117765227-Laporan-Farmako

7
1 1. Pendahuluan Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal. Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah: 1. Mengurangi beban jantung (istirahat, menurunkan berat badan, menghilangkan penyebab, pambatasan asupan garam,dll). 2. Meningkatkan kontraktilitas miokard dengan senyawa-senyawa yang berefek inotropik positif (glikosida jantung,dll). 3. Menekan preload dan afterload. 4. Antiaritmia untuk memperbaiki frekuensi dan kelainan irama jantung. Digoksin adalah suatu obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata. Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit. Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan, disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria)mungkin terjadi. Mekanisme kerjanya menghambat Na+ / K + - ATPase (pompa natrium) dan tinggi aliran Ca++ ke dalam. Kontraksi ditingkatkan dengan naiknya Ca++ intrasel. Naiknya curah jantung dan berkurangnya ukuran jantung, aliran balik vena dan volume darah, menyebabkan diuresis dengan meningkatnya perfusi ginjal. Memperlambat kecepatan ventrikel pada fibrilasi atau fluter atrium dengan meningkatnya sensitivitas nodus AV terhadap penghambatan vagal. Tingginya resistensi vascular perifer. Indikasinya gagal jantung, fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardi poroksimal, juga diindikasikan untuk hipoventilasi, syok kardiogenik dan

description

farmako

Transcript of 117765227-Laporan-Farmako

Page 1: 117765227-Laporan-Farmako

1

1. Pendahuluan

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi

jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian

volume diastolic secara abnormal.

Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah:

1. Mengurangi beban jantung (istirahat, menurunkan berat badan, menghilangkan

penyebab, pambatasan asupan garam,dll).

2. Meningkatkan kontraktilitas miokard dengan senyawa-senyawa yang berefek

inotropik positif (glikosida jantung,dll).

3. Menekan preload dan afterload.

4. Antiaritmia untuk memperbaiki frekuensi dan kelainan irama jantung.

Digoksin adalah suatu obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata.

Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa

(kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart

failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa

dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan

Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic Concentration] dan

MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit. Artinya

rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat

menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar

tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada

pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan,

disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung.

Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia

(jarang) yaitu membesarnya payudara pria)mungkin terjadi.

Mekanisme kerjanya menghambat Na+ / K + - ATPase (pompa natrium) dan

tinggi aliran Ca++ ke dalam. Kontraksi ditingkatkan dengan naiknya Ca++ intrasel.

Naiknya curah jantung dan berkurangnya ukuran jantung, aliran balik vena dan

volume darah, menyebabkan diuresis dengan meningkatnya perfusi ginjal.

Memperlambat kecepatan ventrikel pada fibrilasi atau fluter atrium dengan

meningkatnya sensitivitas nodus AV terhadap penghambatan vagal. Tingginya

resistensi vascular perifer. Indikasinya gagal jantung, fibrilasi atrium, flutter atrium,

takikardi poroksimal, juga diindikasikan untuk hipoventilasi, syok kardiogenik dan

Page 2: 117765227-Laporan-Farmako

2

syok tirotoksik, sering diberikan dahulu dosis muatan untuk mencapai kadar

terapeutik lebih cepat. Efek yang tak diinginkan digoksin intoksikasi digitalis (tanda-

tanda toksisitas terjadi pada 10-25% pasien yang mendapat digitalis. Toksisitas sering

kali fatal dan terjadi lebih sering pada pasien yang mendapat tiazid/diuretic boros-

kalium lain), bradikardi, blok nodus AV/SA, aritmia. Juga anoreksia, mual, muntah,

diare, sakit kepala, kelelahan, malaise, gangguan visual dan ginekomastia.

Peningkatan resistensi perifer dapat meningkatkan beban kerja jantung, memperburuk

kerusakan iskemik.

Semua glikosida jantung mempunyai efek :

1. Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik positif)

2. Memperlambat frekuensi denyut jantung (kerja kronotropik negatif)

3. Menekan hantaran rangsang (kerja dramatropik negatif)

4. Menurunkan nilai ambang rangsang.

Digoksin terbukti menurunkan jumlah pasien gagal jantung yang dirawat inap

tetapi tidak menunjukkan kemajuan atau peningkatan kelangsungan hidup bagi

penderita gagal jantung. Selain itu, digoksin dikaitkan dengan peningkatan risiko

untuk konsentrasi terkait toksisitas dan efek samping yang banyak. Studi analisis

Post-hoc menunjukkan hubungan yang jelas antara konsentrasi plasma digoksin

dengan hasil yang diperoleh. Konsentrasi di bawah 1,2 mg / dL (1,5 nmol / L)

dikaitkan dengan tidak jelasnya efek yang merugikan terhadap kelangsungan hidup,

sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi relatif meningkatkan risiko kematian.

Insiden dan keparahan toksisitas digoksin telah menurun secara substansial

dalam dua dekade terakhir, karena adanya pengembangan obat alternatif untuk

pengobatan aritmia supraventrikuler dan gagal jantung, yaitu meningkatnya

pemahaman terhadap farmakokinetik digoksin, adanya monitoring kadar digoksin

serum , dan adanya identifikasi interaksi penting antara digoksin dan obat lainnya

yang diberikan bersamaan. Namun demikian, pengakuan toksisitas digoksin tetap

menjadi pertimbangan penting dalam diagnosis diferensial aritmia dan gejala

neurologis dan gastrointestinal pada pasien yang menggunakan glikosida jantung.

Efek samping biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk

:anoreksia, mual , muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala,

rasa capek, mengantuk , bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ;

jarang terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka

panjang , trombositopenia.

Page 3: 117765227-Laporan-Farmako

3

2. Tujuan

Pada akhir praktikum mahasiswa harus dapat :

1. Menjelaskan efek farmakodinamik digitalis terhadap denyut atrium dan

ventrikel,frekuensi denyut dan kontraksi ventrikel.

2. Menjelaskan efek digitalis dalam dosis letal.

3. Mengedepankan pengertian dekatnya jarak dosis farmakologi dengan dosis letal

digitalis

3. Hewan coba,Alat, Bahan dan Obat

Hewan coba : Kodok

Alat : Gunting

Pinset

Jarum pentul

Fiksator

Bahan : Larutan uretan 10 %

Larutan Ringer

Obat : Tingtura digitalis 10%

4. Tata Kerja

1. Pilihlah satu kodok besar dan kuat

2. Suntikan 2 mL larutan uretan 10% ke dalam sacus lymphaticus dorsalis sampai

terjadi anastesi

3. Bila sudah terjadi anastesi, kodok difiksasi dengan jarum di tempat kodok dan

toraks dibuka dari bawah prosesus ensiformis ke lateral (berbentuk V) lalu bukan

lapisan perikardium kodok

4. Basahi jantung dengan larutan ringer

5. Perhatikan dengan teliti siklus jantung terutama bentuk dan warna dari ventrikel

dalam keadaaan sistol dan diastol.

6. Tetapkan frekuensi denyut jantung berapa kali dan bila tidak berubah lanjutkan

percobaan dengan memberikab tetesan kecil tingtura digitalis 10% langsung pada

permukaan jantung dengan menggunakan semprit tanpa jarum.

7. Tingtura digitalis diteteskan setiap 2 menit dan perhatikan perubahan-perubahan

yang terjadi saat diastol dan sistol.

8. Catat frekuensi jantung dan lain-lain, observasi tiap 2 menit dan buat tabel nya.

Page 4: 117765227-Laporan-Farmako

4

0

5

10

15

20

25

30

35

1 2 3 4 5 6

Fre

kue

nsi

De

nyu

t Ja

ntu

ng

Tetesan Digitalis

5. Hasil Percobaan

Frekuensi Intensitas Warna Diastol Warna Sistol

Awal 51 Kuat Lebih Merah Pucat

2 Menit 31 Kuat

4 Menit 29 Lemah

8 Menit 24 Lemah

10 Menit 21 Lemah

12 Menit 15 Sangat Lemah Pucat

14 Menit 10 Sangat lemah Pucat Sangat Pucat

Setelah pemberian digoksin ke-7, jantung kodok berhenti berdenyut.

Kurva Hubungan Frekuensi Denyut Jantung dangan Jumlah Tetesan Digitalis

Page 5: 117765227-Laporan-Farmako

5

6. Kesimpulan

Dari hasil percobaan didaptkan pemberian digoksin pada jantung katak

menurunkan frekunsi dan intensitas denyut jantung sampai pada akhirnya jantung

berhenti berdenyut pada pemberikan tetes ke-7.

7. Pertanyaan

1. Terangkan mekanisme kerja digitalis untuk payah jantung. Gambarkan secara

skematis dengan hukum Starling

Mekanisme digitalis pada pengobatan payah jantung

1. Inotropik positif

Mekanisme inotropik positif menghambat pompa Na-K-ATP-ase pada

membran sel otot jantung sehingga meningkatkan kadar Na+ intrasel,dan ini

menyebabkan berkurangnya pertukaran Na+ - Ca++ selama repolarisasi dan

relaksasi otot jantung sehingga Ca++ intrasel meningkat,dan ambilan Ca++

kedalam retikulum sarkoplasmik meningkat,dengan demikian Ca++ yang tersedia

dalam retikulum sarkoplasma untuk dilepaskan ke dalam sitosol untuk kontraksi

meningkat sehingga kontraktilitas otot jantung meningkat.

2. Kronotropik negatif (mengurangi denyut ventrikel pada takikardi)

Mekanisme kronotropik negatif (mengurangi denyut ventrikel pada takikardi)

dan Mengurangi aktivitas saraf simpatis,meningkatkan tonus vagal dan

mengurangi aktivitas simpatis di nodus SA maupun AV,sehingga dapat

menimbulkan bradikardia dan atau perpanjangan konduksi AV sampai

meningkatnya blok AV

3. Mengurangi aktivitas saraf simpatis.

Efek ini menyebabkan curah jantung meningkat,desakan vena sentralis

menurun dan ruangan jantung mengecil.Dengan membaiknya sirkulasi terjadi

diuresis (preload menurun) sehingga curah sekuncup meningkat.

Page 6: 117765227-Laporan-Farmako

6

Hukum Starling

2. Jelaskan tentang terjadinya brakikardi karena digitalis ?

Digitalis mempunyai efek kronotropik negatif dan mengurangi aktivitas saraf

simpatis. Pada kadar terapi akan meningkatkan tonus vagal dan mengurangi

aktivitas di nodus SA maupun AV,sehingga dapat menimbulkan bradikardia.

3. Bagaimana terjadinya efek toksik digitalis terhadap jantung ?

Efek toksik digitalis berupa proaritmik yakni penurunan potensial istirahat

akibat hambatan pompa Na+,menyebabkan afterpotensial yang mencapai

ambang rangsang dan penurunan konduksi AV dan peningkatan automatisitas.

4. Sebutkan faktor-faktor yang mempermudah intoksikasi digitalis dan cara

mengatasinya.

Faktor-faktor:

a. Hipoksia

b. Hipokalemia

c. Hipomagnesemia

d. Hipotiroid

e. Hipokalsemia

. Untuk menghindari efek buruk digitalis, maka instruksi harus jelas

tentang macam preparat dan cara pemberian. Perhitungan dosis harus juga

cermat. Dikenal 2 cara pemberian: dosis digitalisasi (loading dose) dan

maintenance. Pada digitalisasi, 1/2 dosis diberikan sekaligus pada

permulaan,dosis 8 jam kemudian dan sisanya 8 jam setelah pemberian ke-2.

Page 7: 117765227-Laporan-Farmako

7

Sebelum pemberian ke-3, dilihat dulu rekaman EKG dan denyut jantung.

Kalau ada tanda-tanda efek toksik, tidak perlu diberikan. Kadang-kadang

untuk memperoleh efek digitalisasi yang maksimal diperlukan dosis ke-4 yang

sama dengan dosis ke-3. Selanjutnya diberikan dosis maintenance ¼ -1/3 dosis

digitalisasi yang diberikan lx atau dibagi dalam 2 pemberian. Pada kasus yang

tidak begitu berat,pemberian digitalis dapat langsung dengan dosis

maintenance.

Keracunan digitalis yang mudah terjadi karena sempitnya batas dosis

optimum dan dosis toksik, dapat menyebabkan kematian. Diagnosis

intoksikasi digitalis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan EKG.

EKG efek dosis, dapat berupa perubahan interval QT, depresi segmen

ST(sagging),gelombang T datar atau inversi. EKG efek toksik dapat berupa

interval PR sangat memanjang, blok AV derajat 2 dan 3,bradikardia hebat,

ekstrasistol, takikardia paroksismal dan fibrilasi ventrikel.

Pada keracunan, digitalis segera dihentikan dan kalium diberikan per

os 1--2 gr/hari. Pada keracunan berat dapat diberikan infus yang mengandung

kalium, jangan melebihi 80 mEq/kg/jam. Bradikardia bila ada dapat diatasi

dengan atropin 0,01 mg/kg/dosis im. Jika tidak ada perbaikan, dapat diberikan

dilantin 1 mg/kg iv perlahan-lahan dalam 1--2 menit yang dapat diulangi tiap 5

menit sampai ada perbaikan atau telah mencapai 10 dosis,

5. Sebutkan indikasi digitalis dan kerjanya untuk masing-masing indikasi!

a. Pasien dengan gagal jantung atrium,dengan cara akan meningkatkan tonus

vagal dan mengurangi aktivitas di nodus AV, perpanjangan konduksi AV

b. Pasien gagal jantung dengan ritme sinus yang masih simptomatik terutama

yang disertai takikardia,meskipun telah mendapat terapi maksimaldengan

ACE inhibitor dan B-bloker.dengan cara memperlambat kecepatan

ventrikel (hambatan pada nodus AV)

6. Sebutkan 2 jenis obat payah jantung lainnya!

1. Obat-obat inotropik :

a. Glikosida jantung : digitalis, digoksin, digitoksin, quabain

b. Agonis β adrenergik : dobutamin

c. Inhibitor fosfodiesterase : milrinon, amrinon

2. Diuretika : furosemid, hidroklorotiazid, metolazon, bumetanid

3. Vasodilator : kaptropil, hidralazin, isosorbid, natrium nitroprusid, lisinopril