2012-1-1002-612309015-bab2-13082012110058.pdf
-
Upload
raras-sekti-pudyasari -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of 2012-1-1002-612309015-bab2-13082012110058.pdf
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposisi Gizi Beras
Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan
makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya,
namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak
dapat mudah digantikan oleh bahan makanan lainnya (Suparyono dan Agus, 1993).
Beras menjadi pangan hampir seluruh penduduk Indonesia, tanpa terkecuali.
Pangan beras menjadi pangan pokok favorit semua lapisan, kaya dan miskin.
Berdasarkan sisi gizi dan nutrisi, beras memang relatif unggul dibandingkan dengan
pangan lain. Seluruh bagian beras bisa dimakan. Kandungan energinya mencapai
360 kalori per 100 gram. Beras adalah sumber protein yang baik dengan
kandungan protein 6,8 gram per 100 gram. Itulah sebabnya, di Indonesia, dalam
neraca makanan, sumbangan beras terhadap energi dan protein masih sangat tinggi:
lebih dari 55 persen. Seseorang yang makan beras dalam jumlah cukup pasti tidak
akan kekurangan protein (Suhartiningsih, 2004).
Beras "biasa" yang berwarna putih agak transparan memiliki sedikit aleuron,
dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras dimanfaatkan terutama untuk
diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Beras juga dijadikan
sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten terutama untuk kepentingan diet.
-
27
2.2 Tepung beras
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok
terpenting warga dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai
macam penganan dan cookies. Bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung
beras. Proses pengolahan tepung beras sangatlah mudah, beras ditampi atau diayak
untuk menghilangkan kotoran seperti kerikil dan gabah. Beras dapat dicuci terlebih
dahulu sampai bersih, setelah itu ditiriskan dan dikeringkan sehingga menghasilkan
beras yang lembab.
Selanjutnya beras lembab ini, digiling sampai halus dengan menggunakan
penggiling hammer mill yang berpenyaring 80 mesh. Beras lembab ini lebih mudah
dihaluskan sehingga penggilingannya lebih cepat dan hemat energi. Setelah
digiling, tepung beras perlu dijemur atau dikeringkan sampai kadar air dibawah
14%.
-
6
Tabel 1. Syarat Mutu Tepung Beras Berdasarkan SNI 3549-2009
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bentuk - Serbuk halus
1.2 Bau - Normal
1.3 Warna - Putih,khas tepung beras
2 Benda asing - Tidak boleh ada
3 Serangga dalam semua bentuk
stadia dan potongan-potongannya
yang tampak
- Tidak boleh ada
4 Jenis pati lain selain pati beras - Tidak boleh ada
5 Kehalusan, lolos ayakan 80 mesh
(b/b)
% Min. 90
6 Kadar air (b/b) % Maks. 13
7 Kadar abu (b/b) % Maks. 1,0
8 Belerang dioksida - Tidak boleh ada
9 Silikat (b/b) % Maks. 0,1
10 Ph - 5-7
11 Cemaran logam
11.1 Kadmium (Cd) Mg/kg Maks. 0,4
11.2 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 0,3
11.3 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0,05
12 Cemaran arsen (As) Mg/kg Maks. 0,5
13 Cemaran mikroba
13.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1x108
13.2 Escherichia coli APM/g Maks. 10
13.3 Bacillus cereus Koloni/g Maks. 1x104
14 Kapang Koloni/g Maks. 1x104
Sumber : SNI 3549-2009
2.3 Cookies
Cookies adalah makanan ringan yang bukan makanan utama. Cookies
berasal kata dari bahasa Tionghoa, kemungkinan besar bahasa Hokkien. Secara
harafiah Cookies seringkali diartikan sebagai makanan ringan yang dibuat dari
tepung, baik tepung beras maupun tepung terigu. Setiap kesempatan cookies bisa
menjadi suguhan yang menarik, bisa disajikan kapan saja. Selain cookies kita pun
dapat menjumpai kue basah yang umumnya empuk, lembut, dan tidak bertahan
lama (hanya bertahan beberapa hari). Biasanya terbuat dari tepung terigu, sagu,
-
27
gula, bahkan ada yang berbahan santan atau ketan. Kategori kue basah diantaranya:
martabak manis, lemper, lumpia, kue lapis, kue cucur, donat, bolu, dan lain
sebagainya.
Cookies berbeda dengan roti karena mengandung lemak lebih tinggi,
sehingga menghasilkan cookies dengan tenunan (texture) yang rapuh dan garing.
Cookies yang baik terasa ringan dan rapuh, namun cukup keras untuk menahan
isian. Ketika membuat cookies tipis, pembuatan harus diperhatikan secara hati-hati
ketika mencampurkan lemak dan terigu sebelum ditambahkan cairan, sehingga
bubuk terigu telah bercampur dengan lemak dan tidak berubah menjadi gluten.
Namun sebaliknya, mencampurkan terlalu lama membuat cookies menjadi keras.
(Wikipedia, 2011)
Cookies merupakan makanan kecil ringan yang sudah memasyarakat dan
banyak dijumpai di pasaran. Hal ini setidaknya dapat dibuktikan dengan tersedianya
cookies di hampir semua toko yang menjual makanan kecil di perkotaan maupun
hingga warung-warung di pelosok desa. Gambaran tersebut diatas menandakan
bahwa hampir semua lapisan masyarakat sudah terbiasa menikmati cookies
(Driyani, 2007).
Seiring perkembangan zaman yang pesat dan tingkat pendidikan yang terus
meningkat maka terjadi pula perubahan pada gaya hidup dan pola makan. Sebagian
masyarakat di kota-kota besar cenderung menyukai makanan siap santap yang pada
umumnya mengandung karbohidrat, garam, protein dan lemak tinggi. Namun, tidak
dipungkiri juga bahwa sebagian masyarakat sudah peduli dengan kualitas gizi
-
8
makanan sehingga masyarakat lebih selektif dalam menentukan jenis makanan yang
sehat dan aman untuk dikonsumsi (Driyani, 2007).
2.4 Syarat Mutu Cookies Berdasarkan SNI
Menurut SNI 01-2973-1992, biskuit diklasifikasikan dalam empat jenis:
biskuit keras, crackers, cookies dan wafer. Cookies adalah biskuit yang dibuat dari
adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah dan bila dipatahkan penampang
potongannya bertekstur kurang padat.
Berdasarkan hasil kajian SNI biskuit, SNI 01-2973-1992, diperoleh bahwa
parameter yang diusulkan untuk dipersyaratkan pada SNI berikutnya adalah
keadaan meliputi bau, rasa, dan warna, kadar air, kadar protein, kadar lemak, asam
lemak bebas dan bilangan peroksida. Cemaran logam dan cemaran mikroba
menyesuaikan dengan persyaratan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang
Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan.
Berdasarkan hasil kajian terhadap biskuit, dapat diusulkan parameter dan
persyaratan mutu biskuit untuk SNI adalah sesuai pada Tabel 2.
-
27
Tabel 2. Usulan Syarat Mutu Cookies :
Persyaratan
No Kriteria Uji Satuan Cookies 1 Keadaan
1.1 bau
1.2 rasa
1.3 warna
Normal
Normal
Normal
2 Kadar air (b/b) % Maks. 4
3 Kadar abu (b/b) % Maks. 2
4 Kadar protein (b/b) % Min. 6%
5 Kadar lemak (b/b) % Min. 18%
6 Asam lemak bebas
(b/b)
% Maks. 1
7 Bilangan peroksida mEq/kg Maks. 6
8 Cemaran logam
8.1 kadmium (cd)
8.2 timah (sn)
8.3 merkuri (hg)
8.4 timbal (pb)
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 0,2
Maks. 40
Maks. 0,05
Maks. 0,5
9 Cemaran arsen (as) Mg/kg Maks. 0,1
10 Cemaran mikroba
10.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1x104
10.2 Escherichia coli Per g Maks. 10
10.3 Salmonella sp Per 25g Negatif
10.4 Bacillus cereus Koloni/g Maks. 1x102
10.5 Kapang dan khamir Koloni/g Maks. 1x104
Sumber : SNI 01-2973-1992