05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab...

71
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 2.1 Konsep Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2002, p7), manajemen mengacu pada proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan kerja secara efisien dan analisis dengan dan melalui orang lain. Menurut Bateman dan Snell (2004, h14), manajemen adalah proses melakukan pekerjaan dengan banyak pihak dan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan organisasional secara analisis dan efisien. Menurut Robbins dan Coulter (2002, p7), manajemen mempunyai empat fungsi yakni: 1. Perencanaan (planning) mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas. 2. Pengorganisasian (organizing) mencakup proses menentukan tugas mana yang harus dikerjakan, siapa dan bagaimana tugas-tugas tersebut dikerjakan, siapa melapor kepada siapa dan pada tingkat mana pengambilan keputusan diambil. 3. Kepemimpinan (leading) mencakup bagaimana cara memotivasi karyawan, memberi pengarahan, menyeleksi saluran komunikasi yang efektif dan memecahkan suatu masalah.

Transcript of 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab...

Page 1: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2. 2.1 Konsep Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2002, p7), manajemen mengacu pada proses

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan kerja secara efisien dan analisis

dengan dan melalui orang lain.

Menurut Bateman dan Snell (2004, h14), manajemen adalah proses melakukan

pekerjaan dengan banyak pihak dan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses mengkoordinasikan

dan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai

tujuan organisasional secara analisis dan efisien.

Menurut Robbins dan Coulter (2002, p7), manajemen mempunyai empat fungsi

yakni:

1. Perencanaan (planning) mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan

suatu strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan menyusun

rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas.

2. Pengorganisasian (organizing) mencakup proses menentukan tugas mana yang

harus dikerjakan, siapa dan bagaimana tugas-tugas tersebut dikerjakan, siapa

melapor kepada siapa dan pada tingkat mana pengambilan keputusan diambil.

3. Kepemimpinan (leading) mencakup bagaimana cara memotivasi karyawan,

memberi pengarahan, menyeleksi saluran komunikasi yang efektif dan

memecahkan suatu masalah.

Page 2: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

8

4. Pengendalian (controlling) mencakup kegiatan memantau aktivitas-aktivitas

yang ada untuk memastikan bahwa semua mencapai apa yang telah direncanakan

dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.

2.1.2 Manajemen Strategis

2.1.2.1 Pengertian Manajemen Strategis

Menurut David (2001, p5), manajemen strategis merupakan seni dan ilmu dari

formulasi, implementasi, dan evaluasi keputusan-keputusan fungsional-silang (cross-

functional) yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Thomson dan Strickland (2001, p3) berpendapat bahwa strategi perusahaan

merupakan suatu rencana permainan yang dipakai oleh pihak manajemen untuk

mencapai suatu posisi dalam pasar, menjalankan operasi perusahaan, menarik dan

menyenangkan para pelanggan, sukses dalam persaingan, dan mencapai tujuan

organisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis adalah suatu ilmu

manajemen yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk merumuskan

keputusan yang berhubungan dengan strategi perusahaan, dengan tujuan akhir untuk

memenuhi kebutuhan organisasi.

2.1.2.2 Tahapan Proses Manajemen Strategis

David (2001, pp5-6) mengemukakan bahwa terdapat tiga tahapan dalam proses

manajemen strategis, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Page 3: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

9

Buat visi danmisi

Bangunsasaran jangka

panjang

Hasilkan,evaluasi, danpilih strategi

Implementasistrategi - isumanajemen

Implementasistrategi - isifungsional

Ukur danevaluasikinerja

Lakukan auditinternal

Lakukan auditeksternal

Umpan Balik

Tahap Formulasi Strategi Tahap Implementasi Strategi Tahap Evaluasi Strategi

Gambar 2.1: Tahapan Proses Manajemen Strategis

Sumber: David, 2001, p13

Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap:

1. Formulasi strategi

Proses formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan

kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,

merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan

dilaksanakan.

2. Implementasi strategi

Implementasi strategi mengisyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan

tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan

sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan

Page 4: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

10

(memobilisasi karyawan untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan

menjadi tindakan).

3. Evaluasi strategi

Tiga aktivitas yang menjadi dasar evaluasi strategi adalah:

a. Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini

b. Mengukur kinerja

c. Mengambil tindakan korektif

Teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka

kerja pengambilan keputusan tiga tahap seperti dapat dilihat pada Tabel 2.1, yaitu:

1. Tahap 1 merupakan tahap pengumpulan data, yang terdiri atas Matriks EFE,

Matriks IFE, dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM).

Pada tahap 1, informasi dasar yang dibutuhkan dalam strategi diperingkas.

2. Tahap 2 merupakan tahap analisis, yang mencakup Matriks Kekuatan-

Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT - Strength, Weakness,

Opportunity, Threat), Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategi (Matriks

SPACE-Strategic Posistion and Action Evaluation), Matriks Boston Consulting

Group (BCG), Matriks Internal-Eksternal (IE), dan Matriks strategi besar (Grand

Strategy). Pada tahap 2, penciptaan alternatif strategi dicocokkan dengan faktor

eksternal dan internal kunci.

3. Tahap 3 merupakan tahap pengambilan keputusan, yang melibatkan strategi

tunggal dengan menggunakan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM-

Quantitative Strategic Planning Matrix).

Page 5: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

11

Manfaat utama manajemen strategis adalah membantu organisasi

memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang

lebih sistematik, logis, dan rasional untuk pilihan strategi. Dengan kata lain,

manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk menjadi proaktif dalam

membentuk masa depannya, memungkinkan perusahaan untuk menilai dan

mempengaruhi (bukan hanya merespon terhadap) aktivitas.

Tabel 2.1: Kerangka formulasi strategis Sumber: David (2001, p21) 1. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Matriks Profil Kompetitif (CPM)

2. TAHAP ANALISIS Matriks SWOT Matriks BCG Matriks

IE Matriks Space

Matriks Grand

Strategy 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)

2.1.3 Supply Chain Management (SCM)

2.1.3.1 Pengertian Supply Chain Management

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p6) Supply Chain Management atau

disingkat SCM dipandang sebagai manajemen dari semua aliran-aliran dari

informasi, produk, atau keuangan yang menghasilkan biaya-biaya di dalam supply

chain. Manajemen supply chain melibatkan manajemen dari aliran-aliran di antara

dan di setiap tahap-tahap dalam sebuah supply chain untuk memaksimalkan

keuntungan total dari supply chain.

Sedangkan Simchi-Levi et al (2003, p1) berpendapat bahwa SCM lebih

merupakan sekumpulan pendekatan yang digunakan untuk menginterasikan

pemasok, manufaktur, gudang, dan toko sehingga barang dihasilkan dan

Page 6: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

12

didistribusikan dengan kuantitas tepat, ke lokasi yang tepat, dan pada waktu yang

tepat, dengan tujuan meminimalkan biaya-biaya keseluruhan sistem serta memenuhi

tingkat layanan yang dibutuhkan.

Render dan Heizer (2001, p413) mengemukakan bahwa supply chain merupakan

rantai yang mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan,

manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan

transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta transfer bahan

baku antara pihak-pihak yang terlibat. Supply chain tersebut diilustrasikan dengan

Gambar 2.2. Dapat disimpulkan bahwa Supply Chain Management adalah kegiatan

mengelola aliran informasi, produk, dan uang di dalam keseluruhan rantai suplai

(supply chain) mulai dari hulu hingga hilir, dari pemasok hingga konsumen akhir,

bertujuan untuk memaksimalkan kinerja supply chain tersebut.

Gambar 2.2: Supply Chain

Sumber: Render dan Heizer, 2001, p413

Pemasok

Pemasok

Pemasok

Perusahaan Manufaktur

Konsumen

Konsumen

Konsumen

Distributor

Informasi penjadwalan

Arus kas

Arus pesanan

Arus Kredit

Arus bahan baku

Page 7: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

13

2.1.3.2 Tujuan Supply Chain Management

Chopra dan Meindl (2004, p6) berpendapat bahwa tujuan dari SCM adalah untuk

memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan. Nilai yang dihasilkan dari sebuah

supply chain adalah perbedaan antara berapa harga produk akhir di mata konsumen

dan usaha-usaha yang dikeluarkan di sepanjang supply chain untuk memenuhi

pesanan konsumen tersebut.

2.1.3.3 Penggerak Supply Chain Management

Chopra dan Meindl (2004, p51) mengemukakan bahwa terdapat empat faktor

pendorong utama yang menentukan kinerja dari supply chain manapun, yaitu:

fasilitas, persediaan, transportasi, dan informasi.

A. Fasilitas

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p52), fasilitas adalah tempat-tempat di dalam

jaringan supply chain dimana produk disimpan, dirakit, ataupun difabrikasi. Dua

macam tipe dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan.

Komponen-komponen dari keputusan fasilitas yang harus dianalisis menurut

Chopra dan Meindl (2004, pp54-56) adalah sebagai berikut:

1. Lokasi. Apakah terpusat untuk mendapatkan skala ekonomis (economic of scale)

atau terdesentralisasi sehingga menjadi lebih responsif dan dekat dengan

konsumen?

2. Kapasitas. Menentukan jumlah kapasitas yang tepat untuk menghadapi tingkat

fluktuasi permintaan.

3. Metodologi operasi. Penentuan apakah fasilitas harus dirancang menjadi

berfokus pada sebuah produk ataupun berfokus fungsional.

Page 8: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

14

4. Metodologi pergudangan. Memilih metode pergudangan yang tepat ketika

merancang sebuah fasilitas pergudangan terdiri dari beberapa metodologi, antara

lain:

a. SKU (Stock Keeping Unit), menyimpan bersama-sama satu jenis produk

tertentu.

b. Job Lot Storage, menyimpan bersama-sama bermacam-macam produk yang

diperlukan untuk memuaskan konsumen tertentu.

c. Cross-Docking, sebuah metode dimana produk tidak disimpan di fasilitas,

tetapi diantarkan oleh masing-masing pemasok produk ke fasilitas ketika

dibutuhkan, kemudian dipecah-pecah dan dikombinasikan untuk dikirim ke

toko-toko cabang.

B. Persediaan

Chopra dan Meindl (2004, p52) mendefinisikan persediaan sebagai semua bahan

baku, barang dalam proses, dan barang jadi di dalam sebuah supply chain. Menurut

Chopra dan Meindl (2004, pp57-59) untuk menghasilkan supply chain yang

responsif dan efisien terdapat beberapa keputusan utama yang harus dibuat, yakni:

1. Persediaan siklus (cycle inventory), adalah jumlah rata-rata dari persediaan yang

digunakan untuk memuaskan permintaan diantara penerimaan dari pengiriman

pemasok. Keputusan yang harus diambil adalah berapa banyak yang harus

dipesan untuk pengisian kembali dan seberapa sering menaruh pesanan tersebut.

2. Persediaan pengaman (safety inventory), adalah persediaan yang disimpan untuk

menghadapi permintaan yang melebihi perkiraan. Hal yang menjadi

pertimbangan disini adalah antara biaya akibat dari mempunyai terlalu banyak

persediaan dengan biaya kehilangan penjualan dari terlalu sedikitnya persediaan.

Page 9: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

15

3. Persediaan musiman (seasonal inventory), adalah persediaan yang dibuat untuk

menghadapi variabilitas dalam permintaan yang dapat diprediksi. Perusahaan

yang menggunakan persediaan musiman akan membangun persediaan pada

periode permintaan rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan tinggi

ketika mereka tidak mempunyai kapasitas untuk memproduksi yang diminta.

4. Sourcing, adalah sekumpulan proses-proses bisnis yang dibutuhkan untuk

membeli barang dan jasa. Manajer harus memutuskan tugas-tugas yang akan di-

outsource dan yang akan dilakukan sendiri oleh perusahaan.

C. Transportasi

Chopra dan Meindl (2004, p52) menyatakan bahwa transportasi

bertanggungjawab memindahkan persediaan dari satu titik ke titik lain dalam sebuah

supply chain. Transportasi dapat berbentuk banyak kombinasi dari mode dan rute,

masing-masing dengan karakteristik-karakteristik kinerjanya sendiri.

Menurut Chopra dan Meindl (2004, pp60-61), terdapat beberapa hal yang harus

diputuskan sehubungan dengan transportasi, yaitu:

1. Jenis transportasi. Memilih jenis transportasi yang tepat – udara, truk, kereta api,

kapal, pipa, elektronik (metode baru) – dengan mempertimbangkan kecepatan,

ukuran pengiriman, dan biaya pengiriman.

2. Pemilihan rute dan jaringan. Memilih rute pengiriman dan lokasi-lokasi

penyimpanan sementara yang akan dilewati.

3. Inhouse atau outsource. Memilih memiliki dan membangun sendiri armada

transportasi atau menggunakan layanan jasa perusahaan transportasi.

Page 10: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

16

D. Informasi

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p52), informasi merupakan data dan analisis

yang berkaitan dengan fasilitas, persediaan, transportasi dan konsumen di sepanjang

supply chain. Informasi secara potensial adalah pendorong kinerja terbesar di supply

chain karena secara langsung mempengaruhi pendorong lainnya. Informasi

memungkinkan manajemen mengambil peluang untuk membuat supply chain makin

responsif dan efisien.

Komponen-komponen dari informasi yang harus dianalisis oleh perusahaan

menurut Chopra dan Meindl (2004, pp62-64) dijelaskan sebagai berikut:

1. Push versus Pull, menentukan tipe sistem yang dilayani oleh informasi apakah

jenis tarik atau dorong. Sistem dorong (push) umumnya memerlukan informasi

dalam bentuk dari sistem MRP (Material Requirement Planning) untuk

membawa jadwal produksi dan mengirimkannya kembali, menciptakan jadwal-

jadwal untuk pemasok-pemasok dengan jenis, kuantitas, dan tanggal pengiriman

dari bagian tertentu. Sistem tarik (pull) memerlukan informasi tentang

permintaan aktual untuk ditransmisikan dengan sangat cepat di sepanjang rantai

sehingga produksi dan distribusi dari bagian-bagian dan produk—produk dapat

secara akurat mewakili permintaan aktual.

2. Koordinasi dan pembagian informasi. Manajer harus memikirkan bagaimana

menciptakan koordinasi di dalam supply chain dan berbagi informasi dengan

pihak-pihak lain di sepanjang rantai supply chain.

3. Peramalan dan perencanaan agregat. Memutuskan bagaimana meramalkan

penjualan dan kondisi pasar di masa mendatang, dan sampai sejauh mana

mendasarkan keputusan pada ramalan-ramalan tersebut. Kemudian perusahaan

Page 11: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

17

perlu membuat perencanaan aktivitas-aktivitas (agregat) untuk memenuhi

ramalan permintaan tersebut.

4. Manajemen harga dan pendapatan. Menentukan harga jual yang tepat, dan

pembedaan harga untuk segmen-segmen konsumen yang beragam dan dari

waktu ke waktu.

5. Teknologi penunjang. Memutuskan memakai teknologi apa dan bagaimana

mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam perusahaan dan mitra-mitra bisnis

perusahaan. Beberapa teknologi yang patut dipertimbangkan antara lain: EDI

(Electronic Data Interchange), Internet, ERP (Enterprise Resource Planning)

dan software SCM.

2.1.3.4 Proses Makro Supply Chain Management

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p17) semua proses supply chain dalam

sebuah organisasi dapat diklarifikasikan ke dalam tiga proses makro berikut, seperti

terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Proses Makro Supply Chain Sumber: Chopra dan Meindl, 2004, p17

Pemasok Perusahaan Konsumen SRM ISCM CRM

Source Strategic

Planning Market

Negotiate Demand

Planning Sell

Buy Supply

Planning Call Center Design

Collaboration Fulfillment Order

Management Supply

Collaboration Field Service

Ketiga proses makro tersebut adalah:

Page 12: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

18

1. CRM (Customer Relationship Management), proses makro ini terdiri atas

semua proses yang memusatkan untuk membangun penghubung antara

organisasi dengan konsumen-konsumennya. Proses makro CRM bertujuan

untuk mengelola pesanan pelanggan dan memfasilitasi pemesanan dan

pelacakan pesanan.

2. ISCM (Internal Supply Chain Management), proses makro ini terdiri atas

proses-proses internal perusahaan yang bertujuan untuk memenuhi pesanan

yang dihasilkan oleh proses CRM dalam waktu yang tepat dan dengan biaya

serendah mungkin.

3. SRM (Supplier Relationship Management), proses makro jenis ini

memusatkan pada penghubung antara organisasi dengan pemasok-

pemasoknya. Proses makro SRM mempunyai tujuan untuk mengatur dan

mengelola sumber-sumber pasokan untuk bermacam-macam barang dan

layanan.

2.1.3.5 Fase Keputusan dalam Supply Chain Management

SCM yang sukses memerlukan banyak keputusan-keputusan berkaitan dengan

aliran informasi, produk, dan dana.

Chopra dan Meindl (2004, pp7-8) membagi keputusan-keputusan tersebut ke

dalam tiga fase, tergantung pada frekuensi dari tiap keputusan dan rentang waktu

dampak keputusan tersebut, yakni:

1. Rancangan atau Strategi Supply Chain

Selama fase ini, perusahaan memutuskan bagaimana menstrukturkan supply

chainnya selama beberapa tahun ke depan. Perusahaan memutuskan bagaimana

Page 13: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

19

konfigurasi supply chain nanti, bagaimana sumber daya akan dialokasikan, dan

proses-proses apa saja yang akan dilakukan pada tiap tahap. Keputusan-keputusan

strategis yang dibuat perusahaan mencakup lokasi dan kapasitas dari fasilitas

produksi dan pergudangan, produk-produk yang dibuat atau disimpan pada lokasi-

lokasi berbeda, metode transportasi yang disediakan untuk jalur pengiriman yang

berbeda-beda, dan tipe sistem informasi yang harus digunakan.

2. Perencanaan Supply Chain

Untuk keputusan-keputusan yang dibuat selama fase ini, rentang waktunya

berkisar antara per kuartal atau per tahun. Karena itu, konfigurasi supply chain yang

ditentukan di fase strategis tidak dapat berubah. Konfigurasi ini menciptakan

batasan-batasan dimana perencanaan harus dilakukan. Perusahaan memulai fase

perencanaan dengan peramalan untuk tahun mendatang (atau sebuah rentang waktu

sebanding) dari permintaan pada pasar-pasar yang berbeda. Perencanaan mencakup

keputusan-keputusan menyangkut pasar mana yang akan dipasok dari lokasi mana,

sub-kontrak dari manufaktur, kebijakan-kebijakan persediaan yang harus diikuti, dan

penetapan waktu dan ukuran dari promosi pemasaran.

3. Operasi Supply Chain

Horizon waktu pada fase ini adalah mingguan atau harian, dan selama fase ini

perusahaan membuat keputusan-keputusan menyangkut pesanan-pesanan individu

konsumen. Pada tingkat operasional, konfigurasi supply chain dianggap sudah tetap

dan kebijakan perencanaan sudah didefinisikan. Tujuan dari operasi supply chain

adalah untuk menangani pesanan konsumen yang datang dengan praktik terbaik.

Selama fase ini, perusahaan mengalokasikan persediaan atau produksi untuk pesanan

individu, menetapkan tanggal dimana pesanan akan dipenuhi, membuat daftar

Page 14: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

20

pengambilan dari gudang, mengalokasikan pesanan ke pengiriman dan cara

pengiriman khusus, mengatur jadwal pengiriman oleh truk-truk, dan menempatkan

pesanan-pesanan pengiriman persediaan kembali. Dengan batasan-batasan yang

dibangun oleh konfigurasi dan kebijakan perencanaan, tujuan selama fase operasi ini

adalah untuk mengeksploitasi pengurangan dari ketidakpastian dan mengoptimalkan

kinerja.

2.1.3.6 Penghambat Supply Chain Management

Chopra dan Meindl (2004, pp64-66) menjelaskan beberapa hambatan yang dapat

terjadi ketika menentukan keseimbangan dalam spektrum ketanggapan. Hambatan-

hambatan ini juga menawarkan peluang untuk meningkatkan SCM. Adapun

hambatan tersebut adalah:

1. Peningkatan keragaman produk, peningkatan dalam variasi produk menambah

kerumitan supply chain dengan membuat peramalan dan pemenuhan

permintaan menjadi lebih sulit. Peningkatan variasi cenderung meningkatkan

ketidakpastian, dan ketidakpastian seringkali menghasilkan peningkatan biaya

dan penurunan ketanggapan di dalam supply chain.

2. Penurunan daur hidup produk, menempatkan tekanan tambahan pada supply

chain untuk berkoordinasi dan menciptakan kecocokan yang baik antara

supply dan demand.

3. Konsumen yang semakin menuntut, yang semakin menuntut peningkatan

kinerja dalam waktu tunggu pengiriman, biaya, dan kinerja produk.

4. Fragmentasi dari kepemilikan di dalam supply chain, yang menyulitkan

koordinasi karena mempunyai kebijakan dan kepentingan masing-masing.

Page 15: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

21

5. Globalisasi, yang memungkinkan mempunyai jaringan supply chain secara

global dan juga menciptakan ancaman dari meningkatnya kompetisi.

6. Kesulitan dalam menerapkan strategi-strategi baru, karena pelaksanaan teknis

yang sulit.

2.2 Konsep Sistem Informasi

2.2.1 Sistem Informasi

2.2.1.1 Pengertian Sistem

Menurut McLeod dan Schell (2004) sistem adalah sekelompok elemen-elemen

yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Suatu

organisasi seperti perusahaan atau suatu area fungsional cocok dengan definisi ini.

Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya, dan bekerja menuju tercapainya suatu

tujuan tertentu yang telah ditentukan oleh pimpinan atau pihak manajemen.

Menurut O’brien (2004, p8), sistem merupakan satu kumpulan dari elemen-

elemen yang berkaitan atau berinteraksi yang membentuk suatu kesatuan. Konsep

yang lebih sesuai untuk bidang sistem informasi mengartikan sistem sebagai sebuah

kumpulan dari komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain, bekerja bersama

menuju ke satu tujuan dengan menerima masukan-masukan dan menghasilkan

output dalam sebuah proses transformasi yang terorganisasi. Sistem seperti ini

mempunyai tiga komponen atau fungsi dasar yang saling berinteraksi: input, proses,

dan output.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sekumpulan elemen-

elemen yang saling berhubungan dan bergantung satu sama lain, dimana seluruh

elemen tersebut terintegrasi untuk memenuhi tujuan yang sama.

Page 16: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

22

2.2.1.2 Pengertian Informasi

Laudon dan Laudon (2003, p7) menjelaskan pengertian dasar dari data dan

informasi. Data adalah aliran-aliran dari fakta-fakta mentah yang mewakili

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam organisasi-organisasi atau pada lingkungan

sekitar sebelum mereka diorganisasikan dan diatur ke dalam sebuah bentuk yang

dapat dimengerti dan digunakan oleh orang-orang. Informasi didefinisikan sebagai

data yang telah dibentuk ke dalam sebuah bentuk yang berarti dan berguna untuk

manusia.

Dalam konteks sistem, suatu informasi merupakan data yang mempunyai arti

dan berguna bagi pengguna (user) atau pihak yang mengaksesnya.

2.2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Whitten et al (2004, p8), sistem informasi adalah sekumpulan

manusia, data, proses, presentasi informasi, dan teknologi informasi yang

berinteraksi satu sama lain untuk mendukung dan meningkatkan pekerjaan

operasional bisnis sehari-hari dan juga mendukung kebutuhan user dan manajemen

dalam hal pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sistem informasi juga

membantu para manajer dan karyawan untuk menganalisis masalah,

memvisualisasikan hal-hal kompleks, dan mendukung proses pengambilan

keputusan seperti menciptakan produk baru.

2.2.1.4 Peran Utama Sistem Informasi

O’brien (2005, p8) mengemukakan bahwa sistem informasi mempunyai tiga peran

penting dalam sebuah aplikasi bisnis, yaitu:

Page 17: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

23

- Mendukung proses bisnis dan kegiatan operasional (bagi staff operasional).

- Mendukung pengambilan keputusan dari manajer dan karyawan (bagi

manajemen menengah).

- Mendukung pengambilan strategi untuk keunggulan kompetitif (bagi manajemen

tingkat atas).

Gambar 2.3 menunjukkan hirarki dari ketiga peran penting tersebut.

Gambar 2.3: Tiga peran utama sistem informasi untuk aplikasi bisnis

2.2.2 e-Business

2.2.2.1 Pengertian e-Business

IBM (Amor, 2002, p8) mendefinisikan e-Business sebagai sebuah pendekatan

yang aman, fleksibel, dan terintegrasi untuk mengantarkan nilai-nilai bisnis yang

berbeda dengan menggabungkan sistem dan proses yang menjalankan inti operasi

bisnis dengan kesederhanaan dan memungkinkan untuk dijangkau dengan teknologi

internet.

Support business process and operations

Support business decision making

Support strategies for competitive advantage

Page 18: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

24

Sedangkan Kalakota, seperti yang tertulis pada buku Chaudhury dan Kuilboer

(2002, p31) berpendapat bahwa e-Business lebih merupakan sebuah peleburan rumit

dari proses-proses bisnis, aplikasi-aplikasi perusahaan, dan struktur organisasi yang

diperlukan untuk menciptakan sebuah model bisnis yang berkinerja tinggi.

Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa e-Business adalah suatu

metode untuk memaksimalkan operasi bisnis dengan cara menggabungkan elemen-

elemen bisnis tradisional dengan internet serta teknologi pendukung lainnya.

2.2.2.2 Komponen e-Business

Menurut Chaudhury dan Kuilboer (2002, p30), aktivitas-aktivitas e-Business

dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu: Supply Chain Management,

Enterprise Management, dan Customer Management, seperti terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Pengelompokan Aktivitas e-Business Sumber: Chaudhury dan Kuilboer, 2002, p30.

Supply Chain Management Enterprise Management Customer Management * Logistic * Finance and Administration * Sales Channel * Distribution Planning * Operation Planning and Execution * Marketing Automation * Demand Planning and Forecasting * Procurement

* Customer Relationship Management

* Warehouse Management * Human Resource * Personalization * Product Development * Inventory Management

* Research and Development

2.2.3 e-Supply Chain Management (e-SCM)

2.2.3.1 Konsep e-SCM

Kalakota dan Robinson (2001, p280) menjelaskan bahwa SCM telah

berkembang dari masa ke masa dengan tujuan utama untuk integrasi antar

perusahaan. Gambar 2.3 menunjukkan perkembangan SCM mulai dari model

Page 19: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

25

terpusat pada perusahaan saat ini, seperti model Nabisco pada industri makanan, ke

model berorientasi kemitraan yang lebih kolaboratif seperti model continuous-

replenishment milik Procter&Gamble (P&G) dan Wal-Mart di industri barang-

barang paket konsumsi. Perusahaan-perusahaan pemimpin puncak seperti Intel dan

Dell dalam industri teknologi tinggi (high-technology) telah maju lebih jauh dengan

menciptakan sebuah model rantai suplai (supply chain) yang singkat dengan

kemampuan mass-customization dan customer-direct.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p282) terdapat tiga tipe supply chain

yang dapat digunakan perusahaan untuk memenangkan persaingan, yakni:

1. Responsive Supply Chain

Rantai suplai yang responsif secara cepat dan akurat merespon kebutuhan-

kebutuhan konsumen. Available to Promise (ATP) adalah salah satu fitur utama dari

ketanggapan supply chain jenis ini. Bisnis berorientasi konsumen perlu untuk

mengetahui sumber-sumber bahan baku produk, produksi, dan distribusi yang

tersedia sebelum mereka dapat menjanjikan sebuah tanggal pengiriman kepada

konsumen. Sistem ATP menyediakan pengecekan terintegrasi real-time di sepanjang

supply chain. ATP dapat membantu menentukan ekspektasi pemesanan-pengiriman

setelah perusahaan menerima pesanan dan membantu pesanan bertindak berdasarkan

ekspektasi- ekspektasi tersebut.

2. Adaptive Supply Chain

Rantai suplai yang adaptif dapat secara tepat dikonfigurasi ulang untuk

beradaptasi terhadap permintaan konsumen. Mereka membantu perusahaan untuk

bersaing dengan mempercepat tingkat dimana perusahaan mengenali dan

menanggapi perubahan kondisi bisnis dan kebutuhan-kebutuhan konsumen.

Page 20: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

26

3. Intelligent Supply chain

Rantai suplai yang pintar bersifat dinamis, tidak statik, dan terus menerus

diperbaiki untuk berkinerja dengan baik. Rantai suplai jenis ini dibentuk secara cepat

ketika perusahaan melihat sedikit perubahan terhadap kinerja rantai lainnya.

Adaptasi menunjukkan bahwa rantai-rantai dibentuk dan dibentuk ulang dalam usaha

untuk menguatkan hubungan-hubungan lemah di rantai jaringan tersebut.

2.2.3.2 Aplikasi e-SCM

Kalakota dan Robinson (2001, p283) menjelaskan SCM sebagai sebuah kerangka

bisnis yang terdiri atas beragam aplikasi yang dapat dibagi ke dalam dua kelompok

aplikasi yakni Supply Chain Planning (SCP), dan Supply Chain Execution (SCE).

Aplikasi-aplikasi SCP mengintegrasikan fungsi-fungsi perencanaan seperti

peramalan permintaan, simulasi persediaan, distribusi, transportasi, serta

perencanaan dan penjadwalan produksi. Software perencanaan kualitas

meningkatkan akurasi peramalan, mengoptimalkan penjadwalan produksi,

mengurangi persediaan dan biaya transportasi, mengurangi waktu siklus pemesanan,

dan meningkatkan layanan konsumen.

Sedangkan aplikasi-aplikasi SCE mengintegrasikan fungsi-fungsi eksekusi

seperti proses pengadaan barang, manufaktur, dan distribusi produk lewat supply

chain. Aplikasi-aplikasi Supply Chain Execution mengelola aliran produk-produk

lewat pusat distribusi dan pergudangan dan memastikan bahwa produk diantar ke

lokasi yang tepat menggunakan alternatif transportasi terbaik yang ada.

Kalakota dan Robinson (2001, p285) mengemukakan bahwa Supply Chain

Execution merupakan proses memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik konsumen

Page 21: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

27

untuk barang dan layanan-layanan bernilai tambah dengan tindakan yang tepat

waktu, efisien, dan cost-effective.

Aplikasi-aplikasi SCE memusatkan pada manajemen yang efektif dari operasi

pergudangan dan transportasi, dan integrasi keduanya dengan sistem perencanaan

dan aplikasi software perusahaan lainnya. Aplikasi Supply Chain Execution

mengotomatisasikan fungsi-fungsi perencanaan pesanan, produksi, replenishment,

dan distribusi.

2.3 Metode Analisis Data

2.3.1 Model Rantai Nilai Porter (Porter’s Value Chain)

Konsep analisis value chain dapat dijelaskan oleh penuturan Porter (Ward dan

Peppard, 2002, p264) sebagai berikut: “Setiap perusahaan terdiri dari sekumpulan

aktivitas yang dilakukan bertujuan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan,

mengirimkan dan mendukung produk/jasa mereka. Seluruh nilai dari aktivitas-

aktivitas ini dapat diwakilkan menggunakan value chain. Value chain hanya dapat

dimengerti dalam konteks unit bisnis”. Contoh value chain dapat ditemukan pada

Gambar 2.4. Tujuan dari analisis value chain adalah untuk menentukan nilai dan

meningkatkan operasi sebuah perusahaan, untuk memisahkan “apa” yang perusahaan

lakukan dari “bagaimana” hal tersebut dilakukan. Secara historis, seharusnya sistem

informasi yang dibuat atau dimiliki perusahaan sudah pasti berasal dari kebutuhan

organisasi tersebut.

Pendekatan value chain pertama-tama akan membedakan antara dua aktivitas

bisnis, yakni:

Page 22: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

28

1. Primary activities – aktivitas yang dapat memenuhi perannya dalam industri

value chain dalam memuaskan konsumennya, yang harus dapat melihat efek

langsung dari bagaimana aktivitas tersebut akan dijalankan. Tidak hanya cukup

dengan setiap aktivitas berjalan dengan baik, tetapi mereka juga harus terhubung

bersama untuk dapat mencapai optimalisasi performa bisnis.

2. Support activities – aktivitas yang perlu untuk mengendalikan dan

mengembangkan bisnis dari waktu ke waktu dan menambahkan value secara

tidak langsung – value tersebut akan terasa melalui kesuksesan dari primary

activities.

Setiap aktivitas dari kedua aktivitas bisnis diatas akan menambah value dalam

hal menciptakan produk / jasa yang membuahkan keuntungan dari konsumen atau

menambah aktivitas value added untuk dikoordinasikan dan meyakinkan bahwa

value tersebut telah ditambahkan dengan biaya yang dapat diterima.

Model tradisional value chain:

Porter mengklasifikasikan primary activities menjadi lima kelompok yang berurutan

dimulai dari supplier dan berakhir di konsumen.

1. Inbound Logistics – mendapatkan, menerima, menyimpan dan menyediakan

kunci input dan sumber daya pada kualitas dan kuantitas yang tepat untuk

keperluan bisnis. Termasuk di dalamnya perekrutan staff, pembelian material,

komponen dan servis dan berurusan dengan sub-kontraktor dan mendapatkan

perlengkapan.

2. Operations – mengubah input menjadi produk atau layanan yang dibutuhkan

oleh konsumen. Termasuk didalamnya membawa sumber daya dan material

Page 23: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

29

bersama untuk membuat produk (misalnya membuat mobil) atau menyediakan

layanan (misalnya bank).

3. Outbound Logistics – mendistribusikan produk kepada konsumen baik secara

langsung maupun tak langsung melalui jalur distribusi, sehingga konsumen dapat

mendapatkan produk / jasa dan membayarnya dengan harga yang layak.

4. Sales and Marketing – menyediakan cara agar konsumen dan pelanggan menjadi

aware terhadap produk / jasa dan bagaimana mereka dapat memperolehnya,

termasuk bagaimana cara mereka dapat membeli atau menggunakan produk /

jasa tersebut.

5. Services – menambahkan value dengan cara meyakinkan bahwa konsumen

mendapatkan keuntungan maksimum dari produk yang telah dibeli.

Struktur value chain diatas cocok untuk perusahaan manufaktur, namun tidak

tertutup kemungkinan untuk dapat digunakan di bisnis lain.

Kesuksesan sebuah perusahaan bergantung pada bagaimana performa

perusahaan tersebut pada primary activities. Hal tersebut akan menentukan berapa

value yang diperoleh dan berapa biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut, sehingga

dapat ditentukan margin keuntungan perusahaan.

Kegunaan analisis value chain:

- Dapat menggambarkan aliran informasi yang mengalir dalam industri dan

menentukan seberapa kritis kah informasi tersebut bagi industri yang

bersangkutan dan kesuksesan dari perusahaan yang berada didalamnya, dengan

cara menentukan kapan dan dimana informasi tersebut tersedia, siapa yang

memiliki informasi, dan bagaimana informasi tersebut dapat didapatkan dan

diubah menjadi keuntungan perusahaan.

Page 24: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

30

- Informasi yang dapat dipertukarkan dengan konsumen dan supplier sepanjang

rantai untuk meningkatkan performa dari bisnis atau menimbulkan peningkatan

performa secara mutual dengan cara membagi/sharing keuntungan.

- Seberapa efektif aliran informasi mengalir melalui proses utama dan digunakan

oleh mereka:

a. Oleh setiap aktivitas untuk meningkatkan performa.

b. Untuk menghubungkan aktivitas tersebut bersama-sama dan menghindari

biaya dan penyia-nyiaan peluang yang tidak perlu.

c. Untuk memungkinkan aktivitas pendukung untuk menyumbang terhadap

proses yang menambah value, bukan merintangi mereka.

Gambar 2.4: Contoh value chain perusahaan manufaktur Sumber: Ward dan Peppard (2002, p265)

Page 25: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

31

2.3.2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter (Porter’s Five Competitive

Forces)

Porter (Pearce dan Robinson, 2000, p85) mengemukakan suatu kerangka kerja

analisis yang membantu mendiagnosa seberapa kuat dan penting kekuatan-kekuatan

yang mempengaruhi tekanan persaingan dalam suatu industri terhadap suatu

perusahaan. Alat analisis ini kini dikenal dengan nama ”Porter’s Five Forces

Analysis”, yang sangat terkenal dan banyak digunakan praktisi ekonomi hingga

sekarang untuk menentukan tingkat persaingan di dalam suatu industri.

Porter menjelaskan bahwa pada dasarnya tekanan persaingan di dalam industri

dapat dilihat sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari lima kekuatan, yaitu:

persaingan antara perusahaan sejenis, ancaman potensial dari pendatang baru,

ancaman potensial dari adanya produk substitusi, kekuatan tawar-menawar dari

pemasok, dan kekuatan tawar-menawar dari pelanggan.

A. Ancaman pendatang baru (Threat of New Entrance)

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri akan tergantung dari besar

atau kecilnya hambatan masuk yang ada. Jika hambatan ini besar maka ancaman

masuknya pendatang baru akan rendah. Hambatan-hambatan itu merupakan situasi

dan kondisi yang membatasi perusahaan dalam memperoleh jalan masuk ke dalam

suatu industri.

Ada tujuh sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu:

1. Skala ekonomi

2. Diferensiasi produk

3. Kebutuhan modal

4. Biaya beralih pemasok (switching cost)

Page 26: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

32

5. Akses ke saluran distribusi

6. Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi (cost

advantages independent scale)

7. Kebijakan pemerintah

B. Daya tawar pemasok (Bargaining Power of Suppliers)

Daya tawar pemasok kuat jika:

1. Didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar dan lebih terkonsentrasi

daripada industri yang menjadi pembeli mereka.

2. Produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli.

3. Pembeli bukan konsumen penting bagi pemasok.

4. Produk pemasok penting bagi pembeli.

5. Efektivitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan (switching cost)

yang tinggi bila beralih ke pemasok lain.

6. Pemasok merupakan ancaman serius bila berintegrasi ke depan (forward

integration) ke arah pembeli, atau dengan kata lain bila pemasok bergabung

dengan pembeli.

C. Daya tawar pembeli (Bargaining Power of Buyers)

Daya tawar pembeli kuat jika:

1. Membeli sejumlah besar hasil industri

2. Produk yang dibeli dari suatu industri merupakan suatu komponen yang

signifikan dari biaya produksi pembeli, sebagai contoh: perusahaan

memproduksi barang A, B, dan C, tetapi keuntungan terbesar atau mayoritas

keuntungan yang diperoleh perusahaan berasal dari barang A, sehingga

konsumen pembeli barang A memiliki daya tawar yang kuat.

Page 27: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

33

3. Produk pemasok tidak eksklusif atau standar dan memiliki ancaman kuat

untuk berintegrasi ke belakang industri pemasok.

4. Biaya switching cost rendah untuk pindah ke pemasok lain.

D. Ancaman produk substitusi (Threat of Substitute Product)

Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-produk

yang:

1. Harganya cenderung menjadi semakin murah dibandingkan dengan produk

yang dihasilkan perusahaan.

2. Dihasilkan oleh industri yang berskala besar dan sangat menguntungkan.

E. Persaingan antar perusahaan sejenis (Rivalry among existing firms)

Tingginya tingkat persaingan antar pesaing di dalam suatu industri merupakan

akibat dari:

1. Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang.

2. Pertumbuhan industri yang lamban.

3. Biaya tetap yang tinggi.

4. Ketiadaan diferensiasi.

5. Penambahan kapasitas dalam jumlah besar.

6. Pesaing yang beragam.

7. Taruhan strategis yang besar.

8. Hambatan pengunduran diri yang tinggi.

Menurut Porter (Wheelen dan Hunger, 2006, p82), “kekuatan kolektif dari semua

elemen-elemen ini sangat menentukan potensi keuntungan suatu perusahaan dalam

sebuah industri, dimana potensi keuntungan diukur dengan pengembalian jangka

panjang dari investasi modal.” (Gambar 2.5).

Page 28: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

34

Itu berarti dalam menganalisis industri, sebuah perusahaan haruslah mengerti dan

memahami betapa pentingnya kesuksesan dari enam elemen: ancaman pendatang

baru, persaingan antara perusahaan sejenis, ancaman produk pengganti, daya tawar

pembeli, daya tawar penjual, dan kekuatan relatif dari para pemegang saham lainnya.

Makin kuat elemen-elemen ini, maka makin terbatas pula kemampuan perusahaan

untuk meningkatkan harga dan menambah keuntungan. Walaupun Porter hanya

menulis lima elemen kekuatan saja, akan tetapi para pemegang saham sebagai elemen

keenam kemudian ditambahkan oleh Wheelen dan Hunger (2006, p83) untuk

mencerminkan kekuatan dari pemerintah, komunitas lokal, dan kelompok-kelompok

lain yang berhubungan dengan aktivitas industri.

Gambar 2.5: Porter’s Five Competitive Forces Sumber: Wheelen dan Hunger (2006, p81)

Supplier Power

Buyer Power

Threat of New Entry

Threat of Substitution

Competitive Rivalry

Page 29: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

35

2.3.3 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Menurut Kotler (2003, p102) analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap

keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini dibagi ke dalam

dua bagian yaitu analisis lingkungan eksternal (terdiri dari peluang dan ancaman) dan

analisis lingkungan internal (terdiri dari kekuatan dan kelemahan).

Senada dengan Kotler, menurut Pearce dan Robinson (2000, p202-204), analisis

SWOT adalah analisis yang berdasarkan pada anggapan bahwa suatu strategi yang

efektif berasal dari sumber daya internal suatu perusahaan (Strengths dan

Weaknesses), dan sumber daya eksternal suatu perusahaan (Opportunities dan

Threats).

1. Strength (Kekuatan)

Adalah suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan

kebutuhan dari pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan.

Pengertian lain adalah kekuasaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan

dibandingkan dengan pesaing.

2. Weakness (Kelemahan)

Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan

kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif perusahaan.

Keterbatasan dalam fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen,

keterampilan pemasaran merupakan sumber dari kelemahan.

3. Opportunity (Peluang)

Adalah suatu daerah kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi

secara menguntungkan dan untuk merebut lebih banyak konsumen dibandingkan

dengan para pesaing.

Page 30: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

36

4. Threat (Ancaman)

Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan dari para

pesaing dalam merebut konsumen.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan

analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya analisis SWOT sering digunakan

sebagai kerangka kerja/paduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi

perusahaan.

Kegunaan Analisis SWOT adalah:

1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sendiri dalam rangka menyusun

strategi bersaing.

2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam rangka memenangkan

persaingan.

3. Informasi dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan sebagai bahan

dasar untuk melakukan pengembangan ataupun investasi baru.

4. Hasil analisis internal dan eksternal yang akurat sebagai acuan untuk

pengambilan keputusan meneruskan atau memberhentikan satu divisi usaha

(untuk perusahaan multibisnis).

5. Semua hasil analisis dapat digunakan sebagai bahan perencanaan membuat

rencana bisnis (business plan), action plan bisnis (berkaitan dengan tugas

konsultan bisnis).

2.3.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Menurut Rangkuti (2006, p24), setelah faktor-faktor strategis internal suatu

perusahaan diidentifikasi, suatu tabel IFE (Internal Factor Evaluation) disusun untuk

Page 31: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

37

merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength dan

Weakness perusahaan. Tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam

kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1.0 (paling penting)

sampai 0.0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap

posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh

melebihi skor total 1.00)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh

faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang

bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai

dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan dengan rata-rata

industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif diisi

kebalikannya. Contohnya apabila kelemahan perusahaan besar sekali

dibandingkan dengan rata-rata perusahaan pesaing dalam suatu industri maka

nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata

industri maka nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4.0 (outstanding)

sampai dengan 1.0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

Page 32: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

38

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini

dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

2.3.5 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Menurut Rangkuti (2006, p22), setelah faktor-faktor strategis eksternal suatu

perusahaan diidentifikasi, suatu tabel EFE (External Factor Evaluation) disusun

untuk merumuskan faktor-faktor strategis eksternal tersebut dalam kerangka

Opportunity dan Threat perusahaan. Tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman)

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1.0 (sangat penting)

sampai dengan 0.0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat

memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan

skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh

faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai

rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi

rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating

ancaman adalah kebalikannya. Sehingga jika nilai ancamannya sangat besar,

nilainya adalah 1. Sebaliknya jika nilai ancamannya kecil maka nilainya 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

Page 33: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

39

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4.0 (outstanding)

sampai dengan 1.0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan

ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

2.3.6 Model Matriks Internal Eksternal (IE)

Menurut Rangkuti (2006, p42), Matriks Internal Eksternal ini dikembangkan

dari model General Electric (GE Model). Parameter yang digunakan meliputi

parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi.

Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat

korporat secara lebih detail. Contoh diagram matriks IE dapat dilihat pada Gambar

2.6.

Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan,

tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi

umum, yaitu:

a. Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2,

dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).

b. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi

yang telah ditetapkan.

Page 34: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

40

c. Retrenchment Strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau

mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.

Kekuatan Internal Bisnis Tinggi Rata-rata Lemah

Day

a Ta

rik

Indu

stri

1 2 3

Tinggi

GROWTH GROWTH RETRENCHMENT

Konsentrasi melalui integrasi vertikal

Konsentrasi melalui integrasi horizontal

Turnaround

4 5 6

Rata-rata

STABILITY GROWTH RETRENCHMENT

Konsentrasi melalui integrasi vertikal

Konsentrasi melalui integrasi vertikal

Konsentrasi melalui integrasi vertikal

STABILITY

Tak ada perubahan profit strategi

7 8 9

Lemah

GROWTH GROWTH GROWTH

Diversifikasi Konsentrik

Diversifikasi Konglomerat

Bangkrut atau Likuidasi

Gambar 2.6: Matriks Internal Eksternal Sumber: Rangkuti (2006, p42)

2.3.7 Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2006, p31), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara

jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat

menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

Page 35: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

41

Tabel 2.4: Matriks SWOT Sumber: Rangkuti (2006, p31)

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O)

Strategi SO Strategi WO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Threats (T)

Strategi ST Strategi WT

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang meminimalkan dan menghindari ancaman

Berikut ini adalah keterangan dari Tabel 2.4 matriks SWOT diatas:

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan serta menghindari ancaman yang ada.

Page 36: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

42

2.3.8 Matriks QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix)

Menurut David (2001, p309) selain membuat peringkat strategi untuk

memperoleh daftar prioritas hanya ada satu teknik analisis dalam literatur yang

dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang dapat

dijalankan. Teknik tersebut adalah ”Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif” /

Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) yang merupakan tahap 3 dari

kerangka analitis perumusan strategi. Teknik tersebut secara objektif menunjukkan

pilihan strategi alternatif yang terbaik. QSPM menggunakan masukan dari analisis

tahap 1 dan hasil-hasil pencocokan dari analisis tahap 2 untuk memutuskan secara

objektif strategi alternatif yang dapat dijalankan, yaitu matriks EFE, IFE, dan CPM

yang menyusun tahap 1, digabungkan dengan matriks TOWS, matriks SPACE,

matriks BCG, matriks IE dan matriks Grand Strategy yang menyusun tahap 2, untuk

memperoleh informasi yang diperlukan dalam menyusun QSPM. QSPM adalah alat

yang membuat para perencana strategi dapat menilai secara objektif strategi

alternatif yang dapat dijalankan, didasarkan atas faktor-faktor keberhasilan kritis

eksternal dan internal yang telah dikenali terlebih dahulu. Sebagaimana alat-alat

analitis perumusan strategi yang lain, QSPM juga memerlukan penilaian intuitif

yang baik. Format dasar dari QSPM digambarkan pada Tabel 2.5.

Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari tahap 2,

tetapi tidak semua strategi yang disarankan dalam teknik pencocokan (tahap 2) harus

dievaluasi dalam QSPM. Penyusun strategi harus menggunakan penilaian intuitif

yang tepat untuk memilih strategi yang akan dimasukkan dalam QSPM.

Page 37: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

43

Tabel 2.5: Matriks QSPM Sumber: David ( 2001, p309)

Faktor Kunci

Bobot Strategi 1 Strategi 2

AS TAS AS TAS

Faktor Eksternal Kunci

Faktor Internal Kunci

Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal tersebut

dimanfaatkan / diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu

set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masing-masing

faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. Jumlah set alternatif strategi yang

dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi dalam satu set juga bisa

berapa saja, tetapi hanya strategi dalam satu set yang sama yang dapat dievaluasi

satu sama lain.

Langkah-langkah pembuatan matriks QSPM:

1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal

pada kolom kiri QSPM. Daftar ini identik dengan poin-poin yang terdapat

pada matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci

eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci intenal harus dimasukkan

dalam QSPM.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini

identik dengan yang ada pada matriks EFE dan IFE, dan dimasukkan dalam

Page 38: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

44

kolom bobot di sebelah kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan

internal.

3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi

yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Tuliskan

strategi-strategi tersebut pada baris Alternatif Strategi. Jika memungkinkan,

kelompokkan strategi ke dalam set yang independen.

4. Tentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS). AS didefinisikan

sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing

strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik (Attractiveness Scores-

AS) harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengindikasikan

daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan

mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk Nilai Daya Tarik

adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat

menarik. Berikan tanda minus jika faktor kunci tidak memiliki dampak

terhadap strategi.

5. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS). TAS

didefinisikan sebagai hasil dari pengalian bobot dengan nilai daya tarik

dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya

tarik retatif dari masing-masing alternatif strategi. Semakin tinggi total nilai

daya tarik, maka semakin menarik alternatif strategi tersebut (dengan hanya

mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci tersebut).

6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik. Tambahkan TAS dalam masing-

masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan TAS akan menentukan

strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih

Page 39: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

45

tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan

semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi

keputusan strategis.

2.3.9 Analisis Strategi Supply Chain

Chopra dan Meindl (2004, p53) mengemukakan sebuah kerangka kerja

pengambilan keputusan guna merancang sebuah supply chain yang tepat bagi

perusahaan. Kerangka kerja tersebut digambarkan pada Gambar 2.7:

Gambar 2.7: Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Supply Chain Sumber: Chopra dan Meindl, 2004, p53

Pengertian dari strategi supply chain menurut Chopra dan Meindl (2004, p29)

adalah aturan dari pembelian bahan baku, transportasi bahan baku ke dan dari

perusahaan, manufaktur produk atau operasi untuk menyediakan jasa, distribusi

produk ke konsumen, bersamaan dengan layanan purna jual. Keputusan mengenai

persediaan, transportasi, fasilitas operasi, dan aliran informasi di supply chain adalah

semua bagian dari strategi supply chain.

Strategi Kompetitif

Strategi Supply Chain

Fasilitas Persediaan Transportasi Informasi

Penggerak / Pendorong

Ketanggapan Efisiensi

Struktur Supply Chain

Page 40: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

46

2.3.10 Mencapai Kesesuaian Strategis (Strategic Fit)

Chopra dan Meindl (2004, p29) berpendapat bahwa kesesuaian strategis

(strategic fit) berarti strategi kompetitif dan strategi supply chain keduanya

mempunyai tujuan yang sama. Hal ini mengacu kepada konsistensi antara prioritas-

prioritas konsumen yang diharapkan oleh strategi kompetitif untuk dapat dipuaskan,

dan kemampuan supply chain yang direncanakan dibangun oleh strategi supply chain.

Terdapat tiga langkah dasar untuk mencapai kesesuaian strategis menurut Chopra

dan Meindl (2004, pp31-40), yaitu:

1. Mengerti konsumen dan ketidakpastian supply chain

Pertama-tama sebuah perusahaan harus mengerti kebutuhan-kebutuhan

konsumen untuk setiap segmen yang dituju dan ketidakpastian yang dihadapi

supply chain guna memuaskan kebutuhan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan ini

membantu perusahaan menetapkan biaya yang diinginkan dan persyaratan

layanan. Ketidakpastian supply chain membantu perusahaan mengidentifikasi

dampak dari gangguan dari keterlambatan yang harus dipersiapkan oleh supply

chain.

Hal ini didukung oleh teori Chopra dan Meindl (2004, p31) yang menyatakan

bahwa untuk mengerti konsumennya, sebuah perusahaan harus

mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan dari segmen konsumen yang dilayani.

Secara umum, permintaan konsumen dari segmen-segmen berbeda mungkin

beragam dalam beberapa atribut berikut: kuantitas produk yang dibutuhkan

dalam tiap lot, waktu respon yang ditoleransi oleh konsumen, keragaman produk

yang dibutuhkan, layanan jasa yang dibutuhkan, harga dari produk, tingkat

inovasi yang diinginkan dari produk.

Page 41: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

47

Tujuan dari hal tersebut adalah untuk mengidentifikasi satu ukuran kunci

untuk menggabungkan semua atribut-atribut diatas. Ukuran tunggal ini kemudian

membantu mendefinisikan apa yang harus dilakukan dengan baik oleh supply

chain.

Chopra dan Meindl (2004, p34) menyatakan bahwa ketidakpastian tersebut

dapat dipetakan ke dalam sebuah spektrum dari ketidakpastian dengan

menggabungkan ketidakpastian dari demand dan supply, seperti terlihat pada

Gambar 2.8.

2. Mengerti kapabilitas supply chain

Chopra dan Meindl (2004, p35) berpendapat bahwa terdapat hubungan antara

ketanggapan dan efisiensi dari sebuah supply chain.

Ketanggapan supply chain (supply chain responsiveness) meliputi

kemampuan sebuah supply chain untuk melakukan hal-hal berikut: tanggap

terhadap jangkauan yang luas dari kuantitas yang diminta, memenuhi waktu

tunggu (lead time) yang pendek, menangani variasi yang besar dari produk,

membuat produk-produk yang berinovasi tinggi, memenuhi tingkat layanan yang

sangat tinggi, dan menangani ketidakpastian supply.

Sedangkan efisiensi supply chain adalah biaya untuk membuat dan

mengantarkan produk kepada konsumen. Peningkatan dalam biaya merendahkan

efisiensi. Untuk setiap pilihan strategis untuk meningkatkan ketanggapan, ada

tambahan biaya-biaya yang merendahkan efisiensinya.

Page 42: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

48

Gambar 2.8: Spektrum Ketidakpastian Tersirat (Supply dan Demand) Sumber: Chopra dan Meindl, 2004, p34

Chopra dan Meindl (2004, p36) mengemukakan bahwa supply chain

mempunyai rentang mulai dari ”hanya berfokus menjadi tanggap” sampai kepada

”berfokus pada memproduksi” dan menyuplai pada biaya terendah. Gambar 2.9

memperlihatkan spektrum ketanggapan dan dimana beberapa supply chain

masuk di bagian tertentu dari spektrum tersebut.

3. Mencapai kesesuaian strategi

Langkah terakhir adalah untuk mencapai kesesuaian strategi dengan cara

memastikan bahwa apa yang telah dilakukan dengan baik oleh supply chain

konsisten dengan kebutuhan-kebutuhan konsumen dan ketidakpastian dari supply

chain. Derajat dari ketanggapan supply chain harus konsisten dengan

ketidakpastian yang tersirat. (Chopra dan Meindl, p37).

Spektrum Implied Uncertainty (Supply dan Demand)

Supply dan Demand dapat diperkirakan

Supply dan Demand yang sangat tidak pasti

Predictable Supply and Uncertain Demand

atau Uncertain Supply and Predictable Demand

atau Somewhat uncertain Supply and Demand

Garam pada sebuah supermarket

Model otomotif yang telah ada

Sebuah peralatan komunikasi baru

Page 43: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

49

Gambar 2.9: Spektrum Ketanggapan Sumber: Chopra dan Meindl, 2004, p36

Gambar 2.10: Peta Ketidakpastian/Ketanggapan Sumber: Chopra dan Meindl, 2004, p38

Mencari zona kesesuaian strategi

Supply Chain Responsif

Spektrum Ketanggapan

Supply Chain Efisien

Supply Chain Efisien

Spektrum Ketidakpastian

Tersirat

Permintaan Tidak Pasti

Zona Kesesuaian

Strategi

Spektrum Ketanggapan (Responsiveness)

Produksi kebanyakan

otomotif: Mengirimkan

variasi yang besar dari produk dalam beberapa minggu

Hanes apparel: Manufaktur

tradisional make-to-stock dengan waktu tunggu

produksi beberapa minggu

Pabrik baja terintegrasi:

Produk dijadwalkan

mingguan/bulanan sebelumnya

dengan sedikit perbedaan dan

fleksibilitas

Dell: Custom-made PC dan server

dalam beberapa hari

Sangat efisien Sedikit efisien Sedikit responsif Sangat responsif

Page 44: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

50

Untuk mencari zona kesesuaian strategi yang tepat antara kedua hal diatas,

digunakan peta ketidakpastian/ketanggapan yang ditunjukkan dengan Gambar

2.10.

Sebuah titik pada grafik ini mewakili kombinasi dari implied uncertainty dan

ketanggapan supply chain. Implied uncertainty mewakili kebutuhan-kebutuhan

konsumen atau posisi strategik perusahaan, dan kapabilitas dari sumber supply.

Ketanggapan supply chain mewakili strategi supply chain. Pertanyaan guna

mendapatkan titik pada kurva tersebut adalah: Kombinasi manakah dari implied

uncertainty dan ketanggapan supply chain yang dapat mencapai kesesuaian

strategi?

Untuk mencapai kesesuaian strategi yang lengkap, sebuah perusahaan harus

mempertimbangkan semua strategi fungsional di dalam rantai nilai (value chain);

perusahaan harus memastikan bahwa semua fungsi di dalam value chain

mempunyai strategi-strategi konsisten yang mendukung strategi kompetitif.

Semua strategi fungsional harus mendukung tujuan dari strategi

kompetitif dan semua substrategi di dalam supply chain seperti manufaktur,

persediaan, dan pembelian harus juga konsisten dengan tingkat ketanggapan

supply chain.

Page 45: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

51

2.4 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

2.4.1 Pengertian OOAD

2.4.1.1 Object

Pengertian object menurut McLeod dan Schell (2004, p144) adalah suatu entitas

fisik atau kejadian yang dijelaskan dalam bentuk data dan prosesnya. Objek

merupakan bagian konseptual dari sebuah sistem informasi, berisi data, tindakan

yang diambil mengenai data, dan relasi antar objek.

Menurut Lau (2001, p1) object merupakan suatu abstraksi dari suatu entitas fisik

atau benda yang berkenaan dengan konsep. Selain itu object juga mempunyai suatu

state dan suatu sifat identitas (identity).

Menurut Mathiassen et al (2000, p4) object merupakan suatu entitas yang

memiliki identity, state, dan behavior, pada dasarnya semua yang ada di dunia ini

adalah object.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa object merupakan bentuk fisik dari sebuah

class yang mempunyai identitas dan perilaku.

2.4.1.2 Object Oriented (OO)

OO atau orientasi objek merupakan suatu cara untuk melakukan pemodelan

sistem dengan berorientasikan pada object-object yang terlibat dalam sistem

tersebut. Beberapa keuntungan dari metode object oriented adalah:

1. Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir

semua fenomena yang ada di dunia dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum

(natural language)

Page 46: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

52

2. Dapat digunakan untuk mengembangkan sistem secara incremental, yaitu

menambahkan modul demi modul.

3. Memberikan informasi yang jelas tentang konteks dari sistem.

4. Mengurangi biaya perawatan dan pengembangan.

2.4.1.3 Object Oriented Analysis (OOA)

Menurut McLeod dan Schell (2004), analisis sistem adalah penelitian terhadap

sistem baru atau sistem yang sudah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang

baru atau diperbaharui.

Sedangkan menurut Laudon (2003, p136) analisis sistem adalah analisis

permasalahan dimana organisasi akan berusaha memecahkannya dengan sistem

organisasi.

Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah proses

memahami sistem dan masalah yang ada dengan tujuan mendapatkan gambaran

yang lebih jelas tentang permasalahan dan pilihan solusi yang ada untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

Menurut Whitten et al (2004, p430) definisi object-oriented analysis (OOA)

merupakan sebuah pendekatan untuk (1) mempelajari obyek-obyek yang ada untuk

melihat apakah mereka dapat digunakan kembali atau diadaptasikan untuk

penggunaan baru dan (2) untuk mendefinisikan obyek yang baru atau yang

dimodifikasi yang akan digabungkan dengan obyek yang ada ke dalam perhitungan

aplikasi bisnis yang berguna.

Menurut Mathiassen et al (2000, p13), analisis adalah aktivitas mengenai

persoalan yang diambil secara terpisah dan dijabarkan.

Page 47: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

53

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka OOA adalah merupakan suatu

analisis yang menekankan pada penemuan dan penjabaran object-object atau konsep-

konsep yang mana menguji kebutuhan-kebutuhan dari perspektif kelas dan

penemuan object-object dalam kamus problem domain. Pada analisis, para

pengembang menggunakan object untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan sistem.

2.4.1.4 Object Oriented Design (OOD)

Menurut McLeod dan Schell (2004), perancangan sistem adalah menentukan

proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru.

Menurut Laudon (2003, p318), perancangan sistem adalah menjelaskan

bagaimana sistem akan menemukan kebutuhan informasi yang ditentukan oleh

analisis sistem.

Menurut Mathiassen et al (2000, p13) design adalah aktivitas yang membangun

bagian yang telah dikenal disatukan dengan cara yang baru.

OOD mempunyai dua sifat penting, yaitu:

1. OOD menuntun kepada suatu object oriented decomposition.

2. OOD menggunakan metode yang berbeda untuk menyatakan perbedaan

model-model dari rancangan logika (kelas dan struktur object) dan fisik

(modul dan arsitektur proses) sebuah sistem, disamping aspek statis dan

dinamis suatu sistem.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah proses lanjutan dari

analisis sistem, dimana sistem menemukan kebutuhan yang diperlukan oleh sistem

baru dari proses yang umum ke khusus bertujuan untuk membuat sistem baru yang

lebih efektif dan efisien.

Page 48: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

54

2.4.1.5 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah metode untuk

menganalisis dan merancang sistem dengan pendekatan berorientasi object

(Mathiassen et al, 2000, p135).

Menurut Mathiassen et al (2000, p10), OOAD selalu dimulai dengan sebuah

arsitektur dasar yang mempunyai 3 (tiga) komponen, yaitu seperti yang digambarkan

pada gambar L1.1 di halaman Lampiran.

1. Model component (komponen model)

Komponen model mengandung suatu model dinamik dari suatu sistem

problem domain. Komponen model distrukturisasikan untuk menyetujui

tampilan user dari suatu problem domain, dan meng-update-nya ketika suatu

perubahan yang sangat penting terjadi.

2. Function component (komponen fungsi)

Komponen fungsi mempunyai fasilitas dimana user meng-update dan

menggunakan model komponen.

3. Interface component (komponen tampilan)

Komponen tampilan merangkaikan suatu sistem ke konteks itu sendiri

melalui dua jalan yaitu:

1. User interface yang mencakup monitor dengan teks dan grafik, hasil print-

out, dan fasilitas lain yang mengizinkan user mengaktifkan fungsi sistem.

2. System interface yang secara langsung terhubung dengan sistem teknikal

yang lain, seperti radar dan sensor.

Menurut Mathiassen et al (2000, p12) perspektif-perspektif tersebut terhubung

dengan aktivitas utama OOAD, yaitu: problem domain analysis, application domain

Page 49: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

55

analysis, architectural design, dan component design. Gambaran lengkapnya dapat

dilihat pada Gambar 2.11.

Tujuan dari analisis dan perancangan sistem adalah untuk menciptakan suatu

gambaran luas dari kebutuhan sistem (system requirements) dan membangun sebuah

basis bagi implementasi sistem. Baik analisis maupun perancangan berhubungan

dengan sistem, namun ada perbedaan perspektif antara keduanya: analisis melihat

dari sudut pandang luar sistem, sedangkan perancangan melihat sebuah sistem dari

sudut pandang di dalam. Analisis memulai dengan konteks sistem, sedangkan

perancangan menggunakan faktor teknis untuk memulai, dan menentukan bagaimana

kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diimplementasikan.

2.4.2 System Choice

Menurut Mathiassen et al (2000, p25), sebuah proyek pengembangan berawal

dari berbagai macam ide yang berbeda tentang sistem yang diinginkan. System

choice didasarkan pada tiga sub-aktivitas. Sub-aktivitas yang pertama dipusatkan

pada tantangan-tantangan, dimana kita mencoba mendapatkan kedua gambaran

umum dari situasi dan berbagai cara orang-orang menginterpretasikannya. Sub-

aktivitas yang kedua adalah menciptakan dan mengevaluasi ide-ide untuk

perancangan sistem. Metode kita menawarkan berbagai urutan teknik-teknik untuk

mendukung kreativitas dan memperkenalkan cara baru dalam berpikir. Dalam

aktivitas yang ketiga, kita memformulasikan dan memilih system definition,

membicarakan dan mengevaluasi alternative system definition dalam hubungannya

pada situasi yang kita hadapi.

Page 50: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

56

Gambar 2.11: Aktivitas Utama OOAD Sumber: Mathiassen, et al (2000, p15)

2.4.3 System Definition

Menurut Mathiassen et al (2000, p24), system definition merupakan deskripsi

singkat dari sebuah sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami.

Sebuah system definition menggambarkan pengembangan sistem dan

penggunaannya. System definition menggambarkan hubungan sistem, informasi apa

yang dikandung, fungsi mana yang tersedia, dimana akan digunakan dan kondisi

pengembangan apa yang akan diterapkan.

System definition dapat membantu untuk menampung pandangan umum dari

pilihan yang berbeda-beda, dan bisa digunakan untuk perbandingan alternatif.

Application domain analysis

Component Design

Architectural Design

Problem domain analysis

Model

Specifications of architecture

Requirements for use

Page 51: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

57

System definition yang akhirnya dipilih harus menyediakan landasan-landasan yang

baik untuk kelangsungan analisis dan aktivitas perancangan.

Menurut Mathiassen et al (2000, p25), terdapat tiga subaktivitas yang harus

dilakukan untuk membuat system definition, yaitu usaha untuk mendapatkan

pandangan menyeluruh dari situasi, membuat dan mengevaluasi ide-ide untuk

pendesainan sistem, dan diakhiri dengan memformulasikan dan mengevaluasi system

definition sesuai dengan situasi yang ada.

Mathiassen (2000, pp39-40) menulis bahwa di dalam system definition terdapat

enam elemen criteria FACTOR, yaitu:

1. Functionality: fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas Application

Domain.

2. Application Domain: bagian dari organisasi yang mengatur, memonitor, atau

mengontrol suatu Problem Domain.

3. Conditions: kondisi dimana suatu sistem dikembangkan dan digunakan.

4. Technology: Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan

teknologi saat sistem dijalankan.

5. Objects: object-object utama di dalam Problem Domain.

6. Responsibility: tanggung jawab seluruh sistem dalam hubungannya dengan

konteks.

Page 52: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

58

2.4.4 Rich Picture

Rich picture dapat memperjelas pandangan user mengenai situasi, permasalahan,

dan mendapatkan pandangan keseluruhan situasi dengan cepat, rich picture adalah

gambar informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator mengenai situasi.

Menurut Cosgrave, rich picture menggambarkan orang-orang yang terlibat,

tujuan, keinginan dan ketakutan mereka (biasanya dalam balon-balon pikiran). Rich

picture juga menggambarkan detil lingkungan dengan lebih banyak dibanding

kebanyakan diagram (aktivitas manusia, seperti proses-proses, melewati batas

organisasional), serta menggambarkan bagaimana elemen-elemen sejalan atau

bertentangan. Rich picture adalah kartun – rich picture bisa lucu, sedih, politis, dan

lebih baik lagi jika semuanya menjadi satu. Berikut ini merupakan karakteristik dari

rich picture:

1. Harus diungkapkan sendiri dan mudah dimengerti

2. Tidak ada cara yang benar dalam menggambarkan rich picture karena

merupakan proses yang subjektif.

3. Tidak terstruktur

4. Bagian-bagiannya meliputi fakta, benda, orang, aktor eksternal, hubungan,

pertentangan, kebingungan.

5. Perlu mengidentifikasi tugas utama bagi sistem.

2.4.5 Problem Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al (2000, p6), pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian

informasi-informasi yang harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah

model sistem. Problem domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur,

Page 53: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

59

dipantau, dan dikontrol oleh sistem. Sumber dari aktivitas ini tidak lain adalah

system definition. Dapat pula ditambahkan rich picture untuk memperjelas analisis

terhadap permasalahan.

Ditunjukkan pada Gambar 2.12, Mathiassen (2000, p46-47) di dalam bukunya

menulis bahwa terdapat tiga sub-aktivitas dalam analisis problem domain, yaitu:

Gambar 2.12: Aktivitas dalam Problem Domain Analysis Sumber: Mathiassen et al (2000, p46)

2.4.5.1 Kelas (Class)

Menurut Mathiassen et al (2000, p4), merupakan tahapan dilakukannya

pemilihan class dan event dari system definition untuk menghasilkan event table.

Class adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai structure, behavioral

pattern, dan attributes yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki

identity, state, dan behavior. Pada tahap analisis, biasanya sebuah class cukup

dideskripsikan dengan namanya saja, tetapi dapat juga ditambahkan detail attributes

dan operation. Event adalah kejadian bersifat instan yang melibatkan satu atau lebih

Classes

Structure

Behavior

System

Model

Page 54: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

60

object. Notasi dasar dari class dapat ditemukan pada gambar L1.2 pada halaman

Lampiran.

Menurut Mathiassen et al (2000, p53-55), untuk menjalankan aktivitas class

dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat/calon yang mungkin untuk class

dan event dalam model problem domain. Setelah itu, evaluasi dan pilih secara kritis

class dan event yang benar-benar relevan dengan konteks sistem. Hasil akhir dari

proses ini adalah event table, yakni sebuah tabel yang menjelaskan hubungan antara

class dengan event apa yang dijalankannya. Sebuah contoh event table dapat

ditemukan pada gambar L1.3 pada halaman Lampiran.

2.4.5.2 Struktur (Structure)

Menurut Mathiassen et al (2000, p69-70), tujuannya adalah untuk

mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan object. Sumber dari tahap ini

adalah event table yang dihasilkan dari tahap sebelumnya, sedangkan hasil akhirnya

adalah membuat Class Diagram, yaitu diagram yang menyediakan gambaran

ikhtisar problem domain yang bertalian secara logis dengan menggambarkan seluruh

hubungan struktural antara class dan object di dalam model. Contoh Class Diagram

ditunjukkan pada gambar L1.4 pada halaman Lampiran.

Menurut Mathiassen et al (2000, p72), terdapat dua tipe structure dalam object

oriented, yaitu:

1. Class structure, mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class.

Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada

deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua macam, yaitu:

Page 55: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

61

i. Generalization structure, merupakan hubungan antara dua atau lebih

subclass dengan satu atau lebih superclass. Sebuah class yang umum

(superclass) mendeskripsikan property umum kepada grup dari spesial class

(subclass). Atau dengan kata lain, terjadi penurunan attributes dan behavior

dari superclass, tetapi subclass juga diperkenankan untuk memiliki attributes

dan behavior tambahan. Secara ilmu bahasa, generalization structure

diekspresikan dengan “is a”. Contoh dapat dilihat pada gambar L1.5 pada

halaman Lampiran.

ii. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan. Cluster

digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi class-class yang

saling berhubungan di dalamnya. Class-class dalam satu cluster biasanya

memiliki hubungan berupa generalization atau aggregation. Sedangkan

hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa association

structure. Contoh dapat dilihat pada gambar L1.6 dan gambar L1.7 pada

halaman lampiran.

2. Object structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object.

Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan

pada deskripsinya. Biasanya terdapat multiplicity yang menspesifikasikan jumlah

dari object yang berelasi. Multiplicity dapat berupa string of numbers dan

penyebaran interval dengan koma, seperti “0, 3, 7, 9..13, 19..*, 0..*”; dimana

tanda “*” disebut many. Ada dua macam object structure yaitu:

i. Aggregation structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih

object. Sebuah superior object (whole) memiliki beberapa object (parts).

Secara ilmu bahasa, aggregation structure diekspresikan dengan formulasi

Page 56: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

62

“has a”, “a-part-or”, atau “is-owned-by”. Terdapat tiga tipe aggregation

structure, yaitu:

- Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika

salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah

whole.

- Container-content, dimana whole adalah container (tempat tampung) dari

parts-nya, sehingga apabila terdapat penambahan atau pengurangan

terhadap isinya (parts), tidak akan mengubah pengertian dari whole-nya.

- Union-member, dimana whole merupakan union/gabungan yang

terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan

atau pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat

batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union

tercipta tanpa anggota.

ii. Association structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object,

tetapi berbeda dengan aggregation. Hubungan antar class pada aggregation

mempunyai pertalian yang kuat sedangkan pada association tidak kuat.

Secara ilmu bahasa, association structure diekspresikan dengan formulasi

“knows” atau “associated-with”. Contoh dapat dilihat pada gambar L1.8 pada

halaman lampiran.

2.4.5.3 Perilaku (Behavior)

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem domain

yang dinamis dengan memperluas definisi class yang terdapat dalam class diagram,

yaitu dengan menambahkan behavioral patterns dan attributes untuk setiap class.

Page 57: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

63

Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram yang telah dihasilkan

dari tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral patterns

yang diekspresikan secara grafis dalam state chart diagram.

Dalam aktivitas class, behavior dipandang sebagai kumpulan event yang tidak

berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior activity, behavior

secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambahkan waktu terjadinya event.

Object behavior diidentifikasikan dengan event trace, yaitu serangkaian event

berurutan yang meliputi suatu object. Event trace antara satu object mungkin

berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada dalam class yang

sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik untuk object tertentu.

Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class

disebut behavioral pattern.

Dalam memodelkan problem domain, dilakukan pengidentifikasian kebutuhan

untuk data-data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk menspesifikasikan data

tersebut digunakan attributes, yaitu deskripsi properti dari class atau event.

Menurut Mathiassen et al (2000, p93) behavioral pattern memiliki struktur

kontrol sebagai berikut:

1. Sequence adalah suatu set event yang akan terjadi satu per satu secara berurutan.

Notasinya: “+”.

2. Selection adalah satu event yang terjadi dari suatu set event. Notasinya: “|”.

3. Iteration adalah satu event yang terjadi berulang kali. Notasinya: “*”.

Jika menghadapi situasi behavioral patterns yang kompleks, akan sulit sekali

untuk mengekspresikannya dalam notasi-notasi umum sehingga untuk

Page 58: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

64

pengekspresiannya lebih cenderung menggunakan statechart diagram (gambar L1.9

pada halaman lampiran).

2.4.6 Application Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al (2000, p6), tahap ini mendefinisikan kebutuhan

(requirements) dari suatu sistem. Application domain merupakan bagian yang

mengatur, memantau, atau mengontrol problem domain. Atau dengan kata lain,

berhubungan dengan aktivitas yang dikerjakan/dijalankan oleh sistem. Prinsip dari

application domain analysis adalah bekerja sama dengan user untuk menentukan

usage, function dan interface. Sumber dari aktivitas ini adalah system definition dan

model dari tahap sebelumnya.

Gambar 2.13: Aktivitas dalam application domain analysis

Menurut Mathiassen et al (2000, p117), terdapat tiga subaktivitas dalam

application domain analysis seperti ditunjukkan Gambar 2.13, yaitu:

Usage

Function

Interface

System Definition and Model

Requirements

Page 59: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

65

2.4.6.1 Usage

Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari aktor dan use case,

dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table atau use case

diagram. Aktor merupakan abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi

dengan sistem. Sedangkan use case adalah pola interaksi antara sistem dengan aktor

dalam application domain. Hubungan antara aktor dan use case dinamakan

association. Gambar L1.10 pada halaman lampiran menunjukkan contoh sederhana

dari sebuah use case model.

Menurut Armour dan Miller (2000, p7) untuk mendokumentasikan actors dapat

menggunakan actor specifications (lihat Tabel 2.6) yang berisi informasi mengenai

nama aktor, abstract (menjelaskan peranan aktor sebagai abstract actor atau bukan),

dan description yang menjabarkan peranan aktor dalam sistem. Abstract actor

menggambarkan behavior yang sama antara dua aktor atau lebih.

Tabel 2.6: Actor Specification Actor Specifications Template

Actor name: <nama> Abstract: <Yes/No> Description: <deskripsi dari peran aktor>

Adanya use case template (lihat Tabel 2.7) dapat mempermudah pemahaman

mengenai interaksi antara aktor dan sistem serta tanggung jawab dan behavior sistem

dalam responsnya terhadap interaksi tersebut. Use case description berisi informasi

mengenai nama use case, use case ID, aktor yang terlibat dan description yang

menjelaskan garis besar dari use case tersebut. Deskripsi use case harus dapat

memungkinkan para pengembang untuk mengidentifikasi kebutuhan elemen function

dan interface.

Page 60: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

66

Tabel 2.7: Initial Use Case Template

Actor

Use Case

Usecase: Nama use caseUsecaseID: ID use caseActor(s): Nama actor yang berinteraksi dengan sistemDescription: Deskripsi cara aktor dan sistem berinteraksi serta tanggung jawab sistem.

Menurut Armour dan Miller (2000, p107), representasi use case dapat

menggunakan base use case description (Tabel 2.8) yang mengidentifikasi behavior

yang spesifik dan interaksi yang terjadi antara aktor dan sistem di dalam batasan

urutan kejadian (flow of events) dari use case.

Tabel 2.8: Base Use Case Description Template

Nama Deskripsi Use Case name <Nama dari use case> Unique Use Case ID <Identitas unik untuk use case>

Primary actor <Nama dari primary actor atau aktor yang berinteraksi dengan sistem>

Secondary actor <Nama dari secondary actor atau aktor yang berinteraksi dengan sistem>

Brief description <Deskripsi dari use case> Preconditions <State sistem ketika use case dipicu>

Flow of events <Aktivitas dan interaksi yang dijalankan ketika use case dilakukan>

Post condition <Stateketika use case meninggalkan sistem>

Priority <Prioritas pengembangan use case yang relatif>

Alternative flow and exceptions

<Alternatif utama atau pengecualian yang mungkin terjadi di dalam flow of events>

Non-behavioral requirements

<Kebutuhan seperti pertunjukan, keamanan, dll>

Assumptions <Asumsi-asumsi yang dibutuhkan> Issues <Isu-isu yang menonjol>

Source <Rapat, wawancara, dokumen, dll yang merupakan asal dari use case>

Page 61: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

67

2.4.6.2 Function

Menurut Mathiassen et al (2000, p138), tujuan dari aktivitas ini adalah untuk

menentukan kemampuan pemrosesan dari suatu sistem sehingga menghasilkan suatu

function list beserta spesifikasi untuk function yang kompleks. Function

memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan oleh sistem untuk membantu aktor.

Dengan kata lain, function merupakan fasilitas untuk membuat sebuah model

berguna bagi aktor.

Terdapat empat tipe utama dari function, dimana masing-masing tipe

mengekspresikan hubungan antara model dan konteks sistem. Keempat tipe fungsi

tersebut antara lain adalah update, signal, read, dan compute.

Sumber untuk mengidentifikasi function berasal dari deskripsi problem domain,

yang diekspresikan oleh class dan events, dan juga dari deskripsi application

domain, yang diekspresikan oleh use case. Tipe function yang berasal dari classes

biasanya adalah read dan update function. Sedangkan dari events adalah update

function. Use case memungkinkan untuk semua tipe function.

2.4.6.3 Interface

Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan tampilan (interface) dari sistem yang

sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan

function tersedia bagi aktor. Adanya interface memungkinkan aktor untuk

berinteraksi dengan sistem. Sumber aktivitas berasal dari Class Diagram, Use Cases,

dan Function List.

Menurut Mathiassen et al (2000, p152) terdapat dua macam interface, yaitu:

Page 62: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

68

1. User Interface

Adalah interface yang menghubungkan human actor (manusia) dengan

sistem. Dalam merancang user interface dibutuhkan hubungan balik

(feedback) dari user. Terdapat empat user interface pattern, yaitu:

1. Menu selection (diekspresikan sebagai daftar pilihan pada user interface)

2. Form filling (pola klasik untuk entri data)

3. Command language (dibutuhkan daya ingat user untuk mengoperasikan

sistem), dan

4. Direct manipulation (memungkinkan manipulasi langsung dengan

representasi object).

2. System Interface

Adalah sistem yang menghubungkan system actor (sistem lain) dengan

sistem yang sedang dikembangkan. Sistem lain bisa berupa: external device

(misal: sensor, switch, dll) dan sistem komputer yang kompleks sehingga

dibutuhkan suatu protokol komunikasi. Biasanya interface ini tidak dipakai

untuk proses administratif sistem tetapi lebih sering digunakan untuk

pengawasan (monitoring) dan pengontrolan (controlling) sistem.

Untuk menentukan elemen dari user interface, dapat digunakan object

dan class pada model serta function. Elemen tersebut harus direpresentasikan

dalam bentuk yang mudah dipahami oleh user, seperti icon, fields, tables,

diagrams, windows, buttons. Sedangkan untuk kasus yang kompleks, dapat

menggunakan sequence diagram untuk merelasikan interaksi antara elemen

interface dengan use case-nya. Sequence diagram mendeskripsikan langkah-

langkah interaksi individual dan menghubungkannya dengan window yang

Page 63: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

69

relevan. Diagram ini juga menggambarkan functions yang akan diaktivasi

selama interaksi terjadi.

Deskripsi lain dari user interface dapat menggunakan Navigation

Diagram, yang menyediakan gambaran keseluruhan dari elemen user

interface dan transisi di antaranya. Diagram ini terdiri dari gambar yang

diperkecil di setiap window, panah yang menunjukkan bagaimana

menggunakan button dan seleksi lain yang akan mengaktivasi function atau

membuka window lain.

Untuk menggambarkan elemen-elemen user interface dalam prototype

atau menspesifikasikan lebih detail dapat menggunakan window diagram.

Diagram ini mendeskripsikan tampilan dari single window yang mencakup

bentuk detail dari elemen-elemen window.

2.4.7 Architectural Design

Menurut Mathiassen et al (2000, p173), pada tahap ini akan dilakukan

penstrukturan sistem berdasarkan bagian-bagiannya dan pemenuhan beberapa

kriteria desain. Tahap ini juga merupakan suatu kerangka kerja bagi aktivitas

pengembangan selanjutnya. Aktivitas architectural design bertujuan untuk

menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Hasil yang diperoleh berupa

struktur dari komponen-komponen dan proses-proses sistem. Tahap architectural

design memiliki tiga subaktivitas seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14, yaitu:

Page 64: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

70

Gambar 2.14: Aktivitas dalam Architectural Design

2.4.7.1 Criteria

Criteria adalah suatu prioritas dari arsitektur. Tujuan aktivitas criteria adalah

untuk menentukan prioritas desain. Hasil yang diperoleh dari tahap ini adalah

kumpulan criteria untuk desain yang telah diprioritaskan. Tabel 2.9 menunjukkan

sebuah contoh criteria pengukuran kualitas software.

2.4.7.2 Component

Component Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari

komponen-komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari

bagian-bagian program yang membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang

telah terdefinisikan dengan jelas.

Criteria

Process Architecture

Component Architecture

Analysis Document

Architectural Spesification

Page 65: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

71

Tabel 2.9: Criteria klasik untuk mengukur kualitas software Criteria Pengukuran Dari

Usable Kemampuan adaptasi sistem terhadap konteks organisasi, hubungan kerja, dan teknikal.

Secure Suatu pencegahan melawan akses yang tidak terotorisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada.

Efficient Eksploitasi secara ekonomis dari fasilitas technical platform. Correct Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan. Reliable Pemenuhan terhadap eksekusi function yang benar-benar tepat.

Maintainable Besarnya usaha untuk melokasikan dan memperbaiki kecacatan sistem.

Testable Besarnya usaha untuk memastikan bahwa sistem menampilkan fungsi-fungsi yang telah ditentukan.

Flexible Besarnya usaha untuk memodifikasi sistem.

Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian yang masuk akal terhadap sistem.

Reusable Potensi penggunaan bagian-bagian sistem dalam sistem lain yang terhubung.

Portable Besarnya usaha untuk memindahkan sistem ke technical platform. Interoperable Besarnya usaha untuk menggabungkan suatu sistem ke sistem lain.

Menurut Mathiassen et al (2000, p193), terdapat beberapa pola umum yang dapat

digunakan untuk mendesain suatu component architecture yaitu:

1. The Layered Architecture Pattern

Arsitektur ini terdiri dari beberapa components yang didesain sebagai

layers. Desain dari setiap component menggambarkan tanggung jawabnya

masing-masing serta interface bagian atas maupun bagian bawah. Interface

bagian atas akan menggambarkan operasi yang tersedia untuk layer di bawahnya.

2. The Generic Architecture Pattern (lihat gambar L1.12 pada halaman lampiran)

Model Component merupakan bagian dari sistem object yang diletakkan

pada layer yang paling bawah, kemudian diikuti dengan layer sistem function,

dan yang paling atas merupakan component interface. Layer interface dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu user interface dan system interface.

Page 66: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

72

3. The Client-Server Architecture Pattern (lihat gambar L1.11 pada halaman

lampiran)

Komponen yang terdiri dari arsitektur sebuah server dan beberapa client.

Server memiliki kumpulan operasi yang tersedia bagi client. Server bertanggung

jawab untuk menyediakan hal-hal yang umum bagi client-nya, seperti database

atau sumber daya lain yang bisa digunakan bersama. Server menyediakan

operasinya bagi client melalui suatu jaringan. Client bertanggung jawab untuk

menyediakan interface lokal bagi para user.

2.4.7.3 Process

Tahap ini menentukan bagaimana suatu proses sistem didistribusi dan

dikoordinasikan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan struktur fisikal

dari suatu sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment diagram

(lihat gambar L1.13 pada halaman lampiran) dimana processor adalah suatu bagian

peralatan yang dapat mengeksekusi sebuah program.

2.4.8 Component Design

Tujuannya adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan di dalam

kerangka arsitektur. Yang menjadi titik awal dari tahap ini adalah architectural

specification dan kebutuhan sistem (system requirement) yang akan menghasilkan

connected component specification. Menurut Mathiassen et al (2000, p232), terdapat

dua subaktivitas dalam component design yang dapat dilihat pada Gambar 2.15,

yaitu:

Page 67: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

73

Gambar 2.15: Subaktivitas dalam Component Design

1. Design of Components

Merupakan tahapan untuk merancang komponen sistem, yaitu:

a. Model Component

Menurut Mathiassen et al (2000, p236), Model component adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasi model problem domain.

Tujuan dari model component design adalah untuk menggambarkan

model dari problem domain. Model tersebut merupakan hasil dari

kegiatan ini, yang digambarkan oleh class diagram yang telah direvisi

dari hasil kegiatan analisis.

Revisi class diagram dapat dilakukan dengan memperhatikan

private events dan common events. Private events adalah events yang

melibatkan hanya satu object domain.

Design Component

Design of Component Connections

Architecture Specification

Component Specification

s

Page 68: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

74

Jika suatu event adalah umum (common) sehingga mempengaruhi

beberapa object, maka event tersebut perlu dihubungkan dengan salah

satu object dan dibuat hubungan struktural dengan object lain agar tetap

dapat mengaksesnya.

Tabel 2.10 dan Tabel 2.11 menunjukkan panduan untuk

menentukan apakah suatu event termasuk dalam private events atau

common events.

Tabel 2.10: Panduan dalam merepresentasikan private events

Event-event yang hanya terjadi pada urutan/sequence dan selection

Representasikan event-event ini sebagai state attribute pada class yang dijabarkan oleh statechart diagram. Setiap kali ada kejadian yang melibatkan salah satu event tersebut, maka sistem akan menugaskan yang baru kepada state attribute. Integrasikan attribute dari event yang terlibat ke dalam class.

Event-event yang terjadi berulang-ulang (iteration)

Representasikan event-event ini sebagai suatu class baru, dan hubungkan class tersebut dengan class yang dijabarkan pada statechart diagram dengan menggunakan struktur aggregation. Untuk setiap iterasi, sistem akan menghasilkan suatu object baru. Integrasikan attribute event ke dalam class yang baru.

Tabel 2.11: Panduan untuk merepresentasikan common events

Common Event

Jika event yang terlibat dalam statechart diagram dalam cara yang berbeda, representasikan event tersebut dalam hubungan ke class yang menawarkan representasi paling sederhana. Jika event yang terlibat dalam statechart diagram dalam cara yang sama, pertimbangkan alternatif representasi yang mungkin dapat digunakan.

Page 69: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

75

b. Function Component

Menurut Mathiassen et al (2000, p252), function component adalah

bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.

Tujuannya adalah agar user interface dan komponen-komponen sistem

lainnya dapat mengakses model. Sedangkan tujuan dari function

component design adalah menentukan implementasi functions. Hasil dari

kegiatan ini adalah class diagram dengan operations dan spesifikasi dari

operations yang kompleks.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendesain functions

sebagai operations, yaitu mengidentifikasi tipe utama dari functions

tersebut. Ada empat tipe functions, yaitu: Update, Read, Compute, dan

Signal.

Patterns (pola) dapat membantu memilih functional design yang

mana dapat digunakan dari beberapa pilihan yang dapat membantu

merealisasikan functions sebagai sekumpulan operations. Empat pola

menurut Mathiassen et al (2000, p260) adalah:

1. Model Class Placement

Pola ini menempatkan operation dalam model component

class dan berguna ketika sebuah operation mengakses hanya sebuah

single object atau struktur agregasi yang sederhana. Pola ini juga

dapat digunakan ketika beberapa object terlibat namun hanya jika

tanggung jawab operation tersebut dapat dengan jelas ditempatkan

pada salah satu dari model class.

Page 70: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

76

2. Function Class Placement

Pola ini digunakan ketika tanggung jawab operation tidak

dapat dengan jelas ditempatkan dalam model class. Sebaliknya satu

atau lebih functional component class dapat digambarkan dengan

menempatkan operation yang merealisasikan function.

3. Strategy

Pola ini digunakan untuk mendefinisikan sekumpulan

operations yang umum terenkapsulasi dan dapat dipertukarkan.

4. Active Function

Active signal function dapat direalisasikan sebagai operation

yang secara permanen aktif dan berkala memberikan sinyal kepada

interface. Active function ditempatkan sebagai active object dan

kinerjanya tergantung dari state pada model component.

2. Connecting Components

Tujuan dari aktivitas ini adalah menghubungkan komponen sistem yang akan

menghasilkan class diagram dari komponen tersebut. Jadi pada aktivitas ini,

hubungan antar komponen dirancang untuk mendapatkan desain yang fleksibel dan

dapat dimengerti. Untuk itu dibutuhkan evaluasi dari coupling dan cohesion.

Coupling adalah ukuran tentang seberapa dekat dua class atau component

dihubungkan. Cohesion adalah ukuran tentang seberapa baik sebuah class atau

component terikat bersama. Prinsipnya adalah ”Highly cohesive classes and loosely

coupled components”.

Page 71: 05. Bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00375-MNSI Bab 2.pdfdan mengintegrasikan sumber daya manusia, keuangan, dan materi untuk mencapai tujuan

77

Hasil dari aktivitas connecting components ini adalah class diagram yang mana

ketergantungannya berubah menjadi connection. Tiga bentuk connections menurut

Mathiassen et al (2000, p275) adalah:

1. Class aggregation, yaitu mengagregasikan kelas-kelas dari component lain.

Koneksi ini berguna ketika class definition sudah ada di dalam component

lain. Umumnya coupling-nya rendah, namun sulit mencapai cohesive.

2. Class specialization, yaitu menspesialisasikan public class dari component

lain.

3. Operation call, yaitu memanggil public operations di dalam object-object

dari component lain. Umumnya coupling-nya rendah dan cohesion tinggi.