111132879 Referat DBD

download 111132879 Referat DBD

of 40

Transcript of 111132879 Referat DBD

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    1/40

    REFERAT

    ILMU KESEHATAN ANAK

    DEMAM BERDARAH DENGUE

    Disusun oleh:

    Fahriansyah Mega Pratama

    NIM. 072011101017

    Dokter Pembimbing:

    dr. H. Ahmad Nuri, Sp. A

    dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp. Adr. Ramzy Syamlan, Sp. A

    dr. Saraswati Dewi, Sp. A

    SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK

    RSD DR. SOEBANDI JEMBER

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    2/40

    RASCAL321

    2012

    2

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    3/40

    RASCAL321

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi............................................................................................................. 1

    Pendahuluan....................................................................................................... 2

    Definisi............................................................................................................... 3

    Epidemiologi...................................................................................................... 3

    Etiologi............................................................................................................... 5

    Patofisiologi....................................................................................................... 6

    Patogenesis......................................................................................................... 10

    Manifestasi Klinis.............................................................................................. 13

    Diagnosis............................................................................................................ 18

    Pemeriksaan Penunjang..................................................................................... 21

    Diagnosis Banding............................................................................................. 24

    Komplikasi dan Penatalaksanannnya................................................................ 25

    Penatalaksanaan................................................................................................. 26

    Prognosis............................................................................................................ 35

    Pencegahan......................................................................................................... 35

    Daftar Pustaka.................................................................................................... 38

    3

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    4/40

    RASCAL321

    PENDAHULUAN

    Penyakit virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

    tipe I,II III dan IV golongan arthropod borne virus group B (arbovirus) yang

    ditularkan oleh nyamukAedes aegypti dan Aedes albocpitus. Sejak tahun 1968

    penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta, selanjutnya sering terjadi kejadian

    luar biasa dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu penyakit ini

    menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak menyerang anak

    tetapi akhir-akhir ini menunjukkan pergeseran menyerang dewasa.Perjalanan penyakit infeksi dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada

    waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat

    memburuk dan tidak tertolong (Dengue Shock Syndrome / DSS). Sampai saat ini

    masih sering dijumpai penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semula

    tidak tampak berat secara klinis dan laboratoris, namun mendadak syok sampai

    meninggal dunia. Sebaliknya banyak pula penderita DBD yang klinis maupun

    laboratoris nampak berat namun ternyata selamat dan sembuh dari penyakitnya.

    Kenyataan di atas membuktikan bahwa sesungguhnya masih banyak misteri di

    dalam imunopatogenesis infeksi dengue yang belum terungkap.

    Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung

    meningkat, mulai 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi 35,19

    insiden per 100.000 penduduk di tahun 1998, dan pada saat ini DBD di banyak

    negara kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan anak di

    rumah sakit. Mengingat infeksi dengue termasuk dalam 10 jenis penyakit infeksi

    akut endemis di Indonesia maka seharusnya tidak boleh lagi dijumpai misdiagnosis

    atau kegagalan pengobatan. Menegakkan diagnosis DBD pada stadium dini

    sangatlah sulit karena tidak adanya satupun pemeriksaan diagnostik yang dapat

    memastikan diagnosis DBD dengan sekali periksa, oleh sebab itu perlu dilakukan

    pengawasan berkala baik klinis maupun laboratoris.

    4

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    5/40

    RASCAL321

    Definisi

    Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

    haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

    dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang

    disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

    Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi

    (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom

    renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang

    ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo, 2006).

    Epidemiologi

    Di Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di

    Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun

    1970. Di Jakarta, kasus pertama di laporkan pada tahun 1968. Sejak dilaporkannya

    kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 1968 terjadi kecenderungan

    peningkatan insiden. Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah

    melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan kasus DBD juga

    meningkat, namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% pada tahun 1968,

    menjadi 3% pada tahun 1984 dan menjadi

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    6/40

    RASCAL321

    Gambar 1.1 Negara dengan resiko transmisi dengue (WHO, 2011)

    Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan demam dengue dan demam

    berdarah dengue antara lain : demografi dan perubahan sosial, suplai air,

    manejemen sampah padat, infrastruktur pengontrol nyamuk, consumerism,

    peningkatan aliran udara dan globalisasi, serta mikroevolusi virus. Indonesia berada

    di wilayah endemis untuk demam dengue dan demam berdarah dengue. Hal

    tersebut berdasarkan penelitian WHO yang menyimpulkan demam dengue dan

    demam berdarah dengue di Indonesia menjadi masalah kesehatan mayor, tingginya

    angka kematian anak, endemis yang sangat tinggi untuk keempat serotype, dan

    tersebar di seluruh area (WHO, 2011).

    Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden

    tertinggi pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 pddk, namun pada tahun 2008

    menurun menjadi 59,02 per 100.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan sudah

    dapat ditekan namun belum mencapai target yang diinginkan yakni

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    7/40

    RASCAL321

    Gambar 1.2 Angka kesakitan dan kematian demam berdarah dengue di Indonesia

    (Depkes, 2008)

    Etiologi

    Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,

    yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang

    dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus

    dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat

    molekul 4x106 (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012)

    Gambar 1.3 Virus Dengue (Smith, 2002)

    Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang

    semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.

    7

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    8/40

    RASCAL321

    Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype

    terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur

    hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungnan terhadap

    serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat

    terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe

    virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo, 2006;

    Soedarmo, 2012).

    Virus Dengue dapat ditularkan oleh NyamukAedes aegypti dan nyamuk

    Aedes albopictus. NyamukAedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering

    ditemukan. NyamukAedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan

    berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat

    penampungan air sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik,

    berbintik bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan

    sore hari. Jarak terbang nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes

    albopictus memiliki tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini berada

    di sekitar rumah dan pohon pohon, tempat menampung air hujan yang bersih,

    seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada siang hari

    dan memiliki jarak terbang 50 meter (Rampengan, 2008)

    Gambar 1.4 Distribusi nyamukAedes aegypti dan nyamukAedes albopictus (WHO,

    2011)

    Patofisiologi

    8

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    9/40

    RASCAL321

    Volume Plasma

    Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit

    dan membedakan antara DD dengan DBD ialah peningkatan permeabilitas

    dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi,

    trombositopenia, serta diatesis hemoragik. Penyelidikan volume plasma

    pada kasus DBD dengan menggunakan 131 Iodine labelled human albumin

    sebagai indikator membuktikan bahwa plasma merembes selama perjalanan

    penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada

    masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut, nilai hematokrit

    meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel

    dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada kasus syok

    menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi sebagai akibat kebocoran plasma

    ke daerah ekstra vaskular (ruang interstisial dan rongga serosa) melalui

    kapiler yang rusak. Bukti yang mendukung dugaan ini ialah meningkatnya

    berat badan, ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu

    rongga peritoneum, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata

    melebihi cairan yang diberikan melalui infus, dan terdapatnya edema

    (Soedarmo, 2012).

    Pada sebagian besar kasus, plasma yang menghilang dapat diganti

    secara efektif dengan memberikan plasma atau ekspander plasma. Pada

    masa dini dapat diberikan cairan yang mengandung elektrolit. Syok terjadi

    secara akut dan perbaikan klinis terjadi secara cepat dan drastis. Sedangkan

    pada otopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang

    bersifat dekstruktif atau akibat radang, sehingga menimbulkan dugaan

    bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah agaknya disebabkan

    oleh mediator farmakologis yang bekerja secara cepat. Gambaran

    mikroskop elektron biopsi kulit pasien DBD pada masa akut

    memperlihatkan kerusakan sel endotel vaskular yang mirip dengan luka

    akibat anoksia atau luka bakar. Gambaran itu juga mirip dengan binatang

    yang diberi histamin atau serotonin atau dibuat keadaan trombositopenia

    (Soedarmo, 2012).

    9

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    10/40

    RASCAL321

    a. Trombositopenia

    Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan

    pada sebagian besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa

    demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit

    secara cepat meningkat pada masa konvalesens dan nilai normal biasanya

    tercapai 7-10 hari sejak permulaan sakit. Trombositopenia yang

    dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum

    tulang dan pendeknya masa hidup trombosit diduga akibat meningkatnya

    destruksi trombosit. Dugaan mekanisme lain trombositopenia ialah depresi

    fungsi megakariosit. Penyelidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa

    penghancuran trombosit terjadi dalam sistem retikuloendotel, limpa dan

    hati. Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun

    beberapa faktor dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen aktif

    sistem komplemen, kerusakan sel endotel dan aktivasi sistem pembekuan

    darah secara bersamaan atau secara terpisah. Lebih lanjut fungsi trombosit

    pada DBD terbukti menurun mungkin disebabkan proses imunologis

    terbukti ditemui kompleks imun dalam peredaran darah. Trombositopenia

    dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya

    perdarahan pada DBD (Soedarmo, 2012).

    b. Sistem koagulasi dan fibrinolisis

    Kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan DBD.

    Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, masa tromboplastin

    parsial yang teraktivasi memajang. Beberapa faktor pembekuan menurun,

    termasuk faktor II, V, VII, VIII, X dan fibrinogen. Pada kasus DBD berat

    terjadi peningkatan Fibrinogen Degradation Products (FDP). Penelitian

    lebih lanjut faktor koagulasi membuktikan adanya penurunan aktivitas

    antitrombin III. Disamping itu juga dibuktikan bahwa menurunnya aktivitas

    faktor VII, faktor II, dan antitrombin III tidak sebanyak seperti fibrinogen

    da faktor VIII. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa menurunnya kadar

    fibrinogen dan faktor VIII tidak hanya diakibatkan oleh konsumsi sistem

    koagulasi, tetapi juga oleh konsumsi sistem fibrinolisis. Kelainan

    10

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    11/40

    RASCAL321

    fibrinolisis pada DBD dibuktikan dengan penurunan alpha 2 plasmin

    inhibitor dan penurunan aktivitas plasminogen. Seluruh penelitian di atas

    menunjukan bahwa (Soedarmo, 2012) :

    1. Pada DBD stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan

    fibrinolisis

    2. Diseminated intravaskular coagulation secara potensial dapat terjadi

    juga DBD tanpa syok. Pada masa dini DBD, peran DIC tidak

    menonjol dibandingkan dengan perubahan plasma tetapi apabila

    penyakit memburuk sehingga terjadi syok dan asidosis maka syok

    akan memperberat DIC sehingga perannya akan mencolok. Syok

    dan DIC saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki

    syok irreversible disertai perdarahan hebat, terlibatnya organ-organ

    vital yang biasanya diakhiri dengan kematian.

    3. Perdarahan kulit pada umumnya disebabkan oleh faktor kapiler,

    gangguan fungsi trombosit dan trombositopeni, sedangkan

    perdarahan masif ialah akibat kelainan mekanisme yang lebih

    komplek seperti trombositopenia, gangguan faktor pembekuan, dan

    kemungkinan besar oleh faktor DIC, terutama pada kasus dengan

    syok lama yang tidak dapat diatasi disertai komplikasi asidosis

    metabolik.

    4. Antitrombin III yang merupakan kofaktor heparin. Pada kasus

    dengan kekurangan antitrombin III, respon pemberian heparin akan

    berkurang (Soedarmo, 2012).

    c. Sistem Komplemen

    Penelitian sistem komplemen pada DBD memperlihatkan penurunan

    kadar C3, C3 proaktivaktor, C4, dan C5 baik pada kasus yang disertai syok

    maupun tidak. Terdapat hubungan positif antara kadar serum komplemen

    dengan derajat penyakit. Penurunan ini menimbulkan perkiraan bahwa pada

    dengue, aktivasi komplemen terjadi baik melalui jalur klasik maupun jalur

    alternatif. Hasil penelitian radio isotop mendukung pendapat bahwa

    penurunan kadar serum komplemen disebabkan oleh aktivasi sistem

    11

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    12/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    13/40

    RASCAL321

    mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk

    menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagaian besar

    masih menganut the secondary heterologous infection hypothesis atau the

    sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila

    seseorang telah terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua

    dengan virus serotype lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun. (Soedarmo,

    2012)

    Gambar 1.5 Hipotesissecondary heterologus infections ( Soegijanto, 2006 )

    Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamukAedes

    Aegypti atauAedes Albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ RES meliputi

    sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta

    paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan

    makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus

    tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer (Soegijanto, 2006).

    13

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    14/40

    RASCAL321

    Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel

    tersebut. Infeksi virus dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk

    ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk

    komponen-komponennya, baik komponen perantara maupun komponen struktural

    virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses

    perkembangan biakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel (Soegijanto, 2006)

    Antibodi yang terbentuk pada infeksi dengue terdiri dari Ig G yang

    berfungsi menghambat replikasi virus dalam monosit, yaitu enhancing antibody

    dan neutralizing antibody. Pada saat ini dikenal 2 jenis tipe antibodi yang

    dibedakan berdasarkan adanya virion determinant spesificity, yaitu (Soedarmo,

    2012):

    1. Kelompok monoklonal reaktif yang tidak mempunyai sifat menetralisasi

    tetapi memacu replikasi virus

    2. Antibodi yang dapat menetralisasi secara spesifik tanpa disertai daya

    memacu replikasi virus.

    Antibodi non neutralisasi yang terbentuk pada infeksi primer akan

    menyebabkan terbentuknya kompleks imun pada infeksi sekunder dengan akibat

    memacu replikasi virus. Teori ini pula yang mendasari pendapat bahwa infeksi

    virus dengue oleh serotipe dengue yang berbeda cenderung menimbulkan

    manifestasi berat. Dasar utama hipotesis adalah meningkatnya reaksi imunologis

    (the immunological enhancement hypothesis) yang berlangsung sebagai berikut

    (Soedarmo, 2012):

    a. Sel fagosit mononuklear yaitu monosit, makrofag, histiosit, dan sel kupffer

    merupakan tempat utama terjadinya infeksi virus pertama

    b. Antibodi non neutralisasi baik yang bebas dalam sirkulasi maupun yang

    melekat pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus

    dengue pada permukaan sel fagosit mononuklear. Mekanisme pertama ini

    disebut mekanisme aferen.

    c. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononuklear

    yang telah terinfeksi

    14

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    15/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    16/40

    RASCAL321

    demam. Biasanya juga muncul gejala saluran pernafasan atas dan gejala

    gastrointestinal (WHO, 2011)

    2. Demam dengue klasik

    Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik

    lebih sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum,

    manifestasi berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai dengan

    gejala nyeri kepala, mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan trombositopenia.

    Adakalanya, secara tidak biasa muncul perdarahan gastrointestinal,

    hipermenorea, dan epistaksis masif. Pada daerah yang endemis, insidensi

    jarang muncul pada penduduk lokal (WHO, 2011).

    3. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)

    Demam berdarah dengue lebih sering muncul pada anak usia kurang dari 15

    tahun pada daerah yang hiperendemis. Hal ini dikaitkan dengan infeksi

    virus dengue berulang. Demam berdarah dengue memiliki karakteristik

    onset akut demam yang sangat tinggi, disertai dengan tanda dan gejala yang

    sama dengan demam dengue. Gejala perdarahan yang muncul dapat berupa

    tes torniquet yang positif, ptekie, perdarahan gastrointestinal yang masif.

    Saat akhir dari fase demam, ada tendensi untuk berkembang menjadi

    keadaan syok hipovolemik oleh karena adanya plasma leakage (WHO,

    2011).

    Terdapat tanda bahaya, antara lain : muntah persisten, nyeri

    abdomen, letargi, oligouria yang harus diketahui untuk mencegah syok.

    Kelainan hemostasis dan adanya plasma leakage merupakan tanda utama

    dari demam berdarah dengue. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit

    harus segera ditemukan sebelum muncul adanya tanda syok.

    Demam berdarah dengue biasa terjadi pada anak dengan infeksi

    sekunder virus dengue yang mana sudah pernah terinfeksi oleh virus dengue

    DEN-1 dan DEN-3 (WHO, 2011)

    4. Dengue Shock Syndrome (DSS)

    Manifestasi yang tidak lazim melibatakn berbagai organ misalnya

    hepar, ginjal, otak, dan jantung yang dikaitkan dengan infeksi dengue telah

    16

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    17/40

    RASCAL321

    dilaporkan meningkat pada berbagai kasus yang tidak memiliki bukti

    terjadinya plasma leakage. Manifestasi tersebut dikaitkan dengan syok yang

    berkepanjangan (WHO, 2011).

    Gambar 1.6 Manifestasi Klinis Infeksi Virus Dengue (Trihadi, 2012)

    Demam Dengue

    Masa inkubasi antara 4 6 hari (berkisar 3 14 hari) disertai gejala

    konstitusional dan nyeri kepala, nyeri punggung, dan malaise (WHO,2011).

    Awal penyakit biasanya mendadak dengan adanya trias yaitu demam tinggi,

    nyeri pada anggota badan dan ruam/rash (Soedarmo, 2012).

    Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39oC sampai 40oC dan demam bersifat

    bifasik yang berlangsung sekitar 5-7 hari (WHO, 2011).

    Ruam kulit : kemerahan atau bercak-bercak merah yang terdapat di dada, tubuh

    serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka. Ruam bersifat

    makulopapular yang menghilang pada tekanan. Ruam timbul pada 6-12 jam

    sebelum suhu naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-4 hari

    (Soedarmo, 2012).

    Anoreksi dan obstipasi sering dilaporkan, di samping itu perasaan tidak

    nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek sering

    ditemukan. Gejala klinis lainnya meliputi fotofobia, berkeringat, batuk. Kelenjar

    17

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    18/40

    RASCAL321

    limfa servikal dilaporkan membesar pada 67-77% kasus atau dikenal sebagai

    Castelanis sign yang patognomonik (Soedarmo, 2012).

    Kelainan darah tepi demam dengue adalah leukopeni selama periode pra

    demam dan demam, nutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia

    relatif dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens.

    Eusinofil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit,

    hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat

    pada periode memuncaknya penyakit dengan terdapatnya trombositopenia. Darah

    tepi menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu (Soedarmo, 2012).

    Pada daerah endemis, tes torniquet yang positif dan leukopenia ( < 5.000

    cell/mm3) dapat membantu penegakan diagnosis dari infeksi dengue dengan angka

    prediksi 70 80 %. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan (WHO, 2011):

    Hitung sel darah putih biasanya normal saat permulaan demam

    kemudian leukopeni hingga periode demam berakhir

    Hitung trombosit normal, demikian pula komponen lain dalam

    mekanisme pembekuaan darah. Pada beberapa epidemi biasanya terjadi

    trombositopeni

    Serum biokimia/enzim biasanya normal, kadar enzim hati mungkin

    meningkat.

    Peningkatan hematokrit ringan oleh karena akibat dari dehidrasi

    dikaitkan dengan demam yang tinggi, muntah, anoreksia, dan minimnya

    intake oral.

    Penggunaaan analgesik, antipiretik, antiemetik, dan antibiotik dapat

    mengintervensi peningkatan hasil laboratorium fungsi hepar dan pembekuan

    darah.

    Demam Berdarah Dengue

    Pada awal perjalanan penyakit, DBD menyerupai kasus DD. Pada DBD

    terdapat perdarahan kulit, uji tornikuet positif, memar dan perdarahan pada tempat

    pengambilan darah vena. Petekia halus tersebar di anggota gerak, muka, aksila

    sering kali ditemukan pada masa dini demam. Epistaksis dan perdarahan gusi jarang

    18

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    19/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    20/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    21/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    22/40

    RASCAL321

    Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak

    dapat diperiksa.

    Tabel 1.1 Pembagian derajat Infeksi Virus Dengue

    DD/DBD Grade Tanda dan Gejala Laboratorium

    Demam

    Dengue

    Demam disertai 2 keadaan

    berikut :

    - Nyeri Kepala

    - Nyeri retro-orbita

    - Mialgia

    - Rash

    - Atralgia/Nyeri tulang

    - Manifestasi perdarahan

    - Tanpa disertai adanya

    plasma Leakage

    - Leukopenia

    ( < 5000 sel/mm3 )

    - Trombositopenia

    ( < 150.000 sel/mm3 )

    - Peningkatan Hematokrit

    ( 5 10 % )

    - Tidak ditemukan kebocoran

    plasma

    DBD I Demam disertai

    manifestasi perdarahan

    (torniquet tes + ) danadanya plasma leakage

    Trombositopenia

    ( < 100.000 sel/mm3 )

    Hematokrit Meningkat( > 20 % )

    DBD II Grade I ditambah

    perdarahan spontan

    Trombositopenia

    ( < 100.000 sel/mm3 )

    Hematokrit Meningkat

    ( > 20 % )

    DBD

    (DSS)

    III Grade I atau II ditambah

    adanya kegagalan sirkulasi

    :

    - pulsasi nadi yang

    lemah,

    - hipotensi,

    - perbedaan sistole

    dan diastole yang

    sempit

    - kondisi umum

    gelisah

    Trombositopenia

    ( < 100.000 sel/mm3 )

    Hematokrit Meningkat

    ( > 20 % )

    DBD IV Grade III ditambah dengan Trombositopenia

    22

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    23/40

    RASCAL321

    (DSS) syok berat serta nadi dan

    tekanan darah yang tidak

    terukur

    ( < 100.000 sel/mm3 )

    Hematokrit Meningkat

    ( > 20 % )

    Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan laboratorium

    Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang

    selalu ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl

    biasa ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum

    atau bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang

    disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit.

    Penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera disusul dengan

    peningkatan nilai hematokrit sangat unik untuk DBD, kedua hal tersebut

    biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu

    diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan

    atau oleh perdarahan. Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau

    leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit atipik sering ditemukanpada saat sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat kebocoran

    plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi

    tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII,

    dan antitrombin III. PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai

    setengah kasus DBD.

    b. Pencitraan

    Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa

    kelainan yang dapat dideteksi yaitu, dilatasi pembuluh darah paru, efusi

    pleura, kardiomegali dan efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga

    peritoneum, penebalan dinding vesica felea.

    c. Pemeriksaan Rumple leed test

    23

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    24/40

    RASCAL321

    Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan

    cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena, sehingga darah

    menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab

    kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu

    keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga

    nampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit (petechiae).

    Pemeriksaan dilakukan dengan memasang sfigmomanometer pada

    lengan atas dan pompalah sampai tekanan berada ditengah-tengah nilai

    sistolik dan diastolik. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit, setelah itu

    lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi.

    Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung tadi

    mendapat lagi warna kulit lengan yang tidak dibendung. Lalu carilah

    petechiae yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm kira-kira 4 cm

    distal dari vena cubiti. Test dikatakan positif jika terdapat lebih dari

    dikatakan positif 10 petechiae dalam lingkaran tadi.

    d. Pemeriksaan lainnya :

    Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahi infeksi

    virus dengue yaitu (WHO, 2011):

    - Isolasi Virus

    Karakteristik serotypic/genotypic

    - Deteksi Asam Nukleat Virus

    Dengan RT-PCR (Reverse Transcripterase Polymerase Chain

    Reaction)

    - Deteksi Antigen Virus

    Deteksi antigen NS1.

    - Pemeriksaan serologis yang meliputi : Haemagglutination-

    inhibition (HI), Complement Fixation (CF), Neutralization Test

    (NT), Ig M capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-

    ELISA), danpemeriksaan Ig G ELISA indirect

    24

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    25/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    26/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    27/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    28/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    29/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    30/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    31/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    32/40

    RASCAL321

    Gambar 1.12. Tatalaksana infeksi virus Dengue pada kasus tersangka DBD.

    32

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    33/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    34/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    35/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    36/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    37/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    38/40

    RASCAL321

    Apabila dari hasil penyelidikan epidemiologi diperoleh data adanya resiko

    penularan DBD, maka pihak terkait akan melakukan langkah langkah upaya

    penanggulangan berupa : foging fokus dan abatisasi selektif. Tujuan abatisasi

    adalah membunuh larva dengan butir butir abate sand granule (SG) 1 % pada

    tempat penyimpanan air dengan dosis ppm (part per milion) yaitu : 10 gram meter

    100 liter air. Selain itu dapat dilakukan dengan menggalakkan masyarakat untuk

    melakukan kerja bakti dalan pemberantasan sarang nyamuk (Soedarmo, 2012).

    38

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    39/40

  • 7/30/2019 111132879 Referat DBD

    40/40