karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia....

29
PENDAHULUAN Penyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit infeksius. Kira-kira 75% emerging infectious disease di manusia dan hewan adalah zoonosis (Fauci 2006). Penyakit kelompok emerging zoonosis yang dapat ditularkan melalui beberapa spesies kelelawar antara lain Lyssavirus, Menangle, Japanese encephalitis, virus Hendra dan Nipah (MacKenzie, et al. 2001; McColl et al. 2000; Reynes et al. 2005). Menurut Woolhouse et al. 2005 salah satu sumber potensial dari emerging zoonosis adalah spesies host yang berbeda (reservoir). Perubahan dari satu spesies host ke spesies lain (species jump) telah menimbulkan penyakit-penyakit baru seperti HIV/AIDS, BSE, Ebola, Hendra, dan Nipah. Kemunculan kasus-kasus zoonosis membuka suatu pemahaman dari lembaga kesehatan hewan sedunia atau OIE (World Organization for Animal Health) mengenai musuh dunia. OIE berpendapat musuh dunia bukan lagi perang dunia, bom nuklir ataupun serangan teroris, melainkan alam itu sendiri. Kemunculan yang tidak terduga dari suatu penyakit zoonosis juga memunculkan istilah emerging zoonosis.

Transcript of karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia....

Page 1: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

PENDAHULUAN

Penyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia.

Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia

disebabkan oleh penyakit infeksius. Kira-kira 75% emerging infectious disease di

manusia dan hewan adalah zoonosis (Fauci 2006).

Penyakit kelompok emerging zoonosis yang dapat ditularkan melalui

beberapa spesies kelelawar antara lain Lyssavirus, Menangle, Japanese

encephalitis, virus Hendra dan Nipah (MacKenzie, et al. 2001; McColl et al.

2000; Reynes et al. 2005).

Menurut Woolhouse et al. 2005 salah satu sumber potensial dari emerging

zoonosis adalah spesies host yang berbeda (reservoir). Perubahan dari satu spesies

host ke spesies lain (species jump) telah menimbulkan penyakit-penyakit baru

seperti HIV/AIDS, BSE, Ebola, Hendra, dan Nipah.

Kemunculan kasus-kasus zoonosis membuka suatu pemahaman dari

lembaga kesehatan hewan sedunia atau OIE (World Organization for Animal

Health) mengenai musuh dunia. OIE berpendapat musuh dunia bukan lagi perang

dunia, bom nuklir ataupun serangan teroris, melainkan alam itu sendiri.

Kemunculan yang tidak terduga dari suatu penyakit zoonosis juga

memunculkan istilah emerging zoonosis. Istilah ini didefinisikan secara luas

sebagai suatu kejadian penyakit zoonosis dengan (1) agen penyakit yang telah

dikenal dan muncul pada area geografik yang berbeda (2) agen penyakit yang

telah dikenal atau kerabat dekatnya dan menyerang hewan yang sebelumnya tidak

rentan (3) agen penyakit yang belum dikenal sebelumnya dan terdeteksi untuk

pertama kalinya (Morse 2004).

Virus Hendra (HeV) dan virus Nipah (NiV) atau lebih dikenal dengan

Henipavirus muncul di dekade terakhir abad ke dua puluh sebagai penyebab

terjadinya wabah penyakit pernafasan dan saraf yang menginfeksi sejumlah

spesies hewan. Pada tahun 1994, HeV menyebabkan penyakit pernapasan yang

parah serta kematian 13 kuda dan pelatih kuda di sebuah kandang di Brisbane,

Australia.

Page 2: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

2

Antara September 1998 dan April 1999, setelah penyebaran tidak

diketahui sebagai infeksi pernafasan dan ensefalitis pada babi di Malaysia, NiV

muncul pada populasi manusia dan menyebabkan ensefalitis yang fatal. Lebih dari

satu juta babi dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran penyakit ini.

HeV menyebabkan dua orang meninggal dunia pada saat dilaporkan

terdapat 400 kasus NiV pada manusia, dengan perkiraan 200 orang meninggal di

Malaysia, Bangladesh dan India. Kelelawar buah (flying foxes) termasuk dalam

genus Pteropus adalah induk semang alami kedua virus ini (OIE 2008).

Page 3: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

3

ETIOLOGI

Klasifikasi Virus

Klasifikasi dari henipavirus adalah sebagai berikut :

Grup : Group V ((-)ssRNA)

Ordo : Mononegavirales

Famili : Paramyxoviridae

Genus : Henipavirus

Tipe spesies : Hendra virus

Spesies : Nipah virus

Dikategorikan dalam genus Henipavirus, satu dari lima genus dalam subfamili

Paramyxovirinae. Genus yang lain yaitu Respirovirus, Morbillovirus, Avulavirus

dan Rubulavirus (gambar 1).

Sumber : Bellini et al. 2002Gambar 1. Pohon filogenetik membandingkan virus Nipah dan Hendra dalam

famili Paramyxovirus (HPIV=Human parainfluenza virus, SV5=simian virus 5, NDV=Newcastle disease virus, CDV=canine distemper virus, PDV=Phocine distemper virus, DMV=dolphin morbillivirus)

Struktur Virus

Henipavirus berbentuk pleomorphic (bentuk bervariasi), diameter 40-600

nm (Hyatt et al. 2001), memiliki membran lipid yang melapisicangkang protein

matriks virus. Pada intinya adalah seuntai heliks tunggal dari genom RNA yang

terikat dengan N (nukleokapsid) protein dan terkait dengan L (Large) dan P

Page 4: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

4

(phosphoprotein) protein yang menyediakan aktivitas polimerase RNA selama

reolikasi (gambar 2).

Melekat dalam membran lipid spike dari F (fusion) trimer protein dan G

(attachment) tetramer protein. Fungsi G protein adalah melekatkan virus ke

permukaan sel host melalui (EFNB2), jumlah protein yang tinggi tersimpan pada

beberapa mamalia (Bonaparte et al. 2005; Negrete et al. 2005). Protein F

menyatukan membran viral dengan membran sel host, melepaskan kandugan

virion ke dalam sel. Protein F ini juga menyebabkan sel yang terinfeksi bergabung

dengan sel terdekat dan membentuk syncytia.

Gambar 2. Struktur dari henipavirus (Bonaparte et al. 2005)

Struktur Genom

Seperti semua virus ordo Mononegavirales, genom virus Hendra dan virus

Nipah tidak bersegmen, untai tunggal RNA. Berukuran 18,2 kb dan mengandung

6 gen serta 6 struktur protein. Secara umum dengan anggota lain dari subfamili

Paramyxovirinae, jumlah nukleotida dalam genom henipavirus merupakan

kelipatan enam, sesuai dengan yang dikenal sebagai 'aturan enam' (Wang et al.

2001).

Deviasi dari aturan enam, melalui mutasi atau sintesis genom tidak

lengkap, mengarah ke replikasi virus yang tidak efisien, mungkin karena kendala

struktur yang dipaksakan oleh pengikatan antara RNA dan protein N (Wang et al.

2001).

Page 5: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

5

Gambar 3. Genom henipavirus (3’-5’ orientasi) dan produk dari gen P (Wang et al. 2001)

Masih menurut Wang et al. 2001 henipaviruses memakai proses yang

tidak biasa disebut RNA editing untuk menghasilkan beberapa protein dari gen

tunggal. Proses tertentu dalam henipaviruses melibatkan penyisipan residu

guanosin ekstra ke mRNA gen P sebelum translasi. Jumlah residu ditambahkan

yang menentukan apakah protein P, V atau W ini disintesis (gambar 3). Fungsi

dari V dan W protein tidak diketahui, tetapi mereka mungkin terlibat dalam

mekanisme antiviral yang mengganggu host.

TRANSMISI

Induk Semang

Induk semang alami adalah kelelawar pemakan buah (Pteropus sp). Induk

semang antara adalah babi sedangkan induk semang akhir adalah manusia

(Deptan 2004).

Cara Penularan

Penularan ke manusia dan hewan lainnya adalah melalui inhalasi, aerosol

atau kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh atau ekskresi infeksius

lainnya dari hewan yang terinfeksi seperti air kencing, saliva, gelembung air yang

dikeluarkan melalui pernafasan baik melalui mulut maupun dari hidung babi yang

terinfeksi. Manusia bisa terinfeksi langsung dari kelelawar jika mengonsumsi

buah atau produk dari buah yang terpapar feses atau urin kelelawar yang terinfeksi

ataupun dari buah yang terpapar virus secara langsung (Deptan 2004)

Page 6: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

6

VIRUS HENDRA

Kemunculan

Virus Hendra (sebelumnya disebut Equine morbilivirus) ditemukan

September 1994 ketika menyebabkan kematian 13 kuda dan seorang pelatih di

kandang kuda di Hendra, suburb Brisbane, Queensland, Australia (Selvey et al.

1995).

Outbreak kedua terjadi pada Agustus 1994 di Mackay, 1000 km utara

Brisbane yang menyebabkan kematian 2 kuda dan pemiliknya (Field et al. 2001).

Survei satwa liar pada area outbreak dilakukan dan diidentifikasi bahwa

kelelawar buah pteropid sebagai sumber Hendra virus dengan seroprevalens

sebesar 47%. Isolasi virus didapatkan dari saluran reproduksi dan urin kelelawar

sehingga diindikasikan transmisi ke kuda terjadi karena terdedah urin kelelawar

(Halpin et al. 2000).

Outbreak di Australia

Sampai 30 Agustus 2011, total terjadi 31 kasus hendra virus, semua terjadi

pada kuda. Sebanyak 4 kasus menyebar ke manusia karena kontak langsung

dengan kuda yang terinfeksi. Pada 26 Juli 2011 seekor anjing yang berada di Mt.

Alford dilaporkan memiliki antibodi HeV.

Kejadian outbreak terjadi pada pesisir timur Australia dengan wilayah

paling barat terjadi di Cairns, Queensland, wilayah paling selatan di Macksville,

NSW. Semua outbreak terjadi pada area penyebaran flying fox (kelelawar buah)

yaitu : Little red flying-fox, (Pteropus scapulatus), black flying-fox, (Pteropus

alecto), grey-headed flying-fox, (Pteropus poliocephalus) and spectacled flying-

fox, (Pteropus conspicillatus).

Waktu kejadian mengindikasikan pola musim outbreak, kemungkinan

berkaitan dengan siklus kawin little red flying fox. Spesies-spesies ini biasa

beranak antara April-Mei. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa transmisi ke

manusia langsung dari kelelawar, sehingga infeksi pada manusia hanya muncul

melalui host antara yaitu kuda (Plowright et al. 2008).

Page 7: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

7

Pada tahun 1994-2010 terjadi 14 kasus. Dari 20 Juni 2011-28 Agustus

2011 sebanyak 17 kasus teridentifikasi. Penyebaran HeV biasanya terjadi antara

Mei-Oktober dan sering disebut sebagai Musim Hendra. Pada saat ini kelelawar

buah dari berbagai spesies berkumpul di Queensland dalam jumlah besar karena

area ini memiliki habitat yang baik pada saat musim dingin. Suhu di daerah ini

lembab dan hangat yang mendukung tetap hidupnya HeV di lingkungan (Fogarty

et al. 2008).

VIRUS NIPAH

Outbreak

Sumber : Wikipedia 2011

Gambar 4. Lokasi outbreak henipavirus (bintang merah– virus Hendra; bintang biru - virus Nipah) dan penyebaran reservoir flying fox (bayangan merah – virus Hendra ; bayangan biru– virus Nipah)

Lokasi outbreak NiV merupakan wilayah spesies Pteropus (Pteropus

giganteus). Seperti kasus HeV, waktu outbreak mengindikasikan efek musim.

Kasus di Bangladesh terjadi saat musim dingin 2001, 2003, 2004. Februari 2011

di Hatibandha Upazila, Bangladesh utara terjadi outbreak NiV pada manusia

dengan 24 kasus dan 17 kematian.

31 Januari- 23 Februari 2001, Siliguri, India : 66 kasus dengan 74% mortality

rate. 75% pasien adalah staf rumah sakit atau pengunjung yang mengunjungi

penderita, mengindikasikan transmisi manusia-manusia.

Page 8: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

8

April-Mei 2001, Meherpur, Bangladesh : 13 kasus dengan 9 kematian (69%

kematian)

Januari 2003, Naogaon, Bangladesh : 12 kasus dengan 8 kematian (67%

kematian)

Januari-Februari 2004, Manikganj dan Rajbari, Bangladesh : 42 kasus dengan

14 kematian (33% kematian)

19 Februari-16 April 2004, Faridpur, Bangladesh : 36 kasus dengan 27

kematian (75% kematian). Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa outbreak

NiV terjadi karena transmisi manusia-manusia. 92% kasus melibatkan kontak

langsung dengan penderita NiV. Terdapat 6 kasus yang menunjukkan sindrom

pernapasan akut. Transmisi manusia-manusia diperkirakan terjadi karena

penyebaran droplet berukuran besar.

Januari 2005, Tangail, Bangladesh : 12 kasus dengan 11 kematian (92%

kematian). Diduga penyebaran virus dari sari kurma yang terkontaminasi

feses atau saliva kelelawar.

Februari-Mei 2007, Nadia, India : 50 diduga kasus NiV dengan 3-5 kematian.

Februari-Maret 2008, Manikganj dan Rajbari, Bangladesh : 9 kasus dengan 8

kematian.

Januari 2010, Bhanga, Bangladesh : 8 kasus dengan 7 kematian.

Februari 2011, outbreak NiV di Hatibandha, Bangladesh : kematian 21 anak

sekolah, sekolah-sekolah ditutup untuk mencegah penyebaran virus.

Penduduk diminta tidak mengkonsumsi buah mentah dan produk buah.

Diduga sumber infeksi berasal dari makanan yang terkontaminasi urin atau

saliva kelelawar.

NiV diisolasi dari Lyle’s flying fox (Pteropus lylei) di Kamboja dan RNA

virus ditemukan di urin dan saliva dari P.lylei dan Horsfield’s roundleaf bat

(Hipposideros larvatus) di Thailand. Virus infektif juga diisolasi dari sampel urin

dan sisa buah di Malaysia. Antibodi henipavirus ditemukan pada kelelawar di

Madagaskar (Pteropus rufus, Eidolon dupreanum) dan Ghana (Eidolon helvum)

mengindikasikan distribusi geografis yang luas dari virus ini. Sampai saat ini

belum ditemukan infeksi pada manusia atau spesies lain di Kamboja, Thailand

atau Afrika.

Page 9: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

9

Virus Nipah di Malaysia

Perambahan hutan oleh manusia menyebabkan munculnya agen penyakit

baru contohnya pada outbreak Nipah Virus di Malaysia terjadi pada kandang babi

yang berdekatan dengan perkebunan buah yang kemudian terinfeksi oleh virus

yang berasal dari kotoran kelelawar yang habitatnya berubah karena deforestasi

(Fauci 2006). Virus Nipah pertama kali diisolasi dari pasien yang menderita

ensefalitis di daerah Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Wabah Nipah

pertama kali dilaporkan di Malaysia pada bulan September 1998. Sejak saat itu

sampai dengan bulan April 1999, penyakit Nipah telah menyebabkan 105 orang

meninggal dunia dan 1,1 juta ekor babi dimusnahkan (Yob et al. 2001). Penyakit

ini kemudian menyebar ke Singapura, dan menginfeksi 11 orang pekerja di

Rumah Potong Hewan yang menangani babi yang berasal dari Malaysia yang

telah terinfeksi virus Nipah (Chua et al. 2000).

Mewabahnya penyakit Nipah di Malaysia dimulai dari kelelawar

kemudian babi dan selanjutnya ke manusia yang menyebabkan kematian pada

manusia dan babi. Dengan demikian penyakit ini dapat menjadi ancaman bagi

peternakan babi dan masyarakat di Indonesia. Penyakit Nipah sangat menarik

perhatian Indonesia karena munculnya kasus penyakit tersebut di Malaysia.

Mengingat lokasi geografis Indonesia sangat berdekatan dengan Malaysia, maka

dapat terjadi kemungkinan berpindahnya penyakit tersebut ke Indonesia melalui

perpindahan satwa liar, dalam hal ini kelelawar. Secara serologis, Nipah pada

Pteropus spp. Juga telah dilaporkan di beberapa negara Asia seperti Bangladesh,

Kamboja, Filipina dan Australia (Hsu et al. 2004).

Pada bulan September 1998 terjadi outbreak penyakit pernapasan dan

encephalitis dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah yang terjadi pada

peternakan babi komersial (sebelumnya diduga sebagai penyakit pernapasan babi

dan sindrom encephalitis) di distrik Kinta, Ipoh, Negara Perak di Semenanjung

Malaysia. Pada bulan itu juga pekerja peternakan babi mengalami demam

encephalitis akut berkaitan dengan kematian yang tinggi. Penyakit yang terjadi

pada manusia ini sebelumnya didiagnosis sebagai Japanesse Encephalitis (JE)

yang endemik di Malaysia (Tee et al. 2009).

Page 10: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

10

Babi-babi yang terdapat di distrik Kinta dianggap bebas dari penyakit dan

dilalulintaskan ke peternakan babi dan Rumah Potong yang berada di Negara lain

di Malaysia serta ke Singapura. Outbreak yang serupa terjadi kembali pada

Desember 1998 di Sikamat, Februari 1999 di Desa Sungai Nipah dan Kota Bukit

Pelandok yang semuanya terletak di Kota Seremban di Negeri Sembilan yang

terletak di Semenanjung Malaysia bagian tengah. Sebanyak 70% pasien yang

terinfeksi terdiri dari etnis China yang secara langsung terlibat dalam kegiatan

beternak babi yaitu sebagai peternak dan pekerja kandang babi. Semua penderita

dalam jangka waktu dua minggu sebelum onset penyakit melakukan kontak

langsung dengan babi. Pasien-pasien ini mengalami penyakit akut yang ditandai

dengan demam, sakit kepala, kepuyengan, muntah, dan mengalami penurunan

kesadaran sebelum kemudian mengalami encephalitis parah dengan cepat.

Sebanyak lebih dari 25% kasus seiring dengan sindrom pernapasan. Outbreak

yang sama terjadi dilaporkan terjadi juga pada pekerja Rumah Potong di

Singapura yang menangani babi terinfeksi yang diimpor dari Malaysia (Tee et al.

2009).

Awal Maret 1999, paramyxovirus baru diyakini sebagai penyebab

outbreak ini didapatkan dari isolasi cairan cerebrospinal pasien yang berasal dari

Sungai Nipah yang kemudian diberi nama Virus Nipah (NiV). Bukti yang kuat

menunjukkan bahwa transmisi NiV ke manusia melalui kontak yang dekat dengan

babi yang terinfeksi, para pasien yang terkena adalah mereka yang terlibat secara

langsung dengan aktivitas beternak babi seperti pembibitan babi, menangani

kelahiran, memberi injeksi dan yang membawa babi mati. Oleh karena itu

kemudian dilakukan pelarangan lalu lintas babi dan dilakukan pengafkiran

sebanyak lebih dari 1 juta babi. Transmisi antar manusia dilaporkan terjadi antara

pekerja kesehatan walaupun tidak biasa terjadi (Tee et al. 2009).

Page 11: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

11

Gambar 5. Peta penyebaran penyakit di Malaysia Sumber : Tee et al. 2009

Karakteristik genetik menunjukkan bahwa NiV sangat dekat dengan Virus

Hendra (HeV), spesies paramyxovirus yang menyebabkan penyakit pernapasan

berat pada kuda dan manusia di Queensland, Australia yang pertama kali muncul

pada tahun 1994. Sequence genom lengkap NiV dan HeV 18kb yang lebih

panjang daripada genom lain Paramyxovirinae subfamili yang memiliki panjang

rata-rata 15,5kb. NiV dan HeV juga memiliki organisasi genom yang sama,

keduanya memiliki panjang nukleotida yang memanjang dari 30 daerah

noncoding. Karena hubungan filogenetik yang dekat antara NiV dan HeV dan

perbedaan yang nyata serta reaktivitas silang yang kecil dengan genera lain dari

Paramyxoviridae maka HeV dan NiV ini diklasifikasikan sebagai genus baru yaitu

Henipavirus (Tee et al. 2009).

Hubungan yang unik antara NiV dan HeV mempunyai peran yang penting

dalam identifikasi reservoir alami NiV di Malaysia. Berdasarkan penemuan

spesies kelelawar buah dari genus Pteropus sebagai host alami dari HeV maka

dilakukan surveilans serologi di dalam dan di sekitar daerah outbreak yang

melibatkan kelelawar buah,hewan liar lain serta hewan-hewan peliharaan.

Antibodi netralisasi terhadap NiV dideteksi pada flying fox (Pteropus

hypomelanus), Malayan flying fox (Pteropus vampyrus) dan spesies lain pada

ordo Chiroptera yang menunjukkan tersebarnya infeksi NiV di Semenanjung

Malaysia. Metode baru untuk mengumpulkan sampel urin dari kelelawar buah

Page 12: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

12

dilakukan dengan menggunakan plastik. NiV didapatkan dari sampel urin dan

swab dari sisa buah yang dimakan oleh flying fox. Hasil serologis menunjukkan

bahwa kelelawar buah adalah host alami dari NiV. Kelelawar ini tersebar di

Thailand, Indonesia, Kamboja, Bangladesh, dan India yang menunjukkan

tersebarnya NiV di Asia Tenggara dan Asia Selatan terutama di negara dengan

populasi Pteropus yang besar (Tee et al. 2009).

Sumber: Welbergen 2011

Pteropus poliocephalus (grey-headed flying-fox), reservoir alami virus Nipah

Virus Nipah di Indonesia

Di Indonesia kasus Nipah pada kelelawar dan babi belum pernah

dilaporkan secara klinis. Sementara pada manusia kasus ensefalitis telah banyak

dilaporkan (Woeryadi & Soeroso 1989). Namun demikian kejadian pada 2 orang

Indonesia yang bekerja di salah satu peternakan babi yang terkena wabah Nipah di

Malaysia, telah dilaporkan mengalami gejala ensefalitis kemudian meninggal di

Rumah Sakit Umum Batam pada tahun 1999. Hasil serologis menunjukkan bahwa

kedua orang tersebut mengandung antibodi terhadap virus Nipah (Widarso et al.

2000).

Pada tahun 2002-2003 dilakukan penelitian terhadap serum babi di

beberapa wilayah, seperti Medan, Riau dan Jakarta, menunjukkan bahwa babi-

babi tersebut tidak mengandung antibodi virus Nipah (Arjoso et al. 2001; Sendow

Page 13: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

13

et al. 2004). Hal ini disebabkan tidak adanya ternak babi yang terinfeksi Nipah

masuk ke wilayah Indonesia. Sistem karantina yang ketat merupakan alasan tidak

ditemukannya infeksi Nipah di peternakan babi di Indonesia. Disamping itu,

tanaman buah sebagai sumber makanan kelelawar (P. vampyrus) tidak difasilitasi

oleh peternak babi sehingga kemungkinan kelelawar Pteropus spp. Tidak

menghampiri peternakan babi tersebut. Dengan demikian interaksi kelelawar dan

babi relatif sangat rendah.

Menurut Sendow et al. 2008, infeksi Nipah telah terjadi pada kalong P.

vampyrus di Indonesia (Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jawa

Barat), namun pada babi belum terjadi.

GEJALA KLINIS

Kuda

Pada kuda masa inkubasi pada kuda antara 8 sampai 11 hari, maksimum

16 hari. Perjalanan penyakit sangat akut dengan onset penyakit sampai terjadinya

kematian antara 1-3 hari. Kuda mengalami anoreksia dan depresi, kuda

mengalami demam sampai 41oC. Pernapasan cepat, dangkal, dan sulit. Kuda

tampak berkeringat terjadi kongesti membran mukosa serta ataksia. Pada kuda

yang akan mati, keluar discharge kuning dari hidung. Batuk tidak terlihat pada

gejala klinis HeV (Barclay & Paton 2000).

Babi

Menurut Paton & Done 2002, Pada babi periode inkubasi antara 7-14 hari

dengan gejala klinis pernapasan dan syaraf. Kadang dengan kematian mendadak

pada induk babi dan babi jantan dewasa.

Gejala klinis pada babi berhubungan dengan sistem respirasi dan CNS.

Gejala ringan sampai jarang pada pulmo kadang terjadi, disertai emfisema atau

hemoragi, dan konsolidasi (Hsu, 2007).

Manusia

Pada manusia, gejala klinis yang terjadi mirip dengan influenza berat.

Gejala yang muncul adalah gejala pernapasan, demam, dan myalgia. Penderita

Page 14: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

14

yang melewati gejala ini, meninggal setahun kemudian karena encephalitis

(Barclay & Paton 2000).

Pada manusia lain yang terinfeksi timbul gejala dominan enchepalitis,

terlihat leptomeningitis dengan infiltrasi plasma sel dan limfosit (O’Sullivan et al.

1997).

PATOLOGI

Gambaran patologi menunjukkan lesi paru ringan sampai berat dengan

konsolidasi, emfisema, perdarahan, dan edema interlobular. Secara histologi lesi

utama adalah pneumonia sedang hingga berat (Paton & Done 2002).

Pada kuda perubahan utama terjadi pada paru-paru, terjadi edema sub

pleura dan kongesti. Hemoragi ptekial terlihat pada permukaan pleura dan cairan

edema keluar saat dilakukan penyayatan. Hemoragi juga tampak pada parenkim

paru-paru dan saluran udara tertutup oleh busa berwarna putih atau kemerahan

karena darah. Produksi cairan toraks dan perikardial berlebihan. Pada ginjal

terlihat visceral edema dan hemoragi ptekial serta hemoragi ekimosa di jaringan

peri renal, hal ini terjadi juga pada lambung dan usus (Barclay & Paton 2000).

Otopsi terhadap korban manusia menunjukkan terjadinya perubahan-

perubahan pada paru dan otak. Salah satu pasien dengan gejala utama

pneumonitis, mengalami alveolitis dengan nekrosis fokal, disertai adanya sel

giant, syncitial, serta inklusi virus (Selvey et al. 1995).

Hewan yang menderita virus Nipah mengalami kerusakan pembuluh

darah. Kerusakan dapat terjadi berupa peradangan dan nekrosis (kematian sel)

dinding pembuluh darah, adanya trombosis disertai infiltrasi sel-sel radang berupa

netrofil dan monosit, serta micro-infark dengan gambaran jaringan kekurangan

oksigen di sekitar pembuluh darah yang mengalami peradangan. Dijumpai pula

pembentukan sel sinsitial pada endotel otak, paru-paru dan kapsul Bowman dari

glomerulus ginjal. Pada otak terjadi penyebaran (inklusi) sitoplasmik eosinofil

serta nukleus virus pada neuron di dekat pembuluh darah yang mengalami

peradangan (vasculitis) seperti dijumpai pada infeksi paramyxovirus yang lainnya

(Straw 2006).

Page 15: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

15

Pada preparat histologi terlihat pneumonia interstisial, dan pembentukan

sel syncitial dengan vaskulitis, nekrosis fibrinoid, dan hemoragi. Infeksi buatan

pada babi, menunjukkan adanya virus di nasal turbinates, trakea, pulmo, nervus

cranial, serta sel epitel olfaktori (Hsu, 2007).

DIAGNOSA

Berikut adalah tehnik diagnosa terhadap henipavirus (OIE 2008) :

1. Identifikasi agen

a. Isolasi virus

b. Uji netralisasi virus untuk membedakan HeV dan NiV

c. Metode pengenalan berdasarkan asam nukleat (PCR)

d. Immunohistokimia (deteksi antigen henipavirus pada jaringan)

2. Tes serologis

a. Virus Neutralisation Test (VNT)

b. ELISA

Isolasi virus dengan kultur sel (Vero cell) yang memperlihatkan efek

sitopatik. Karakteristik struktur virion dan envelope ganda yang berumbai dapat

terlihat dengan mikroskop elektron. Uji indirect immunoperoxidase dan

immunofluorescence dapat digunakan untuk memperlihatkan antigen viral pada

jaringan yang difiksasi dengan formalin dan pada kultur sel. RT-PCR dapat

digunakan pada jaringan yang difiksasi formalin, jaringan segar, atau kultur sel.

Uji serologi dilakukan dengan indirect immunofluorescence dan immunoblotting

serta serum netralisasi dan ELISA. Sampel organ yang diambil adalah paru-paru,

ginjal, dan otak. HeV diklasifikasikan sebagai patogen Hazard Group 4 dan

memerlukan prosedur biosekuriti level tertinggi (Barclay & Paton 2000).

Page 16: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

16

DIFFERENSIAL DIAGNOSA

Shipping fever, keracunan, infeksi bakteri akut, intoksikasi seperti

antraks,pasteurela, legionela atau botulismus, African Horse Sickness, Hantaan,

Highly Virulent Influenza (Barclay & Paton 2000).

PENGOBATAN

Pengobatan untuk penyakit yang disebabkan virus Hendra hanya

merupakan pengobatan yang bersifat suportif. Tidak ada terapi antiviral untuk

penyakit ini. Namun, pada kasus in vitro, ribavirin menunjukan efek inhibisi

terhadap sintesis RNA (Wright et al. 2005). Ribavirin dan acyclovir telah

digunakan untuk pengobatan infeksi Nipah.

Tidak ada vaksin yang spesifik untuk Nipah dan Hendra virus, meskipun

begitu, imunisasi aktif terhadap Nipah virus dan transfer pasif antibodi ke Nipah

virus menunjukkan hasil yang menjanjikan pada hamster sebagai hewan coba

(Hsu 2007).

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Kontrol wabah dilakukan dengan pelarangan lalu lintas babi dan

pengafkiran babi serta penutupan peternakan babi di daerah pegunungan (Paton &

Done 2002).

Menurut Breed et al. 2006 strategi untuk mengatasi henipavirus antara lain

: memperkecil kontak baik langsung maupun tidak langsung antara host alami,

memonitor host intermediate, memperbaiki biosekuriti pada peternakan, serta

perbaikan cara diagnosa dan uji laboratorium, mengkarantinakan hewan yang

sakit, pembatasan lalu lintas hewan, desinfeksi, dokter hewan yang melakukan

penyelidikan penyakit diharuskan memakai perlindungan diri, pemasangan jala

kawat pada kandang ternak sehingga kelelawar tidak bisa masuk ke dalam

kandang, kontak tidak langsung antara kelelawar dan babi dilakukan dengan

pemasangan atap yang melebihi dinding kandang sehingga urine, feses, atau sisa

buah yang dimakan kelelawar tidak bisa masuk ke dalam kandang .

Page 17: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

17

KESIMPULAN

1. Henipavirus adalah penyakit yang disebabkan oleh paramyxovirus, bersifat

zoonosis, menyebabkan ensefalitis dan pernafasan yang fatal pada manusia.

2. Munculnya Henipavirus dikaitkan dengan meningkatnya kontak antara

kelelawar dan manusia yang terkadang melibatkan host antara berupa hewan

domestik. Meningkatnya kontak karena masuknya manusia ke wilayah habitat

kelelawar dan pergerakan kelelawar menuju pemukiman karena perubahan

habitat alaminya.

3. Henipavirus dapat dicegah dengan sanitasi dan biosekuriti yang baik.

SARAN

Dalam rangka mempertahankan status bebas terhadap penyakit

Henipavirus di Indonesia, pengenalan tanda-tanda infeksi Henipavirus,

pemahaman epidemiologi penyakit Henipavirus, serta monitoring secara berkala

terhadap ada tidaknya infeksi Henipavirus secara serologis diperlukan agar

kemungkinan masuknya infeksi Henipavirus ke wilayah Indonesia dapat

diidentifikasi secepatnya sehingga langkah-langkah penanggulangannya dapat

dilaksanakan dengan tepat. Selain itu monitoring terhadap kelelawar dari beberapa

daerah di Indonesia perlu dilakukan sehingga kemungkinan-kemungkinan

terjadinya pemasukan dan penyebaran infeksi Henipavirus dapat diantisipasi.

Page 18: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

18

DAFTAR PUSTAKA

Barclay AJ & Paton DJ. 2000. Hendra (Equine Morbilivirus). The Veterinary Journal 160 : 169-176.

Bellini WJ, Rota P, Parashar UD. 2002. Zoonotic paramyxoviruses. Clinical Virology 2nd Ed. ASM Press. Washington DC.

Breed AC, Field HE, Epstein JH, Daszak P. 2006. Emerging henipavirus and flying foxes – Conservation and management perspectives. Biological Conservation 131 : 211-220.

Bonaparte M, Dimitrov A, Bossart K, et al. 2005. Ephrin-B2 ligand is a functional receptor for Hendra virus and Nipah virus. Proc Natl Acad Sci U S A 102 (30): 10652–7.

Chua KB, Bellini WJ, Rota PA, et al. 2000. Nipah virus : A recently emerging deadly paramyxovirus. Science 288 : 1432-1435.

[DEPTAN] Departemen Pertanian, Penyakit Eksotik pada Hewan. Jakarta : Deptan RI, 2004.

Fauci AS. 2006. Emerging and re-emerging infectious disease : Influenza as a prototype of the host-pathogen balancing act. Cell 124 : 665-670.

Field H, Young P, Yob JM, Mills J, Hall L, Mackenzie J. 2001. The natural history of Hendra and Nipah viruses. Microbes Infect. 3 (4): 307–14.

Fogarty RD, Halpin K, Hyatt AD, Daszak P, Mungall BA. 2008. Virus Research 132 (1-2): 140–144.

Halpin K, Young PL, Field HE, Mackenzie JS. 2000. "Isolation of Hendra virus from pteropid bats: a natural reservoir of Hendra virus". J. Gen. Virol. 81 (8): 1927–32.

Hsu VP et al. 2004. Nipah virus encephalitis reemergence, Bangladesh. Emerg. Infect. Dis. http : //www.cdc.gov/ncidod/EID/vol10no12/04-0701.htm.

Hsu, VP. 2007. Nipah and Hendra Viruses [Editorial]. Emerging Viruses in Human Populations. 179-199.

Page 19: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

19

Hyatt AD, Zaki SR, Goldsmith CS, Wise TG, Hengstberger SG. 2001. "Ultrastructure of Hendra virus and Nipah virus within cultured cells and host animals". Microbes Infect. 3(4): 297–306. 

Mackenzie JS, Chua KB, Daniels PW, et al. 2001. Emerging viral diseases of Southeast Asia and the Western Pasific. CDC suppl. 7 (3).

McColl K, Tordo N, Aguilar-Setein A. 2000. Bat lyssavirus infections. Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 19 : 177-196

Morse. 2004. Factor and Determinants of Diseases Emergence. Rev. sci. tech. Off.

int. Epiz.

Negrete OA, Levroney EL, Aguilar HC, et al. 2005. EphrinB2 is the entry receptor for Nipah virus, an emergent deadly paramyxovirus. Nature 436 (7049): 401–5.

[OIE] Office International des Epizootis. 2008. Hendra and Nipah virus diseases.

O’Sullivan JD, Allworth AM, Paterson DL, Snow TM, Boots R, Gleeson LJ, Gould AR,

Hyatt AD, Bradfield J. 1997. Fatal encephalitis due to novel paramyxovirus transmitted from horses. 349: 93–95.

Paton DJ, Done SH. 2002. Viral Infection of Pigs : Trends and Knowledge. J. Comp. Path 127 : 77-95.

Plowright RK et al. 2008. Reproduction and nutritional stress are risk factors for Hendra virus infection in little red flying foxes (Pteropus scapulatus). 275;1636:861-869

Reynes JM, Counor D, Ong S, Faure C, Seng V, Molia S, Walston J, Georges-Courbot MC, Deubel V, Sarthou JL. 2005. Nipah virus in Lyle’s flying foxes, Cambodia. Emerg. Infect. Dis. 11(7) : 1042-1046.

Selvey LA, Wells RM, McCormack JG, et al. 1995. Infection of humans and horses by a newly described morbillivirus. Med. J. Aust. 162 (12): 642–645.

Straw B. 2006. Diseases of swine-9th edition. USA : Blackwell publishing.

Tee KK, Takebe Y, Kamarulzaman A. 2009. Emerging and re-emerging viruses in Malaysia,1997—2007. International Journal of Infectious Diseases 13 : 3073-18.

Wang L, Harcourt BH, Yu M. 200. Molecular biology of Hendra and Nipah viruses. Microbes Infect. 3 (4): 279–87.

Page 20: karyatulisilmiah.com · Web viewPenyakit infeksius merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun 2002 lebih dari seperempat dari 57 juta kematian di seluruh dunia disebabkan

20

Welbergen J. 2011. The Grey-headed flying-fox, Pteropus poliocephalus. www.zoo.cam.ac.uk.

Wikipedia. 2011. Henipavirus. http://en.wikipedia.org/wiki/Henipavirus.

Woolhouse MEJ, Haydon DT, Antia R. 2005. Emerging pathogens : the epidemiology and evolution of species jumps. Trends in Ecology and Evolution 20 : 238-244.

Yob MY, Field H, Rashdi AM, Morrissy C, Van der Heide B, Rota P, Adzhar A, White J, Daniels P, Jamaluddin A, Ksiazek T. 2001. Nipah virus infection in bats (Order Chiroptera) in Peninsular Malaysia. Emerg. Infect. Dis. 7(3) : 439-441.