalam keadaan berat serta adanya

penyulit-penyulit dan gizi yang buruk.

3.2 ADHD

3.2.1 Definisi

ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) disebut juga dengan gangguan

pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH). ADHD adalah gangguan perkembangan anak

yang ditandai dengan peningkatan aktivitas motorik dan menyebabkan aktivitas anak yang

tidak lazim dan cenderung berlebihan. ADHD ditandai rentang perhatian yang buruk yang

38

Page 39: 4. Dokkel M

tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsivitas atau keduanya

yang tidak sesuai dengan usia. Kondisi ini sangat mempengaruhi fungsi akademik dan sosial

pasien. ADHD terjadi sebelum usia 7 tahun dan gangguan tersebut harus berlangsung selama

minimal 6 bulan.6,7

3.2.2`Etiologi

Penyebab gangguan ADHD tidak diketahui secara pasti. Sebagian besar anak dengan

ADHD tidak menunjukkan tanda-tanda cedera struktural yang besar pada sistem saraf pusat.

Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis yang diketahui yang

disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukan gejala ADHD. Faktor predisposisi mungkin

termasuk temperamen anak, faktor genetik-familial, dan tuntutan sosial untuk mematuhi cara

berkelakuan dan bertindak yang rutin. Status sosioekonomi tampaknya bukan merupakan

faktor predisposisi.5

1. Faktor genetik

Bukti-bukti untuk dasar genetik untuk gangguan ADHD adalah lebih besarnya angka

kesesuaian dalam kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Sanak

saudara anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan

dibandingkan populasi umum. Orangtua biologis dari anak-anak dengan gangguan

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ADHD dibandingkan

orangtua adoptif. Jika gangguan ADHD ada bersama-sama dengan gangguan

konduksi pada anak, gangguan penggunaan alkohol, dan gangguan kepribadian

antisosial adalah lebih sering pada orangtua dibandingkan pada populasi umum.

2. Faktor neurokimiawi

Banyak neurotransmiter telah dihubungkan dengan gejala ADHD. Sebaguan temuan

berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif pada

gangguan. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi ADHD adalah stimulan

yang mempengaruhi dopamin maupun norepinefrin yang menghasilkan hipotesis

neurotransmiter yang menyatakan kemungkinan disfungsi pada sistem adrenergik

dan dopaminergik. Stimulan meningkatkan katekolamin dengan mempermudah

pelepasannya dan dengan menghambat ambilannya. Obat lain yang menurunkan

hiperaktivitas adalah obat trisiklik dan inhibitor monoamin oksidase (MAOI). Secara

keseluruhan tidak ada bukti-bukti yang jelas yang melibatkan suatu neurotransmiter

tunggal dalam perkembangan ADHD, tetapi banyak neurotransmiter mungkin

terlibat dalam proses perkembangan penyakit.

39

Page 40: 4. Dokkel M

3. Faktor neurologis

Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa

usia, yaitu usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8 tahun, 10-12 tahun, dan 14-16 tahun.

Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan menunjukan

gejala ADHD yang bersifat sementara. Suatu korelasi fisiologis adalah

ditemukannya berbagai pola elektroensefalogram (EEG) abnormal yang

terdisorganisasi dan karakteristik untuk anak kecil. Pada beberapa kasus temuan

EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.

4. Faktor psikososial

Anak-anak dalam institusi seringkali overaktif dan memiliki rentang atensi yang

buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama dan gejala

menghilang jika faktor pemutus dihilangkan seperti melalui adopsi atau penempatan

di rumah penitipan. Kejadian fisik yang menimbulkan stres, suatu gangguan dalam

keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau

berlanjutnya ADHD.

5. Cedera otak

Telah lama diperkirakan bahwa beberapa anak yang terkena ADHD mendapatkan

cedera otak yang minimal dan samar-samar pada sistem saraf pusatnya selama

periode janin dan perinatalnya. Atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek

sirkulasi, toksik, metabolik, mekanik, dan efek lain yang merugikan dan oleh stres

dan kerusakan fisik pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi,

peradangan, dan trauma. Cedera otak minimal, samar-samar, sub-klinis mungkin

bertanggung jawab untuk timbulnya gangguan belajar dan ADHD. Tanda neurologis

non fokal mungkin ditemukan.

3.2.3 Manifestasi Klinis

Anak dengan ADHD mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan ADHD

adalah peka terhadap stimuli dan mudah dimarahkan oleh cuara, cahaya, temperatur, dan

perubahan lingkungan lain. Kadang-kadang terjadi kebalikannya, anak menjadi tenang dan

lemah, banyak tidur, dan tampaknya berkembang lambat pada bulan-bulan pertama

kehidupan. Tetapi lebih sering untuk bayi dengan ADHD untuk bersikap aktif ditempat

tidurnya, sedikit tidur, dan banyak menangis. Anak ADHD jauh lebih jarang dibandingkan

anak normal untuk menurunkan aktivitas lokomotoriknya saat lingkungan mereka terstruktur

oleh batas-batas sosial. Di sekolah, anak ADHD dapat dengan cepat menyambar ujian tetapi

40

Page 41: 4. Dokkel M

hanya menjawab satu atau dua pekerjaan pertama. Mereka tidak mampu menunggu giliran

orang lain. Di rumah, mereka tidak dapat didiamkan walaupun hanya semenit.5

Anak-anak dengan ADHD seringkali mudah marah secara meledak. Iritabilitas mereka

mungkin ditimbulkan oleh stimuli yang relatif kecil, yang mungkin membingungkan dan

mencemaskan anak. Mereka seringkali labil secara emosional, mudah dibuat tertawa atau

menangis, dan mood dan kinerja mereka cenderung bervariasi dan tidak dapat diramalkan.

Impulsivitas dan ketidak mampuan menunda kegembiraan adalah karakteristik. Mereka

sering sekali rentan terhadap kecelakaan.5

Kesulitan emosional penyerta sering ditemukan. Kenyataan bahwa anak-anak lain

menumbuhkan perilaku tersebut tetapi anak ADHD tidak menumbuhkannya pada waktu dan

kecepatan yang sama dapat menyebabkan ketidakpuasan dan tekanan pada orang dewasa.

Konsep diri yang negatif dan permusuhan reaktif yang dihasilkannya adalah diperburuk oleh

kesadaraan anak bahwa ia memiliki masalah.5

Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan adalah hiperaktivitas,

gangguan motorik perseptual, labilitas emosional, defisit koordinasi menyeluruh, gangguan

atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal menyelesaikan hal,

inatensi, konsentrasi yang buruk), impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah

perilaku dengan tiba-tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat di sekolah), gangguan

daya ingat dan pikiran, ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan pendengaran,

dan tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar.5

Kira-kira 75% anak-anak dengan ADHD hampir konsisten menunjukkan gejala

perilaku agresi dan menantang. Tetapi bilamana menantang dan agresif adalah berkaitan

dengan hubungan dalam keluarga yang merugikan, hiperaktivitas lebih erat berhubungan

dengan gangguan kinerja pada tes kognitif yang memerlukan konsentrasi. Beberapa

penelitian menyatakan bahwa beberapa sanak saudara dari anak-anak hiperaktivitas

menunjukkan ciri-ciri gangguan kepribadian antisosial.5

3.2.4 Diagnosis

Tanda utama hiperaktivitas harus menyadarkan klinisi tentang kemungkinan ADHD.

Riwayat pranatal yang terinci tentang pola perkembangan anak dan pengamatan langsung

biasanya menemukan aktivitas motorik yang berlebihan. Hiperaktivitas mungkin ditemukan

pada beberapa situasi (misalnya sekolah) tetapi tidak dalam situasi lainya (misalnya

menonton televisi) dan mungkin tidak jelas pada situasi yang terstruktur dibandingkan pada

situasi yang tidak terstruktur. Hiperaktivitas tidak merupakan manifestasi perilaku yang

41

Page 42: 4. Dokkel M

tersendiri, singkat, dan transien di bawah stress tetapi ditemukan selama waktu yang lama.

Ciri pembeda lain dari ADHD adalah rentang perhatian yang pendek dan distraktibilitas yang

mudah. Di sekolah, anak-anak dengan ADHD tidak dapat mengikuti instruksi dan sering

menuntut perhatian ekstra dari gurunya. Di rumah, mereka seringkali tidak mematuhi

perintah orangtua. Mereka berkelakuan secara impulsif, menunjukkan labilitas emosional,

dan eksplosif serta iritabel. Gangguan mengenai membaca, berhitung, dan koordinasi

mungkin ditemukan bersamaan dengan ADHD. Riwayat penyakit anak dapat memberikan

petunjuk pada faktor pranatal (termasuk genetik), natal, dan pascanatal yang mungkin telah

mempengaruhi struktur dan fungsi sistem saraf pusat.5

Pemeriksaan status mental mungkin menunjukan mood terdepresi sekunder tetapi tidak

ada gangguan pikiran, gangguan tes realitas, atau afek yang tidak sesuai. Anak mungkin

menunjukkan distraktibilitas yang besar, kekerasan hati, dan cara berpikir yang konkrit dan

harafiah. Indikasi masalah visual-perseptual, audiotorik-perseptual, bahasa, atau kognisi

mungkin ditemukan. Kadang-kadang bukti-bukti menunjukkan kecemasan dasar, meresap,

dan dengan dasar organik seringkali dinamakan sebagai kecemasan tubuh.5

Pemeriksaan neurologis mungkin menemukan imaturitas atau gangguan visual-

motorik-perseptual atau auditoris-diskrimatorik tanpa tanda gangguan ketajaman visual atau

audiotorik yang jelas. Anak-anak mungkin menunjukkan masalah pada koordinasi motorik

dan kesulitan mencontoh gambar yang sesuai dengan usianya, gerakan yang berubah dengan

cepat, diskriminasi kanan dan kiri, asimetri refleks, dan berbagai tanda neurologis non fokal.

Klinisi harus mendapatkan EEG untuk mengenali anak dengan pelepasan yang sering dan

serempak secara bilateral yang menyebabkan hilangnya pembicaraan yang singkat. Anak

tersebut mungkin bereaksi di sekolah dengan hiperaktivitas untuk menyembunyikan frustrasi.

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patognomonik untuk gangguan ADHD.5

42

Page 43: 4. Dokkel M

43

Page 44: 4. Dokkel M

Gambar 3.1 Kriteria Diagnosis ADHD Menurut DSM-V8

3.2.5 Penatalaksanaan

Farmakoterapi

Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama

dextroamphetamine, methylphenidate, dan pemoline. Destroamphetamin diizinkan pada

anak berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6 tahun

atau lebih. Keduanya adalah obat yang paling sering digunakan. Mekanisme kerja dari

stimulan belum dapat diketahui. Methylphenidate telah terbukti sangat efektif pada

hampir tigaperempat anak dengan ADHD dan memiliki efek samping yang relatif kecil.

Methylphenidate adalah medikasi kerja singkat yang biasanya digunakan secara efektif

pada jam-jam sekolah, sehingga anak dengan ADHD dapat memperhatikan tugasnya

dan tetap di dalam ruang kelas. Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri

44

Page 45: 4. Dokkel M

kepala, nyeri lambung, mual, dan insomnia. Beberapa anak mengalami efek “rebound”

dimana mereka menjadi agak mudah marah dan tampak agak hiperaktif selama waktu

yang singkat saat medikasi dihetikan. Permasalahan lain yang sering tentang

methylphenidate adalah apakah obat akan mensupresi pertumbuhan. Selama periode

pemakaian, methylphenidate dapat disertai dengan supresi pertumbuhan tetapi anak

cenderung tumbuh saat mereka diberikan libur obat di musim panas atau pada akhir

minggu.5,6

Antidepresan telah digunakan untuk mengobati ADHD dengan suatu

keberhasilan. Pada anak-anak dengan gangguan kecemasan atau gangguan depresif

komorbid dan pada anak dengan gangguan tik yang menghalangi pemakaian stimulan,

antidepresan mungkin berguna walaupun stimulan lebih manjur. Antidepresan

memerlukan monitoring yang cermat pada fungsi jantung. Beberapa penelitian

melaporkan kematian mendadak pada anak dengan ADHD yang diobati dengan

antidepresan.7

Psikoterapi

Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik yang menyeluruh

pada anak ADHD dan biasanya hanya merupakan satu segi dari regimen multi

modalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, konseling orangtua, dan

terapi tiap gangguan belajar yang menyertai mungkin diperlukan. Jika anak-anak

dengan ADHD dibantu untuk menyusun lingkungannya, kecemasan mereka berkurang.

Dengan demikian mereka harus membangun struktur hadiah atau hukuman yang dapat

diperkirakan dengan menggunakan model terapi perilaku dan menerapkannya pada

lingkungan fisik. Orangtua harus juga dibantu untuk menyadari bahwa walaupun ada

kekurangan pada anak-anak mereka dalam beberapa bidang, mereka menghadapi tugas

maturasi yang normal, termasuk perlu mengambil tanggung jawab atas tindakan

mereka.5

3.2.6 Prognosis

Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa remaja

atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas mungkin

menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin

menetap. Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang dan

distraktibilitas adalah yang terakhir. Remisi kemungkinan tidak terjadi sebelum usia 12

45

Page 46: 4. Dokkel M

tahun. Jika remisi memang tidak terjadi, biasanya terjadi antara usia 12-20 tahun. Remisi

dapat disertai dengan masa remaja dan kehidupan remaja yang produktif, hubungan

interpersonal yang memuaskan, dan relatif sedikit sekuela yang bermakna. Tetapi sebagian

besar pasien dengan ADHD mengalami remisi parsial dan rentan terhadap gangguan

kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian lain dan gangguan mood. Masalah belajar

seringkali terus berlanjut hingga dewasa. Anak-anak dengan ADHD yang gejalanya menetap

sampai remaja adalah berada dalam risiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. Kira-

kira 50% anak-anak dengan gangguan konduksi akan mengembangkan gangguan kepribadian

antisosial di masa dewasanya. Anak-anak dengan ADHD dan gangguan konduksi juga berada

dalam risiko mengalami gangguan berhubungan dengan zat.5

Biederman, Mick, dan Faraone mendefinisikan beberapa jenis remisi pada ADHD

dengan menggunakan pendekatan klasifikasi yang disusun oleh Keck et al, yaitu sebagai

berikut.6

1. Remisi sindromatik yaitu kondisi yang ditunjukkan oleh 6-11 gejala dari 18 gejala

ADHD yang terdapat dalam kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV

2. Remisi simtomatik yaitu kondisi yang ditunjukkan oleh kurang dari 6 gejala dari 18

gejala ADHD yang terdapat dalam kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV

dan disertai dengan gangguan fungsi global anak (GAF <60)

3. Remisi fungsional yaitu kondisi yang ditunjukkan oleh <6 gejala dari 18 gejala

ADHD yang terdapat dalam kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-IV tanpa

disertai gangguan fungsi global anak (GAF >60)

3.3 Gangguan Perkembangan Bicara

3.3.1 Definisi

Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa

ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam

masalah bahasa. Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang

yang dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan; sedangkan ucapan

atau berbicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam suatu tingkah laku

yang dapat didengar. Bahasa dapat dipandang sebagai dasar di atas mana kemudian

dibangun kemampuan berbicara tersebut, keduanya akan berkembang dalam progresi

yang beraturan. Kemampuan berbahasa diperlihatkan dengan cara bagaimana anak

merespon petunjuk lisan yang diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk

46

Page 47: 4. Dokkel M

mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan serta penetahuan tenatng lingkungan serta

melalui permainan kreatif dan imajinatif.1,5

3.3.2 Etiologi

Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang

dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif,

fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya. Etiologi gangguan perkembangan bahasa

dirangkum sebagai berikut.1

1. Lingkungan sosial anak

Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan

bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan

bahasa pada anak.

2. Sistem masukan/input

Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.

Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak deng otitis

media kronik dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami keterlambatan

kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat

pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial,

(infeksi intra uterin ; sifilis, rubella, tolsoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduktif

seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli

perseptif/afasia sensorik (terjadi kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi

suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme

infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga akan berpengaruh

pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat, demikian juga dengan anak dengan

defisit taktil kinestetik akan tejadi gangguan artikulasi.

3. Sistem pusat bicara dan bahasa

Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, inteprestasi, formulasi

dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak.

Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada

Sindrom Down.

4. Sistem Produksi

Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme

neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi

47

Page 48: 4. Dokkel M

laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,

faring dan rongga mulut.

3.3.3 Klasifikasi

Berdasarkan patofisologi kelainan perkembangan bicara pada anak dibagi menjadi tipe

sebagai berikut.1

1. Primer ekspresif

a. disfraksia verbal

b. anak mengerti sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih sering

menunjuk daripada bicara

c. gangguan defisit produksi fonologi

d. anak bicara dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan pada orang-

orang yang sering kontak dengannya sehingga menimbulkan rasa marah dan frustasi

bagi si anak.

2. Defisit represif dan ekspresif

a. gangguan campuran ekspresif represif

b. anak berbicara sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak dari mereka

yang autistik.

c. disfrasia verbal auditori agnosia

d. anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun kadang-kadang

mereka mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain dan miskin dalam artikulasi

kata-kata.

3. Defisit bahasa yang lebih berat

a. gangguan leksikal sintaksis

b. anak kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-

cakap. Mereka tidak gagap dan tidak menghindar untuk berbicara.

c. gangguan semantik pragmantik

d. Anak dapat berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik.

3.3.4 Penatalaksanaan

Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada anak, akan

membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan

kelainan pada masa sekolah antara lain yang dengan menggunakan pemeriksaan DDST.

Setelah terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka dapat dicarai

48

Page 49: 4. Dokkel M

penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan

perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan

perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran sensoris

bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan fonologi biasaya prognosisnya lebih

baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak yang itelegensinya normal perkembangan

bahasanya lebih baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan

gangguan yang multipel terutama dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif

atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahu, mempunyai gangguan

bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun.1

Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa menurut Blager (1981).1

Masalah Penatalaksanaan Rujukan

Lingkungan

a. Sosek rendah

b. Tekanan Keluarga

c. Keluarga bisu

d. Bahasa Bilingual

• Meningkatkan stimulasi

• Mengurangi tekanan

• Meningkatkan stimulasi

• Menyederhanakan masukan

bahasa

• Kelompok BKB (Bina

Keluarga dan Balita) atau

kelompok bermain.

• Konseling keluarga

• Kelompok BKB

• Ahli, terapi wicara

Emosi

a. Ibu yang tertekan

b. Gangguan serius

pada keluarga

c. Gangguan serius

• Meningkatkan stimulasi

• Meningkatkan status emosi

anak

• Meningkatkan status emosi

anak

• Konseling, kelompok

BKB/bermain

• Psikoterapi

• Psikoterapi

Masalah Pendengaran

a. Kongenital

b. Didapat

• Monitor dan obati kalau

memungkinkan

• Monitor dan obati kalu

memungkinkan

• Audiologist/ahli THT

• Audiologist/ahli THT

Perkembangan lambat

49

Page 50: 4. Dokkel M

a. Dibawah rata-rata

b. Perkembangan

terlambat

c. Retardasi mental

• Meningkatkan stimulasi

• Meningkatkan stimulasi

• Maksimalkan potensi

• Ahli terapi wicara

• Ahli terapi wicara

• Program khusus

Cacat bawaan

a.Palatum sumbing

b. Sindrom Down

• Monitor dan dioperasi

• Monitor dan stimulasi

• Ahli terapi setelah operasi

• Rujuk ke ahli terapi

wicara, SLB C, monitor

pendengarannya

Kerusakan otak

a.Kerusakan

neuromuskular

b. Sensorimotor

c.Palsi Serebralis

d. Masalah persepsi

• Atasi masalah makan dan

meningkatkan kemampuan

bicara anak

• Mengatasi masalah makan dan

meningkatkan kemampuan

bicara anak

• Mengoptimalkan kemampuan

fisik kogntitif dan bicara anak

• Mengatasi masalah

keterlambatan bicara

• Rujuk ke ahli terapi kerja,

ahli gizi, ahli patologi

wicara

• Rujuk ke ahli terapi kerja,

ahli gizi, ahli terapi

wicara

• Rujuk ke ahli rehabilitasi,

ahli terapi wicara

• Rujuk ke ahli patologi

wicara , kelompok BKB

BAB IV

50

Page 51: 4. Dokkel M

PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien An. AM usia 7 tahun dengan keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu disertai dahak kental berwarna keputihan. Sedangkan keluhan pilek dialami pasien sejak 4 hari yang lalu dengan ingus encer warna keputihan dan bersin-bersin terutama saat pagi hari. Keluhan demam, mual, dan muntah disangkal. Nafsu makan pasien baik. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti

batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. ISPA bukan pneumonia

ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada

kedalam, tanpa napas cepat.2 Perilaku pasien yang jarang mandi, kondisi kamar yang kotor

dan berdebu, jarang cuci tangan, jarang berolahraga, dan ventilasi rumah yang jarang dibuka

menyebabkan pasien mudah terserang infeksi seperti ISPA maupun infeksi virus lainnya.

Kondisi ini yang menyebabkan pasien sering mengalami ISPA yang berulang.

Selain mengeluhkan batuk dan pilek, paman pasien juga mengeluh jika pasien tidak

bisa duduk diam. Keadaan ini muncul sejak pasien berusia 5 tahun atau sekitar 2 tahun yang

lalu. Apabila ada kegiatan, pasien tidak bisa diam, selalu berlari-lari keliling ruang,

mengganggu hingga memukul teman sebaya, dan selalu mengambil barang milik orang lain.

Pasien selalu menginginkan mainan mobil-mobilan dan balon. Apabila keinginan pasien

terhadap kedua barang tersebut tidak terpenuhi, pasien akan marah lalu mengamuk dan akan

melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya tersebut. Pasien pernah lari ke tengah

jalan untuk menghentikan penjual balon dan hampir ditabrak kendaraan. Diagnosis ADHD

berdasarkan anamnesis berupa anak yang bersikap aktif, sedikit tidur, tidak bisa diam,

seringkali labil secara emosional, mudah dibuat tertawa atau menangis, dan mood cenderung

bervariasi dan tidak dapat diramalkan. Impulsivitas dan ketidak mampuan menunda

kegembiraan adalah karakteristik. Anak sering sekali rentan terhadap kecelakaan5, seperti

pada pasien ini yang sering lari ke tengah jalan dan hampir ditabrak kendaraan akibat

keiinginannya yang tidak terpenuhi. Pemeriksaan status mental pada anak dengan ADHD

mungkin menunjukan mood terdepresi sekunder tetapi tidak ada gangguan pikiran, gangguan

tes realitas, atau afek yang tidak sesuai.5 Keadaan ini sesuai dengan pemeriksaan psikiatri

pada pasien dimana selama proses anamnesis dan pemeriksaan pasien tampak hiperaktif

dengan penampilan yang tidak rapi. Kontak verbal baik, kontak visual menurun karena pasien

tidak bisa duduk diam dan selalu bergerak. Sedangkan untuk persepsi dan pikiran pasien

51

Page 52: 4. Dokkel M

inkoheren namun tidak ditemukan adanya halusinasi atau ide bunuh diri. Berdasarkan survei

menggunakan Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI), nilai yang

diperoleh pasien menunjukkan diagnosis ADHD. Berdasarkan DSM-V, terdapat 3 jenis

ADHD, yaitu inatensi, hiperaktif, maupun campuran.8 Pada pasien ini, jenis ADHD yang

dialami oleh pasien adalah jenis campuran.

Pasien juga mengalami keterlambatan dalam masalah perkembangan bicara. Paman

pasien tidak mengetahui sejak kapan pasien bisa berbicara, namun hingga sekarang artikulasi

yang diucapkan belum jelas. Kata-kata yang dikeluarkan oleh pasien hanya dimengerti oleh

paman dan nenek pasien. Apabila pasien dipanggil, ditanya, maupun disuruh melakukan

sesuatu, pasien dapat menoleh, menanggapi pertanyaan, dan mengerti maksud pertanyaan

tersebut. Namun jawaban yang diberikan tidak jelas dan sulit dimengerti. Dasar diagnosis

gangguan perkembangan bicara adalah pada usia >36 bulan atau pada pasien ini berusia 7

tahun namun belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana untuk berbicara maupun

untuk bertanya. Kemampuan berbahasa diperlihatkan dengan cara bagaimana anak merespon

petunjuk lisan yang diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk mengkomunikasikan

kebutuhan, keinginan serta penetahuan tentang lingkungan serta melalui permainan kreatif

dan imajinatif.7 Pasien masih dapat menoleh saat dipanggil maupun menanggapi pertanyaan

sehingga diagnosis banding tuli kongenital dapat disingkirkan.

Pasien sudah tinggal dengan paman dan nenek pasien sejak pasien berusia 3 tahun.

Orangtua pasien bercerai dan hak asuh anak jatuh pada ayah pasien. Namun karena ayah

pasien bekerja di luar kota, pasien dititipkan dengan paman dan nenek pasien hingga

sekarang. Ayah dan ibu pasien tidak pernah datang menjenguk pasien. Teori menyatakan

bahwa anak dengan pemutusan emosional yang lama, anak yang di adopsi, atau anak yang

ditempatkan di rumah penitipan dapat menimbulkan stres, suatu gangguan dalam keluarga,

dan faktor yang menyebabkan kecemasan yang berperan dalam awal atau berlanjutnya

ADHD dan gangguan perkembangan.5 Cedera otak minimal yang terjadi saat persalinan

maupun perkembangan anak, samar-samar, sub-klinis mungkin bertanggung jawab untuk

timbulnya gangguan belajar, ADHD, dan gangguan perkembangan.7 Proses perkembangan

pasien tidak diketahui karena sejak usia 3 tahun pasien sudah dititipkan pada paman dan

nenek pasien. Sepupu pasien juga mempunyai kondisi yang sama dengan pasien. Menurut

teori sanak saudara anak-anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan

dibandingkan populasi umum.5

Diagnosis banding autisme dapat disingkirkan pada pasien ini. Autis adalah sebuah

gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan dalam berkomunikasi, berinteraksi

52

Page 53: 4. Dokkel M

sosial dengan orang lain, atau gangguan perilaku. Anak autis cenderung fokus pada dunianya

sendiri sehingga tidak ada perhatian ketika diajak berkomunikasi. Sedangkan pada pasien ini

cenderung tidak bisa diam sehingga tidak ada perhatian saat diajak berkomunikasi. Gejala

autis biasanya tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Sedangkan pada ADHD terjadi sebelum

usia 7 tahun dan gangguan tersebut harus berlangsung selama minimal 6 bulan.6 Pada pasien

ini sulit dinilai karena paman pasien tidak mengetahui keadaan pasien sebelum berusia 3

tahun.

Terapi farmakologis yang diberikan pada pasien untuk mengobati ISPA adalah Amoxicilin 2 x 250 mg tablet, Ambroxol 3 x 15 mg, Vitamin C 2 x 1 tablet. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti

batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. ISPA bukan pneumonia

yang tidak disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat hanya

butuh pengobatan konservatif seperti istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi.2

Nafsu makan pasien masih baik sehingga diharapkan ISPA yang diderita pasien dapat

sembuh dengan antibodi pasien sendiri. Antibiotik hanya diberikan apabila ISPA yang

diderita pasien sudah lama dan menyebabkan pasien demam, penurunan nafsu makan, dan

adanya tarikan pada dinding dada.2

Selain pengobatan farmakologis juga diperlukan edukasi mengenai

penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi, edukasi bahwa penyakit ini mudah

menular sehingga orang-orang di sekitar harus menjaga kebersihan dan menjaga daya tahan

tubuh, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, rajin mencuci tangan setelah kontak dengan

pasien, makan makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup kepada keluarga pasien agar

tidak terjadi kondisi yang serupa di kemudian hari. Edukasi yang diberikan kepada keluarga

penting sekaligus untuk memutus rantai penularan virus. Anak harus menjaga keadaan gizi

agar tetap baik, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, mencegah anak

berhubungan dengan penderita ISPA, anggota keluarga disarankan berhenti merokok atau

hindari asap rokok , aktivitas fisik ditingkatkan, dan istirahat yang cukup.2

Sedangkan tatalaksana untuk ADHD dan gangguan perkembangan bicara tidak dapat

ditangani di Puskesmas sehingga pasien harus dirujuk ke dokter spesialis anak untuk

tatalaksana lanjutan. Pada baberapa kasus yang berat biasanya pasien diberikan pengobatan

farmakologis. Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama

dextroamphetamine, methylphenidate, dan pemoline. Destroamphetamin diizinkan pada anak

berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6 tahun atau lebih.

53

Page 54: 4. Dokkel M

Keduanya adalah obat yang paling sering digunakan. Mekanisme kerja dari stimulan belum

dapat diketahui. Methylphenidate telah terbukti sangat efektif pada hampir tigaperempat anak

dengan ADHD dan memiliki efek samping yang relatif kecil. Methylphenidate adalah

medikasi kerja singkat yang biasanya digunakan secara efektif pada jam-jam sekolah,

sehingga anak dengan ADHD dapat memperhatikan tugasnya dan tetap di dalam ruang kelas.

Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri kepala, nyeri lambung, mual, dan

insomnia. Beberapa anak mengalami efek “rebound” dimana mereka menjadi agak mudah

marah dan tampak agak hiperaktif selama waktu yang singkat saat medikasi dihetikan.

Permasalahan lain yang sering tentang methylphenidate adalah apakah obat akan mensupresi

pertumbuhan. Selama periode pemakaian, methylphenidate dapat disertai dengan supresi

pertumbuhan tetapi anak cenderung tumbuh saat mereka diberikan libur obat di musim panas

atau pada akhir minggu.5,6,7 Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik

yang menyeluruh pada anak ADHD dan biasanya hanya merupakan satu segi dari regimen

multi modalitas. Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, konseling orangtua, dan

terapi tiap gangguan belajar yang menyertai mungkin diperlukan.5

Selain diberikan pengobatan dan psikoterapi, keluarga juga harus diedukasi mengenai

penyakitnya, gejala, faktor predisposisi dan terapi, edukasi bahwa penyakit ini bukan

kutukan, melainkan masalah perkembangan pasien dan dapat diterapi namun tidak tersedia di

Puskesmas Palaran, menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak normal, menjelaskan

peran keluarga dalam perbaikan kondisi pasien, dan keluarga harus sabar dalam membimbing

pasien agar dapat mencapai perkembangan sesuai dengan usia pasien. Keluarga pasien masih

percaya mitos jika penyakit ini karena kutukan atau hal-hal gaib sehingga penyakit ini harus

benar-benar diberikan penjelasan yang mendalam. Pasien disarankan untuk disekolahkan.

Apabila tidak dapat disekolahkan di sekolah biasa, pasien dapat disekolahkan di sekolah luar

biasa. Edukasi tidak hanya diberikan pada keluarga namun juga pada tetangga pasien karena

beberapa tetangga pasien menjauhi keluarga pasien dan pasien akibat kondisi ini. Orangtua

dan keluarga harus dibantu untuk menyadari bahwa walaupun ada kekurangan pada anak-

anak mereka dalam beberapa bidang, mereka menghadapi tugas maturasi yang normal,

termasuk perlu mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.5,7

Selain itu, anak dengan ADHD harus di atur pola makannya. Dalam kasus ADHD,

memasukkan makanan tertentu yang biasa dimakan setiap bisa saja akan memperburuk atau

bahkan meringankan gejala. Diet untuk ADHD harus kaya protein. Diet ini baik untuk otak,

dan otomatis menjadi pilihan yang baik untuk ADHD. Protein harus dimasukkan dalam menu

makanan yang mencakup  telur, daging, keju dan kacang-kacangan. Karbohidrat sederhana

54

Page 55: 4. Dokkel M

seperti permen, sirup jagung, tepung putih, roti putih, beras putih, kentang yang dikupas dan

gula, perlu dihilangkan dari diet ADHD. Hal ini akan membantu untuk mengurangi

hiperaktivitas pada penderita. Sementara menghilangkan asupan karbohidrat sederhana, diet

ADHD harus meningkatkan jumlah asupan karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan

dicerna secara perlahan-lahan sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal

ini untuk mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan olahan

dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih banyak sayuran dan

buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi, apel dan jeruk dalam diet

penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari juga dapat membantu penderita supaya

mudah tertidur. Jangan biarkan pasien mengkonsumsi makanan dengan aditif, karena

penelitian telah membuktikan bahwa bahan pewarna buatan, pengawet dan perisa dalam

makanan olahan dapat meningkatkan gejala hiperaktif pada anak-anak dengan ADHD. Selain

itu, aspartam dan MSG juga harus dihilangkan dari diet ADHD. Gula dan makanan manis

bisa membuat beberapa anak menjadi hiperaktif. Meskipun tidak ada bukti yang jelas yang 

menunjukkan bahwa gula dan makanan manis dapat menyebabkan ADHD, namun

membuang makanan ini dari daftar diet akan membantu menghilangkan gejala.

Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa

remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas

mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls

mungkin menetap. Keadaan ini menyebabkan pasien harus segera di rujuk ke fasilitas

kesehatan lanjutan agar kondisi pasien tidak bertambah berat.

55

Page 56: 4. Dokkel M

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

2. Nelson WE, ed. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2008. Buku Ajar Respirologi anak, edisi pertama.

Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

4. Yoga, Tjandra. 2007. Penanganan ISPA pada anak di RS kecil negara berkembang,

pedoman untuk dokter dan petugas kesehatan senior. Jakarta: Media Press

5. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid II. Tangerang:

Binarupa Aksara.

6. Maramis, W., & Maramis, A. A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta: Penerbit

Airlangga University Press.

7. Sadock, B., & Sadock, V. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

8. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders Fifth Edition (DSM-V). London: American Psychiatric Publishing.

56

Page 57: 4. Dokkel M

DOKUMENTASI

Rumah Bagian Luar

Ruang Tamu

57

Page 58: 4. Dokkel M

Ruang Keluarga

Kamar Tidur

58

Page 59: 4. Dokkel M

Dapur

Kamar Mandi dan Toilet

59