122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

57
PENANGANAN MUTAKHIR GIZI BURUK PADA ANAK I. Pendahuluan 1 Definisi Malnutrisi merupakan suatu kondisi dimana terjadi “undernutrition” dan “overnutrition”, kelebihan nutrisi dapat mengarah kepada obesitas dan overweight sedangkan kekurangan nutrisi mengarah kepada Kurang Energi Protein (KEP). Pada refrat ini membahas mengenai defisiensi nutrisi. Banyak faktor dapat menyebabkan malnutrisi, banyak diantaranya terkait dengan diet yang buruk atau infeksi yang parah atau berulang, kemiskinan dalam suatu populasi. Diet yang tidak adekuat, dikaitkan dengan kebiasaan hidup, kondisi lingkungan dan kebutuhan dasar suatu populasi berupa pangan, papan, dan kesehatan. Malnutrisi dapat menjadi faktor risiko untuk suatu penyakit dan dapat meningkatkan morbiditas dan kematian. Meskipun jarang menyebabkan kematian secara langsung, malnutrisi pada anak diasosiasikan dengan kematian anak sebesar 54% (10,8 juta anak) di Negara berkembang pada tahun 2001. malnutrisi yang mengarah pada penyebab kematian dapat dikaitkan dengan Kurang Energi Protein yang akan dibahas pada referat ini. Banyak faktor yang mempengaruhi malnutrisi antara lain vector penyakit, defisiensi mikronutrien, lingkungan yang kotor, overpopulasi 1

description

Smga membantu

Transcript of 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Page 1: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

PENANGANAN MUTAKHIR GIZI BURUK PADA

ANAK

I. Pendahuluan 1

Definisi Malnutrisi merupakan suatu kondisi dimana terjadi

“undernutrition” dan “overnutrition”, kelebihan nutrisi dapat mengarah

kepada obesitas dan overweight sedangkan kekurangan nutrisi mengarah

kepada Kurang Energi Protein (KEP). Pada refrat ini membahas mengenai

defisiensi nutrisi. Banyak faktor dapat menyebabkan malnutrisi, banyak

diantaranya terkait dengan diet yang buruk atau infeksi yang parah atau

berulang, kemiskinan dalam suatu populasi. Diet yang tidak adekuat,

dikaitkan dengan kebiasaan hidup, kondisi lingkungan dan kebutuhan

dasar suatu populasi berupa pangan, papan, dan kesehatan. Malnutrisi

dapat menjadi faktor risiko untuk suatu penyakit dan dapat meningkatkan

morbiditas dan kematian. Meskipun jarang menyebabkan kematian secara

langsung, malnutrisi pada anak diasosiasikan dengan kematian anak

sebesar 54% (10,8 juta anak) di Negara berkembang pada tahun 2001.

malnutrisi yang mengarah pada penyebab kematian dapat dikaitkan dengan

Kurang Energi Protein yang akan dibahas pada referat ini.

Banyak faktor yang mempengaruhi malnutrisi antara lain vector

penyakit, defisiensi mikronutrien, lingkungan yang kotor, overpopulasi

yang mengarah kepada kemiskinan dan akhirnya berujung kepada tidak

tersedia kecukupan suatu pangan.

Malnutrisi sendiri dapat mengakibatkan dampak pada lingkungan dan

memicu suatu lingkaran setan yang mengarah kepada masalah kesehatan.

Sebagai contoh malnutrisi dapat membuat suatu kemiskinan yang memicu

suatu rantai lemahnya ekonomi dan perkembangan sosial masyarakat.

II. Kurang Energi Protein (KEP) 2

Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang

disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-

hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).

1

Page 2: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Kurang energi protein merupakan salah satu dari empat masalah gizi

utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada anak dibawah

umur 5 tahun (balita), serta pada ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan

SUSENAS 2002, 26% balita menderita gizi kurang dan gizi buruk, dan 8%

balita menderita gizi buruk. Pada kurang energi protein ditemukan

berbagai macam keadaan patologis, tergantung pada berat ringannya

kelainan. Berdasarkan lama dan jumlah kekurangan energi protein, kurang

energi protein diklasifikasikan menjadi KEP derajat ringan (gizi sedang),

KEP derajat sedang (gizi kurang) dan KEP derajat berat (gizi buruk). Gizi

kurang menunjukkan gejala yang khas, belum ada kelainan biokimia,

hanya dijumpai gangguan pertumbuhan. Pada gizi buruk didapatkan 3

bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwasiorkor. Di

rumah sakit ataupun puskesmas ditemukan cukup banyak penderita

marasmus, tetapi kwashiorkor sudah jarang ditemukan.

III. Pengertian AKG (Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan) 3

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommended

Dietary Allowances (RDA) adalah tingkatan konsumsi zat-zat gizi esensial

yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir setiap orang

sehat di suatu negara. AKG untuk Indonesia didasarkan atas patokan berat

badan untuk masing-masing kelompok menurut umur, gender, dan

aktivitas fisik yang diterapkan secara berkala melalui survey penduduk.

Disamping itu, AKG disusun pula untuk kondisi khusus, yaitu untuk ibu

hamil dan menyususi.

AKG digunakan sebagai standard untuk mencapai status gizi optimal

bagi penduduk dalam hal penyediaan pangan secara nasional dan regional

serta penilaian kecukupan gizi penduduk golongan masyarakat tertentu

diperoleh dari konsumsi makanannya.

AKG berbeda dengan Angka Kebutuhan Gizi (Dietary Requirement).

Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan

seseorang (individu) untuk mencapai dan mempertahakan status gizi yang

adekuat, sedangkan AKG adalah kecukupan gizi untuk rata-rata penduduk.

Selain kebutuhan gizi menurut umur, gender, aktivitas fisik, dan

kondisi khusus, dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus

2

Page 3: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolic,

penyakit kronis dan kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu

dilakukan penghitungan kebutuhan gizi secara khusus dan penerapannya

dalam bentuk modifikasi diet dan diet khusus.

IV. Etiologi KEP 4

Penyebab KEP berdasarkan bagan sederhana yang disebut sebagai “model

hirarki” yang akan terjadi setelah melalui lima level seperti yang tertera

sebagai berikut:

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Level 5

Kekacauan/Krisis kekeringan dan Peperangan

Kemiskinan dan kemunduran sosial

Kurang pangan

Infeksi Terlantar

Anoreksia Anoreksia

KEP KEP KEP

3

Page 4: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

V. Patofisiologi KEP 5

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi,

dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi

(AKG), dan biasanya juga disertai adanya kekurangan dari beberapa

nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer apabila kejadian KEP akibat

kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah

social ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan di bidang gizi.

Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan

4

Page 5: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis,

ataupun kelainan pencernaan dan metabolik yang mengakibatkan

kebutuhan nutrisi meningkat,penyerapan nutrisi yang turun, dan

meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat akan

menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan

kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran karbohidrat,

kemudian pembakaran lemak lalu pembakaran protein dengan melalui

proses katabolik. Kalau terjadi stress katabolik (infeksi) maka kebutuhan

protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein

relative, kalau kondisi ini terjadi pada status gizi masih diatas -3 SD (-2SD

– 3 SD), maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/decompesated

malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti

oksidan. Bila stress katabolik ini terjadi pada status gizi dibawah -3 SD,

maka terjadilah marasmic-kwasiorkor. Kalau kondisi ini terus dapat

beradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan terjadi marasmus

(malnutrisi kronis/compesated malnutrition). Dengan demikian pada KEP

akan terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin

serum, penurunan hemoglobin, penurunan system kekebalan tubuh,

penurunan beberapa sintesa protein.

Berikut ini adalah bagan multifaktorial menuju kearah terjadinya KEP:

5

Page 6: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

VI. Derajat KEP 6

Gejala klinis KEP berbeda-beda tergantung derajat dam lama deplesi

protein, energi, dan umur penderita juga tergantung oleh hal lain seperti

adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. KEP dibagi

menjadi KEP ringan, KEP sedang, dan KEP berat. Pada KEP ringan dan

sedang yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang, sperti berat

badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. KEP ringan dan

sedang sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai usia 2 tahun,

tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.

System Holistik Penyebab Multifaktorial Menuju Kearah Terjadinya KEP

Ekonomi negara rendah

Pendidikan umum kurang

Produksi bahan pangan rendah

Hygiene rendah

Pekerjaan rendah

Pasca panen kurang baik

System pergadangan pangan dan distribusi tidak lancar

Penyakit infeksi dan infestasi cacing

Persediaan pangan kurang

Daya beli rendah

Konsumsi kurang

Absorpsi terganggu

Utilisasi terganggu

KEP

Pengetahuan gizi kurang

Anak terlalu banyak

MarasmusKwashiorkorMarasmic-kwashiorkor

6

Page 7: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Berikut tanda-tanda KEP ringan dan sedang dilihat dari pertumbuhan yang

terganggu dapat diketahui melalui:

1. Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti.

2. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, ada kalanya berat badan

kadang menurun.

3. Ukuran lingkar lengan atas menurun.

4. Maturasi tulang terhambat.

5. Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun.

6. Tebal lipat kulit normal atau mengurang.

7. Anemia ringan, diet yang menyebabkan KEP sering tidak

mengandung cukup zat besi dan vitamin-vitamin lainnya.

8. Aktivitas dan perhatian mereka berkurang jika dibandingkan

dengan anak sehat,

9. Kelainan kulit maupun rambut jarang ditemukan pada KEP ringan

dan sedang akan tetapi adakalanya dapat ditemukan.

Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat

beratnya KEP. Tingkat KEP I dan KEP II disebut KEP ringan dan sedang

dan KEP III disebut KEP berat. KEP berat terdiri dari marasmus,

kwashiorkor, dan gabungan keduanya. Maksud utama penggolongan ini

adalah untuk keperluan perawatan dan pengobatan. Untuk menentukan

klasifikasi diperlukan batasan-batasan yang disebut dengan ambang batas.

Batasan ini disetiap Negara relative berbeda, hal ini tergantung dari

kesepakatan para ahli gizi di Negara tersbut, berdasarkan hasil penelitian

empiris dan keadaan klinis.

Berikut adalah klasifikasi KEP menurut Depkes RI

Kategori Status BB/U (%baku median WHO

NCHS)

Overweight Gizi lebih > 120% median BB/U

Normal Gizi baik 80% - 120% median BB/U

KEP I (ringan) Gizi sedang 70%-79,9% median BB/U

KEP II (sedang) Gizi kurang 60% - 69,9% median BB/U

KEP III (berat) Gizi buruk < 60% median BB/U

7

Page 8: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Penatalaksanaan KEP ringan dan sedang:

1. Balita KEP ringan: dengan memberikan penyuluhan gizi dan

nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat

jalan, dianjurkan untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4

bulan) dan terus diberi ASI sampai 3 tahun.

2. Balita dengan KEP sedang:

a. Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian

makanan dan vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus

berat badannya.

b. Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan

protein, dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan

yang dianjurkan (angka kecukupan gizi/AKG) dan diet

sesuai dengan penyakitnya.

VII. Melakukan Penilaian Status Gizi Pada Anak 7

Penilaian status gizi anak di fasilitas kesehatan (puskesmas, Rumah

sakit, dll) tidak didasarkan pada berat badan anak menurut umur (BB/U).

pemeriksaan BB/U dilakukan untuk memantau berat badan anak, sekaligus

untuk melakukan deteksi dini anak yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi

buruk). Pemantauan berat badan anak dapat dilakukan di masyarakat

(misalnya di klinik tumbuh kembang rumah sakit), dalam bentuk kegiatan

pemantauan tumbuh kembang anak dengan menggunakan KMS (Kartu

Menuju Sehat) yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan.

Status gizi anak < 2 tahun ditentukan dengan menggunakan table berat

badan menurut panjang badan (BB/PB); sedangkan anak umur ≥ 2 tahun

ditentukan dengan menggunakan table berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB).

Anak didiagnosa gizi buruk apabila secara klinis “tampak sangat kurus

dan edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh” dan atau jika

BB/PB atau BB/TB < -3 SD atau 70% median. Sedangkan anak

didiagnosis gizi kurang jika BB/TB < -2 SD atau 80% median.

8

Page 9: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Status gizi secara klinis dan antropometri (BB/PB atau BB/TB)

Status gizi Klinis Antropometri

Gizi buruk Tampak sangat kurus dan atau

edema pada kedua punggung kaki

sampai seluruh tubuh

< -3 SD* atau 70%

Gizi kurang Tampak kurus ≥ -3 SD sampai < -2 SD

atau 80%

Gizi baik Tampak sehat -2 SD sampai +2 SD

Gizi lebih Tampak gemuk > +2 SD

* mungkin BB/PB atau BB/TB < -3 SD atau 70% median

VIII. Klasifikasi 8

Ada beberapa klasifikasi mengenai kurang energi protein:

1. Klasifikasi berdasarkan baku median WHO-NCHS

Klasifikasi KEP BB/U BB/TB

Ringan 70-80% 80-90%

Sedang 60-70% 70-80%

Berat <60% <70%

2. Klasifikasi menurut Gomez (1956)

Klasifikasi ini berdasarkan berat badan individu dibandingkan dengan

berat badan yang diharapkan pada anak sehat seumur.

Derajat KEP Berat badan % dari baku*

0 (normal) ≥90%

1 (ringan) 89-75%

2 (sedang) 74-60%

3 (berat) < 60%

*baku = presentil 50 Harvard

3. Klasifikasi menurut Waterlow (1973)

Waterlow membedakan antara penyakit KEP yang terjadi akut dan

menahun. Waterlow berpendapat bahwa deficit berat terhadap tinggi

mencerminkan gangguan gizi yang akut dan menyebabkan keadaan

9

Page 10: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

wasting (kurus kering). Sedangkan deficit tinggi menurut umur

merupakan akibat kekurangan gizi yang berlangsung lama atau kronis.

Akibatnya laju tinggi badan akan terganggu, hingga anak akan menjadi

pendek (stunting) untuk seusianya.

Gangguan derajat Stunting

(BB/U)

Wasting

(BB/TB)

0 >95% >90%

1 95-90% 90-80%

2 89-85% 80-70%

3 <85% <70%

4. Klasifikasi menurut Wellcome Trust Party (1970)

Cara klasifikasi ini dapat dipraktekkan dengan mudah, namun jika cara

ini diterapkan pada penderita yang sudah beberapa hari dirawat dan

mendapat pengobatan diet, maka akan dapat dibuat diagnose yang

salah. Seperti pada penderita kwashiorkor (edema, berat >60%, gejala

klinis khas kwashiorkor yang lain) yang sudah dirawat selama satu

minggu, edema pada tubuh pasien sudah tidak terlihat lagi dan berat

badan bisa turun sampai 60%, dengan gejala yang seperti itu akan

didiagnosa sebegai penderita marasmus.

Berat badan % dari

baku

edema

Tidak ada Ada

>60% Gizi kurang Kwashiorkor

<60% Marasmus Kwashiorkor-marasmic

5. Scoring system menurut McLaren (1967)

Mc laren mengklasifikasikan KEP berat dalam 3 kelompok menurut

tipenya. Gejala klinis edema disertai dermatosis, perubahan pada

rambut, dan pembesaran hati diberi nilai bersama-sama dengan

menurunnya kadar albumin atau total protein serum.

10

Page 11: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Gejala klinis / laboratoris Angka

Edema 3

Dermatosis 2

Edema disertai dermatosis 6

Perubahan pada rambut 1

Hepatomegali 1

Albumin serum atau protein total serum/g %

<1,00 <3,25 7

1,00-1,49 3,25-3,99 6

1,50-1,99 4,00-4,74 5

2,00-2,49 4,75-5,49 4

2,50-2,99 5,50-6,24 3

3,00-3,49 6,25-6,99 2

3,50-3,99 7,00-7,74 1

>4,00 >7,75 0

Penentuan tipe berdasarkan atas jumlah angka yang dapat dikumpulkan

tiap penderita:

0-3 angka = marasmus

4-8 angka = kwashiorkor-marasmic

9-15 angka = kwashiorkor

IX. Manifestasi Klinis KEP

Kurang Energi Protein (KEP) berat secara klinis terdapat 3 tipe yaitu

kwashiorkor, marasmus dan marasmik kwashiorkor. KEP ringan atau

sedang disertai edema yang bukan karena penyakit lain disebut KEP berat

tipe kwashiorkor. Berikut ini 3 tipe KEP berat:

1. Marasmus 9,10

Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk

paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena

masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir,

prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.

Kondisi klinis marasmus:

11

Page 12: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, dan rewel,

rambut tipis, jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak

dibawah kulit berkurang, iga gambang, bokong baggy pant, perut

cekung, wajah bulat sembab. Contoh gambar marasmus:

2. Kwahsiorkor 10,11

Kwashiorkor merupakan suatu istilah untuk menyebutkan

gangguan gizi akibat kekurangan protein. Kwashiorkor berasal dari

bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan kasih

sayang ibu". Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada

seluruh tubuh sehingga tampak gemuk, wajah anak membulat dan

sembab (moon face) terutama pada bagian wajah, bengkak terutama

pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti

lubang, otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga

ukuran Lingkar Lengan Atas LLA-nya kurang dari 14 cm, timbulnya

ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi

coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang,

rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah

dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia

dan diare, anak menjadi rewel dan apatis perut yang membesar juga

sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada rongga perut salah

salah gejala kemungkinan menderita "busung lapar". Contoh gambar

kwashiorkor:

12

Page 13: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

3. Gabungan Marasmus dan Kwashiorkor.

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis

kwashiorkor dan marasmus dengan BB/U <60% baku median WHO-

NCHS disertai edema tidak mencolok.

X. Penilaian awal anak dengan gizi buruk 7

Yang dimaksud dengan gizi buruk disini adalah terdapatnya edema

pada kedua kaki atau adanya severe wasting (BB/TB < 70% atau < -3 SD)

atau ada gejala klinis gizi buruk (kwashiorkor, marasmus, marasmic-

kwashiorkor). Walaupun kondisi klinis pada kwashiorkor, marasmus, dan

marasmus-kwashiorkor berbeda tetapi tatalaksananya sama.

Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan.

Anamnesis awal (untuk kegawatdaruratan):

Kejadian mata cekung yang baru saja muncul

Lama dan frekuensi diare da muntah serta tampilan dari bahan

muntah diare (encer/darah/lendir)

Kapan terakhir berkemih

Sejak kapan tangan dan kaki terasa dingin

Bila didapatkan hal tersebut diatas, sangat mungkin anak

mengalami dehidrasi dan atau syok, serta harus segera diatasi.

13

Page 14: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana

selanjutnya, dilakukan setelah kegawatdaruratan ditangani):

Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit

Riwayat pemberian ASI

Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari

terakhir

Hilangnya nafsu makan

Kontak dengan pasien campak atau tuberculosis paru

Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir

Batuk kronik

Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung

Berat badan lahir

Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara, dll

Riwayat imunisasi

Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial

anak)

Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisik

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua

punggung kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakan

BB/TB-PB (lihat lampiran).

Bengkak pada punggung kaki. Jika dilakukan penekanan dengan

jari selama beberapa detik, cekungan akan menetap beberapa

waktu setelah jari dilepaskan.

Tanda dehidrasi: tampak sangat haus, mata cekung, turgor

buruk (hati-hati menentkn status dehidrasi pada gizi buruk)

14

Page 15: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang

lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun

Demam (suhu aksilar ≥ 37,50 C) atau hipotermi (suhu aksilar <

35,50 C).

Frekuensi pernapasan dan tipe pernapasan: pneumonia atau

gagal jantung

Sangat pucat

Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda

ascites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air

(abdominal splash)

Tanda defisiensi vitamin A pada mata:

o Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak bitot

gambar bercak bitot.

o Ulkus kornea

o Keratomalasia

Ulkus pada mulut

Focus infeksi: telinga, tenggorokan, paru, kulit

Lesi pada kwashiorkor:

o Hipo atau hiperpigmentasi

o Deskuamasi

o Ulserasi (kaki, paha, genital, lipatan paha, belakang

telinga)

o Lesi, eksudatif (menyerupai luka bakar), seringkali

dengan infeksi sekunder (termasuk jamur)

Tampilan tinja (konsistensi, darah, lendir)

Tanda dan gejala infeksi HIV

15

Page 16: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Catatan:

Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali forofobia. Penting

untuk memeriksa mata dengan hari-hati untuk menghindari

robeknya kornea.

Pemeriksaan laboratorium terhadap Hb dan atau Ht, jika

didapatkan anak sangat pucat

XI. Tatalaksana perawatan 7

Pada saat sakit rumah sakit:

1. Anak dipisahkan dari pasien infeksi

2. Ditempatkan di ruangan yang hangat (25-300C, bebas dari angin)

3. Dipantau secara rutin

4. Memandikan anak dilakukan seminimal mungkin dan harus segera

keringkan

Untuk keberhasilan tatalaksana diperlukan:

1. Fasilitas dan staf yang professional (tim asuhan gizi)

2. Timbangan badan yang akurat

3. Penyediaan dan pemberian makan yang tepat dan benar

4. Pencatatan asupan makanan dan berat badan anak, sehingga

kemajuan selama perawatan dapat dievaluasi

5. Keterlibatan orang tua

XII. Tatalaksana umum 7

Jika ditemukan ulkus kornea, beri vitamin A dan obat tetes mata

kloramfenikol/tetrasiklin dan atropine; tutup mata dengan kasa yang telah

dibasahi dengan larutan garam normal, dan balutlah. Jangan beri obat mata

yang mengandung steroid.

Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 2 fase yaitu:

fase stabilisasi dan fase rehabilitasi.

16

Page 17: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Fase Stabilitasi

Hari ke 1-2

Hari ke 3-7 Fase rehabilitasi

Minggu ke 2-6

Hipoglikemia

Hipotermia

Dehidrasi

Elektrolit

Infeksi

Mikronutrien Tanpa Fe Dengan Fe

Makanan awal

Tumbuh kejar

Stimulasi sensoris

Persiapan pulang

1. Hipoglikemia 7

Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar

gula darah < 3 mmol/L atau 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk

harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah

masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering sangat penting

dilakukan pada anak gizi buruk. Jika fasilitas tidak memungkinkan

untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus

dianggap menderita hipoglikemia dan segera diatasi sesuai panduan.

Tatalaksana:

1. Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila

penyediaannya memungkinkan. (resep membuat F-75 dan F-

100 dilihat pada lampiran).

2. Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan

50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok the munjung

gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT.

3. Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam

selama minimal dua hari.

4. Bila masih mendapat ASI teruskan, pemberian ASI di luar

jadwal pemberian F-75.

17

Page 18: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

5. Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10%

secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kgBB atau larutan

glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.

6. Beri antibiotic.

Pemantauan:

Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula

darah setelah 30 menit.

1. Jika kadar gula darah dibawah 3 mmol/L (<54 mg/dl),

ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%.

2. Jika suhu rectal < 35,50 Catau bila kesadaran memburuk,

mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi

pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan

(hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan

Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam mulai sesegera mungkin atau

jika perlu lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur

setia 2-3 jam siang malam.

2. Hipotermia 7

Diagnosis: suhu aksila < 35,5O C

Tatalaksana

1. Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi dahulu).

2. Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup

dengan selimut hangat dan letakkan pamanas (tidak mengarah

langsung pada anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan

anak langsung pada dada atau perut ibunya (dari kulit ke kulit:

metode kangguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakkan

lampu pijar 40W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.

3. Beri antibiotic sesuai pedoman.

Pemantauan

1. Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat

menjadi 36,50 C atau lebih. Jika menggunakan pemanas, ukur

suhu tiap setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu

mencapai 36,50 C.

18

Page 19: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

2. Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut,

terutama pada malam hari.

Pencegahan

1. Letakkan tempat tidur di area hangat, di bagian bangsal bebas

angina dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut.

2. Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga jarak agar anak dan

tempat tidur tetap kering.

3. Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan

setelah mandi, atau selama pemeriksaan medis).

4. Biarkan anak tidur dipeluk dengan orang tuanya supaya tetap

hangat, terutama pada malam hari.

5. Beri makan F-75 atau modifikasinya tiap 2 jam, mulai sesegera

mungkin, sepanjang hari, siang dan malam.

3. Dehidrasi 7

Diagnosis:

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan

estimasi yang berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak

dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan status

dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan

menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair,

bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan. Hipovolemia

dapat terjadi bersamaan dengan adanya edema.

Tatalaksana:

1. Jangan gunakan infuse untuk rehidrasi, kecuali pada kasus

dehidrasi berat dengan syok.

2. Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih

lambat dibandingkan jika melakukan rehidrasi pada anak

dengan gizi baik.

a. Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

b. Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB selang-

seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap

jam selama 10 jam

Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau,

volume tinja yang keluar, dan apakah anak muntah.

19

Page 20: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Catatan: larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa

digunakan mempunyai kadar natrium tinggi dan kadar

kalium rendah, cairan yang lebih tepat adalah ReSoMal.

c. Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam

d. Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk

usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang air besar, usia ≥ 1

th: 100-200 ml setiap buang air besar.

Pemantauan:

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis

setiap setengah jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam

berikutnya, waspada terhadap gejala kelebihan cairan yang sangat

berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksa:

a. Frekuensi napas

b. Frekuensi nadi

c. Frekuensi miksi dan jumlah produksi urin

d. Frekuensi buang air besar dan muntah

Selama proses rehidrasi, frekuensi nafas dan nadi akan

berkurang dan mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah,

cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit membaik

merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk

seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi

penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat

badan.

Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas

meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan

pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah

1 jam.

Pencegahan:

Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama

dengan pada anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan

ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standard.

a. Jika anak masih menggunakan ASI, lanjutkan pemberian

ASI

20

Page 21: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

b. Pemberian F-75 sesegera mungkin

c. Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml tiap buang air besar cair

4. Gangguan keseimbangan elektrolit 7

Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium

dan magnesium. Yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau

lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium total dalam

tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Edema dapat

diakibatkan keadaan ini. Jangan obati edema dengan diuretikum.

Pemberian natrium yang berlebihan dapat menyebabkan kematian.

Tatalaksana:

1. Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan

Magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutam Mineral

Mix yang ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMal.

2. Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi.

3. Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).

5. Infeksi 7

Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti

demam, seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal

yang sering terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi

buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera

tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia merupakan

tanda infeksi berat.

Tatalaksana:

Berikan pada semua anak gizi buruk:

1. Antibiotik spectrum luas.

2. Vaksin campak jika anak berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah

mendapatkannya atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah

pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda

imunisasi jika anak syok.

Pilihan antibiotik spectrum luas

21

Page 22: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

1. Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri

kotrimoksazol per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap

12 jam selama 5 hari)

2. jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak

terlihat letargi atau tampak sakit berat) atau jelas ada infeksi

beri:

a. Ampisilin (50mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2

hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15

mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau jika tidak

tersedia amoksisilin, beri ampisilin per oral (50

mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total

selama 7 hari, ditambah:

b. Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari

selama 7 hari.

Catatan: Jika anak anuria, oliguria, tunda pemberian

gentamisin dosis ke-2 sampai ada diuresis untuk mencegah

efek samping/toksik gentamisin

3. jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan

Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5

hari.

Jika diduga meningitis, lakukan lumbal pungsi untuk

memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kgBB setiap 6

jam) selama 10 hari.

Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia,

tuberculosis, malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak),

beri antibiotic yang sesuai. Beri obat malaria bila pada apusan

darah tepi ditemukan parasit malaria. Walaupun tuberculosis

merupakan penyakit umum terdapat, obat anti tuberculosis hanya

diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga menderita

tuberculosis.

Jika terdapat adanya infeksi cacing, beri mebendazol (100

mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis

tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun

belum terbukti adanya infestasi cacing.

22

Page 23: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Pemantauan:

Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotic diatas,

lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu

makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada

anak.

6. Defisiensi zat gizi mikro 12

Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan

mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada

fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang

baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu

kedua), mulai fase rehabilitasi, karena zat besi dapat memperparah

infeksi.

Tatalaksana:

Berikan setiap hari paling sedikit 2 minggu:

1. Multivitamin

2. Asam folat (5 mg pada hari 1 dan selanjutnya 1 mg/hari)

3. Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)

4. Tembaga (0,3 mg Cu/kgBB/hari)

5. Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai

fase rehabilitasi)

6. Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila

telah diberikan sebelum dirujuk), dengan dosis dibawah ini:

Umur Dosis (IU)

< 6 bulan 50.000 (1/2 kapsul biru)

6-12 bulan 100.000 (1 kapsul biru)

1-5 tahun 200.000 (1 kapsul merah)

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak

dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur

pada hari ke 1,2,dan 15.

23

Page 24: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

7. Pemberian makan awal (initial refeeding) 7

Pada fase awal yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:

1. Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah

osmolaritas maupun rendah laktosa

2. Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan

parenteral

3. Energi: 100 kkal/kgBB/hari

4. Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari

5. Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100

ml/kgBB/hari)

6. jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan

bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi.

Hari

ke:

Frekuensi Volume/KgBB/

pemberian

Volume/kgBB/hari

1-2 Setiap 2 jam 11 ml 130 ml

3-5 Setiap 3 jam 16 ml 130 ml

6 dst Setiap 4 jam 22 ml 130 ml

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal

diatas dapat dipercepat menjadi 2-3 hari.

Pada F-75 yang berbahan sereal, sebagian gula diganti dengan

tepung beras atau maizena sehingga lebih menguntungkan karena

mempunyai osmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak

terlebih dahulu. Formula ini baik pada anak gizi buruk dengan

diare persisten.

Terdapat 2 macam table petunjuk pemberian F-75 yaitu untuk

gizi buruk tanpa edema dan dengan edema berat (lihat lampiran).

8. Tumbuh kejar 7

Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:

1. kembalinya nfasu makan

2. edema minimal atau hilang

24

Page 25: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Tatalaksana:

lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula

tumbuh kejar (f-100) (fase transisi):

1. Ganti F-75 dengan F-100. beri F-10 sejumlah yang sama

dengan F-75 selama 2 hari berurutan

2. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali

pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan atau

tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian

formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan

bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi

sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan

F-100.

3. Setelah transisi bertahap, beri anak:

a. Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak

terbatas (sesuai dengan kemampuan anak)

b. Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari

c. Protein: 4-6 g/kgBB/hari

Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi

pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI

tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh kejar.

Makanan terapeutik siap saji yang mengandung energi sebanyak 500

kkal/sachet 82 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan

Zat gizi Stabilitasi Transisi Rehabilitasi

Energi 80-100 kkal/kgBB/hr 100-150 kkal/kgBB/hr 150-220

kkal/kgBB/hr

Protein 1-1,5 g/kgBB/hr 2-3 g/kgBB/hr 4-6 g/kgBB/hr

Cairan 130 ml/kgBB/hr atau

100 ml/kgBB/hr bila

edema berat

150 ml/kgBB/hr 150-200 ml/kgBB/hr

Pemantauan:

25

Page 26: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal

jantung (nadi cepat dan nafas cepat). Jika nadi maupun frekuensi nafas

meningkat (pernapasan naik 5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan

kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam

berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari

penyebabnya).

Lakukan segera:

1. kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari

selama 24 jam

2. kemudian tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:

a. 115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya

b. 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya

c. Selanjutnya tingkatkan setiap kali makan dengan 10

ml sebagaimana dijelaskan sebelumnya

d. Atasi penyebab

Penilaian kemajuan:

Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah

tahap tansisi dan mendapat F-100:

1. Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi

makan

2. Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam

gram/kgBB/hari

Jika kenaikan berat badan:

1. Kurang (<5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian

ulang lengkap

2. Sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan

terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi

3. baik (> 10 g/kgBB/hari)

26

Page 27: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

9. Stimulasi sensorik 7

Lakukan:

1. Ungkapan kasih sayang

2. Lingkungan yang ceria

3. Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari

4. Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat

5. keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur,

memberi makan, memandikan, bermain)

6. Sediakan mainan yang sesuai dengan umur anak

XIII. Penanganan kondisi penyerta

1. Masalah pada mata 7

Jika anak mempunyai gejala defisiensi vitamin A, lakukan hal seperti

dibawah ini:

Gejala Tindakan

Hanya bercak bitot saja

(tidak ada gejala mata

yang lain)

Tidak memerlukan obat tetes mata

Nanah atau peradangan Beri tetes mata kloramfenikol atau

tetrasiklin (1%)

Kekeruhan pada kornea Tetes mata kloramfenikol 0,25%-

Contoh perhitungan kenaikan berat badan setelah 3 hari:

Berat badan saat ini = 6300 gramBerat badan 3 hari yang lalu = 6000 gram

Langkah 1. Hitung kenaikan berat badan (dalam gram) = (6300-6000) g = 300 g

Langkah 2.Hitung kenaikan berat badan per harinya = (300 g + 3 hari) = 100 g/hari

Langkah 3.Bagilah hasil pada langkah 2 dengan berat rata-rata dalam kilogram (100 g/hari + 6,15 kg = 16,3 g/kg/hari)

27

Page 28: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Ulkus pada kornea

1% atau tetes mata tetrasiklin

(1%); 1 tetes, 4x sehari, selama 7-

10 hari.

Tetes mata atropine (1%); 1 tetes

3x sehari, selama 3-5 hari

Jika perlu, kedua jenis obat tersebut

dapat diberikan secara bersamaan.

1. Jangan gunakan sediaan yang berbentuk salep

2. Gunakan kasa penutup mata yang dibasahi dengan larutan garam

normal

3. Gantilah kasa setiap hari

2. Anemia berat 7

Tranfusi darah diperlukan jika:

1. Hb < 4 g/dl

2. Hb 4-6 g/dl dan anak mengalami gangguan pernapasan atau

tanda gagal jantung

Pada anak dengan gizi buruk, tranfusi harus diberikan secara lebih

lambat dan dalam volume lebih kecil disbanding anak sehat. Beri:

1. Darah utuh (Whole Blood), 10 ml/kgBB secara lambat selama

3 jam,

2. Furosemid, 1 mg/kg IV saat tranfusi dimulai

Bila terdapat gejala gagal jantung, berikan komponen sel darah

merah (Packed Red Cells) 10 ml/kgBB. Anak dengan kwashiorkor

mengalami redistribusi cairan sehingga terjadi penurunan Hb yang

nyata dan tidak membutuhkan tranfusi.

Hentikan semua pemberian cairan lewat oral/NGT selama anak

ditranfusi.

Monitor frekuensi nadi dan pernapasan setiap 15 menit selama

transfusi. Jika terjadi peningkatan (frekuensi napas meningkat 5x/menit

atau nadi 25x/menit), perlambat transfusi.

3. Lesi kulit pada kwashiorkor 7

28

Page 29: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Defisiensi seng (Zn), sering terjadi pada anak dengan

kwashiorkor dan kulitnya akan membaik secara tepat dengan

pemberian suplementasi seng.

Sebagai tambahan:

1. Kompres daerah luka dengan larutan Kalium Permanganat (PK;

KMnO4) 0,01% selama 10 menit/hari

2. Bubuhi salep/krim (seng dengan minyak kastor, tulle gras) pada

daerah yang kasar, dan bubuhi gentian violet (aau jika tersedia,

salep nistatin) pada lesi kulit yang pecah-pecah.

4. Diare persisten 7

Tatalaksana:

1. Giardiasis dan kerusakan mukosa usus

a. Jika mungkin, lakukan pemeriksaan mikroskopis atas

specimen feses

b. Jika ditemukan kista atau trofosit dari Giardia lamblia,

beri Metronidazol 7,5 mg/kg setiap 8 jam selama 7 hari.

2. Intoleransi laktosa

Diare jarang disebabkan oleh intoleransi laktosa saja.

Tatalaksana intoleransi laktosa hanya diberikan jika diare terus

menerus ini menghambat perbaikan secara umum. Perlu diingat

bahwa F-75 sudah merupakan formula rendah laktosa.

Pada kasus tertentu:

a. Ganti formula dengan yoghurt atau susu formula bebas

laktosa

b. Pada fase rehabilitasi yang mengandung susu diberikan

kembali secara bertahap

3. Diare osmotik

Diare osmotik perlu diduga jika diare makin memburuk

pada pemberian F-75 yang hiperosmolar dan akan berhenti jika

kandungan gula dan osmolaritasnya dikurangi.

a. Pada kasus seperti ini, gunakan F-75 berbahan dasar

serealia dengan osmolaritas yang lebih rendah

29

Page 30: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

b. Berikan F-100 untuk tumbuh kejar secara bertahap

5. Tuberculosis 7

Jika anak diduga kuat menderita tuberculosis, lakukan:

1. tes Mantoux (walaupun seringkali negative palsu)

2. foto Thorax, bila mungkin

XIV. Pemulangan dan tindak lanjut

Bila telah tercapai BB/TB > -2 SD (setara dengan > 80%) dapat

dianggap anak telah sembuh. Anak ungkin masih mempunyai BB/U

rendah karena anak berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang

baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah. 7

Berikan contoh kepada orang tua: 7

1. Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta

frekuensi pemberian makan yang sering

2. Terapi bermain yang terstruktur

Sarankan: 7

1. Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan

2. Mengikuti program pemberian vitamin A

XV. Kesimpulan

30

Page 31: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang

disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-

hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Menurut

klasifikasinya KEP dapat dibagi menjadi Marasmus, Kwashiorkor, dan

Marasmus-kwashiorkor. Walaupun kondisi klinis pada kwashiorkor,

marasmus, dan marasmus-kwashiorkor berbeda tetapi tatalaksananya

sama.

Kondisi klinis yang menyertai gizi buruk dapat berupa hipoglikemia,

hipotermi, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, defisiensi

zat gizi mikro. Maka tatalaksana umum gizi buruk berdasarkan ada atau

tidaknya kelainan-kelainan seperti diatas.

Diperlukan penanganan khusus pada anak dengan gizi buruk karena

sebagai seorang dokter kita bukan hanya mengobati gejala gizi buruk

tetapi juga harus mengetahui faktor-faktor yang menyertai gizi buruk

seperti faktor ekonomi keluarga, faktor sosial anak, dan faktor kasih

saying.

31

Page 32: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

XVI. Lampiran

1. Resep ReSoMal7

ReSoMal mengandung 37,5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg

per liter.

Bahan Jumlah

Oralit WHO* 1 sachet (200 ml)

Gula Pasir 10 g

Larutan mineral-mix** 8 ml

Ditambah air sampai menjadi 400 ml

* 2,6 g NaCl; 2,9 g trisodium citrate dehydrate, 1,5 g KCl, 13,5 g

glukosa dalam 1 L

** lihat lampiran dibawah

Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal

dapat dibuat larutan sebagai berikut:

Bahan Jumlah

Oralit 1 sachet (200 ml)

Gula pasir 10 g

Bubuk KCl 0,8 g

Ditambah air sampai menjadi 400 ml

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu,

maka dapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral

tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 40% IM 1x/hari dengan dosis

0,3 ml/kg BB maksimum 2 hari.

2. Larutan Mineral-Mix 7

Larutan ini digunakan pada pembuatan F-75, F-100 dan ReSoMal.

Jika tidak tersedia larutan mineral-mix seiap pakai, buatlah larutan

dengan menggunakan bahan berikut:

Bahan Jumlah (g)

Kalium klorida (KCl) 89,5

32

Page 33: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Tripotassium citrate 32,4

Magnesium klorida (MgCl2.6H2O) 30,5

Seng asetat (Zn astetat.2H2O) 3,3

Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) 0,56

Air: tambahkan menjadi 1000 ml

Jika ada tambahkan juga selenium (0,01 g natrium selenat,

NaSeO4.10H2O) dan iodium (0.005 g kalium iodide) per 1000 ml.

Larutkan bahan ini dalam air matang yang sudah didinginkan

Simpan larutan dalam bool steril dan taruh didalam lemari es

untuk menghambat kerusakan. Buang jika berubah berkabut.

Buatlah larutan baru setiap bulan.

Tambahkan 20 ml larutan mineral-mix pada setiap pembuatan

1000 ml F-75/F-100. jika tidak mungkin untuk menyiapkan

larutan mineral-mix dan juga tidak tersedia larutan siap pakai,

beri K, Mg, Zn secara terpisah. Buat larutan KCl 10% (100 g

dalam 1 liter air) dan larutan 1,5% seng asetat (15g dalam 1

liter air)

Untuk pembuatan ReSoMal, gunakan 45 ml larutan KCl 10%

sebagai pengganti 40 ml larutan mineral-mix, sedangkan untuk

pembuatan F-75 dan F-100 gunakan 22,5 ml larutan KCl 10%

sebagai pengganti 20 ml larutan mineral mix.

Berikan larutan Zn-asetat 1,5% secara oral dengan dosis 1

ml/kgBB/hari.

Beri MgSO4 50% IM, 1x/hari dengan dosis 0,3 ml/kgBB/hari,

maksimum 2 ml.

3. Resep Formula WHO F-75 dan F-100 7

Bahan makanan Per 1000

ml

F-75 F-75

(+sereal)

F-100

Susu skim bubuk Gram 25 25 85

Gula pasir Gram 100 70 50

Tepung beras/maizena Gram - 35 -

Minyak sayur Gram 27 27 60

33

Page 34: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Larutan elektrolit ml 20 20 20

Tambahkan air s/d ml 1000 1000 1000

Nilai gizi/1000 ml

Energi kkal 750 750 1000

Protein gram 9 11 29

Laktosa gram 13 13 42

Kalium mMol 40 42 63

Natrium mMol 6 6 19

Magnesium mMol 4,3 4,6 7,3

Seng mg 20 20 23

Tembaga mg 2,5 2,5 2,5

% energi protein - 5 6 12

% energi lemak - 32 32 53

Osmolaritas mOsm/l 413 334 419

4. Resep formula modifikasi 7

Fase Stabilitasi Rehabilitasi

Bahan makanan F-75

I

F-75

II

F-75

III

M-

1/2*

F-100 M-I* M-

II*

M-

III*

Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 -

Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 120

Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - -

Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75

Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - -

Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - -

Margarine (g) - - - - - - 50 50

Larutan elektrolit

(ml)

20 20 20 - 20 - - -

Tambahkan air s/d (L) 1 1 1 1 1 1 1 1

Catatan: * M = Modisco (Modified Dried Skimmed Milk Coconut Oil)

5. Cara membuat formula WHO (F-75, F-100) 7

34

Page 35: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

6. Jumlah F-75 per kali makan (130 ml/kg/hari) untuk anak tanpa edema7

BB anak

(KG)

Tiap 2 jam

(ml/kali makan)

12x makan

Tiap 3 jam

(ml/kali makan)

8x makan

Tiap 4 jam

(ml/kali makan)

6x makan

2.0 20 30 45

2.2 25 35 50

2.4 25 40 55

2.6 25 45 55

2.8 30 45 60

3.0 30 50 65

3.2 35 55 70

3.4 35 55 75

3.6 35 60 80

3.8 40 60 85

4.0 40 65 90

4.2 45 70 90

4.4 45 70 95

4.6 50 75 100

4.8 50 80 105

5.0 55 80 110

5.2 55 85 115

5.4 55 90 120

Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan masukkan susu bubuk sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel. Tambahkan air hangat dan larutan mineral-mix sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan volumenya menjadi 1000 ml.Untuk F-75 yang menggunakan campuran tepung beras maizena, larutan harus dididihkan (5-7 menit) dan mineral-mix ditambahkan setelah larutan mendingin.Apabila tersedia blender, semua bahan dicampur sekaligus dengan air hangat secukupnya. Setelah tercampur homogen baru ditambahkan air hingga volume menjadi 1000 ml. apabila tidak tersedia blender, gula dan minyak sayur (dianjurkan minyak kelapa) harus diaduk dahulu sampai rata, baru tambahkan bahan lain dan air hangat.

35

Page 36: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

5.6 60 90 125

5.8 60 95 130

6.0 65 100 130

6.2 65 100 135

6.4 70 105 140

6.6 70 110 145

6.8 75 110 150

7.0 75 115 155

7.2 80 120 160

7.4 80 120 160

7.6 85 125 165

7.8 85 130 170

8.0 90 130 175

8.2 90 135 180

8.4 90 140 185

8.6 95 140 190

8.8 95 145 195

9.0 100 145 200

9.2 100 150 200

9.4 105 155 205

9.6 105 155 210

9.8 110 160 215

10.0 110 160 220

Catatan:

Volume pada kolom ini dibulatkan dengan kelipatan 5 ml yang

terdekat

Perubahan frekuensi makan dilakukan bila makanan dapat

dihabiskan dan toleransi baik (tidak muntah/diare)

Anak dengan edema ringan dan sedang (+ dan ++) juga

menggunakan table ini:

o Edema ringan (+): edema hanya pada punggung kaki

o Edema sedang (++): pada tungkai dan lengan

36

Page 37: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

Edema berat (+++); seluruh tubuh/anasarka, menggunakan table

dibawah

7. Jumlah F-75 per kali makan (100 ml/kg/hari) untuk anak dengan

edema berat 7

BB anak

(KG)

Tiap 2 jam

(ml/kali makan)

12x makan

Tiap 3 jam

(ml/kali makan)

8x makan

Tiap 4 jam

(ml/kali makan)

6x makan

3.0 25 40 50

3.2 25 40 55

3.4 30 45 60

3.6 30 45 60

3.8 30 50 65

4.0 35 50 65

4.2 35 55 70

4.4 35 55 75

4.6 40 60 75

4.8 40 60 80

5.0 40 65 85

5.2 45 65 85

5.4 45 70 90

5.6 45 70 95

5.8 50 75 95

6.0 50 75 105

6.2 50 80 105

6.4 55 80 110

6.6 55 85 115

6.8 55 85 115

7.0 60 90 120

7.2 60 90 125

7.4 60 95 125

7.6 65 95 125

7.8 65 100 130

8.0 65 100 135

37

Page 38: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

8.2 70 105 135

8.4 70 105 140

8.6 70 110 145

8.8 75 110 145

9.0 75 115 150

9.2 75 115 155

9.4 80 120 155

9.6 80 120 160

9.8 80 125 165

10.0 85 125 165

10.2 85 130 170

10.4 85 130 175

10.6 90 135 175

10.8 90 135 180

11.0 90 140 185

11.2 95 140 185

11.4 95 145 190

11.6 95 145 195

11.8 100 150 195

12.0 100 150 200

Catatan:

Volume pada kolom ini dibulatkan dengan kelipatan 5 ml yang

terdekat

Perubahan frekuensi makan dilakukan bila makanan dapat

dihabiskan dan toleransi baik (tidak muntah/diare)

8. Z Score

XVII. Daftar Pustaka

38

Page 39: 122750411 38961736 Penanganan Mutakhir Gizi Buruk Pada Anak

1. Blossner, Monika. 2005. Malnutrition: Quantifying the Health Impact

at national and Local levels. Geneva: WHO

2. Djaeni, Achmad Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi jilid II. Jakarta: Dian

Rakyat. Hal 47-50

3. Sunita, A. 2007. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi RSCM dan

Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

4. Sudaryat S, Soetjiningsih. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu

Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Denpasar: SMF IKA FK Unud

Denpasar.

5. Boerhan H, Roedi. Kurang Energi Protein (KEP). Available at:

http://www.pediatrik.com/isi03.php?

page=html&hkategori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=

07110-rswg255.htm

6. Adi, Moh. Useini. 2005. Pendugaan Hubungan Antara Kurang Gizi

pada Balita Dengan Kurang Energi Ringan dan Sedang di Wilayah

Puskesmas Kecamatan Pati Semarang. Semarang: UNS

7. World Health Organisation. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di

Rumah Sakit. Jakarta: WHO Indonesia.

8. Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi IV. Jakarta: Gaya

Baru. Hal 94-98

9. (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/

06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.pdf/

06_PenatalaksanaanBusungLaparPadaBalita.html

10. Kliegman, Robert. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics. USA:

Saunders Elsevier. Hal 227-232

11. http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=4124

12. Walker, Allan. 2004. Pediatric Gastrointestinal Disease. USA: DC

Decker. Hal 297-310

39