, Kehamilan Pertama, Umur Kehamilan 10 Minggu. Keluhan Mual, Muntah, Tidak Mau Makan, Lemah, Pusing,...
Click here to load reader
-
Upload
pryoutama6003 -
Category
Documents
-
view
519 -
download
5
Transcript of , Kehamilan Pertama, Umur Kehamilan 10 Minggu. Keluhan Mual, Muntah, Tidak Mau Makan, Lemah, Pusing,...
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
LAYANAN KEFARMASIAN
P III
KASUS IBU HAMIL
Disusun Oleh :
Pundi Anugrah G1F008020
Irmawati Hidayah G1F008032
Putri Dyah F G1F008054
Mugi Nurnguati G1F008070
Chepy Saputra G1F008085
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
2011
1. KASUS
KASUS-IBU HAMIL
Ibu Susi, umur 23 tahun, kehamilan pertama, umur kehamilan 10
minggu. Keluhan : mual, muntah, tidak mau makan, lemah, pusing, mata
berkunang. Tekanan darah 100mmHg/70mmHg. Hb=10.
dr. Wahyu, Sp.Og
SIP : XXX/XXX/2011
Rumah : Praktek :
Jl. Mawar No.301 Jl. Mewangi No.123
Purwokerto Purwokerto
Telp.0281-323571 Telp.0281-325768
R/ Vometa tab No X
S 3 dd 1
R/ Ranitidin tab No X
S 2 dd 1
R/ Lansoprazol No X
S 1dd1
Pro : Ibu Susi (23 th)
2. FORM DOKUMENTASI LAYANAN KEFARMASIAN
Pharmaceutical care form
Patient specific information
Demographics Name : Ibu susi Age: thn Wt: 50 kg
Ht: 170 cm
MRN : Jl. Melati Sex: F Allergies: -
Social/Behavioral
History
Occupation: ibu rumah tangga
Past Medical History -
Current
Signs/Symptoms
mual, muntah, tidak mau makan, lemah, pusing, mata
berkunang.
Lab
Results/Procedures
Tekanan darah 100mmHg/70mmHg.
Hb=10
Medication Specific Information
Past Medications Presents Medications
Drug/Route Dose Freq Duration Drug/route Dose Freq Duration
Vometa 3x 3 day
Ranitidine 2x 5 day
Lansopraz
ol
1x 10day
Identifying Medication-Ralated Problems (Choose what is appropriate)
Untreated indication √ Improper Drug Selection √ Sub-therapeutic
Dosage
Over Dosage Drug Interaction Medication Use Without
Indication
Adverse Drug Reactions Lack of therapy understanding Noncompliance
- Pemilihan obat untuk ibu hamil yang kurang tepat.
- Indikasi yang belum tertangani yaitu anemia
Identifying Patient’s Health Care Needs
Edukasi pasien tentang pola hidup yang baik
Memberikan informasi mengenai makanan yang tidak boleh dikonsumsi (nanas,
jamu kunir asam)
Jangan melakukan aktivitas yang berat
Jangan sembarangan minum obat warung
Mengkonsumsi sayur, buah, ikan, daging ( makanan yang bergizi )
Specifying Phamacotherapeutic Goals Designing A Monitoring Plan
Meningkatkan hb pasien
Mehilangkan keluhan mual muntah pasien
Designing a pharmacotherapeutic regimen
- Penggantian obat vometa dengan anvomer
- Lanzoprazol tidak dipakai, karena pemakaian ranitidin sudah cukup
mengcover asam lambung yang berlebih akibat perubahan hormon pada
ibu hamil.
- Tambahan sangbion dan susu prenagen emesis.
Developing a Pharmacotherapeutic Regimen
Drug Route Dose Frequency Dura
tion
Anvomer PO Sprn 10
days
Sangobion PO 1x1 10
days
Prenagen emesis PO 2x1 Trim
ester
1
Ranitidine PO 2x1 5
days
Monitoring the effect of the Pharmacotherapeutic Regimen
- Monitoring kadar Hb
- Monitoring tekanan darah
Pharmacist Name: Chepi Saputra ID: G1F008085 Signature:
3. PEMBAHASAN
A. ROLE PLAY
Konseling antara Pasien dengan Apoteker dilakukan di Apotek
Lekas Sembuh. Kemudian pasien datang membawa resep ke apotek, di
apotek pasien disambut oleh apoteker. Kemudian apoteker
memperkanalkan diri dan melakukan konseling pada pasien. Sebelumnya
apoteker memastikan pasien yang datang menebus resep tersebut adalah
Ibu Susi yang berumur 23 tahun sesuai dengan nama diresep. Kemudian
apoteker menanyakan keluhan pasien. Ibu Susi menyatakan bahwa beliau
sedang hamilan pertama, umur kehamilan 10 minggu dengan keluhan
mual, muntah, tidak mau makan, lemah, pusing, mata berkunang.
Resep yang dibawa pasien yaitu berisi Vometa tab, Ranitidin tab,
dan Lansoprazol. Vometa disini untuk terapi mual yang di alami pasian
tersebut, serta Ranitidin dan lansoprazol merupakan obat yang berfungsi
untuk mengatasi maag. Kemudian pasien juga bercerita hasil periksa lab
nya yaitu Tekanan darah 100mmHg/70mmHg. Hb=10.
Dari hasil konseling itu, apoteker menyimpulkan bahwa lemah
serta pusing yang di derita pasien tersebut disebabkan karena nilai Hb nya
pengalami penurunan, setelah memperoleh data yang cukup dari pasien
maka dari itu apoteker berniat untuk mengganti isi resep dari dokter yang
memeriksanya, karena obat dalam resep tersebut tidak aman untuk ibu
hamil muda. Kemudian apoteker menanyakan apakah ada alergi dan maag
serta pekerjaan pasien. Pasien tidak memiliki alergi, maag dan pasien
hanya seorang ibu rumah tangga.
Setelah itu apoteker meminta ijin kepada pasien untuk
menghubungi dokter dan berdiskusi tentang penggantian obat yang di tulis
di resep tersebut, karena sudah dijelaskan di awal kepada pasien bahwa
obat yang di resepkan untuk pasien tersebut tidak aman untuk ibu hamil.
Kemudian apoteker menghubungu dokter yang memeriksa pasien tersebut
untuk konsultasi penggantian obat . Dari hasil konseling antara dokter dan
apoteker akhirnya di dapat resep akhir yang digunakan untuk pasien yaitu
Sangobion untuk mengembalikan nilai Hb pasien yang turun agar tidak
lemas dan pusing dengan aturan paki sehari sekali, anvormen merupakan
obat yang di gunakan untuk mengatasi mual mulntah yang di alaami
pasien, dan pemberian susu berupa susu prenagen emisis yng cocok untuk
ibu hamil karena tidak menyebabkan mual muntah yang berisi nutrisi serta
vitamin karena di sini pasien tidak nafsu maakan, obat ranitidine tetep
digunakan, sedangkan lanzoprazol tidak digunakan karena pemakaian
ranitidine sudah cukup mencover asam lambung yang berlebih pada pasien
R/ Sangobion tab No. X
Sprn
R/ Anvormen tab No. X
S.1.dd.1
R/ Prenagen emesis No. I
S.2.dd.1
R/ Ranitidin tab No X
S 2 dd 1
Kemudian apoteker kembali menemui pasien dan menjelaskan
tentang penggantian serta penambahan obat untuk pasien. Pasien
menyetujuinya dan mau menggunakanya. Apoteker juga menjelaskan
tentang penggunaan obat dan waktu pemakaianya. Setelah itu apoteker
memberikan tentang informasi pola hidup yang sehat, dan makanan yang
harus dikonsumsi serta yang tidak boleh dikonsumsi. Setelah memastikan
bahwa tidak ada yang ditanyakan lagi, kemudian apoteker mengakhiri
konseling dan pasien membayar obat.
B. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN
Rasa mual di pagi hari adalah merupakan gejala awal kehamilan
yang paling terkenal. Kebanyakan wanita merasakan mual sekitar
empat hingga delapan minggu setelah hamil, tetapi rasa mual dapat
juga dirasakan pada minggu kedua setelah pembuahan. Meski begitu,
tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami mual/muntah sampai
trimester ketiga. Keluhan mual muntah akan dikategorikan berat jika
ibu hamil selalu muntah setiap kali minum maupun makan.
Akibatnya, tubuh akan menjadi lemas, muka pucat, dan frekuensi
buang air kecil menurun serta berat badan tidak meningkat. Inilah
yang dinamakan hiperemesis gravidarum. Nah, agar tidak menjadi
suatu gangguan, ibu mesti mengatasinya dengan menghindari stres
dan mengatur pola makan yang sehat.
Penyebab mual dan muntah:
1. Peningkatan hormon estrogen. Peningkatan hormon ini
membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah
keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari
saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan
asam lambung
2. Faktor hCG. Hormon human Chorionic Gonodotrophin yang
dihasilkan plasenta di awal kehamilan diduga merupakan
penyebab timbulnya rasa mual. Tak heran bila keluhan mual
muntah akan mereda dengan sendirinya seiring bertambahnya
usia kehamilan.
3. Perubahan metabolisme glikogen hati. Kehamilan menyebabkan
metabolisme glikogen hati dan inilah yang diduga sebagai biang
keladi pemicu keluhan mual muntah. Namun keluhan ini akan
lenyap saat terjadi kompensasi dari metabolisme glikogen dalam
tubuh.
4. Faktor psikologis. Seorang ibu yang tengah hamil muda yang
belum siap hamil, atau malah yang tidak menginginkan
kehamilan biasanya akan merasa tertekan. Perasaan tertekan
inilah yang dapat memicu rasa mual dan muntah.
Beberapa tips untuk membantu anda mengatasi “morning sickness” atau
mual-muntah selama awal kehamilan:
1. Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah
atau porsi besar hanya akan membuat anda bertambah mual.
Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi
sering.
2. Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk
membantu mengatasi rasa mual anda. Banyak mengkonsumsi buah dan
sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang,
biscuit, dll.
3. Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru
terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun.
Bila anda merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snak
atau biscuit didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya
dahulu sebelum anda mencoba untuk berdiri.
4. Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan
memperburuk rasa mual anda.
5. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah.
Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang
mengandung kafein dan karbonat.
6. Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi anda tetap
memerlukan folat untuk kehamilan anda ini. Bila mual muntah sangat
hebat, konsultasikan ke dokter anda sehingga dapat diberikan saran
terbaik untuk vitamin yang akan anda konsumsi. Dan dokter anda
mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan.
7. Vitamin B 6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil.
Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter dan bidan anda untuk
pemakaiannya.
8. Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam
mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Penelitian
di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat
tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi.
Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau
permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa mualnya.
9. Istirahat dan relax akan sangat membantu anda mengatasi rasa mual
muntah. Karena bila anda stress hanya akan memperburuk rasa mual
anda.
ANEMIA PADA KEHAMILAN
Anemia pada wanit hamil didefinisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama
kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada
pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang
aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki
cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for
disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari
10,5 g/dl pada trimester kedua.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk
eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah
hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh
transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding
Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara
lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya
gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa
pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit (Amiruddin dkk,
2007)
Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta serta perubahan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II
kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 meningkat hingga 1000
ml, terjadi penurunan sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3
bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
Etiologi Anemia Pada Kehamilan
1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
3. Kurangnya zat besi dalam makanan.
4. Kebutuhan zat besi meningkat.
5. Gangguan pencernaan dan absorbsi (Amiruddin dkk, 2004).
Gejala Klinis
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa
hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang
menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan
gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran
kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan
jelas.
Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia
ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan
dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan
anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah
ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl,
kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat (Sohimah, 2008).
Kadar HB pasien 10 gr% sehingga termasuk dalam kondisi anemia ringan.
Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena
sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil,
anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping
itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada
wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang
anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging
(terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang
polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang
terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada
sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan
zat besi
C. TERAPI OBAT
1. Anvomer
a. Dosis obat
Obat digunakan secara peroral dengan dosis 1-2 tablet/hari dimana
komposisi Anvomer terdiri dari Pyrathiazine chlorotheophylline 40mg
dan vitamin B6 30mg. (MIMS, 2008).
b. Mekanisme kerja
Bekerja secara sentral menghambat impuls refleks muntah di pusat
muntah (emetic centre) dan di trigger zone (chemoreceptor trigger
zone CTZ).
c. Indikasi
Obat ini diindikasikan untuk mencegah muntah selama
hamil(MIMS, 2008).
d. Kontra indikasi
Anvomer tidak boleh digunakan untuk pasien yang mengalami
Hipersensitivitas (MIMS, 2008).
e. Interaksi obat
Tidak ada interaksi dengan obat lain.
f. Efek samping
Efek samping obat ini adalah mengantuk
2. Sangobion
a. Dosis obat
Obat digunakan secara peroral dengan dosis 1-2 kapsul/hari
dimana komposisi Sangobion terdiri dari preparat besi, vitamin B
kompleks dan Asam folat. (MIMS, 2008).
b. Indikasi
Obat ini diindikasikan karena pasien mengalami Anemia karena
kekurangan zat besi dan mineral untuk pembentukan darah, wanita
hamil dan menyusui(MIMS, 2008).
c. Kontra indikasi
Akumulasi zat besi, gangguan penggunaan zat besi (MIMS, 2008).
d. Interaksi obat
Tetrasiklin dan antasida mengurangi absorbsi
e. Efek samping
Nyeri lambung, konstipasi, diare dan kolik.
3. Prenagen Emesis
a. Dosis obat
Diminum 2x sehari selama trimester 1 kehamilan pada pagi dan
sore hari (MIMS, 2008).
b. Indikasi
Susu untuk ibu hamil (MIMS, 2008).
c. Komposisi
Per 100 g Protein 25 g, fat 2.5 g, carbohydrate 63 g, minerals 5.3
g, Ca 875 mg, Fe 13 mg, folic acid 750 mcg, vit, DHA 25 mg. Energy:
375 kCal
4. Ranitidine
a. Dosis obat
PO. 150 mg, 2x sehari sesudah makan setiap pagi dan malam
hari ( ISO, 2010 ).
b. Indikasi
Terapi jangka pendek dan pemeliharaan untuk tukak lambung,
tukak duodenum, tukak ringan aktif, serta meringankan heartburn,
acid indigestion, dan lambung asam.
c. Kontra indikasi
Hipersensitif
d. Interaksi
Penggunaan bersamaan dengan Aminofilin : dapat menurunkan
metabolisme H2 Blocker. Cefatoxin : dapat menurunkan efek dari
Cefotaxine (menurunkan absorbsi karena penurunan pH
Ceftazidime. Dengan efek farmakologi akan menurun
e. Efek samping obat
Aritmia, Bradycardia, insomnia, konstipasi. Pada darah :
trombositopenia, anemia. pada hati : colestatic, hepatocelular,
hipersensitive.
D. DRP’s TERAPI OBAT
DRP yang terjadi pada kasus ini adalah :
1. Untreated Indication (Indikasi penyakit yang tidak diterapi)
Pada kasus ini diketahui bahwa pasien mengalami anemia dengan
kadar hemoglobin 10 gram/dL, karena nilai hemoglobin normal pada
wanita dewasa adalah 12-16 gram/dL. Akan tetapi dokter tidak
meresepkan obat untuk penambah darah pada paisen. Oleh karena itu,
kami merekomendasikan pemberian terapi obat penambah darah yaitu
sangobion. Sangobion merupakan obat anemia karena kekurangan zat besi
dan mineral untuk pembentukan darah yang aman untuk pasien ibu hamil.
Sangobion digunakan 1 kali sehari 1 kapsul selama 10 hari.
2. Improper Drug Selection (Pemilihan obat yang kurang tepat)
Pada kasus ini pasien mengalami mual dan muntah. Dokter
meresepkan vometa untuk mengatasinya. Vometa merupakan terapi mual
muntah karena berbagai penyebab seperti yang disebabkan karena
sindroma dyspepsia disertai pengosongan lambung yang lambat, refluks
gastro esophagus, dan esofagitis. Tetapi untuk penggunaan vometa
terdapat perhatian agar hati-hati untuk digunakan pada ibu hamil terutama
kehamilan trimester pertama. Oleh karena itu kami merekomendasikan
kepada dokter agar penggunaan vometa diganti dengan anvomer B6
karena memiliki indikasi mencegah mual selama hamil sehingga lebih
aman untuk ibu hamil. Anvomer digunakan selama pasien mengalami
mual dan muntah.
Selain itu dokter juga meresepkan lansoprazole dan ranitidin
karena terjadi peningkatan asam lambung akibat perubahan hormon pada
ibu hamil. Kedua obat tersebut aman untuk ibu hamil karena masuk dalam
kategori B, tetapi kami menyarankan agar terapi untuk tukak lambung atau
duodenum pada pasien digunakan satu obat saja yaitu ranitidine karena
kedua obat tersebut memiliki indikasi yang sama serta untuk kenyamanan
pasien dan sudah dapat mengcover asam lambung yang meningkat.
Ranitidine bekerja dengan cara menekan sekresi asam lambung dengan
menghambat "asam (proton) pompa" dalam sel parietal lambung. Ranitidin
diberikan secara per oral 2 kali sehari selama 5 hari.
3. Terapi Tambahan
Terapi tambahan yang kami rekomendasikan adalah prenagen
emesis. Prenagen emesis merupakan susu untuk ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah terutama pada kehamilan trimester pertama.
Susu untuk ibu hamil ini sangat tepat diberikan pada pasien karena pasien
mengeluhkan tidak mau makan, lemah, pusing, serta mata berkunang.
Oleh karena itu diperlukan nutrisi tambahan untuk ibu hamil dan janin
yang dikandungnya. Prenagen emesis diminum 2 kali sehari pada pagi dan
sore hari selama trimester pertama kehamilan.
E. KIE ( KONSELING, INFORMASI DAN EDUKASI )
KIE yang dilakukan pada pasien ibu hamil antara lain :
1. Edukasi pasien tentang pola hidup yang baik seperti mengkonsunsi
makanan yg bergizi untuk kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya.
2. Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau
porsi besar hanya akan membuat ibu hamil bertambah mual. Berusahalah
makan sewaktu ibu hamil dapat makan, dengan porsi kecil tapi sering.
3. Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk
membantu mengatasi rasa mual. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran
dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dll.
4. Memberikan informasi mengenai makanan yang tidak boleh dikonsumsi
(seperti: buah nanas).
5. Jangan sembarangan minum obat warung.
6. Tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
7. Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru
terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila
merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snak atau biscuit
didekat tempat tidur agar dapat memakannya dahulu sebelum anda
mencoba untuk berdiri.
8. Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan
memperburuk rasa mual.
9. Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah.
Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung
kafein dan karbonat.
10. Mengkonsumsi jahe untuk mengurangi rasa mual. Penelitian di Australia
menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wanita
hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk
menbantu mengatasi rasa mualnya.
11. Jangan melakukan aktivitas yang berat dan perbanyak istirahat. Istirahat
dan relax akan sangat membantu mengatasi rasa mual muntah. Karena bila
stress hanya akan memperburuk rasa mual.
12. Hubungi dokter bila mual-muntah menjadi sangat hebat, yang
menyebabkan pasien tidak dapat makan atau minum apapun juga sehingga
dapat menimbulkan kekurangan cairan/dehidrasi.
F. MONITORING DATA LABORATORIUM
Data laboratorium yang perlu dimonitoring dalam kasus ini, antara lain :
Data
laboratorium
Nilai normal Dalam kasus Keterangan
Hb Wanita : 12 – 14 gr
/ dl
10 gr / dl Dibawah normal
Hct Wanita : 37 – 43
vol %
Belum di periksa Perlu diperiksa.
Pada pasien
anemia biasanya
kardar Hct
dibawah normal
TD < 120 mm Hg / 80
mm Hg
100 mmHg / 70
mmHg
Dibawah normal
( Anonim, 2001 )
4. KESIMPULAN
Pada kasus ibu hamil yang menderita anemia dan mual muntah, terapi
yang dianjurkan adalah anmover, sangobion, prenagen emesis dan
ranitidine. Serta perlu monitoring Htc, TD, Hb, karena data
laboratorium tersebut mengindikasikan adanya anemia.
5. DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan, Ermawati Syam, Rusnah, Septi Tolanda, Irma
Damayanti. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil
di Indonesia (Evidenced Based). Diakses tanggal 1 Desember
2011. http://ridwanamiruddin.wordpress.com
Anonim. 2008. MIMS Petunjuk Konsultasi.Jakarta : PT. InfoMaster lisensi
dari CMPMedica
Anonim. 2010. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 44.
Jakarta : Penerbit ISFI
Anonim. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Ksuheimi. 2007. Anemia dalan Kehamilan. Diakses tanggal 1 Desember
2011. http://ksuheimi.blogspot.com/2007/09/anemia-dalam-
kehamilan.html
Dr.Suririna. Tips Mengatasi Mual Muntah Saat Hamil Muda (Morning
Sickness). http://www.infoibu.com. Diakses tanggal 8
Desmber 2011.
PR
Apakah pasien dengan penurunan perlu ditransfusi darah ?
Jawaban :
Dari data laboratorum menunjukan kadar Hb pasien dalam kasus ini
adalah 10 gr / dl. Kondisi ini tidak perlu transfusi darah, cukup diterapi
dengan sangobion. Transfusi darah diperlukan pada pasien dengan kadar
Hb dibawah 5 gr / dl.