37-2057-1-SM

10
 Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 201 4) PENERAPAN MODEL POLYA  UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM MEMECAHKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS V Sari Kusuma Dewi 1 , Md. Suarjana 2 , Md. Sumantri 3 1 Jurusan PGSD, 2 Jurusan PGSD, 3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: kusumadew i.sari@yahoo .com 1 , pgsd_un diksha@yahoo .co.id  2  [email protected] 3  Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN No. 2 Sepang, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013 setelah diterapkan model pembelajaran Polya. Subjek penelitian ini sebanyak 28 orang siswa kelas V. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus. Tiap siklus melalui empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Data dikumpulkan dengan metode tes. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif . Hasil analisis kemudian dikonversikan pada PAP skala lima. Hasil analisis menunjukan bahwa hasil belajar Matematika sebesar  71,07% (kategori sedang) pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 90,35% pada siklus II (kategori sangat tinggi). Ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 19,28% dari siklus I ke siklus II  Kata-kata kunci: self-directed learning , hasil belajar, IPA Abstract The study aims to determine the improvement of student learning outcomes Math class No. SDN. 2 Sepang, District Busungbiu, Buleleng Academic Year 2012/2013 after Polya applied learning models. The subjects were 28 students of class V. This research is a class action consisting of 2 cycles. Each cycle through the four stages, namely planning, implementation, observation/evaluation, and reflection. Data collected by the test method. The data collected was analyzed by quantitative descriptive analysis. The result of the analysis is then converted to a scale of five PAP. The results of the analysis showed that the learning outcomes of Mathematics at 71.07% (medium category) in the first cycle, then increased to 90.35% in the second cycle (high category). This shows that an increase of 19.28% learning outcomes from the first cycle to the second cycle . Key words:  polya learning, learning outcomes. PENDAHULUAN “Kebutuhan pendidikan yang baik mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya” (Sukmadinata, 2010:45). Otonomi di bidang pendidikan memberikan kesempatan dan wewenang untuk melakukan berbagai inovasi dalam mengembangkan dan implementasi kurikulum, pembelajaran, bimbingan siswa dan manajemen pendidikan. Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada yang baik. Pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu

description

a

Transcript of 37-2057-1-SM

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 1/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENERAPAN MODEL POLYA  UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR DALAM MEMECAHKAN SOAL CERITA MATEMATIKA

SISWA KELAS V

Sari Kusuma Dewi1, Md. Suarjana2, Md. Sumantri3

1Jurusan PGSD, 2Jurusan PGSD, 3Jurusan PGSD, FIPUniversitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], [email protected] 2 

[email protected] 

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Matematika siswa kelasV SDN No. 2 Sepang, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran2012/2013 setelah diterapkan model pembelajaran Polya. Subjek penelitian ini sebanyak28 orang siswa kelas V. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiriatas 2 siklus. Tiap siklus melalui empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan,observasi/evaluasi, dan refleksi. Data dikumpulkan dengan metode tes. Data yangdikumpulkan dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif . Hasil analisis kemudiandikonversikan pada PAP skala lima. Hasil analisis menunjukan bahwa hasil belajarMatematika sebesar   71,07% (kategori sedang) pada siklus I, kemudian meningkatmenjadi 90,35% pada siklus II (kategori sangat tinggi). Ini menunjukan bahwa terjadipeningkatan hasil belajar sebesar 19,28% dari siklus I ke siklus II 

Kata-kata kunci:  self-directed learning , hasil belajar, IPA

Abstract

The study aims to determine the improvement of student learning outcomes Math classNo. SDN. 2 Sepang, District Busungbiu, Buleleng Academic Year 2012/2013 after Polyaapplied learning models. The subjects were 28 students of class V. This research is aclass action consisting of 2 cycles. Each cycle through the four stages, namely planning,implementation, observation/evaluation, and reflection. Data collected by the test method.The data collected was analyzed by quantitative descriptive analysis. The result of theanalysis is then converted to a scale of five PAP. The results of the analysis showed thatthe learning outcomes of Mathematics at 71.07% (medium category) in the first cycle,then increased to 90.35% in the second cycle (high category). This shows that anincrease of 19.28% learning outcomes from the first cycle to the second cycle.

Key words:  polya learning, learning outcomes.

PENDAHULUAN“Kebutuhan pendidikan yang baik

mampu meningkatkan kualitas bangsa,mengembangkan karakter, memberikankeunggulan dan kemampuan berkreasi,semakin dirasakan urgensinya”(Sukmadinata, 2010:45). Otonomi di bidangpendidikan memberikan kesempatan dan

wewenang untuk melakukan berbagaiinovasi dalam mengembangkan dan

implementasi kurikulum, pembelajaran,bimbingan siswa dan manajemenpendidikan. Sasaran dan perbuatanpendidikan selalu normatif, selalu terarahkepada yang baik. Pendidikan tidak mungkindan tidak pernah diarahkan kepadapencapaian tujuan-tujuan yang merugikanatau bertentangan dengan kepentingan

peserta didik ataupun masyarakat. Prosespendidikan berlangsung dalam suatu

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 2/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

interaksi antara peserta didik denganpendidik untuk membantu perkembanganpeserta didik mencapai tujuan pendidikan.Maka dari itu perlu adanya model

pembelajaran yang diterapkan sesuaidengan karakteristik dan mampu untukmembangun pola pikir peserta didik yanglebih maju.

Matematika sebagai salah satu matapelajaran yang memiliki sistem sangatteratur dan terstruktur dapat dijadikan salahsatu penerapan model pembelajaran yangrelevan saat ini. Sesuai dengan kurikulumtingkat satuan pendidikan KTSP ,2002 salahsatu topik dalam pengajaran. “Matematikaadalah perkalian, yang merupakan salah

satu materi yang diajarkan pada siswa SD”(Wahyudi, 2008:1). Diharapkan bahwapembelajaran Matematika denganmenggunakan model pembelajaran Polya dapat dengan mudah diterapkan oleh gurudan digunakan oleh siswa dalammemecahkan soal-soal cerita padapembelajaran Matematika sehingga mampumeningkatkan hasil belajar siswa danmenambah pengetahuan bagi guru dansiswa. Sesuai dengan harapan pemerintahyang ingin meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia indonesia melaluipendidikan.

National Concil of TeacherMathematics  (dalam Wahyudi, 2008:6)menyatakan “Bahwa para siswa harusbelajar matematika dengan  pemahaman,siswa secara aktif membangun pengetahuanbaru berdasarkan  pengalaman danpengetahuan yang sudah dimilikinya(Students must learn mathematics withunderstanding, actively building newknowledge from experience and priorknowledge)”. Agar hal seperti ini terjadi,maka pada proses pembelajaran di  kelas,menurut istilah yang ada pada teori Piaget,para siswa harus difasilitasi sehingga prosesasimilasi dan akomodasi dapat terjadi.Sesuai dengan tuntutan dari  teori Piaget,maka asimilasi terjadi jika pengetahuan lamadapat berkait dengan pengetahuan yangsudah ada di benak siswa (struktur kognitif).Selanjutnya dengan adanya proses asimilasiini, proses akomodasi terjadi juga.

NCTM Standards  (dalam Ali,2009:163) menyatakan pembelajaranMatematika harus diarahkan pada

pengembangan kemampuan berikut. “(1)memperhatikan serta menggunakan koneksimatematika antar berbagai ide matematik (2)memahami bagaimana ide-ide matematik

saling terkait satu dengan lainnya sehinggaterbangun pemahaman menyeluruh, dan (3)memperhatikan serta menggunakanmatematika dalam konteks diluarmatematika”. 

 Ahmadi (dalam Aisyah 2007:6)menyatakan “masalah yang dihadapi dalampembelajaran Matematika biasanyadinyatakan dalam bentuk soal cerita, baiktertulis ataupun lisan. Soal cerita lebih sulitdipecahkan dari pada soal-soal yangmelibatkan bilangan-bilangan”. Di dalam

menyelesaikan soal cerita, siswa lebihdahulu dituntut untuk mengetahui apa yangdiketahui dan apa yang ditanyakan dalamsoal. Selanjutnya siswa membuat modelmatematika untuk menyelesaikan soaltersebut. Berdasarkan model matematikayang telah dibuat, siswa mencaripenyelesaian. Pada akhirnya perludikembalikan penyelesaian tersebutterhadap masalah semula.

Sesuai dengan tujuan pembelajaranpemecahan masalah tersebut, maka pada

penelitian ini digunakan soal-soal perkalianyang disajikan dalam bentuk soal cerita.Penyajian soal cerita ini memberikanpengetahuan kepada siswa mengenaipemanfaatan model yang ada dalammenyelesaikan materi perkalian dalamkehidupan sehari-hari.

Berdasarkan paragraf di atas, dapatdisimpulkan bahwa tujuan pembelajaransoal cerita adalah agar siswa 1) dapatberlatih dan berpikir secara deduktif, (2)dapat melihat hubungan dan kegunaanmatematika dalam kehidupan sehari-hari, (3)dapat menguasai keterampilan matematikadan memperkuat penguasaan konsepmatematika.

Kemampuan menyelesaikan soalcerita menuntut cara berpikir tingkat tinggiuntuk siswa. Kemampuan tersebut antaralain adalah 1) menentukan sesuatu yangdiketahui, 2) menentukan sesuatu yangditanyakan, 3) menentukan modelmatematika yang diperlukan, dan 4)

melakukan perhitungan sesuai denganmodel matematikanya. Kemampuan tersebutsangat penting karena bermanfaat dalam

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 3/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kehidupan sehari-hari, pada saat siswahidup dalam masyarakat. Masalah yangmuncul dalam kehidupan sehari-hari tidakberbentuk suatu paket model matematika.

Masalah biasanya berupa kata-kata atauperistiwa yang penyelesaiannyamembutuhkan keterampilan untukmenterjemahkan kedalam modelmatematika yang sesuai. Keterampilan iniperlu diberikan kepada siswa di sekolahmelalui pembelajaran pemecahan masalahsoal cerita.

Polya  (dalam Aisyah, 2007:5-10) menyatakan solusi soal pemecahanmasalah memuat empat langkahpenyelesaian, sebagai berikut. ”1)

memahami masalah, 2) merencanakanpenyelesaian, 3)menyelesaikan masalahsesuai dengan rencana, dan 4) melakukanpengecekan kembali terhadap semualangkah yang telah dikerjakan”. Fasepertama adalah memahami masalah, tanpamemahami masalah yang diberikan siswatidak mungkin mampu menyelesaikanmasalah tersebut dengan benar. Setelahsiswa memahami masalah dengan benar,selanjutnya mereka harus mampumenyusun rencana penyelesaian masalah.

Kemampuan fase ke dua ini sangattergantung pada pengalaman siswa dalammenyelesaikan masalah. Jika rencanapenyelesaian masalah telah dibuat, baiksecara tertulis maupun tidak selanjutnyadilakukan penyelesaian masalah sesuaidengan rencana yang dianggap paling tepat. Adapun langkah terakhir dari prosespenyelesaian masalah menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apayang telah dilakukan mulai dari fasepertama sampai fase terakhir.

 Alasan menggunakan pemecahanmasalah model Polya, karena model Polya menyediakan kerangka kerja yang tersusunrapi untuk menyelesaikan masalah yangkompleks sehingga dapat membantu siswadalam memecahkan masalah. Beberapahasil penelitian yang telah dilakukansebelumnya menunjukkan bahwapemecahan model Polya efektif.

Dilihat dari hasil tes awal yangdiberikan pada siswa kelas V SD Negeri 2

Sepang hanya 20 orang siswa yangmendapatkan nilai diatas rata-rata dan 8siswa mendapatkan nilai masih dibawah

rata-rata. Hal ini diakibatkan karenakurangnya pemahaman siswa tentang caramengerjakan soal cerita dan model yangdigunakan oleh guru masih kurang tepat

untuk menyelesaikan soal cerita karenaberdasarkan hasil tes dikelas pada saatsiswa diberikan soal cerita siswamengerjakan soal cerita tersebut tidakberstruktur. Hal itulah yang menyebabkansiswa kebingungan didalam memecahkansoal cerita.

Secara umum strategi pemecahanmasalah yang sering digunakan yaitustrategi yang dikemukakan oleh Polya. Polya(dalam Budhayanti, 2008:8-9) menyatakan“untuk mempermudah memahami dan

menyelesaikan suatu masalah, terlebihdahulu masalah tersebut disusun menjadimasalah-masalah sederhana, lalu dianalisis(mencari semua kemungkinan langkah-langkah yang ditempuh), kemudiandilanjutkan dengan proses sintesis(memeriksa kebenaran setiap langkah yangdilakukan)”.

Pada tingkatan masalah tertentu,langkah-langkah Polya  di atas dapatdisederhanakan menjadi empat langkahyaitu memahami masalah, membuat

rencana penyelesaian, melaksanakanrencana dan melihat kembali.

Berdasarkan kerangka pemecahanmasalah tersebut dapat disimpulkan bahwadalam pemecahan masalah selainpengetahuan matematika, diperlukan suatuprosedur yang dapat diaplikasikan pada soalatau masalah matematika. Adapun yangmenjadi prosedur proses dalampelaksanaan pemecahan masalah mulai darimemahami masalah, membuat rencanapenyelesaian, melaksanakan rencana, danmelihat kembali

Rosalin (2008:5) menyatakan“konstruktivisme merupakan cara pandang(filosofis)  yang menganjurkan perubahanproses pembelajaran skolastik melaluipengenalan, penyusunan dan penetapantangkapan pengetahuan berdasar reaksi (didalam pikiran) peserta didik”. Ilmupengetahuan tidak boleh di pindahkankepada peserta didik dalam bentuk yangserba jadi melalui program pengajaran guru

(Teacher Centered Learning). Guru bukanlagi satu-satunya sumber belajar dan kedua,guru bukan pula satu-satunya sumber

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 4/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kebenaran ilmiah. Dengan demikian, terjadiperubahan orientasi belajar dari TeacherCentered Learning ke Student CenteredLearning.

Piaget   (dalam Rosalin, 2008:5)menyatakan hakikat pengetahuan sebagaiberikut. (1) Pengetahuan bukanlahmerupakan gambaran dunia kenyataanbelaka, melainkan selalu merupakankonstruksi kenyataan melalui kegiatansubjek. (2) Subjek membentuk skemakognitif, kategori, konsep, dan struktur yangperlu untuk pengetahuan. (3) Pengetahuandibentuk dalam struktur konsepsi seseorang.Struktur konsepsi membentuk pengetahuanseseorang jika konsepsi itu berlaku dalam

berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Jadi yang terpenting dalam teorikonstruktivisme adalah dalam prosespembelajaran, pelajarlah yang harusmendapatkan penekanan. Mereka yangharus aktif mengembangkan pengetahuanmereka bukan pengajar atau orang lain.Mereka yang harus bertanggung jawabterhadap hasil belajarnya. Penekananbelajar siswa secara aktif ini harusdikembangkan. Keaktifan dan kreatifitas

siswa membantu mereka untuk berdirisendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Karakteristik lingkungan belajar yangsesuai dengan pandangan konstruktivismemenurut Indrawati (dalam Rosalin, 2008:7)adalah sebagai berikut. 1) Siswa tidakdipandang sebagai sesuatu yang pasif,tetapi memiliki tujuan serta dapat meresponsituasi pembelajaran dengan membawakonsep awal sebelumnya, 2) Belajarmempertimbangkan seoptimal mungkinmelibatkan proses aktif siswa dalammengonstruksi pengetahuan yang kerap kalimelibatkan negosiasi interpersonal, 3)Pengetahuan bukan sesuatu yang datangdari luar, melainkan dikonstruksi secarapersonal dan sosial, 4) Seperti siswa, guru juga membawa konsepsi awal kedalamsituasi pembelajaran, baik mengenai materipelajaran maupun pandangan merekatentang pelajaran, 5) Pembelajaranbukanlah tranmisi pengetahun, melainkanmelibatkan pengaturan situasi kelas serta

tatanan pembelajaran yang memungkinkansiswa dapat berpikir secara ilmiah, 6)Kurikulum bukanlah sesuatu yang sekadar

dipelajari, melainkan seperangkat programpembelajaran, materi, sumber, sertapembahasan yang memungkinkan siswadapat berpikir secara ilmiah, dan 7)

Kurikulum bukanlah sesuatu yang hanyadipelajari, melainkan seperangkat programpembelajaran, materi, sumber, sertapembahasan yang merupakan titik tolaksiswa untuk mengonstruksi pengetahuan.

Suparno (1997:9) menyatakan agarperan dan tugas tersebut berjalan denganoptimal, diperlukan beberapa kegiatan yangperlu dikerjakan dan juga beberapapemikiran yang perlu disadari oleh pengajaradalah sebagai berikut. 1) Guru perlubanyak berinteraksi dengan siswa untuk

lebih mengerti apa yang sudah merekaketahui dan pikirkan, 2) Tujuan dan apayang dibuat dikelas sebaiknya dibicarakanbersama sehingga siswa sungguh terlibat, 3)Guru perlu mengerti pengalaman belajarmana yang lebih sesuai dengan kebutuhansiswa. Ini dapat dilakukan denganberpartisipasi sebagai pelajar juga ditengahpelajar, 4) Diperlukan keterlibatan dengansiswa yang sedang berjuang dankepercayaan terhadap siswa bahwa merekadapat belajar dan 5) Guru perlu mempunyai

pemikiran yang fleksibel untuk dapatmengerti dan menghargai pemikiran siswakarena kadang siswa berpikir berdasarkanpengandaian yang tidak diterima oleh guru.

Kesimpulan dari kedua pendapattersebut adalah adanya keterkaitanhubungan antara lingkungan dan pendidikuntuk membangun motifasi dan kemampuanpeserta didik dalam proses pembelajaranyang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

J.Piaget (dalam Rosalin, 2008:9)menyatakan aspek pembelajarankonstruktivisme meliputi dua proses,yaituasimilasi dan akomodasi.”1). Asimilasiadalah proses kognitif, saat seseorangmengintegrasikan persepsi, konsep ataupunpengalaman baru kedalam skema atau polayang sudah ada dalam pikirannya. 2). Akomodasi adalah menghadapi rangsanganatau pengalaman baru untuk dihadapisehingga sesuai dengan skema atau polayang menjadi pemikirannya”. 

Vygotskian (dalam Rosalin, 2008:11)menyatakan “Aspek konstruktivismememandang bahwa pengetahuan

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 5/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dikonstruksi secara kolaboratif antaraindividual dan keadaan tersebut dapatdisesuaikan oleh setiap individu”  Prosesdalam kognisi diarahkan melalui adaptasi

intelektual dalam konteks sosial budaya.Proses penyesuaian itu equivalent denganpengonstruksian pengetahuan secaraintradividual. Dalam hubungan ini, parakonstruktivis Vygotskian lebih menekankanpada penerapan teknik saling tukar gagasanantar individual.

Dari kedua pendapat tersebut dapatdisimpulkan aspek pembelajarankonstruktivisme lebih menekankan padakemampuan individual kognitif siswa sesuaidengan kemampuan yang dimiliki.

 Amir, (2009:2) menyatakan”Pengetahuan memiliki peran penting dalamperadaban manusia kita semua sudahpaham. Namun, memasuki milenium baru inikesadaran atas pentingnya pengetahuansemakin nyata dan meningkat”. Organisasi-organisasi, apakah itu organisasi bisnis,lembaga swadaya masyarakat maupunorganisasi pemerintah, sangatmengandalkan intelektualitas para sumberdaya manusianya. Semua menyadari bahwa justru itulah modal terpenting dari

serangkaian modal yang harus merekamiliki. Pengetahuan yang dikelola, upayapencariannya dan pengembangannya,sertapenyebarannya keseluruh sendi-sendiorganisasi jauh lebih penting dari sekedarmodal fisik yang dimiliki. Pengetahuan danintelektulitas itu sangat menguntungkan bagisemua orang dan merupakan aset yanglebih penting dari apapun. Berbagaiperubahan yang terjadi diberbagai linikehidupan kita di era pengetahuan ini,terutama dalam perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi haruslah dianggappenting oleh dunia pendidikan.Meningkatnya kemudahan aksesbilitas dankenyamanan serta murahnya biaya ataspengetahuan itu harus menjadi perhatianinstitusi pendidikan. Beradaptasi denganperubahan ini bukan saja penting bagiinstitusi itu sendiri tapi juga penting dansangat berguna bagi semua orang sebagaibekal dalam kehidupannya. Maka dari ituagar institusi pendidikan dapat terus

bertahan dan mendapatkan apresiasi tinggi,institusi pendidikan juga harus berubahmenyesuaikan dan memperbaiki diri. Salah

satu aspek yang diubah dan diperbaikiadalah proes belajar mengajar.

Didalam Strategi pemecahanmasalah menurut Polya (dalam Budhayanti,

2008:8-9) terdapat 4 cara, yaitu: “1).Memahami masalah. 2). Merencanakanpemecahan. 3). Melaksanakan rencanapenyelesaian dan 4). Memeriksa kembalisolusi yang komplit”. Dengan kata lainpemecahan masalah model Polya  adalahsuatu prosedur khusus untukmembelajarkan menyelesaikkan masalahmatematika dengan memberikan petunjukatau penuntun dalam pertanyaan atauperintah pada langkah-langkah pemecahanmasalah.

Budhayanti, (2008:9-11) menyatakantahap-tahap pemecahan masalah modelPolya dipaparkan sebagai berikut.

Tahap pertama: memahami masalah.Nyatakan masalah dengan kata-kata sendiri,persiapkan apa yang ditanyakan,menentukan Informasi yang dibutuhkan.Tahap Kedua: Merencanakan pemecahanmasalah. Buatlah permisalan ataupertanyaan apa yang diketahui atau yangditanya dan tulislah model Matematika.Tahap ketiga: Melaksanakan rencana

penyelesaian (Realisasi). Selesaikanlahmodel matematika dan membuatkesimpulan. Tahap keempat: memeriksa kembali.Periksa langkah-langkah penyelesaian yangdilakukan, ujilah kembali hasil yangdiperoleh, apakah hasilnya sudah benar,untuk menilai hasil belajar pemecahanmasalah tidak cukup dilakukan hanya satukali ujian tertulis pada akhir kegiatan tetapidiperlukan penilaian yangberkelanjutan,misalnya melalui tugas rumah.Bahwa tujuan pembelajaran soal ceritaadalah agar siswa 1) dapat berlatih danberpikir secara deduktif, (2) dapat melihathubungan dan kegunaan matematika dalamkehidupan sehari-hari, (3) dapat menguasaiketerampilan matematika dan memperkuatpenguasaan konsep matematika.

Masalah yang dihadapi dalampembelajaran Matematika biasanyadinyatakan dalam bentuk soal cerita, baiktertulis ataupun lisan. Soal cerita lebih sulit

dipecahkan dari pada soal-soal yangmelibatkan bilangan-bilangan Polya  (dalam Aisyah, 2007:5-10)  menyatakan solusi soal

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 6/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pemecahan masalah memuat empatlangkah penyelesaian, sebagai berikut. 1)memahami masalah, 2) merencanakanpenyelesaian, 3)menyelesaiakan masalah

sesui dengan rencana, dan 4) melakukanpengecekan kembali terhadap semualangkah yang telah dikerjakan.

Karso, (2007:7) menyatakan tujuandiberikan soal cerita dalam bidang studimatematika adalah sebagai berikut. “1)Melatih murid berpikir secara deduktif, 2)Membiasakan murid untuk melihathubungan antara kehidupan sehari-haridengan pengetahuan matematika, dan 3)Untuk memperkuat konsep matematika”. 

Kemampuan menyelesaikan soal

cerita menuntut cara berpikir tingkat tinggiuntuk siswa. Kemampuan tersebut antaralain adalah 1) menentukan sesuatu yangdiketahui, 2) menentukan sesuatu yangditanyakan, 3) menentukan modelmatematika yang diperlukan, dan 4)melakukan perhitungan sesuai denganmodel matematikanya. Kemampuan tersebutsangat penting karena bermanfaat dalamkehidupan sehari-hari, pada saat siswahidup dalam masyarakat. Masalah yangmuncul dalam kehidupan sehari-hari tidak

berbentuk suatu paket model matematika.Masalah biasanya berupa kata-kata atauperistiwa yang penyelesaiannyamembutuhkan keterampilan untukmenterjemahkan kedalam modelmatematika yang sesuai. Keterampilan iniperlu diberikan kepada siswa di sekolahmelalui pembelajaran pemecahan masalahsoal cerita.

Merupakan hal yang umum bahwasuatu model maupun strategi pembelajaranmempunyai kelebihan dan kekurangan.kelebihan dan kelemahan model pemecahanmasalah sebagai berikut. Kelebihan modelpemecahan masalah Smith (dalam Amir2009:27) sebagai berikut. (1) Siswa terlibatlangsung dengan objek nyata sehinggadapat mempermudah pemahaman siswaterhadap materi pelajaran, (2) Siswamenemukan sendiri konsep-konsep yangdipelajari. (3) Melatih siswa untuk berpikirlebih kritis, (4) Melatih siswa untuk bertanyadan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran.

(5) Mendorong siswa untuk menemukankonsep-konsep baru. (6) Memberi

kesempatan kepada siswa untuk belajarmenggunakan metode ilmiah.Pelaksanaan model pemecahan masalahmempunyai beberapa kelemahan. Beberapa

kelemahan model pemecahan masalahSmith (dalam Amir 2009:27) antara lain. (a)Memerlukan waktu yang cukup banyak, (b)Tidak bisa dipergunakan di kelas-kelasrendah, dan (c) Bisa menjadikan pelajaranyang tertinggal sebab satu dua masalahyang sulit dipecahkan memakan waktu yangtidak sedikit. 

METODEPenelitian yang dilakukan termasuk

penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam

penelitian ini, peneliti berkolaborasi denganguru pengajar bidang studi PendidikanMatematika. Selama kegiatan belajarmengajar berlangsung, dalam penerapanmodel pembelajaran Polya yang dilakukanguru lebih berperan sebagai fasilitator ataupengarah untuk memotivasi atau mendorongsiswa dalam mengembangkan inisiatif dalammengerjakan tugas-tugas baru. Penelitian inidilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiapsiklus terdiri dari empat tahap yaitu:perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.McNiff (dalam, Asrosi 2009:4)

menyatakan bahwa “Penelitian tindakankelas merupakan bentuk penelitian reflektifyang dilakukan oleh guru sendiri yanghasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alatuntuk pengembangan dan perbaikanpembelajaran” Penelitian tindakan kelasdilakukan bersiklus. Tiap siklus terdiri dariempat kegiatan, yakni perencanaan,tindakan, observasi, dan refleksi

 Adapun metode yang digunakandalam pengumpulan data pada peneltian iniadalah metode tes. Rasyid (2009:11)mengemukanakan bahwa “metode tesmerupakan sejumlah pertanyaan yangmemiliki jawaban yang benar atau salah Tesdiartikan juga sebagai sejumlah pertanyaanyang membutuhkan jawaban, atau jumlahpertanyaan yang harus diberikan tanggapandengan tujuan mengukur tingkatkemampuan seseorang”. 

Rasyid (2009:12) menyatakan

“Instrumen tes adalah suatu alat yangmemenuhi persyaratan akademis, sehinggadapat dipergunakan sebagai alat untuk

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 7/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

mengukur suatu obyek ukur ataumengumpulkan data mengenai suatuvariable”. Dalam bidang pendidikaninstrumen tes digunakan untuk mengukur

prestasi belajar siswa, faktor-faktor yangdiduga mempunyai hubungan atauberpengaruh terhadap hasil belajar,perkembangan hasil belajar siswa,keberhasilan proses belajar mengajar guru,dan keberhasilan pencapaian suatu programtertentu.Proses analisis data dimulai denganmenelaah seluruh data yang ada dariberbagai sumber yaitu tes. Analisis datadilakukan dengan menarik simpulan sertaverifikasi.

Penarikan kesimpulan merupakanproses memberikan kesimpulan terhadaphasil penafsiran dan evaluasi data yangdisajikan dan seluruh hasil kerja penelitian.

Kegiatan verifikasi merupakan mencarikesimpulan, dengan kegiatan yangdilakukan adalah menguji kebenaran,kekokohan dan kecocokan makna yang

ditemukan.Data hasil tes yang terkumpulkemudian dianalisis dengan menggunakankriteria sangat aktif, aktif, sedang,kurangaktif dan sangat kurang aktif. Hasil teskemudian dikonversikan kedalamMenentukan rata-rata hasil belajar siswapada mata pelajaran Matematika digunakanrumus sebagai berikut pedoman konversiPAP (Penilaian Acuan Patokan) skala lima.Menentukan rata-rata hasil belajar siswapada mata pelajaran Matematika digunakan

rumus sebagai berikut pedoman konversiPAP (Penilaian Acuan Patokan) skala limaseperti pada tabel berikut

Tabel 1 Pedoman konversi PAP skala lima tentang tingkatan hasil belajar matematika

Persentase Kriteria90-100 Sangat tinggi80-89 Tinggi70-79 Sedang60-69 Rendah50-59 Sangat rendah

Data hasil belajar siswa dianalisisuntuk menentukan tingkatan tinggirendahnya hasil belajar Matematika siswayang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan skala lima. Adapun rumus yang digunakan untukanalisis ini adalah sebagai berikut.Rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata skor

(1)Rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata kels

(2) Secara keseluruhan penelitian ini

dikatakan berhasil apabila tingkat hasilbelajar siswa mencapai kriteria belajar aktifdengan presentase 80-89 diukur denganmenggunakan pedoman observasi yangdijadikan pedoman konversi kriteriapenilaian hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilBerdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, terdapat dua tahapan penelitianyang dilaksanan yang meliputi tahapanpenelitian siklus I dan tahapan penelitiansiklus II. Hasil Penelitian ini berupa datahasil belajar Matematika siswa kelas Vsemester genap SD No. 2 sepangKecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng.  Data hasil belajar siklus yangterkumpul, selanjutnya dianalisis denganmenggunakan analisis data deskriptif. Datayang terlebih dahulu dianalisis adalahmenentukan rata-rata (M) skor hasil belajarasiswa pada siklus Setelah rata-rata (M) skorhasil belajar siswa pada siklus diketahui,selanjutnya analisis data yang dilakukanadalah menentukan tingkat persentase hasilbelajar siswa dengan cara membandingkanpersentase rata-rata (M%) dengan kriteriaPAP skala 5.

Melalui penelitian dengan

mengimplementasikan model pembelajaranPolya, hasil belajar Matematika siswa dari

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 8/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

siklus I ke siklus II dapat ditingkatkan.Keberhasilan tersebut dilakukan denganmelibatkan siswa secara langsung untukberpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran. Siswa dituntut berperan aktifdalam membangun pengetahuan,memahami materi dan menyimpulkan materi

yang dipelajari. Dari hasil penelitian yangdiperoleh, terjadi peningkatan terhadap hasilbelajar Matematika. Jadi implementasimodel pembelajaran Polya  jika diterapkan

secara sistematis dengan langkah-langkahdan prosedur yang benar dapatmeningkatkan hasil belajar siswa.

Tabel 2. Ringkasan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II

SiklusHasil Belajar Siswa

Rata-rata KriteriaI 71,07% SedangII 91,35% Sangat Tinggi

Perbandingan peningkatan hasilbelajar di atas, disajikan ke dalam grafik

seperti pada gambar 1. berikut.

0

20

40

60

80

100

Hasil belajar 

hasilbelajar 

 Gambar 1. Perbandingan rata-rata hasil

belajar Matematika siswa kelas V darisiklus I ke siklusII.

PembahasanHasil belajar siswa setelah

diterapkanya model pembelajaran Polya pada siklus I yaitu rata-rata hasil belajarsiswa 71,07, selanjutnya dilaksanakana

tindakan pada Siklus II dengan beberapaperbaikan didalam proses pembelajaranagar hasil bisa lebih maksimal darisebelumnya. Sehingga hasil yang diperolehpada Siklus II dapat meningkat yaitu rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II 90,35Keberhasilan dilaksanakanya modelpembelajaran Polya  yang dilaksanakanpada Siklus II ini, didukung dengandilakukannya beberapa perbaikan didalamproses pembelajaran, sehingga penerapanmodel pembelajaran ini dapat diterapkan

dengan semaksimal mungkin dan hasilbelajar siswa pun dapat meningkat.

Terjadinya peningkatan hasil belajarsiswa dalam memecahkan masalah soal

cerita pada pembelajaran matematika dikelas V SD No. 2 sepang pada siklus I dansiklus II disebabkan karena siswa bebasmengeluarkan jawaban atas argumenmasing-masing tentang konsep pemecahanmasalah matematika sesuai kemampuanawal siswa. Ditahap selanjutnya, gurumengkoreksi dengan seksama jawabanyang benar atau mendekati benar, untukdisempurnakan sesuai konsep pemecahanmasalah matematika yang sebenarnya.Dengan demikian siswa belajar dan mampu

memperbaiki konsep awal serta beranimenganalisis jawaban dengan lebih terarah,sehingga kemampuan pemecahanmasalahnya meningkat. Pendapat ini sejalandengan pendapat Abu Ahmadi, (1991:111)menyatakan “bimbingan belajar adalahsuatu proses pemberian bantuan terus-menerus dan sistematis kepada individuatau peserta didik dalam memecahkanmasalah yang dihadapinya yang kaitannyadengan kegiatan belajar untukmeningkatkan hasil belajar dalam prosespembelajaran”.` Selain itu, model pembelajaran Polya membuat siswa mampu berpikir lebih kritisdan bekerjasama dalam memecahkan suatupermasalahan yang dipecahkan pada soalcerita matematika. Dengan demikian, dalamproses pembelajaran berlangsung siswasebagai peran utama yang aktif untukbelajar dan guru hanya sebagai fasilitatorsehingga hasil belajarnya meningkat.Pendapat ini sejalan dengan pendapat

Sudjana (1991) menyatakan “keaktifanbelajar tidak semata-mata muncul karena

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 9/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

siswa tetapi guru juga harus berusaha untukmemunculkan suasana belajar yang aktifsehingga siswa dapat terpacu untuk aktifdalam belajar mencari berbagai informasi

yang diperlukan untuk pemecahanmasalah”. Keberhasilan penelitian ini juga

didukung oleh penelitian lain yang sejenis.Salah satu penelitian yang relevan tentangmodel pembelajaran Polya adalah penelitianLeni Marlina, yang berjudul PenerapanLangkah Polya Untuk Meningkatkan HasilBelajar Siswa dalam Menyelesaikan SoalCerita Keliling dan Luas Persegi Panjang diKelas VII A SMP Negeri 19 Palu. Hasilpenelitian ini menunjukkan hasil belajar

siswa dalam memecahkan soal cerita padapembelajaran Matematika mengalamipeningkatan. (Leni Marlina, Jurnal ElektronikPendidikan Matematika Tadulako, Volume01 Nomor 01 September 2013 halaman 49-51). Begitu pula keberhasilan penelitian initercapai pada penelitian yang dilakukan olehSukayasa yang berjudul PengembanganModel Pembelajaran Berbasis Fase-FasePolya Untuk Meningkatkan KompetensiPenalaran Siswa SMP dalam MemecahkanMasalah Matematika. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa modelPembelajaran berbasis Polya padapembelajaran Matematika dapatmeningkatkan kompetensi penalaranmemecahkan masalah matematika secaraterus-menerus. (AKSIOMA, Vol. 1, No. 1, 01Maret 2012) 

Berdasarkan pemaparan di atas,implementasi model pembelajaran Polyamampu melatih cara bepikir kritis siswauntuk memecahkan masalah soal ceritapada pembelajaran matematika. Dengandemikian dapat disimpulkan penerapanmodel pembelajaran Polya dapatmeningkatkan hasil belajar dalammemecahkan soal cerita Matematika siswakelas V semester II Sekolah Dasar No 2Sepang tahun pelajaran 2012/2013.

PENUTUPBerdasarkan analisis data dan

pembahasan yang disajikan pada bab IV,dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran Polya  dapat meningkatkanhasil belajar Matematika siswa kelas V. Halini ditunjukan dengan adanya peningkatan

persentase hasil belajar matematika siswakelas V semester genap SD No. 2 SepangKecamatan Busungbiu Kabupaten Bulelengtahun pelajaran 2012/2013. Peningkatan

hasil belajar siswa yang ditunjukan padasiklus I mencapai 71,07% yang berada padakategori sedang dengan ketuntasan belajarmencapai 67,85% yang berada padakategori sedang. Pada siklus II hasil belajarsiswa mengalami peningkatan mencapai90,35% dengan kategori sangat tinggi danketuntasan belajar mencapi 100% dengankategori sangat tinggi

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdiperoleh, maka diajukan saran-saransebagai berikut: Kepada seluruh siswa kelas

V SD No. 2 Sepang agar dalam prosespembelajaran yang menggunakanpenerapan model Polya siswa dapat belajardengan baik sehingga mampu memecahkanpermaslahan yang dihadapi dalam prosesbelajar, guru mata pelajaran Matematika diSD No. 2 Sepang hendaknya mampumemanfaatkan hasil penelitian ini sebagaialternatif pertimbangan dalam memilihpendekatan, metode, dan teoripembelajaran yang sesuai dengan tujuanyang telah ditetapkan sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Kepalasekolah di SD No. 2 Sepang hendaknyamampu menggunakan hasil penelitian inisebagai masukan dalam upaya memperbaikidan meningkatkan kualitas pembelajaranmelalui implementasi model pembelajaranPolya  dan bagi peneliti lain dapatmemanfaatkan hasil penelitian ini sebagaibahan bandingan pada penelitianselanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

 Agung, A.A. Gede. 2005. MetodologiPenelitian Pendidikan.  Singaraja :Fakultas Ilmu Pendidikan

 Ahmadi, Abu 1991. Psikologi Belajar .Jakarta : Rineka Cipta.

 Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi PendidikanMelalui Problem Based learning.Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

7/18/2019 37-2057-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/37-2057-1-sm 10/10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

 Aisyah, Nyimas. 2007. PengembanganPembelajaran Matematika SD.Jakarta : Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional. 

 Asrosi, Mohammad. 2009. PenelitianTindakan Kelas. Bandung: CVWacana Prima.

Budhayanti, Clara Ika Sari. 2008.Pemecahan Masalah Matematika.Direktorat Jendral Pendidikan tinggi.

Karso, (2007). Materi Kurikulum MatematikaSMA (Aljabar 4). Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas TerbukaDepdiknas.

Rasyid, Harun. 2009. Penilaian HasilBelajar. Bandung: CV Wacana Prima

Sukmadinata, N.S. 2010. Metode PenelitianPendidikan. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

Wahyudi, 1999. Kemampuan GuruMatematika, Calon Guru Matematika,

dan Siswa dalam Mata pelajaranMatematika. Disertasi : IKIP-Bandung. 

------- 2008. Pembelajaran dan Model-modelPembelajaran. Jakarta : CV IPA Abong.