repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 10. Keluarga besar...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 10. Keluarga besar...
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1, di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan di Universitas yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 April 2014
DeaHilyatulAuliya
ABSTRAK
Dea Hilyatul Auliya, NIM : 1110046100032, Kontribusi Tunas Usaha Rakyat(TUR) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perempuan Miskin diPedesaan,(Studi kasus pada BTPN Syariah cabang Taraju, Tasikmalaya JawaBarat), Konsentrasi Perbankan Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.Isi: 60 halaman + 21 lampiran, 22 literatur.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana program TUR (TunasUsaha Rakyat) memberikan dampak terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakatperempuan miskin di pedesaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan jenis metodedeksriptif, yaitu metode masalah yang memandu peneliti untuk mengekplorasi danatau memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.Teknik pengumpulan datanya dengan cara, penelitian lapangan atau survey,sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi,wawancara, dokumentasi dan angket. Analisis data yang dipergunakan adalah analisisdata yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, analisis kuantitatif dengan membuatpersentase untuk mencari kesimpulan dengan menggunakan tabulasi distribusifrekuensi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa program TUR (Tunas Usaha Rakyat)dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat perempuan miskin di pedesaanmemberikan dampak positif dan sudah bisa dilakukan secara efektif sesuai dengantarget pencapaiannya, dengan banyaknya frekuensi yang menjawab sebanyak 88%dari 50 responden. Selain itu pemberdayaan dalam program TUR ini menciptakantingginya inisiatif diri pada masyarakat miskin yang berada di pedesaan sehingga ibu-ibu di pedesaan benar-benar mampu untuk memulai keberanian usaha agarmempunyai penghasilan sendiri tanpa harus menunggu hasil upah pekerjaansuaminya.
Kata Kunci : Program TUR (Tunas Usaha Rakyat) BTPN SyariahcabangTaraju-Tasikmalaya, PemberdayaanEkonomiMasyarakat di Pedesaan.
PembimbingI :Kuntarno Noor Aflah
PembimbingII :Yuke Rahmawati
NIP. 197509032007012023
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis menyatakan bahwa sesungguhnya segala puji
hanyalah kepunyaan Allah SWT, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, pemilik
dan Penguasa hari Pembalasan. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan
kepada baginda kita semua yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Alhamdulillahirabbil Alamin puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan berupa karunia, rahmat dan nikmat, sehingga
skripsi dengan judul KONTRIBUSI PROGRAM TUR (Tunas Usaha Rakyat)
DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PEREMPUAN
MISKIN DI PEDESAAN (Studi Kasus Pada BTPN Syariah Cabang Taraju,
Tasikmalaya Jawa Barat) ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh dukungan,
motivasi dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada piha-pihak tersebut sebagai berikut:
1. Bapak Prof Dr. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A., M.M selaku dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. sebagai Kepala Program Studi Muamalat,
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Kuntarno Noor Aflah, M.A dan ibu Yuke Rahmawati, M.A selaku
dosen pembimbing penulisan skripsi saya yang ditengah kesibukan, telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan
saran dan masukan yang sangat berarti bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ustadz Dr. K.H.A Juaini Syukri, Lcs, MA dan bapak Mu’min Rauf, MA
selaku dosen penguji skripsi penulis, yang telah membantu mengoreksi
dan apresiasi memadai dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan Fasilitas untuk
mengadakan studi perpustakaan.
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan yang sangat berguna, sehingga penulis bisa
mengaplikasikan dengan keilmuan yang telah didapat selama di bangku
kuliah. “Ahsanuljaza Fiddunnya Wal Akhirah”.
7. Senior Manager Wisma BTPN Syariah cabang Taraju, Tasikmalaya
(Kak Devi Sugitaraswati) Yang bersedia meluangkan waktu ditengah
kesibukan guna memberikan informasi serta data-data yang sangat
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kedua orangtuaku tercinta (Ayahanda Ir. H.Uwang Wandi Sanusi dan
Ibunda Hj.Eneng Nuryanti,SS) dan Nenek tersayang (Hj. Nafisah) yang
terus memberikan motivasi baik itu moral, materil dan doa yang tiada
henti, sehingga memberikan keteguhan dan semangat yang luar biasa
dalam penyusunan skripsi ini. Tak lupa juga untuk adik perempuanku
tersayang yang masih tinggal di Ponpest As-Syafi’iyah sekarang ini
(Della Azmatun Nisa) yang menjadi motivasi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini “gunakanlah waktumu dik, sebagaimana
mestinya dan jangan sia-siakan waktu yang ada untuk hal-hal yang
tidak berguna”..
9. Teman-teman Seperjuangan Perbankan Syariah kelas E angkatan 2010
khususnya Rodiana dan Nisrina M.D yang menjadi sahabat karibku yang
senantiasa mendukung dan memotivasi dalam setiap langkah pengerjaan
skripsi ini. sahabat-sahabat yang selalu mewarnai kehidupan ku selama 4
tahun kita bersama Tasya Geby, Binti Salekhah, Hani Tahliani,Vita Silvia,
Nurul Indra, dan Rahmi Nurkholisoh.
10. Keluarga besar KKN Gelang Perak 2013, Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Kompaksy yang selalu memberikan warna bagi kehidupan penulis.
11. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu disini, semoga Allah SWT
memberikan balasan pahala yang berlipat ganda Aamiin …
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pencapaian Layanan BTPN Syariah .................................................. 39
Tabel 4.2 Distribusi Responden......................................................................... 41
Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Usia.............................................. 42
Tabel 4.4 Pendidikan Terakhir Responden ........................................................ 43
Tabel 4.5 Identitas Pekerjaan Responden Sebelum Mengikuti Program TUR.. 44
Tabel 4.6 Identitas Pekerjaan Responden Setelah Menikuti Program TUR ...... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan ......................................................... 24
Gambar 3.2 Visi & Misi BTPN Syariah................................................................ 35
Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT. BTPN Syariah ............................................. 36
Gambar 4.4 Presenstase Jumlah Pembiayaan ........................................................ 47
Gambar 4.5 Penggunaan Pembiayaan ................................................................... 49
Gambar 4.6 Inisiatif PengambilanPeminjaman ..................................................... 51
Gambar 4.7 Pengelolaan Keuangan Keluarga Responden .................................... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, seluruh lapisan masyarakat mulai dari kalangan birokrat di
tingkat atas sampai masyarakat biasa di tingkat desa, mengakui keberadaan
“kemiskinan”. Kondisi itu merupakan sebuah persoalan yang mengandung
banyak dimensi yang menuntut pemecahannya melalui berbagai pendekatan.
Kemiskinan telah memberikan dampak dalam berbagai tampilan, baik
dampak terhadap perorangan, keluarga, dan kepada lembaga. Namun tidak bisa
dipungkiri bahwa yang paling esensial adalah kemiskinan selalu bermula dari
kondisi perorangan. Dengan begitu pemecahan kemiskinan di Indonesia sekarang
ini banyak bermunculan berbagai jenis lembaga keuangan baik itu lembaga
keuangan perbankan maupun non perbankan.
Dengan adanya lembaga keuangan tersebut perekonomian rakyat dapat
ditingkatkan, terutama rakyat yang kurang mampu atau miskin yang sangat
memerlukan pembiayaan, untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif maupun untuk
mengembangkan usahanya. Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,
2
pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan juga kesehatan.1Jumlah penduduk
miskin di Indonesia khususnya yang berada di pedesaan sampai September 2012
berjumlah 18,08 juta penduduk miskin atau dalam bentuk persentasenya
mencapai 14,70 %.2
Salah satu penyebabnya dikarenakan kurang maksimalnya perkembangan
usaha mikro terhadap daerah-daerah yang berada di pedesaan dan masyarakatnya
yang masih belum bankable. Oleh karena itu, untuk memperluas jangkauan
fasilitas pembiayaan tersebut sangat dibutuhkan lembaga keuangan yang dapat
menjangkau dan tidak memberatkan baagi mereka. Ibnu Taimiyah
mengemukakan bahwa siapapun yang tidak mampu memperoleh penghasilan
yang mencukupi maka harus dibantu dengan sejumlah uang, agar mampu
memenuhi kebutuhannya.3 Sehingga di Indonesia saat ini jumlah lembaga
pembiayaan telah menunjukan perkembangan yang sangat pesat dari tahun
ketahunnya.
Salah satu lembaga keuangan yang sekarang ini dipercaya mampu
membantu dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di pedesaan adalah Bank
Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).
Bank Tabungan Pensiunan Nasional adalah salah satu lembaga keuangan
yang membangun BTPN Syariah secara khusus untuk difokuskan melayani
1Tanpa nama, “Kemiskinan”. Artikel ini diakses pada 24 Agustus 2013 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan
2 Euis Amalia, ”Kuliah Umum Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, 9 Desember 2013.Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah.
3 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing. 2005),hlm. 220
3
segmen Tunas Usaha Rakyat (TUR). Adanya pembiayaan mikro tersebut
bertujuan untuk memberdayakan jutaan keluarga pra/cukup sejahtera dengan
harapan agar keluarga berpendapatan rendah ini khususnya perempuan miskin
bisa meningkatkan penghasilan dan tingkat kesejahteraan kehidupan mereka agar
lebih baik.4 .
BTPN meluncurkan bisnis Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dengan nama,
BTPN mitra usaha rakyat pada tahun 2009 dengan membuka 539 kantor cabang
di berbagai daerah. Program pemberdayaan mass market ini bisa berkelanjutan
serta menjadi bagian integral dari aktivitas bisnis BTPN. Sehingga pada tahun
2010 BTPN berhasil menyelesaikan uji coba bisnis perbankan komunitas syariah
atau yang biasa dikenal dengan (BTPN Syariah – Tunas Usaha Rakyat). 5
BTPN Syariah ini mampu mengeluarkan program dan produknya dengan
sangat menarik seperti adanya program yang disebut PMD (Paket Masa Depan)
dan produknya yang biasa dikenal dengan TAPE (Tabungan, Asuransi, Pinjaman
Latihan, dan Pengelolaan Keuangan). Sehingga fokus dari kegiatannya adalah
memberikan pembiayaan sebagai modal usaha agar ada yang dihasilkan oleh
orang-orang tersebut sebagai cara meningkatkan kemampuan khususnya
pendapatan ekonomi masyarakat di pedesaan.
4Artikel ini diakses pada tanggal 27 Januari 2014 dari http://www.btpn.com/segmen-usaha/bisnis-syariah/.
5Artikel ini diakses pada tanggal 27 Januari 2014 dari http://www.btpn.com/segmen-usaha/bisnis-syariah/.
4
Banyak sekali peluang yang diciptakan lembaga keuangan yang dipercaya
dapat meningkatkan kemampuan keuangan untuk para anggota nasabahnya.
Banyak manfaat yang telah dirasakan oleh sebagian masyarakat miskin di
pedesaan khususnya kaum perempuan yang tergabung dalam sebuah anggota
kelompok ini dengan adanya program PMD dan TAPE. Dengan adanya
pemberdayaan terhadap masyarakat di pedesaan khususnya kaum perempuan
yang dijadikan sebagai objeknya dalam pencapaian penting pada program tersebut
apakah akan selalu berhasil dilakukan. Bagaimana cara yang ditempuh BTPN
Syariah untuk mendukung meningkatkannya kesejahteraan masyarakat di
pedesaan menuju ke arah yang lebih baik lagi sehingga usaha yang dilakukan
dapat terlaksana lebih maksimal dan mencapai tujuan yang lebih sempurna.
Alasan penulis memilih kegiatan pemberdayaan terhadap perempuan di
pedesaan dengan adanya program tunas usaha rakyat (TUR) pada lembaga
keuangan di atas yaitu karena adanya keingin tahuan penulis sejauhmana program
TUR dapat memberikan dampak terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat
perempuan miskin di pedesaan. Yang dipercaya mampu merubah keadaan
masyarakat pedesaan khususnya yang miskin menjadi sejahtera.
Hal tersebut dapat terlihat pada masyarakat miskin di pedesaan khususnya
dengan kondisi sosial, demografi dan latar belakang masyarakat yang berbeda.
Sehingga dengan begitu dapat mengetahui bagaimana strategi lembaga tersebut
agar dapat diterima di masyarakat pedesaan yang dominan masyarakatnya masih
5
awam akan bank syariah tetapi lembaga tersebut berhasil mengembangkan
kegiatan adanya program tersebut.
Pada kenyataannya penulis telah menemukan khususnya masyarakat di
daerah Taraju, Tasikmalaya Jawa Barat, banyak sekali ibu-ibu yang antusias ingin
bergabung baik itu untuk program PMD dan DKKB. Sehingga hal tersebut
menurut penulis menimbulkan sesuatu yang harus dikaji untuk mengetahui
bagaimana lembaga tersebut dapat menerapkan program dan produk semacam ini
seperti program PMD (Paket Masa Depan),DKKB (Disiplin-Kerja Keras-Kerja
Sama-Berani Usaha),TAPE (Tabungan Asuransi Pinjaman Pelatihan dan
Pengelola Keuangan) dan lain sebagainya. Sehingga diharapkan adanya program
ini kedepannya nanti dapat dilihat bahwa kumpulan anggota perempuan miskin
dipedesaan pun yang diberdayakan mampu berperan sebagai pengangkat martabat
bagi keluarganya dengan membantu kepala rumah tangga dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Kontribusi Program TUR (Tunas
Usaha Rakyat) dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perempuan
Miskin di Pedesaan (Studi Kasus Pada BTPN Syariah Cabang Taraju,
Tasikmalaya Jawa Barat)”.
6
B. Identifikasi Masalah
Tema yang menjadi fokus bahasan penulis terkait dengan banyak faktor
yang mempengaruhinya. Dan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pembahasan tersebut, yaitu:
1. Kurangnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat pedesaan miskin
memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga.
2. Keterbatasan pengetahuan masyarakat pedesaan dalam memilih pelayanan
umum maupun kegiatan ekonomi.
3. Keterbatasan ruang gerak masyarakat pedesaan dalam menentukan akses
pembiayaan khususnya di lembaga keuangan mikro kecil.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan ini, maka penulis merasa perlu untuk
membatasi pokok permasalahan pada :
1. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) syariah yang dijadikan objek
penelitian. Khususnya untuk masyarakat pedesaan desa Taraju, Tasikmalaya
yang tergabung pada program Tunas Usaha Rakyat (TUR).
2. Masyarakat yang dimaksud yaitu ibu-ibu anggota yang tergabung dari
kelompok program TUR.
7
D. Perumusan Masalah
Dengan membatasi pembahasan, penulis merumuskan pokok masalah
dalam tugas penelitian ini sebagai berikut :
1. Sejauhmana Program TUR (Tunas Usaha Rakyat) dapat memberikan dampak
terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat perempuan miskin di pedesaan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalahan yang telah dirumuskan di atas, tujuan
yang ingin dicapai penulis dari hasil penelitian ini adalah :
1) Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui apakah program TUR dapat memberikan dampak
positif terhadap pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan.
b) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan setelah diadakannya
program TUR pada BTPN Syariah ini.
2) Manfaat Penelitian
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a) Menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya dalam hal peranan
lembaga keuangan mikro.
b) Menambah pengetahuan bagi penulis serta masyarakat tentang prioritas
pengembangan lembaga keuangan mikro dengan fokus kegiatan dalam
pemberdayaan masyarakat dipedesaan.
8
F. Metode Penelitian.
Yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat pedesaan yang
tergabung pada kelompok program TUR (Tunas Usaha Rakyat) di BTPN Syariah
cabang Taraju, Tasikmalaya Jawa Barat.
1. Jenis dan sumber data
a. Data Primer
1) Observasi, dengan mengamati langsung ke tempat penelitian yaitu
BTPN Syariah cabang Taraju, Tasikmalaya Jawa Barat.
2) Wawancara, dengan cara mewawancarai beberapa pihak yang terkait
pada tema yang penulis bahas baik itu untuk masyarakat yang
tergabung pada program TUR ataupun untuk ketua cabang kantor
BTPN Syariah.
3) Kuisioner, disebut pula angket atau self administrated quisioner
adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu
daftar pertanyaan kepada responden untuk di isi.6
b. Data Sekunder
1) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan
penelitian, dan data ini penulis peroleh dari kantor cabang BTPN
syariah cabang Taraju - Tasikmalaya.
6Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. (Yogyakarta: UGM Press. 2004). Cet.ke2. Hlm. 63
9
2) Penelitian kepustakaan (library research) dari buku, artikel, karya
ilmiah ataupun dari internet yang berkaitan dengan materi skripsi ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses atau cara pengambilan data
yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Teknik pengumpulan data yang di
gunakan dalam penelitian sebagai berikut:
a) Metode angket (Questionary).
Metode angket ini di lakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada responden dengan menggunakan jalan pendekatan
dengan cara mengedarkan formulir pertanyaan untuk mendapatkan
jawaban yang mendukung pertanyaan.
Tujuan pokok pada kuisioner ini adalah untuk (a) memperoleh
informasi yang relevan dengan tujuan survey, dan (b) memperoleh
informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat
terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka
senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung
berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian tersebut.7
b) Dokumentasi (Documentary)
Merupakan penelitian dengan cara mengumpulkan catatan-catatan
atau arsip-arsip yang ada di kantor BTPN Syariah yang bersangkutan
7Singarimbum,Masri,Dkk. Metode Penelitian Survey. (Jakarta : LP3ES .1989). cet.kedelapan, Febuari 2006. Hlm. 175
10
yaitu Kantor Cabang BTPN Syariah yang berlokasi di Taraju,
Tasikmalaya Jawa Barat.
c) Wawancara (Interview).
Adalah metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
dengan cara bertanya secara langsung kepada pimpinan kantor cabang
tersebut atau responden. Wawancara merupakan sarana penunjang dari
angket, karena wawancara salah satu bagian dari survey yang dilakukan.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data primer serta menggali
informasi-informasi lain yang tidak dapat diperoleh melalui angket.
3. Populasi dan Sampel
Populasi
Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah anggota atau
nasabah yang tergabung pada BTPN Syariah.
Sampel
Sampel adalah penarikan dari sebagian populasi untuk mewakili
seluruh populasi. Sebagai respondennya adalah ibu-ibu para anggota yang
tergabung pada program Tunas Usaha Rakyat (TUR) khususnya
masyarakat daerah Taraju, Tasikmalaya Jawa Barat. Dan bentuk
pengambilannya menggunakan accidental sampling (pengambilan sampel
secara kebetulan) yaitu anggota sampel yang di ambil tidak direncanakan
11
terlebih dahulu tapi dapat didapatkan atau dijumpai secara tiba-tiba dan
jumlah sampel akan diteliti sebanyak 50 responden.8
4. Teknik Analisa Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara, angket, dan
kepustakaan diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi
data, yaitu menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah itu data
yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data. Dalam hal ini data yang
dikumpulkan penulis adalah kualitatif, kemudian diolah menjadi data
kuantitatif. Maka teknik yang digunakan adalah metode analisa statistik
deskriptif yang akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.
Data yang telah dikumpulkan diperiksa kembali mengenai
kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau
informasi yang biasa disebut editing. Kemudian data tersebut ditabulasi, yakni
disusun kedalam bentuk tabel dengan menggunakan statistik presentase
sebagai berikut:
Keterangan :
P = Besarnya Presentase
F = Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N = Jumlah Responden9
8Sukandarrumi,Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,(Yogyakarta: GajahMada University Press, 2004). hlm. 63.
P= F/N x 100%
12
G. Review Studi Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini, untuk menghindari penelitian terhadap
obyek yang sama terhadap suatu penelitian yang sama, maka penulis telah
melakukan review studi terdahulu dan menemukan beberapa penelitian yang
hampir sama sejenis, tetapi tetap ada perbedaan yang dilakukan penulis. Berikut
di bawah ini adalah penelitian yang hampir sama :
No Nama penulis/
Judul skripsi,
Jurnal / Tahun.
Substansi Perbedaan dengan Penulis
1 Ratna Marita Eka /
Pemberdayaan
Ekonomi
Perempuan Sistem
Grameen/ Fakultas
Syariah dan
Hukum- Muamalat
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2012.
-Skripsi ini
menjelaskan tentang
lembaga keuangan
dengan sistem
grameen serta bentuk
pemberdayaan
masyarakat dengan
membandingkan dua
lembaga yaitu PT.
Mitra Bisnis Keluarga
Ventura dan Koperasi
Ratna membahas tentang
perbandingan antara kedua
lembaga yaitu PT. Mitra
Bisnis Keluarga Ventura
yang pelaksanaannya itu
berbasis konvensional
dengan koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor yang
pelaksaannya secara
syariah sehingga hasilnya
memberikan jawaban
9Anas Sarjona, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT.Grafindo Persada,1997). cet.Ke-8 hlm. 40.
13
Baytul Ikhtiar Bogor.
-Hasil penelitian
terdapat perbandingan
pelaksanaan
pemberdayaan
ekonomi perempuan
miskin pada PT.
Mitra Bisnis Keluarga
Ventura yaitu
pelaksanaannya
secara konvensional
dan sedangkan
Koperasi Baytul
Ikhtiar
pelaksanaannya
memasukan nilai-nilai
islam didalamnya.
tentang perbedaan
pelaksanaanya kedua
lembaga tersebut.
Sedangkan penulis akan
membahas kontribusi
program TUR (tunas usaha
rakyat) dalam upaya
mengembangkan dan
memberdayakan
masyarakat dipedesaan
dalam pencapaian kearah
yang lebih baik lagi
sehingga usaha yang
dilakukan dapat terlaksana
lebih maksimal dan
mencapai tujuan yang
lebih sempurna..
2 Ilham Ruhyat/
Pembiayaan bagi
Pemberdayaan
Skripsi ini
menjelaskan tentang
salah satu bentuk
Penulis akan membahas
kiat atau cara pengenalan
program BTPN Syariah
14
Perempuan Miskin
(Studi pada
Koprasi Baitul
Ikhtiar Bogor)/
Fakultas Syariah
dan Hukum-
Muamalat UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010
pemberdayaan
masyarakat dalam
bentuk perempuan
yang dilakukan di
koperasi Baytul
Ikhtiar Bogor.
Hasil penelitian
terdapat program
yang dilakukan oleh
BAIK Bogor
membawa perubahan
bagi para nasabahnya
baik materi maupun
non materi.
pada pelaksanaan program
TUR (tunas usaha rakyat)
guna untuk
mengembangkan dan
memberdayakan
masyarakat dipedesaan
dalam pencapaian kearah
yang lebih baik lagi
sehingga usaha yang
dilakukan dapat terlaksana
lebih maksimal dan
mencapai tujuan yang
lebih sempurna..
3 Sri Lestari /
Pemberdayaan
Ekonomi
Perempuan Miskin
dengan Metode
Analitic Hierarchy
Process (AHP)-
Skripsi ini
menjelaskan
mengenai
permasalahan yang
berkaitan dengan
adanya pemberdayaan
perempuan khususnya
Persamaan yang ditulis Sri
Lestari dengan penulis
adalah membahas yang
berkaitan dengan suatu
pemberdayaan perempuan
hanya saja yang menjadi
objek penelitian Sri Lestari
15
(Studi pada
Himpunan Pro-Ibu
Koperasi Syariah
Ukhuwah, dan PT.
Mitra Bisnis
Keluarga)/ Fakultas
Syariah dan
Hukum- Muamalat
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2013.
ekonomi perempuan
miskin hanya saja
pada skripsi ini Sri
Lestari yang menjadi
objek penelitian
adalah himpunan Pro-
IBU Koperasi Syariah
dan PT. Mitra Bisnis
Keluarga.
adalah ibu-ibu yang
tergabung pada PT.MBK
dan koperasi syariah
dengan menggunakan
metode analytic hierarchy
(AHP). Sedangkan yang
penulis mau teliti yaitu
kontribusi program TUR
(tunas usaha rakyat) dalam
upaya mengembangkan
dan memberdayakan
masyarakat dipedesaan
dengan menggunakan
metode analisa statistik
deskriptif
4 Christopher
Mahony, Ian
Montgomery, dan
Shant Shahverdian
meneliti tentang
“Making a
Hasil penelitian
menemukan bahwa
MBK memberikan
dampat positif
terhadap kehidupan
anggotanya.
Hal yang akan
membedakan penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah peneliti
ingin mengetahui upaya-
upaya yang akan dilakukan
16
Difference: An
Analysis of MBK
Ventura’s Impact
on Members.
College of
Business and
Economics
California State
University,
Northridge”. (Studi
kasus didesa Kebon
Cau, Teluk Naga,
Kronjo dan Rajeg),
2007.
Penelitian
menunjukan tingkat
kehidupan anggota
meningkat daro 19%
hingga 61% setelah
mengikuti program
MBK selama lima
tahun. Mayoritas
anggotanya pun dapat
memperbaiki kondisi
rumah, dan mayoritas
anggota yang
tergabung merasa
puas.
BTPN Syariah dalam
program TUR dalam
pemberdayaan ekonomi
masyarakat dipedesaan,
sehingga apakah
pemberian pembiayaan
yang diberikan itu dapat
memberdayakan
perempuan dari sisi
ekonomi seperti
pencapaian yang telah
dilakukan oleh PT.Mitra
Bisnis Keluarga.
H. Kerangka Teori
Fokus dalam penelitian ini adalah guna untuk mengetahui bagaimana cara
yang ditempuh lembaga keuangan seperti adanya program Tunas Usaha Rakyat
(TUR) yang dikeluarkan oleh BTPN Syariah dalam upaya mendukung agar
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan menuju ke arah yang lebih
17
baik lagi sehingga usaha yang dilakukan dapat terlaksana lebih maksimal dan
mencapai tujuan yang lebih sempurna.Oleh karena itu, teori-teori atau konsep-
konsep yang relevan untuk dijadikan kerangka analisis yaitu, teori kontribusi,
teori pembuatan keputusan, dan pemberdayaan perempuan.
a) Kontribusi
Menurut kamus ilmiah popular, kontribusi berarti sumbangan atau
sokongan.10 Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, kontribusi
diartikan sebagai sumbangan. Dalam kamus Cambridge, kontribusi adalah
“something that you do or give to help produce or achieve something together
with other people, or to help make something successful”11(Sesuatu yang
dilakukan atau diberikan untuk membantu produksi atau mencapai sesuatu
untuk membantu mencapai kesuksesan). Jadi dapat disimpulkan dari beberapa
pengertian di atas bahwa kontribusi adalah upaya yang dilakukan untuk
membantu seseorang dalam mencapai kesuksesannya.
b) Pembuatan Keputusan.
Dalam mencari solusi alternative seorang pengambil keputusan harus
memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan logika, realita, rasional,
dan pragmatis. Oleh karena itu, seorang konsumen sebelum memilih suatu
10Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:PenerbitArkola, 1994),h. 369.
11Cambridge Advance Learner’s Dicnitionary, (New York: Cambridge University Press,2008),h. 43.
18
pilihan akan mencari suatu produk yang paling cocok dan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya.
Pencarian akan produk tersebut akan melewati dua macam proses
yaitu proses pencarian internal dan eksternal12. Proses pencarian internal yaitu
proses pencarian yang mengutamakan informasi mengenai produk dan
berbagai alternatifnya. Sedangkan proses pencarian eksternal yaitu proses
pencarian yang menggunakan pendekatan teoritis, meliputi pendekatan
perspektif ekonomi seperti biaya transaksi, dan pendekatan keputusan seperti
analisis terhadap resiko dan situasi.
c) Pemberdayaan Perempuan.
Menurut Hafidz seperti yang dikutip oleh Ratih Dewayanti dan erna
Ermawati Chotim dalam buku Marjinalisasi dan Eksploitasi Perempuan Usaha
Mikro di Pedesaan Jawa, bahwa pemberdayaan dikenal sebagai satu
pendekatan untuk memperbesar akses dan control kelompok-kelompok
marginal atas sumber dara ekonomi, politik, dan budaya.13 Menurut
Sumodiningrat, bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang
mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang
12Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi danPengendalian (Jakarta: Salemba empat, 1994). Hlm. 46.
13Skripsi, Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sistem Grameen, Ratna Marita Eka – 2011pebankan syariah. Hal. 17
19
diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang
diberdayakan.14
I. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini penulis membagi menjadi
lima bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori, menjelaskan tentang teori kontribusi, teori pemberdayaan
perempuan, dan pengambilan atau pembuatan keputusan .
BAB III : GAMBARAN UMUM
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang gambaran BTPN Syariah
dengan memaparkan objek yang sedang diteliti, sejarah perkembangan lembaga
tersebut, profil, visi-misi, struktur organisasi dan manajemennya, serta kebijakan
yang dikeluarkan oleh manajemen dalam pencapaian suatu program.
14Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,(Jakarta: PT. Gramedia, 1999). Hlm.34.
20
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang hasil pengolahan data berdasarkan
olahan data dengan menggunakan metode statistik deskriptif dari kegiatan suatu
pemberdayaan dalam hal pengembangan ekonomi masyarakat di pedesaan
(miskin) khususnya pada program TUR (Tunas Usaha Rakyat) yang di adakan
oleh BTPN Syariah yang kemudian hasilnya nanti akan disajikan dalam bentuk
uraian dan tabel. Setelah itu dari data yang telah dikumpulkan penulis berupa data
kualitatif kemudian akan diolah menjadi data kuantitatif. Sehingga menjawab
faktor apa yang paling dominan mempengaruhi masyarakat pedesaan dalam
memilih pembiayaan serta apakah dengan diadakannya program TUR dalam
memberdayakan kaum ibu yang berada dipedesaan bisa dilaksanakan secara
efektif sesuai dengan ketentuannya.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dan saran yang
berdasarkan hasil dari pengolahan data yang telah dibahas sehingga dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan terutama pihak perusahaan
dalam mengukur kemampuan dirinya dalam memasarkan pembiayaan terhadap
masyarakat dipedesaan.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun
sumbangan15. Menurut kamus ilmiah populer, kontribusi berarti sumbangan atau
sokongan16. Sedangkan menurut Kamus cambridge, kontribusi adalah “something
that you do or give to help produce or achieve something together with other
people, or to help make something successful”17 (sesuatu yang dilakukan atau
diberikan untuk membantu produksi atau mencapai sesuatu untuk mencapai
kesuksesan). Dapat disimpulkan bahwa kontribusi adalah upaya yang dilakukan
untuk membantu mencapai kesuksesan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat
berupa materi atau tindakan.
Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman
terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai
tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian
memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.
15www.http://eprints.uny.ac.id/ artikel ini diakses pada tanggal 02 Maret 2014.16Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Arkola,1994), h. 369.
17Cambridge Advence Learner’s Dictionary, (New York: Combridge University Press,2008), h. 43.
22
B. Pembuatan Keputusan.
1. Definisi perilaku konsumen (Consumer Behavior).
Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat dirumuskan sebagai
perilaku yang ditunjukan oleh orang-orang dalam hal merencanakan,
membeli, dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa18. Menurut
Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen adalah bagaimana suatu
individu memutuskan untuk membeli, melakukan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi barang, jasa, pengalaman dan ide-ide.
Sedangkan menurut Asosiasi Pemasaran Amerika yang dikutip oleh Nugroho
J Setiadi, perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka19.
Jadi dapat disimpulkan bahwa cosnsumer behavior adalah merupakan
tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang ditampilkan oleh
individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan atau menggunakan
suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan
produk, pelayanan, dan dengan sumber-sumber lainnya20.
18Winardi, Marketing dan perilaku pelanggan, (Bandung: Mandar Maju, 1991),h. 4919Armeyn Patria, “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalamMengkonsumsi Minuman Pocari Sweat” , Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012. h. 29.
20Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:Pustaka Setia, 2013), h. 306.
23
2. Tahapaan dan Model Pembuatan Keputusan
Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap
yang berbeda namun berhubungan satu sama lain. Tiga tahap tersebut yaitu
tahap masukan (input), tahap proses, dan tahap keluaran (output).
a) Tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan
atas produk dan terdiri dari dua sumber informasi utama: yaitu usaha
pemasaran perusahaan seperti promosi, produk, harganya, dan di mana ia
jual. Sedangkan pengaruh sosiologis eksternal terhadap pengambilan
keputusan itu seperti keluarga, teman-teman, tetangga, sumber informal
dan non-komersial lain, serta keanggotaan budaya dan subbudaya.
b) Tahap proses model ini memfokuskan pada cara konsumen mengambil
keputusan. Seperti faktor psikologis yang melekat pada setiap individu
seperti motivasi, persepsi, pengetahuan, kepribadian, dan sikap.
c) Tahap keluaran dalam model pengambilan keputusan terdiri dari dua
macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat
yaitu antara perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli. Perilaku
membeli produk yang murah dan tidak tahan lama dapat dipengaruhi oleh
kupon produsen dan sebetulnya bisa berupa pembelian percobaan.
Misalnya jika konsumen puas, dia mungkin mengulang pembelian21.
21Lazar Kanuk, Cunsumer Behavior, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004). hlm.7.
24
Gambar 2.1
Proses Pengambilan Keputusan.22
Proses pengambilan yang spesifik sebetulnya terdiri dari urutan
kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan perilaku pasca pembelian. Pada
gambar di atas, menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima tahap
seluruhnya pada setiap pengambilan keputusan. Namun biasanya dalam
proses pembelian yang lebih rutin, konsumen seringkali melompati atau
membalik beberapa tahap ini.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan23.
Keputusan pembelian atau memilih mengkonsumsi suatu produk
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor kebudayaan, sosial,
pribadi, dan psikologis.
22Nugroho. J. Setiadi, Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan dan KeinginanKonsumen, (Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2010). h. 16
23Nugroho .J. Setiadi, Perilaku konsumen, (Jakarta: Prenanda Media, 2003).
Mengenalikebutuhan
PencarianInformasi
EvaluasiAlternatif
KeputusanMembeli
Perilakupasca
pembelian
25
a) Faktor-Faktor Kebudayaan.
Kebudayaan. subbudaya dan kelas sosial merupakan faktor penentu
yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk
lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya
dipelajari. Seperti seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan
seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui suatu proses
sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga-lembaga sosial penting
lainnya. Sub budaya merupakan faktor lebih kecil yang memberikan
identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.
Subbudaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: yaitu kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan area geografis.
Sedangkan kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan
keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.
b) Faktor-Faktor Sosial.
Faktor sosial seperti keluarga, peran dan status mempunyai
pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang. Beberapa di antaranya adalah kelompok-kelompok primer,
yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti
keluarga, teman, tetangga dan teman sejawat. Kelompok-kelompok
sekunder, yang cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang
terjadi kurang berkesinambungan. Orang pada umumnya sangat
26
dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara. Pertama,
kelompok referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya
hidup baru. Kedua, mereka juga mempengaruhi sikap dan konsep-konsep
jatidiri seseorang karena orang tersebut umumnya ingin ”menyesuaikan
diri”. Ketiga, mereka ingin menciptakan untuk menyesuaikan diri yang
dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
c) Faktor Pribadi.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan sirklus hidup
keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-
tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya
mengalami perubahan dan transformasi tertentu pada saat mereka
menjalani hidupnya. Selain itu seperti keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian dan konsep diri24. Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi
seseorang adalah terdiri dari pendapatan seseorang yang terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan dan kemampuan untuk meminjam
dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung25.
d) Faktor Psikologis
Beberapa kebutuhan bersifat biogenic, kebutuhan ini timbul dari
suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus, resah tidak
nyaman. Adapun kebutuhan lain yang bersifat psikogenik, yaitu
24Setiadi Nugroho, Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan dan Keinginan Konsumen,(Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2010). h. 11-12.
25Nugroho .J. Setiadi, Perilaku konsumen, (Jakarta: Prenanda Media, 2003). h. 13.
27
kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan
untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Freud,
mengasumsikan bahwa kekuatan psikologis yang sebenarnya membentuk
perilaku manusia sebagian besar dibawah sadar. Freud melihat bahwa
seseorang akan menekan berbagai keinginan seiring dengan proses
pertumbuhannya dan proses penerimaan aturan sosial.
C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga atau kekuatan. Pemberdayaan adalah “upaya untuk membangun daya
masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya”26.
Menurut Edi Suharto pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai
proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau kebudayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan adalah menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial dalam
26Mubyator, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta, BPFE,2000), Cet. Ke 1,h. 263,lihat juga Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan danPemerataan, (Jakarta, PT. Cidensindo, 1997) h. 145.
28
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya27. Memberdayakan masyarakat
berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
dalam kondisi yang kurang mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat. Dengan kata lain
memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Pemberdayaaan diarahkan guna meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat sehingga produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah
yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.
Pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Yang berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan
berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan28. Kemudian ekonomi
masyarakat dapat diartikan segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic needs) yaitu seperti sandang,
pangan, kesehatan dan pendidikan29. Definisi lain menjelaskan bahwa
ekonomi masyarakat atau ekonomi rakyat adalah suatu sistem partisipatif.
Menurut Edi Suharto masyarakat dapat dibedakan menjadi dua konsep.
Konsep pertama masyarakat didefinisikan sebagai sebuah tempat bersama
yang bentuknya bisa berupa wilayah geografi seperti sebuah rukun tetangga,
perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
27Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung Refika Aditama,2005) h. 59-60.
28Lili Badriadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005), h. 5329Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,(Jakarta, Gramedia Pustaka Utama), Cet. Ke 1, h.66-67.
29
konsep kedua masyarakat diartikan sebagai sebuah kepentingan bersama,
yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas30.
Dari beberapa pengertian ekonomi masyarakat muncul sebagai akibat
dari terjadinya kesenjangan sosial ekonomi. Kesenjangan ini merupakan hasil
pemilikan aset-aset ekonomi berupa sumber daya produksi dan produktifitas
yang timpang antara pelaku ekonomi yang kuat dan yang lemah. Melalui
upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan
untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta
terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan
ekologi-nya.
2. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Dalam konsep pemberdayaan, masyarakat dipandang sebagai subyek
yang dapat melakukan perubahan, oleh karena itu diperlukan pendekatan yang
lebih dikenal dengan singkatan ACTORS. Pertama, authority atau wewenang
pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kepercayaan kepada
masyarakat untuk melakukan perubahan yang mengarah pada perbaikan
kualitas dan taraf hidup mereka. Kedua, confiedence and competence atau
rasa percaya diri dan kemampuan diri, pemberdayaan dapat diawali dengan
menimbulkan dan memupuk rasa percaya diri serta melihat kemampuan
bahwa masyarakat sendiri dapat melakukan perubahan. Ketiga, truth atau
30Edi Suharto, Metodelogi Pengembangan Masyarakat-Jurnal Comdev, (Jakarta: BEMJ-PMI, 2004).
30
keyakinan, untuk dapat berdaya, masyarakat atau seseorang harus yakin
bahwa dirinya memiliki potensi untuk dikembangkan. Keempat, opportunity
atau kesempatan, yakni memberikan kepada masyarakat untuk memilih segala
sesuatu yang mereka miliki. Kelima, responsibility atau tanggung jawab,
maksudnya yaitu perlu ditekankan adanya rasa tanggung jawab pada
masyarakat terhadap perubahan yang dilakukan. Keenam, support atau
dukungan, adanya dukungan dari berbagai pihak agar proses perubahan dan
pemberdayaan dapat menjadikan masyarakat lebih baik.
Salah satu konsep pemberdayaan ekonomi secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut31:
1. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan
produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya
memberikan suntikan modal sebagai stimulant, tetapi harus dijamin
adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan
yang masih lemah dan belum berkembang.
2. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah: pemberian
peluang atau akses yang lebih besar kepada asset produksi (khususnya
modal), memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat,
agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekedar price taker, pelayanan
31Sumidiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial(Jakarta: Gramedia, 1999) h. 67
31
pendidikan dan kesehatan, penguatan industry kecil, mendorong
munculnya wirausaha baru; dan pemerataan spasial.
3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: peningkatan akses
bantuan modal usaha peningkatan akses pengembangan SDM dan
peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung lengsung
sosial ekonomi masyarakat lokal.
Kusnadi mengungkapkan hal yang sama, yaitu menurutnya konsep
memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata
lain memberdayakan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.32 Sehingga Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi
atau penguatan ekonomi rakyat harus dilakukan secara elegan tanpa
menghambat dan mendiskriminasikan ekonomi kuat, untuk itu kemitraan
antar usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar adalah jalan
yang harus ditempuh. Karena pemberdayaan masyarakat dalam bidang
ekonomi adalah proses penguatan ekonomi rakyat menuju ekonomi rakyat
yang kokoh, modern, efisien. Selain itu pemberdayaan masyarakat dalam
32Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan; Filosofi, Strategi, Implementasi, (Jakarta:DEPDIKNAS,2005). h. 220
32
bidang ekonomi, tidak dapat dilakukan melalui pendekatan individu saja,
melainkan harus melalui pendekatan kelompok.
3. Tujuan dan Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Tujuan pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah untuk mencapai
tujuan pembangunan masyarakat agar lebih berdaya, berpartisipasi aktif, serta
penuh dengan kreativitas. Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat pada
dasarnya, adalah:33
a) Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial
ekonomi sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
b) Membantu mengembangkan manusiawi yang otentik dan integral dari
masyarakat lemah, rentan, miskin, marjinal dan kaum kecil, seperti petani,
buruh tani, pedagang kecil, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat
miskin yang terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kaum
wanita yang disingkirkan atau disampingkan.
Jamasy mengemukakan bahwa pemberdayaan ekonomi konsekuensi
dan tanggung jawab yang utama dalam program pembangunan melalui
pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat berdaya atau memiliki daya,
kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek
33I Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan PemberdayaanMasyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005). h. 115
33
fisik dan material,ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan
komitmen bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Terkait
dengan tujuan pemberdayaan. Sedangkan Sulistiyani menjelaskan bahwa
tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan.34
34http://hapipi-jayadi.blogspot.com “pemberdayaan masyarakat pengertian”, diakses padatanggal 28 Februari 2014.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Bank BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional).
Bank Tabungan Pensiunan Nasional disingkat Bank BTPN terlahir dari
pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer
pada tahun1958 di Bandung. Ketujuh serangkai tersebut kemudian mendirikan
Perkumpulan Bank Pegawai Pensiunan Militer ”BAPEMIL”.
BAPEMIL memiliki tujuan yang mulia yakni membantu meringankan
beban ekonomi para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia maupun sipil yang ketika itu pada umumnya sangat kesulitan bahkan
banyak yang terjerat rentenir. Sehingga berkat kepercayaan yang tinggi dari
masyarakat maupun mitra usaha, pada tahun 1986 para anggota perkumpulan
BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional dengan izin
usaha sebagai Bank Tabungan dalam rangka memenuhi ketentuan undang-undang
Nomor 14 Tahun 1967.
Pada tahun 2008 merupakan tahun penting bagi BTPN. Berbagai
pengembangandan pencapaian signifikan dilakukan. Pada 12 Maret 2008 BTPN
suksesmelakukan go public dengan melepas saham milik pemerintah c.q.
PTPerusahaan Pengelola Aset (PPA) sebesar 28,39%. Pada 14 Maret 2008,
TPGNusantara, S.a.r.l. mengakuisisi 71,6% saham BTPN, sehingga
menjadipemegang saham utama. Selain terus mengembangkan bisnis inti di
35
pangsa pasar pensiun yang telah menjadi tulang punggung selama 50 tahun,
pada akhir 2008 BTPN telah mengembangkan usahanya di pangsa pasar Usaha
Mikro Kecil dan Unit Usaha Syariah, dengan membuka 46 cabang BTPN l
mitra usaha rakyat di seluruh Indonesia dan 2 Cabang Syariah di Bandung dan
Jakarta.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional adalah salah satu lembaga
keuangan yang membangun BTPN Syariah secara khusus untuk difokuskan
melayani segmen Tunas Usaha Rakyat (TUR). Adanya pembiayaan mikro
tersebut bertujuan untuk memberdayakan jutaan keluarga pra/cukup sejahtera
dengan harapan agar keluarga berpendapatan rendah ini khususnya perempuan
miskin bisa menimgkatkan penghasilan dan tingkat kesejahteraan kehidupan
mereka agar lebih baik.35 Pada awal pendiriannya bank pegawai pensiunan
militer (BAPEMIL) menempuh perjalanan panjang sejak didirikan di Bandung,
Jawa Barat pada tahun 1958 dan kemudian berubah nama menjadi Bank
Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) pada tahun 1986.
BTPN meluncurkan bisnis usaha mikro dan kecil (UMK) dengan nama,
BTPN mitra usaha rakyat pada tahun 2009 dengan membuka 539 kantor cabang
di berbagai daerah. Program pemberdayaan mass market ini bisa berkelanjutan
serta menjadi bagian integral dari aktivitas bisnis BTPN. Sehingga pada tahun
35Artikel ini diakses pada tanggal 27 Januari 2014 dari http://www.btpn.com/segmen-usaha/bisnis-syariah/.
36
2010 BTPN berhasil menyelesaikan uji coba bisnis perbankan komunitas
syariah atau yang biasa dikenal dengan (BTPN Syariah – Tunas Usaha Rakyat).
B. Visi dan Misi.
Menurut Direktur utama BTPN dengan tujuan untuk memberikan makna
lebih dalam hidup serta meningkatkan potensi rakyat Indonesia secara signifikan,
kami percaya BTPN akan tumbuh menjadi bank mass market terbaik di
Indonesia.
a) Misi
Bersama, kita ciptakan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti.
b) Visi
- Menjadi Bank mass market terbaik, mengubah hidup berjuta rakyat
Indonesia.
- Mengintegrasikan misi social dan misi bisnis dalam produk dan layanan serta
kegiatan sehari-hari pada masyarakat berpenghasilan rendah dan segmen
usaha mikro dan kecil.
KEPALA UNIT
Operation &Inprastrukture
Sharia Risk BusinesPlaning
Distribution &TUR
CustomerAcquistion
HumanCapital
38
Operation & Inprastructure
Sharia Risk
Busines Planing
Human capital
Dewan Pengawas Syariah yang terdiri dari ketua dan anggotanya. Tugas
utama DPS pada BTPN Syariah adalah:
1) Melakukan kajian terkait implementasi Akad Murabahah produk
pembiayaan Paket Masa Depan segmen Tunas Usaha Rakyat.
2) Melakukan kajian mengenai Kerangka Kebijakan dan Mekanisme
Bagi Hasil .
3) Melakukan kajian penggunaan dana sosial.
4) Melakukan uji petik (sample) akad pembiayaan (5 sample) dan
pendanaan (18 sample) terhadap pemenuhan prinsip syariah dari
masing-masing kegiatan.
5) Melakukan inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan/atau
konfirmasi kepada pegawai bank untuk memperkuat hasil pemeriksaan
dokumen, baik untuk transaksi pendanaan maupun pembiayaan.
6) Memberikan pendapat syariah atas kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank.
7) Melaporkan hasil pengawasan kepada Bank Indonesia, Direksi dan
DewanKomisaris secara semesteran.
39
D. Kebijakan yang Dikeluarkan oleh Manajemen Perusahaan.
Berkarir di BTPN lebih dari sekedar bekerja. Menjadi bagian dari
perusahaan ini, kami mendapatkan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
upaya besar mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia. Program pengembangan
karir kami sangat terstruktur, didukung dengan berbagai pelatihan dan program
pengembangan diri.
Sehingga kami berupaya untuk:36
Berinteraksi dengan nasabah kami guna memahami kebutuhan nasabah
Memberikan energi positif kepada para nasabah melalui pelayanan dan
antusiasme kami
Meningkatkan pengembalian investasi dengan kinerja yang unggul
Memungkinkan para nasabah dan karyawan untuk mewujudkan potensi diri
mereka secara signifikan melalui program pemberdayaan kami.
E. Perkembangan Kinerja diadakannya Produk dan Layanan.
Akses pendanaan hanyalah satu dari banyak komponen penting bagi
pengusaha mikro & kecil untuk menciptakan pertumbuhan usaha yang
berkelanjutan. Daya Tumbuh Usaha (DTU) merupakan program pemberdayaan
untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan berusaha. Tiga sub program
Daya Tumbuh Usaha bertujuan membantu para nasabah BTPN syariah
36Hasil wawancara dengan Manager Unit cabang, Devi Sugitaraswati, 24 April Taraju,Tasikmalaya Jawa Barat.
667,50%
0
579,477
0
0
2,798
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pelatihan wirausaha pelatihan danpengembangan usaha
peluang usaha barau
2.798
579.477
6.765
41
Mengingat kebijakan mutu BTPN Syariah bertekad untuk mengubah
hidup dan memberikan makna lebih kepada setiap rakyat Indonesia, BTPN
meyakini bagaimana suatu perusahaan melakukan tanggung jawab sosialnya
merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, BTPN syariah
mengimplementasikanplatformpermberdayaan mass market yang memberikan
aktivitas peningkatan kapasitas kepadanasabah yang tak terbatas pada solusi
keuangan. Manager unit cabang taraju Devi Sugitaraswati, mengemukakan
bahwa “Alhamdulillah selama ini BTPN Syariah cukup berkembang cepat. Pada
saat ini kami sudah memiliki 1.200 wisma/ kantor cabang yang tersebar
diseluruh Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, Jakarta,
Banten, Medan, Aceh, NTT, NTB, dan sebagainya”.37
Hal ini dilaksanakan dalam bentuk akses pasar, informasi dan pelatihan
mulai dari kesehatan hingga bisnis praktis. Seluruh kegiatan ini berada di dalam
lingkup program daya. Untuk memastikan tercapainya peningkatan kualitas dan
produktivitasnya, Maka BTPN Syariah harus senantiasa berpedoman pada
prosedur yang berlaku, memperbaiki sistem manajemen mutu secara
berkesinambungan dan memberikan pamahaman terhadap seluruh karyawan
yang terlibat dalam proses operasional perbankan. “Sehingga respon masyarakat
manapun selama ini juga sangat baik, karena kami memiliki cara untuk
membaur dengan masyarakat manapun tanpa membeda-bedakan, selain itu kami
37Hasil wawancara dengan Devi Sugitaraswati, Manager Unit Kantor Cabang BTPNSyariah, Taraju, tasikmalaya 24 April 2014.
42
pun terjun langsung ke lapangan melihat kondisi masyarakat sekitar sehingga
kami bisa mengetahui siapa saja yang berminat untuk mengubah hidupnya
menjadi lebih baik dengan usaganya yang sudah berjalan selama ini menurut
manager unit cabang Taraju, Tasikmalaya tersebut”.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Responden
Dalam penelitian ini, penulis meneliti sebanyak 50 orang nasabah mitra
pembiayaan khususnya kaum perempuan yang telah menjadi anggota penerima
program TUR dan merasakan dampak dari diadakannya program TUR (tunas
usaha rakyat) yang diadakan oleh BTPN Syariah guna untuk pengembangan
ekonomi masyarakat di pedesaan. Teknik pengumpulan data yang di lakukan
penulis adalah dengan menyebar angket dan wawancara. Dengan menggunakan
metode ini penulis berusaha mengolah dan mentabulasikan data guna menganalisa
kontribusi program TUR yang diadakan oleh Bank BTPN Syariah dengan
sebenarnya. Deskripsi responden ini meliputi identitas, usia, pendidikan terakhir
dan pekerjaan responden.
Tabel4.2
Distribusi Responden
No Kategori frekuensi Presentase (%)
1 Nasabah Mitra Pembiayaan
cabang (Taraju)
50 100%
Jumlah 50 100%
44
Tabel di atas menunjukan frekuensi responden yang penulis teliti, yaitu
berjumlah 50 orang responden.
Tabel4.3
Identitas Responden Berdasarkan usia
No Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 Di bawah 25 tahun 8 16%
2 25-29 tahun 5 10%
3 30-34 tahun 10 20%
4 35-39 tahun 10 20%
5 40-44 tahun 8 16%
6 45-49 tahun 5 10%
7 50-54 tahun 1 2%
8 55-59 tahun 3 6%
Jumlah 50 100%
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa usia yang menjadi responden di
program TUR pada cabang wisma Taraju kategori di bawah usia 25 tahun
terdapat 8 orang responden (16%), kategori usia 25-29 tahun ada 5 orang
responden (10%), kategori usia 30-34 tahun ada 10 orang responden (20%),
kategori usia 35-39 tahun ada 10 orang responden (20%), kategori usia 40-44
tahun ada 8 orang responden (16%), kategori 45-49 tahun ada 5 orang responden
45
(10%), kategori usia 50-54 ada 1 orang responden (2%), sementara kategori usia
55-59 tahun ada 3 orang responden (6%).
Data di atas menunjukan bahwa usia responden yang paling banyak minat
dalam diadakannya program TUR ini adalah usia sekitar 30-34 tahun (20%) dan
usia 35-39 tahun (20%). Keduanya mempunyai presentase yang sama yaitu 20%,
hal ini menurut penulis merupakan hal yang wajar karena pada usia sekitar 30-40
tahun memang merupakan usia masa produktif .
Tabel4.4
Pendidikan Terakhir Responden
No Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 SD 29 58 %
2 SMP/Tsanawiyah 17 34 %
3 SMA/Aliyah 4 8 %
Jumlah 50 100 %
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa responden dengan mayoritas
pendidikan terakhir tamatan sekolah dasar (SD) ada sebanyak 29 orang (58%),
dengan pendidikan tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sebanyak 17
0rang (34%), dan ada 4 orang responden (8%) dengan pendidikan terakhirnya
tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA).
46
Tabel ini memperlihatkan bahwa menurut data di atas dengan begitu tingkat
pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir responden dalam memilih kebutuhan
atau keinginan serta kesadaran untuk bertanggung jawab maupun untuk
memperbaiki keuangan. Mayoritas responden di atas tamatan SD sangat
memiliki kesadaran dan minat yang tinggi (58%) dengan harapan agar keuangan
keluarga lebih baik setelah mengikuti program pemberdayaan TUR ini.
Tabel4.5
Identitas Pekerjaan Responden Sebelum Mengikuti Program TUR
No Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga (Nganggur) 21 42 (%)
2 Karyawati Swasta (Buruh) 5 10 (%)
3 Wiraswasta 24 48 (%)
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas responden sebelum mengikuti
program TUR terdapat (48%) responden sebagai wiraswasta dan (42%)
responden yang menjadi ibu rumah tangga. Sementara itu setelah mengikuti
program TUR responden yang menjadi wiraswasta meningkat menjadi (82%)
dan responden yang menganggur atau ibu rumah tangga menjadi (4%). Berikut di
bawah ini penulis sajikan datanya.
47
Tabel4.6
Identitas Pekerjaan Responden Setelah Mengikuti Program TUR
No Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 Ibu Rumah Tangga (Nganggur) 2 4 (%)
2 Karyawati Swasta (Buruh) 7 14 (%)
3 Wiraswasta 41 82 (%)
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah responden wiraswasta
meningkat dibandingkan sebelum diadakannya program TUR, sebelumnya
(42%) sehingga setelah mengikuti program TUR jumlah responden yang menjadi
wiraswasta menjadi (82%)38. Hal ini membuktikan bahwa perempuan tidak lagi
hanya mengurus rumah tangga dan ketergantungan terhadap pendapatan suami,
tetapi perempuan juga mampu membantu pendapatan keluarga.
Di bawah ini disajikan tabel jenis usaha keberhasilan diadakannya program
TUR terhadap masyarakat perempuan miskin di pedesaan dengan membuka
keberanian usaha.
38 Diolah dari hasil memberikan angket kepada responden
48
Tabel 4.7
Jenis Usaha Perempuan Miskin setelah diadakannnya program TUR39
No Kategori Frekuensi Presentase (%)
1 Membuka Usaha Bordir 12 24 (%)
2 Petani (Cabe, Sayuran, dll) 9 18 (%)
3 Menjual Pakaian/Barang
Keliling
4 8 (%)
4 Penjual Ayam Potong 5 10 (%)
5 Membuka Warung (
jajanan keliling)
7 14 (%)
6 Penjual Sayuran Keliling 4 8 (%)
7 Buruh Tani 7 14 (%)
8 Pengangguran 2 4(%)
Jumlah 50 100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa ibu-ibu yang telah bergabung pada program
TUR ini mereka berhasil setelah terbedayakan. Karena setelah adanya pemberdayaan
yang diberikan oleh BTPN Syariah ibu-ibu desa Taraju, Tasikmalaya mempunyai
39Diolah dari hasil memberikan angket kepara para responden.
49
jenis usaha sesuai dengan apa yang mereka impikan sehingga dari penghasilannya
bisa untuk meringankan beban suami dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Berikut dibawah ini penuturan Ibu Badriah (22 Tahun), tentang
keberhasilannya setelah mengikuti program TUR:40
“ Saya Alhamdulillah sekarang jadi punya usaha buka toko kecil-kecilan
walaupun cuman jasa bordir mukena, udah dua tahun ini ikut program TUR
dan sudah punya karyawan 2 orang”…
Selain ibu Badriah, pengakuan lain oleh Ibu Mamah Siti Rohmah (48 tahun)
bahwa program TUR memberikan dampak positif terhadap dirinya. Berikut
penuturannya: 41
“ Klo saya sebelumnya nganggur, tapi sekarang sudah hampir dua tahun ini
membuka usaha jualan makanan ringan di sekolah SD klo pagi, klo siang
saya jualan makanan keliling……”
Selain Ibu Badriah dan Ibu Mamah Siti Rohmah masih banyak yang lainnya
merasa ada perubahan dalam kehidupan keluarganya baik untuk memenuhi
kebutuhan maupun dalam mengelola keuangannya. Dengan begitu jelas bahwa
program TUR ini membawa dampak positif terhadap masyarakat Taraju,
Tasikmalaya.
40Wawancara dengan Ibu Badriah, Taraju, Tasikmalaya, 18 April 2014.41Wawancara dengan Ibu Mamah Siti Rohmah, Taraju, Tasikmalaya 20 April 2014.
50
B. Pola Pembiayaan yang Diajukan Responden.
Pembiayaan yang diberikan dalam terciptanya program TUR (Tunas
Usaha Rakyat) yang digulirkan Bank BTPN Syariah kepada perempuan telah
menciptakan suatu pola pembiayaan tersendiri. Pola tersebut meliputi jumlah
pembiayaan, cara pembayaran dan jangka waktu pembiayaan.
Jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BTPN Syariah mulai dari Rp
1.500.000 sampai Rp 10.000.000 untuk masyarakat khususnya kaum perempuan.
Dari pola diberlakukannya sistem rentang ini setiap kelompok ibu-ibu berbeda
dalam mengambil jumlah pembiayaan, semua tergantung kepada kesepakatan dan
lama angsuran selama menjadi anggota program TUR tersebut dengan ketentuan:
pada tahun pertama, nasabah diberikan pinjaman sebesar Rp 1.500.000 – Rp
2.000.000
pada tahun kedua, nasabah diberikan pinjaman sebesar dua kali lipat dari
pinjaman awal yaitu menjadi Rp 3000.000 – Rp 6.000.000
dan pada tahun ketiga, peminjaman nasabah bisa diberikan pembiayaan
sampai Rp 10.000.00042
42Hasil wawancara dengan Manager Unit cabang Taraju, Devi Sugitaraswati, Tasikmalaya25 Maret 2014
51
Gambar4.4
Presentase Jumlah Pembiayaan43
Gambar diatas menunjukan jumlah pembiayaan yang diambil oleh
para kelompok ibu-ibu dalam program TUR relatif berbeda. Yaitu sebanyak
(16%) responden yang mengambil pembiayaan sebesar Rp 1.500.000, (36%)
responden yang mengambil pembiayaan sebesar Rp 2.000.000, (16%)
responden yang mengambil pembiayaan sebesar Rp 3.000.000, dan (32%)
responden yang mengambil pembiayaan sebesar Rp 4.000.000.
Ibu Ai Kartika (40 tahun), seorang ibu rumah tangga sebelum menjadi
nasabah program TUR, tetapi setelah mengambil pembiayaan sekarang
43Diolah dari hasil memberikan angket kepara para responden.
16%
36%16%
32%
Pembiayaan yang Diajukan
1.500.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
52
menjalankan usaha dengan cara menjual teh khas Tasik yang telah
dijalankannya selama hampir 3 tahun ini, berikut penuturannya:44
“Saya dulu bingung mau pinjam kemana untuk modal memulai usaha, tapi
setelah ada pemberdayaan yang dilakukan oleh BTPN Syariah dengan
memberikan pinjaman modal Alhamdulillah saya jadi bisa buka usaha jual
teh khas Tasik walaupun kecil-kecilan setidaknya ada pemasukan buat
kebutuhan sehari-hari…”
Sedangkan untuk pembayaran angsurannya, program TUR yang
dilakukan oleh BTPN syariah ini memberikan kemudahan kepada nasabahnya
dengan memberikan cara pembayaran angsuran selama satu bulan dua kali
atau dua minggu sekali dengan sistem perhitungan sebagai berikut:
Tabel4.7
Sirkulasi Angsuran Peminjaman Responden45
No Kategori Besar Pinjaman Jumlah Per-Angsuran
1 Rp 1.500.000 Rp 78.000
2 Rp 2.000.000 Rp 104.000
3 Rp 3000.000 Rp 156.000
4 Rp 4.000.000 Rp 208.000
44Hasil wawancara dan memberikan angket kepada ibu Ai Kartika, Taraju, Tasikmalaya,2014.
45Hasil wawancara dengan Manager Unit cabang Taraju, Devi Sugitaraswati, Tasikmalaya25 Maret 2014.
53
Proses angsuran yang dilakukan BTPN Syariah memang 2 minggu sekali
dan denagn sistem kelompok yaitu satu kelompoknya minimal terdiri dari 10
nasabah. Dalam satu tahun nasabah mengangsur sebanyak 26X angsuran dengan
diberikan bonus 1X angsuran pada saat momentum mau lebaran, maka dari itu
nasabah hanya mengangsur sebanyak 25X angsuran dalam 1 tahun.
C. Kondisi Ekonomi Masyarakat Pedesaan Sebelum dan Sesudah mendapatkan
Pemberdayaan.
Sebelumnya agar melihat kondisi ekonomi perempuan sebelum maupun
sesudah mendapatkan pemberdayaan dari program TUR, maka penulis terlebih
dahulu mengamati penggunaa pembiayaan oleh kelompok ibu-ibu masyarakat
pedesaan ini. Berikut di bawah ini dijelaskan oleh gambar 4.5
Gambar 4.546
Penggunaa Pembiayaan.
46 Diolah dari hasil memberikan angket kepada para responden
18
05
1015202530354045
TambahanModal
PendidikanAnak
Lainnya
80%
18%
2%
54
Gambar di atas menunjukan bahwa dari 50 nasabah yang ikut program
TUR di BTPN Syariah cabang Taraju, Tasikmalaya mayoritas penggunaa
pembiayaan oleh responden sebanyak 80% responden menyatakan
mempergunakannyauntuk tambahan modal usaha mereka, sedangkan 18% untuk
pendidikan anaknya dan 2% untuk lainnya seperti pembayaran hutang. Hal ini
membuktikan bahwa tingkat keinginan perempuan dipedesaan untuk mandiri itu
tergolong sangat tinggi, dengan begitu mereka menurut penulis tidak hanya ingin
bergantung pada pemberian dari suaminya.
D. AnalisaKontribusi Tunas Usaha Rakyat (TUR) terhadap Kelompok
Pemberdayaan Ibu-ibu di Pedesaan.
Setelah mengetahui kondisi ekonomi masyarakat dipedesaan sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan dengan cara diadakannya program TUR
khususnya untuk kelompok pemberdayaan ibu-ibu dipedesaan, maka penulis akan
menganalisis mengenai kontribusi Tunas Usaha Rakyat (TUR) terhadap
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perempuan Miskin di Pedesaan.
Ada berbagai kemungkinan, inisiatif dalam mengambil pembiayaan
misalnya atas kemauan diri sendiri, suami, tetangga, atau bahkan yang lainnya. Di
bawah ini penulis berikan gambar hasil dari inisiatif para responden dalam
mengambil pembiayaan
55
Gambar4.647
Berdasarkan gambar di atas penulis menemukan sebanyak 70% responden
mengaku dalam mengambil pengambiayaan pada program TUR ini atas inisiatif
dirinya sendiri, kemudian 22% atas saran suaminya, serta atas ajakan dari
tetangga sebanyak 8%. Dengan begitu dapat penulis simpulkan bahwa tingginya
kesadaran kaum perempuan khususnya di pedesaan untuk membantu dalam
perekonomian keluarga. Tingginya inisiatif diri ini, diharapkan ibu-ibu di
pedesaan benar-benar mampu untuk memulai keberanian usaha agar mempunyai
penghasilan sendiri tanpa harus menunggu hasil upah pekerjaan suaminya.
Selanjutnya, penulis menganalisis bagaimana pengelolaan keuangan para
responden setelah mendapatkan pembiayaan dari diadakannya program TUR ini,
apakah sama seperti sebelumnya, mengalami peningkatan, atau bahkan malah
47 Diolah dari hasil memberikan angket kepada para responden
Inisiatif Pengambilan Pembiayaan
SUAMI
PRIBADI
TETANGGA
22%
8%
70%
0%
50%
100%
SAMA SEPERTISEBELUMNYA
20%
LEBIHTERORGANISIR
80%MENURUN 0%
PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA(RESPONDEN)
57
pemasukan dan pengeluaran..kan uang dari program TUR ini saya buat
buka usaha ternak ayam jadi saya sekarang punya pendapatan juga”…
Selain itu hal serupa juga dikatakan oleh Ibu Iim (40 tahun), mengaku
bahwa setelah mendapatkan pembiayaan dari program TUR pengelolaan
keuangannya tidak berubah, berikut penuturannya:
“kalau saya sendiri sama aja keuangannya sebelum dan sesudah juga,
soalnya kan saya cuman seorang jasa bordir yang tidak jelas
pendapatannya dan pengeluaran saya banyak padahal mah udah saya kira-
kira tapi tetep aja hasil kerja suami juga kadang buat biaya anak sekolah
aja masih suka hutang ke orang”…
Selain itu penulis juga menanyakan lebih dalam lagi tentang kemampuan
responden dalam memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pribadi dan kebutuhan
anak. Hal ini ditanyakan untuk mengetahui apakah responden masih
ketergantungan kepada pendapatan suami. Dan hasilnya hampir 88% bahwa
responden merasa tidak lagi bergantung pada suami, dengan begitu mereka dapat
memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan menjadi masyarakat pedesaan yang
mandiri tanpa harus bergantung pada pendapatan suami. Dan sebanyak 12%
masih merasa ketergantungan. Dapat disimpulkan bahwa dengan presentase
sebanyak 88% tersebut menunjukan bahwa ibu-ibu yang telah bergabung pada
program TUR ini mereka berhasil setelah terbedayakan.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari riset penelitian dan data-data yang telah dilakukan mengenai
kontribusi program TUR (tunas usaha rakyat) dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat di pedesaan, maka dapat penulis simpulkan bahwa program TUR (Tunas
Usaha Rakyat) terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat di pedesaan sudah bisa
dilakukan secara efektif sesuai dengan target pencapaiannya. Karena adanya
pemberdayaan TUR tersebut bertujuan untuk memberdayakan jutaan keluarga
pra/cukup sejahtera dengan harapan agar keluarga berpendapatan rendah ini
khususnya perempuan miskin bisa menimgkatkan penghasilan dan tingkat
kesejahteraan kehidupan mereka agar menjadi lebih baik.
Selain itu pemberdayaan dalam program TUR ini menciptakan tingginya
inisiatif diri pada masyarakat miskin yang berada di pedesaan sehingga ibu-ibu di
pedesaan benar-benar mampu untuk memulai keberanian usaha agar mempunyai
penghasilan sendiri tanpa harus menunggu hasil upah pekerjaan suaminya.
Dengan begitu penulis simpulkan bahwa tingginya kesadaran kaum
perempuan khususnya di pedesaan untuk membantu dalam perekonomian keluarga
menunjukan bahwa ibu-ibu yang telah bergabung pada program TUR ini mereka
merasa berhasil setelah terbedayakan. Hasilnya hampir 88% bahwa responden merasa
59
tidak lagi bergantung pada pendapatan suami, dengan begitu mereka dapat memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dan menjadi masyarakat pedesaan yang mandiri tanpa harus
bergantung pada pendapatan suami. Serta dalam pengelolaan keuangan keluarganya
lebih rapi dibandingkan sebelum mengikuti program TUR (Tunas Usaha Rakyat).
B. Saran-Saran.
Untuk lebih meningkatkan hasil pemberdayaan yang lebih optimal peneliti
memberikan saran-saran baik kepada perusahaan, diantaranya:
1. Dalam proses pembinaan pemberdayaan program TUR sebaiknya Bank BTPN
Syariah lebih selektif memilih nasabah sesuai dengan keahlian masing-masing
agar menghasilkan hasil yang optimal sesuai dengan target pencapaiannya.
2. Bank BTPN Syariah sebaiknya selama proses pembayaran angsuran berjalan
monitoringnya tidak hanya terfokus pada pelunasan pembayaran saja tetapi
melihat secara langsung jenis usaha nasabah tersebut.
3. Dalam proses berjalannya pemberdayaan sebaiknya BTPN Syariah melakukan
pembinaannya selama proses pemberdayaan dilakukan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Gramata Publishing.2005).
Euis Amalia, ”Kuliah Umum Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, 9 Desember 2013.Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah.
Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti pemula.(Yogyakarta: UGM Press.2004).Cet.ke2.
Singarimbum,Masri,Dkk. Metode Penelitian Survey. (Jakarta: LP3ES.1989).cet.kedelapan, Febuari 2006.
Sukandarrumi,Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk PenelitiPemula,(Yogyakarta:GajahMada University Press,2004).
Anas Sarjona, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT.GrafindoPersada,1997).cet. Ke-8.
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:PenerbitArkola, 1994).
Cambridge Advance Learner’s Dicnitionary, (New York: Cambridge UniversityPress, 2008).
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi danPengendalian (Jakarta: Salemba empat, 1994).
Skripsi, Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Sistem Grameen, Ratna Marita Eka –2011 Pebankan Syariah.
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,(Jakarta: PT. Gramedia, 1999).
Winardi, Marketing dan perilaku pelanggan, (Bandung: Mandar Maju, 1991).
Armeyn Patria, “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumendalam Mengkonsumsi Minuman Pocari Sweat”, Skripsi UIN SyarifHidayatullah, Jakarta, 2012.
61
Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:Pustaka Setia,2013).
Lazar Kanuk, Cunsumer Behavior, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2004).
Nugroho. J. Setiadi, Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan dan KeinginanKonsumen, (Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2010).
Nugroho .J. Setiadi, Perilaku konsumen, (Jakarta: Prenanda Media, 2003).
Setiadi Nugroho, Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan dan KeinginanKonsumen, (Jakarta,Kencana Prenada Media Group, 2010).hlm.
Mubyator, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta, BPFE,2000), Cet. Ke 1,h. 263,lihat juga Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat: MemadukanPertumbuhan dan Pemerataan, (Jakarta, PT. Cidensindo, 1997).
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat- Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung, RefikaAditama, 2005).
Kusnadi, Pendidikan Keaksaraan; Filosofi, Strategi, Implementasi, (Jakarta:DEPDIKNAS,2005).
Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom danPemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005).
Sumidiningrat, Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, l(Jakarta: Gramedia, 1999).
Lili Badriadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, (CED: Jakarta, 2005).
Wawancara pribadi dengan Devi Sugitaraswati, Manager Unit Kantor Cabang BTPNSyariah , Taraju 24 April 2014.
Tanpa nama, “Kemiskinan”. Artikel ini diakses pada 24 Agustus 2013 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan
Ciputat, http://www.btpn.com/segmen-usaha/bisnis-syariah/ diakses pada tanggal 27Januari 2014
Ciputat, http://hapipi-jayadi.blogspot.com “pemberdayaan masyarakat pengertian”,diakses pada tanggal 28 Februari 2014.