-0,28% -0,26% 0,06% 0,64% 0,22% 0% (26/4/2018-27/4/2018...

2

Transcript of -0,28% -0,26% 0,06% 0,64% 0,22% 0% (26/4/2018-27/4/2018...

6 PORTOFOLIO

Kontan Sabtu, 28 April 2018

CPO (MDEX)

609,77 608,20

-0,26%Pengiriman Juli 2018

Bursa Derivatif Malaysia (MDEX)(Dollar AS per ton)

JAKARTA. Tekanan di pasar obligasi dalam beberapa pe-kan terakhir membuat nilai kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) berku-rang. Berdasarkan data Direk-torat Pengelolaan Pembiaya-an dan Risiko (DJPPR) Ke-menterian Keuangan, sejak akhir Maret hingga 26 April, jumlah dana asing di SBN te-lah berkurang Rp 10,31 triliun menjadi Rp 848,48 triliun.

Analis Obligasi BNI Sekuri-tas Ariawan mengatakan, in-vestor asing mengurangi ke-pemilikan di pasar obligasi karena faktor eksternal, yaitu kenaikan yield obligasi Ame-rika Serikat (AS). Selain dise-babkan meningkatnya eks-pektasi kenaikan suku bunga acuan AS, tren kenaikan harga minyak dunia juga mempe-ngaruhi pergerakan yield US Treasury.

Pasalnya, harga minyak yang naik bisa memicu tidak terkendalinya laju infl asi AS. Untuk mengendalikan laju in-fl asi, pemerintah AS melaku-

kan antisipasi dengan menge-rek naik yield US Treasury.

Fixed Income Fund Mana-ger Ashmore Asset Manage-ment Indonesia Anil Kumar menambahkan, tren kenaikan yield US Treasury membuat volatilitas rupiah meningkat. Anil menganggap peningkatan volatilitas rupiah berdampak negatif bagi investor asing. "Investor asing cukup sensitif terhadap pergerakan rupiah," kata dia, Jumat (27/4).

Padahal, sebagaimana in-vestor lokal, investor asing sebenarnya bisa memanfaat-kan momentum koreksi harga surat utang negara (SUN) aki-bat kenaikan yield surat utang pemerintah AS untuk melaku-kan pembelian secara berta-hap. Mengingat yield SUN pun ikut terkerek.

Masuk pasar Eropa

Selain kembali memburu obligasi AS, investor asing yang keluar dari pasar obliga-si Indonesia kemungkinan besar mengincar pasar obliga-si Eropa. Hal ini mengingat 43% investor asing di pasar

obligasi dalam negeri berasal dari kawasan Eropa.

Ditambah lagi, kondisi eko-nomi Eropa cukup kondusif. Selain itu, keputusan bank sentral Eropa untuk memper-tahankan suku bunga acuan menjadi katalis positif buat para investor.

Namun, tidak tertutup ke-mungkinan juga investor asing hanya menjual sebagian aset surat utangnya saja ketika pasar sedang bergejolak. Da-lam hal ini, investor asing ti-dak benar-benar keluar dari pasar obligasi Indonesia.

Ariawan berpendapat, po-tensi tersebut bisa saja terjadi karena imbal hasil SUN Indo-nesia masih lebih tinggi dari yield US Treasury ataupun

surat utang Eropa. Hal itu membuat investor asing men-jadi ragu untuk benar-benar pergi dari pasar obligasi Indo-nesia. "Dari sisi yield, SUN sekarang sebenarnya cukup punya daya tarik bagi investor asing," ucap dia.

Di samping itu, sejak awal tahun hingga Kamis (26/4) lalu, asing masih mencatatkan net buy Rp 9,56 triliun di pa-sar obligasi. Ini menandakan investor asing masih percaya fundamental ekonomi Indo-nesia cukup solid di tengah terpaan sentimen eksternal

Anil optimistis, pernyataan Bank Indonesia yang membu-ka kemungkinan menaikan suku bunga acuan dapat men-jadi katalis positif bagi inves-tor asing untuk kembali ma-suk ke pasar obligasi domes-tik. Pasalnya, investor asing tidak ingin BI terkesan kaku dalam memberi sinyal atau pernyataan terkait upaya mengatasi koreksi pasar.

"Kalau momennya tepat, kebijakan BI untuk ikut mena-ikan suku bunga acuan akan dapat respons positif dari pe-laku pasar," tutur Anil. ■

Dimas Andi Shadewo

Imbal hasil SUN

yang juga naik

seharusnya

punya daya tarik

bagi asing.

Yield Obligasi AS Naik, Asing KaburSepanjang April 2018, asing keluar dari SUN sekitar Rp 10,31 triliun

◆Happy Investing

Jadi Kontrarian

Harga saham turun se-telah problem di emi-ten tersingkap sudah

jamak terjadi. Ini mengha-dirkan peluang bagi investor nilai untuk belanja saham di harga murah. Artinya, Anda sepakat untuk tidak sepakat dengan konsensus pasar.

Tapi Anda harus ekstra waspada sebelum memutus-kan jadi kontrarian. Terka-dang, problem yang terjadi mempengaruhi arus kas emi-ten, sehingga mempengaruhi nilai intrinsik emiten. Da-lam kasus ini, harga saham tak akan pernah pulih.

Lantas, apa resep untuk memastikan Anda sepakat untuk tidak sepakat di si-tuasi yang tepat? Ada empat skenario yang paling jamak.

Pertama, problem operasio-nal atau struktural. Kecelaka-an berulang di lokasi tempat kerja emiten konstruksi ada-lah contoh teranyar problem operasional. Contoh lain, mo-gok kerja karyawan emiten.

Problem struktural jauh lebih pelik. Misal, kompetisi yang kian intensif di in-dustri karena pasar tak lagi tumbuh cepat. Apalagi bila pertumbuhan penjualan me-lambat atau bahkan negatif.

Kapan Anda bisa jadi kon-trarian? Anda harus memas-tikan dulu dampak problem ini tidak berkepanjangan.

Bila ya, manajemen harus mengakui seutuhnya masalah ini, bahkan mengulasnya di laporan keuangan atau perte-muan analis. Emiten harus punya rencana konkret yang realistis untuk mengatasinya. Tanpa keduanya, harga sa-ham tak mungkin pulih.

Kedua, problem keuangan. Emiten dengan utang tinggi bisa jadi persoalan. Tapi perlu dicatat, setiap industri punya standar rasio utang terhadap ekuitas yang berbeda. Industri padat aset umumnya punya rasio utang lebih tinggi. Rasio utang terhadap ekuitasnya bisa mencapai 150%. Tapi, industri minim aset seperti jasa umumnya menjaga rasio di bawah 75%.

Anda bisa jadi kontrarian bila emiten punya rencana restrukturisasi utang yang jelas. Yang tersulit tapi penting ialah emiten harus

bisa menghasilkan arus kas operasi. Dalam situasi ini, arus kas jauh lebih penting daripada laba. Ikuti laporan kuartalan emiten dan telisik laporan arus kas emiten.

Ketiga, isu tata kelola emiten. Misal CEO meng-undurkan diri atau dipecat oleh dewan direksi. Bagai-mana cara memutuskan jadi kontrarian? Pastinya, CEO baru yang berasal dari luar emiten paling membantu. Perombakan manajemen dan direksi juga terkadang dibu-tuhkan. Atau, ada investor besar yang memaksa emiten memperbaiki tata kelola.

Keempat, manipulasi akun-tansi. Emiten kerap merilis laporan tahunan yang tak diaudit lebih dulu sebelum merilis laporan yang diaudit beberapa minggu kemudian. Manipulasi bisa terungkap bila ada perbedaan material antara laporan tak diaudit dan laporan teraudit.

Apa syarat menjadi kon-trarian di situasi ini? Emi-ten harus melaporkan secara utuh semua kesalahannya. Perombakan manajemen juga bisa membantu. Selain itu, pastikan tak ada denda yang terlalu besar dari regulator.

Lihat juga dampak keja-dian bagi emiten. Membuat pertimbangan kualitatif tak kalah penting. ■

Nicholas Reyner,Bekerja di Perusahaan Hedge Fund

Investor asing cukup sensitif terhadap

pergerakan rupiah.

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management

■SAHAM ■OBLIGASI

Sumber: Logam Mulia, Bloomberg Keterangan: *Harga periode 25/4/2018-26/4/2018

Minyak Mentah

68,19 68,00

-0,28%Pengiriman Juni 2018

Minyak WTI di Bursa NYMEX-AS(Dollar AS per barel)

Harga Komoditas Harian

(26/4/2018-27/4/2018)

Batubara*

94,05 94,65

0,64%Pengiriman Juli 2018

Batubara Newcastle di Bursa ICE(Dollar AS per ton)

Emas Berjangka

1.317,90 1.320,8

0,22%Pengiriman Juni 2018

Divisi Comex Bursa NYMEX-AS(Dollar AS per ons troi)

Emas Batangan

653.000 653.000

0%Divisi Logam Mulia-PT Antam Tbk

rupiah per gram(emas seberat satu kilogram)

CPO (ICDX)

8.715 8.720

0,06%Pengiriman Juli 2018

Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia(ICDX) (Rupiah per Kilogram)

pusdok
Typewritten Text
28 April 2018, Kontan | Hal. 6-7

EKSEKUTIF 7Kontan Sabtu, 28 April 2018

Rudolf Nainggolan, Direktur Utama PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk

Membagi Investasi Aktif dan Pasif

Trending Topic's www.kontan.co.id

IHSG Merah, Ini Saran LKH

JAKARTA. Investor kakap Lo Kheng Hong tidak cemas menghadapi penurunan In-deks Harga Saham Gabung-an (IHSG). Justru, hal ini jadi peluang.

Lo menyebut, saat ini jus-tru jadi waktu yang tepat untuk membeli saham-sa-ham perusahaan bagus de-ngan harga murah. "Penuru-nan yang terjadi justru harus dilihat sebagai peluang emas," kata dia.

Pria yang kerap disapa LKH ini juga bilang harga saham barang konsumer yang turun bisa jadi lebih menarik. Sedang sektor in-frastruktur dan transportasi kurang menarik.

Lo berbagi strategi, ia bia-sanya membeli saham ber-dasarkan kinerja. "Saya cu-kup melihat kinerja selama lima tahun yang bisa ditemu-kan dari laporan keuangan," kata dia. Lalu, ia menghitung valuasi dengan PER dan PBV.

Avanty Nurdiana

BEI: Libur Panjang Bikin Bursa AnjlokJAKARTA. Tito Sulistio, Di-rektur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengata-kan, penurunan indeks dise-babkan oleh berbagai per-

sepsi dari asing yang mende-ngar adanya libur panjang di pasar saham Indonesia. Tito menyebut, asing kemungkin-an mengalihkan dananya terlebih dahulu.

Sekadar mengingatkan, lantaran pemerintah me-nambah libur Lebaran, per-dagangan BEI pada Juni nanti praktis hanya 12 hari. Tito mengakui, manajemen BEI mendapat protes dari investor karena lamanya li-bur di BEI tersebut. "Dengan begini, uang orang mati 2,5 minggu. Tolong jangan ha-nya perhatikan macet jalan-an, tetapi juga uang inves-tor," kata Tito, Rabu (25/4).

Dia meminta, setidaknya kliring tetap buka sehingga bursa bisa tetap buka. Apala-gi, dengan tambahan libur tiga hari tersebut, bisa dika-takan bahwa ini adalah rekor bursa tutup lama tanpa keja-dian apapun. Saat ini, diku-rangi weekend, libur bursa sudah mencapai 22-23 hari. Jumlah ini lebih besar dari rata-rata jumlah libur bursa yang ada di wilayah Asia Tenggara yang rata-rata ada-lah sebesar 18 hari.

Elisabet Lisa Listiani

Bank Sambut Pembatasan Transaksi Tunai

JAKARTA. Pemerintah akan membatasi transaksi tunai maksimal sebesar Rp 100

juta. Itu berarti, masyarakat yang ingin membeli barang atau jasa dengan nilai di atas Rp 100 juta, wajib menggu-nakan metode pembayaran non tunai. Pembatasan no-minal transaksi ini untuk menghindari penggunaan uang tunai dalam tindak pi-dana pencucian uang dan korupsi.

Perbankan menyambut positif aturan ini. Aturan ini akan meningkatan transaksi non tunai. Menurut Budi Satria, Direktur Bank Ta-bungan Negara, transaksi non tunai saat ini juga sudah jauh meningkat. Di BTN, saat ini 90% transaksi sudah melalui e-channel.

Yoliawan Hariana

Ini Alasan IHSG Tembus 6.000JAKARTA. Jumat (27/4), IHSG ditutup 5.919,24, naik 0,17% dari hari sebelumnya. Analis Paramitra Alfa Seku-ritas William Siregar menga-takan, kenaikan yield obli-gasi Indonesia tenor 10 ta-hun ikut menekan IHSG.

"Tingginya yield obligasi membuat pelaku pasar switch ke obligasi," kata dia. Kenaikan yield SUN tenor 10 tahun tersebut didorong kenaikan yield US Treasury bertenor sama, yang Rabu lalu (25/4) tembus ke atas 3%.

Intan Nirmala Sari

JAKARTA. Dalam berinves-tasi, Rudolf Nainggolan melakoni dua cara sekaligus: investasi aktif dan investasi pasif. Direktur Utama PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk ini mulai serius berinvestasi sejak 1996 silam.

Investasi aktif dilakukan dengan merintis bisnis bersama rekan. Lima tahun kemudian, ia semakin berani membangun usahanya sendiri di bidang teknologi telekomunikasi. Pria lulusan Fakultas Teknik Elektro di Institut Teknologi Surabaya ini mendirikan Gihon Telekomunikasi dengan modal Rp 50 juta.

Menyadari adanya risiko dalam berbisnis, Rudolf pun melakukan investasi pasif di instrumen properti. "Aset properti bisa menjadi bumper kalau terjadi sesuatu di bisnis saya. Kalau-pun tidak dijual, setidaknya properti yang saya miliki masih bisa disewakan," kisah Rudolf kepada KONTAN, belum lama ini.

Sang ibu, yang adalah seorang pengusaha beras dan gula, menjadi inspirasi Rudolf dalam memilih instrumen investasi properti. "Ia konsisten menyisihkan pendapatan setiap hari sekitar Rp 250.000 sampai Rp 500.000 yang nantinya dibelikan rumah," kenang Rudolf.

Ia membeli rumah pertama di kawasan Gading Serpong, Tangerang. Rumah tersebut dibeli seharga

Rp 69,9 juta. Kini, nilai rumah yang kerap disewa-kan itu bernilai Rp 1,9 miliar.

Lalu pada 2003, dia kembali membeli rumah di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD). Sepuluh tahun kemudian, dia membeli lagi sebuah rumah di kawasan Pondok Indah. Rudolf juga membeli sejumlah rumah toko (ruko) di BSD dan

Bintaro. "Prinsip saya, selalu membeli properti di kawas-an yang bagus dan mahal. Saya percaya, kunci keber-hasilan investasi properti, ada pada track record pengembangnya," imbuh dia.

Meski properti bukan instrumen investasi yang likuid, ia yakin aset ini bisa jadi investasi jangka panjang yang menjanjikan.

Diversifikasi

Di sisi lain, Rudolf juga menyadari pentingnya diversifi kasi investasi. Investasi di aset likuid tetap diperlukan. Itu sebabnya, Rudolf juga berinvestasi di reksadana saham dan reksadana campuran.

Reksadana dipilih lantaran instrumen ini dikelola oleh

Me & My Portfolio

20%

Instrumen lain(ORI, Obligasi korporasi,

emas batangan)

Portofolio Investasi

MESKI sudah menjadi pengusaha dengan bisnis yang berkembang, Rudolf Nainggol-an, Direktur Utama PT Gihon Telekomuni-kasi Indonesia Tbk, paling anti bergaya hidup mewah. Pria yang lahir dan tumbuh besar di Denpasar ini bahkan mengaku sangat jarang makan di restoran.

"Saya cuma makan di restoran seminggu sekali, bersama keluarga atau kalau berte-mu dengan klien," ungkapnya.

Sehari-hari, Rudolf setia menenteng ka-tering spesial ke tempat kerja, yakni bekal masakan dari sang istri yang ia bawa dari rumah. Saat ditemui KONTAN, ia pun me-ngeluarkan sekotak kecil bekal rendang sapi kesukaannya.

Tak seperti kebanyakan eksekutif lain-nya, Rudolf juga enggan mencoba main

golf. Untuk menjaga kebugaran tubuh, ia memilih konsisten lari dan berenang sela-ma 40 menit setiap hari. Alasannya, lebih hemat dan tak perlu beli alat ini itu.

Lalu apa yang ia lakukan untuk menik-mati penghasilan? Menurutnya, ia paling senang kalau bisa bawa istri dan anak-anaknya jalan-jalan berlibur.

Setiap tahun, Rudolf berupaya menyisih-kan dana dan waktu untuk memboyong keluarganya ke berbagai destinasi wisata. Mereka mengunjungi tempat wisata di da-lam negeri maupun mancanegara.

Ia tetap berupaya membagi waktu bersa-ma keluarga. "Bisnis dan investasi boleh, tapi jangan lupa tetap berinvestasi waktu dan perhatian buat keluarga dan kerabat," imbuhnya. ■

Menyukai Gaya Hidup Sederhana

Grace Olivia Sihombing

Prinsip saya, selalu membeli properti di

kawasan yang bagus dan mahal.

Rudolf Nainggolan, Direktur Utama PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk

manajer investasi. Sehing-ga, pengelolaannya tak perlu waktu khusus dibandingkan investasi langsung di saham.

Selain itu, Rudolf juga menyebar portofolionya pada instrumen surat utang seperti medium term notes (MTN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau pun obligasi korporasi bertenor tiga tahun, time deposit berjangka kurang dari setahun dan emas batang-an.

Rudolf mengakui, imbal hasil investasi pasifnya memang tak semujur dulu. Contohnya, pasar properti sebelum tahun 2014 masih sangat bergairah. Kala itu,

nilai portofolio investasinya secara keseluruhan bisa tumbuh 15%-20%. "Kalau sekarang, tumbuh 10% per tahun sudah bisa dibilang bagus," kata dia.

Dia juga pernah punya pengalaman buruk dalam berinvestasi, khususnya investasi tanah. Rudolf pernah merugi hingga miliaran rupiah lantaran tanah seluas satu hektare yang dibelinya diklaim milik orang lain. "Kejadian-nya tahun 2003 dan 2013. Lokasi tanahnya ada di Bogor dan Serang. Sampai sekarang saya ikhlaskan saja," keluh dia.

Meski begitu, pria berusia 47 tahun ini tak serta merta

kapok berinvestasi. Hanya saja, ia jadi lebih berhati-hati. Dalam berbisnis dan berinvestasi, ia punya motto, "from zero to hero". Artinya, berapapun penghasilan yang ada, selalu ingat untuk menyi-sihkan sebagian demi inves-tasi.

Selain itu, Rudolf juga memegang teguh prinsip untuk memisahkan keranjang dana untuk investasi dan bisnis. "Sebagai pengusaha, saya sangat ketat dalam mengelola keuangan. Jangan pernah coba-coba memakai uang investasi pasif untuk investasi aktif," tegas dia. ■

Foto-Foto KONTAN/Carolus Agus Waluyo

50% Properti

30%

Reksadana dan MTN

pusdok
Typewritten Text
28 April 2018, Kontan | Hal. 6-7