1. Sejarah Tokoh Gayatri Rajapatni · menularkan pengetahuan tentang kenegaraan, keagamaan, hingga...
Transcript of 1. Sejarah Tokoh Gayatri Rajapatni · menularkan pengetahuan tentang kenegaraan, keagamaan, hingga...
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Gayatri Rajapatni
1. Sejarah Tokoh Gayatri Rajapatni
Gayatri Sri Rajapatni adalah anak Kertanegara raja terakhir
Singosari. Putri berdarah biru kelahiran Tumapel ini berparas cantik,
berpikiran cerdas dan memiliki watak penuh kasih. Dia digambarkan mewarisi
kecantikan Ken Dedes, nenek buyutnya yang memiliki kodrat rareswari, atau
wanita maha cantik yang dapat menurunkan raja-raja. Pancaran kecantikan
Gayatri digambarkan oleh Earl Drake dalam “Gayatri Rajapatni” selalu
menenangkan, meneduhkan dan penuh kecerdasan. Seperti sang nenek yang
menjadi sumber inspirasi Singosari, Gayatri Rajapatni juga menjadi sumber
semangat Majapahit. Perempuan yang berada di balik kejayaan Majapahit.
Gayatri menjadi sosok sentral yang membawa Majapahit menjadi imperium
terbesar di Nusantara (Earl Drake, 2012:48).
Slamet Mulyana menyebutkan bahwa Gayatri Rajapatni merupakan
anak ke 3 dari 4 bersaudara, ia menjelaskan:
.... Gayatri Rajapatni yang merupakan Putri mahkota dari Kertanegara, Permaisuri dari Raden Wijaya, Ibu Suri untuk putrinya Tribhuwana dan Nenek Raja saat Kekuasaan Hayam Wuruk. Dalam kerajaan Singosari, Kertanegara memilki 4 orang Putri. Gayatri adalah seorang Putri Bungsu yang memiliki paras cantik dari kerajaan tersebut, dan mempunyai 3 kakak perempuan yaitu Tribhuwana, Mahadewi, Jayendradewi... (Slamet Mulyana, 2007:131).
5
Gambar 2.1:Gayatri Rajapatni, Berpose sebagai Prajnaparamita, Dewi Kebijksanaan Tertinggi
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Prajnaparamita.jpg 08/04/2015 22:02 WIB
Dyah Gayatri yang dijuluki Baginda Raja Patni, karena beliau
dinyatakan sebagai Permaisuri utama Raja Kerta Rajasa Jaya Wardhana
(Raden Wijaya) membimbing putrinya Dyah Tri Bhuwana Tungga Dewi saat
bertakhta di Majapahit. Baginda Raja Patni adalah Nenek dari Raja Rajasa
Nagara dan beliau disejajarkan dengan Bhatari Parama Bhargawati yang
bertugas melindungi alam jagat raya (I Ketut Riana, 2009:32).
Di usianya yang ke-limabelas, Gayatri sama sekali tidak tertarik
pada pinangan maupun suami. Baginya, satu-satunya laki-laki yang ingin
dibahagiakan oleh Gayatri adalah sang ayah.
6
Hanya Gayatri lah yang menunjukkan minat terhadap isu-isu yang
digeluti ayahandanya. Semakin ia tumbuh dewasa, semakin sering pula ia
terlibat dalam perbincangan tentang agama dan negara dengan ayahnya (Earl
Drake, 2012: 3).
2. Peran Gayatri Rajapatni
a. Peran Gayatri dalam Kejayaan Majapahit
Gayatri merupakan perwujudan dari cita-cita sang ayah yang
lahir kembali. Ayahnya yang seorang Raja Singosari banyak sekali
menularkan pengetahuan tentang kenegaraan, keagamaan, hingga
taktik perang. Kehidupannya bersama sang suami Raden Wijaya
sangat bahagia. Dalam setiap pembicaraannya, Gayatri selalu
membicarakan tentang mimpi-mimpi akan kemajuan kerajaannya.
Gayatri Rajapatni menjadi seorang Permaisuri beliau sangat
berperan dalam memajukan Majapahit dimana Gayatrilah yang
menjadi teman setia Kertarajasa untuk selalu Berdiskusi tentang
kemajuan Majapahit. Kertarajasa tahu bahwa sejak kecil Gayatri
adalah anak yang cerdas dan pintar, dia juga pernah belajar kepada
ayahnya sendiri tentang masalah kerajaan. Selain itu Kertarajasa
melihat Bahwa dari kesemua istrinya, hanya Gayatri Rajapatni inilah
yang sangat memberikan minat lebih untuk memajukannya, dia ingin
meneruskan apa yang ayahnya cita-citakan terhadap kerajaan
Singosari. Dilihat dari seluruh program kerajaan yang ia canangkan
dalam prasasti pun hampir mirip dengan apa yang ayahnya inginkan
7
dan lakukan terhadap kerajaan Singosari. Sehingga mereka berdua
sangatlah cocok untuk saling berkompromi dalam memajukan
Majapahit. Keseringan Mereka membicarakan tentang kerajaan tak
pernah Surut, sampai akhirnya mereka memiliki Dua orang putri yaitu
Tribhuana tungga dewi yang di ambil dari nama kakaknya sendiri
dimana dia adalah Istri Tertua Kertarajasa dan Putri yang kedua
adalah Dyah Rajadewi. Awalnya Gayatri takut karena dia tidak
memberikan keturunan Laki-laki, tetapi ternyata Kertarajasa tidak
pernah mengungkit-ungkit itu karena saking sayangnya dia kepada
gayatri yang amat cantik itu. Kedua anaknya mewarisi sifat-sifat
Gayatri yang cantik, gesit dan cekatan tetapi diliahat dari postur
tubuhnya mereka lebih mewarisi sifat ayahnya yang tinggi dan
langsing.
Gayatri memikul tanggung jawab besar dengan menjabat
sebagai raja dengan ditemani anak perempuannya yang masih “abu-
abu” dalam hal kenegearaan. Hingga pada suatu saat tanggung jawab
tersebut dipikul oleh Jayanagara sebagai penerus tahta kerajaan.
Earl Drake menyebutkan bahwa penerus kerajaan Majapahit
merupakan calon yang memiliki kekurangan, ia menjelaskan:
…. Dalam hal ini, penerusnya dibebani dua kekurangan. Pertama, Jayanagara naik tahta pada usia masih sangat muda, yakni enam belas tahun. Orang masih ingat akan julukan “lawan yang ringkih” untuknya, bahkan kini ketika ia telah menyandang gelar resmi kenegaraan, “Raja Jayanagara.” Kedua, ia memiliki sejumlah cacat kepribadian: kecenderungan berbohong atau menyalahkan orang lain untuk masalah-masalah yang dibuatnya sendiri, kebiasaan sadisnya melukai orang atau binatang yang lebih lemah dari dirinya, serta keringan-tanganannya dalam menggunakan kekerasan, alih-alih
8
wibawa, argumen moral, atau perdebatan, demi mencapai tujuannya… (Earl Drake, 2012:81).
Dengan sangat hati-hati Gayatri mencoba mempengaruhi
Gadjah Mada untuk melakukan pemberontakan terhadap
kepemimpinan Jayanegara yang sangat menyuaki pertumapahan darah
ketimbang memikirkan perkembangan ekonomi dan kestabilan politik
dalam kerajaannya. Gadjah Mada yang awalnya mencemooh usulan
Gayatri lama-kelamaan terpengaruh dan memanfaatkan situasi pada
saat itu untuk menggulingkan Jayanegara.
Majapahit kembali stabil setelah kekuasaan jatuh kepada putri
Gayatri yang bernama Tribhuwana Tunggadewi dan anakanya yaitu
Hayam Wuruk, dimana seluruh Nusantara berada dibawah satu
kepemimpinan Majapahit.
Gambar 2.2 Arca Gayatri di Candi Gayatri Sumber: www.jurnalislibels.blogspot.com
11/01/2016 16:44 WIB
9
b. Peran Gayatri dibalik Kehebatan Gadjah Mada
Sepeninggal Raden Wijaya yang sangat di agungkan,
Majapahit mengalami guncangan dan masalah dari berbagai arah. Raja
Jayanegara yang naik tahta bukannya menjadi sebuah lompatan untuk
Majapahit menjadi sebuah dinasti kerajaan yang semakin besar namun
malah mengakibatkan pemberontakan yang didasari alasan
ketidakpuasan atas kepemimpinan Raja Jayanegara.
Dalam menghadapi pemberontakan besar-besaran ini,
Jayanegara memutuskan untuk membuat kebijakan baru yaitu
membentuk pengawal elit keraton yang dipimpin oleh seseorang dari
rakyat jelata yang kelak dikenal dengan nama Gadjah Mada.
Menurut Gayatri, keputusan Jayanegara merekrut Gadjah Mada
sangat tepat karena sifat-sifat yang telah disebutkan diatas, dan juga
karena lelaki otodidak ini sama sekali tak terikat dengan keluarga
kerajaan yang kini saling cekcok. Maka Jayanegara patut berharap
bahwa Gadjah Mada akan setia kepada siapapun yang menjadi
atasannya (Earl Drake, 2012:84).
Penilaian Gayatri tentang Gadjah Mada benar, beberapa saat
setelah penobatan Gadjah Mada, terjadilah peristiwa pemberontakan
Kuti yang terjadi langsung di ibu kota. Gadjah Mada yang sigap
berhasil menggagalkan pemberontakan ini. Gayatri memuji Gadjah
Mada atas kesetiaannya kepada raja yang meruapakan pemimpin
tertinggi dan atasannya.
10
Earl Drake menceritakan pandangan dan harapan lebih Gayatri
terhadap Gadjah Mada agar dapat menjadi seorang yang lebih
berpengaruh di kerajaan, ia menjelaskan:
…. Di mata Gayatri, Gadjah Mada bak berlian yang belum diasah, namun sangat cerdas dan punya minat besar untuk belajar tentang seni pemerintahan. Ia berusaha menjadi guru bagi Gadjah mada dan menghindari sikap merendahkan yang lazimnya muncul akibat perbedaan kasta. Gayatri mereasa bahwa Gadjah Mada punya keahlian luar biasa namun gampang tersinggung oleh cemoohan terhadap asal-usulnya yang rendahan (Earl Drake, 2012:86).
Gayatri yang menjadi guru tak resmi mengajari Gadjah Mada
seni pemerintahan, sedangkan kedua putrinya semakin seperti anak
angkat dari laki-laki tak beranak ini, yang dibalik sosok sangarnya
sebagai prajurit, ternyata seorang laki-laki yang hangat. Kedua putri
gayatri tidak memperasalahkan hal ini karena bagi mereka Gadjah
Mada mengingatkan mereka terhadap sosok almarhum ayah mereka.
Salah satu hal yang sering disebut Gayatri adalah rencana
ayahnya yang juga didukung oleh Wijaya, yakni menyatukan seluruh
negeri tetangga di seantero kepulauan Nusantara ke dalam sebuah
federasi yang dilandasi oleh jalinan-jalinan kebudayaan, bahasa,
agama, serta peluang mencapai kemajuan ekonomi dan kekuatan
politik bersama (Earl Drake, 2012:91).
11
B. Komponen Karya Seni
Dalam karya seni yang dimaksud dengan bentuk (Form) adalah totalitas
dari pada karya seni. Yang dimaksud "bentuk" dalam suatu karya seni adalah
aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal
pula sebagai "totalitas" karya, yang merupakan organisasi unsur–unsur rupa
sehingga terwujud apa yang disebut karya. Unsur–unsur yang dimaksudkan
adalah: garis. Shape, gelap–terang, warna. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu
yang dapat ditangkap dengan panca indera; dengan kata lain bisa dilihat, diraba,
atau didengar (dalam musik) (P. Mulyadi, 1998: 16).
Nooryan Bahari menyebutkan bahwa isi merupakan sebuah gagasan yang
akan disampaikan, ia menjelaskan:
…. Isi disebut sebagai kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga dimaksudkan sebagai final statement, mood (suasana hati) atau pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang essential daripada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktivitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni (P. Mulyadi, 1998: 16). Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni kepada masyarakat atau penikmat seni (Nooryan Bahari, 2008: 22). Subject Matter dalam seni adalah sesuatu (persoalan) yang akan
diungkap pada suatu karya dan oleh karena itu sering kali juga disebut pokok soal
atau tema. Dengan kata lain, subject metter adalah apa–apa yang diungkapkan
dalam suatu karya (P. Mulyadi, 1998: 15).
Subject Matter merupakan pokok masalah dan dengan masalah ini
seniman berkarya. Gayatri Rajapatni dalam perwujudan dewi kebijaksanaan
tertinggi sebagai subject matterpenulis dalam mengekspresikan menggunakan
bahasa simbol yang divisualisasikan bentuk-bentuk dan medium yang
disesuaikan. Lewat interaksi simbolisme yang baik, bentuk-bentuk yang
12
dihadirkan dapat diapresiasi dengan baik pula oleh penikmat, sesuai dengan
kepekaan dan pengalaman estetiknya masing-masing.Subject Matter dari penulis
sendiri adalah perwujudan Gayatri dalam wujud Dewi Kebijaksanaan Tertinggi.
1. Ide Penciptaan
a. Proses Penemuan Ide
Berbicara masalah seni, sebenarnya selain yang ekspresif
spontan, ada pula yang rasional, yang kelahirannya memerlukan suatu
kalkulasi yang matang (P. Mulyadi, 1998: 39).
Penulis menemukan ide tentang Gayatri sebagai sumber ide
dimulai dari ketertarikan penulis tentang sosok Gayatri yang misterius,
sangat jarang dikenal oleh masyarakat hingga kemudian penulis
mempelajari dan tertarik dengan kisah-kisah Gayatri yang berada di
belakang kejayaan Majapahit. Penulis mengangkat kisah-kisah seperti
masa kecil dari Gayatri, konflik, kecintaan hingga kematian nya yang
menjadi sumber ide penulis.
b. Bahan atau Material
Bahan atau material dalam dunia seni dikenal dengan "medium",
pada dasarnya merupakan sesuatu yang kongkrit atau nyata–nyata ada.
Oleh sebab itu seringkali dinyatakan bahan atau material menjadi sesuatu
mutlak perlu dan bersifat pengikat (P. Mulyadi, 1998: 17 – 18).
Penciptaan dalam sebuah karya seni, prosesnya membutuhkan
berbagai macam peralatan serta material, dalam dunia seni dikenal dengan
"medium" apapun bagusnya karya tersebut, kalau tidak ada media yang
mendukung, maka karya tersebut tidak terwujud dengan sempurna.
13
Pembuatan karya seni ini penulis menggunakan banyak sekali kuas dengan
ukuran kecil untuk memvisualkan beberapa bagian yang akan
memunculkan tekstur semu. Bahan yang digunakan oleh penulis adalah cat
akrilik, selain proses pengeringannya cepat, cat akrilik juga mempunyai
beberapa keunggulan dimana cat akrilik berbasis air sehingga mencampur
lebih mudah.
c. Teknik
Teknik dalam seni lukis ada beberapa macam, diantaranya adalah
teknik kering dan teknik basah. Dalam karya ini penulis menggunakan
teknik basah, yaitu sapuan cat akrilik diatas kanvas.
2. Prinsip Organisasi Unsur-unsur Rupa
Prinsip dasar seni rupa antara lain meliputi kesatuan (unity),
keseimbangan (balance), keselarasan (ritme), perbandingan (proportion),
penekanan (domination).
a. Kesatuan atau Unity
Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni
rupa. Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau
semua unsur menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah
karya seni tidak sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan
sesungguhnya "adanya saling hubungan" antar unsur yang disusun di
dalam karya seni (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 213). Kesatuan dalam
karya penulis adalah penggabungan objek karakter dengan unsur lain
seperti penggambaran benda-benda yang ada di alam, juga penulis
14
menampilkan background dengan warna solid untuk menabah kesan unity
pada karya penulis.
b. Keseimbangan atau balance
Persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan
pada stabilitas suatu komposisi karya (Mikke Susanto, 2011: 46).
Keseimbangan merupakan suatu keadaan, semua bagian sebuah karya seni
tidak ada yang lebih dibebani. Sebuah karya seni dikatakan seimbang
manakala di semua bagian pada karya bebannya sama, sehingga pada
karya tersebut akan membawa rasa tenang dan enak dilihat, di dalam
keseimbangan ada keseimbangan simetri (symmetrical balance),
keseimbangan memancar (radial balance), keseimbangan sederajat
(obvious balance) (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 237). Karya penulis
akan menggunakan perpaduan antara keseimbangan simetris, asimetris dan
keseimbangan sederajat, agar karya tersebut terlihat dinamis, tidak kaku,
dan terkesan hidup.
c. Keselarasan atau ritme
Ritme (keselarasan) suatu istilah yang biasanya dipakai di dalam
musik dan puisi. Ritme pada seni rupa berarti suatu susunan teratur yang
ditimbulkan dari pengulangan sebuah atau beberapa unsur sehingga
menimbulkan gerak karena pengulangan objek yang satu ke objek yang
lainnya (Arfial Arsad Hakim, 1997: 18). Pada karya penulis juga
menggunakan ritme, yang muncul dari penggunaan warna dan garis yang
berulang-ulang atau pengulangan yang bersifat konsisten.
15
d. Perbandingan atau proportion
Proporsi berasal dari bahasa Inggris proportion yang artinya
perbandingan. Proporsi dapat diartikan perbandingan atau kesebandingan
dalam suatu objek antara bagian satu dengan bagian lainnya. Proporsi pada
dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya sistematis
(Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 249). Penulis menggunakan perbandingan
objek lukisan dengan ukuran ruang dan ukuran karya penulis adalah
120x120cm.
e. Penekanan atau domination
Dominasi dalam karya seni disebut sebagai keunggulan,
keistimewaan, keunikan, keganjilan, dan kelainan. Dominasi merupakan
salah satu prinsip dasar tata rupa yang harus ada pada karya seni, agar
diperoleh karya seni yang artistik atau memiliki nilai seni. Jadi dominasi
bertugas sebagai pusat perhatian dan daya tarik (Sadjiman Ebdi Sunyoto,
2009: 225). Pada karya penulis akan didominasi dengan bentuk dari
perwujudan tokoh, objek pendukung dan pengulangan-pengulangan warna
dan garis.
3. Unsur-Unsur Visual
a. Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar.
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang,
pendek, halus, tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal inilah yang
menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni
ukuran yang panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis.
16
Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal, meskipun
garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak (Mikke Susanto, 2011:
148). Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-garis
seperti garis lengkung, garis zig-zag, dan garis gabungan.
Secara garis besar garis terdiri dari dua macam yaitu garis lurus
dan garis lengkung, tetapi jika lihat lebih dalam terdapat empat jenis
garis yaitu garis lurus meliputi garis diagonal, horizontal, dan vertikal.
Garis lengkung meliputi garis lengkung kubah, lengkung busur, dan
lengkung mengapung. Garis majemuk meliputi garis zig-zag, dan
lengkung S. Garis gabungan yaitu garis hasil gabungan antara garis
lurus, lengkung, dan majemuk (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 87).
b. Warna
Warna umumnya sering digunakan sebagai sebuah estetika dan
media komunikasi. Tanpa disadari, warna memberikan banyak
identifikasi khusus tertentu untuk hal-hal yang menjelaskan waktu,
tempat, dan situasi. Salah satu peran terbesar dari permainan warna
adalah untuk mempengaruhi jiwa dan pemikiran manusia, bahwa warna
mampu membangkitkan emosi kita.Walaupun banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari secara praktis, warna di Indonesia masih bersifat
simbolis dan dekoratif (Darmaprawira, 2002:103-104).
Mita Wahidayat menyatakan bahwa warna-warna merupakan
simbol etnis yang berbeda di setiap kebudayaan, ia menjelaskan:
….Warna banyak mewakili simbol etnis, kelompok, dan identitas daerah atau wilayah.Banyak wilayah kebudayaan di Nusantara ini yang mempunyai warna-warna khas seperti
17
daerah pesisir utara Jawa yang menggunakan warna-warna cerah, dan daerah pedalaman Jawa, maupun Yogyakarta dan Solo yang banyak menggunakan warna cenderung gelap.Lain halnya dengan penggunaan warna pada patung-patung zaman Mesir Kuno yang diberi warna kuning mas, biru turquoise, dan hitam sebagai simbol kemuliaan, kemakmuran, dan kekuasaan.Hal serupa juga dapat ditemui di upacara sesajian bunga umat Hindu Bali. Warna bunga disesuaikan dengan simbol arah mata angin dan keberadaan bunga. Bunga dengan warna merah di selatan (Brahma) sebagai lambang energik atau gerak, warna hitam/ungu di utara (Whisnu) sebagai lambang penghambat, warna putih di timur (Iswara), warna kuning di barat (Mahadewa), dan di tengah adalah kombinasinya (Shiwa). Tidak hanya dalam kehidupan religi saja warna memerankan arti penting, tapi juga dalam dunia seni rupa. Pewayangan, penokohan, dan topeng misalnya, pemberian warna putih, merah, dan hitam pada sesuatu yang bersifat baik dan buruk sering terjadi… (Mita Wahidayat, 2014).
c. Bentuk atau shape
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena pembatasan
sebuah kontur (garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau
gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur, bidang bisa
menyerupai wujud alam (figur), dan juga ada yang tidak sama sekali
menyerupai wujud alam (non figur) (Darsono Sony Kartika&Nanang
Ganda Prawira, 2004: 90).
Bidang iseometric dan non iseometric, selain kedua bidang
tersebut terdapat bidang yang bersifat maya, yaitu bidang yang seolah
meliuk, bentuk bidang yang seolah miring membentuk sudut, bentuk
bidang yang seolah bersudut-sudut, dan bentuk bidang gabungan
(Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009: 104). Pada karya penulis yang sering
dimunculkan adalah bidang geometris dan bidang gabungan.
18
d. Tekstur
Nooryan Bahari menyatakan bahwa tekstur ada dua macam, ia
menjelaskan:
…. Tekstur adalah kesan halus dan kasarnya suatu permukaan lukisan atau gambar, atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan suatu lukisan atau gambar. Tekstur juga merupakan rona visual yang menegaskan karakter suatu benda yang dilukis atau digambar. Ada dua macam jenis tekstur atau barik. Pertama adalah tekstur nyata, yaitu nilai permukaannya nyata atau cocok antara tampak dengan nilai rabanya. Misalnya sebuah lukisan menampakkan tekstur yang kasar, ketika lukisan tersebut diraba, maka yang dirasakan adalah rasa kasar sesuai tekstur lukisan tersebut. Sebaliknya kedua, tekstur semu memberikan kesan kasar karena penguasaan teknik gelap terang pelukisnya, ketika diraba maka rasa kasarnya tidak kelihatan, atau justru sangat halus… (Nooryan Bahari, 2008:101).
Tekstur dalam karya penulis adalah tekstur semu, yang terjadi
karena penulis mengkombinasikan warna sehingga membuat kesan
bertekstur.
4. Perubahan Bentuk
a. Interpretasi dan Reinterpretasi
Interpretasi dalam dunia seni adalah menafsirkan hal-hal yang
terdapat di balik sebuah karya, dan menafsirkan makna, pesan, atau nilai
yang dikandungnya (Nooryan Bahari, 2008:12).
Pada kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa
reinterpretasiadalah pengulangan atau pemaknaan kembali dari sebuah
objek atau karya seni untuk mendapatkan makna atau nilai yang ada
pada karya seni tersebut.
19
b. Distorsi
Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, atau keadaan
yang dibengkokkan. Dalam fotografi disebut pemiuhan. Dibutuhkan
dalam berkarya seni, karena merupakan salah satu cara untuk mencoba
menggali kemungkinan lain pada suatu bentuk/figur (Mikke Susanto,
2011:107). Pada karya penulis distorsi banyak dimunculkan pada
penggambaran fisik dari figur utama.
c. Stilasi
Stilasi adalah pengubahan bentuk-bentuk di alam dalam seni
untuk disesuaikan dengan suatu bentuk artistik atau gaya tertentu, seperti
yang banyak terdapat dalam seni hias atau ornamentik (Soedarso Sp.,
:2006:82). Pada karya penulis stilasi dimunculkan pada setiap objek
seperti penggabaran atribut-atribut dari figur yang penuh dengan
ornamen, dan juga objek-objek kecil yang dimunculkan.
d. Ornamen
Ornamen adalah hiasan yang dibuat dengan digambar, dipahat,
maupun dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai
pada suatu benda atau karya seni (Mikke Susanto, 2011:284). Pada
karya penulis, banyak dimunculkan ornamen-ornamen bersifat ekspresif
yang terinspirasi dari ornamen suku Maya
20
Gambar 2.3: Ornamen pada kalender suku Maya
Sumber: http2.bp.blogspot.com-slTZBf9WqyYUNRTY2sb-dIAAAAAAAADLclgwcYyP4648s1600Mayan+Calendar+-
+Kalender+Suku+Maya.jpg 10/01/2016 22:02 WIB
e. Simbolisme
Seni adalah simbol yang sekaligus bermuatan simbol.
Perbedaan antara art symbol dengan symbol in art tidak hanya dalam
fungsi, tetapi jenisnya berbeda. Symbol in art adalah simbol dalam arti
yang lumrah, tetapi art symbol adalah expressive form. Hal itu bukan
sepenuhnya simbol karena ia tidak menyatakan sesuatu dibaliknya.
Simbol dalam seni adalah metafora atau kiasan, sedangkan art symbol
adalah imaji yang absolut (Soedarso Sp., 2006:40).
f. Abstraksi
Secara ketat “abstraksi” meliputi seni-seni dari upaya
menyederhanakan sebuah objek dan masih berkenaan dengan unsur
dasar objek. Banyak karya-karya seni non-Barat disebut abstrak, sebagai
sebuah bentuk representasi tubuh manusia dan binatang. Dalam seni
21
rupa, proses ini kerap menjadi jalan untuk menangkap secara sederhana
dari sebuah objek/peristiwa/gejala (Mikke Susanto, 2012:4). Pada karya
penulis abstraksi muncul disetiap penggambaran objek dan bentuk fisik
figur yang mengalami penyederhanaan.
C. SENI LUKIS
Pada dasarnya seni lukis merupakan bahasa ungkap dari pengalaman
artistik maupun ideologis yang menggunakan garis dan warna, guna
mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi maupun ilustrasi
dari kondisi subjektif seseorang (Mikke Susanto, 2012:241).
Ada banyak gaya atau aliran dalam seni lukis. Beberapa aliran yang
penulis gunakan pada karya ini, diantaranya adalah:
1) Surealisme
Pada awalnya surealisme merupakan gerakan dalam sastra yang
ditemukan oleh Apollinaire untuk menyebut dramanya. Pada tahun 1924
istilah itu diambil alih oleh Andre Beton untuk manifesto kaum surealis.
Dalam kreativitas seninya kaum surealis berusaha membebaskan diri dari
kontrol kesadaran, menghendaki kebebeasan besar, sebebas orang
bermimpi (Nooryan Bahari, 2008:126).
2) Ekspresionisme
Ekspresionisme berbeda dengan impresionisme, seniman ekspresionisme
lebih mengutamakan curahan batin sendiri secara bebas (Nooryan Bahari,
2008:122).
22
Ekspresionisme berasal dari expressionism. Gabungan dari kata ex
berearti keluar atau kepanjangan dari mengekspresikan dan kata press
berarti tekanan, dan isme berarti aliran. Istilah ini merupakan sebuah
aliran yang berusaha melukiskan aktualitas yang sudah didistorsi ke arah
suasana kesedihan, kekerasan, atau tekanan batin yang berat (Mikke
Susanto, 2012:116).
Dari beberapa jenis aliran seni diatas, penulis cenderung menggunakan
gaya aliran ekspresionisme dan surealisme dimana objek dan bentuk yang
divisualkan dalam karya nantinya merupakn bentuk-bentuk yang imajinatif dan
ekspresif.
Myers neyebutkan bahwa seni lukis memiliki teknik tersendiri untuk
pengerjaannya, ia menjelaskan:
…. Secara teknik seni lukis merupakan tebaran pigmen atau warna cair pada permukaan bidang datar (kanvas, panel, dinding, kertas) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan tekanan yang dihasilkan kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat dimengerti, bahwa melalui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi, simbol, keragaman, dan nilai-nilai lain yang bersifat subjektif (B.S. Myers, 1961).
1. Teknik Basah
Teknik basah adalah sebuah teknik dalam menggambar atau melukis
yang meggunakan medium yang bersifat basah atau memakai medium air dan
minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, tinta, rapidografi, dll. Jenis
karya yang dihasilkan seperti: sketsa tinta cina, atau dijepang disebut sumi-e
(Mikke Susanto, 2012:395).
23
2. Medium Lukis
Medium dalam seni lukis pada umumnya adalah kanvas. Kanvas
dalam seni lukis diartikan sebagai kain landasan untuk melukis, baik
berbahan panel kayu, kertas atau kain. Kanvas direntangkan dengan spanram
hingga tegang baru kemudian diberi cat dasar yang berfungsi menahan cat
yang akan dipakai untuk melukis. Di Indonesia kanvas biasanya dibuat dari
kain terpal, kain katun, blacu dan kain layar yang dapat menahan ketegangan
tertentu dan dapat dipakai hingga jangka waktu lama (Mikke Susanto,
2012:213).
3. Alat dalam Proses Melukis
Alat yang digunakan dalam proses konvensional adalah kuas. Kuas ini
memiliki beberapa jenis dan kegunaan tersendiri. Berikut jenis-jenis kuas
yang kegunaannya:
a. Kuas Bright
Kuas ini berbentuk persegi dengan bentuk termin yang melebar dan
digunakan untuk sapuan kuat dan berefek tertentu
b. Kuas Flat
Kuas berbentuk persegi pipih dengan panjang bulu lebih dari kuas jenis
bright.
c. Kuas Round
Kuas ini berbentuk bulat dengan termin bulat dan bulu meruncing ke
atas.
24
d. Kuas Filbert
Kuas yang berbentuk pipih dengan masing-masing ujungnya berbentuk
oval.
e. Kuas Fitch
Kuas ini berbentuk pipih dengan bulu berbentuk persegi, biasanya lebih
tipis dari jenis kuas lainnya.
f. Kuas Fan Blender
Kuas yang berbentuk kipas, digunakan untuk menetralisir cat minyak
yang masih basah dengan mencampurkan satu sama lainnya
g. Kuas Rigger
Kuas ini digunakan untuk membuat garis-garis detail yang perlu
ketelitian. Kuas ini berbentuk runcing ke atas.
Gambar 2.4 Macam-macam kuas Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kuas_lukis
15/04/201515:56 WIB
25
h. Cat Lukis
Cat lukis yang biasa dipakai untuk melukis ada beberapa, diantaranya
cat minyak, cat air, cat akrilik, dan lain-lain. Pada kesempatan ini
penulis menggunakan cat jenis akrilik untuk melukis diatas kanvas. Cat
akrilik ini berbasis air sehingga dapat mempermudah proses melukis
terutama mempersingkat waktu.
Gambar 2.5 Cat Lukis Sumber: dokumentasi penulis
15/04/201515:58 WIB
26
D. Refrensi Karya
1. El Curiot
Penulis terinspirasi oleh karya seniman asal mexico yang berjudul
“Echoes Behind The Mask”, dengan ukuran 43 x 43 cm, penulis terkesan
dengan visualisasi bentuk yang dimunculkan oleh seniman yang sangat
ekspresif, selain itu warna–warna yang digunakan sangat menarik. Komposisi
karya juga tepat antara objek yang penuh warna dengan background satu
warna yang seimbang.
Gambar 2.6 El Curiot berjudul “ Echoes Behind the Mask
Sumber: https://es-es.facebook.com/El.Curiot/photos/a.334461296629929.76992. 331372926938766/612255612183828/?type=1
27
2. Saddo
Penulis juga terinspirasi karya dari seniman asal Rumania yang
bernama Saddo yang berjudul “Skull of The Enemy”, dengan ukuran 50 x 70
cm, penulis terkesan dengan karya ini, karena karya tersebut dapat
menggambarkan sosok seorang prajurit yang tangguh dan menang di medan
pertempuran dengan membawa tengkorak dari lawannya. Cara memunculkan
tokoh dalam lukisan inilah yang sangat menginspirasi penulis, selain itu cara
menggambarkan anatomi dengan teknik distorsi dan deformasi nya sangat
menarik.
Gambar 2.7 Lukisan Saddo berjudul “ Skull of The Enemy”
Sumber: https://www.facebook.com/476460159059137/photos/a.730006530371164. 1073741828.476460159059137/730006840371133/
15/04/2015 21:07 WIB
28
E. Sketsa/Repro Karya
Penulis menggunakan beberapa karya terdahulu sebagai acuan untuk
pembuatan karya tugas akhir ini. Karya-karya lama diambil dari mata kuliah studi
lukis 2 sampai karya mata kuliah studio lukis 4. Berikut karya-karya terdahulu
dari penulis yang digunakan sebagai referensi:
Gambar 2.8 Repro karya studio 3
“Perkenalan” Sumber : Dokumentasi Penulis
29
Gambar 2.9 Repro karya studio 3
“Pemimpin” Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 2.10 Repro karya studio 4 “Hiding But Understanding”
Sumber : Dokumentasi Penulis