Post on 11-May-2018
1
I. PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu saat (waktu yang pendek)
dan pada tempat tertentu. Sedangkan iklim adalah sintesis atau kesimpulan
dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi
bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah.
Karakteristik iklim pada permukaan bumi akan berbeda dari tempat ke
tempat.
Tiap tanaman membutuhkan keadaan cuaca dan iklim tertentu untuk
dapat tumbuh berkembang dengan baik sehingga didapatkan hasil yang
setinggi-tingginya. Iklim merupakan faktor yang dinamis berpengaruh
dalam proses kehidupan. Cuaca dan iklim mempunyai pengaruh yang sangat
penting dalam pertanian. Sebab dalam proses pembentukkan hasil pertanian
sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan disekitar tanaman tumbuh.
Cuaca dan iklim tidak hanya berpengaruh terhadap kegiatan manusia dalam
usaha pertanian, tetapi juga dalam hal tempat tinggal, makanan dan
kebudayaan serta dalam aspek kehidupan yang lain.
Di Indonesia pengetahuan tentang cuaca dan iklim adalah sangat
penting sekali karena sering adanya penyimpangan permulaan musim
penghujan sangat mempengaruhi terhadap kegiatan usaha tani di Indonesia.
Seperti kondisi suhu (temperatur) udara, curah hujan, pola musim sangat
menentukan kecocokan dalam optimalisasi pembudidayaan tanaman
pertanian. Selain itu, adanya manfaat-manfaat penting dalam mempelajari
iklim yang ada di Indonesia dalam kegiatan pertanian yaitu:
a. Pengetahuan hubungan iklim dan pertanian memungkinkan eksplorasi
potensi iklim untuk perencaan intensifikasi dan ekstensifikasi produksi.
b. Sebagai dasar strategi penyusunan rencana dan kebijakan pengelolaaan
usaha tani (pola tanam, irigasi, pemupukan, tindakan modifikasi,
shelterbelt dan lainnya)
1
2
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Pengamatan Unsur-Unsur Cuaca bertujuan sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui macam-macam unsur cuaca yang dipelajari dalam
agroklimatologi.
b. Dapat mengetahui dan mengenal macam-macam alat yang digunakan
dalam klimatologi.
c. Dapat mengetahui pengaruh unsur cuaca dalam perkembangan dan
pertumbuhan tanaman.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk Acara 1 Pengamatan
Unsur-Unsur Cuaca dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2011
pukul 10.00 – 11.30 WIB. Praktikum Agroklimatologi Acara 1 Pengamatan
Unsur-Unsur Cuaca bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
tepatnya di daerah Jumantono, Karanganyar.
B. Tinjauan Pustaka
1. Radiasi Surya
Radiasi matahari yang diterima permukaan bumi persatuan luas dan
satuan waktu disebut isolasi atau kadang-kadang disebut radiasi global,
yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang tidak langsung yang
disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer (Bayong Tjasyono, 2004).
Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut
tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan
letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan (Handoko, 1994).
Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka
bumi ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi
surya yang dapat mengaktifkan molekul gas atmosfer sehingga terjadilah
pembentukan cuaca. Cuaca adalah keadaan fisik atmosfer jangka pendek
dan mencakup wilayah yang relatif sempit. Perubahannya dapat dirasakan
(kualitatif) dan diukur (kuantitatif). Keadaan minimum rata-rata jangka
3
panjang kondisi cuaca membentuk suatu pola yang dinamakan iklim. Jadi
iklim adalah keadaan unsur cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif
panjang, dengan unsur-unsur sebagai berikut: radiasi surya, suhu udara,
kelembaban nisbi udara, tekanan udara, angin, curah hujan, evapotranspirasi
dan keawanan. Unsur cuaca/iklim bervariasi menurut waktu dan tempat,
yang disebabkan adanya pengcndali iklim/cuaca (climatic controls).
Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan
mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan
radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu
udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Pengendali iklim suatu
wilayah akan sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara
menyeluruh.Pengendali iklim bumi yang dikenal sebagai komponen iklim
terdiri dari lingkungan atmosfer, hidrosfer, litester, kriosfer, dan biosfer.
Dalam hal ini akan terjadi hubungan interaksi dua arah di antara ke lima
jenis lingkungan tersebut dengan unsur iklim/cuaca. Kondisi iklim/cuaca
akan mempengaruhi proses-proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan
kesesuaian ekologi dari komponen lingkungan yang ada (LIPI,2008)
Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup
misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh pada
metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, misalnya pada
tumbuhan. Penyinaran yang lebih lama akan memberi kesempatan yang
lebih besar bagi tumbuha tersebut untuk memanfaatkanya melalui proses
fotosintesis. Pergeseran garis edar matahari menyebabkan peruban panjang
hari (lama penyinaran) yang diterima pada lokasi-lokasi di permukaan bumi.
Perubahan panjang hari tidak begitu besar pada daerah tropis yang dekat
dengan garis ekuator. Semakin jauh letak tempat dari garis ekuator maka
fluktuasi lama penyinaran akan semakin besar (Benyamin Lakitan, 1994).
Radiasi surya terdiri dari spectra ultraviolet (panjang gelombang
kurang dari 0.38 mikron) yang berpengaruh merusak karena daya bakarnya
sangat tinggi, spectra photosynthetically Active Radiation (PAR) yang
berperan membangkitan proses fotosintesis dan spectra inframerah (lebih
4
dari 0.74 mikron) yang merupakan pengatur suhu udara. Spectra radiasi
PAR dapat dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita spectrum yang masing-
masing memiliki karakteristik tertentu. Ternyata spectrum biru memberikan
sumbangan yang paling potensial dalam fotosintesis (Kartasapoetra, 2004).
Umumnya di nusantara sinar matahari terdapat dalam jumlah yang
cukup. Penyinaran yang terlalu kuat dapat merangsang proses pembungaan
dan buahnya terlalu lebat dan karenanya hanya dapat memberi hasil yang
baik untuk beberapa tahun saja. Terlalu banyak matahari juga dapat
mengakibatkan terlalu cepat merosotnya keadaan tanah. Penghancuran
humus di daerah-daerah tropis yang lebih rendah juga sudah berjalan
dengan sangat cepat. Maka pada dasarnya semua hal yang ada di alam ini
harus dipergunakan secara bijak tidak perlu dieksploitasi sedemikian rupa
(Vink, 1984).
Stasiun pencatat meteorologi dilengkapi dengan radiometer untuk
mengukur radiasi gelombang-pendek yang datang dari matahari dan langit,
dan radiasi murni yang merupakan jumlah aljabar dari semua radiasi yang
datang dan radiasi gelombang-pendek dan gelombang-panjang yang
direfleksikan dari permukaan bumi (Wilson, 1993).
2. Tekanan Udara
Atmosfer adalah lapisan yang melindungi bumi. Lapisan ini meluas
hingga 1000 km ke atas bumi dan memiliki massa 4.5 x 1018 kg. Massa
atmosfir yang menekan permukaan inilah yang disebut dengan tekanan
atmosferik. Tekanan atmosferik di permukaan laut adalah 76 cmHg
(Anonim1, 2010).
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara, karena
geraknya tiap 1 cm2 bidang mendatar dari permukaan bumi sampai batas
atmosfer. Satuannya : 1 atm = 76 cmHg. Tekanan 1 atm disebut sebagai
tekanan normalTekanan udara makn berkurang dengan penambahan tnggi
tempt. Sebagai ketentuan, tiap naik 300 m tekanan udara akan turun 1/30 x.
Tekanan udara mengalir dar tempat yang mempunya tekanan tinggi ke
tempat yang memiliki tekanan lebh rendah, dapat secara vertikal atau
horizontal (Wuryatno, 2000).
5
Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan
massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan
barometer. Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang
menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut
sebagai isobar. Tekanan udara memiliki beberapa variasi. Tekanan udara
dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu yang
berbeda, besarnya juga berbeda (Mohr,1998).
Udara mempunyai massa/berat besarnya tekanan diukur dengan
barometer. Barograf adalah alat pencatat tekanan udara.Tekanan udara
dihitung dalam milibar. Garis pada peta yang menghubunkan tekanan udara
yang sama disebut isobar. Barometer aneroid sebagai alat pengukur
ketinggian tempat dinamakan altimeter yang biasa digunakan untuk
mengukur ketinggian pesawat terbang (Leonheart, 2010).
Tekanan atmosfer tidaklah seragam di semua tempat. Tidak semata
terjadi permukaan yang cepat dengan naiknya ketinggian, tetapi pada suatu
ketinggian tertentupun ada varian dari suatu tempat ke tempat yang lain
serta dari waktu ke waktu yang lainnya, meskipun tidak sebesar variasi yang
disebabkan oleh ketinggian yang berbeda (Benyamin Lakitan, 1994).
Tekanan udara antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain dan
pada lokasi tertentu dapat berubah secara dinamis dari waktu ke waktu.
Perbedaan atau perubahan tekanan uadara ini terutama disebabkan oleh
pergeseran garis edar matahari, keberadaan bentang laut dan ketinggian
tempat (Masson dan Cloud, 1962).
3. Suhu
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan
molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan
kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-
benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam
sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang
bersuhu lebih tinggi.Alat pengukur suhu disebut termometer.Termometer
dibuat dengan mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya
pengembangan benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya
6
tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu –
suhu yang tinggi disebut Pyrometer, misalnya Pyrometer radiasi, digunakan
untuk mengukur suhu benda yang panas dan tidak perlu menempelkan alat
tersebut pada benda yang diukur suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga
untuk mengukur derajat suhu, pertama-tama ditentukan 2 titik tertentu yang
disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu benda tertentu.Kemudian diantara
dua buah titik yang telah di tentukan tersebut di bagi – bagi dalam skala –
skala, yang menunjukan derajat – derajat suhu. Skala-skala tersebut
merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu. Dengan
demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat C
ke sepuluh (Stasiun Metereologi, 2005).
Pada umumnya suhu di nusantara terutama berkaitan dengan
ketinggian di atas permukaan laut. Setiap pertumbuhan ketinggian 100 m,
suhunya menurun, selanjutnya dengan situasi dan kondidi yang sama; 0,6
derajat. Pada suhu yang lebih rendah tumbuhnya tanaman menjadi lebih
lambat (Vink, 1984).
Temperatur tanah beragam dalam suatu pola yang khas yang didasari
harian atau dasar musim. Sehingga suhu tanah mempengaruhi kegiatan
fisiologis tanaman. Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan
menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Di bawah kedalaman
sekitar 3 m temperatur sedikit tetap (Foth, 1991).
Pembangunan membawa kesan ke atas sistem iklim mikro.
Pembangunan mengubah iklim mikro suatu kawasan; kesan utama adalah
terhadap imbangan sinaran tenaga dan gangguan terhadap kitaran hidrologi.
Penebangan pokok mengakibatkan kuantiti sinaran tenaga yang diserap oleh
tanah lapang meningkat. Ini menyebabkan peningkatan suhu permukaan
tanah dan suhu udara. Pembalikan sinar tenaga bertambah hingga
menyebabkan suhu udara meningkat (Anonim2, 2008).
Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim
penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan
7
tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena
naik turunnya suhu udara (Soewandi, 2005).
Intensitas cahaya tinggi di siang hari berakibat meningkatkan hasil
fotosintesis bruto. Bila siang hari cahaya surya terik kemudian diikuti oleh
suhu udara rendah di malam hari, hal tersebut menguntungkan bagi tanaman
karena akan meningkatkan produk fotosintesis netto. Pengurangan produk
fotosintesis oleh respirasi sangat ditentukan oleh suhu udara. Suhu udara
yang terus menerus tinggi akan mengurangi produk fotosintesis netto
(Handoko, 1993).
Suhu tanah beraneka ragam dengan cara yang khas pada perhitungan
harian dan musiman. Fluktuasi terbesar terdapat di permukaan tanah dan
akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Suhu tanah sebagai
sifat tanah yang penting, digunakan untuk mengklasifikasikan tanah.
Penggunaan tanah untuk pertanian dan kehutanan berhubungan penting
dengan suhu tanah karena kebutuhan tumbuhan terhadap suhu yang khas.
Selain itu suhu tanah juga mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman
sehingga bila suhu tanah ideal bagi tanaman maka kegiatan fisiologisnya
juga akan baik (Foth, 1994).
4. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara,
dalam kelembaban kita mengenal beberapa istilah yaitu:
a. Kelembaban mutlak : massa uap air yang berada dalam satu satuan udara
yang dinyatakan dalam gram/m3.
b. Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah uap air di udara denagn
satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram /kg
c. Kelembaban relatif : merupakan perbandingan jumlah uap air di udara
dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur
tertentu yang dinyatakan dalam %
(Gunarsih, 2001).
Faktor cuaca yang paling dominan dan berpengaruh langsung terhadap
produktivitas tanaman adalah kelembaban udara. Semakin tinggi
kelembaban udara udara dapat menyebabkan produktivitas tanaman
8
menurun. Kelembaban udara disamping berpengaruh langsung juga
berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui evaporasi dan
selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara langsung oleh curah
hujandan hari hujan maka kelembaban makin meningkat yang
mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman (Herlina, 2003).
Kelembaban udara merupakan uap air (gas) yang tidak dapat dilihat,
yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang
dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur
makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Soekirno, 2010).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi
ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, spesifik dan relatif. Alat
ukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk
mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah
pengawalembap (dehumidifier) (Anonim1, 2010).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara.
Kandungan uap air di udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak,
kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi
membandingkan antara tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya
pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Jason, 2010). Udara
dengan mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya
bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin tinggi suhu udara, makin
banyak uap air yang dapat dikandungnya (Wilson, 1993).
Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang
menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap
air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh
ketersediaan air ditempat tersebut serta energi untuk menguapkannya
(Handoko, 1993). Kelembaban udara dapat dinyatakan oleh tekanan uap air
oleh koefisien hygrometrik/kelembaban relatif atau temperatur titik embun
sebab sesungguhnya tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban
sebenarnya. Ada banyak hal yang menunjukkan akan kelembaban itu
sendiri. Namun, secara umum semakin bertambah ketinggian maka
kelembaban udara juga akan semakin tinggi (Martha, 1993).
9
5. Curah Hujan
Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks serta
bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim
pada tempat yang sama dan dari waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas:
ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan sulfat yang
merupakan jumlah yang besar bersama-sama (Soekardi, 1986).
Hujan merupakan suatu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari
angkasa, seperti salju, hujan es, embun, dan kabut. Hujan terbentuk apabila
titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan
sampai ke permukaan bumi, sebagian menguap ketika jatuh melalui udara
kering, sejenis presipitasi yang dikenali sebagai virga (Anonim3, 2009).
Penguapan berasal dari laut dan uap air diserap dalam arus udara yang
bergerak melintasi permukaan laut. Udara bermuatan embun terus menyerap
uap air tersebut hingga menjadi dingin mencapai temperatur di bawah
temperatur titik embun, sehingga terjadilah presipitasi (hujan). Jika
temperaturnya rendah, terbentuklah hujan es atau salju. Menurunnya
temperatur massa udara disebabkan oleh konveksi, yaitu udara yang
mengandung embun panas yang temperaturnya bertambah kemudian
berkurang lagi sehingga membentuk awan dan selanjutnya dengan cepat
menimbulkan hujan. Hal ini disebut presipitasi konvektif. Presipitasi
orografis berasal dari arus udara di atas lautan yang bergerak melintasi
daratan dan membelok ke atas karena adanya pegunungan sepanjang pantai,
dan akhirnya berubah menjadi dingin di bawah temperatur jenuh dan
menjadi embun (Wilson, 1993).
Selain suhu, faktor yang penting dari iklim adalah curah hujan yang
disebut pula presipitasi.Sebenarnya sebutan ini lebih luas cakupannya.
Cakupannnya meliputi endapan air, salju, salju keras, butiran es sampai batu
es, akan tetapi juga endapan kabut dan embun (Darldjoeni, 2000)
Hujan adalah uap air di atmosfer yang mengembun menjadi butir-butir
air dan jatuh ke tanah.Satuan ukuran hujan adalah mm. Yang dimaksud
banyaknya hujan (curah hujan) adalah tinggi air hujan bila tidak ada yang
merembes ke dalam tanah. Sebagai patokannnya ialah 100 cc air hujan = 10
10
mm curah hujan. Alat pengukurnya menggunakan ombrometer yang dibagi
menjadi 2 tipe yaitu observatorium (biasa) dan otomatis (Soekirno, 2000)
Perubahan curah hujan, distribusi hujan sangat berpengaruh pada
ketersediaan air. Hal ini sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman.
Curah hujan mempengaruhi kelembaban udara (Herlina, 2003).
Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau
ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada
permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0,25 mm. Satuan hujan menurut
SI adalah milimeter yang merupakan penyingkatan dari liter per meter
persegi (Anonim1, 2010).
Curah hujan dihitung harian, mingguan, hingga tahunan, sesuai
kebutuhan. Pembangunan saluran drainase, selokan, irigasi serta
pengendalian banjir selalu menggunakan data curah hujan, untuk
mengetahui jumlah curah hujan yang terjadi di suatu tempat. Curah hujan
sebesar 1 mm artinya adalah tinggi air hujan setinggi 1 mm pada daerah
seluas 1 m2 (Bocah, 2008).
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah
selama periode tertentu yang diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan
horizontal apabila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi,
pengaliran dan peresapan. Dinyatakan sebagai tebal lapisan air yang jatuh
diatas permukaan tanah rata seandaiya tidak ada infiltrasi dan evaporasi.
Satuannya adalah mm. curah hujan 1mm berarti banyaknya hujan yang jatuh
diatas sebidang tanah seluas 1m2 = 1mm x 1m2 = 0,01dm x 100dm2 = 1dm3
= 1liter. Hari hujan adalah suatu hari dimana terkumpul curah hujan 0,5mm
atau lebih (Guslim et al., 1987).
6. Angin
Angin merupakan udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi
bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke
tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu
udara yang tinggi (Soemarto, 1987).
11
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai
menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara
turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke
tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat
dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali.
Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan
konveksi (Suyono, 2006).
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan
suhu udara pada suatu daerah atau wilayah.Hal ini berkaitan dengan
besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada
suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar
akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang
cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi
antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain
yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran
udara pada wilayah tersebut (Sriharto, 2000).
Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara,
sehingga benua asi lebih panas daripada benua australia. Akibatnya, di asia
terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di australia terdapat
pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari
australia menuju asi. Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan
bumi selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh
kerena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak
mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di indonesia terjadi
musim kemarau, kecuali pantai barat sumatera, sulawesi tenggara, dan
pantai selatan irian jaya. Antara kedua musim tersebut ada musim yang
disebut musim pancaroba (peralihan), yaitu : Musim kemareng yang
merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan musim
labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin
tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat
(Ponce, 1989).
12
Angin darat dan angin laut Angin ini terjadi di daerah pantai.Angin
laut terjadi pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas
dibandingkan dengan lautan.Angin bertiup dari laut ke darat.Sebaliknya,
angin darat terjadu pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas
dibandingkan dengan lautan.Daratan bertekanan maksimum dan lautan
bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut (Sudjarwadi, 1995).
Erosi angin pada dasarnya disebabkan pengaruh angin pada partikel-
partikel yang ukurannya cocok untuk bergerak dengan saltasi. Erosi angin
dapat dikendalikan; (1) Bila partikel-partikel tanah dapat dibentuk ke dalam
kelompok/butiran yang terlalu besar ukurannya untuk bergerak dengan
saltasi, (2) Bila kecepatan angin dekat permukaan tanah dapat dikurangi
melalui penggunaan tanah, oleh tanaman tertutup, (3) Dengan menggunakan
jalur-jalur tunggul/tanaman penutup lain yang cukup untuk menangkap dan
menahan partikel-partikel yang bergerak dengan saltasi (Foth, 1994).
Angin mengakibatkan meningkatnya penguapan, yang dengan
kelembaban yang cukup mungkin dapat menguntungkan.Namun di daerah-
daerah kering, banyak angin berpengaruh sangat buruk, karena
mengakibatkan pengeringan yang kuat.Angin mempunyai pengaruh
mekanis, yang kadang-kadang besar artinya (Vink, 1984).
Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.
Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih
banyak panas matahari dibandingkan tempat yang lain. Permukaan tanah
yang panas membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara
mengembang dan menjadi lebih ringan (Anonim4, 2007).
Angin mengakibatkan meningkatnya penguapan, yang dengan
kelembaban yang cukup mungkin dapat menguntungkan. Namun di daerah-
daerah kering, banyak angin berpengaruh sangat buruk, karena
mengakibatkan pengeringan yang kuat. Angin mempunyai pengaruh
mekanis, yang kadang-kadang besar artinya (Vink, 1984).
Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi.
Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
13
Angin diberi nama sesuai dengan arah mana angin datang, misalnya angin
laut adalah angin yang bertiup dari laut ke darat (Hanum, 2009).
Mata angin merupakan panduan yang digunakan untuk menentukan
arah. Umum digunakan dalam navigasi, kompas, dan peta. Berpandukan
pada pusat mata angin, maka kita akan melihat 8 arah yaitu dengan urutan
sebagai berikut (mengikuti arah jarum jam): 1.Utara (0o), 2. Timur Laut
(45o), 3. Timur (90o), 4. Tenggara (135o), 5. Selatan (180o), 6. Barat Daya
(225o), 7. Barat (270o), 8. Barat Laut (315o) (Anonim3, 2009).
Kecepatan dan arah angin masing-masing diukur dengan anemometer
dan penunjuk arah angin. Anemometer yang lazim adalah anemometer
cawan yang terbentuk dari lingkaran kecil sebanyak tiga (kadang-kadang
empat) cawan yang berputar mengitari sumbu tegak. Kecepatan putaran
mengukur kecepatan angin dan jumlah seluruh perputaran mengitari sumbu
itu memberi ukuran berapa jangkau angin, jarak tempuh kantung tertentu
udara dalam waktu yang ditetapkan (Foth, 1991).
7. Evapotranspirasi
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini
kemudian bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara
(Sosrodarsono, 1999). Sedangkan Menurut Lee (1988), evaporasi
merupakan proses perubahan cairan menjadi uap, ini terjadi jika cairan
berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal, pada
daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang
basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan
suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam
pada siang hari dan sering juga selama malam hari. Air akan menguap dari
permukaan baik tanah gundul maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan
juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan jalan raya air, air terbuka
dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993).
Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total kehilangan air (penggunaan
air) untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman.
Secara potensial ET ditentukan hanya oleh unsur – unsur iklim, sedangkan
14
secara aktual ET juga ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman
(Handoko, 1995).
Jumlah total air yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan
transpirasi tanaman secara bersama disebut evapotranspirasi (ET).
Evaporasi merupakan suatu proses yang tergantung energi yang meliputi
perubahan sifat dari fase cairan ke fase gas. Laju transpirasi merupakan
fungsi dari landaian tekanan uap, tahanan terhadap aliran, dan kemampuan
tanaman dan tanah untuk mentranspor air ke tempat terjadinya transpirasi.
Kehilangan air ke atmosfer ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan
faktor dalam tanaman. Pengaruh lingkungan terhadap ET disebut tuntutan
atmosfer atau tuntutan evaporisasi (Anonim2, 2008).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam
pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi
maupun evapotranspirasi dari air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah
tidak mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang tidak
langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat
diterima (Anonim3, 2009).
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi
bentuk gas (uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan
air secara langsung dari lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi
(penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, makhluk hidup).
Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi
(Wuryanto, dkk, 2000).
Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah
yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah.
Daerah subtropik biasanya merupakan daerah yang langsung menerima
insolasi (pemanasan dari matahari) tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga
merupakan daerah yang mempunyai angin yang kuat dan mempunyai nilai
kelembaban yang rendah (Hutabarat, 1986).
Kecepatan hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi pada
dasarnya ditentukan oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan
pada daun/permukaan tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien
15
tekanan-uap terhubung dengan sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain
(Buckman dan Brady, 1982).
Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh
masih belum masih belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh
terhadap penentuan evapotranspirasi terletak pada pengukuran jumlah dan
lamanya gerakan air dari tanah ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan yang
luas alat yang paling tepat bagi penelitian evaporasi adalah radiometer
inframerah dan pancatat citra dari udara (Handoko, 1994.).
Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan.
Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda tergantung
dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Umumnya
banyaknya transpirasi yang diperlukan untuk menghasilkan satu gram bahan
kering disebut laju transpirasi (Karim, 1985).
8. Awan
Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi
titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua
cara: 1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara
karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan
naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap
itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak
terhingga banyaknya. 2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir
lembap. Udara makin lama akan menjadi uap air. Apabila awan telah
terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan
itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi
menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu
akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan ini (Doorenbos dkk, 1977)
Awan kumulus adalah awan yang bentuknya seperti bunga kol. Awan
ini terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan ini terbagi dalam
3 jenis, yaitu: strato kumulus yaitu awan kumulus yang baru tumbuh,
kumulus, dan kumulonimbus yaitu awan kumulus yang sangat besar dan
mungkin terdiri beberapa awan kumulus yang bergabung menjadi satu
(Suroso, 2005)
16
Awan Stratus adalah awan yang berwarna keabu-abuan yang biasanya
menutupi seluruh langit.Kita menyebutnya langit mendung.Awan ini mirip
kabut yang tak mencapai tanah.Terkadang gerimis mengiringi awan
stratus.Kalau menghasilkan hujan, namanya adalah nimbo stratus.Kalau
kamu lihat, awan itu sering berupa gabungan dari jenis-jenis di atas. Cirrus,
misalnya, bisa menjadi pertanda badai akan datang, bila awan menebal
menjadi cirro stratus yang menutupi langit (Rachmad Jayadi, 2000).
Awan dapat terdiri dari butir-butiran, kristal-kristal es, atau kombinasi
keduanya. Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari atau bulan
menembusnya, awan tersebut sering melahirkan pengaruh-pengaruh optik
yang memungkinkannya dapat dibedakan antara awan kristal es dan awan
butir air (Masson, 1962).
Penyebaran keawanan hampir sama dengan penyebaran hujan jadi
pada lintang ekuator dimana banyak terjadi konvergensi horizontal besar,
terdapat keawanan maksimum. Tidak sejelas seperti maksimum hujan di
ekuator, sebab daerah tropis lebih banyak awan konektif atau tipe
cumulus.awan-awan tebal ini (Manan, 1980).
Awan dapat terdiri dari butir-butir air, kristal-kristal es atau kombinasi
keduanya. Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari atau bulan
menembusnya, awan tersebut sering melahirkan pengaruh-pengaruh optik
yang memungkinkan dapat dibedakan antara awan kristal es dan awan butir
air (Masson, 1962). Awan mencegah radiasi penuh matahari mencapai
permukaan bumi, akan mengurangi masukan energi dan dengan demikian
memperlambat proses evaporasi. (Wilson, 1993).
Awan adalah merupakan titik-titik air yang melayang-layang tinggi
diangkasa. Terjadinyta awan ini dapat disebabkan oleh :
- Adanya inti-inti kondensasi yang banyak sekali pada ruang yang basah
- Adanya kenaikan tingkatan kelembaban relatif dengan disertai banyak
inti-inti kondensasi atau sublimasi.
- Adanya pendinginan
(Benyamin Lakitan, 1994).
17
Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di atmosfir. Ia kelihatan
seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit. Udara selalu mengandung
uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Penguapan ini bisa bisa terjadi dengan dua cara :
a. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena
air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik
tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu
akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak
terhingga banyaknya.
b. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin
lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air
(Anonim2, 2008).
C. Alat dan Cara Kerja
1. Radiasi Surya
a. Alat yang digunakan : sunshine recorder tipe cambell stokes
b. Cara Kerja :
1) Memasang kertas pias pada tempat yang telah disediakan. Kertas pias
akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh ke bola, bola kaca
disini berfungsi memfokuskan sinar yang jatuh di atasnya sehingga
dapat membakar kertas pias yang berada dibawahnya.
2) Menghitung presentasi kertas pias yang terbakar.
3) Menggambar kertas pias yang telah digunakan.
4) Menentukan lama penyinaran matahari dalm satu hari pengamatan.
2. Tekanan Udara
a. Alat yang digunakan : Barometer
b. Cara Kerja :
1) Membaca angka yang berada pada barometer, yang dibaca adalah
angka yang berada di baris kedua dari pinggir, yang paling dalam
(berwarna merah)
2) Melakukan pengamatan tiap 20 menit sekali dan merekap untuk satu
hari tersebut.
18
3. Suhu (Suhu Tanah dan Suhu Udara)
a. Alat yang digunakan :
1) Thermometer minimum-maksimum
2) Thermometer minimum-maksimum tipe six
b. Cara Kerja :
1) Suhu Udara
a) Untuk mengetahui Suhu udara terendah dalam suatu periode
tertentu (Termometer Minimum) dapat diketahui dengan membaca
angka pada skala bertepatan dengan ujung kanan penunjuk.
b) Untuk mengetahui Suhu udara tertinggi dalam suatu periode
tertentu (Termometer Maksimum) dapat diketahui dengan
membaca angka pada skala yang bertepatan dengan air raksa.
2) Untuk mengetahui Suhu Tanah (thermometer tanah bengkok) dapat
diketahui dengan mengamati angka pada skala yang bertepatan
dengan air raksa pada tiap kedalaman tanah.
4. Kelembaban Tanah dan Udara
a. Alat yang digunakan : termohigrograft
b. Cara Kerja :
Kelembaban Udara dapat diketahui dengan membaca skala pada
termohigrograf, skala bagian atas untuk suhu udara dan skala bagian
bawah untuk kelembaban udara.
5. Curah Hujan
a. Alat yang digunakan : ombrometer dan ombrograft
b. Cara Kerja : Membaca skala yang tertera pada alat ombrograf.
c. Prinsip Kerja : Curah hujan yang jatuh pada corong mengalir ke
tabung penampung sehingga permukaan air naik dan mendorong
pelampung dimana sumbunya bertepatan dengan sumbu pena. Tangkai
pena bertinta akan ikut naik dan member bekas pada kertas berskala,
bergeraknya ke atas searah dengan putaran jarum jam dan sesuai dengan
waktu yang ada.
19
6. Angin
a. Alat yang digunakan :
1) Anemometer
2) Wind vane
b. Cara Kerja :
1) Arah angin : Melihat dan mencatat arah panah yang menunjuk
ke salah satu arah mata angin.
2) Kecepatan angin : Membaca skala yang tertera pada anemometer
7. Evaporasi
a. Alat yang digunakan : evaporimeter (untuk mengukur evaporasi)
b. Cara Kerja : Membaca skala yang tertera pada alat tersebut.
8. Awan
a. Cara Kerja :
1) Mengamati awan beserta ciri-cirinya kemudian memberikan nama
sesuai dengan family awan tersebut dan ketinggiannya.
2) Menggambar bentuk awan yang ada setip 1 jam sekali.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 1.4 Alat-alat yang Terdapat di Stasiun Klimatologi Jumantono
No Foto Alat Fungsi Prinsip Kerja1 .
Radiasi Surya
Gambar 1.1 Sunshine Recorder tipe Campbell Stokes
Untuk mengetahui lama penyinaran
Memasang kertas pias pada tempat yang telah disediakan (kertas pias akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh ke bola kaca, fungsi bola kaca adalah memfokuskan sinar yang jatuh di atasnya sehingga dapat membakar kertas yang berada di bawahnya). Menghitung prosentase kertas pias yang terbakar kemudian menggambar kertas pias yang telah digunakan. Menentukan lama penyinaran matahari dalam satu hari pengamatan. Adapun satuan pengukuran sunshine recorder tipe campbell stokes adalah jam/ hari.
20
2. Tekanan udara
Gambar 1.2 Barometer
Mengukur tekanan udara
Membaca angka yang berada pada barometer, yang dibaca adalah angka yang berada di baris kedua dari pinggir, yang paling dalam (berwarna merah).
3. Suhua) Tanah
Gambar 1.3 Thermometer Tanah Bengkokb) Udara
Gambar 1.4 Psychrometer Standar
Mengukur suhu tanah
Mengukur suhu udara
Dapat diketahui dengan mengamati angka pada skala yang bertepatan dengan air raksa pada tiap kedalaman tanah.a. Termometer maksimum dan
minimum serta termometer maksimum dan minimum tipe six.
b. Thermometer Bola Kering : tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya. Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering.
c. Thermometer Bola Basah : tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
4. Kelembaban udara
Gambar 1.5 Termohigrograf
Mengetahui kelembaban udara dan suhu udara
Membaca skala pada termohigrograf. Skala pada bagian atas untuk kelembaban udara dan skala bagian bawah untuk suhu udara
21
5. Curah Hujana) Ombrograf
Gambar 1.6 Ombrograf
b) Ombrometer
Gambar 1.7 Ombrometer
Mengukur banyaknya curah hujan (otomatis)
Mengukur banyaknya curah hujan (manual).
Curah hujan yang jatuh pada corong mengalir ke tabung penampung sehingga permukaan air naik dan mendorong penghisapan/pelampung dimana sumbunya bertepatan dengan sumbu pena.Tangkai pena bertinta ikut naik dan memberi bekas baris/garis pada kertas yang berskala bergeraknya ke atas searah putaran jarum jam dan sesuai dengan waktu yang ada
Membaca skala yang tertera pada alat tersebut.
6. Angina) Wind Vane
Gambar 1.8 Wind Vane
b) Anemometer
Gambar 1.9 Anemometer
Menentukan arah angin
Menentukan kecepatan angin
Melihat dan mencatat arah panah yang menunjuk ke salah satu arah mata angin
Penggunaan anemometer cukup dengan membaca skala yang tertera pada anemometer. Anenometer digunakan dalam kaitannya dengan pertanian yakni untuk mengetahui seberapa besar kecepatan angin di suatu wilayah. Jika kecepatan angin dapat merugikan tanaman, maka sudah tentu akan diperlukan pembuatan Wind Breaker sehingga tidak akan merusak hasil usaha tani.
22
7. Evapotranspirasi
Gambar 1.10 Panci evaporimeter
Menghitung laju kehilangan uap air pada tanah dan tanaman (evapotranspirasi)
a) Pengukuran dilakukan pada permukaan air dalam keadaan tenang didalam tabung peredam riak (Still Well Cylinder) berbentuk silinder untuk mencegah terjadinya gelombang air pada ujung jarum yang digunakan untuk mengukur tinggi permukaan air pada panci evaporimeter.
b) Batang pancing ini terletak menggantung ditabung peredam riak sebagai petunjuk tinggi permukaan air.
8. Awan
Gambar 1.11 Awan
Mengklasifikasikan awan a) Mengamati awan beserta ciri-
cirinya kemudian memberikan nama sesuai dengan famili awan tersebut dan ketinggiannya.
b) Menggambar bentuk awan yang ada setiap 1 jam sekali.
Sumber : Laporan Sementara
E. Pembahasan
1. Radiasi Surya
Matahari adalah sumber energi bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi
matahari merupakan penyebab pokok dari perubahan-perubahan dan
pergerakan-pergerakan dalam atmosfer sehingga dapat dianggap sebagai
pengendali iklim dan cuaca yang besar.
Jumlah radiasi matahari yang diterima oleh bumi berbeda-beda. hal ini
disebabkan oleh :
a. Jarak dari matahari : Semakin dekat dengan matahari maka radiasi yang
diterima juga semakin besar dan semakin jauh jarak dengan matahari
maka radiasi yang diterima juga semakin sedikit.
b. Intensitas radiasi matahari : Semakin besar nilai intensitas radiasi maka
radiasi yang diterima juga semakin besar dan semakin kecil nilai
intensitas radiasi maka radiasi yang diterima juga semakin kecil.
23
c. Lamanya penyinaran matahari : Lamanya radiasi juga akan
mempengaruhi kuantitas, kualitas dan intensitas karena adanya
kelengasan yang jenuh sehingga radiasi surya tidak sampai pada
permukaan bumi.
d. Atmosfer dalam penyaluran sinar matahari mencapai bumi akan
melewati atmosfer dimana selama perjalanannya itu akan mengalami
beberapa hambatan sehingga energi yang diterima juga akan mengalami
pengurangan yang disebabkan oleh
1) Absorbsi, yaitu penyerapan energi sinar matahari yang dilakukan oleh
uap air, O2, O3 dan CO2.
2) Refleksi pemantulan energi sinar matahari oleh partikel-partikel yang
berdiameter lebih besar dari gelombnag cahaya, contoh: awan.
3) Scattering, pembauran cahaya oleh partikel-partikel yang berdiameter
kurang dari gelombang cahaya, contoh : uap dan aerosol.
Pada Pratikum kali ini diperkenalkan alat ukur penyinaran
menggunakan sunshine recorder tipe cambell stokes, alat ini digunakan
untuk mengukur lama penyinaran. Prinsip kerja dari sunshine recorder ini
adalah penangkapan sinar matahari oleh bola Kristal kemudian sinar
tersebut diteruskan pada kertas pias, dan sinar terusan ini akan membakar
kertas pias tersebut.
Pengaruh panjang hari sering disebut duration atau lamanya
penyinaran matahari. Panjang siang hari di sekitar equator hampir selalu
sama. Tetapi pada tempat-tempat yang jauh dari equator panjang siang hari
tidak sama. Dan ini dikarenakan “gerak matahari” dari 23 ½ 0 LS, bolak-
balik. Lama penyinaran yang diterima suatu daerah dipengaruhi oleh letak
daerah tersebut, letak yang dimaksud adalah daerah tropis dan subtropis.
Pada daerah tropis akan mendapatkan lama penyinaran selama ± 12 jam dan
pada daerah subtropik akan mendapat lama penyinaran lebih banyak, yakni
selam 14 jam. Perbedaan lama penyinaran ini nantinya akan berpengaruh
pada jenis tumbuhan yang tumbuh kemudian disebut dengan tanaman hari
pendek, intermediet dan panjang. Dalam perkembangan tumbuhan lama
penyinaran dikaitkan dengan fotoperiodisme (lama penyinaran yang
24
diterima tumbuhan untuk masuk pada fase pembungaan). Fotoperiodisme
juga akan menentukan tanaman yang bisa tumbuh pada daerah tropis
maupun pada daerah subtropis.
2. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah berat udara pada permukaan bumi sampai batas
atmosfer, pada daerah seluas 1 cm2, temperatur 00 C, pada ketinggian 0 m
(di atas permukaan air laut) dan pada garis lintang 450C. Makin tinggi
tempat dari permukaan air laut (altitude) maka tekanan udara makin
menurun. Hal ini disebabkan karena gradien tekanan udara vertikal (gradient
vertikal). Gradien vertikal ini tidak selalu tetap, sebab kerapatan udara
dipengaruhi oleh faktor suhu kadar uap air di udara dan grafitasi.
Satuan ukuran tekanan udara adalah atmosfir. Tekanan udara
merupakan tekanan yang terjadi akibat adanya massa udara yang diukur di
permukaan bumi hingga batas atmosfer tiap 1 cm2. Tekanan udara
merupakan komponen iklim yang tidak berpengaruh langsung terhadap
aktivitas kehidupan makhluk hidup. Akan tetapi dengan adanya perbedaan
tekanan udara dapat mengakibatkan perubahan disekitar lingkungan
tanaman tumbuh. Faktor iklim diukur dengan barometer dengan satuan
milibar. Untuk keperluan pencatatan data meteorologist, satuan tekanan
udara yang dipakai adalah bar.
1 Bar = 1000 milibar = 106dyne/cm2
760 mm hg (76 cm hg) = 1,013 bar = 1013 milibar (mb)
Tekanan 760 mm Hg disebut tekanan normal.
Tinggi angka yang ditunjukkan oleh barometer selain ditentukan oleh
tekanan udara pada saat itu, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :
a. Latitude (lintang bumi)
Bumi ini tidak bulat sempurna tetapi agak pepak (pipih) pada kedua
kutubnya (karena adanya rotasi bumi). Jari-jari bumi di khatulistiwa
adalah yang terpanjang sedangkan yang terpendek di bagian kutub.
Akibatnya gravitasi bumi di khatulistiwa terkecil dan di kutub terbesar,
sehingga tekanan udara di sekitar khatulistiwa cenderung menunjukkan
yang lebih tinggi.
25
b. Suhu
Jika suhunya naik, air raksa akan mengembang dan jika suhunya
turun, air raksa akan menyusut. Karena itu pengukuran tekanan udara di
daerah tropis cenderung menunjukkan angka yang lebih tinggi.
c. Altitude (tinggi tempat, elevasi)
Makin tinggi suatu tempat tekanan udara makin rendah. Hal ini
disebabkan karena :
1) Makin tinggi tempat, kerapatan udara makin berkurang.
2) Kolom udara makin pendek.
3. Suhu
Untuk mengukur panas udara siang dan malam biasanya
menggunakan Thermometer maksimum dan minimum , sekaligus dapat
mengetahui berapa temperature tertinggi dan terendah dalam sehari
semalam. Perkembangan tumbuhan pada aktifitas perakaran dipengaruhi
oleh suhu tanah dan udara. Pada Suhu tanah banyak dipengaruhi oleh faktor
luar, misalnya sinar matahari dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan
reaksi kimia termolekuler. Pengukuran suhu tanah dilakuakan dengan
menancapkan termometer ke dalam tanah dengan kedalaman yang
bervariasi. Yaitu 0 cm, 2 cm, 5 cm, dan 10 cm dari permukaan tanah. Makin
dalam tanah maka akan semakin turun suhunya.
Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu
yang biasa digunakan adalah derajat celcius (0C). Suhu maksimum adalah
suhu tinggi tertentu, dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Sedangkan
suhu minimum adalah suhu terendah di mana tanaman masih dapat hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi ialah :
a) Jumlah radiasi yang diterima
b) Pengaruh daratan atau lautan
c) Pengaruh ketinggian tempat
d) Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa
panas dari sumbernya secara horizontal.
26
e) Penutup tanah : tanah yang ditutup vegetasi mempunyai temperatur
yang kurang daripada tanah tanpa vegetasi.
f) Tipe tanah : tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.
4. Kelembaban Udara
Kelembaban tanah merupakan keadaan keseimbangan kandungan air
dengan suhu di dalam tanah yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Penentu utamanya adalah kandungan air dan suhu. Kelembaban udara yaitu
banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Keadaan kelembaban di atas
permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya kelembaban yang tertinggi
di daerah khatulistiwa sedangkan yang terendah pada lintang 400C. Daerah
rendah ini disebut horse latitude, curah hujannya kecil. Besarnya
kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah
hujan.
Di dalam atmosfer selalu ada uap air yang jumlahnya tidak tetap. Uap
air adalah suatu gas yang tak dapat dilihat, yang merupakan salah satu
bagian dari atmosfer. Dalam klimatologi, yang dimaksud dengan
kelembaban udara adalah kelembaban nisbi udara (Relatif Humidity/RH)
yaitu perbandingan antara banyaknya uap air saat itu dan uap air maksimum
yang dapat dikandung oleh hawa saat itu (temperature itu) pula.
Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin
tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini
dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi
(pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air
dalam udara menurun.
Untuk mengukur kelembaban udara dengan menggunakan alat
Higrometer atau Termohigrogaf yang sensornya berupa benda higroskopis.
Besar kelembaban suatu daerah merupakan factor yang dapat menstimulasi
curah hujan. Di Indonesia, kelembaban tertinggi dicapai pada musim
penghujan dan terendah pada musim kemarau. Adapun hal khusus terjadi
pada daerah pantai. Pantai-pantai di Indonesia pada umumnya bersuhu
tinggi akan tetapi mempunyai kelembaban yang tinggi pula. Hal demikian
terjadi karena banyaknya evaporasi air laut yang besar.
27
5. Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara
dari satu tempat ke tempat lain secara horisontal. Yang dimaksud dengan
massa udara yaitu udara dalam ukuran yang sangat besar yang mempunyai
sifat fisik (temperatur dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang
horisontal.
Gerakan dari angin biasanya berasal dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah dan
kecepatan. Arah angin biasa dinyatakan dengan dari mana arah angin itu
datang. Arah angin diamati dengan alat wind vane.
Sedangkan kecepatan angin diukur dengan anemometer. Di stasiun-
stasiun Klimatologi, pengamatan kecepatan angin biasanya dipasang pada
ketinggian 2 m. Nilai dari kecepatan angin diperoleh dengan menghitung
selisih antara skala awal dan skala akhir yang ada pada anemometer. Angin
akan bertiup pada suatu wilayah ke wilayah lain dengan membawa uap air
yang dikandungnya. Pada wilayah-wilayah dimana angin bertiup berasal
dari daerah gersang atau panas maka angin tersebut kurang mengandung
uap air sehingga angin tersebut bersifat hangat. Akibatnya, wilayah atau
daerah yang dilewati akan dipengaruhi oleh angin yang bersuhu tinggi dari
tempat yang dilewati. Sebaliknya angin yang berasal dari daerah perairan
banyak mengandung uap air sehingga akan mempengaruhi kandungan uap
air pada daerah yang dilewatinya.
6. Evapotranspirasi
Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi gas
(uap air) dan perpindahannya dari suatu permukaan benda ke atmosfer. Pada
pengamatan tersebut alat yang digunakan untuk mengukur evapotranspirasi
adalah evaporimeter yang menggunakan bejana penguapan berupa panci
yang berisi air bersih dan berwarna metalik (silver) yang bertujuan untuk
mengurangi pengaruh radiasi. Nilai evaporasi merupakan nilai dari selisih
tinggi permukaan dari dua kali pengukuran setelah nilai curah hujan.
28
Proses evapotranspirasi sangat penting dalam siklus hidrologi dan CWR
(Crop Water Requirement = banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk
tumbuh). Syarat terjadinya evapotranspirasi :
a. Ada energi → pengendali utama
b. Difusi
Setelah uap air terbentuk → berpindah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi :
a. Suhu udara
b. Angin
Kecepatan angin bertambah maka laju evapotranspirasinya
bertambah sampai pada batas tertentu.
c. Tekanan uap air di atmosfer
Jika tekanannya rendah maka evapotranspirasinya cepat.
d. Kualitas air.
e. Sifat dan bentuk permukaan.
7. Awan
Awan adalah kumpulan butir-butir air, kristal es atau gabungan antara
keduanya yang masih melekat pada inti-inti kondensasi antara 2-40 mikron.
Awan dapat dibagi menjadi :
a. Awan tinggi, yaitu yang terdapat pada ketinggian 7 km dari permukaan
laut, terdiri dari : cirrus, cirrostratus, cirrocumulus.
b. Awan pertengahan, ada pada ketinggian 2 km ke atas dari permukaan
laut tetapi kurang dari 7 km, terdiri dari alto stratus, alto cumulus.
c. Awan rendah, ada pada ketinggian kurang dari 2 km dari permukaan
laut, terdiri dari : strato cumulus, stratus. nimbo stratus.
d. Awan yang berkembang vertikal, pada ketinggian 1-20 km dari
permukaan laut, terdiri dari : cumulus, cumulo nimbus.
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata awan yang ada adalah
stratocumulus (awan rendah), yang berpotensi besar terjadinya hujan.
Keadaan radiasi dengan adanya penutup awan sangat berbeda-beda dengan
keadaan langit yang cerah. Radiasi yang dipancarkan bumi akan mencapai
awan dan oleh awan akan diabsorbsi serta selanjutnya dipantulkan lagi ke
29
bumi, sehingga mengakibatkan temperatur awan dan bumi menjadi lebar.
Akibat dari sifat awan yang dapat mengabsorbsi dan meradiasikan semua
gelombang maka pengaruh penutup awan dapat menghalangi pendinginan
bumi pada malam hari, terutama pada musim kemarau.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Alat untuk mengukur lama penyinaran adalah Sunshine Recorder tipe
Cambell Stokes.
b. Alat untuk mengukur tekanan udara adalah barometer.
c. Alat untuk mengukur suhu adala termometer maximum dan minimum
type six.
d. Termohigrograf alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.
e. Alat untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer da ombrograf.
f. Alat untuk mengetahui arah angin adalah Wind Vane.
g. Alat untuk mengetahu kecepatan Angin adalah anemomoter.
h. Alat untuk mengetahui laju evaporasi dengan menggunakan panci
evaporimeter.
2. Saran
a. Sebaiknya alat-alat yang sudah tidak bisa digunakan sama sekali diganti.
b. Dalam hal pengamatan unsur-unsur cuaca alangkah baiknya peralatan
pengamatan unsur-unsur cuaca dijaga dengan baik. Sebab cuaca sangat
berperan penting dalam pertanian.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010. Hujan.www.wikipedia.org/wiki/Hujan. Diakses hari minggu, 15 Mei 2011 pukul 15.15
Anonim2. 2008. Pentingnya Pemahaman Unsur Cuaca. http://www.jplh.or.id. Diakses pada tanggal 21 Mei 2011.
Anonim3. 2009. Kelembaban Udara. http://abuhaniyya.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011.
Anonim4. 2009. Seputar Angin. http://one.indoskripsi.com/.Diakses pada tanggal 20 Mei 2011.
Darldjoeni. 2000. Prinsip Kerja Peralatan Klimatologi. UT. Jakarta.
Bayong Tyasono. 2004. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Benyamin, Lakitan. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Bocah. 2008. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/unsur-unsur-cuaca-dan-iklim/ Diakses pada Hari Minggu, 15 Mei 2011.
Buckman Brady. 1982. Dasar Klimatologi. Erlangga. Jakarta.
Doorenbos. 1977. Peralatan Agroklimatologi dalam Menunjang Dunia Pertanian Secara Umum. Bina Insan Press. Jakarta.
Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-6. Erlangga. Jakarta
Gunarsih.2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. BinaAksara. Jakarta
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.
Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar Edisi 2. Pustaka Jaya. Bogor.
Hanum. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Herlina.2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. UniversitasBrawijaya. Malang.
31
Hutabarat. 1986. Manfaat Klimatologi Bagi Pertanian. Bumi Penerbit. Surabaya.
Jason. 2010. Yang Dimaksud Kelembaban Udara. www. Answers.yahoo.com.Diakses Hari Minggu pukul 16.30
Karim, K. 1985. Dasar-Dasar Klimatologi. Jurnal Agrista. 2 (2): 127-137
Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
LIPI. 2008. Agroklimatologi – Alat dan Prinsip Kerja. http://www.lipi.go.id Diakses pada hari Minggu,15 Mei 2011.
Leonheart, 2010. http://taufikanugrah.blogspot.com/2010/04/unsur-unsur-cuaca-dan-iklim.html Diakses pada Hari Minggu, 15 Mei 2011.
Manan. 1980. Unsur Cuaca dan Iklim. Sains Media. Tangerang
Martha W.J. 1993. Mengenal Dasar–Dasar Hidrologi. Nova. Bandung.
Masson, B. J. & Cloud. 1962. Rain And Rain Making, Cambridge. London.
Mohr. 1998. The Cultural Turn in American Sociology—A Report from the Field. http://www.ibiblio.org/culture/newsletter/cult172and3.pdf Diakses pada hari Minggu, 15 Mei 2011.
Ponce. 1989. Manfaat dan Peranan Iklim bagi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta
Reisenauer, H.M. 1976. Soil and Plant Tissue Testing in California. Divison of agricultural sciences university of California. California.
Rachmad Jayadi. 2000. Dunia Pertanian Era Milenium. Nova. Bandung.
Sriharto. 2000. Pertanian Era Sekarang. Kompasiana. Jakarta
Soekardi. 1986. Persaingan dalam bercocok tanam jagung (Zea Mays). Jurnal Budidaya Pertanian. 12 (1) : 13-19.
Soekirno. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bina Cipta. Bandung
Soemarto. 1987. Manfaat dan Peranan Agroklimatologi. Bina Aksara. Jakarta.
Soewandi, A. 2005. Prosedur dan Pengambilan Contoh Analisa Tanaman. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogjakarta.
Sosrodarsono.1999. Ilmu Usaha Tani. LSM Pertanian. Purwokerto.
Suroso. 2005. Era Baru Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Suyono. 2006. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Usaha Tani. UGM Press. Jogjakarta
Sudjarwadi. 1995. Pertanian Dahulu, Masa Kini dan Masa Depan. UI Press. Jakarta.
32
Vink, G.J. 1984. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia. PT. Midas Surya Grafindo. Jakarta.
Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung.
Wuryanto. 2000. Agroklimatologi. USU Press. Medan
33
II. PENGUKURAN SUHU TANAH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanah terdiri kumpulan benda alam di permukaan bumi mengandung
gejala-gejala kehidupan dan menompang atau mampu menopang
pertumbuhan tanaman diluar rumah. Sifat-sifat tanah bergantung pada besar
kecilnya partikel-partikel yang merupakan komponen-komponen tanah
tersebut. Tanah mengandung partikel-partikel mineral, sisa-sisa tanaman
dan binatang, air, berbagai gas dan komposisi lainnya yang menjadikan
tanah tersebut menjadi subur, yang menjamin berlangsungnya kehidupan
berbagai makhluk di bumi.
Panas dalam tanah adalah keadaan yang timbul akibat dari adanya
radiasi sinar matahari, panas bumi, reaksi kimia dalam tanah,maupun
aktifitas biologi dalam tanah. Adanya panas didalam tanah diukur dengan
menggunakan istilah suhu tanah. Suhu tanah merupakan hasil dari
keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang
dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas
dalam tanah dengan satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat
Kelvin dan lain-lain.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan
radiasi matahari. Yang dimaksud dengan suhu disini adalah suhu tanah
maupun suhu udara disekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu
disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman,
distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah
Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan
dan faktor tanah. Suhu tanah merupakan sifat penting dalam tanah karena
mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan mempengaruhi
kelembaban, aerasi, struktur, aktifitas mikroba dan enzim, dekomposisi
residu tanaman serta ketersediaan unsur hara tanaman.
33
34
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari pratikum Pengukuran Suhu Tanah ini yaitu :a. Untuk mengetahui variasi suhu tanah pada beberapa perlakuan.
b. Untuk memberikan pemahaman terhadap jenis-jenis perlakuan yang
mampu digunakan dalam pembudidayaan tanaman.
c. Untuk mampu menenrtukan jenis perlakuan mana yang sesuai untuk jenis
tanaman tertentu.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu dan tempat praktikum Agroklimatologi Acara 2 – Pengukuran
Suhu Tanah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Mei 2011 bertempat
di Gedung Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB.
B. Tinjauan Pustaka
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya
pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Suhu udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator) dan
makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki
gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah.
Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu
akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut
gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate
adalah 1 ˚C (Benyamin, 1997).
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang
seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan
suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga
semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan
suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap
kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara
sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah
35
dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan
konduktor terbaik (Handoko, 1994).
Suhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang
berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda,
maka suhu benda tersebut akan meningkat. Sebaliknya suhu benda tersebut
akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas. Akan tetepi,
hubungan antara panas (energi) dengan suhu bukan merupakan suatu
konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat peneriman panas dalam
jumlah tertentu yang dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat capacity)
yang dimiliki oleh benda penerimaan tersebut (Lakitan, 1994).
Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran udara.
Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh panas
yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil membawa zat
pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara bagian atas. Jika
terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas udara dingin seperti
suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang pembentukan Co dan O.
Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap
berada didalam campuran yang telah didingankan tersebut karena dibutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah
(Kristanto, 2002).
Temperatur (suhu) adalah salah satu sifat tanah yang sangat penting
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap
kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba, dan enzimetik, dekomposisi
serasah atau sisa tanaman dan ketersidian hara-hara tanaman. Tenperatur tanah
merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana
halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan
mikroba tanah dipengaruhi oleh temperatur tanah (Hanafiah, 2005).
Tentang suhu tanah pengaruhnya penting sekali pada kondisi tanah itu
sendiri dan pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah biasanya
dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Faktor
pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud
dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin,
36
kelembapan udara. Faktor dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanda, kadar
iar tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah. Makin tinggi suhu maka
semakin cepat pematangan pada tanaman (Kartasapoetra, 2005).
Suhu tanah beraneka ragam dengan cara khas pada perhitungan harian
dan musiman. Fluktasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan
bertambahnya kedalaman tanah. Kelembapan waktu musiman yang jelas
terjadi, karena suhu tanah musiman lambat bantuk fluktasi suhu pada peralihan
suhu diudara atau dibawah tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalam
tanaman mungkin terjadi pada tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch
terdapat variasi harian pada suhu tanah (Sostrodarsono, 2006).
Mulsa jerami atau mulsa yang berasal dari sisa tanaman lainnya
mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai ke
permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau
mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik. Jadi jenis mulsa
yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu,
kelembaban, kandungan air tanah, penekanan gulma dan organisme
pengganggu. Namun manipulasi lingkungan tumbuh dengan cara teknik
budidaya tersebut akan berbeda pengaruhnya jika dilakukan pada tanaman
kentang dengan kultivar yang berbeda, begitu juga perbedaan jenis mulsa akan
berbeda pengaruhnya terhadap perbedaan lingkungan terutama suhu tanah
sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kentang untuk tiap kultivar akan
berbeda pula (Hamdani, 2009).
Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah
dengan sisa-sisa tanaman merupakan teknik konservasi secara vegetatif/kultur
teknis yang mudah dilaksanakan. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa
organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah
sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Adanya mulsa akan dapat
mampu memelihara struktur tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi
pencucian hara dan menekan pertumbuhan gulma sehingga akan menambah
kemampuan tanah dalam mendukung tanaman yang ada di atasnya sehingga
hasil usaha taninya baik (Sumarni, dkk,2005).
37
Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan suhu
rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa. Peningkatan suhu tanah di
bawah mulsa plastik hitam perak lebih rendah dibanding dengan suhu tanah di
bawah mulsa plastik hitam. Peningkatan suhu tanah akan meningkatkan
aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang
tersedia. Sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbon
dioksida melalui lubang tanam. Hasil penelitian menujukkan bahwa
konsentrasi karbon dioksida rizosfir di bawah mulsa plastik lebih tinggi
dibanding tanpa mulsa. Karbon dioksida ini keluar melalui lubang tanam
yanga mencapai 560 ppm, sehingga tanaman akan berada dalam kondisi ‘kaya’
akan karbon dioksida yang dapat mencapai 1350 ppm. gulma yang tumbuh di
bawah mulsa plastik transparan tumbuh dengan baik, karena hampir semua
cahaya matahari dilewatkan (ditransmit) plastik ke zona rizosfir. Mulsa plastik
yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen
cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi et al., 2001).
Pada umumnya suhu di nusantara terutama berkaitan dengan ketinggian
di atas permukaan laut. Setiap pertumbuhan ketinggian 100 m, suhunya
menurun, selanjutnya dengan situasi dan kondidi yang sama; 0,6 derajat. Pada
suhu yang lebih rendah tumbuhnya tanaman menjadi lebih lambat. Akan tetapi
pada suhu yang tinggi belum tentu menjamin pertumbuhan tanaman semakin
baik. Sehingga yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah suhu yang baik
yang mampu menjalankan semua kegiatan fisiologis tanaman (Holman, 1994).
Suhu tanah beraneka ragam dengan cara yang khas pada perhitungan
harian dan musiman. Fluktuasi terbesar terdapat di permukaan tanah dan akan
berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Suhu tanah sebagai sifat
tanah yang penting, digunakan untuk mengklasifikasikan tanah. Penggunaan
tanah untuk pertanian dan kehutanan berhubungan penting dengan suhu tanah
karena kebutuhan tumbuhan terhadap suhu yang khas. Masing-masing spesies
tumbuhan membutuhkan suhu yang berbeda-beda pula untuk dapat bertumbuh
dengan baik dan berkembang pesat (Foth, 1994).
Temperatur tanah beragam dalam suatu pola yang khas yang didasari
harian atau dasar musim. Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan
38
menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Di bawah kedalaman sekitar
3m temperatur sedikit tetap (Foth, 1991).
Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam.
Fluktuasi suhu udara dan suhu tanah berkaitan erat dengan proses pertukaran
energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi
matahari akan diserap oleh gasgas atmosfer dan partikel-partikel padat
melayang di atmosfer (Critchfield, 1974).
Suhu dan kelembaban udara ini sangat erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim
penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya
jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya
suhu udara (Anonim1, 2007).
C. Alat dan Cara Kerja
1. Alat : Termometer tanah
2. Cara Kerja
Mengukur suhu tanah (menggunakan thermometer tanah) pada
beberapa perlakuan. Kemudian catat hasil pengamatannyasetiap 30menit
sekali. Adapun perlakuannya adalah :
a. Kontrol
b. Mulsa plastic hitam
c. Mulsa plastic bening
d. Mulsa organik
e. Cover crop (rumput)
39
D. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Suhu Tanah Tanggal 15 Mei 2011
Hari, Tanggal
Jam Suhu Tanah Tiap Perlakuan (0C)Kontrol (Tanah)
Mulsa Plastik Hitam
Mulsa Plastik Bening
Mulsa Organik
Cover Crop (Rumput)
Minggu, 15 Mei 2011
08.00 26.5 27.5 28.5 27.5 2908.30 27 28.5 29 28 29.509.00 27 29 29 30 3209.30 28.5 30 31.5 31 3410.00 31 34 32.5 31 3610.30 32 34 33 34 3411.00 34 38 33 39 3811.30 37 40 35 40 3912.00 37 42 35 40 39
Sumber : Hasil Pengamatan
E. Pembahasan
Suhu tanah merupakan keadaan yang timbul akibat dari adanya radiasi
sinar matahari, panas bumi, reaksi kimia dalam tanah,maupun aktifitas biologi
dalam tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor
lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah merupakan sifat penting dalam tanah
karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan mempengaruhi
kelembaban, aerasi, struktur, aktifitas mikroba dan enzim, dekomposisi residu
tanaman serta ketersediaan unsur hara tanaman.
Dari hasil pengamatan, dihasilkan suhu pada tanah kontrol atau tanah
yang memang dibiarkan tanpa adanya menutupan tanah atau pemberian mulsa
menyebabkan tanah memiliki perbedaan suhu yang bervariatif hal itu
dikarenakan tanah yang tidak menggunakan penutup apapun akan menerima
cahaya matahari secara langsung mengakibatkan sangat terpengaruh dengan
kondisi lingkungan terutama engan ada tidaknya matahari, sehingga fluktuasi
yang terjadi setiap setengah jam pada tanah tanpa penutup sangat bervariasi.
Pada hasil pengamatan pada mulsa plastik hitam, didapat suhu yang
cukup tinggi dimana pada pukul 11.30 didapat suhu hingga 32,5oC. Hal itu
dikarenakan pada saat itu matahari bersinar dengan intensitas yang lebih besar
dari pada waktu yang lain, di tambah dengan penggunaan mulsa hitan yang
40
dengan warna hitam tersebut dapat menyerap panas lebih efektif dari pada
mulsa yang tramspatan menyebabkan suhu pada tanah tersebut tinggi.
Penggunaan mulsa plastik bening akan menyebabkan sangat tidak
efektifnya penyerapan panas oleh tanah karena hampir semua cahaya matahari
dilewatkan (ditransmit) plastik ke zona rizosfir. Mulsa plastik yang berwarna
perak yang prinsipnya hampir sama dengan mulsa bening atau transparan
memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya matahari yang
menerpa permukaannya. Hal itu mengakibatkan suhunya cenderung lebih
tinggi dari pada tanah yang lainnya.
Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah
dengan sisa-sisa tanaman merupakan teknik konservasi secara vegetatif/kultur
teknis yang mudah dilaksanakan. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa
organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah
sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Di samping itu juga dapat
memelihara struktur tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi
pencucian hara, dan menekan pertumbuhan gulma sehingga akan menambah
kemampuan tanah dalam mendukung tanaman yang ada di atasnya Penutupan
mulsa organik pada tanah yang ke empat seperti penutupan tanah dengan
menggunakan jerami, hal itu membuat Penggunaan mulsa organik dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang akan mempermudah
penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan
dan perkembangan buah, mulsa organik juga dapat menurunkan suhu tanah.
Pengukuran pada tanah yang tertutup dengan rumput mendapatkan hasil
yang tingi, hal itu mungkin dikarenakan intensitas sinar matahari yang begitu
besar, sedangkan tanah hanya tertutup vegetasi rumput dan jauh dengan
vegetasi pohon yang mampu mengurangi sinar yang akan diserap oleh tanah.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Penutupan mulsa plastik hitam lebih efisien menangkap sinar matahari.
Suhu tanah menjadi lebih tinggi dengan fluktuasi tidak terlalu tinggi.
b. Penutupan mulsa plastik bening atau transparaan tidak efisien menyerap
sinar matahari. Suhu menjadi lebih tinggi.
41
c. Penutupan dengan mulsa organik mengakibatkan suhu lebih rendah.
d. Semakin tinggi jumlah panas yang diterima oleh tanah atau tanaman
maka semakin tinggi juga suhu pada tanah dan tanaman tersebut.
e. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor
eksternaldan faktor internal. Faktor eksternal antara lain awan, angin,
hujan, sinar matahari dan vegetasi. Sedangkan yang termasuk faktor
internal adalah keadaan struktur tanah, kerapatan tanah, kepadatan tanah
dan sebagainya.
2. Saran
a. Waktu praktikum jangan terlalu banyak terbuang.
b. Diharap ada lebih banyak penjelasan oleh co-ass mengenai praktikum
yang ada.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2007.Suhu dan Kelembaban Udara http://tumoutou.net/ . Diambil pada tanggal 20 Mei 2011
Benyamin. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. Grafindo. Jakarta.
Critchfield, J. Howard. 1974. General Climatology. Prentice-Hall. USA
Fahrurrozi, K.A. Stewart and S. Jenni. 2001. The early growth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci.. 126:757-763.
Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur Unsur Iklim. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.
Hamdani, Jajang Sauman. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 14 – 20 (2009)
Holman. J.P. 1994. Perpindahan Kalor edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.
Kartasapoetra, AG. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Kristanto. 2002. Klimatologi Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.
Lakitan B, 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sostrodarsono. 2006. Tahapan Tahapan Menuju Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan. Edu Media. Purworejo
Sumarni,N., A. Hidayat, danE. Sumiati. 2005. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J.Hort. 16(3):197-201, 2006.
43
44
III. PERAN SUHU UDARA, RH DAN CAHAYA TERHADAP LAJU
EVAPOTRANSPIRASI
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Suhu udara merupakan rerata energi kinetik gerakan molekul-molekul
di dalam udara (benda). Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi matahari secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung karena adanya partikel
yang ada di Atmosfer mengabsorbsi energi radiasi surya, sedangkan
pengaruh tidak langsung karena adanya radiasi bumi dalam bentuk
gelombang panjang.
Relative Humidity adalah kandungan uap air pada udara pada saat itu
dibagu dengan kandungan uap air maksimum yang dapat dikandung oleh
udara pada suhu tersebut. Tumbuhan atau tanaman tumbuh pada suatu
tempat yang tidak bisa pindah seperti hewan dan manusia, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan air harus mengambil dari tanah tempat tanaman
tersebut tumbuh. Kondisi kering, basah, tergenang harus diterima tanaman
(karena tidak bisa pindah) sehingga setiap saat tanaman dihadapkan masalah
air. Evaporasi adalah pengertian penguapan (Air) secara umum dari suatu
permukaan benda. Sedangkan transpirasi adalah kehilangan uap air dalam
bentuk uap yang melewati tubuh tumbuhan. Evapotranspirasi adalah
penjumalahan dari evaporasi dan transprasi.
2. Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh suhu, kelembaban relatif dan cahaya terhadap
laju evaporasi tanah, transpirasi dan evapotranspirasi tanaman.
45
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu dan tempat praktikum Agroklimatologi Acara 2 – Pengukuran
Suhu Tanah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Mei 2011 bertempat
di Gedung Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB.
B. Tinjauan Pustaka
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari siklus air di alam raya. Siklus
hidrologi atau siklus air meliputi kejadian-kejadian air menguap ke udara,
kemudian mengembun dan menjadi hujan atau salju, masuk ke dalam tanah
atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu berkumpul di danau atau laut,
menguap lagi dan seterusnya (Asdak,1995).
Air mempunyai fungsi penting dalam tanah, dimana air penting dalam
pelapukan mineral dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara laut bagi
pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar
hara tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang
tercuci dan hilang dari perakaran atau bila tinggi evaporasinya, garam-garam
terlarut mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun
dalam jumlah yang banyak sehingga dapat merusak tanaman
(Hardjowigeno,1987).
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk
permukaan bukan vegetasi lainnnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk
berlangsungnnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan
air. Proses-proses fisika yang menyertai berlangsungnya perubahan bentuk dari
cair menjadi gas berlaku pada kedua proses evaporasi tersebut diatas. Oleh
karenanya, kondisi fisika yang mempengaruhi laju evaporasi umum terjadi
pada kedua proses alamiah tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain
cahaya matahari, suhu udara, dan kapasitas kadar air dalam udara. Proses
evaporasi yang disebutkan diatas tergantung pada jumlah air yang tersedia
(Asdak, 1995).
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui
pori-pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya di balut
46
lapisan mati yang disebut kulit air (cuticle) yang kedap uap air. Sel-sel hidup
daun dan cabang terletak di bawah permukaan tanaman, dibelakang pori-pori
daun dan cabang. Besar kecilnya laju transpirasi secara tidak langsung
ditentukan oleh radiasi matahari melalui membuka dan menutupnya pori-pori
tersebut (Asdak, 1995).
Transpirasi adalah suatu proses ketika air diuapkan ke uadara dari
permukaan daun/tajuk vegetasi. Transpirasi, dalam batas tertentu, juga
dipengaruhi oleh karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur tajuk,
perilaku poripoeri daun, dan lain-lain, (Seyhan, 1977).
Kadar air mempunyai fungsi penting dalam tanah, dimana air penting
dalam pelapukan mineral dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara laut
bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-
akar hara tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang
tercuci dan hilang dari perakaran atau bila tinggi evaporasinya, garam-garam
terlarut mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun
dalam jumlah yang banyak sehingga dapat merusak tanaman
(Hardjowigeno,1987) Gerakan air ke bawah oleh air gravitasi menarik udara
ke dalam tanah (Syarief, 1986).
Kehilangan air oleh transpirasi menimbulkan kekuatan utama yang
mendorong untuk penyerapan air oleh akar tanaman yang bertranspirasi.
Tegangan yang terjadi pada daun oleh hilangnya air transpirasi di transmisikan
ke xilem batang dan akhirnya ke akar. Apabila tegangan air dalam akar lebih
besar dari tegangan yang mengikat air dalam tanah, air bergerak ke dalam akar
(Foth, 1994).
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air pada Tanaman yaitu:
1. Jenis, Bentuk dan Umur Tanaman
Berdasarkan kebutuhan air, umumnya ada tiga jenis tanaman, yaitu:
a. Jenis Suka Air, memerlukan air yang cukup banyak untuk dapat hidup
dengan baik, contohnya jenis Adiantum, Begonia, serta jenis pakis-
pakisan.
47
b. Jenis menyukai air dalam jumlah sedang, memerlukan air yang cukup
tapi tidak berlebih untuk tumbuh dalam kondisi yang sehat, contohnya
adalah Aglaonema, Anthurium, Philodendron, dan lainnya
c. Jenis menyukai sedikit air, merupakan jenis tanaman yang dapat
tumbuh dengan baik dalam keadaan sedikit air, contohnya berbagai
jenis tanaman sukulen, kaktus, Sansiviera, Chryptanthus dan lainnya.
Bentuk daun juga harus diperhatikan, jika daunnya besar dan tipis,
berarti tanaman tidak kuat kondisi kering dan membutuhkan relatif lebih
banyak air dalam penyiraman. Jika daun ada lapisan lilinnya berarti sedikit
tahan akan kondisi kering. Daun kecil akan menghindari penguapan air saat
siang hari. Akan tetapi penting pula diketahui jenis tanamannya, apakah
tanaman menyukai air atau tidak.
2. Lokasi dan Kondisi Sekitar Tanaman
Lokasi juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk
penyiraman. Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan
yang langsung di bawah sinar matahari akan mempunyai perbedaan
kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di daerah naungan
membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang
terkena sinar matahari langsung.
Peletakan tanaman pada sumber air membutuhkan air yang berbeda
dengan yang diletakkan di tengah lapangan terbuka. Peletakan di dekat
sumber air merupakan jenis tanaman yang menyukai kondisi air cukup
banyak untuk pertumbuhannya. Jenisnya pun berbeda dengan tanaman yang
tahan akan sinar matahari.
3. Jenis Media Tanam
Media merupakan material yang bersentuhan langsung dengan akar,
bagian tanaman yang sangat penting untuk penyerapan air dan unsur hara
lainnya. Media tanaman yang umum digunakan adalah tanah, humus,
sekam, cocopeat, pasir malang, dan akar pakis. Masing-masing mempunyai
daya ikat air yang berbeda.
4. Besar Kecilnya Pot
48
Terkait dengan tingkat kelembaban media dalam pot. Pot kecil akan
mempunyai tingkat kelembaban yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
media pada pot yang besar. Tepai pot besar mempunyai kelebihan dalam
pertumbuhan akar tanaman. Banyaknya ruang yang tersedia dapat
memberikan ruang yang cukup untuk bernafasnya akar.
5. Musim
Dua musim utama di Indonesia, musim kering dan musim hujan, akan
mempengaruhi penyiraman terhadap tanaman. Musim kering tanaman harus
diperiksa apakah memerlukan penyiraman satu-dua hari sekali sedangkan
musim hujan apakah harus disiram setiap hari atau tidak (Anonim, 2008).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Termometer
b. Hygrometer
c. 3 buah sangkar cuaca
d. Lux meter
2. Bahan
a. Tiga tanaman dalam pot, dengan ketentuan
i. Pot A berisi tanah saja
ii. Pot B berisi tanaman dengan kondisi pot dan tanah dibungkus plastik
iii. Pot C kondisi biasa berisi tanaman.
3. Cara Kerja
a. Memasang termometer dan hygrometer pada sangkar cuaca. Menyiapkan
tiga buah sangkar cuaca, dan meletakkan pada 3 lokasi yang berbeda,
yakni
a) Di dalam rumah kaca
b) Dibawah naungan screen atau paranet, 40%
c) Pada lingkungan terbuka tanpa naungan
b. Memasang sangkar cuaca (kotak) yang berwarna putih tersebut pada
ketinggian 120 cm diatas tanah.
49
c. Meletakkan tanaman dalam pot pada masing-masing lokasi.
d. Melakukan pengamatan berat pot A, B, dan C, serta pengamatan cuaca
suhu, RH, yang ada dalam sangkar.
e. Melakukan pengamatan intensitas cahaya dengan lux meter. Posisi sensor
menghadap ke atas (jangan miring). Pengamatan dilakukan pad
ketinggian 100 cm di atas tanah (lantai). Untuk pengamatan dengan lux
meter, alat di setel pada posisi tinggi, dan bila belum terdeteksi posisi
sakelar bisa diturunkan keposisi yang lebih rendah. Alat lux meter digital
biaanya ada 3 range (skala) pengukuran.
f. Mengulangi pengamatan suhu, RH, intensitas cahaya dan berat setiap 30
menit sekali.
g. Setelah dilakukan 4 kali pengamatan dilakukan penghitungan laju
evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi pada masing-masing periode
percobaan.
Catatan : Untuk menghitung evaporasi, transpirasi, dan evapotranspirasi
dibuat satuan gram per jam, sehingga data yang diperoleh perlu
dikonversi.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 1 di Rumah Kaca
Jam Suhu RHInt. Chy
Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET ETh
oC % lux Ang A B C g/h g/h g/h g/h08.00 30,5 70 2100 Awal 2969 3036 3003 ---- ---- ---- ----08.30 32 64 3539 1 2968 3090 2999 -2 -12 -8 -1409.00 32 66 1996 2 2967 3083 2992 -2 -14 -14 -1609.30 35 64 1880 3 2963 3072 2987 -8 -22 -10 -3010.00 34 59 5110 4 2961 3066 2981 -4 -12 -12 -16
Rata 2965 3069 2992 -4 -15 -11 -19Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 1 di Bawah Naungan
Jam Suhu RH Int. Chy
Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Eth
oC % lux ang A B C g/h g/h g/h g/h08.00 30 71 890 awal 3338 3378 2926 ---- ---- ---- ----
50
08.30 30 70 1149 1 3338 3374 2925 0 -8 -2 -809.00 30 68 1280 2 3337 3371 2922 -2 -6 -6 -809.30 31 68 1420 3 3334 3366 2919 -6 -10 -6 -1610.00 31 67 2110 4 3332 3359 2915 -4 -14 -8 -18
Rata 3335 3369 2921 -3 -9 -5 -12Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 1 di Ruang Terbuka
Jam Suhu RH Int. Chy
Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Eth
oC % lux ang A B C g/h g/h g/h g/h08.00 27 63 2850 awal 3500 2992 2956 ---- ---- ---- ----08.30 31 55 3600 1 3498 2917 2950 -4 -10 -12 -1409.00 32 49 4070 2 3495 2914 2945 -6 -6 -10 -1209.30 35 41 7050 3 3491 2905 2940 -8 -18 -10 -2610.00 34 42 7429 4 3483 2897 2924 -16 -16 -32 -32
Rata 3493 2925 2943 -8 -12 -16 -21Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 2 di Rumah Kaca
Jam Suhu RH Int. Chy
Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Eth
oC % lux ang A B C g/h g/h g/h g/h10.30 35 52 1068 1 2956 3050 2968 ---- ---- ---- ----11.00 36,5 47 1495 2 2951 3044 2960 -10 -12 -16 -2211.30 37 48 985 3 2943 3025 2945 -16 -38 -30 -5412.00 37 52 526 4 2941 3018 2944 -4 -14 -2 -18
Rata 2947 3034 2954 -10 -21 -16 -31Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 2 di Bawah Naungan
Jam Suhu RH Int. Chy
Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Eth
oC % lux ang A B C g/h g/h g/h g/h10.30 33 61 1650 1 3332 3353 2908 ---- ---- ---- ----11.00 33 64 635 2 3332 3346 2906 0 -14 -2 -1411.30 41 38 422 3 3328 3336 2898 -8 -20 -16 -28
51
12.00 41 39 285 4 3327 3326 2889 -2 -20 -18 -22Rata 3329 3340 2900 -3 -14 -12 -21
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 2 di Ruang Terbuka
Jam Suhu RH Int. Chy
Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Eth
oC % lux ang A B C g/h g/h g/h g/h10.30 34 40 852 1 3476 2890 2915 ---- ---- ---- ----11.00 35 40 899 2 3472 2885 2905 -8 -10 -20 -1811.30 35 42 1690 3 3454 2871 2888 -36 -28 -34 -6412.00 34 42 965 4 3447 2866 2875 -14 -10 -26 -24
Rata 3462 2878 2895 -19 -16 -26 -35Sumber : Hasil Pengamatan
E. Pembahasan
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporisasi,
vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada
berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah,
maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporasi di dalam
jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
tanah ke atmosfer (vapor removal). Evapotranspirasi (ET) adalah kombinasi
proses kehilangan air dari suatu lahan bertanam melalui evaporasi dan
transpirasi.
Faktor-faktor yang mempegaruhi dari suhu udara, RH udara, dan
Intensitas cahaya pada setiap perlakuan baik itu pada rumah kaca, di bawah
naungan ataupun diruang terbuka adalah lingkungan atau tempat tanaman
tumbuh. Misalnya pada rumah kaca yang memiliki suhu yang lebih tinggi dari
pada naungan tetapi tidak lebih tinggi dari tempat terbuka. Hal itu dikarenakan
Intensitas cahaya matahari yang masuk tidak dapat keluar, sehingga suhunya
52
tinggi, serta intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi tetapi masih terkontrol
dikarenakan cahaya masih ada yang terpantul tanpa masuk kedalam rumah
kaca. Kelembaban tinggi menyebabkan evapotranspirasi rendah dibandingkan
dengan perlakuan yang lainnya
pada naungan, Suhu rendah hal itu dikarenakan intensitas cahaya
matahari tidak terlalu banyak masuk dan menyinari tanaman yang ada
didalamnya, sehingga kelembabannya lebih rendah hingga evaporasi lebih
tinggi. Untuk kondisi terbuka suhunya tinggi dikarenakan intensitas cahaya
matahari yang langsung diterima oleh tanah dan tanaman menjadikan
kelembaban yang sedang dibandingkan dengan rumah kaca hingga evaporasi
lebih tinggi
Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi antara lain adalah radiasi
panas matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum
besarnya evapotranspirasi akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari,
kelembaban, dan kecepatan angin bertambah besar.
Pengaruh radiasi panas matahari terhadap evapotranspirasi adalah
melalui proses fotosíntesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan
sirkulasi air melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari
bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah
radiasi panas matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan.
Pengaruh angin terhadap evapotranspirasi adalah melalui mekanisme
dipindahkannya uap air yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar
kecepatan angin, semakin besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi.
Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin
terhadap laju Evapotranspirasi adalah lebih kecil.
Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk
berlangsungnya evapotranspirasi. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi
demikian seterusnya sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini
tampak bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap evaportranspirasi adalah
dominan. Namun demikian proses terbuka dan tertutupnya stomata ditentukan
oleh faktor iklim terutama lama waktu penyinaran (suhu udara). Suhu udara
53
dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya stomata. Sementara
kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu stomata
tersebut terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses evapotranspirasi terjadi
terutama pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam hari.
Uap air di udara dinamakan kelembaban. Kelembaban mutlak udara pada
suatu keadaan tertentu dapat diterangkan sebagai berat sesungguhnya dari uap
air yang dikandung oleh tiap pound udara kering. Karena berat uap air di dalam
sangat kecil, maka biasanya diukur dalam grain dan tidak dalam pound (1 grain
= 1/7000 lbs)
Relative humidity adalah suatu perbandingan yang dinyatakandalam
persen antara berat uap air sesungguhnya dalam 1 cuft udara terhadap berat uap
air dalam 1 cuft udara jenuh pada suhu yang sama. Misalnya udara pada suhu
tertentu untuk tiap 1 cuft. Hanya dapat mengandung uap air separuhnya dari
pada jumlah uap air yang dapat dikandung oleh udara jenuh pada suhu yang
sama, maka RH udara adalah 50%. RH dari udara jenuh adalah 100%.
Pada hasil akhir dari evapotranspirasi langsung dan hitung, didapat
ternyata lebih besar laju evapotranspirasi hitung. Hal itu mungkin dikarenakan
pada evapotranspirasi hitung, perhitungan dari 2 perlakuan tanpa
memperhatikan saat itu terjadi perbedaan antara pot, entah beratnya, atau yang
lainnya. Jadi lebih besar, dan juga pada saat penghitungan pada pot yang berisi
tanah juga tidak seimbang dengan langsung, hal itu dikarenakan evaporasi
tanah pada pot tersebut besar, katrena tidak ada tanaman (vegetasi) yang
menutupi sebagian atau keseluruhan tanah.
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai “jumlah air
yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-
tanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan
kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan
kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi
lingkungan tumbuh tertentu”.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air pada Tanaman yaitu:
1. Jenis, Bentuk dan Umur Tanaman
Berdasarkan kebutuhan air, umumnya ada tiga jenis tanaman, yaitu:
54
a. Jenis Suka Air, memerlukan air yang cukup banyak untuk dapat hidup
dengan baik, contohnya jenis Adiantum, Begonia, serta jenis pakis-
pakisan.
b. Jenis menyukai air dalam jumlah sedang, memerlukan air yang cukup
tapi tidak berlebih untuk tumbuh dalam kondisi yang sehat, contohnya
adalah Aglaonema, Anthurium, Philodendron, dan lainnya
c. Jenis menyukai sedikit air, merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh
dengan baik dalam keadaan sedikit air, contohnya berbagai jenis tanaman
sukulen, kaktus, Sansiviera, Chryptanthus dan lainnya.
Bentuk daun juga harus diperhatikan, jika daunnya besar dan tipis,
berarti tanaman tidak kuat kondisi kering dan membutuhkan relatif lebih
banyak air dalam penyiraman. Jika daun ada lapisan lilinnya berarti sedikit
tahan akan kondisi kering.
2. Lokasi dan Kondisi Sekitar Tanaman
Lokasi juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk
penyiraman. Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan
yang langsung di bawah sinar matahari akan mempunyai perbedaan
kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di daerah naungan
membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang
terkena sinar matahari langsung.
3. Jenis Media Tanam
Media merupakan material yang bersentuhan langsung dengan akar,
bagian tanaman yang sangat penting untuk penyerapan air dan unsur hara
lainnya. Media tanaman yang umum digunakan adalah tanah, humus,
sekam, cocopeat, pasir malang, dan akar pakis. Masing-masing mempunyai
daya ikat air yang berbeda.
4. Besar Kecilnya Pot
Terkait dengan tingkat kelembaban media dalam pot. Pot kecil akan
mempunyai tingkat kelembaban yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
media pada pot yang besar. Tepai pot besar mempunyai kelebihan dalam
pertumbuhan akar tanaman. Banyaknya ruang yang tersedia dapat
memberikan ruang yang cukup untuk bernafasnya akar.
55
5. Musim
Dua musim utama di Indonesia, musim kering dan musim hujan, akan
mempengaruhi penyiraman terhadap tanaman. Musim kering tanaman harus
diperiksa apakah memerlukan penyiraman satu-dua hari sekali sedangkan
musim hujan apakah harus disiram setiap hari atau tidak
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh suhu udara yang paling tinggi
yaitu pada tempat terbuka. untuk kelembaban yang paling tinggi di dalam
rumah kaca. Dan intensias cahaya yang paling banyak yaitu di bawah naungan
pula. Dalam hal ini laju penguapan ditentukan oleh radiasi surya, suhu udara
serta kelembaban relatif. Semakin tinggi suhu udara maka semakin cepat pula
laju penguapannya. Sebaliknya semakin tinggi kelembaban maka laju
penguapannya akan semakin lambat. Serta semakin banyaknya cahaya yang
datang maka laju penguapan akan semakin cepat juga.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi surya,
temperatur, angin, kualitas air , tekanan udara.
b. Semakin tinggi radiasi matahari yang diterima, semakin besar
evapotranspirasinya.
c. Semakin tinggi suhu, semakin besar evapotranspirasinya.
d. RH naik maka kemampuan evaporasi turun
e. Adanya vegetasi maka evaporasi akan semakin menurun tetapi tanspirasi
meningkat.
f. Faktor yang mempengaruhi keb utuhan air bagi tanaman adalah jenis,
bentuk dan umur tanaman, lokasi tanaman, jenis media tanam, besar
kecilnya pot, serta musim.
2. Saran
a. Sebaiknya pemulaian praktikum tepat waktu.
b. Pendampingan dari co-ass lebih ditingkatkan.
c. Alat yang digunakan sebaiknya diteliti dahulu apakah rusak atau tidak.
56
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008. Dasar Pengetahuan Kebutuhan Air pada Tanaman. www.kebonkembang.com. Diakses 22 Mei 2011.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta: UGM Press.
Syarief, 1986. Ilmu Tanah dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung
57
IV. HUBUNGAN ANTARA ALTITUTE DENGAN TEKANAN UDARA, SUHU UDARA DAN RH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Ketinggian suatu tempat atau bisa juga disebut dengan altitude
memiliki hubungan dengan tekanan udara, suhu udara dan RH (Relative
Humidity). Sehingga secara tidak langsung ketiga komponen tersebut juga
berkaitan dengan pertanian sebab dalam proses pertanian komponen
tersebut berperan dalam menentukan hasil pertanian. Maka secara tidak
langsung pula menentukan kebijakan daerah terhadap pertanian di
daerahnya.
Tekanan udara dipermukaan bumi diakibatkan oleh lapisan udara yang
berada pada atmosfer bumi. Semakin bertambah ketinggian suatu tempat,
maka makin rendah tekanan udara. Semakin tinggi ketinggian pada
umumnya maka akan semakin menurun pula suhu udara pada ketinggian
tersebut. Suhu udara juga memiliki hubungan dengan tekanan udara suatu
tempat. Semakin rendah suhu udara, maka akan semakin rendah pula
tekanan udara pada kawasan tersebut. Kelembapan adalah konsentrasi uap
air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan
absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.
Ketinggian tempat akan mempengaruhi besarnya suhu udara, tekanan
udara serta kelembabannya. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan
udaranya akan semakin rendah sehingga menyebabkan percepatan angin
cepat yang menimbulkan kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah.
Tekanan akan mempengaruhi kecepatan angin yang menyebabkan fluktuasi
maupun perubahan pada besar suhu dan kelembaban suatu tempat yang
57
58
memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Pada pratikum ini dilaksanakan
pada 4 kota di Solo yakni Palur, Karanganyar, Karangpandan dan
Tawangmangu dalam waktu yang berbeda-beda. Dengan demikian dapat
diperoleh hasil yang berbeda yang berdasarkan waktu dan ketinggian
tempatnya.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi Acara 4 – Hubungan antara
Altitude dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap perubahan tekanan udara,
suhu udara dan RH udara.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Pelaksanaan Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi Acara 4 –
Hubungan antara Altitute dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH
dilakukan dibeberapa lokasi pada periode waktu yang hampir bersamaan
dan dilakukan pada saat udara cerah. Lokasi pengamatan meliputi Solo,
Karanganyar, Karangpandan, dan Tawangmangu.
B. Tinjauan Pustaka
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena
beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan
bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah
mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Oleh karena itu lapisan yang
dibawah keadaan tegang. Ketegangan itu sangat besar sehingga berat udara
yang diatasnya bertahan dalam keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah
panjang kolom air raksa yang seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu
(Lakitan, 2002).
Hubungan antara tekanan udara dan ketinggian tempat ini dimanfaatkan
dalam merancang alat pengukuran ketinggian tempat yang disebut Altimeter.
Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mb untuk setiap
bertambahnnya ketinggian tempat sebesar 100 meter. Tekanan udara
dipengaruhi oleh suhu, suhu udara didaerah tropis menunjukkan fluktasi
musiman yang sangat kecil. Oleh sebab itu dapat dipahami jika tekanan udara
dikawasan tropis relatif konstan (Takeda, 2005).
59
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya
pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit
(F). Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah didaerah tropis (sekitar
ekoator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita
mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin
bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter
maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam
ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering,
lapse rate adalah 1 ˚C (Benyamin, 1997).
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang
seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada
penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber
pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya.
Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia
sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara
sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan
bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk,
sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994).
Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran
udara. Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh
panas yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil
membawa zat pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara
bagian atas. Jika terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas
udara dingin seperti suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang
pembentukan Co dan O. Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba
didinginkan, Co akan tetap berada didalam campuran yang telah didingankan
tersebut karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium
yang baru pada suhu rendah (Kensaku, 2002).
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau
kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.
60
Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara
dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu
udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan
perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat
mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F)
(Wikipedia, 2010).
Kelembaban relatif merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-
udara dalam fasa gas. Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air
didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran
terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut. Kelembaban relatif
menggunakan satuan persen dan dihitung dengan cara berikut:
RH = x 100 %
RH : Kelembaban relatif campuran
P H2O : Tekanan parsial uap air dalam campuran
X H2O : Tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam campuran.
Maka RH atau Kelembaban Relatif bergantung pada beberapa hal diatas.
Namun RH tertinggi terjadi pada saat proses pengembunan maksimal
(Wikipedia, 2010).
Perbedaan faktor fisik pada ketiga ketinggian yang diamati memberikan
pengaruh terhadap keberadaan cendawan pada ekosistem tersebut, bahwa di
daerah tropis perbedaan suhu ditentukan oleh tinggi tempat. Perbedaan suhu
yang kecil, hanya menimbulkan perbedaan-perbedaan kecil dalam tekanan
udara. Iklim memegang peranan penting dalam menentukan kandungan
nitrogen tanah melalui pengaruh temperatur dan suplai air terhadap kegiatan
tanaman dan mikroorganisme tanah. Lapisan olah tanah pertanian
mengandung 0,02% – 0,4% nitrogen. Nitrogen yang lebih kecil dibandingkan
dengan ketinggian 301 -600 mdpl dan 601 – 900 mdpl. Suhu juga relatif lebih
tinggi didaerah 0-300 mdpl dibandingkan didaerah yang lain. Yang
menunjukkan adanya penurunan kandungan Nitrogen tanah dengan semakin
61
meningkatnya temperatur. Diduga temperatur berpengaruh terhadap kegiatan
mikroorganisme tanah dalam hubungannya dengan pembentukan bahan
organik tanah. Keadaan iklim dan topografi juga mempengaruhi tertimbunnya
air melalui curah hujan tinggi akan meningkatkan penyimpanan Nitrogen
dalam tanah (Zahara, 2007).
C. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
a. Termometer
b. Hygrometer
c. Barometer
d. Altimeter
2. Cara Kerja
a. Siapkan alat-alat yang digunakan meliputi : thermometer, hygrometer,
barometer dan altimeter.
b. Lakukan perjalanan siang (pukul 11.00 WIB sampai 12.00 WIB) dari
Solo sampai Tawangmangu. Amati komponen cuaca pada beberapa
ketinggian seperti Solo (UNS), Karanganyar, Karangpandan dan
Tawangmangu.
c. Lakukan perjalanan sore (pukul 14.00 WIB sampai 15.00 WIB) dari
Tawangmangu ke Solo dan lakukan pada pengamatan yang sama.
d. Lakukan analisis dan interpretasi data yang diperoleh, buatlah
komentar dan kesimpulan dari data yang didapat.
D. Hasil Pengamatan
1. Hubungan Altitute dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH
Tabel 4.1 Hubungan Antara Altitute dengan Tekanan Udara, Suhu Udara
dan RH
Lokasi waktu Ketinggian (mdpl)
Suhu (oC)
RH (%) Tekanan (hpa)
Solo 09.40 130 30 52 998Karanganyar 10.05 252 30 48 986Karangpandan 10.15 661 30 42 942Tawangmangu 10.45 1075 29,5 40 896
Solo
62
Karanganyar 13.30 252 32 50 983Karangpandan 13.05 661 31 50 938Tawangmangu 12.45 1075 30 45 895
Sumber : Hasil Pengamatan
2. Iklim mikro di Ampel
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Iklim Mikro di Ampel
Pukul 09.30 WIBLetak Geografis 7o 15’ 44,5’’LS dan 110o 27’ 1,8’’BTKetinggian 488 m dplKemiringan 9%Kelembaban >100%RH 36%Intensitas Radiasi 8230 FCSuhu 35oCpH 5,8Lahan pasang surutVegetasi Ketela pohon (Manihot utilisima) 10%
Enceng gondok (Eichhornia classipes) 55%Talas (Colacasia esculenta) 5%Pisang (Musa paradisiaca) 5%Rumput teki (Herbacious) 20%Kopi (Coffea arabica) 5%
Sumber : Hasil Pengamatan
3. Iklim mikro di Rawapening
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Iklim Mikro di Rawapening
Pukul 09.30 WIBLetak Geografis 7o 26’ 365’’LS dan 110o 32’ 065’’BTKetinggian 720 m dplKemiringan 5%Kelembaban >100%RH 46%Intensitas Radiasi 4880 FCSuhu 31oCpH 5,2Lahan Tadah hujan, pasang surut
63
Vegetasi Kopi (Coffea arabica) 5%Kelapa (Cocos nucifera) 10%Pisang (Musa paradisiaca) 5%Lain-lain 20%
Sumber : Hasil Pengamatan
E. Pembahasan
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena
beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan
bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah
mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Suhu udara adalah keadaan
panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat
panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala
Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Kelembapan adalah konsentrasi
uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan
absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Agroklimatologi Acara 4 –
Hubungan antara Altitude dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH
didapatkan hasil pengamatan yang berbeda dengan teori yang ada. Hal
tersebut terjadi bukan karena adanya kesalahan baik itu kesalahan manusia
maupun kesalahan alat. Secara singkat, terdapat kecocokan dengan teori yang
ada selama ini.
Udara tidak terdistribusi secara merata di permukaan bumi. Pada suatu
area dengan udara tipis atau jarang, tekanan udara permukaan juga rendah.
Sementara pada daerah dengan udara tebal atau padat, tekanan udara di
permukaan juga tinggi. Tekanan udara merupakan gaya berat kolom udara
dari permukaan tanah sampai puncak atmosfer per satuan luas.
Secara teoritis hubungan antara ketinggian tempat dengan suhu udara
adalah semakin tinggi ketinggian suatu tempat, maka semakin rendah suhu
udara tempat tersebut. Pada lapisan trophosfer yang mana merupakan satu-
satunya lapisan atmosfer yang dapat dihuni oleh makhluk hidup, lapisan
troposfer memiliki karakteristik sifat lapse rate. Yang mana semakin
64
bertambah ketinggian, suhu menurun. Hal itu dikarenakan berbagai faktor,
seperti angin dimana angin bertiup dari daerah rendah ke daerah tinggi,
dikarenakan tekanan di daerah rendah lebih besar dan tekanan didaerah tinggi
ke tekanan rendah, menjadikan daerah tnggi lebih banyak angin dan lebih
rendah suhunya. Lalu dikarenakan vegetasi di daerah tinggi lebih banyak
serta lebih besar seperti pinus yang dapat hidup di tempat tinggi, hal itu
menjadikan daerah tinggi lebih sejuk dan suhu menjadi lebih rendah.
Semakin tinggi suatu tempat, lapisan udara di tempat itu semakin tipis
dan semakin renggang. Akibatnya, tekanan udara semakin rendah. Tekanan
udara disuatu tempat pada umumnya dipengaruhi oleh penyinaran matahari.
Daerah yang lebih banyak mendapat penyinaran akan menjadikan suhu naik
dan tekanan akan turun seperti pada daerah rendah. Pada daerah tinggi,
penyinaran yang didapat sedikit, menjadikan suhu relatif lebih rendah, dan
tekanan menjadi tinggi. Tekanan udar dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya
pada tempat dan waktu yang berbeda, besar tekanan udara juga berbeda-beda.
Menjadikan gambaran dari tekanan udara adalah semakin ke atas semakin
menurun.
Hubungan antara ketinggian tempat dengan suhu yaitu berbanding
terbalik. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti
kelembaban, Pada tempat yang lebih tinggi angin banyak bertiup, banyak
vegetasi seperti pinus, intensitas radiasi matahari yang rendah akan membuat
kelembaban tinggi hingga membuat suhu akan semakin rendah. Tekanan
udara pada lokasi yang tinggi adalah rendah, sedang kolasi yang lebih rendah
memiliki tekanan udara yang tinggi hal itu membuat angin bertiup dari lokasi
yang rendah ketinggi, dikarenakan angin bergerak dari tekanan tinggi
ketakanan yang rendah, angin yang banyak akan menurunkan suhu suatu
tempat. Intensitas cahaya, dimana intensitas cahaya pada lokasi yang tinggi
lebih sedikit, mungkin dikarenakan banyaknya awan dan vegetasi yang
menhambat sinar atau radiasi matahari hingga akan menurunkan suhu suatu
tempat. Angin yang banyak disuatu lokasi menurunkan suhu suatu lokasi
tersebut, pada lokasi yang tinggi akan memiliki angin yang lebih banyak dari
pada lokasi yang rendah, hal itu dikarenakan tekanan udara pada lokasi yang
65
tinggi lebih rendah dari pada lokasi yang rendah, hingga mengakibatkan pada
lokasi yang tinggi memiliki suhu yang rendah. Vegetasi yang ada di suatu
lokasi akan menurunkan suhu dikarenakan vegetasi dapat meningkatkan
kelembaban pada suatu lokasi, dengan lokasi yang lembab akan menurunkan
suhu, vegetasi pada daerah tinggi lebih banyak, karena daerah tinggi lebih
banyak dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan hingga membuat suhu
lebih rendah. Awan yang banyak pada daerah yang tinggi akan menghambat
sinar radiasi matahari, hingga mengakibatkan suhu yang lebih rendah.
Hubungan ketinggian tempat dengan tekanan dan intensitas cahaya
secara umum berbanding terbalik, semakin tinggi suatu tempat maka semakin
rendah tekanan udaranya dan semakin tinggi tempat, maka semakin rendah
pula intensitas cahayanya. Hal itu dikarenakan keadaan alam dari lokasi,
misalnya saja lokasi yang memiliki vegetasi yang banyak akan menjadikan
intensitas cahaya matahari banyak terhambat, sehingga suhu menurun dan
suhu yang rendah akan membuat tekanan udara ikut rendah.
Dengan suhu yang sama kelembaban bisa berbeda, hal itu dikarenakan
dalam pengamatan waktunya berbeda, kondisi dan pengaruh tempat, seperti
di tepi jalan, waktunya apakah pagi atau sore hari karena waktu
mempengaruhi intensitas radiasi matahari, dimana waktu pagi, intensitas
radiasi matahari lebih kecil dari pada siang dan akan menurun saat sore hari,
dan juga pengaruh banyak awan juga dapat mempengaruhi kelembaban,
dimana awan yang banyak mengurangi intensitas radiasi dan akan
meningkatkan kelembaban suatu tempat. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi RH adalah ketinggian tempat, intensitas radiasi, suhu,
vegetasi, keadaan awan dan waktu.
Berdasarkan hasil pengamatan di dua lokasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi suhu, semakin rendah lokasi tempatnya, intensitas
cahaya semakin rendah juga, tapi RH menjadi tinggi. Hal itu sesuai dengan
teori, tetapi pada tabel ketinggian berbanding terbalik dengan RH, mungkin
karena pengaruh dari faktor lain, seperti suhu, tekanan udara, intensitas
cahaya, angin, waktu pengukuran dan keadaan awan.
66
Hubungan ketinggian tempat dengan suhu udara yaitu berbanding
terbalik. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan,
antara lain kelembaban udara, keadaan awan, dan tekanan udara. Jika
semakin tinggi suatu tempat maka suhu akan semakin turun dan jika semakin
rendah suatu tempat maka suhu akan naik. Hubungan antara ketinggian
tempat dengan tekanan dan intensitas cahaya yaitu berbanding terbalik.
Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udaranya semakin rendah dan
intensitas cahaya juga rendah. Dalam hal ini hubungan antara ketinggian
tempat dengan tekanan dan intensitas cahaya dipengaruhi oleh keadaan awan,
kemiringan lereng, dan vegetasi. Hubungan RH dengan ketinggian tempat
berbanding lurus. Apabila semakin tinggi suatu tempat maka tekanan akan
semakin tinggi dan apabila semakin rendah suatu tempat maka tekanan akan
semakin rendah. Dari data pengamatan, kelembaban turun jika semakin tinggi
suatu tempat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan awan saat itu dan tejadinya
penguapan
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Semakin tinggi tempat, intensitas cahaya semakin rendah dan suhu
semakin turun.
b. Semakin tinggi tempat, semakin tinggi pula kelembabannya.
c. Semakin tinggi tempat, semakin rendah tekanan udara dan semakin
rendah pula intensitas cahayanya.
d. Faktor yang mempengaruhi RH adalah ketinggian tempat, intensitas
radiasi, suhu, vegetasi, keadaan awan dan waktu.
2. Saran
a. Saat pelaksanaan praktikum diharap segera dimulai pada waktunya,
jadi praktikan tidak terlalu lama menunggu.
b. Akan lebih bermakna jikalau praktikum dilaksanakan bukan diruang
kelas, akan tetapi di Balai Metereologi dan Geofisika.
67
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor.
Lakitan. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kensaku. 2002. Hidrologi Untuk Pertanian. PT. Pradya Paramita. Jakarta.
Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor.
Wikipedia. 2010. Kelembaban. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembapan. Diakses tanggal 25 Mei 2011
_______. 2010. Kelembaban Relatif. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Mei 2011
Zahara, Hafni dan Lenny Hartati Harahap.2007. Identifikasi Jenis Cendawan pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) pada Topografi yang Berbeda. Seminar Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti.
68
V. TERMOHYGROGRAPH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dunia pertanian merupakan dunia yang tidak lepas akan
keterkaitannya dengan kondisi sekitar dimana tanaman tumbuh. Suhu udara
pada sekitar tanaman dan juga kelembaban udara di sekitar tanaman dapat
mempengaruhi hasil produksi tanaman. Oleh karena itu, diperlukan suatu
adanya penelitian yang meneliti akan keterkaitan antara tanaman dengan
suhu udara dan kelembaban udara.
Tanaman akan dapat mampu berkembang dengan optimal jikalau
berada pada lingkungan tumbuh yang ideal. Jika lingkungan tumbuhnya
tidak berada dalam kondisi yang ideal, maka dapat dimungkinkan tanaman
tersebut tidak akan mampu memproduksi hasil tanaman yang maksimal.
Suhu udara merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi
pertanian. Jika tanaman berada pada lingkungan dengan kondisi suhu udara
yang tidak ideal, maka tanaman tersebut mampu beradaptasi akan tetapi
tidak akan maksimal dalam berproduksi.
Kelembaban udara juga merupakan salah satu faktor dari sekian
banyak faktor yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap
jenis (species) tanaman memiliki spesifikasi lingkungan tumbuh yang
berbeda-beda. Namun pada umumnya tanaman, jika kelembaban udara
sangat rendah (seperti pada daerah gurun pasir) maka tanaman tidak akan
tumbuh optimal (kecuali tanaman yang mampu beradaptasi dengan
kelembaban udara yang rendah).
Termohygrograph digunakan untuk memonitor perubahan suhu udara
dan kelembaban udara secara kontinyu pada periode tertentu (harian atau
68
69
mingguan). Monitoring suhu udara dan kelembaban udara ini biasanya
dilakukan pada ruang penyimpanan (benih, biji-bijian dan buah), pada ruang
kultur mikro organisme, atau ruang untuk kultur insek dan lain-lainnya.
Selain itu monitoring suhu udara dan kelembaban udara juga sangat perlu
diperlukan pada saat penetasan telur unggas dengan mesin penetas.
Sehingga diharapkan suhu udara stabil dan juga kelembaban udara tinggi.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk Acara 5 –
Termohygrograph bertujuan untuk monitoring atau memantau suhu udara
dan RH udara pada suatu tempat secara kontinyu pada periode tertentu
(mingguan).
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk Acara 5 –
Termohygrograph dilakukan pada periode bulan April sampai Mei 2011 di
Fakultas Pertanian UNS. Tempat atau obyek pengamatan meliputi : ruang
laboratorium kultur jaringan, rumah kaca dan ruang terbuka.
B. Tinjauan Pustaka
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu
suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun
benda, makin tinggi suhu benda tersebut (Wikipedia, 2011).
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya
pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Suhu udara tertinggi simuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan
makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki
gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah.
Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu
akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut
70
gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate
adalah 1 ˚C (Benyamin, 1997).
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang
seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan
suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga
semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan
suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap
kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara
sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah
dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan
konduktor terbaik (Handoko, 1994).
Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran udara.
Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh panas
yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil membawa zat
pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara bagian atas. Jika
terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas udara dingin seperti
suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang pembentukan Co dan O.
Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap
berada didalam campuran yang telah didingankan tersebut karena dibutuhkan
waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah
(Kensaku, 2002).
Temperatur (suhu) merupakan salah satu sifat tanah yang sangat penting
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap
kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba dan enzimetik, dekomposisi
serasah atau sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Tenperatur
tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana
halnya air, udara dan unsur hara. Proses alam, akar tanaman dan mikroba tanah
secara langsung dipengaruhi oleh temperatur tanah (Hanafiah, 2005).
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau
kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer.
Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam
71
sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat
dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara.
Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan
suhu. Konsentrasi air pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30
°C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F) (Wikipedia, 2010).
Kelembaban relatif merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara
dalam fasa gas. Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan
sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan
uap jenuh air pada temperatur tersebut. Kelembaban relatif menggunakan
satuan persen dan dihitung dengan cara berikut:
RH = x 100 %
RH : Kelembaban relatif campuran
P H2O : Tekanan parsial uap air dalam campuran
X H2O : Tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam
campuran.
Maka RH atau Kelembaban Relatif bergantung pada beberapa hal diatas.
Namun RH tertinggi terjadi pada saat proses pengembunan maksimal
(Wikipedia, 2010).
C. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
a. Termohygrograph seri TN-2500
b. Kertas pias
c. Tinta Recorder
2. Cara Kerja
1. Siapkan alat termohygrograph, pasang kertas pias pada drum.
2. Setel alat pada posisi mingguan, pasang drum kembali dan letakkan pada
tempat yang akan dimonitor.
3. Lakukan inspeksi setiap hari mengenai kelancaran jalannya alat, seperti
tinta recorder dan timer yang sudah diseting.
72
4. Setelah satu minggu, lakukan pelepasan kertas pias dan lakukan
pengamatan terhadap data yang telah diperoleh.
5. Pasang kertas pias yang baru, letakkan alat pada tempat yang berbeda,
lakukan prosedur serupa.
6. Lakukan pembacaan data yang diperoleh dan carilah kapan terjadi suhu
tinggi, suhu terendah, RH tertinggi serta RH terendah.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Acara 5 pada Ruang Kultur Jaringan
Tanggal Hari Suhu Maximum
Suhu Minimum
Selisih Suhu
RH maximum
RH minimum
Selisih RH
1 Senin 24 19 5 85 67 182 Selasa 21 19,5 1,5 72 59 133 Rabu 21 19,5 1,5 72,5 59 13,54 Kamis 22,5 19,5 3 73 60 135 Jumat 22 20 1 71,5 59 12,56 Sabtu 21 19,5 2 73 59 147 Minggu 21 19 2 78 61 17
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Acara 5 pada Rumah kaca
Tanggal minggu Suhu Maximum
Suhu Minimum
Selisih Suhu
RH maximum
RH minimum
Selisih RH
18 I 31,5 23 8,5 90 60 3019 II 32 23 9 89 62 2720 III 30 22 8 96 67 2921 IV 31,5 22 9,5 94 62 3222 V 32 23 9 89 59 3023 VI 34 22 12 89 50 3924 VII 34 22,5 11,5 88 53 35
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Acara 5 pada Tempat TerbukaTanggal Hari Suhu
MaximumSuhu
MinimumSelisih Suhu
RH maximum
RH minimum
Selisih RH
18 Senin 28 25 3 82 69 13
19 Selasa 30 24 6 89 58 31
20 Rabu 28 23,5 4,5 91 62 29
73
21 Kamis 28 23,5 4,5 90 61 29
22 Jumat 29,5 24 5,5 84 60 24
23 Sabtu 28,5 22,5 6 93 64 29
24 Minggu 30,5 22k 8,5 88 57 31
Sumber : Hasil Pengamatan
E. Pembahasan
Pada dasarnya prinsip kerja Air Conditioner (AC) menggunakan prinsip
yang sangat sederhana sekali. Yakni, suhu rendah, kelembaban juga rendah
sehingga suhu dan kelembaban bisa diminimalkan. Adapun prinsip kerja dari
AC adalah sebagai berikut :
1. Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada dalam
evapolator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang berisi cairan
refrigerant. Dalam hal ini refrigetrant akan menghisap panas udara sehingga
udara menjadi dingin dan refrigerant akan menguap dan dikumpulkan dalam
penampung uap.
2. Tekanan uap yan berasal dari evaporator disirkulasikan menuju kondensor
selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan tekanan uap
refrigerant menjadi naik dan ditekan kedalam kondensor.
3. Untuk menurunkan tekanan refrigerant yang bertekanan tinggi digunakan
katup ekspansi untuk mengatur laju aliran refrigerant yang masuk kedalam
evaporator.
4. Pada saat udara kelui panas. Uap keluar dari condensor udara menjadi
panas. Uap refrigerant memberikan panas kepada udara pendingin dalam
kondensor menjadi embun pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan panas
pada kondensor, dibantu oleh kipas propeller.
5. Pada sirkulasi udara dingin terus menerus dalam ruangan, maka perlu
adanya thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan/ sesuai dengan
keinginan.
6. Udara dalam ruangan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara di
luar, sebab udara didalam dihisap oleh sentrifugal yang terdapat pada
74
evaporator. Disini terjadi perpindahan panas sehingga suhu dalam ruangan
relatif lebih dingin dari sebelumnya.
7. Suhu diluar ruangan lebih panas dibandingkan di dalam ruangan, sebab
udara yang ada didalam ruangan yang dihisap oleh kipas sentrifugal dan
bersentuhan dengan evaporator, serta dibantu dengan komponen AC
lainnya, udara dalam ruangan di keluarkan oleh kipas udara kondensor.
8. Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di kondensor dengan
mudah di cairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled atau uap
refrigerant menyerap panas udara pendingin dalam kondensoor sehingga
mengembun dan menjadi cairan diuar pipa evapotrator.
9. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant, maka air/
udara tersebut jadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Uap refrigerant
yang sudah menjadi ini, kemudian dialirkan kedalam pipa evaporator
melalui katub ekspansi. Kejadian ini akan berulang kembali seperti di atas.
Pada ruang kultur pada laboratorium kultur jaringan selalu
menggunakan AC kontinyu karena prinsip kerja AC kontinyu karena prinsip
kerja AC (Air Conditioner) yang membuat suhu menjadi rendah sehingga akan
terasa dingin, namun dengan kelembaban yang rendah juga. Karena pada
dasarnya apabila suhu menurun maka kelembaban akan naik. Jadi, biasanya
suhu dan kelembaban itu akan berbanding terbalik nilainya tetapi pada ruangan
ber-AC akan ada sedikit perbedaan.
Pada ruang kultur di laboratorium kultur jaringan selalu menggunakan
AC kontinyu dikarenakan media tanam yang digunakan berupa agar-agar. Jadi,
suhu dingin dapat mampu menjaga agar media tersebut tetap padat serta
meminimalkan kontaminasi.
Suhu udara pada dalam ruangan rumah kaca selalu lebih tinggi daripada
suhu dilingkungannya, hal ini disebabkan panas yang telah masuk ke rumah
kaca tidak dapat dilepaskan kembali sehingga terperangkap dalam rumah kaca.
Maka mengakibatkan suhu udara di dalam rumah kaca lebih tinggi. Pada
kondisi yang terjadi di dunia saat ini, efek gas rumah kaca dapat dirasakan.
Yakni suhu udara global naik. Adapun yang berperan sebagai kaca dalam
75
Green House Effect ini adalah gas CO2. Gas tersebut mampu menangkap panas
yang telah diterima, akan tetapi sulit sekali untuk melepaskan panas tersebut.
Kelembaban udara relatif (RH) rumah kaca selalu lebih tinggi daripada
kelembaban udara relatif (RH) pada tempat terbuka dikarenakan pada rumah
kaca terdapat lebih banyak tanaman yang mampu bertranspirasi sehingga
secara total evapotranspirasi rumah kaca besar. Hal demikian bermakna
kandungan uap air pada dalam rumah kaca besar maka kelembaban udara
relatifnya (RH) juga besar.
Pembuatan rumah kaca pada daerah tropis dengan pembuatan rumah
kaca pada daerah sub tropis sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya gerak
semu matahari. Yang mana jika dilihat dari bumi, matahari seolah-olah
berpindah posisi. Terkadang berada di sebelah utara katulistiwa,kadang pula di
sebelah selatan katulistiwa. Sehingga pembuatan rumah kaca pada daerah
subtropis perlu sekali untuk memperhatikan adanya gerak semu matahari.
Sebab pembuatan rumah kaca dengan memperhatikan adanya gerak semu
matahari akan dapat mampu mengoptimalkan sumber energi yang ada.
Sehingga secara tidak langsung, rumah kaca tersebut akan dapat mampu
menghasilkan tanaman yang baik pula.
Pengaruh ruangan ber AC terhadap suhu udara dan RH yaitu suhu dan
RH menjadi fluktuatif sehingga menjadi stabil. Pengaruh rumah kaca terhadap
suhu udara dan RH yaitu suhu udara menjadi meningkat dan RH menjadi
menurun. Pengaruh ruang terbuka terhadap suhu udara dan RH yaitu suhu dan
kelembaban tidak bisa stabil karena adanya angin juga akan mempengaruhi
suhu dan RH.
Berdasarkan hasil pengamatan ketiga lokasi pengamatan kelembaban
udaranya mencapai angka 81. Hal tersebut dapat dikarenakan perbedaan pada
termohygograph selain itu juga bisa dikarenakan perbedaan waktu
pengambilan data yang mana seharusnya dilakukan secara bersama-sama.
Sebab saat ini perubahan iklim telah menjadi realita. Jadi sangat dimungkinkan
dengan perbedaan waktu pengambilan data menyebabkan hal tersebut.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
76
a. Untuk mengetahui catatan data akan suhu udara dan kelembaban udara
perlu dibuat satu alat yang mampu memonitoring secara keseluruhan,
kontinyu dan pada periode tertentu, yakni termohygrograph.
b. Suhu udara dan kelembaban udara berperan penting terutama pada saat
tanaman baru memasuki proses pembenihan dan pertunasan, penetasan
telur unggas, dan lain sebagainya yang pada intinya suhu udara dan
kelembaban udara berperan dalam pertanian secara luas.
c. Dengan mengetahui suhu udara dan kelembaban udara yang ideal, maka
bisa dimungkinkan untuk membuat suatu alat yang mampu memodifikasi
iklim secara mikro sehingga mampu meningkatkan daya guna dan daya
hasil produk pertanian.
d. Pada kondisi umum, bila suhu tinggi maka kelembaban udaranya rendah.
Kecuali pada daerah pantai, meskipun bersuhu tinggi akan tetapi
kelembaban udaranya juga tinggi sebab banyaknya evaporasi dari laut.
e. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil rata-rata berkisar 80 keatas
untuk RH-nya pada ketiga lokasi yang berbeda.
2. Saran
a. Ada baiknya dalam praktikum Agroklimatologi Acara 5 ini praktikan
dibimbing secara langsung metode dan cara penggunaan
termohygrograph.
b. Pengamatan hendaknya dilakukan pada rentang waktu yang sama pula.
Sehingga bisa didapatkan hasil pengamatan yang akurat dan teruji
validitasnya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Benyamin, Lakitan. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Radja Grifindo Persada. Jakarta.
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor.
Kensaku. 2002. Hidrologi Untuk Pertanian. PT. Pradya Paramita. Jakarta.
Wikipedia. 2010. Kelembaban. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembapan. Diakses 7 Juni 2011
_______. 2010. Kelembaban Relatif. http://id.wikipedia.org. Diakses 7 Juni 2011
_______. 2011. Suhu. http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu. Diakses 7 Juni 2011
78
VI. KLASIFIKASI IKLIM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu
yang relatif sempit dan dalam jangka waktu yang singkat. Iklim adalah rata-
rata keadaan cuaca pada suatu wilayah yang luas dalam jangka waktu yang
lama. Baik iklim maupun cuaca terbentuk karena gabungan unsur-unsur
iklim/cuaca. Iklim maupun cuaca sangat penting dalam kehidupan makhluk
hidup yang ada di permukaan bumi. Cuaca sering kali berubah-ubah dan
dapt mempengaruhi metabolisme makhluk hidup.
Cuaca juga merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia
karena cuaca mempengaruhi kegiatan dan aktifitas manusia. Manusia
hingga saat ini belum dapat mengendalikan iklim dalam wilayah yang
cukup luas. Untuk itu, manusia hanya dapat memperkirakan keadaan cuaca
dan menyesuaikan diri dengannya sebaik mungkin. Untuk itu, manusia perlu
mempelajari iklim/cuaca. Karena terlalu banyaknya kombinasi dari unsur
iklim/cuaca yang ada, menyebabkan keberagaman iklim pula. Untuk
mempermudah mempelajari iklim/cuaca, manusia manusia menggolongkan
iklim/cuaca tersebut.
Klasifikasi Schmidt-Fergoson adalah sebagai berikut; tipe iklim A
(sangat basah) jenis vegetasinya hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah)
jenis vegetasinya hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis
vegetasinya hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan
daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi hutan
musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
79
F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis
vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis
vegetasinya adalah padang ilalang.
2. Tujuan Praktikum
Acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan dengan tujuan mahasiswa
dapat mengklasifikasikan iklim berdasarkan data curah hujan selama 10
tahun. serta mahasiswa dapat membedakan antara Klasifikasi Iklim
Oldeman dan Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Mata Kuliah AgroklimatolAogi pada Acara 6 – Klasifikasi
Iklim dilaksanakan pada tanggal 16 April 2011 sampai 15 Mei 2011
(bergantung pada shift masing-masing kelompok) bertempat di Fakultas
Pertanian UNS.
B. Tinjauan Pustaka
Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan atas kebutuhan air dan
hubungannya dengan tanaman pertanian yang sangat diperlukan. Pembagian
iklim menurut Oldeman adalah sebagai berikut.
1. A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan;
2. B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering;
3. B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering;
4. C1 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering;
5. C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering;
6. C3 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering;
7. D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering;
8. D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering;
9. D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering;
10. D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan bulan kering;
11. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering;
12. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering;
78
80
13. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering;
14. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan
(Ahmadi,2010).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang
tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat
basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis
vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan
daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan
musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F
(kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis
vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya
adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Suatu wilayah yang mempunyai kondisi iklim cocok untuk tanaman akan
memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pusat produksi.pusat produksi
tanaman adalah suatu daerah yang telah terbukti memenuhi persyaratan
kesesuaian iklim pada wilayah yang cukup luas dengan produktivitas tinggi
(ton/ha/musim panen) dalam jangka waktu lama. Konsepsi dasar dalam
pewilayahan kmoditi secara bertahap, diawali dengan study agroekologi utama
yang hanya mempertimbangkan faktor biofitis yaitu iklim, tanah dan
toposifiografi (Nasir, 2001).
Di indonesia banyak menggunakan metode klasifikasi iklim selain
menurut Koppen (1931) juga menurut Schmidt dan Ferguson (1951) yang
semula dimaksudkan untuk keperluan kehutanan, tetapi juga ternyata juga
cocok untuk kepentingan tanaman perkebunan perenial. Dasar klasifikasi
menggunakan distribusi curah hujan bulanan dalam penentuan bulan basah
(bulan dengan curah hujan > 100 mm) dan bulan kering (bulam dengan curah
hujan < 60mm). Metode klasifikasi lain yang tergolong baru di Indonesia dan
pada beberapa hal masih mengandung diskusi mengenai batasan dan kriteria
yang digunakan adalah yang dibuat oleh Oldeman (1975). Sistem yang dibuat
khusus untuk tanaman pangan/semusim ini menggunakan data curah hujan
rata-rata jangka panjang untuk menentukan bulan basah (bulan dengan curah
81
hujan > 200 mm), bulan lembab (bulan dengan curah hujan antara 100-200
mm), dan bulan kering (bulan dengan curah hujan < 60 mm) secara berturut-
turut (Laimeheriwa, 2002).
Sistem klasifikasi lain yang tergolong baru di Indonesia dan pada
beberapa hal masih mengandung diskusi mengenai batasan dan kriteria yang
digunakan. Namun demikian, untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup
berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di
Indonesia. Oldeman telah membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang
dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Kriteria dalam
klasifikasi iklim ini didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan
lembab (BL), dan bulang kering (BK) yang batasannya memperhatikan
peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman (Handoko, 1992).
Klisifikasi iklim umumnya sangat spesifik, yang didasarkan atas tujuan
penggunaannya, misalnya untuk kegunaan dibidang pertaniaan, penerbangan
atau kelautan. Klasifikasi iklim yang spesifik sesuai dengan kegunaannya ini
tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi dengan hanya
memilih data tentang unsur atau unsur-unsur iklim yang relevan, yang secara
langsung akan mempengaruhi aktifitas atau objek dalam bidang-bidang
tersebut (Lakitan, 2002).
Pada hakikatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk
memperoleh suatu efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana.
Karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk
menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum
dan sederhana. Tiap klasifikasi dibuat berdasarkan tujuan tertentu dari
pembuatnya, dengan luas cakupan wilayahnya mulai dari yang terbatas (lebih
kecil dari negara) sampai yang luas (regional atau dunia). Sehingga dalam
menggunakan klasifikasi iklim perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi
perhatian (Handoko, 1983).
Penanaman pohon pada zona terdekat dengan pantai (sempadan laut)
perlu dilaksanakan serentak sepanjang kawasan pantai (0-200 m). Pilih pohon
perintis yang cepat besar, misalnya talok (kersen, Muntingia calabura) atau
trembesi (Albizia saman) untuk menghasilkan biomassa sehingga kelak
82
menjadi sumber bahan organik tanah, memperbaiki iklim mikro dan mengatasi
angin dari laut, konservasi air, menjaga diversitas biota tanah, menjadi habitat
burung, lebah dan kelelawar, dan wahana rekreasi (Yumono,2009).
C. Alat dan Cara Kerja
1. Alat
a. Alat Tulis
b. Data Iklim
2. Cara Kerja
a. Melakukan pengamatan pada data curah hujan yang telah didapat.
b. Menghitung dan mengklasifikasikan iklim dalam klasifikasi menurut
Schmidt-Ferguson dan klasifikasi iklim menurut Oldeman.
D. Hasil Pengamatan
1. Curah Hujan Kecamatan Gondangrejo
Tabel 6.1 Data Curah hujan bulanan rata-rata kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun 2000-2010
Bulan Rata-rata (mm)Januari 268Februari 337,5Maret 319,4April 206,8Mei 111,9Juni 53,8Juli 17,1Agustus 14,1September 49,9Oktober 213,1November 229,2Desember 221,1Jumlah 2041,9Sumber : Data Rekapan
Menurut Oldeman
a. Bulan lembab : Mei
b. Bulan kering : Juni, Juli, Agustus, September
c. Bulan basah : Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November dan
Desember
83
Menurut Schemidt-Ferguson
a. Bulan lembab : -
b. Bulan kering : Juni, Juli, Agustus dan September
c. Bulan basah : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November
dan Desember
2. Curah Hujan Kota X
Tabel 6.2 Data curah hujan rata-rata kota X tahun 1995 sampai dengan tahun 2004.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Jum. Hujan(mm/th)
333,7 336,7 336,9 191 76,22 68,67 42,11 20,56 16,56 190,9 258,8 180,2
Sumber : Data Rekapan
Menurut Schemidt Ferguson
Bulan lembab : Mei, Juni (2)
Bulan Kering : Juli, Agustus,September (3)
Bulan Basah : Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November,
Desember (7)
Q =
=
= 42,86% tipe iklim C (agak basah)
3. Curah Hujan Kecamatan Jenawi
Table 6.3 Data Curah Hujan 16 Tahun (1995-2009) Kecamatan Jenawi
84
Tahunbulan
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 total
Januari 674 698 436 496 621 791 479 570 500 482 592 700 488 314 586 702 912Februari 448 692 514 541 606 518 649 334 482 622 714 471 514,5 1018 441 632 858Maret 635 547 448 150 791 503 773 450 547 491 405 419 211,5 476 754,5 406,5 663April 263 244 204 461 744 221 848 600 459 110 235 351 394 766 225 327 645Mei 120 251 52 339 345 122 193 68 100 11,8 345 80 639 96 265,5 315,5 265Juni 12 372 26 52 385 61 71 156 0 33 56 235 27 238 34 138,5 175Juli 0 39 33 22 330 92 2 103 10 0 244 124 2 22 0 36 105Agustus 0 0 83 1 41 61 36 19 12 11 0 24 0 9 14 2 31September 0 61 65 0 218 0 3 121 7 60,3 28,5 126 0 0 10 68 67Oktober 14 204 475 15 466 395 373 574 62 142 62,5 132 3 75 317 2085 324November 163 648 655 278 333 962 789 423 307 316 578,5 315 66 395 505 301 645Desember 287 432 309 684 502 663 180 388 429 399 587,5 615,5 748 1138 220 346 672
Sumber : Data rekapan
4. Curah Hujan Kecamatan NgargoyosoTabel 6.4 Rerata Curah Hujan 15 tahun (1994-2009) Kecamatan
Ngargoyoso .
Bulan Jan Feb Mar Apl Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Jum.hujan (mm/th)
570,56 536,36 414,69 403,19 165,63 109,88 66,19 19,56 42,44 202,94 403,5 420,31
Sumber : Data rekapan
Menurut Oldeman
Bulan lembab : Mei, Juni (2)
Bulan Kering : Juli, Agustus, September (3)
Bulan Basah : Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November,
Desember (7)
Q =
=
= 22,22% (Basah)
E. Pembahasan
85
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim di Indonesia dapat diperinci sebagai
berikut :
1. Faktor alami
a. Pada skala global (bumi secara keseluruhan)
Kepulauan Indonesia dikelilingi oleh dua samudra yaitu samudera
Hindia dan samudera Pasifik dan berbatasan dengan dua benua yaitu
benua Austalia dan benua Asia.
b. Pada skala regional
Kepulauan Indonesia terdiri atas lima pulau besar dan ribuan pulau
kecil, dikelilingi dan diantarai oleh laut-laut dan selat-selat.
c. Pada Skala Lokal
Gunung-gunung yang menjulang tinggi besar pengaruhnya atas
penyebaran curah hujan dan suhu. Iklim dapat dipengaruhi oleh
pegunungan. Pegunungan menerima curah hujan lebih dari daerah
dataran rendah karena suhu di atas gunung lebih rendah daripada suhu di
permukaan laut.
2. Faktor buatan
a. Pengaruh Manusia
Faktor di atas mempengaruhi iklim secara alami. Namun kita tidak
bisa melupakan pengaruh manusia di iklim kita miliki. Kami telah
mempengaruhi iklim sejak kita muncul di bumi ini jutaan tahun lalu.
Pada waktu itu, yang mempengaruhi iklim kecil. Pohon-pohon ditebang
untuk menyediakan kayu untuk api. Pohon mengambil karbondioksida
dan menghasilkan oksigen. Penurunan pohon karena itu akan telah
meningkatkan jumlah karbondioksida di atmosfer.
Revolusi Industri, mulai pada akhir abad 19, telah memiliki
pengaruh yang besar pada iklim.. Penemuan motor mesin dan
meningkatkan pembakaran bahan bakar fosil telah meningkatkan jumlah
karbondioksida di atmosfer. Jumlah pohon yang ditebang juga
meningkat, yang berarti bahwa karbondioksida dihasilkan ekstra tidak
dapat diubah menjadi oksigen.
86
Klasifikasi iklim Oldeman digunakan untuk penanaman padi dan
palawija sedangkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson digunakan untuk
tanaman tahunan.
Menurut klasifikasi iklim oldeman dapat dinyatakan bulan basah dimana
x > 200 mm, bulan lembab 100<x<200 mm, sedangkan bulan kering adalah
x<100mm. Berdasarkan data curah hujan tersebut, didapat bulan lembab hanya
terjadi satu kali pada bulan mei, sedangkan bulan kering terjadi 4 kali pada
bulan Juni, Juli, Agustus, dan September, untuk bulan basah terjadi 7 kali pada
bulan januari, Februari, Maret, April, Oktober, November dan Desember. Hal
itu menunjukan bahwa kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar
memiliki iklim tipe D2 hal itu dikarenakan dalam 1 tahun terdapat 3-4 bulan
basah berurutan dan 2-4 bulan kering. Sedangkan pada kabupate Jenawi
Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan Jenawi tersebut, didapat bulan
lembab hanya terjadi 2 kali pada bulan mei dan Juni, sedangkan bulan kering
terjadi 3 kali pada bulan Juli, Agustus, dan September, untuk bulan basah
terjadi 7 kali pada bulan januari, Februari, Maret, April, Oktober, November
dan Desember. Hal itu menunjukan bahwa kecamatan Jenawi memiliki iklim
zona B2 hal itu dikarenakan dalam 1 tahun terdapat 7-9 bulan basah berurutan
dan 2-4 bulan kering.
Menurut Schmid Ferguson dapat dinyatakan bulan basah bila x>100 mm,
bulan lembab bila 60 mm<x<100 mm, sedangkan bulan kering bila x<60mm.
Berdasarkan dari data tersebut, didapat, tidak adanya bulan lembab pada
kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, bulan kering ada 4 pada
vulan Juni, Juli, Agustus dan September, sedangkan bulan basah didapat 8
bulan yaitu Januari, februari, Maret, April, Mei, Oktober, November dan
Desember. Sedangkan pada Klasifikasi Iklim Scmidth – Ferguson dapat
menentukan tipe iklim kota X berdasarkan data curah hujan kota tersebut.
Untuk menentukan tipe iklim tersebut, maka harus dihitung terlebih dahulu rata
– rata Bulan Kering (BK), Bulan Lembab (BL), dan Bulan Basah (BB) yang
terdapat pada data curah hujan Kota tersebut. Agar tipe iklim kota X diketahui,
maka rata- rata Bulan Kering (BK) dibagi dengan rata – rata Bulan Basah (BB)
kemudian dikalikan 100% sehingga Q Kota tersebut didapat 42,86 %. Maka
87
hasil yang telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa iklim kota X cocok
dengan klasifikasi iklim model segitiga Scmidth – Ferguson dan memiliki tipe
iklim C daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat
jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau, misal jati. Dan untuk
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten tersebut didapat 22,22 %. Maka hasil yang
telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa iklim Kabupaten Ngargoyoso
cocok dengan klasifikasi iklim model segitiga Scmidth – Ferguson dan
memiliki tipe iklim B daerah basah.
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang
tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat
basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis
vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan
daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan
musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F
(kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis
vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya
adalah padang ilalang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim antara lain sebagai berikut yakni
latitude suatu tempat, perubahan iklim global, kondisi atmosfer bumi dan lain
sebagainya. Dengan mengetahui dan mempelajari iklim, maka kita bisa
menentukan arah dan kebijakan dalam dunia pertanian. Bagi petani, dengan
memahami iklim disekitar usaha taninya akan dapat mampu menentukan jenis
tanaman apa yang cocok dan berpeluang menghasilkan uang.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Ada beberapa macam klasifikasi iklim baik itu klasifikasi iklim menurut
Oldeman dan Schmidt-Ferguson.
b. Penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih
banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasikan iklim menurut
88
Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan
kering.
c. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang
berlangsung berturut-turut. Menurut Oldeman suatu bulan dikatakan
bulan basah (BB) apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar
dari 200mm dan dikatakan bulan kering (BK) apabila curah hujan
bulanan lebih kecil dari 100mm.
2. Saran
a. Ada baiknya jika dalam praktikum Agroklimatologi terutama untuk
Acara 6 – Klasifikasi Iklim praktikan melaksanakan kegiatan praktikum
di Balai Meteorologi dan Geofisika sehingga lebih berkesan.
b. Pada proses analisis klasifikasi iklim hendaknya lebih ditekankan dengan
menggunakan sarana pembelajaran yang memadai,dengan LCD sehingga
bisa dipahami daripada jika hanya dikatakan oleh Co-Ass Praktikum
Agroklimatologi pada Acara 6 – Klasifikasi Iklim.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Syiham Al. 2010. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman. www.syiham.co.cc. Diakses 01 Juni 2010
Handoko, 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. IPB. Bogor.
Handoko. 1992. Klimatologi dasar . Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB : Bogor.
Laimeheriwa, Samuel. 2002. Pengembangan Komoditas Pertanian BerdasarkanPendekatan Iklim. IPB : Bogor.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nasir, A.A. 2001. Iklim dan Produksi Tanaman. Jurusan Geometeorologi. FMIPA IPB : Bogor
Syamsulbahri. 1987. Klasifikasi Iklim.www.mbojo.wordpress.com.Id. Diakses 01 Juni 2011
Yumono, Nasih Widya.2009. Membangun Kesuburan Tanah Di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: 137-141