3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

33
MODUL 10 OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

description

IPLT

Transcript of 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

Page 1: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

MODUL 10

OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Page 2: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok
Page 3: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

i

DAFTAR ISI

1. UMUM …………………………………………………………………………… 505

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT…………………… 505

3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG…………………… 508

4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT ……………………………… 509

4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik/Generator …………………………… 509

4.2 Persiapan Pompa …………………………………………………………… 509

4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi ………………………………………………. 509

4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/dtau Kolam Stabilisasi Anaerobik ………… 510

4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif …………………………………… 510

4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif …………………………………….. 510

4.7 Pengujian Kolam Aerasi ……………………………………………………. 511

4.8 Pengujian Kolam Maturasi ………………………………………………….. 511

5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT................................................ 512

5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja ……………………………………. 512

5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul ………………………………… 516

5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit Dan Sump Well ………. 517

5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring ……………………………….. 518

5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff …………………………………. 519

5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi ………………………… 520

5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur ……………………… 525

5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia ………………………….. 528

6. PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI PENGOLAHAN

AIR LIMBAH ….. 528

6.1 Program Pemeliharaan ……………………………………………………… 528

6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya …………… 529

7. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN……………………………………………. 531

8. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT.………………………………………. 533

Page 4: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Tipe-Tipe Saringan (Screen) ………………………………………. 518

Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja …………………………………… 522

Tabel 5.3. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi ……………… 523

Tabel 5.4 Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT ………………………… 525

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja dari Tangki Septik …………….. 514

Gambar 5.2. Pengolahan Biologis pada IPLT …………………………………….. 524

Gambar 7.1. Metoda Pembersihan Endapan dalam Pipa .................................................. 532

Page 5: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

505

OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT

1. UMUM

Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis

No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang

lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,

pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.

Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah

sebagai berikut:

a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan

b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan

c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja

d. tersedia influen air Iimbah

e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai

f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran

g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola

i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja

j. masyarakat sudah diberi informasi

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT

Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan persyaratan

yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang telah

direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air

limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT, waktu retensi (waktu tinggal)

lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.

Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:

Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari

Page 6: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

506

BOD (KOB) = 5.000 mg/L

TS = 40.000 mg/L

TVS = 2.500 mg/L

TSS = 15.000 mg/L

Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi

tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:

Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air

pengencer lain dengan konsentrasi BOD (BOD5) maksimal 10 mg/L

Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff dengan

kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif dengan BOD

yang melebihi 400 mg/L

Persyaratan teknis untuk pengoperasian tangki imhoff

Zona sedimentasi:

1. Kecepatan aliran horizontal I cm/det

2. Beban permukaan 30 m3/m2.hari

3. Waktudetensi 1,5 jam

4. Efisiensi pemisahan TSS = (40-60)% dan konsentrasi BOD berkisar (30-40)%

pH antara 7-8

Ketinggian zona netral 0,5 m

Slot tidak boleh tersumbat

Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang

Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara

biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada

didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber

nutrien untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup,

maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan

kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba.

Page 7: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

507

Lumpur matang mempunyai karakteristik:

1. Kadar air (88-92)%

2. Asam volatil < 2.000 mg/l

3. Lumpur berwarna hitam, berbau ter, kental dan mudah meresap

Laju endapan lumpur 0,06 l/orang/hari dengan waktu retensi satu bulan

Setiap pembuangan lumpur matang, pipa inlet dan distribusi harus digelontor atau

dibersihkan

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik

Permukaan kolam harus tertutup buih

Beban BOD volumetrik berkisar antara (60-100) g BOD/m3. hari

Efisiensi pemisahan BOD 50%

ph influen (8-9)

Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi fakultatif

Permukaan air harus berwarna hijau yang menandakan adanya algae

Beban BOD volumetrik (60-100) g BOD/m3.hari

BOD influen 400 mg/l

Efisiensi pemisahan BOD 70%

pH antara 7-8

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi maturasi

Beban BOD volumetrik (40-60) g BOD/m3.hari

Efisiensi pemisahan BOD 70%

Efisiensi pemisahan E. Coli sebesar 95% (berdasarkan penurunan konsentrasi E. Coli dari

kolam-kolam sebelumnya

Page 8: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

508

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi aerasi

Beban BOD volumetrik (400-600) g BOD/m3.hari

Efisiensi pemisahan BOD 70%

Tenaga pengadukan:

1. 6 Watt/m3 untuk kolam aerasi aerobik

2. (2-3) Watt/m untuk kolam aerasi fakultatif

Persyaratan teknis untuk pengoperasian bak pengering lumpur

Kadar air lumpur kering optimal (70-80)%

Tebal lumpur kering di atas pasir (20-30) cm

Tebal lumpur basah di atas pasir (30-45) cm

Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas mempunyai

kriteria seperti berikut:

1. Ukuran efektif = (0,30 — 0,50) mm

2. Koefisien keseragaman 5

3. Tebal pasir (15-22,5) cm

4. Kandungan kotoran 1 % terhadap volume pasir

Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari

3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG

Ketentuan teknis lainnya yang dilakukan pada IPLT adalah sebagai berikut:

Tenaga operator dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift minimal terdiri dari dua orang

yaitu masing-masing operator proses/lab dan operator mekanik/listrik

Tenaga operator mekanik/listrik dengan kualifikasi minimal STM/SMU

Tenaga operator proses/Lab dengan kualifikasi minimal analisis/SMU

Setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya.

Page 9: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

509

Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut

yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan

kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis

No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam.

4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT

4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik/Generator

Periksa tegangan listrik yang tersedia dan PLN

Periksa semua saklar ada pada posisi “off”

Pindahkan saklar utama pada posisi “on”

4.2 Persiapan Pompa

Pastikan semua skrup dan baut dalam keadaan kencang/ketat

Periksa jumlah bahan bakar yang tersedia

Periksa permukaan minyak pelumas mesin setiap kali akan menjalankan mesin atau

minimal seminggu sekali tambahkan bila ketinggiannya berkurang.

Periksa air radiator harus penuh, tambahkan bila kurang

Pastikan tidak ada benda yang menghalangi aliran udara untuk mesin pendingin

Pastikan baterai dalam kondisi baik

Periksa tegangan V-belt.

4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi

Pastikan unit pompa berada pada kondisi yang stabil dan kokoh

Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik

Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering

Page 10: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

510

4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/atau Kolam Stabilisasi Anaerobik

Masukkan air kedalam unit ekualisasi melalui bagian inlet sampai air keluar pada

bagian peluap.

Ukur kedalaman air pada titik outlet, atur ketinggian sesuai ketentuan rancangan

4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif

Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar

tidak terjadi pergolakan aliran.

Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis

Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik atau

lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional)

Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan

berkembang, atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu

tersebut tidak boleh ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air

Iimbah masuk dapat di bypass ke saluran terdekat yang direncanakan. Setelah

waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat

dialirkan secara kontinyu dan effluent dapat dibuka.

Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan

endapan lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (rn/rn3)

Arnbil sarnpel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iurnpur rnencapai zona

netral

Lakukan analisis kandungan BOD (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended

Solid (SS) dalam sampel endapan lumpur

4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif

Uji coba kolarn fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a) Metode kultur

Isikan air tawar biasa kedalarn kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan

Tarnbahkan kultur algae sebagai bibit

Jaga ketinggian perrnukaan air setiap hari dengan rnenambah air lirnbah baku

secukupnya ke dalam kolam

Page 11: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

511

Setelah pertumbuhan algae cukup banyak ( beberapa han kernudian ), sejurnlah

air limbah baku perlu ditarnbahkan ke dalarn kolam hingga kedalaman operasi

yang direncanakan

Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent

Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku

secara terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet

b) Metode alami:

Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi

penuh

Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah

Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam

kolam sesuai dengan ketentuan.

Kolam siap dioperasikan secara kontinyu

4.7 Pengujian Kolam Aerasi

Isi reaktor aerasi dengan air secara perlahan

Hidupkan aerator bila air di reaktor aerasi sudah penuh

Tes semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa

Reaktor aerasi diisi dengan air Iimbah, sehingga aerator dapat mentransfer udara ke

air Iimbah

4.8 Pengujian Kolam Maturasi

Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri

Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam fakultatif

primer/sekunder yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif

agar dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi

Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam

maturasi pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampai pada unit kolam

maturasi yang terakhir

Page 12: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

512

Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan sesuai

perancangan yang disusun

5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT

5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja

Truk penguras lumpur tinja ini umumnya terdiri dari tangki tertutup dengan bahan baja

dengan kapasitas antara (4-6) m3 yang dilengkapi atau dihubungan dengan satu unit pompa

penguras baik berupa pompa vakum ataupun pompa sentrifugal. Secara umum model truk

penguras tinja ini mirip dengan truk pembawa air bersih, namun untuk membedakannya

maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda, untuk truk tinja tangki

maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning.

Pengoperasian Truk Tinja

Untuk mengoperasikan vacuum truk yang tepat dan benar adalah penting untuk memperoleh hasil

kerja secara efektif dan efisien. Operasi dan pemeliharaan truk tinja mengacu pada

Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi Dan Pemeliharaan Truk Tinja. Operator (pengemudi

dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan sebelum

memulai operasi.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain:

a. Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras.

b. Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle.

c. Hidupkan pompa vakum.

Pada saat penyedotan langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari:

a. Lakukan langkah 1,2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.

b. Siapkan lubang manhole tangki septik yang akan disedot.

c. Masukan selang penyedot/penghisap ke dalam tangki septik.

d. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan/discharge. Buatlah pompa dalam keadaan

vakum dengan bantuan pompa.

e. Pastikan hubungan antar tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.

Page 13: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

513

f. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka vakum (0 bar), atau

minus (-40 psi s/d 0 psi), maka buka valve penyedot/suction valve.

g. Perhatikan tanda masuk lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian sudah

mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot, kemudian matikan pompa vakum.

h. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang penyedot

pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan.

Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut:

Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas

Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul.

Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar.

Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.

Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di atas

nol pada saat pembuangan.

Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan.

Matikan pompa vacuum.

Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang

pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan

Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum, sedangkan

pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi

Page 14: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

514

Gambar 5.1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja Dari Tangki Septik

(Sumber: Indah Water, 2011)

Pemeliharaan truk tinja

Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan serta ujung

dari selang yang kotor, maka dapat mengunakan air pada tangki air pembersih yang dapat diisi melalui

lubang pengisian dengan air bersih. Langkah-langkah pencucian truk tangki adalah sebagai berikut:

1. Lakukan langkah 1, 2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.

2. Putar valve mesin vakum pada posisi pressure.

3. Putar valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank, ke arah

on.

4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.

5. Apabila proses pencucian sudah selesai, injak pedal kopling dan matikan vakum.

Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem vakum seperti cara

pengoperasian dalam langkah penyedotan seperti di atas, hanya pada langkah ke-6, three way

valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan dapat

difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi maupun

pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa yang

besar tekanannya.

Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara

penggulangannya.

1. Pompa Vakum Tidak Berputar

Page 15: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

515

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:

Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.

Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja.

Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja.

Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga

kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug.

Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.

2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:

Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.

Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas).

Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa.

Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan

pada baut-bautnya.

Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan

tersebut melalui plug.

3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya.

4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.

5. Penggantian Suku Cadang, hal ini dilakukan jika terjadi kerusakan bagian-bagian tertentu dari

truk tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang.

Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan kemudahan

memperoleh suku cadang truk tersebut dan di mana saja suku cadang tersebut dapat diperoleh.

Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk tinja yang diketahui mudah rusak

untuk mengantisipasi berhentinya pengoperasian truk tinja. Selain suku cadang tinja perlu pula

diadakan persediaan suku cadang pompa yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja.

Page 16: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

516

5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul

Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul

Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung

menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak

pengumpul berfungsi untuk:

Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan

mobil tinja

Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya

Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan

Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe

pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja.

Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring

Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka

harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat

Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan dibuang ke

dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus

Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan penyaring

Pemeliharaan bak pengumpul (Platform)

Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini memerlukan

pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur didalamnya.

Hal yang harus diperhatikan adalah pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam

anaerobik agar jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam. Buih tersebut

berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke sekitar lingkungan kolam.

Page 17: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

517

5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well

Pemompaan limbah dari sump well

Prosedurnya adalah sebagai berikut:

Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika sudah penuh maka nyalakan

pompa submersible dan perhatikan apakah aliran ke Imhoff Tank telah masuk

Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila

pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya

Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu

Pemeliharaan pompa & sump pit

a. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan terhadap sistem dan peralatannya

akibat masuknya benda-benda besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan. Benda-benda

padat tersebut umumnya masuk dalam unit sump pit melalui tutup manhole yang

rusak/bocor

b. Bila waktu tinggal air limbah di sump pit terlalu lama akan berakibat timbulnya bau yang

berlebihan

c. Waktu kerja pompa efluen dari sump pit dilakukan secara bergiliran dan bekerja bersama-

sama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor

d. Pada pompa sump pit secara periodk harus dilakukan perawatan karena air limbah yang

dipompa dapat mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat mempersingkat umur

pompa yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi pompa.

Pemeliharaan alat ukur debit aliran

a. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran, busa (slum), ganggang/alga yang

mungkin terbentuk karena adanya proses fotosintesa sel, maksudnya agar kebocoran dan

tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran dan sistem pembaca alat ukur

b. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor lingkungan, karena alat ukur

umumnya dibangun secara terbuka

c. Untuk pemeriksaan rutin setiap hari kalibrasi (menentukan ukuran sesuatu) dan

pemeriksanaan kebenaran pengukuran alat ini

Page 18: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

518

5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring

Unit penyaringan merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja, yang berfungsi

untuk menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring terdiri dari batangan-batangan

paralel atau kawat, kawat jala, kisi-kisi atau piringan yang berlubang-lubang. Penyaring ini pada

umumnya berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Beberapa tipe saringan yang sering

digunakan pada pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Saringan batang juga digunakan

untuk melindungi pompa, katup, perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat

penyumbatan kotoran.

Tabel 5.1. Tipe-Tipe Saringan (Screen)

Pembagian Tipe

Penyaring

Permukaan Penyaring

Aplikasi

Klasifikasi Rentang

(inci) Materi

Saringan Batang Kasar 0,6 – 1,5 Besi, stainless steel Pra pengolahan

Lengkungan (tetap) Sedang 0,01 – 0,1 Stainless steel, kawat besi

berlubang piringan Pengolahan primer

Lengkungan

(berputar) Kasar

0,03 x 0,09 x

2

Tembaga atau gilingan

perunggu Pra pengolahan

Drum (berputar)

Kasar

Sedang

Halus

Sedang

0,1 x 0,2

0,1 – 0,2

0,01 – 0,1

6-

Stainless steel, kawat besi

berlubang

Stainless steel, kawat besi

berlubang

Stainless steel, kawat besi

berlubang

Stainles steel dan kain

penyaring polyester

Pra pengolahan

Pengolahan primer

Pengendapan residu

materi padatan dari

pengolahan sekunder

Pengolahan primer

Cakram berputar

Sedang

Halus

0,01 – 0,4

0,001 – 0,02

Stainless steel

Stainless steel

Pengolahan primer

Pengolahan primer

Sentrifugal Halus 0,002 – 0,02

Stainless steel dan variasi

penyaring polyester

Pengolahan primer,

pengolahan sekunder

dengan pengendapan

materi padat

Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000

Page 19: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

519

Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama

untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut.

Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:

a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di

kisi-kisinya

b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja

c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur

d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical

screen

5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff

Persiapan pengoperasian (start up)

a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan

biarkan selama 2 (dua) hari

b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga truk

dan biarkan selama (2-5) hari

c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering

d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian kondisi

proses pengeringan lumpur

Tata cara pengoperasian tangki imhoff

Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur tinja

menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian padat

membentuk endapan lumpur di dasar tangki dan sedangkan bagian cair di lapisan atasnya

disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar melalui penyekat (baffle) dari pipa outlet

menuju kolam stabilisasi. Endapan secara periodik dikeluarkan melaui pipa pembuang lumpur

dan mengalir menuju bak pengering lumpur. Upayakan aliran lumpur didistribusikan secara

merata dan hindari gejolak dalam tangki.

Page 20: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

520

Pelaksanaan pemeliharaan tangki imhoff

Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam TangkiImhoff melalui pipa ke ruang lumpur

dengan hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Tangki Imhoff

antara lain:

Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan

pemompaan lumpur ke tangki

Pembersihan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada permukaan air di ruang

sedimentasi harus dilakukan setiap hari

Pengikisan/pengerukan zat pada yang menempel pada dinding dan pada bagian dasar yang

landai dari ruang sedimentas dengan sikat atau sapu karet dan harus dilakukan setiap

minggu

Pembersihan celah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan menggunakan keruk rantai

harus dilakukan setiap minggu

Pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang busa dengan menggunakan air bertekanan

dan busa akan keluar setelah ketebalan 0,5m

Pengendapan lumpur dari tangki dilakukan sebelum permukaan lapisan endapan lumpur di

ruang pengendapan mendekati 0,5m ke celah (slot) dasar ruang sedimentasi. Estimasi

volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang

masuk

Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan

penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam

pipa

Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat

Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat

padat

5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi

Sebuah IPLT pada umumnya akan terdiri dari beberapa kolam, yaitu:

1. Kolam/Bak Pengumpul

2. Kolam Anaerobik/Kolam Fakultatif

3. Kolam Maturasi

Page 21: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

521

4. Kolam Pengeringan Lumpur

Adapun operasi dan pemeliharaan masing-masing adalah sebagai berikut:

Operasional Kolam/Bak Pengumpul

Bak pengumpul telah dijelaskan pada bagian segingga sehingga tidak akan diuraikan lagi.

Namun, perlu diingatkan agar pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam

anaerobik jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang berfungsi untuk mencegah keluarnya

bau ke lingkungan di sekitar kolam.

Operasional Kolam Anaerobik /Kolam Fakultatif

Kolam anaerobik dapat diletakkan setelah bak pengumpul, atau juga dapat berfungsi sebagai

penerima apabila bak pengumpul tidak ditemukan. Hal yang harus diperhatikan pada kolam ini

adalah:

a. Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksiden terlarut DO (dissolved oxygen)

b. Pembersihan terhadap screen harus dilakukan secara regular agar tidak mengganggu

pengisian kolam

c. Apabila pengoperasian bar screen secara otomatis maka perlu diberikan oli/pelumas pada

alat-alat mekanik

d. Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan jangan sampai

meluas ke dalam kolam

e. Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan

f. Inlet dan outlet dari kolam untuk pengaliran air harus bebas dari akumulasi lumpur

g. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila

perluditambah dengan racun atau perangkap binatang

h. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam

Operasional Kolam Maturasi

Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif dengan proses aerobik penuh sehingga kolam

ini relatif dangkal (< 1 m) dan mempunyai waktu tinggal (retention time) selama 5-7 hari.

Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai berikut:

Page 22: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

522

a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas dari

lumpur

b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan karena

berpotensi menimbulkan bau

c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun rumput boleh

asalkan disekeliling tanggung

d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat dikontrol dari

segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun kuantitas (kebocoran, dsb)

e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila

perluditambah dengan racun atau perangkap binatang

f. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam

Adapun estimasi keperluan tenaga kerja untuk kolam ini akan tergantung dari jumlah populasi

yang dilayani. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 5.2. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan Tenaga Jumlah Penduduk

10.000 25.000 50.000 100.000 250.000

Tenaga Supervisi - - 1 1 1

Tenaga Mekanik (*) - - - 1 1

Tenaga Laboratorium (**) - 1 1 1 2

Asisten Supervisi - 1 2 2 2

Tenaga Penunjang 1 2 4 6 10

Driver (***) - 1 1 1 2

Pengawas (***) 1 1 1 3 5

JUMLAH 2 6 10 15 23

Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000

Catatan:

(*) : tergantung jumlah peralatan yang dipakai

(**) : tergantung ada tidaknya laboratorium di lokasi

(***) : tergantung ada tidaknya fasilitas kendaraan atau mesin pemotong rumput

Page 23: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

523

Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang

baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta

penanggulangannya adalah sebagai berikut:

Operasional Aerator Dan Tangki Aerasi

Proses aerasi/penguraian zat organik harus berfungsi secara baik sehingga menghasilkan

efluen yang dapat diendapkan dengan baik pada unit clarifier

Sistem mekanis aeratornya harus berfungsi dengan baik serta pengamatan terus-menerus

terhadap zat/bahan pengganggu proses biologis yang ada pada influent air limbah domestik

Tabel 5.3. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi

No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi

1. Bau pada kolam fakultatif

Biasanya terjadi apabila akumulasi busa (scum) dan peningkatan

alga biru karena proses anaerobik mendominasi proses pada

sistem. Agar segera dibersihkan scum dari permukaan

air/pinggiran kolam. Bila pH < 7 maka tambahkan kapur pada

inletnya

2. Rembesan tinggi pada kolam

Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan

tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi

air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah memakai

penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat

3. Tanaman yang tumbuh Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam sebelum

kolam diisi

4. Lapisan alga tumbuh pada kolam

fakultatif dan maturasi

Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada

permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1

mg/liter

5 Ketinggian tanaman di kolam Pemotongan dilakukan secara periodik untuk menjaga agar

tanaman tersebut dikendali dan tidak tumbuh liar

6. Tumbuhan berkembang sampai

permukaan kolam

Kedalaman kolam ditambah atau ditingkatkan beban untuk

menutup cahaya dari dasar kolam. Rumput liar harus dihilangkan

secara hati-hati dari dasar kolam dengan alat (perahu) agar

lapisan kedap air tidak rusak

7. Lubang hewan dan serangga pada

tanggul kolam

Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan makanan

hewan yang mungkin tumbuh di sekitar fasilitas pengolahan air

limbah. Perangkap atau racun bila diperlukan

Page 24: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

524

No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi

8. Gangguan hewan terbang Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari

tumbuhan liar

9. Konsentrasi alga yang tinggi

pada efluen aliran penerima

Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga

rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil

10.

Terjadinya aliran pendek yang

mengakibatkan efisiensi

treatment rendah

Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet atau

outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi arah air

bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang

Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000

Pengukuran Biomasa

Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara manual

dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di laboratorium

sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat keterendapan lumpur

sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index).

Pengolahan lumpur

1. Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M ratio

(rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah ditetapkan

2. Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan

3. Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor

langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi

Gambar 5.2. Pengolahan Biologis Pada IPLT

(Sumber: Dirjen Tata Perkotaan Dan Tata Perdesaan, 2003)

Page 25: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

525

5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur

Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan

kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur

sangat kompleks karena:

Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah

Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari materi

organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang berbeda,

dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil

Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat

Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang

menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan

pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.4 Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT

No. Lumpur/Padatan Karakteristik

1. Penyaring/screening Menyangkut semua tipe materi organik and anorganik yang

banyak tersaring pada jaring-jaring

2. Buih dan lemak

Buih mengandung materi-materi terapung yang tersaring

dipermukaan pada proses pengendapan. Buih mengandung lemak

dan minyak yang berasal dari hewan dan tumbuhan

3. Lumpur pada pengolahan

primer

Biasanya tipis, berwarna abu-abu, dan sering berbau menusuk.

Lumpur ini mudah terurai

4. Lumpur aktif/activated

sludge

Umumnya berwarna coklat dan berupa gumpalan-gumpalan. Jika

berwarna hitam maka lumpur tersebut dalam kondisi septik (tidak

mengandung oksigen). Jika berwarna lebih terang maka lumpur

tersebut telah diaerasi. Lumpur aktif akan terurai dengan

sendirinya atau ketika bercampur dengan lumpur primer

5. Lumpur yang terurai

secara aerobik

Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan berupa gumpalan.

Baunya tidak terlalu menusuk dan lumpur yang terurai dengan

baik secara biologi akan mudah dikeringkan pada bak pengering

lumpur

6. Lumpur yang terurai

secara anaerob

Umumnya berwarna kehitaman dan banyak mengandung gas

ketika terjadi proses penguraian sehingga menimbulkan bau

menusuk

7. Lumpur hasil

pengomposan

Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika

terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongan-

golongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk

Page 26: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

526

No. Lumpur/Padatan Karakteristik

8. Lumpur tangki septik

Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai

dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau

menusuk karena mengandung gas H2S

Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000

Volume Lumpur

Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari

90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki

suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur

maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain

sebuah IPLT.

Operasional Pengolahan Lumpur

Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan

bukan biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan.

a) Stabilisasi Lumpur

Tujuannya adalah:

Mereduksi bakteri patogen

Mengurangi bau

Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan

Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat

materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri

patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme

menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi:

Pengurugan meteri organik secara biologi

Oksidasi secara kimia materi organik

Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur

Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur

Page 27: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

527

b) Pengkondisian

Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia

maupun metode panas.

c) Pengeringan

Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus

dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:

Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila telah

dikeringkan

Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan

Lahan yang tersedia

Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain

biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian

khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif

terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit

pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif

dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar

(1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung).

Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur

adalah:

Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m

Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel)

Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur

menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya

Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan

terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan

sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk

Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada

maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap

terjaga

Page 28: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

528

Hasil buangan endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan dengan panas

matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau). Tanah/hasil dari proses pengeringan

dapat dibuang ke TPA atau digunakan sebagai pupuk alam.

5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan imia

Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk

desinfeksi dan mengontrol bau busuk

Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang

menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan

nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah

semua amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus

ditambahkan setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah

Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air

limbah selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme

penyebab penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik.

7. PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH

7.1 Program Pemeliharaan

Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah

ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan

dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang

penting adalah sebagai berikut:

Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus

direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal:

pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal:

pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat

seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang

Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi

normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah

rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan

kerusakan fungsi

Page 29: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

529

Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan

dan keindahan semua unit fasilitas yang ada

Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan ada dua

kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem organisasi dan

sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi pelaksanaan dan

pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya

terhadap lingkungan sekitar

7.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya

Permasalah hidrolis

Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang

hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat

mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping itu

emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:

Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter

Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat saringan

pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak kontrol pada

tanah persil

Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out sering

dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan

Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya,

agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa

kotoran yang hanyut

Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang masuk

celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat kasar yang

berpotensi menyebabkan penyumbatan

Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan

pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis

pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan.

Page 30: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

530

Permasalah Endapan dan Sampah

Sistem drainasei yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan

suspensi diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran

sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan.

Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas

CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau

lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk

perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:

Perbaikan sistem drainase

Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga

Tutup manhole(lubang kontrol) dikunci sehingga tidak dapat diisi sampah

Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan perlengkapan

Permasalahan Akar Pohon

Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk:

Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser, dan

mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah

Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga

mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat

menyebabkan penyumbatan

Alternatif Penanganan:

Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon

berakar panjang dan serabut

Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat (root

cutting saw)

Page 31: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

531

8. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN

Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air

limbah adalah :

Masalah Hidrolis

Belum seluruh saluran kakus (water closet) memakai tangki penggelontor, sehingga air

untuk menggelontor saluran tidak mencukupi dan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya

pengendapan partikel-partikel padat sepanjang saluran

Perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman

berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya

Masalah Endapan

Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki

Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga

jangan sampai terbuka

Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar

tidak membuang sampah ke dalam manhole

Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air

limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin

Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan bak

kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan

Metoda Pembersihan Endapan

Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat

Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2 unit.

Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa yang akan

dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada ujung kawat.

Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan

Page 32: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

532

Gambar 7.1. Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa

Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang dilengkapi

dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka dengan alat

penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer

Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga

penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle dan

bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah

Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air. Dengan

mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air sehinigga

terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari nozzle khusus

yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah yang berada dalam

pipa saluran keluar melalui manhole

Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi

dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan tinggi

memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang pada kepala

pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir

Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe

yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan tenaga tinggi

Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut:

Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci

Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak

manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat

Page 33: 3. Modul 10 Operasi Dan Pemeliharaan Unit IPLT Ok

533

Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi pemeliharaan

sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan

9. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT

Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun setempat merupakan

upaya menjamin operasional bangunan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan

yang dilakukan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara

lain:

a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai dengan

petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh pabrik

pembuatnya

b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar dapat melakukan

operasisesuai denganjuklak yang ada

c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah

domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan yang ada dalam

bangunan tersebut

d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi dan

pemeliharaan

e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta harus

diletakkan pada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat

f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan

pengawasan keadaan sehari-hari