2011bdi_BAB IV Kondisi Umum
Transcript of 2011bdi_BAB IV Kondisi Umum
IV. KONDISI UMUM PULAU LOMBOK 4.1. Wilayah Administrasi dan Kondisi Alam Pulau Lombok Pulau Lombok merupakan salah satu pulau selain Pulau Sumbawa yang
merupakan wilayah administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok
memiliki luas sekitar 4.738,65 km2 atau 23,51% dari luas wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Secara administrasi Pulau Lombok dibagi menjadi empat
wilayah administrasi yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten
Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Utara
(persiapan). Dari aspek luas wilayah administrasi di Pulau Lombok, terlihat
bahwa Kabupaten Lombok Barat memiliki wilayah terluas (1.863,40 .km2 atau
39,84% ), kemudian diikuti Kabupaten Lombok Timur 1.605,55 km2 atau 34,33%
dari luas Pulau Lombok). Selanjutnya Kabupaten Lombok Tengah dengan luas
1.208,40 km2 atau 25,83% dan Kota Mataram memiliki luas tersempit yaitu
sekitar 61,30 km2
Kondisi tofografi Pulau Lombok mulai dari datar sampai dengan berbukit
dan bergunung serta dari 9 kota/kabupaten yang ada, Kota Selong (Ibukota
Kabupaten Lombok Timur) memiliki tofografi tertinggi yaitu sekitar 148 meter
dpl dan terendah adalah Kota Mataran dan Gerung hanya 16 meter dpl. Untuk
kondisi tofografi tertinggi adalah Gunung Rinjani (3.775 meter dpl) dengan
Danau Segara Anak sebagai sumber air bagi kehidupan penduduk di Pulau
Lombok.
(BPS NTB. 2010).
Gunung Rinjani dikelilingi oleh kawasan hutan seperti Hutan Lindung,
Hutan Produksi, Hutan Konservasi dan Taman Nasional Gunung Rinjani. Luas
kawasan hutan sekitar 1.63.061,94 ha yang tersebar pada keitga kabupaten di
Pulau Lombok yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok
Timur. Adapun luas kawasan hutan pada setiap kabupaten di Pulau Lombok
masing-masing secara berurutan adalah 78.195,33 hektar ; 20.357,64 hektar dan
64.508,97 hektar.
Dari sejarahnya bahwa Gunung Rinjani pernah meletus dan peristiwa
tersebut sangat menentukan jenis dan struktur serta tekstur tanah pada setiap
lokasi Berdasarkan letak wilayah dengan pusat Gn. Rinjani, maka jenis tanah
94
pada belahan utara untuk semua kabupaten di Pulau Lombok sebagian besar
adalah Entisol (tanah pasiran yang mengandung batu karang) dan pada belahan
selatan Pulau Lombok cenderung jenis tanahnya dominan Vertisol, kemudian
terdapat juga jenis tanah lainnya, seperti Inceptisol yang tersebar merata pada
semua wilayah kabupaten di Pulau Lombok.
Berdasarkan data statistik yang bersumber dari Badan Meteorologi dan
Geofisika bahwa terjadi fluktuasi suhu yang sangat tajam yaitu suhu tertinggi
berkisar antara 29,4oC -32,9 o C, sedangkan suhu terendah berkisar antara 20,2 oC
– 24,7 o
Namun sejak tahun 2008 terjadi perubahan iklim secara menyeluruh dan
kondisinya sangat berbalik. Artinya, terjadi curah hujan yang sangat tinggi hampir
sepanjang bulan selama setiap tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan
November yaitu sekitar 368 mm dan diikuti pada Bulan Januari dan Pebruari
masing-masing sebesar 201 mm dan 258 mm. Sementara itu, curah hujan terendah
terjadi pada Bulan Juli (tidak terjadi hujan), Agustus (37 mm) dan Bulan
September (47 mm).
C. Tempratur tertinggi terjadi pada Bulan Juli dan tempratur terendah
terjadi pada Bulan April dan Mei. Pada saat terjadinya tempratur tertinggi
berbarengan dengan kondisi curah hujan terendah sekitar 1-3 mm, sebaliknya
pada kondisi terjadi tempratur terendah diikuti pula dengan kejadian curah hujan
tertinggi yaitu berkisar antara 131,4 mm – 151,6 mm.
4.2. Kondisi Penduduk dan Ketenagakerjaan Pulau Lombok
Penyebaran penduduk di Pulau Lombok cukup timpang, yaitu sebagian
besar terkonsentrasi di Kota Mataram, dan kemudian menyebar di Kabupaten
Lombok Timur, Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Namun dari
aspek pertumbuhan penduduk, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok
Timur memiliki pertumbuhan yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Pulau
Lombok disajikan pada tabel di bawah ini.
95
Tabel 10. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk pada Kabupaten Sample di Pulau Lombok Tahun 1971-2007
Kabupaten Jumlah Penduduk (000)
Tahun Pertumbuhan Penduduk (%)
Tahun 1971 1980 1990 2000 2007 71-80 80-90 90-00 00-07
Lombok Barat 510 655 584 666 796 2,80 2,75 1,37 2,58 Lombok Tengah 476 577 679 746 831 2,11 1,64 0,98 1,55 Lombok Timur 596 725 865 973 1.056 2,19 1,78 1,22 1,18
Total 1582 1957 2128 2385 2.683 7,1 6,17 3,57 5,31
Sumber. Profil Sosial Ekonomi Provinsi NTB tahun 2007. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan pertumbuhan
penduduk di Pulau Lombok pada periode tahun 1971-2000. Namun terjadi
kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan pada setiap kebupaten periode tahun
2000-2007. Keadaan ini terjadi hampir merata pada seluruh kabupaten.
Pertumbuhan penduduk tertinggi pada periode tahun 2000-2007 terdapat
di Kabupaten Lombok Barat (2,58%), kemudian Kabupaten Lombok Tengah
(1,55%) dan Kabupaten Lombok Timur (1,18%). Keadaan ini memberikan
indikasi bahwa angka kelahiran dan migrasi masuk relatif lebih tinggi pada
Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah daripada Kabupaten Lombok
Timur. Makna lainnya bahwa Kabupaten Lombok Timur lebih berhasil
mengendalikan jumlah penduduknya melalui program keluarga berencana
daripada Kabupaten lainnya di Pulau Lombok.
Bila dihubungkan antara luas wilayah dan jumlah penduduk, maka
diperoleh kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Pulau Lombok masuk
dalam katagori kepadatan sedang yaitu 663 jiwa/km2. Kota Mataram merupakan
wilayah terpadat yaitu 7.601 jiwa jiwa/km2 dan kemudian disusul oleh Kabupaten
Lombok Tengah yaitu 894 jiwa/km2, Kabupaten Lombok Timur yaitu 553,57
jiwa/km2 dan kabupaten dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Kabupaten
Lombok Barat dengan kepadatan penduduk sebesar 44 jiwa/km
Berdasarkan lapangan usaha yang dimasuki oleh angkatan kerja, maka
ditemukan gambaran bahwa sebagian besar angkatan kerja berkerja pada lapangan
usaha pertanian untuk ketiga kabupaten di Pulau Lombok kecuali Kota Mataram.
Lapangan usaha selain pertanian yang menyerap tenaga kerja relatif banyak di
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur adalah
industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Sebaliknya untuk Kota Mataram
2
96
sebagian besar angkatan kerja terserap pada lapangan usaha jasa, industri
pengolahan dan perdagangan.
Dalam bidang pertanian seperti kehutanan ternyata cukup menyerap
tenaga kerja. Rumahtangga yang bekerja pada sub sektor kehutanan cukup banyak
dan sebagai usaha pokoknya adalah usaha pertanian. Tabel di bawah ini
menyajikan jumlah rumahtangga yang memiliki usaha pada sub sektor kehutanan.
Tabel 11. Jumlah Rumahtangga dan Anggota Rumahtangga yang Bekerja pada Sub Sektor Kehutanan di Pulau Lombok.
No Kabupaten Rumahtangga (RT) Anggota Rumahtangga yang
Bekerja di Sub Sektor Kehutanan
Jumlah (Unit)
Persen (%) Jumlah (org) Persen (%)
1 Lombok Barat 1.636 30,00 2.352 30,29 2 Lombok Tengah 3.328 61,02 4.924 63,40 3 Lombok Timur 490 8,98 490 6,31 Total 5.454 100,00 7.766 100,00 Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2004. Hasil Survei Rumahtangga Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dari tabel di atas nampak bahwa rumahtangga dan anggota keluarga yang
bekerja di subsektor kehutanan terbesar berada di Kabupaten Lombok Tengah.
Kemudian diikuti oleh rumahtangga di Kabupaten Lombok Barat dan terendah
adalah rumahtangga di Kabupaten Lombok Timur. Hal ini memberikan makna
rumahtangga pedesaan di Pulau Lombok terutama yang berdomisili di sekitar
kawasan hutan masih sangat tergantung kehidupannya dari kawasan hutan.
Dari sejumlah 5.454 rumahtangga yang bekerja di sub sektor kehutanan
sebanyak 61,02% berada di Kabupaten Lombok Tengah, 30% di Kabupaten
Lombok Barat dan hanya 8,96% di Kabupaten Lombok Timur. Keadaan ini
hampir sama dengan anggota rumahtangga yang bekerja di sub sektor kehutanan.
Dari sejumlah 7.766 orang anggota keluarga yang bekerja di sub sektor kehutanan
63,40% berada di Kabupaten Lombok Barat, 30,29% di Kabupaten Lombok
Tengah dan hanya 6,31% di Kabupaten Lombok Timur.
Jenis aktivitas yang diusahakan atau dimasuki oleh anggota rumahtangga
> 10 tahun, baik di dalam kawasan hutan dan disekitarnya di Pulau Lombok
berupa pemungutan hasil hutan, penangkar satwa liar, jasa penebangan kayu,
usaha pembibitan (hanya di Kabupaten Dompu), budidaya tanaman kehutanan dan
jasa kehutanan lainnya (sebagai buruh). Jenis usaha yang dimasuki oleh setiap
97
rumahtangga dan tenaga kerja lainnya adalah cukup bervariasi antar wilayah. Hal
ini disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Jumlah Anggota Rumahtangga > 10 tahun dan Bekerja pada Lapangan Usaha di Sub Sektor Kehutanan di Pulau Lombok
Kabupaten
Lapangan Usaha
Jumlah Pemungut Hasil Hutan
Penangkar Satwa Liar
Jasa Tebang Kayu
Usaha Pembibitan
Budidaya Tanaman
Hutan
Jasa Kehuta-
nan Lainnya
1. Lombok Barat
1.832 0 162 0 179 179 2.352
2. Lombok Tengah
4.392 300 0 0 232 0 4.924
3. Lombok Timur
294 98 98 0 0 0 490
Total 6.518 398 260 0 411 179 7.766 Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2004. Hasil Survei Rumah-
tangga Kawasan Hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa dari 7.768 orang tenaga kerja
yang bekerja pada lapangan sub sektor kehutanan sebagian besar sebagai
pemungut hasi hutan (6.518 orang), kemudian anggota rumahtangga juga bekerja
sebagai pembudidaya tanaman hutan (411 orang), penangkar satwa liar (398
orang), jasa penebangan kayu (260 orang) dan sebagian kecil saja bekerja pada
jasa kehutanan lainnya termasuk tenaga kerja serabutan (176 orang).
Dari gambaran data tersebut dan bila dikaitkan dengan usaha konservasi
kawasan ternyata di Pulau Lombok belum ada usaha pembibitan yang dapat
menyediakan kebutuhan tanaman konservasi dan aktivitas masyarakat yang
berdomisili di dalam dan sekitar kawasan hutan lebih bersifat ekstraktif
(pemungutan hasil), meskipun ada juga masyarakat yang membudidayakan
tanaman hutan namun jumlahnya relatif sedikit karena jumlah tenaga kerja yang
bekerja pada kegiatan tersebut sedikit pula. Adanya tenaga kerja bekerja pada jasa
penebangan kayu merupakan indikasi masih adanya aktivitas penebangan kayu
dalam dan disekitar kawasan hutan. Hal ini tentunya berimplikasi pada ancaman
terhadap kelestarian hutan.
98
4.3. Kondisi Perekonomian Pulau Lombok
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dari laju pertumbuhan
PDRB atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku. Namun demikian,
pertumbuhan ekonomi yang dilihat dengan menggunakan harga konstan lebih
menunjukkan kondisi yang sebenarnya, karena dengan cara ini berarti
pertumbuhan ekonomi semata-mata hanya disebabkan oleh pertumbuhan riil
produksi barang dan jasa. Adapun distribusi persentase dan pertumbuhan PDRB
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 13. Distribusi Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB pada Tiga Kabupaten Pulau Lombok Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (dalam 000.000)
No Lapangan Usaha Nilai PDRB per Kabupaten (Rp) Laju Pertumbuhan (%)
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
1 Pertanian 403.331,58 583.230 914.428,60 3,99 4,04 3,07
2 Pertambangan & Penggalian 57.404,21 53.416 108.954,60 3,18 5,25 6,74
3 Industri Pengolahan 78.551,55 128.888 180.134,60 3,08 7,62 6,69 4 Listrik, Gas dan Air
Bersih 7.702,01 4.253 6.050,60 0,61 4,93 3,35
5 Bangunan 173.103,78 178.186 204.786,10 10 5,70 6,12 6 Perdagangan, Hotel &
Restoran 359.698,98 335.612 435.668,20 20,59 7,14 8,47
7 Pengangkutan dan Komunikasi 162.916,37 104.063 148.971,10 11,18 7,05 7,45
8 Keuangan, Persewaan & Jasa. Perusahaan 64.772,71 91.698 114.403,00 4,30 6,44 6,66
9 Jasa-Jasa 196.240,89 271.895 299.496,90 13,07 2,17 2,38 PDRB 1.503.682,06 1.751.241 2.412.893,70 5,14 5,09 5,09
Sumber. Badan Pusat Statistik Prov. NTB. Tahun 2009. Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur Dalam Angka 2009.
Dari Tabel 13. tersebut terlihat bahwa Kabupaten Lombok Timur
memiliki nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi, Kemudian
diikuti oleh Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat. Nilai
PDRB Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp. 2.412.893.700.000,-; Kabupaten
Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat masing-masing sebesar
Rp. 1.751.24.000.000,- dan Rp. 1.503.682.060.000,-. Namun bila dilihat dari angka
pertumbuhan ekonomi, maka nilai pertumbuhan ekonomi semua kabupaten di
Pulau Lombok tergolong dalam pertumbuhan sedang yaitu lebih dari 5 %.
99
Kemudian pertumbuhan ekonomi tertinggi diantara ketiga kabupaten di Pulau
Lombok adalah Kabupaten Lombok Barat.
Dari aspek lapangan usaha dapat dilihat bahwa lapangan usaha pertanian
masih memberikan kontribusi tertinggi pada semua kabupaten di Pulau Lombok.
Nilai PDRB lapangan usaha pertanian tertinggi berada di Kabupaten Lombok
Timur dengan nilai Rp. 914.428.600.000,-, kemudian Kabupaten Lombok Tengah
(Rp. 583.230.000.000,-) dan nilai PDRB terendah pada lapangan usaha pertanian
adalah Kabupaten Lombok Barat dengan nilai sebesar Rp. 403.331,580.000,-.
Namun tidak demikian dengan pertumbuhan lapangan usaha pertanian pada setiap
kabupaten di Pulau Lombok. Kabupaten Lombok Tengah memiliki nilai pertumbuhan
tertinggi, kemudian Kabupaten Lombok Barat dan terendah adalah Kabupaten Lombok
Timur.
Lapangan kerja yang memiliki nilai dominan dan memiliki kontribusi yang
cukup tinggi terhadap nilai PDRB pada setiap kabupaten adalah lapangan usaha
perdagangan, hotel dan restoran; jasa-jasa; bangunan dan lapangan usaha
pengangkutan dan komunikasi. Sebaliknya nilai terendah ditemukan pada
lapangan usaha listrik, gas dan air bersih dan kondisi ini merata pada semua
kabupaten di Pulau Lombok. Lapangan usaha lainnya yang memiliki nilai cukup
rendah dan memiliki kontribusi rendah terhadap nilai PDRB adalah pertambangan
dan galian. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat bahwa pontensi dan aktivitas
pertambangan dan galian di Pulau Lombok dan jenis pertambangan dan galian
dominan pada jenis galian C.
Meskipun lapangan usaha pertanian memiliki nilai tertinggi, namun setiap
tahunnya memiliki nilai yang semakin menurun. Hal ini memberikan makna
bahwa lapangan usaha pertanian merupakan mata pencaharian dominan pada
seluruh kabupaten di Pulau Lombok, namun ketergantungan tersebut mengalami
pergeseran ke arah perdagangan dan perhotelan, jasa-jasa dan pengangkutan dan
komunikasi.
Data ini juga memberikan informasi bahwa kegiatan ekonomi telah
tumbuh; yang berarti pula terjadi proses peningkatan kegiatan ekonomi
masyarakat. Upaya recovery ekonomi yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
bersama masyarakat tampak membuahkan hasil, sehingga sektor-sektor yang
100
mengalami stagnasi pada masa krisis yang lalu kini beraktivitas kembali. Adapun
lapangan usaha tersebut seperti sektor pariwisata, perdagangan, dan industri,
disamping sektor pertanian yang berkembang memiliki daya tahan yang handal
terhadap goncangan ekonomi yang datangnya dari luar.
4.4. Kondisi Hutan di Pulau Lombok
Kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas 2.015.315 hektar
dan hanya sekitar 8,09 % (163061,94 ha) berada di Pulau Lombok yang tersebar
dengan luasan bervariasi pada masing-masing kabupaten. Kawasan hutan terluas
berada di Kabupaten Lombok Barat, kemudian Kabupaten Lombok Timur dan
terendah berada Kabupaten Lombok Tengah.
Demikian juga bila ditinjau dari fungsinya ternyata sebagian besar
kawasan hutan di Pulau Lombok merupakan Kawasan Hutan Lindung (47,92%),
Hutan Konservasi (31,37%), Hutan Produksi Terbatas (11,32%) dan Hutan
Produksi (20,32%) yang dapat dikonversi (0,38%). Luasan kawasan hutan
berdasarkan fungsinya secara rinci diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Luas Hutan Menurut Fungsinya pada Kabupaten di Pulau Lombok Tahun 2009
Tata Guna Hutan Luas Hutan pada Kabupaten (ha)
Total (ha) Persentase (%) Lombok
Barat Lombok Tengah
Lombok Timur
1. Hutan Lindung 35.785,16 10.857,54 31.498,97 78.141,67 47,92
2. Hutan Konservasi 19.721,27 3.987,02 27.445,00 51.153,29 31,37 3. Hutan Produksi
a. Hutan Produksi Tetap 5.171,52 4.888,58 5.565,00 15.625,10 9,58
b. Hutan Produksi Terbatas 17.517,38 0 0 17.517,38 10,74
4. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 0 624,50 0 624,50 0,38
Total 78.195,33 20.357,64 64.508,97 16.3061,94 100,00 Sumber : Statistik Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2009.
Hutan konservasi tersebut terdiri dari hutan Cagar Alam, Taman Nasional,
Suaka Margasatwa, Taman Buru, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya.
Kemudian hutan produksi terdiri dari hutan produksi tetap dan hutan produksi
terbatas. Kondisi dan luasan hutan sebagian besar terdapat di Kabupaten Lombok
Barat (78.195,33 ha) dan kemudian di Kabupaten Lombok Timur (64.508,97 ha)
101
dan luasan terendah terdapat di Kabupaten Lombok Tengah yaitu hanya
20.357,64 hektar.
Kondisi hutan di Pulau Lombok cukup memprihatinkan hal ini
ditunjukkan oleh gejala semakin meluasnya lahan kritis yang muncul di dalam
kawasan hutan. Lahan kritis tersebut luasannya mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Luasan lahan kritis di Pulau Lombok sekitar 120.680 hektar atau
22,97 % dari lahan kritis yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (527.863
hektar). Luasan lahan kritis di Pulau Lombok disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Luas Lahan Kritis di dalam dan di luar Kawasan Hutan pada Setiap Kabupaten di Pulau Lombok
No Kabupaten
Lahan Kritis Total Dalam Kawasan Hutan Luar Kawasan Hutan
Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %
1. Lombok Barat 13.647 53,96 24.187 25,35 37.834 31,35
2. Lombok Tengah 4.403 17,43 31.562 33,08 35.965 29,80
3. Lombok Timur 7.229 28,61 39.652 41,57 46.881 38,85 Jumlah 25.279 100,00 95.401 100,00 120.680 100,00
Sumber. Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2006
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa kondisi lahan kritis di Pulau
Lombok menyebar merata. Lahan kritis terluas berada di Kabupaten Lombok
Timur yaitu 46.881 hektar (38,85%), kemudian disusul oleh Kabupaten Lombok
Barat seluas 31,35 hektar (31,35%) dan Kabupaten Lombok Tengah seluas 35.965
hektar (29,80%). Berdasarkan lokasi penyebarannya, ternyata sebagian besar
lahan kritis berada di luar kawasan hutan yaitu 95.401 hektar dan hanya sekitar
25.279 hektar yang berada dalam kawasan hutan. Meskipun sebagian kecil lahan
kriris berada dalam kawasan hutan, namun kondisi kerusakannya cukup parah dan
berdampak cukup luas terutama terhadap dan hilangnya sumber mata air di area
luar hutan. Penyebaran lahan kritis yang cukup merata di Pulau Lombok secara
spasial disajikan pada gambar berikut ini.
102
Gambar 12. Peta Sebaran Lahan Kritis di Pulau Lombok
Dari gambar di atas terlihat bahwa lahan kritis yang terdapat dalam
kawasan hutan hampir semuanya berada di dalam kawasan hutan. Khususnya di
Kabupaten Lombok Barat yang memiliki hutan lindung terluas mendapat ancaman
berkurangnya peran hutan lindung sebagai pengatur dan pengendali air tanah.
Sebaliknya, ancaman tersebut semakin menurun pada kawasan hutan lindung di
Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Hal ini disebabkan karena luasan
hutan kritis dalam kawasan hutan lebih rendah bila dibandingkan dengan lahan
kritis di Kabupaten Lombok Barat.
Dengan semakin berkembangnya lahan kritis pada kawasan hutan lindung,
sangat mempengaruhi suplai air, khususnya di Pulau Lombok yang sekarang ini
mengalami krisis air. Dari 4 Daerah aliran Sungai yaitu DAS Jelateng, Dodokan,
Putik dan Menaga ternyata DAS Dodokan dan DAS Menanga mengalami
mengalami defisit minus 2.156,86 mcm dan minus 258,15 mcm. Sementara itu,
Pulau Lombok mengalami defisit ketersediaan air sebesar minus 1.178,45 mcm
sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini.
103
Tabel 16. Neraca Air Berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Lombok
No Nama DAS Potensi (mcm)
Pemanfaatan (mcm)
Neraca (mcm)
1. Jelateng 194 72,81 121,19 2. Dodokan 1.266 3.422,89 - 2.136,89 3. Putik 1.429 313,60 1.115,40 4. Menanga 702 960,15 - 258,15 Pulau Lombok 3.591 4.769,45 - 1.178,45 Sumber. Balai Hidrologi dalam WWF Nusra 2007. Keterangan : 1 mcm = 1000 m
3
Dari tabel di atas menyajikan bahwa Pulau Lombok sudah tidak mampu
lagi menyediakan air untuk kebutuhan penduduknya. Dengan adanya permintaan
air sebesar 4.769,45 mcm dan potensi sebesar 3.591 mcm, sehingga mengalami
defisit sebesar 1.178,45 mcm. Untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat terjadi
kehilangan mata air sejumlah 440 buah dalam jangka waktu 15 tahun. Pada tahun
1985, mata air berjumlah 702 dan pada tahun 2000 hanya berjumlah 262 buah dan
40 buah mengalami mati suri.
Pulau Lombok mengalami gejala krisis air berkepanjangan, karena terjadi
penurunan debit air dalam kurun waktu 10 tahun (1992-2002). Hal ini ditunjukkan
oleh penurunan debit pada tiga sungai (sebagai indikator) yaitu Sungai Aiknyet,
Babak dan Sesaot. Pada tahun 1992 debit air pada ketiga sungai tersebut secara
berurutan 27,30 m3/detik; 8,44 m3/detik dan 16,08 m3/detik dan pada tahun 2002
menurun menjadi 10,37 m3/detik; 5,68 m3/detik dan 9,096 m3
Kerusakan hutan tersebut dapat disebabkan oleh faktor alam seperti
kebakaran dan faktor manusia. Luas areal hutan yang terbakar di Pulau Lombok
sekitar 899 hektar dan sebagian besar sekitar 504 hektar kebakaran hutan pada
tahun 2005 terjadi di Kabupaten Lombok Timur dan pada tahun 2008 kebakaran
hutan hanya terjadi di Kabupaten Lombok Timur dengan luas sekitar 124 hektar.
Kebakaran hutan tersebut disebabkan karena faktor manusia yaitu pembersihan
lahan dengan cara membakar semak dan belukar yang ada pada lahan yang
dikelolanya.
/detik (Markum et al.
2004).
Kerusakan hutan dapat juga disebabkan oleh karena illegal logging dan
perambahan kawasan hutan atau perladangan. Hal ini berakibat kepada timbulnya
104
kerugian secara ekonomi. Nilai kerugian dapat diprediksi terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005, nilai kerugian dari kehilangan
kayu bulat saja diprediksi sekitar Rp. 164.513.272,- dan kemudian pada tahun
2006 mengalami penurunan dengan nilai sekitar Rp. 124.402.799,20 dan
kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan
diprediksi sekitar Rp. 617.043.026,- (Dishut NTB. 2008). Kemudian bila
diperhitungkan nilai ekonomi dari lingkungan yang rusak, maka kerugian per
tahunnya dapat mencapai Rp 4,5 milyar.
4.5. Kondisi Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Pulau Lombok
Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Pulau Lombok mengalami
perkembangan sesuai dengan berkembangnya kebijakan pemerintah. Inisiator
pembangunan HKm di Pulau Lombok adalah pihak pemerintah dan LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat). Inisiator dari pihak pemerintah adalah Dinas
Kehutanan Provinsi dan Kabupaten, sedangkan inisiator dari LSM adalah LSM
Konsepsi, Transform dan YKR (Yayasan Kusuma Rinjani). Peranan inisiator
adalah mendorong terbangunnya Perda tentang Hutan Kemasyarakatan (HKm)
dan peran pendampingan.
Sejak tahun 1995 sampai tahun 2009, luasan HKm di Pulau Lombok
sekitar 5.531,50 hektar dan tersebar pada ketiga kabupaten. Kabupaten Lombok
Tengah memiliki luas HKm tertinggi yaitu sekitar 2.129,50 hektar (38,50%) dan
kemudian Kabupaten Lombok Barat sekitar 1.902 hektar (34,38%) dan Kabupaten
Lombok Timur memiliki luas HKm terendah yaitu 1.500 hektar atau 27,12% dari
luas HKm di Pulau Lombok. Lebih rincinya luasan HKm disajikan dalam tabel
berikut.
105
Tabel 17. Luas Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Distribusi Luas pada Setiap Kabupaten di Pulau Lombok Tahun 2009.
No Kabupaten Luas HKm Total
Hutan Lindung Hutan Produksi Hektar % Hektar % Hektar %
1 Lombok Barat
1.902,00 34,38
a. Desa Sesaot, Lebah Sempaga dan Keru
211 11,09 0,00 0,00
b.Desa Santong 0,00 0,00 726 38,17 c. Desa Sekotong 0,00 0,00 750 39,43 d. Desa Monggal 0,00 0,00 215 11,30
2 Lombok Tengah
2.129,50 38,50 a. Desa Aik Berik 1.809,50 84,97 0,00 0,00 b. Desa Batukliang 53,00 2,49 0,00 0,00 c. Desa Stiling 217,00 10,19 0,00 0,00 d. Desa Rembitan 0,00 0,00 50,00 2,35
3 Lombok Timur
1.500,00 27,12 a. Desa Sekaroh 1.100 73,33 0,00 0,00 b. Sambelia 0,00 0,00 400 26,67
Total 3.390,50 70,33 2.131,00 29,67 5.531,50 100,00
Sumber. Analisis Data Dishut NTB 2009.
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa berdasarkan lokasi dan fungsi hutan,
maka HKm di Pulau Lombok berlokasi pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar HKm berlokasi di
Hutan Lindung yaitu sekitar 3.390,50 hektar (70,33%), dan hanya sekitar 2.131
hektar (29,67%) berlokasi pada Hutan Produksi. Bila dihubungkan dengan luasan
hutan lindung di Pulau Lombok yang luasnya 78.11,67 hektar, maka hanya
4,34 % saja yang dimanfaatkan sebagai kawasan HKm dan dari luas hutan
produksi 33.766,98 hektar dan hanya 6,31 % dimanfaatkan sebagai kawasan
Hutan Kemasyarakatan (HKm).
. Bila dirinci berdasarkan wilayah administrasi di Pulau Lombok, maka
Kawasan Hkm pada Hutan Lindung di Kabupaten Lombok Barat sekitar 211
hektar dan 1.161 hektar berada pada Hutan Produksi. Sementara itu, luas HKm di
Kabupaten Lombok Tengah sekitar 2.129,50 hektar yang terdiri dari 2.079,50
hektar berada pada hutan lindung dan 50 hektar berada pada hutan produksi.
Demikian juga kondisinya dengan luasan HKm di Kabupaten Lombok Timur
dengan luas 1.500 hektar sebagian besar berada di Kawasan Hutan Lindung yaitu
1.100 hektar dan hanya 400 hekta berada di Kawasan Hutan Produksi,.
106
Selama perjalanannya Hutan Kemasyarakatan menimbulkan banyak
permasalahan terutama dari aspek ekologi. Kawasan HKm tersebut menjadi pintu
perambahan hutan dan illegal logging, karena Kawasan Hutan Lindung masih
banyak ditumbuhi oleh pohon kayu hutan yang memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi. Namun Kawasan HKm tersebut juga ditumbuhi oleh tanaman buah-buahan
dan MPTS (Multi Purpose Tree Cropp Spesies) dan tanaman pangan. Dengan
demikian, Kawasan HKm saat ini merupakan kawasan yang dikelola dengan
sistem agroforestri dengan basis buah-buahan dan juga tanaman pangan.
Hasil temuan dari olahan data primer dan dari data Monev HKm di Pulau
Lombok memberikan gambaran bahwa pada Kawasan HKm di Pulau Lombok
masih ditumbuhi ragam kayu hutan yang memiliki nilai ekonomi dan berbagai
jenis tanaman MPTS dan tanaman pangan. Keadaan tersebut tidak sama antar
HKm pada masing-masing kabupaten dan kondisi tersebut disajikan pada tabel 18
di bawah ini.
Tabel 18 di bawah memberikan gambaran bahwa kondisi HKm pada
setiap kabupaten di Pulau Lombok dengan keragaman dari jenis tanaman yang
dikembangkan. HKm di Kabupaten Lombok Barat memiliki jenis kayu-kayuan
yang lebih beragam daripada kabupaten lainnya., kemudian diikuti oleh
Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur.
Faktor pembeda jenis tanaman antara Kabupaten Lombok Barat dan
Lombok Tengah adalah tanaman kayu sentul dan gaharu. Sementara itu, jenis
tanaman MPTS nya adalah sama. Sangatlah berbeda kondisinya dengan jenis
tanaman kayu di Kabupaten Lombok Timur yang jenisnya sangat terbatas, tetapi
jenis tanaman jati dan imba merupakan penciri dari kawasan HKm di Kabupaten
Lombok Timur. Demikian juga halnya dengan jenis tanaman MPTS dan tanaman
pangan yang hampir sama kondisinya hampir sama antara Kabupaten Lombok
Barat dan Kebupaten Lombok Tengah dan sebaliknya sangat terbatas pada
Kabupaten Lombok Timur yaitu hanya jambu mete dan dan asam untuk tanaman
MPTS dan pisang, jagung dan lebui untuk jenis tanaman pangan.
107
Tabel 18. Jenis Tanaman Kayu dan MPTS pada Kawasan HKm pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi di Pulau Lombok tahun 2008
No Kabupaten Tanaman Kayu Tanaman MPTS Tanaman Pangan 1. Kabupaten Lombok
Barat
a. Mahoni b. Sengon c. Sonokeling d. Bajur e. Rajumas f. Gaharu g. Dadap h. Sentul i. Randu
a. Nangka b. Mangga c. Jambu Mente d. Kluih e. Durian f. Alpukat g. Rambutan h. Manggis i. Kemiri j. Kakao k. Melinjo l. Kepundung m. Kelengkeng
a. Pisang b. Pepaya c. Ubi kayu d. Talas e. Empon-
empon
2. Kabupaten Lombok Tengah
a. Mahoni b. Sengon c. Bajur d. Dadap e. Bambu f. Mendong g. Kemiri h. Randu
a. Manggis b. Rambutan c. Durian d. Nangka e. Jeruk f. Alpukat g. Kopi h. Kakao i. Sawo j. Melinjo k. Duku l. Klengkeng m. Jambu Biji
a. Pisang b. Vanili c. Pepaya d. Singkong e. Temulawak f. jahe g. Empon- emponan
3. Kabupaten Lombok Timur
a. Jati b. Imba c. Sengon d. Sonokeling e. Kesambi
a. Jambu Mete b. Asam
a. Pisang b. Jagung c. Padi d. Kc. Hijo e. Kc. Tunggak
Sumber. BPDAS NTB: Hasil Monev HKm di Pulau Lombok 2008
Dari gambaran jenis tanaman kayu-kayuan, MPTS dan tanaman pangan
yang dikembangkan memberikan indikasi bahwa kondisi ekologi kawasan HKm
di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah lebih baik daripada HKm di
Kabupaten Lombok Timur. Dengan memperhatikan bahwa adanya pengembangan
padi, kacang tunggak, kacang hijo, lebui dan jagung (HKm Sekaroh) merupakan
indikasi bahwa HKm di Kabupaten Lombok Timur memiliki tutupan lahan yang
lebih terbuka daripada HKm di kabupaten lainnya.
Hasil observasi pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok
menemukan bahwa pola HKm yang terbangun merupakan pola agroforestry
dengan mengkombinasikan antara berbagai jenis tanaman baik tanaman berumur
panjang maupun tanaman musiman. Meskipun bukan pada termasuk kedalam
108
kawasan HKm, pada beberapa lokasi hutan lindung ditemukan pula bentuk-bentuk
lain dari HKm seperti Hutan Cadangan Pangan (HCP) dan Reboisasi, kawasan
Vanili Banok, Hutan Penggunaan Khusus (pengembangan Gaharu) serta Hutan
Rakyat (dikembangkan pada lahan milik).
Bentuk lain HKm tersebut memiliki ciri khusus pada jenis tanaman intinya.
Pada kawasan HCP dan Reboisasi di Desa Sapit dikembangkan tanaman pangan
dan MPTS dengan integrasi tanaman vanili sebagai tanaman andalan. Pada
kawasan Hutan Lindung di Banok Kecamatan Pringgasela dikembangkan
tanaman vanili sebagai tanaman intinya. Kawasan hutan lindung dengan fungsi
pendidikan di Desa Senaru dikembangkan tanaman gaharu dengan kombinasi
tanaman pangan. Pada Hutan Rakyat di Desa Perigi dan Desa Selaparang
dikembangkan tanaman sengon diantara tanaman buah-buahan dan pangan.
Bila dikaitkan dengan tanaman inti yang dikembangkan, maka bentuk
agroforesti dapat diklasifikasikan menjadi enam bentuk sebagai berikut :
a. Agroforestri Buah-buahan yaitu bentuk HKm dengan tanaman dominan
adalah buah-buahan
b. Agroforestri Pangan yaitu bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan
adalah tanaman pangan
c. Agroforestri Vanili adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan
adalah Vanili
d. Agroforestri Gaharu adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan
adalah Gaharu.
e. Agroforestri Sengon adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan
adalah Sengon.
f. Agroforestri Kopi adalah bentuk HKm dengan jenis tanaman dominan
adalah Kopi.
Bentuk-bentuk HKm tersebut tersebar pada hampir seluruh wilayah di
Pulau Lombok. Agroforestri Buah-buahan sebagian besar berada di Kabupaten
Lombok Barat dan Lombok Tengah. Demikian pula dengan Agroforestri Kopi dan
Gaharu keberadaannya sebagian besar di Kabupaten Lombok Barat. Kemudian
untuk jenis Agroforestri Pangan, Vanili dan Sengon keberadaannya sebagian
besar di Kabupaten Lombok Barat dan Kebupaten Lombok Timur.