Post on 07-Apr-2016
description
EDISI PASKAH - 17 APRIL 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
1
MENEMUKAN ALLAH DALAM KELUARGA Rm. Marcelinus Moi, MSF
Alkisah seorang anak bertanya pada kedua orang tuanya tentang siapakah Allah
itu. Atas pertanyaan si anak, orang tuanya menyuruh bertanya pada gurunya. Tetapi
ketika si anak bertanya kepada sang guru, jawaban si guru membuat si anak gundah
karena sang guru mengatakan bahwa Allah hadir dalam diri orang tuanya. Kegundah
an si anak lantaran apa yang dikatakan sang guru sungguh tak masuk akal. Bagaimana
mungkin Allah hadir dalam diri orangtuaku kalau saya tak pernah mengalami per-
hatian mereka, tidak menemukan kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dalam keluarga
ku, protes sang anak….
Kisah seperti diatas mungkin bisa terjadi dalam kehidupan keluarga kita. Bagai-
mana Allah bisa ditemukan dalam keluarga kalau kehidupan keluarga tersebut tidak
menjadi cermin wajah Allah? Perkembangan dunia dengan teknologi yang cepat sekali
berkembang berimbas juga dalam hidup berkeluarga terutama dalam relasi personal
antar anggota keluarga. Keintiman keluarga menjadi berkurang karena masing-masing
sibuk dengan dirinya. Doa bersama, makan bersama, rekreasi bersama, menjadi hal
langka dalam keluarga. Saya memperhatikan beberapa kejadian ketika melihat ke-
luarga yang makan bersama di warung makan. Mereka menikmati makan sementara
tangan sambil mencet HP masing-masing. Apakah ini juga terjadi ketika di rumah?
Tidak jarang pula munculnya berbagai masalah dalam keluarga riak-riaknya dari
renggangnya keintiman satu sama lain. Rumah menjadi sebatas tempat beristirahat.
Bagaimana iman itu bertumbuh dalam keluarga bila tidak ada waktu untuk berjumpa
sebagai keluarga dalam makan bersama, doa bersama, sharing bersama? Apalah arti-
nya mempunyai segala-galanya tetapi tidak mempunyai waktu bersama yang berkuali-
tas dalam keluarga? Seringpula yang terjadi adalah kesibukan harian menjadikan saat
bertemu antar keluarga menjadi jarang. Orang tua sibuk dengan pekerjaan sementara
anak-anak sibuk dengan sekolah dan les tambahan, dan bila sudah sama-sama di
rumah, alasan capek, lelah menghilangkan waktu untuk duduk bersama, makan ber-
sama apalagi berdoa bersama. Banyak orang tua yang mengeluh tentang sikap dan
perilaku anak-anak mereka. Romantisme
masa lalu ketika mereka seusia anak-
anak sekarang seakan menjadi hilang, ya
iyalah, jamannya berubah, teknologinya
juga jauh berbeda. Persoalannya adalah
bagaimana peran orang tua dalam mem-
bangun sikap, mental, dan iman anak?
Kita tahu bahwa berkat Sakramen Per
kawinan, hubungan kasih antara suami
dengan istri, diangkat menjadi tanda
akan kehadiran Allah sendiri, artinya
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
2
sakramen perkawinan: suami adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi istri
nya, dan istri adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi suaminya. Demikian
juga suami/istri terhadap anak-anak mereka. Dalam keluarga yang menghadirkan Al-
lah pasti ada sukacita dan kegembiraan. Sukacita yang tidak datang karena materi se-
mata tetapi dari keintiman yang muncul dalam relasi satu sama lain. Sukacita yang
tampak dan hadir dalam keluarga ini adalah tanda kehadiran Allah yang Nampak. Al-
lah memberkati keluarga yang sudah dipersatukan dalam cinta kasih dan kekudusan.
Oleh karena itu, setiap anggota keluarga menjadi perekat cinta kasih dalam keluarga.
Keluarga yang dinaungi cinta kasih adalah istana terindah untuk Tuhan. Dengan lain
kata Allah dapat dijumpai dalam setiap anggota keluarga yaitu ayah, ibu, kakak, adik,
dan semua saudara lainnya. Allah menghendaki agar setiap anggota keluarga selalu
menjalin ikatan cinta kasih. Sehingga kehadiran dan berkat-Nya akan semakin
terasa. Di dalam sebuah keluarga, kita manusia dapat berjumpa dengan Allah.
Menarik untuk mencermati pesan Natal bersama KWI - PGI tahun 2014 yang meng
angkat tema ’Berjumpa dengan Allah dalam keluarga’. KWI - PGI mengajak seluruh
umat Kristiani untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga dan bagaimana
keluarga berperan penting dalam sejarah keselamatan. Beberapa gagasan yang disam-
paikan antara lain bahwa Natal merupakan sukacita bagi keluarga karena Sumber Suka
cita memilih hadir di dunia melalui keluarga. Sang Putera Allah menerima dan men-
jalani kehidupan seorang manusia dalam suatu keluarga. Melalui keluarga itu pula, Ia
tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang taat pada Allah sampai mati di kayu
salib. Di situlah Allah yang selalu beserta kita turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita dan kepahitan akibat dosa, walaupun Ia tidak berdosa (bdk. Ibr. 4:15). Ditekankan
juga bahwa keluarga sebagai tanda kehadiran Allah; “Allah telah mempersatukan
suami-istri dalam ikatan perkawinan untuk membangun keluarga kudus. Mereka di-
panggil untuk menjadi tanda kehadiran Allah bagi satu sama lain dalam ikatan setia
dan bagi anak-anaknya dalam hubungan kasih. Keluarga mereka pun menjadi tanda
kehadiran Allah bagi sesama. Berkat perkawinan Kristen, Yesus, yang dahulu hadir
dalam keluarga Maria dan Yusuf, kini hadir juga dalam keluarga kita masing-masing.
Allah yang bertahta di surga tetap hadir dalam keluarga dan menyertai para orangtua
dan anak-anak sepanjang hidup”. KWI - PGI juga
merenungkan Natal sebagai Undangan Berjumpa de
ngan Allah dalam keluarga. “Natal adalah saat yang
mengingatkan kita akan kehadiran Allah melalui
Yesus dalam keluarga. Natal adalah kesempatan
untuk memahami betapa luhurnya keluarga dan
bernilainya hidup sebagai keluarga karena di situlah
Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Keluarga
sepatutnya menjadi bait suci di mana kesalahan di
ampuni dan luka-luka disembuhkan”. Dari pesan
Natal itu, dapatlah ditangkap bahwa Gereja dewasa
ini mempunyai kepedulian yang besar akan ke-
(bersambung ke hlm. 5)
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
3
Surat dari Romo Paroki
Salam kasih Yesus, Maria dan Yusuf
Bapak, Ibu dan Saudara /i yang terkasih,
Merayakan Natal, hari kelahiran Tuhan, kita rayakan
setiap tahunnya. Tema perayaan Natal tahun ini ada
lah “Berjumpa dengan Allah dalam keluarga”.
Melalui sakramen perkawinan, bapa dan ibu, meneri
ma rahmat dan pelayanan untuk memberi pendidikan
Kristiani kepada anak-anak kita. Orang tua, bapa, dan
ibu, meneruskan dan memberikan kesaksian tentang
nilai-nilai luhur manusiawi dan Injili. Melalui pelayanan
iman inilah, warta Injil diteruskan dan disinari sehingga keluarga diubah menjadi suatu
perjalanan iman dan sekolah kehidupan kristiani.
Dalam hal ini, Natal menjadi kesempatan yang sangat indah untuk memahami beta
pa luhurnya dan bernilainya keluarga yang telah Allah karuniakan kepada kita. Natal
menyadarkan kita akan kekudusan keluarga.
Pengalaman religius dan iman “Allah menjadi manusia dan tinggal di antara
kita”, menjadi kokoh bila pada suatu kesempatan peristiwa dan pesta-pesta tertentu di
dalam keluarga, kita dapat menjelaskan tentang makna Kristiani atau religius atas peris
tiwa tersebut. Oleh karena itu, Gereja mengajak seluruh umat beriman Kristiani, untuk
menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga.
Keluarga sebagai “Gereja rumah tangga” pada dasarnya adalah komunitas perdana
dan utama, tempat anak-anak dan kaum muda menerima pembinaan iman yang otentik.
Sebab orang tua, bapa dan ibu, adalah pendidik iman perdana dan utama bagi anak-
anak kita. Kesaksian hidup beriman kita, sebagai keluarga, merupakan pengalaman
pertama anak terhadap iman kristiani. Kegembiraan dan kegairahan iman yang dihidupi
bapa dan ibu diteruskan kepada anak-anak kita. Pembinaan iman kita sebagai orang
tua, dalam keluarga, mendahului, menyertai, dan memperkaya semua bentuk pembina
an iman yang lain.
Marilah kita mohon rahmat Allah, agar di dalam keluarga kita masing-masing, ke
hadiran Allah semakin dapat kita rasakan dan kita berani serta bersedia berbagi berkat
dan kasih satu sama lain di dalam keluarga kita.
Selamat Natal 2014
Berkah Dalem
MC Sadana Hadiwardaya MSF
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
4
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
5
luarga. Saya meyakini bahwa tema yang dipilih tentu
bukan tanpa maksud, pastinya berangkat dari kepri-
hatinan-keprihatinan akan keluarga jaman ini yang
“mungkin” kurang peka akan hadirnya Allah di dalam
keluarga Kristiani dewasa ini.
Bila kembali pada pertanyaan apakah Allah dapat
ditemukan dalam keluarga kita? Jawabannya pasti
“ya”. Dan sebagai keluarga Katolik mesti meyakini
bahwa Allah hadir dalam keluargaku. Bahwa apakah
setiap keluarga menyadari kehadiran Allah itu tergan-
tung dari kualitas hidup keluarga masing-masing.
Setiap keluarga tentu mengharapkan keluarga yang
ideal. Sebagai keluarga Katolik setidaknya mendekati
seperti Keluarga Kudus Nazareth. Apakah itu mung-
kin? Tentu jawabannya adalah “mungkin”. Keluarga
Kudus Nazareth adalah keluarga yang sederhana yang
di dalamnya, damai, kesejahteraan, saling hormat dan
kasih terjalin erat. Dalam kesederhanaan hidup di
Nazareth, Yesus, Maria dan Yusuf menjadikan Allah
sebagai yang utama bahkan dalam setiap peristiwa
hidup yang kecil dan sederhana. Jangan dibayangkan
bahwa keluarga yang dibangun Yusuf dan Maria,
tanpa persoalan hidup. Dari awal sudah dihadapkan
dengan pergolakan batin dan masalah, tetapi semua itu
mampu dilewati karena menghadirkan Allah di dalam
keluarga mereka. Kesederhanaan Keluarga Kudus ini,
selayaknya membuka mata hati kita, untuk melihat
kehadiran Allah justru dalam peristiwa-peristiwa yang
kecil dan sederhana. Penting kiranya menyediakan
tempat bagi Allah dalam keluarga kita, agar dapat
mengalami kebahagiaan dan kasih sejati, sebagaimana
dialami oleh Keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yu-
suf.
Agar Allah itu dapat kita temui di dalam keluarga
kita maka sangatlah dibutuhkan relasi yang intim de
ngan Dia. Relasi yang intim itu kita sebut doa. Kita
bisa membela diri dengan argument; kami tidak per-
nah absen ke gereja, doa lingkungan paling aktif,
kelompok kategorial semuanya diikuti, doa pribadi
pun selalu terucap, apakah kurang doanya? Ya, itu
sudah benar, tetapi apakah kita memberi ruang dan
waktu untuk berdoa sebagai sebuah keluarga? Dengan
berdoa bersama sebagai satu keluarga sangat mem-
(dari hlm. 2, Menemukan Allah dalam Keluarga) WARTA PAULUS MEDIA KOMUNIKASI
PAROKI SANTO PAULUS SENDANGGUWO - SEMARANG
Pelindung Pastor Kepala Paroki
Penasehat Ketua Bidang Yan Mas Dewan Paroki
Penanggungjawab Koord. Tim Kerja KomSos
Dewan Paroki
Pemimpin Redaksi J Paryadi
Staf Redaksi Drs. St. Suripto Atmosuwito
J Paryadi Pius Koesdyantoro
M Yunus Waas
Artistik Alf. Sungging V Suparyanto B Riyanto W
Tata Letak J Paryadi
M Yunus Waas
Distribusi Ketua - Ketua Lingkungan
Penerbit Dewan Paroki Santo Paulus
Jl. Dr. Muwardi 7, 024 - 6711509 Sendangguwo Semarang
Alamat E-mail komsosgsp@gmail.com
Percetakan CV Rind Abadi
Edisi 94, Hari Raya Natal
24 Desember 2014
Cover Depan Kartun Keluarga Katolik
di Paroki GSP
desain oleh : V Suparyanto
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
6
bantu memelihara dan mengembangkan iman keluarga. Keluarga bisa meluangkan
sedikit waktu di meja makan, atau di ruang keluarga untuk berdoa bersama. Bisa saja
doa yang sangat sederhana, Rosario atau devosi lainnya, saling mendoakan satu sama
lain, suami untuk istri, istri untuk suami, orang tua untuk anak dan anak untuk orang
tua, sesuatu yang kelihatan sederhana tetapi dampaknya akan luar biasa. Dengan saling
mendoakan, Allah yang tak kelihatan hadir dalam harmoninya hidup keluarga.
Saya juga mengutip pesan Paus Yohanes Paulus II yang mengatakan : ".... Hanya
dengan berdoa bersama dengan anak-anak mereka, seorang bapa dan ibu -yang melak-
sanakan peran agung imamat mereka- dapat menembus kedalaman hati anak-anak
mereka yang terdalam dan meninggalkan kesan yang tak dapat terhapuskan oleh ke-
jadian-kejadian yang akan mereka alami dalam hidup mereka. Mari mendengarkan
kembali himbauan Paus Paulus VI kepada para orang tua: "Para ibu, apakah engkau
mengajarkan anak-anakmu doa-doa Kristiani? Apakah engkau mempersiapkan mere
ka, bersama dengan para imam, bagi sakramen-sakramen yang mereka terima di saat
mereka muda: Pengakuan Dosa, Komuni, dan Penguatan? Apakah engkau menguatkan
mereka ketika mereka sakit untuk merenungkan penderitaan Kristus, untuk memohon
pertolongan dari Perawan Maria yang terberkati dan para orang kudus? Apakah kalian
berdoa rosario bersama? Apakah engkau, para bapa, berdoa dengan anak-anakmu, dan
dengan seluruh komunitas rumah tangga...? Teladan kejujuranmu dalam pikiran dan
tindakan, yang disatukan dengan doa bersama, adalah pelajaran kehidupan, sebuah
tindakan penyembahan yang tidak tertandingi.... “(Familiaris Consortio, 60)
Akhirnya sebagai keluarga Katolik yang perkawinannya diangkat dalam tahta sakra
men yang adalah tanda dan kehadiran Allah sendiri di dalam keluarga, hendaknya me-
wujud dalam keseharian hidup, yang mungkin terkadang dengan tertatih-tatih meng
hidupinya. Allah hadir dan selalu hadir di dalam keluarga kita. Kehadiran-Nya men-
jadi nampak jelas dalam harmoninya relasi suami istri dan anak-anak, hadir dalam diri
setiap anggota keluarga yang ceria wajahnya, tulus senyumnya, dalam kualitas hidup
keluarga yang mengerasankan. Allah hadir dalam keluarga yang memberi ruang dan
waktu untuk membangun keintiman dengan Dia melalui doa bersama keluarga. �
Sendangguwo, 27 Nopember 2014
Natal tak selalu harus dirayakan dengan meriah dan penuh
semarak, karena kisah natal diawali di Betlehem yang sunyi.
Natal tak harus dirayakan dengan kemewahan, karena natal
yang pertama dirayakan dengan penuh kesederhanaan.
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
7
Doa Penyerahan diri kepada Keluarga Kudus Nazaret
Keluarga Kudus, Teladan dan Pelindung segenap keluarga Kristiani, di bawah naunganmu kami serahkan keluarga kami. Bila hidupmu kami renungkan kembali, tergeraklah hati kami untuk menimba semangatmu. Bapa Yusuf dan Bunda Maria, sejak terbentuknya keluargamu, nyatalah kesediaan untuk saling menerima dan mendukung yang ditopang oleh tanggapanmu atas panggilan Allah. Seluruh perjuangan hidupmu diwarnai oleh iman, ketulusan dan kerendahan hati, ikut membantu menangkap kehendak Allah yang terwujud dalam tanggung jawab dan cintamu kepada Yesus. Dalam hidup tersembunyi di Nazaret, Bapa dan Bunda bekerja keras membanting tulang dan hidup sederhana. Asuhlah kami untuk menyambut kehadiran Yesus di antara kami; menciptakan keheningan di tengah kesibukan, berani menyimpan sabda-Nya di dalam hati sebagai pegangan hidup persaudaraan sehari-hari; mau bekerjasama, saling membantu dan meneguhkan dan bukan menambah penderitaan. Tuhan Yesus, semoga berkat kedudukan-Mu sebagai titik temu dalam keluarga kami, kami bersedia meluangkan waktu untuk saling bertemu, menjalin relasi manusiawi yang matang, sehingga rumah kami terasa mengerasankan aman tenteram dan penuh kasih sayang. Ajarilah kami untuk mengambil sikap yang tepat antara tugas dan kepentingan pribadi maupun keluarga. Keluarga Kudus Nazaret, kami percaya bahwa dengan menimba semangat hidupmu semakin terpancarlah dari hidup kami kesaksian dan pewartaan mengenai kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Terpujilah nama Yesus, Maria dan Yusuf, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
(Dikutip dari buku: Devosi kepada Keluarga Kudus, penyusun: Pusat Pendampingan Keluarga MSF,
(Jakarta: Obor, 2011), hl. 26-28)
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
8
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
9
SALAM 5 JARI Ibu jari
Jari ini adalah yang paling dekat dengan anda, ketika anda sedang melipat tangan dan
berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan
anda. Sebutkan nama mereka yang anda kenal dengan baik. Mendoakan orang-orang
yang kita kasihi adalah a sweet duty.
Jari telunjuk
Jari berikutnya adalah telunjuk. Doakan bagi mereka yang mengajar. Ini termasuk para
pastor dan hamba-hamba Tuhan, guru, dokter, dan para pendidik lainnya. Mereka bu-
tuh dukungan dan hikmat agar dapat memberi penunjukan arah yang tepat bagi mereka
yang dilayani. Doakan mereka selalu.
Jari tengah.
Ini jari yang paling tinggi. Berarti kita harus ingat pada para pemimpin bangsa. Doa
kan para pejabat pemerintah. Doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis.
Mereka sering mempengaruhi
bangsa kita dan membimbing
opini publik. Mereka sangat
butuh bantuan dari-Nya,
Jari manis.
Jari keempat adalah jari yang
paling lemah. Nah, guru piano
biasanya cukup membingung-
kan ketika berhadapan dengan
si jari lemah ini. Oleh sebab
itu, mari kita berdoa bagi sau-
dara-saudara kita yang kecil,
lemah, miskin dan tersingkir.
Kita doakan mereka yang di
anggap sebagai sampah masya
rakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa anda. Baik siang maupun malam, Tapi
bukan cuma doa, butuh uluran tangan kita juga.
Jari kelingking
Jari terakhir ini adalah yang paling kecil di antara jari-jari manusia. Inilah jari yang
menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tu-
han dan sesama. Jadi jangan lupakan berdoa bagi diri sendiri, agar memiliki buah Roh
dan selalu rendah hati. �
( S.HP )
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
10
Dari Bilik RedaksiDari Bilik RedaksiDari Bilik RedaksiDari Bilik Redaksi Pembaca WP yang budiman,
kelompok terkecil di dalam masyarakat adalah keluarga. Keluarga merupakan kesatuan
yang paling erat dan mendasar, dan atas keluarga-keluarga ini dibangun jemaat ber
iman, entah dalam wadah lingkungan, wilayah, stasi, atau paroki. Oleh karena itu ke-
luarga sering diistilahkan sebagai Gereja Basis.
Tema Natal yang dicanangkan oleh KWI - PGI tahun 2014 ini adalah “Berjumpa de
ngan Allah dalam keluarga”. Lebih dari 2000 tahun lalu Allah hadir dalam sebuah
keluarga kudus dari Nasaret, dalam wujud manusia, berupa sosok bayi mungil yang
menggemparkan seluruh negeri. Perayaan natal yang kita rayakan setiap tahun hendak
nya bukan saja mengulang peristiwa 2000 tahun lalu, yang terkadang lewat begitu saja,
setelah perayaan usai, kembali seperti biasa tanpa makna. Gereja berharap agar pada
perayaan natal 2014 ini seluruh umat kristiani dapat sungguh-sungguh ikut merasakan
perjumpaannya dengan Allah, di dalam keluarga, dalam keseharian hidup, dalam suka
maupun dalam kesedihan.
Sering kita tidak menyadari bahwa Allah selalu hadir dan berkarya dalam keluarga
kita, terlebih pada saat kita merasa beruntung, bahagia. Lupa bahwa semuanya itu ter-
jadi karena campur tangan Tuhan. Baru pada saat kita jatuh, sedih, tertimpa musibah,
kita mohon campur tangan Tuhan. Oleh karena itu, dengan mohon bantuan rahmat Al-
lah marilah kita semakin menyadari kehadiran-Nya dalam keluarga kita, dalam segala
peristiwa kehidupan. Mari kita bangun keluarga yang kokoh, yang dibangun atas dasar
iman yang kuat, agar tahan uji menghadapi segala tantangan dan peristiwa yang terjadi
dalam keluarga. Kekokohan keluarga akan nampak jelas bila memenuhi beberapa krite-
ria berikut :
1. Bila dalam keluarga terjalin hubungan yang akrab, intim, dan rukun, antar semua
anggota terjalin cinta kasih sejati, baik antara suami-isteri, antara orang tua dan
anak, dan antar anak-anak; terjalin saling pengertian.
2. Bila keluarga didasari penghayatan iman akan Tuhan, berdoa bersama, membaca /
mendengarkan firman Tuhan dalam setiap kesempatan, baik pada saat susah mau-
pun senang, sakit maupun sehat.
3. Bila keluarga tidak berlaku masa bodoh terhadap tetangga dan lingkungan
masyarakat sekitar.
Mari kita renungkan: adakah ciri-ciri di atas sungguh nampak dalam keluarga kita?
Apabila belum, marilah kita saling berusaha dan meneguhkan agar kita mampu mene-
rima kehadiran Yesus dalam keluarga kita, sehingga keluarga kita dapat menjadi tanda
kehadiran Allah sendiri. Dalam diri Yesus, Allah hadir dalam keluarga. Karena Yesus
lahir dalam suatu keluarga, maka keluarga pun menjadi tempat suci, bait Allah, tempat
di mana terjadi pertemuan manusia dengan Allah.
Semoga Natal 2014 ini semakin menyadarkan kita akan kehadiran Allah dalam ke-
luarga kita, semakin memahami luhurnya panggilan hidup berkeluarga, sehingga ke-
luarga dapat menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan berkembangnya iman,
baik bagi para orang tua maupun bagi anak-anak kita. Tuhan memberkati.
Selamat Natal. � Redaksi.
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
11
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
12
Bincang-bincang dengan
Romo Tirta, MSF
Nama lengkap saya Fransiskus
Xaverius Tirta Dewantara, MSF su
dah berusia 57 tahun, dan asli dari
Pati, Jawa Tengah.
Sekelumit kisah perjalanan
pendidikan, panggilan serta tugas pe
layanan saya, secara singkat sebagai
berikut;
Setelah menyelesaikan pendidik
an dasar di Pati, saya masuk Semi
nari St. Petrus Canisius - Merto
yudan, Magelang, dan lulus tahun
1977, lalu masuk pendidikan
Novisiat MSF di Salatiga pada 1978. Pada tahun 1983 lulus Sarjana Filsafat-Teologi
Fakultas Sosiologi Pendidikan - Sanata Dharma Yogyakarta. Menjalani TOP (Tahun
Orientasi Pastoral) di Paroki St. Paulus - Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah tahun
1983 hingga 1984. Pada tahun 1986, saya menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana
Teologi Fakultas Teologi Wedabakti Yogyakarta, dan pada 25 Juli 1986 menerima
tahbisan imam di Banteng, Yogyakarta.
Tahun 1986 sampai 1989 saya menjadi asisten pastor paroki di paroki St. Petrus-
Paulus, Temanggung, yang bertugas secara khusus memperhatikan paroki Keluarga
Kudus, Parakan. Selain itu saya juga diperbantukan untuk mengajar di Seminari
Berthinianum, Yogyakarta.
Saya mendapat kesempatan untuk studi lanjut di l’Universita Pontifica Salesiana,
Roma-Italia - Facolta di Scienze del l’educazione, Dipartimento di Pastorale Giovan
nile e Catechetica pada tahun 1989 - 1993.
Pada 1993 sampai 2005 saya menjadi misionaris di Archdiocese of Madang,
Madang Province - Papua New Guinea. Selama 4 bulan menjalani masa introduction
di Joseph staal Parish bersama pastor diosesan asal Australia, setelah itu menjadi
pastor paroki di Sacred Heart Parish, Tanggu, yang melayani 3 paroki tetangga.
Tahun 2005 - 2014 sebagai misionaris di Diocese of Vanimo, Sandaun Province-
Papua New Guinea. Tahun 2005-2008 sebagai Rector of St. John Mary Vianney
Minor Seminary, Vanimo - Papua New Guinea. Pada tahun 2008-2014 sebagai
Lecturer of St. Charles Borromeo Major Seminary, Vanimo. Pada masa itu saya juga
bertugas sebagai Financial Administrator of the Diocese of Vanimo, Parish Priest of
St. Augustine High-Way Parish, Vanimo dan Chairperson of the clergy’s meetings of
the Diocese of Vanimo.
Tahun 2014 bulan Agustus, saya mendapat SK dari Uskup Agung Semarang untuk
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
13
tugas asistensi pastoral di Paroki St. Paulus - Sendangguwo Semarang.
Sharing pengalaman sebagai misionaris,
Saya menjadi imam dalam kongregasi Misionaris Keluarga Kudus selama 28 tahun
lebih beberapa bulan. Sebagian besar imamat saya, saya habiskan untuk pelayanan
umat katolik di tanah misi di negara tetangga, Papua New Guinea. Seperti apa corak
negara Papua New Guinea dan gereja katolik di negara itu, saya ingin bagikan sebagi
an kecil yang saya lihat dan saya alami sendiri.
Papua New Guinea termasuk anggota Commonwealth Country, yang luasnya
462.840 km2, sekitar tiga setengah kali Pulau Jawa. Pada waktu saya masuk ke sana
pada tahun 1993, penduduknya sekitar 3,8 juta, lalu 21 tahun kemudian pada 2014
sekarang ini penduduknya sekitar 7,5 juta jiwa. Negara yang berbatasan dengan Irian
Jaya, Australia dan Solomon ini mulanya terbagi menjadi dua regio besar karena beda
koloni. Yang bersebelahan dengan Australia yakni barat daya itu disebut regio Papua
sedangkan yang bersebelahan dengan Irian Jaya dan pulau-pulau di bagian tenggara
berbatasan dengan Solomon disebut regio Niugini. Sejak pertengahan abad ke-19
Regio Papua merupakan jajahan Inggris, sedangkan regio Niugini merupakan jajahan
Jerman. Pada tahun 1906 kedua regio itu diserahkan ke Australia.
Selama Perang Dunia II, Jepang juga menjajah kedua regio itu. Dalam tahun 1973
oleh pemerintah Australia, rakyat diberi kesempatan untuk membentuk parlemen
sendiri; dua regio tersebut, yang semula Papua dan New Guinea menjadi satu nama
Papua New Guinea. Parlemen tersebut masih dalam asuhan Australia. Akhirnya pada
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
14
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
15
16 September 1975 Australia memberi kemerdekaan kepada Papua New Guinea, de
ngan ibukota negara: Port Moresby. Sistem pemerintahan negara ini adalah Republik
Kesatuan Monarki konstitusional yang kepala negaranya adalah ratu Inggris, Elizabeth
II, yang diwakili oleh Gubernur Jendral, dan kepala pemerintahannya adalah Perdana
Menteri. Bahasa yang mereka sehari-hari gunakan adalah bahasa Inggris, bahasa
Pidgin, dan bahasa Motu.
Gereja katolik masuk ke regio Papua pada awal abad ke-19 bersamaan dengan
masuknya para misionaris PIME dari Italia dan beberapa imam diosesan dari Perancis,
tetapi tidak berkembang, kemudian pada akhir abad ke-19 para misionaris MSC dari
Perancis masuk ke Niugini Islands dilanjutkan ke regio Papua. Sedang regio Niugini
daratan, gereja katolik baru mulai tahun 1896, dengan masuknya para misionaris SVD
dari Jerman. Mereka mulanya berlabuh di Madang Sea-Port, tetapi tidak bisa masuk
kota, karena ditolak oleh orang-orang Lutheran Jerman yang sudah terlebih dahulu
menancapkkan misi mereka di Madang. Lalu mereka berlayar ke arah barat dan men
darat di pulau Ali, Aitape, yang saat ini masuk Sandaun province. Dari pulau Ali itu
kemudian para misionaris SVD mulai berlayar ke arah timur, akhirnya sampai di
Alexishafen, 21 km sebelah utara kota Madang. Dari Alexishafen para misionaris SVD
dengan mengendarai kuda dan juga jalan kaki, melebarkan karya misi mereka ke
Highlands area (wilayah pegunungan) untuk mewartakan Injil ke masyarakat di sana.
Boleh dikatakan sejak awal abad ke-20 para misionaris imam, bruder dan suster dari
Jerman, Perancis, Italia mulai berdatangan. Gereja Katolik berkembang pesat. Banyak
bangunan gereja permanen didirikan, bahkan juga ada bangunan katedral yang sangat
megah di Alexishafen, Madang. Tetapi di era Perang Dunia II, tentara Jepang meluruk
juga ke Papua Niugini. Mereka tidak hanya berperang melawan tentara Australia, te
tapi juga menjadi musuh orang-orang kristiani. Banyak orang Katolik dan Protestan
dikejar-kejar; para pastor, bruder, suster, katekis mereka penjarakan dan mereka
bunuh, ada yang ditembak langsung, ada yang disuntik dengan racun. Banyak misio
naris yang diculik lalu dinaikkan kapal mau dibawa ke Holandia (sekarang Jayapura)
tetapi di tengah laut kapal di bom dan tenggelam, 300 misionaris meninggal. Juga
banyak bangunan gereja dan katedral porak poranda karena bom yang jatuh di masa
perang. Setahun setelah Perang Dunia II berakhir, para misionaris SVD dari Jerman
dan Fransiskan dari Amerika berdatangan ke Papua Niugini. Mereka mulai membina
umat. Untuk pembinaan ini mereka harus memulai kembali hampir dari nol. Dengan
ketekunan yang luar biasa, para misionaris itu dengan dibantu oleh para katekis lokal
pelan-pelan berhasil memulihkan keadaan yang semula terpuruk menjadi normal
kembali, dan bahkan pertumbuhan umat katolik berkembang terutama di Highlands
dan di Niugini Islands.
Papua New Guinea, yang meyatakan diri sebagai negara kristen itu mayoritas pen
duduknya beragama Katolik, kemudian Protestan dengan berbagai macam denominasi.
Ada 19 keuskupan, yakni 4 Keuskupan Agung dan 15 Keuskupan Sufragan. Bersama
negara tetangganya yakni Negara Solomon Island yang mempunyai 3 keuskupan,
mereka membentuk satu lembaga konferensi para uskup (Catholic Bishop’ Conference
of Papua New Guinea and Solomon Island, disingkat CBC PNG-SI). Jadi CBC PNG-
SI ini beranggotakan para uskup dari 22 keuskupan.
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
16
Dari 19 keuskupan yang ada di Papua Niugini itu, hanya 5 uskup pribumi yang
memimpin keuskupan. Sedang 14 keuskupan masih dipimpin oleh para uskup misiona
ris asing. Juga tenaga imam, lebih dari 60 % masih misionaris asing. Memang sudah
ada Seminari Menengah dan Seminari Tinggi milik keuskupan-keuskupan dan bebera
pa tarekat, tetapi hasil tahbisan tiap tahunnya tidak banyak. Sebagai contoh Seminari
Tinggi di Keuskupan Vanimo, yang mulai tahun 1999 sampai 2014 ini hanya meng
hasilkan 1 orang imam pribumi. Kalau selamat, tahun depan mungkin ada tahbisan 2
atau 3 orang. Sehingga tak heran bahwa sampai sekarang keuskupan ini dilayani oleh
imam-imam yang 90% misionaris luar negeri.
Tentang pelayanan umat di paroki. Misalnya di Keuskupan Agung Madang, pada
tahun 1993, saya masih diterbangkan dengan pesawat kecil menuju ke paroki pedalam
an, kemudian ditinggal di pastoran sampai 3 atau 4 bulan. Pelayanan biasanya di gere
ja paroki dan di banyak stasi. Stasi-stasi ini kami layani dengan jalan kaki melalui
jalan setapak menembus hutan. Tetapi setiap 2 sampai 6 jam pasti ada kampung umat
katolik yang bisa kami layani, dan juga menjadi tempat menginap sebelum esok hari
nya melanjutkan perjalanan ke kampung lain. Ada juga paroki yang bisa dicapai
dengan mobil kokoh dobel gardan, tetapi kebanyakan untuk kunjungan ke stasi-stasi
juga masih harus jalan kaki. Ada juga paroki yang bisa dicapai melalui sungai dengan
kapal kecil selama 2 hari. Setiap 3 atau 4 bulan para imam berkumpul di keuskupan
untuk meeting.
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
17
Lebih dari 80 % masyarakat hidup di kampung-kampung pedalaman. Mereka
hidup sederhana, asal ada persediaan makan lokal untuk seminggu saja mereka sudah
bahagia. Kebanyakan mereka hidup berkelompok di kampung-kampung kecil yang di
kelilingi hutan yang luas dan sungai. Untuk menambah gizi sebagai teman makanan
lokal (pisang, sagu, segala macam ubi) mereka biasa berburu rusa, babi hutan, tupai,
burung kasuari.
Situasi hidup masyarakat di wilayah Keuskupan Agung Madang itu, juga dialami
oleh masyarakat yang hidup di Keuskupan Vanimo. Sampai 10 tahun yang lalu, kota
Vanimo, yang merupakan ibukota Sandaun Privince adalah kota yang paling ter
belakang dibandingkan ibukota-ibukota propinsi lain di Papua New Guinea. Tak
banyak kendaraan berseliweran di jalan-jalan. Apalagi masyarakat propinsi ini yang di
kampung-kampung pedalaman sangat terisolir. Pelayanan pendidikan dan kesehatan
dari pemerintah juga sangat minim. Dalam hal pendidikan dan kesehatan ini Keuskup
an Vanimo mempunyai andil besar. Sejak 40 tahun yang lalu, ketika Papua New
Guinea masih daerah koloni Australia, di setiap paroki pedalaman ada juga sekolah
dasar dan klinik kesehatan, sehingga masyarakat pedalaman sangat terbantu. Tetapi
sejak sekitar 5 tahun yang lalu terjadi perubahan sangat cepat dengan masuknya
beberapa perusahaan logging milik Malaysia ke Sandaun Province. Dengan alat-alat
berat perusahaan-perusahaan logging Malaysia ini merambah hutan untuk membuat
jalan, dan akhirnya membabat kayu-kayu balok di hutan lalu diekspor ke luar negeri.
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
18
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
19
Para penduduk pedalaman yang memiliki hutan yang di babat kayunya juga meng
alami perubahan sangat drastis. Banyak penduduk kampung juga direkrut untuk men
jadi karyawan perusahaan. Masuknya perusahaan - perusahaan logging ini membawa
dampak positif dan negatif.
Dampak positifnya:
- penduduk pedalaman yang dilewati jalan perusahaan sudah tidak terisolir lagi,
- mempermudah bagi kami para imam untuk melayani umat di kampung-
kampung pedalaman
- kebanyakan kampung yang hutannya sudah dibabat oleh perusahaan logging
sudah terlihat ada beberapa mobil kokoh dobel gardan yang merknya Land
Cruiser dibeli dengan uang royalti yang mereka terima,
- di basecamp-basecamp ada klinik dan ada penerangan listrik 24 jam,
- penduduk bisa numpang kendaraan perusahaan bila kadang-kadang mau ke
kota.
Dampak negatifnya:
- hutan mereka lama-kelamaan menjadi gundul, walau beberapa area ditanami
lagi, tetapi masih harus menunggu 100 tahun untuk tumbuh, itu saja kalau di
rawat,
- banyak penduduk yang dulunya rajin berkebun, berburu, akhirnya menjadi
malas, dan hanya bolak-balik ke kota tanpa tujuan, numpang kendaraan
perusahaan,
- setiap forthnight, yakni gajian 2 mingguan, uang yang mereka terima sebagian
besar untuk membeli minuman keras, entah itu bir ataupun brandy,
- ketika mereka menerima royalty dalam jumlah yang besar, mereka kurang
memikirkan masa depan, kebanyakan mereka lagsung beli mobil Land Cruiser,
yang kebanyakan setelah 2 atau 3 tahun mobil itu ndongkrok di kampung
karena tak ada biaya untuk membeli spare part dan memperbaiki, karena uang
nya sudah habis untuk minum
- banyak anak-anak campuran lahir karena perkawinan kontrak antara pekerja-
pekerja Malaysia, beberapa pekerja Indonesia dan Filipina dengan perempuan
Papua New Guinea. Setelah kontrak kerja dengan perusahaan habis, perempuan
-perempuan dan anak-anak mereka ditinggalkan dengan diberi sedikit uang
kompensasi.
Herannya, balok-balok kayu terangkut terus dengan tongkang-tongkang besar ke luar
negeri, dan uang royalty juga dibayarkan ke penduduk pemilik hutan serta pajak di
bayar ke pemerintah, tetapi tak banyak penduduk yang berkecukupan dalam kebutuhan
hidup mereka. Rumah-rumah mereka kebanyakan masih rumah panggung dengan
kerangka bangunan kayu lunak dan beratap daun sagu, yang setelah sekitar 6 tahun
keropos dan harus dirobohkan dan buat baru lagi.
Tentang praktek hidup menggereja, standard mereka masih di atas orang-orang
katolik di Eropa, tetapi di bawah orang-orang katolik di Indonesia. Di pedalaman, anak
-anak yang masih sekolah masih bisa dikontrol oleh orang tua mereka dan sebagian
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
20
besar masih pergi ke gereja, tetapi yang sudah putus sekolah, baik laki-laki maupun
perempuan, hanya sekitar 10 % yang ke gereja. Sedang ibu-ibu sekitar 60 % yang ke
gereja, bapak-bapak 30%. Tetapi herannya umat katolik yang tinggal di kota masih
bagus hidup menggereja mereka.
Pada umumnya di satu pihak umat katolik masih bangga dengan kekatolikan me
reka, tetapi di lain pihak sangat sulit diajak berpikir untuk maju. Keuskupan - Keuskup
an sudah sejak 20 tahun yang lalu mulai menggalakkan pertemuan-pertemuan di
paroki-paroki untuk mengajak umat setapak-demi setapak supaya berpartisipasi hidup
menggereja untuk menuju paroki mandiri. Tetapi sampai sekarang pun hanya kira-kira
10 % umat bisa memenuhi kebutuhan paroki, yang 90% para uskup harus memeras
pikiran untuk memenuhi kebutuhan paroki-paroki. Itulah tantangan yang masih terus
dihadapi oleh Gereja di Papua New Guinea. �
Pohon terang memang indah, kerlip lampu yang bergantungan
membuat natal menjadi begitu hidup, tapi apa artinya
semuanya itu kalau kerlip pohon terang itu tak mampu
menyinari hati kita yang gelap?
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
21
“Ngaturaken Sugeng Natal 25/12-14 Lan Warso Enggal 1/1-15”
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
22
Kenangan Pesta Perak Gereja
25 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk bertumbuh kembang bagi Gereja
Santo Paulus - Sendangguwo, sebuah gereja yang berada di tengah lingkungan
pemukiman penduduk, yang oleh para sesepuh gereja sering diistilahkan sebagai
“gereja kampung”. Perjuangan dan jerih payah para penggagas dan penyantun untuk
mendirikan sebuah gereja yang mandiri, dan berbuah berkat kini telah nampak dalam
bentuk fisik maupun jumlah umat yang terus berkembang sejalan dengan bertambah
nya waktu.
Para gembala gereja pun telah silih berganti melayani umat di paroki Santo Paulus,
demikian pula para pengurus gereja yang terbentuk dalam Dewan Paroki. Para
petugas, pelayan liturgi ber-regenerasi ke kaum muda penerus, mulai dari putra-putri
altar (misdinar), lektor, pemazmur dan sebagainya. Symponi kehidupan menggereja
inilah yang telah diperingati secara meriah dalam kesederhanaan, “Pesta Perak Gereja
Santo Paulus”.
Berbagai kegiatan dilaksanakan guna menyemarakkan bulan pesta yang istimewa
ini. Mulai dari ‘Sepeda Gembira’ (Fun Bike) yang mengambil route mengunjungi
Kapel-Kapel yang ada di paroki kita, Pengobatan Gratis, Seminar Santo Paulus yang
mengambil tema: “Berbeda,...Siapa Takut?”, ada Pasar Murah; dalam pasar murah
tersebut dijual beraneka makanan dari usaha umat. Seusai Misa, umat dapat menikmati
makanan yang tersedia. Disamping itu juga disediakan sembako murah senilai Rp.
50.000,- yang dapat dibeli umat dengan harga Rp. 25.000,-; dengan menukar kupon
yang telah dibagikan melalui Ketua Lingkungan. Ada pula pementasan Wayang
Wahyu, dan rangkaian acara pesta ditutup dengan kegiatan Donor Darah. Sebagai
puncak acara, dilaksanakan Misa Syukur 25 tahun Gereja, yang dilanjutkan dengan
pesta umat - santap malam bersama. Pada akhir Misa Syukur pun ada acara
pemotongan Tumpeng Ulangtahun oleh Romo Kepala Paroki, Rm. MC Sadana
Hadiwardaya, MSF yang memberikan potongan tumpeng kepada Bp. Guntur Binawan
mewakili generasi penerus gereja. Dan berkat dari Tuhan pun melimpah; setelah umat
berpesta dalam suasana ‘sumuk’, hujan pun turun mengguyur dengan sangat derasnya,
sehingga terjadi genangan air dimana-mana seputar area pesta umat.
Patut kita apresiasi kinerja panitia peringatan yang dikomandani oleh Bp. Ign. L
Suyadi, sehingga acara-acara dapat berlangsung dengan baik, khususnya pada saat
pesta umat, dapat dikatakan tidak ada lagi umat yang tidak kebagian konsumsi, tidak
terjadi kerumunan yang berarti bagi umat pada saat antre makanan, dan kesiapan para
petugas konsumsi yang tidak telat waktu, serta pelayanan yang terbilang cukup cepat.
Satu lagi yang menjadikan acara pesta luar biasa adalah dengan digelarnya
“Wayang Wahyu“ yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Surakarta, dengan dalang
Ki Blasius Subono, SKar. MKar. Umat yang hadir sekitar 200 orang, ada suster, romo
dan bahkan bruder Frans Sugi, FIC yang penggemar dan pemerhati Wayang Wahyu,
gayeng menikmati acara sambil wedhangan yang disediakan ibu-ibu paroki. Yang
mengagumkan, selain ki dalang yang bukan sembarang dalang (bergelar Magister
Karawitan) para niyaga dan pesinden pun tidak kalah mentereng. Selain ada yang
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
23
Fun Bike
Ayoo obatnya disiapkan bu..
Seminar Santo Paulus
Bazaar
dalam tahap skripsi, ada juga yang dalam tahapan mengambil S2 Seni Karawitan.
Wuiihh... Penonton pun ikut dibuat riuh ketika saat adegan ‘goro-goro’ , “Ki Wasino”
dan “Ki Suyadi” (pak Wasino dan pak Suyadi) didawuhi untuk ‘nembang’ oleh Ki
Dalang.
Disamping acara gembira seperti Fun Bike, pesta umat dan wayangan, panitia pun
tidak lupa menyelenggarakan kegiatan sosial karitatif seperti pengobatan gratis yang
dilaksanakan di SMP PL Bonifasio - Muktiharjo Kidul, penjualan paket sembako
murah di gereja pada saat Bazaar dan donor darah di bangsal pastoran.
Waktu telah berlalu, pesta telah usai, tenda telah dilipat kembali. Yang ada kini
tinggal kenangan yang tertanam di ingatan kita bersama, untuk lebih bersemangat
dalam kehidupan menggereja yang berpaguyuban, saling berbagi kasih dan tangguh
serta misioner seperti Santo Paulus teladan kita. � Yunus Waas.
Kortimja KomSos
Silver
Anniv
ersary
Saya sakit apa pak dokter?....
on the
shot ....
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
24
Wayang Wahyu
Darah saya manis lho mbak ...
Paket sembako murah
Laris manis....
Donor darah
Yang seger.. yang seger ...silahkan bu..
Silver Anniversary on the shot ....
Penyerahan tokoh wayang St. Paulus kepada Ki Dalang
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
25
Minta kuahnya bu ....
Duduk dimanapun asyik...
Standing Party
Syukur atas berkat Tuhan.....
Pesta Umat
Tumpeng untuk generasi penerus
Rm. Kus nyanyi ....
Misa Syukur Ulangtahun
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
26
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
27
Lima Menit yang Berharga Oleh: Aoirisuka
Kisah ini merupakan fiksi yang mengindikasikan salah satu kerugian merokok. Feel
free to read, feel free to choose.
Jauh sebelum aku sekarat, aku selalu ingin berjumpa dengan putraku yang selama
bertahun-tahun tinggal di luar negeri. Bahkan, bertemu dengannya adalah nomor 1
dalam daftar keinginan yang ingin kupenuhi sebelum aku meninggalkan dunia ini.
Usiaku sudah sangat senja di hari tubuhku terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Seluruh anggota keluarga-besarku sudah berada di sisiku, menenangkanku ketika ajal
menjemput sewaktu-waktu.
Aku punya 2 anak: seorang putra dan seorang putri. Putriku tinggal di kota yang
sama denganku sehingga aku bisa bertemu dengannya kapan saja. Sedangkan putraku
bekerja-berkeluarga-tinggal di negeri yang jauh. Ia sungguh sibuk hingga aku sudah
merasa bersyukur hanya dengan mendengar suaranya lewat telepon di setiap akhir
pekan.
Di saat-saat akan kutinggalkan raga,
harapan terbesarku adalah masih sempat
melihat kehadiran putraku di ruangan
rumah sakit itu. Bagaimana pun, aku
sangat rindu padanya karena kami telah
tak bertemu selama 5 tahun. Seiring
detik, aku merasakan kelemahan fisik
yang semakin parah. Pada akhirnya aku
pun berpulang, dan itu terjadi sebelum
aku sempat melihat putraku untuk
terakhir kalinya.
Jiwaku yang terlepas dari raga se
makin jauh meninggalkan dunia fana. Saat aku sampai di tempat kujumpai malaikat,
malaikat itu berbicara denganku. Ia bertanya apa kah ada keinginanku yang belum
terpenuhi selagi hidup. Aku membenarkan dengan mengungkapkan keinginanku
bertemu dengan putraku. Tetapi ternyata keinginan ter akhir itu tak bisa terwujud.
Malaikat itu pun memperlihatkan kepadaku apa saja yang terjadi di jam-jam sebelum
aku meninggal. Dan aku pun terkejut.....
Beberapa jam yang lalu putraku tampak bergegas ke bandara ditemani sang istri
yang asli orang Belanda. Di bandara Negeri Tulip itu, penerbangan menuju Indonesia
mengalami delay selama sejam dikarenakan suatu alasan. Rasanya aku ada di sana,
dengan seorang malaikat yang mendampingiku. Kucoba menyerukan nama putraku
dan istrinya, namun mereka tak bisa mendengarku. Setelah yang kedua, aku tak ber
seru-seru lagi untuk ketiga kalinya. Aku tahu, di duniaku yang sekarang aku hanya
seolah-olah ada di hadapan putraku.
Aku melihat putra dan menantuku duduk dengan gelisah di kursi pesawat dalam
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
28
perjalanan menuju negriku. Sesampainya di bandara ibukota, ia mencari taxi untuk
menuju rumah sakit di mana aku yang masih hidup sedang berbaring. Ketika ia duduk
di kursi penumpang, dapat kudengar putraku memintaku untuk bertahan sedikit lebih
lama hingga ia tiba. Memasuki lalu lintas ibukota negara yang keras, putraku tak luput
dari kemacetan. Karena taxi sampai berhenti nyaris tanpa bisa bergerak, putraku meng
gandeng istrinya dan berlari menyusuri jalanan. Jarak dari taxi berhenti ke rumah sakit
terbilang jauh, apalagi ditempuh dengan langkah kaki. Sementara itu di ruangan aku di
rawat, aku semakin lemas. Beberapa detik kemudian aku menutup mata. Aku me
nyesal atau menyayangkan kedatangan putraku pada lima menit berikutnya. Ketika ia
melihatku, aku sudah tiada. Ia pun menangis lepas, membuatku yang menyaksikannya
juga ikut meneteskan air mata.
Malaikat di sampingku memberitahuku, bahwa sebenarnya atau seharusnya, aku
punya lima menit terakhir untuk melihat putraku di ruang rumah sakit itu. Mengapa
hal itu tak terjadi? Karena aku telah kehilangan lima menitku yang berharga oleh
karena kesalahanku sendiri di masa lampau. Dan itu semua disebabkan oleh sebatang
rokok. Sewaktu aku muda, aku adalah pemuda yang bersih dari rokok. Dulu aku
pernah menghisap habis 1 batang rokok yang merupakan satu-satunya rokok yang ku
sentuh seumur hidupku. Aku tak merasa cocok dengan rokok, sehingga aku tak me
lanjutkan kegiatan itu lagi. Tapi tak kusangka rokok satu-satunya itu - yang hanya
selinting kecil – justru perenggut waktuku yang berharga. Katanya setiap menghisap
sebatang rokok, usia akan berkurang 5 menit.
Mendengar penjelasan malaikat itu, aku hanya dapat menggeleng kuat-kuat disertai
cucuran air mata yang tak ragu mengaliri kedua pipiku. Siapa sangka, hanya gara-gara
sebatang rokok yang mencuri 5 menitku itu, aku jadi tak berkesempatan melihat putra
ku untuk yang terakhir kali. Aku merasa menyesal. Bukan hanya karena tak sempat
melihat kehadiran putraku, namun juga karena segala perjuangan putraku untuk
menemuiku di rumah sakit jadi tak berbuah. Andai aku punya 5 menit lagi, andai bisa
kuulang waktu....
Note: wawasan tentang ‘usia yang berkurang 5 menit setiap menghisap sebatang
rokok’ saya tahu dari buku memoar “Mom, I’ll Come Again” yang ditulis oleh Hong
Young Nyeo. �
Jarak paling jauh antara masalah dengan solusi
hanyalah sejauh lutut dengan lantai. Orang
yang berlutut pada Tuhan bisa berdiri untuk
melakukan apapun !
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
29
Mengenal Orang Kudus
Santo Basilius Agung Uskup, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja.
Basilius Agung lahir pada tahun 329 di
Kaesarea, ibukota provinsi Kapadokia di Asia
Kecil. Ia berasal dari keluarga Kristen yang
saleh. Kedua orang tuanya yaitu Basilius Tua
dan Emmilia beserta neneknya - Makrina Tua
diakui dan dihormati pula oleh Gereja sebagai
orang kudus. Demikian pula Makrina Muda dan
kedua adiknya: Gregorius dari Nyssa dan Petrus
dari Sebaste.
Basilius dididik oleh ayahnya dan neneknya -
Makrina Tua. Pendidikan ini menumbuhkan
iman yang kokoh dan murni dalam dirinya. Basilius kemudian melanjutkan pendidikan
nya di Konstantinopel dan Athena. Di Athena ia menjalin persahabatan dengan
Gregorius dari Nazianze, teman kelasnya. Setelah menamatkan pendidikannya dengan
cemerlang, ia kembali ke Kaesarea dan menjadi pengajar retorika (ilmu pidato). Dalam
waktu singkat, namanya sudah dikenal luas, ia bangga atas prestasi ini dan kemasyhur
an namanya, dan senang mendengar pujian orang. Oleh karena itu, lama kelamaan ia
menjadi sombong dan cenderung mencari hormat duniawi. Namun atas pengaruh
kakaknya -Makrina Muda- dan kedua adiknya, ia mulai tertarik pada corak hidup
membiara. Ia lalu berhenti mengajar dan berangkat ke Mesir, Palestina, Syria dan
Mesopotamia untuk mempelajari corak hidup membiara. Sekembalinya dari perjalanan
itu, ia bersama adiknya -Petrus Sebaste membangun sebuah biara pertapaan di Pontus.
Di tempat itu ia bertapa dan menjalani suatu kehidupan yang keras bersama beberapa
orang rekannya. Aturan hidup membiara di Pontus mengikuti contoh dari Santo Pako-
mius dari Mesir. Kehidupan membiara yang dibangunnya merupakan bentuk kehidup
an membiara yang pertama di Asia Kecil. Oleh karena itu Basilius digelari sebagai
‘Bapa perintis hidup membiara di Gereja Timur’. Di Gereja Barat, pengaruh Basilius
dikenal melalui Santo Benediktus pendiri ordo Benediktin dan Abbas Biara Monte
Kasino.
Pada tahun 370, Basilius diangkat menjadi Uskup di Kaesarea, menggantikan
Uskup Eusebius. Ia dikenal sebagai seorang uskup yang berwatak tegas dan bersema
ngat. Kepandaian, kesucian dan kerendahan hatinya menjadikan dia seorang tokoh
panutan bagi umatnya dan uskup-uskup yang lain. Selain giat membela kebenaran
ajaran iman Kristiani terhadap serangan kaum Arian, Basilius juga memperhatikan
kepentingan umatnya, terutama mereka yang miskin dan melarat. Karya sosial yang
dirintisnya amat luas dan modern. Kaum kaya yang tidak mempedulikan sesamanya
yang miskin dan melarat dikecamnya habis-habisan. Ia membangun sebuah rumah
sakit (namanya : Basiliad ) untuk menampung orang-orang sakit yang miskin.
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
30
Untuk membela dan mempertahankan kebenaran ajaran iman kristiani terhadap
ajaran sesat Arianisme, Basilius menerbitkan banyak tulisan teologi. Kecuali itu, ia
juga menerbitkan buku-buku liturgi dengan berbagai pembaruan. Dari antara ribuan
surat yang ditulisnya, masih tersimpan 200 buah surat hingga kini. Dari surat-surat itu
kita dapat mengetahui kepribadian Basilius sebagai seorang yang mahir, pandai dan
beriman. Meskipun badannya amat kurus karena hidup tapa yang keras dan penyakit,
namun semangat pelayanannya tak pernah pudar. Ia pun tetap ramah dan rendah hati
kepada semua umat-Nya.
Basilius meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 379. Ia diberi gelar “Kudus” dan
dihormati sebagai pujangga Gereja. �
Just a joke...
KHOTBAH PUN BERANTAKAN Seorang pendeta membuat rencana khotbahnya hal pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Ia ingin memvisualisasikan penampakan Roh Kudus
yang seperti burung merpati. Lalu ia membeli burung merpati dan malamnya
ia berkata kepada anaknya yang berumur 6 tahun. “Besok pagi ayah mau
berkhotbah….., nanti pada saat ayah berkata “maka turunlah Roh Kudus seperti burung merpati”, kamu segera melepaskan burung itu ya”. Pada hari Minggu esoknya sang pendeta itu berkhotbah dengan penuh
semangat. Sampailah ia pada saat yang dinantikan ”...maka turunlah Roh Kudus seperti burung merpati”. Sambil tersenyum bapak pendeta menunggu anaknya melepas burung merpati itu ke dalam gedung gereja. Ternyata
nggak muncul-muncul juga si
burung merpati itu. Dengan lan-
tang lagi bapak pendeta berte-
riak, “….maka turunlah Roh Kudus seperti burung merpati” Tak disangka dari belakang
anaknya lari ke depan mimbar
sambil menangis meraung-raung
sambil berkata, “Ayaaaaah, Roh
Kudusnya di makan kucing…..”. �
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
31
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
32
Mengenal Sosok Romo Paroki St. Paulus - Sendangguwo
Marcelinus Moi, MSF Sebuah kisah….
Saya dilahirkan di Hoelea-Lembata pada tanggal 23 Maret 1979 sebagai anak ke
enam dari buah kasih Maksimus Aleu dan Susana Kewa. Di rumah saya dipanggil
dengan nama kecil Marmo sedangkan di biara saya lebih dikenal dengan panggilan
Marcel / Moi. Ketertarikan menjadi romo tumbuh sejak kecil dan awalnya tertarik
dengan romo paroki saat itu yang kalau ke stasi bisa naik motor, kadang - kadang naik
kuda, kalau sore hari sering ajak anak-anak pergi tembak burung; saya termasuk yang
sering ikut meski tak pernah rasakan hasil buruan romo he..he..he..
Selepas SMP di tahun 1995 saya ikut tes masuk seminari dan diterima, tetapi saya
memilih bersekolah di SMA biasa. Selama di SMA benih panggilan kembali bersemi,
akhirnya saya memutuskan masuk seminari Berthinianum di Salatiga (1998). Tahun
1999 saya diterima di Novisiat dan 21 Juli 2000 mengikrarkan kaul I di Banteng,
Yogyakarta. Saya menjalani masa TOP di Papua New Guinea (PNG) di tahun 2003-
2005, menjalani tahun khusus di Paroki St. Paulus - Kleco di tahun 2007-2008. Saya
mengikrarkan kaul kekal di gereja Banteng pada tanggal 21
Juli 2008. Menjalani tahun diakonat di Paroki St. Petrus -
Purwosari dan tanggal 21 Juli 2009 menerima tahbisan imam
di gereja Banteng oleh Mgr. Ign. Suharyo, Pr; dengan motto
tahbisan diambil dari 2Kor 6:4 “Dalam segala hal kami
adalah pelayan Allah”. Dasar dari motto tahbisan saya
adalah kegigihan Paulus dalam pelayanannya. Paulus mere-
fleksikan karya pelayanannya sebagai ambil bagian dalam
karya Allah yang adalah kasih. Karunia Allah yang tidak
boleh disia-siakan. Sebagai pelayan Allah yang tidak mem-
beri batu sandung an bagi orang lain, tetapi sebagai seorang
pelayan yang berjiwa misioner, kesiapsediaan untuk memberikan diri dalam situasi
apa pun bagi kemuliaan Allah. Warisan Paulus inilah yang menginspirasikan saya un-
tuk ambil bagian dalam menjawab undangan Allah, mengabdikan diri bagi Allah me-
lalui karya tarekat MSF. Saya menyadari sungguh bahwa proses untuk menuju keman-
tapan hati ini bukannya sekali jadi atau muncul secara tiba-tiba. Ini telah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang. Dan seperti Paulus, saya pun boleh mengatakan
bahwa proses ini adalah sebuah rahmat Allah sendiri.
Karya pastoral...
Saya memulai karya pastoral di Paroki St. Gabriel - Nunukan, Kalimantan Timur
(sekarang prop. Kalimantan Utara). Nunukan termasuk daerah perbatasan yang adalah
pintu masuk ke Tawau, Malaysia Timur. Paroki St. Gabriel - Nunukan memiliki
wilayah yang cukup luas, dengan 18 stasi dan terbagi dalam 3 pulau (Nunukan, Kali-
mantan, Sebatik), sehingga untuk sampai ke stasi-stasi terkadang harus melintasi laut
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
33
dan sungai, bahkan salah satu stasi harus ditempuh dengan pesa-
wat. Dengan kondisi geografis yang demikian maka untuk jalan
kaki 2-3 jam adalah hal biasa, terutama ketika mengunjungi stasi
-stasi yang berada di Pulau Sebatik. Di Pulau Sebatik ini juga
(separuh Indonesia, separuh Malaysia), kami melayani umat
yang tinggal di perkebunan kelapa sawit yang daerahnya masuk
wilayah Malaysia. Untuk masuk di wilayah Malaysia ini kami
tak perlu passport, tak perlu ijin alias kucing-kucingan. Sore be
rangkat, malam pulang, toh tidak ada yang patroli di tapal batas
ini. Bahkan sebagian warga yang tinggalnya di Indonesia tetapi
kerja di perkebunan Malaysia, pagi berangkat kerja, sore pulang. Ada 1 rumah umat
Katolik di daerah perbatasan yang ruang tamunya masuk Indonesia, dapurnya sudah
masuk Malaysia. Nunukan juga dikenal dengan daerah transit TKI. Sering kami juga
melayani umat Katolik yang ada di Malaysia (Tawau, Kinabalu, dll). Mayoritas umat
Katolik berasal dari daerah Flores, maka tidak mengherankan budaya timur sangat
mewarnai hidup menggereja di paroki ini. Misalnya, bila ada baptis, Komuni I atau
perkawinan, pasti ada pesta. Semalam suntuk orang akan menari, berjoget, dansa; ter-
kadang pastornya ikut juga.
Setelah 2 tahun di Nunukan, per 10 Juli 2011 saya pindah tugas ke Paroki St. Yosef
Pekerja - Juata Permai, Tarakan. Paroki ini baru diresmikan tanggal 10 Juli 2011 dan
menjadi paroki termuda (paroki ke 15) di Keuskupan Tanjung Selor. Paroki ini mem-
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
34
bawahi 4 stasi dan juga melayani para pekerja di perusahaan batubara. Meskipun jum-
lah stasinya sedikit tetapi tersebar di 4 kabupaten (Tarakan, Tanah Tidung, Bulungan
dan Nunukan). Hal menarik yang hidup di paroki ini adalah semangat kekeluargaan
dan gotong-royongnya. Secara finansial tidak menonjol, tetapi semangat umat untuk
kerja bakti di gereja luar biasa. Pembuatan parit, pagar gereja, lapangan volley, dibuat
sendiri oleh umat dengan gotong royong. Guyubnya umat juga terlihat ketika ada acara
bersama di gereja, misalnya ketika ulang tahun gereja, umat basis / lingkungan me
nyediakan sendiri makanan dan dibagi bersama, menjadi pesta rakyat.
Per 1 Agustus 2014, saya mendapat SK untuk berkarya di Paroki St. Paulus Sen-
dangguwo. Ini merupakan pengalaman pertama berkarya di KAS. Situasi yang ber-
beda dengan pengalaman menjalani 5 tahun berpastoral di Keuskupan Tanjung Selor.
Maka yang saya tanamkan dalam diriku saat ini adalah terus belajar dengan dinamika
dan gaya berpastoral di KAS. Kurang lebih 5 bulan di KAS khususnya di Paroki St.
Paulus - Sendangguwo, perlahan saya mulai belajar mengikuti arah pastoral KAS yang
bagiku sungguh dinamis. Paroki ini menurut saya sangat hidup, dinamis dan bagiku
adalah lahan karya pastoral pertama bagi saya yang “pas” untuk belajar arah pastoral
di KAS. Saya merasa senang dan gembira berada di tempat yang baru ini, dan akan ber
usaha membangun semangat sukacita dalam pelayan dan membangun kerjasama yang
baik dengan rekan imam yang lain serta dengan umat. Saya yakin dan percaya, ke
gembiraan dan ketulusan dalam melayani menjadikan hidupku berkat bagi umat mau
pun komunitasku. �
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
35
Kenangan Lingkungan St. Antonius - Plamongan Indah
ZIARAH KE SENDANG SRININGSIH
Bulan Oktober sangat efektif untuk perjumpaan antar umat lingkungan dalam doa
rosario bersama. Seperti tahun-tahun sebelumnya, umat Lingkungan St. Antonius -
Wilayah Alexandria - Plamongan Indah, menutup bulan Rosario dengan menyelengga-
rakan ziarah. Kali ini kami sepakat ziarah ke Sendang Sriningsih dan Candi Hati
Kudus Yesus - Ganjuran.
Minggu, 16 November 2014 kurang lebih pukul 06.30 kami berangkat meninggal-
kan perumahan Plamongan Indah dengan hati penuh syukur karena selama bulan
Rosario kami semua telah berdevosi bersama, walaupun rata-rata kehadiran umat di
setiap acara devosi kurang dari 50 %. Kurang lebih 4 jam perjalanan kami tempuh
dengan sebuah bus kecil. Pukul 11.00 kami tiba di Sendang Sriningsih. Sekalipun
musim hujan telah tiba, suasana gersang dan panas di lereng perbukitan itu masih sa
ngat kami rasakan. Suasana panas terik ditambah dengan pemandangan pepohonan
yang meranggas kering melengkapi nuansa panas dan gersangnya siang itu. Namun
sekalipun panas serasa membakar tubuh, tidak mengurangi semangat rombongan kami
untuk menapak bersama, naik perbukitan sambil doa jalan salib. Dengan sedikit ngos-
ngosan (maklum kami semua rata-rata over sek, alias di atas seket tahun), kami
menikmati setiap anak tangga dalam jalan salib. Kami membayangkan, bahwa gerah
yang kami alami saat ini tak sebanding dengan gerahnya Yesus pada saat menjalani
hukuman, memanggul salib naik ke bukit Golgota.
Pemberhentian demi pemberhentian kami jalani, akhirnya kami sampai pada pun-
cak dan mengakhiri renungan jalan salib. Sungguh sebuah karya Tuhan yang agung, di
atas perbukitan yang tandus dan gersang tumbuh dua pohon beringin besar yang rin-
dang dan sejuk, menyejukkan hati setiap orang yang berdoa di depan patung Bunda
Maria. Air yang tidak pernah habis mengalir, menyegarkan dan meciptakan hawa se-
juk di sekitarnya. Ya, itulah gambaran Sendang Sriningsih, sekalipun musim kemarau,
yang menjadikan kering di dasar
perbukitan itu, namun di puncak
bukit di mana patung Bunda Ma
ria berada, kesejukan dapat di
rasakan terus menerus tanpa hen
ti, maka tak heran setiap saat ter
lebih bulan Mei dan Oktober,
banyak umat yang berdoa dan
ziarah di Sendang Sriningsih ini.
Tak terasa arlojiku sudah
menunjukkan pukul 13.45, saat
kami harus turun bukit menerus
kan perjalanan yang sudah kami
rencanakan, yaitu ke Candi Hati
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
36
Kudus Yesus - Ganjuran. Didukung dengan kelancaran perjalanan, hanya dalam waktu
kurang lebih 1 jam kami sudah sampai di lokasi. Sambil melepas lelah terlebih dahulu
sebelum berdoa, anggota rombongan melaksanakan aktivitas masing-masing: ada yang
tiduran, ada yang langsung mandi, ada yang sekedar jalan-jalan sambil melepaskan
lelah. Sore itu tidak banyak umat yang datang ke lokasi ziarah. Kami berdoa secara
pribadi di depan Candi Hati Kudus Yesus, kemudian ada yang meneruskan ke ruang
Adorasi Sakramen Maha Kudus.
Tepat pukul 16.00, bersama umat lainnya, kami mengikuti perayaan Ekaristi di
gereja mengakhiri kegiatan ziarah ini. Kali ini dalam Ekaristi tidak ada homili, karena
dibacakan Surat Gembala Bapa Uskup Agung Semarang terkait persiapan Tahun Pang
gilan 2015. Hanya satu tawaran yang dilontarkan oleh Imam, maukah kita menanggapi
ajakan Bapa Uskup bagi keluarga untuk mempersiapkan anaknya menanggapi panggil
an menjadi Imam, bruder, suster. Atau bagi kaum muda untuk berani menyerahkan
dirinya menanggapi panggilan suci ini. Sebagian besar umat menanggapinya dengan
senyuman manis saja.
Perayaan Ekaristi selesai kurang lebih pukul 17.15, hujan deras menemani kami
semua menuju bus, dan perjalanan pun dimulai untuk pulang ke Semarang. Terima
kasih Bunda Maria, dan Hati Kudus Putramu. �
( Jodi )
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
37
RAHISA RAHISA RAHISA RAHISA (ziaRAH wISAta)
oleh : Priska Yohanita
Bulan Mei dan Oktober merupakan bulan untuk melaksanakan devosi (penghor
matan) kepada Bunda Maria. Selain doa Rosario, salah satu devosi yang kita kenal
adalah dengan mengadakan /mengikuti ziarah ke Gua Maria.
Umat Lingkungan St. Fransiskus Xaverius - Wilayah Antiokhia, dalam bulan Okto-
ber tahun ini juga ingin melakukan ziarah dan berdevosi ke Gua Maria Puh Sarang,
Kediri dibawah pimpinan Bp. FX. Kasiman, yang diselenggarakan Sabtu-Minggu, 25-
26 Oktober 2014.
Sabtu, pukul 07.00 rombongan berangkat dari Semarang menuju Kediri mengguna-
kan bus ‘Semeru’ dengan jumlah peserta 23 orang, yang terdiri dari 18 orang umat
Lingkungan St. Fransiskus Xaverius dan 5 orang dari luar lingkungan, diawali dengan
berdoa bersama yang dipimpin oleh mbak Unik. Di tengah perjalanan kami berdoa
Rosario bersama, dipimpin oleh Bp. YB. Suwoto, peserta dari lingkungan St. Petrus
sekaligus Ketua Wilayah Antiokhia. Pukul 16.00 kami sampai di Hotel Bismo tempat
kami menginap. Setelah istirahat dan mandi, kami jalan-jalan bersama di sekitar hotel,
menelusuri alun-alun Kediri, ke Mall dan tak lupa juga untuk membeli oleh-oleh khas
Kediri.
Sekitar jam 19.30 kami menikmati makan malam dengan berbagai macam menu di
alun-alun Kediri. Setelah makan malam, rencananya akan melakukan ibadat malam
bersama di hotel, tetapi karena tidak adanya tempat yang memungkinkan untuk mela-
kukan ibadat malam di hotel, maka acara diisi dengan acara bebas. Sebagian peserta
ziarah memilih untuk tidur, dan sebagian lagi memilih untuk berjalan-jalan di sekitar
hotel.
Hari Minggu pagi, sehabis mandi pagi kami dapat menikmati udara yang sejuk di
Kota Kediri. Tidak seperti di Semarang, walaupun pagi hari terasa gerah. Untuk meng
isi waktu sebelum sarapan, banyak yang ngobrol “ngalor-ngidul”. Setelah makanan
siap, kami pun sarapan bersama berupa nasi goreng, soto dan segelas teh / kopi.
Kira-kira pukul 08.30 kami semua
telah berkumpul di bus dan berdoa
dipimpin oleh Ketua Panitia Bp. FX.
Kasiman untuk kemudian menuju
Puh Sarang. Setelah menempuh per-
jalanan sekitar 30 menit, sampailah
kami di Gereja Santa Maria Puh
Sarang yang terkesan kuno dan antik.
Gereja yang berada di kaki gunung
Wilis, tepatnya, di Desa Puh Sarang,
Kecamatan Semen, Kabupaten
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
38
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
39
Kediri, Jawa Timur ini memang mempunyai daya tarik tersendiri dibanding gereja-
gereja yang lain. Betapa tidak, tempat ziarah yang elok dan indah itu tidak hanya seba-
gai tempat ziarah tetapi juga tempat wisata. Disana terdapat Gua Maria ‘Lourdes’ den-
gan patung Bunda Maria yang tingginya mencapai 3,5 meter yang dibangun tahun
1999, mirip dengan yang ada di Gua Maria Lourdes, Perancis. Ketertarikan para pe-
ziarah maupun pengunjung Puh Sarang, tak hanya tertuju pada gereja tua maupun Gua
Marianya, namun juga tertuju pada replika Jalan Salib, serta pondok Rosario. Berbeda
dengan Jalan Salib yang ada di dalam gereja-gereja, Jalan Salib di Puh Sarang dibuat
seperti Jalan Salib yang ada di Lourdes, dengan patung-patung sebesar manusia, jum-
lahnya ada sekitar 100 buah. Seperti halnya Jalan Salib yang ada di Lourdes, maka
Jalan Salib yang ada di Puh Sarang memiliki stasi ke-15 yang menggambarkan
Makam Kosong. Sambil menikmati keindahan replika Jalan Salib yang bagaikan ber-
lapis emas itu, kami semua melaksanakan doa jalan salib untuk merenungkan sengsara
dan wafat Tuhan Yesus Sang Juru Selamat kita. Dengan demikian kami tidak hanya
takjub terhadap karya manusia, tetapi juga takjub akan karya penyelamatan dan kasih
Allah yang mahabesar dalam menebus umat manusia, dengan mengurbankan Putera-
Nya sendiri.
Selesai doa Jalan Salib, kami menuju ke gereja untuk mengikuti misa pukul 11.00
bersama umat katolik Puh Sarang. Misa menggunakan bahasa Jawa termasuk lagu-
lagunya. Dalam homili, Romo berpesan
agar cinta kita kepada Tuhan harus total, se
perti Tuhan sendiri telah mencintai kita
secara total pula karena Tuhan sudah me
ngurbankan diri-Nya sendiri untuk menebus
dosa kita. Lewat bulan Rosario ini kita juga
diajarkan untuk berani berserah, pasrah
pada kehendak Tuhan yang pasti selalu ter
baik buat kita. Seperti Bunda Maria yang
berkata “jadilah padaku, menurut yang Kau
kehendaki”, kita pun juga harus semakin
percaya bahwa Tuhan pasti sudah memiliki rencana yang terbaik buat kita. Selesai
misa, kami sempat berdoa di Gua Maria kecil di samping gereja.
Setelah acara selesai, rombongan pun pulang ke Semarang sambil mencari oleh-
oleh sekaligus menikmati santap malam di Sragen. Akhirnya kami tiba di rumah
masing-masing sekitar pukul 00.45.
Semoga acara ziarah ini dapat semakin meningkatkan keimanan kita kepada Tuhan
dengan meneladan Bunda Maria dan berdoa Rosario di bulan Oktober ini. Semoga kita
juga semakin mendalami arti dari sikap kepasrahan yang dimiliki Bunda Maria terha-
dap rencana Tuhan, sehingga hidup kita dapat semakin terarah pada kehendak Tuhan
yang pasti selalu yang terbaik buat kita umatnya yang setia.
Terima kasih juga pada panitia ziarah Lingkungan St. Fransiskus Xaverius yang
telah bekerjasama dengan baik sehingga kegiatan ziarah ke Gua Maria Puh Sarang
tahun ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar serta selamat. �
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
40
Rekoleksi Prodiakon Pertapaan Rowoseneng, 20 - 21 September 2014
Belum lama ini para prodiakon Paroki St. Paulus - Sendangguwo mengadakan
kegiatan rekoleksi dengan mengambil tempat di Pertapaan Rawaseneng Temanggung.
Agenda yang seharusnya berjalan pada bulan Agustus itu baru dapat terlaksana pada
tanggal 20 - 21 September 2014, dan diikuti oleh 81 peserta dari 112 anggotanya.
Program rekoleksi ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan penyegaran
iman bagi para prodiakon yang bermuara pada harapan dapat memberikan dampak
yang signifikan pada kinerja maupun pelayanan mereka.
Rm. Marcelinus Moi, MSF (Rm. Moi) selaku
pembimbing rekoleksi, pada hari pertama mengajak
peserta untuk berdiskusi kelompok dengan meng
ambil topik bahasan mengenai “ Makna Tugas dan
Spiritualitas Seorang Prodiakon Paroki” serta
simulasi peserta sebagai pengurus paguyuban (Tim
Kerja) prodiakon dalam gagasan meningkatkan
kualitas pelayanan para anggotanya.
Hari kedua, setelah mengikuti ibadat pagi ber
sama para rahib Rowoseneng dan sarapan pagi, Rm. Moi memaparkan tentang hakikat
seorang prodiakon, dan mengibaratkan seorang prodiakon bagai sebuah pensil yang
harus selalu mengasah diri kembali agar menjadi
runcing melalui segala pengalaman hidupnya baik
susah maupun senang selama dalam pelayanan
nya. Dalam kesempatan ini juga diberikan
beberapa kasus praktis terkait penugasan seorang
prodiakon, juga beberapa permasalahan yang
dapat menjadi batu sandungan. Setelah sesi reflek
si pribadi, rekoleksi ditutup dengan perayaan
Ekaristi yang dipersembahkan oleh Rm. Kus dan
Rm. Moi.
Panitia rekoleksi mengucapkan banyak terimakasih kepada Rm. Sadana yang telah
menyetujui proposal program ini, juga para donatur yang secara spontan memberikan
sumbangsih demi lancarnya acara.
Semoga rekoleksi ini mampu mendorong
para prodiakon untuk melayani lebih baik lagi.
Berkah Dalem Gusti. �
disarikan dari LPJ Tim Kerja Prodiakon, Rekoleksi 2014
Yoseph Wibisono
Sekretaris Tim
Jangan lelah bekerja di ladang Tuhan
Serius menyimak
Perayaan Ekaristi
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
41
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
42
Pesta Kencana 50 th. Imamat
Rm. Ignatius Wignyosumarta, MSF ( 25 Juli 1964 - 25 Juli 2014 )
Minggu, 10 Agustus 2014 sore hari pukul 17.30, diselenggarakan Misa Syukur
Pesta Kencana 50 th. Imamat Romo Ignatius Wignyasumarto MSF, seorang romo
yang begitu dekat dan kita kenal bersama, pernah menggembala umat di Paroki Santo
Paulus - Sendangguwo dan di usia senjanya masih berkarya sebagai pastor rekan di
gereja yang sama. Suasana gembira dan syukur dari banyak umat yang hadir saat
prosesi perarakan para imam dan petugas liturgi memasuki ruang gereja. Diantara para
romo konselebran, tampak Romo Vika
ris Jendral KAS Rm. FX Sukendar, Pr
mewakili Bapa Uskup yang tidak
dapat ikut mempersembahkan misa
karena kondisi kesehatan beliau yang
kurang baik.
Gratia Dei sum id quod sum.(Berkat
Rahmat Allah aku menjadi seperti ada
ku sekarang). Motto tahbisan imam
yang dipakai oleh romo Wignya me
nunjukkan ketaatan dan serah diri
penuh kepada rencana Allah yang
membentuk, menempa dan mem
bimbing perjalanan hidup, pelayanan dan kesetiaan panggilan pria kelahiran Surakarta
76 tahun yang lalu ini. Romo yang semasa kecil akrab dipanggil dengan nama Warsito
ini juga dikenal memiliki pribadi yang halus, sabar, teliti, tulus, penuh kesungguhan
dan mudah bersaudara.
Setelah berkat pengutusan, Romo Wignya berjalan menuju ke depan gereja di
dampingi oleh Rm. Prasetyanta untuk menerima ucapan selamat dari umat yang telah
tak sabar menunggu. Secara bergantian, antri, umat bersalaman dengan romo Wig
yang nampak tersenyum ceria, bahkan be
berapa mengajak foto selfie. Umat juga
memperoleh oleh-oleh roti yang telah
disediakan cukup oleh panitia perayaan.
Di depan bangsal terdapat panggung
yang digunakan untuk acara hiburan
yang antara lain dibawakan oleh murid-
murid dari SDK Sang Timur. Tampak
hadir dalam deret kursi tamu undangan,
Bapa Uskup Mgr. J Pujasumarta, Romo
Vikep Rm. Ag. Luhur Pribadi Pr, para
Tiup Lilin Ulangtahun
Potong kuenya....
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
43
romo MSF, Bruder dan Suster dari beberapa ordo
yang ada di Semarang. Yang istimewa pada saat itu
ternyata Rm. MC Sadana, MSF dan Rm B
Prasetyanta, MSF juga berulangtahun, sehingga
ketiganya didaulat naik ke panggung bersama dan
berdoa “make a wish” serta tiup lilin ulangtahun.
Kemudian bersama-sama memotong kue ulang
tahun. Potongan kue diberikan kepada Bapa Uskup
yang kemudian diberikan kepada Rm. Marcelinus
Moi, MSF, romo termuda yang sekarang bertugas di gereja kita. Pada kesempatan itu
Rm. Wig juga berkenan memberikan tanda asih kepada karyawan dan karyawati
gereja.
Acara di akhiri dengan foto bersama dan
makan malam serta ramah tamah.
Proficiat Romo. �
Tanda asih untuk karyawan gereja
Foto bersama
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
44
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
45
Catatan seorang petugas tatib :
Gerejaku Yang Selalu Luber .... oleh :Ch.S.Kitri, umat paroki St. Paulus
Seorang petugas tatib gereja St. Paulus kita, merasa bahwa salah satu peran tatib
adalah sebagai “penerima tamu” dalam acara misa / Ekaristi hari Minggu di gereja.
Tidak hanya sekedar bertugas, bersamir dan sebagai pemungut kolekte, lalu setelah
misa, ikut sibuk bersaksi dan menghitung duit kolekte di ruang bendahara. Sebagai
seorang “penerima tamu” yang baik, ia mematut diri untuk ramah tamah, wajah ter
senyum dan ringan hati mempersilakan dan mengantar tamu (umat) ke tempat duduk
yang masih kosong. Membantu tata tertib,
baik sebelum misa, saat homili, antrian
saat komuni, sampai saat “ite misa
est” (pengutusan).
Sebagai petugas tatib, berpeluang meng
amati suasana minggu di gereja, termasuk
umat yang selalu ‘luber’ di luar gereja.
Dan untuk sumbangan ke gereja, saya coba
omong-omong santai tentang visi umat ke
gereja.
Omong-omong dengan keluarga pertama. Mereka selalu ke gereja, cukup wak
tu, tak terlambat dan langsung ambil bangku plastik yang tersedia, lalu duduk jauh di
luar gereja, meskipun jelas di dalam gereja masih banyak tempat kosong. Tak peduli
homili romo terdengar jelas atau tidak. Keluarga ini berkomentar ringan; di dalam
gereja sumuk, bangkunya sesak, AC “nggak ngaruh”. (bisa-bisa memang bener juga
nih..... ). Keluarga pertama ini, memahami bahwa orang katolik wajib ke gereja, tetapi
mereka ke gereja lebih karena rikuh pada pamong lingkungan / tetangga, nggak enak
kepada boss kantor yang katolik juga.
Keluarga kedua, selalu rajin ke gereja setiap minggu. Masih suka terlambat
datang, pulang buru-buru. Datang, duduk, homili, kolekte, komuni, dan berkat diikuti
dengan standar. Kadang sedikit ngalamun, kalau khotbahnya ekstra panjang. Keluarga
ini memahami bahwa minggu ke gereja adalah kewajiban standar orang katolik.
Keluarga ketiga, selalu rajin ke gereja. Datang tepat waktu, sehingga selalu dapat
tempat duduk yang tetap di gereja. Datang full team, komplit sekeluarga bersama.
Pakaian yang rapi dan mengekspresikan rasa hormat. Kadang bawa buku teks homili,
yang mungkin sudah nyicil dibaca di rumah. Keluarga ketiga ini, memahami bahwa
misa sebagai karunia diundang ke perjamuan Tuhan.
Dari tiga keluarga tersebut, mana yang terbaik? Ketiganya adalah termasuk orang
katolik yang baik. Tetapi, tentu saja yang terbaik adalah keluarga yang ketiga. Lalu
apa yang membedakan ketiga keluarga tersebut? Bedanya adalah visi, pandangan,
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
46
pemahaman mereka yang berbeda tentang misa. Sepintas perbedaan visi tersebut tidak
berpengaruh. Tetapi kalau kita lihat sikap perilaku mereka: ketulusan sikap, tanggapan
terhadap rangkaian acara Misa, kekhusukan berdoa sangat berbeda. Ada intensitas
perhatian yang berbeda. Perbedaan sikap batin yang signifikan. Keluarga pertama,
ketika berdoa, sekedar berguman saja, nggak bawa buku PS dan buku teks apapun.
Buka bekal makanan kecil untuk balitanya. Pakaian dan gayanya seperti hendak pari
wisata saja. Keluarga kedua, ambil teks misa, kadang cuma buat kipas-kipas saja.
Salam damai diucapkan dingin, tanpa senyum. Berdoa full, komplit, sambil masih
malu-malu lihat HP, lihat sms mungkin. Keluarga ketiga selalu berupaya masuk di
gereja, sessi konsekrasi sampai komuni menjadi puncak tujuan kehadiran mereka di
gereja. (Saya pernah baca di FB-nya, menulis: “sudah seminggu saya keluar kota,
berarti sudah seminggu saya tak ikut misa harian ...
rindu aku”. Nggak ketemu seminggu saja sudah
rindu ..... He..he.. )
Sebagi penutup, ada catatan kecil untuk Dewan
Paroki; jika umat gereja St. Paulus kita selalu tum
pah keluar, mungkin bukan semata masalah teknis:
kapasitas, udara sumuk, AC, bangku sesak dan lain-
lain. Jangan-jangan, ini signal bahwa perlu juga peningkatan pemahaman umat tentang
misa?
Selamat Natal, saudaraku separoki. �
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
47
BERDONOR DARAH
BISA MENYEHATKAN TUBUH Maria Antonia Sampyuh
Banyak orang yang berniat mendonorkan darah
salah satu alasannya adalah membantu korban bencana
atau pasien dengan penyakit tertentu. Dengan mendonor
kan darahnya, pendonor telah membantu dan menye-
lamatkan mereka yang membutuhkan bantuan darah.
Namun langkah untuk melakukan donor darah kadang
terhenti karena muncul sejumlah kekhawatiran yang
mengatakan bahwa donor darah bisa menjadikan tubuh
gemuk; ini pendapat yang tidak benar. Kegemukan ter
utama disebabkan karena jumlah kalori yang masuk
lebih banyak dari yang dikeluarkan. “Jadi, tidak ada
kaitannya dengan donor darah. Setelah mendonorkan
darah sangat disarankan untuk makan minimal empat jam sesudahnya, dengan tujuan
agar tubuh pendonor bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan volume darah.
Anggapan yang menyatakan mendonorkan darah bisa membuat kita menjadi lemas
juga salah. Saat kita mendonorkan darah, maka tubuh akan bereaksi langsung dengan
membuat penggantinya. Jadi, kita tidak akan mengalami kekurangan darah.
Selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, manfaat donor darah
bagi kesehatan antara lain :
• Menjaga kesehatan jantung
Tingginya kadar zat besi dalam darah akan membuat seseorang menjadi le-
bih rentan terhadap penyakit jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam da-
rah bisa menyebabkan oksidasi kolesterol. Produk oksidasi tersebut akan me
numpuk pada dinding arteri dan ini sama dengan memperbesar peluang terke
na serangan jantung dan stroke. Saat kita rutin mendonorkan darah maka jum
lah zat besi dalam darah bisa lebih stabil. Ini artinya menurunksn risiko pe
nyakit jantung.
• Meningkatkan produksi sel darah merah.
Donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah
dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena
sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yg hi-
lang. Hasilnya, sebagai pendonor kita akan mendapatkan pasokan darah baru
setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi
langkah yang baik untuk menstimulasi pembuatan darah baru.
• Membantu penurunan berat badan Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
48
yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 450 ml darah, akan memban
tu proses pembakaran kalori kira-kira 650 kal., itu adalah kalori yang cukup
banyak untuk membuat pinggang kita ramping.
• Mendapatkan kesehatan psikologis
Menyumbangkan sesuatu yang tidak ternilai harganya kepada yang membu-
tuhkan akan membuat kita merasakan kepuasan psikologis. Sebuah peneliti
an menemukan bahwa orang usia lanjut yang rutin menjadi pendonor darah
akan merasakan tetap berenergi dan bugar.
• Mendeteksi penyakit serius
Setiap kali kita ingin mendonorkan darah, prosedur standarnya adalah darah
hasil donor kita akan diperiksa dari berbagai penyakit seperti HIV, Hepatitis
B, Hepatitis C, Sifilis dan Malaria. Bagi yang menerima donor darah, ini
adalah informasi penting untuk mengantisipasi penularan penyakit melalui
transfusi darah. Sedangkan untuk kita, ini adalah “rambu peringatan” yang
baik agar kita lebih perhatian terhadap kondisi kesehatan sendiri.
Kegiatan Donor Darah di Paroki St. Paulus - Sendangguwo
Berdasarkan himbauan dari Kevikepan Semarang tahun 1998 bahwa Sie Kesehatan
paroki waktu itu, supaya mengadakan kegiatan sosial, salah satunya aksi donor darah
untuk membantu penyediaan darah di PMI, maka Sie Kesehatan Paroki Santo Paulus
mulai tahun 2000 mengadakan kegiatan tersebut di atas setiap 3 bulan sekali, sehingga
beberapa kali mendapatkan penghargaan dari PMI sebagai paroki yang aktif mengada-
kan kegiatan donor darah,
Dari tahun ke tahun paroki kita mengadakan kegiatan donor darah, namun peserta
hanya sekitar 30-50 orang, padahal jumlah umatnya semakin bertambah tetapi peminat
donor belum bisa meningkat. Maka kami dari Tim Kerja Sosial Kesehatan mengajak
umat untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan donor darah; yaitu setelah menginjak
usia 18 tahun, cobalah untuk membiasakan diri mendonorkan darah setiap 3 bulan
sekali. Tidak hanya akan memberikan perasaan yang senang karena dapat membantu
sesama, namun bermanfaat positif bagi kesehatan tubuh kita sendiri. Dan usia maksi-
mal untuk melakukan donor darah adalah usia 60 tahun. Jadi jangan tunggu lama lagi.
Ayoooo…saatnya donor darah. �
Menjelang Natal, seorang hakim yang hatinya bersuka cita, bertanya
pada seorang napi, "Kamu ditangkap atas tuduhan apa?"
Napi itu menjawab, "Karena belanja kebutuhan menjelang Natal."
Hakim itu segera berkata, "Wah...kalo itu sih bukan pelanggaran. Jam
berapa sih kamu belanja?"
Napi itu dengan kalemnya menjawab, "Sebelum toko itu buka, Pak!"
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
49
Jalan Sehat Menyambut HUT RI ke 69 Umat Wilayah Damsyik
100 % Katolik dan 100 % Indonesia
Saling Berbagi Berkat untuk Sesama
Minggu pagi 10 Agustus 2014, waktu menunjukkan pukul 05.30, cuaca cerah dan
udara segar. Di depan dan di sekitar Gedung Serba Guna, tampak ibu-ibu dan bapak-
bapak pengurus wilayah serta pengurus gedung sedang membersihkan, mempersiap-
kan suatu acara yang tidak seperti biasa dan belum pernah diadakan, yaitu jalan sehat
bersama umat se-Wilayah Damsyik.
Setelah semua persiapan untuk acara
selesai, tampak peserta jalan sehat, yaitu
bapak, ibu, anak, remaja, lansia bahkan
ada juga peserta yang paling sepuh - ibu
Budi Sarwoko yang telah berusia 83
tahun, umat dari Lingkungan Gregorius
Nazianze (dahulu Gregorius Agung 5) -
mulai berdatangan sambil menjinjing
kantong plastik, bungkusan, baskom,
termos minum dan lain-lain, yang berisi
makanan, jajanan, minuman dan juga
aneka Doorprize, yang kemudian dikum-
pulkan di meja besar untuk acara pesta
umat “Saling Berbagi Berkah Bersama”.
Tepat pukul 06.30 acara jalan sehat dimulai, diawali dengan doa oleh Ketua Ling-
kungan Sta. Klara - bapak Brotocahyono, dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua
Wilayah Damsyik, bapak FX Rudy Santosa.
Dalam sambutannya, Ketua Wilayah me
nyebutkan bahwa tujuan acara jalan sehat ini
selain menyambut HUT Kemerdekaan RI ke
69, juga agar seluruh umat dapat mengetahui
lokasi, daerah-daerah dan lingkungan - ling
kungan yang ada di wilayah Damsyik, serta
saling berbagi berkah dalam pesta umat, men-
jalin keakraban, kekeluargaan, lebih sehat
jasmani dan rohani untuk lebih semangat
dalam pelayanan. Acara ini juga dimaksud-
kan untuk memotivasi umat di wilayah Damsyik untuk menjadi 100 % Katolik dan
100 % Indonesia.
Peserta sangat bersemangat dan senang, saling bertegur sapa, gembira bersama dan
berjalan keliling di komplek perumahan-perumahan: perumahan Graha Mukti, pe-
rumahan Graha Mutiara, perumahan Griya Syuhada Permai, perumahan Tlogo Biru,
perumahan Tlogo Timun dan perumahan penduduk asli jalan Syuhada dengan dipandu
berbagi berkah dalam pesta umat
jalan keliling perumahan
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
50
oleh para ketua lingkungan secara estafet, sesuai
dengan daerah dan rute yang dilewati peserta
jalan sehat.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul
07.55, seluruh peserta finish dan masuk ke
Gedung Serba Guna untuk acara selanjutnya,
yaitu pesta umat, saling berbagi berkat, pembagi
an doorprize dan acara lainnya.
Untuk mendukung kesehatan jasmani seluruh
peserta jalan sehat, berpartisipasi pula team ke
sehatan pijat refleksi yang begitu setia melayani
umat yang membutuhkan setelah melaksanakan
perjalanan cukup jauh. Peserta dilayani oleh 4
orang anggota team kesehatan hingga pukul
11.00, yang juga merupakan waktu selesainya
seluruh rangkaian acara jalan sehat. �
FX Rudi Santosa
Ketua Wilayah Damsyik - Graha Mukti
para peserta lansia
pijat refleksi
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
51
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
52
MEMUJI DAN MEMULIAKAN NAMA TUHAN
DALAM PADUAN SUARA
Bapak , Ibu terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Ketika kita mendengar sebuah lagu dinyanyikan dengan merdu dan syahdu oleh
kelompok Paduan Suara, rasanya senang ya…,apalagi jika lagu itu ditujukan untuk
memuji Tuhan dalam suatu ibadah Perayaan Ekaristi di gereja, bisa menambah khusuk
suasana ibadah.
Di penghujung tahun seperti pada bulan November-Desember saat ini, biasanya
umat disibukkan dengan persiapan menjelang Natal (masa advent), terlebih bagi ling-
kungan atau wilayah yang mendapat tugas koor di paroki, pasti sedang mempersiap-
kan diri agar dapat tampil dengan prima. Salah satunya adalah dengan berlatih ber
nyanyi bersama, karena memang kegiatan ini butuh waktu persiapan yang cukup lama
sebelum dipresentasikan. Frekuensi latihan pun semakin padat, teks lagu juga semakin
banyak tentunya.
Mungkin di antara kita yang terlibat dalam kelompok Paduan Suara bisa merasa-
kan, bahwa bukan sekedar berlatih bernyanyi bersama saja, tetapi lebih dari itu... ada
suatu persekutuan yang hangat di antara anggotanya. Kita bisa mengenal lebih banyak
Anak-anak Tuhan dalam suatu lingkungan maupun wilayah, atau malah antar lingkun-
gan dalam Koor Gabungan yang dibentuk oleh paroki. Ada keakraban terjalin di antara
anggotanya, ada rasa saling percaya, saling menghargai pendapat, menjalin komuni-
kasi yang terbuka. Setiap ide atau pemikiran untuk mengembangkan kelompok bisa
didiskusikan bersama. Yang jelas, bisa memadukan berbagai suara seperti Sopran,
Alto, Tenor, Bariton dan Bass dengan pas, sesuai porsinya. Pasti muncul semacam
kerinduan, jika tidak datang pada pertemuan / latihan-latihan tersebut. Pengalaman
seperti itulah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, bagaimana berinteraksi dan me-
madukan bukan saja suara tetapi juga karakter dan latar belakang yang berbeda men-
jadi sebuah tim yang padu dan kompak.
Peran Paduan Suara menjadi penting dalam liturgi gereja. Ibadah tanpa ada Paduan
Suara...rasanya seperti ada yang kurang. Mereka tidak cuma sekedar sekelompok
orang yang duduk terpisah dari warga gereja yang hadir dalam ibadah, lalu menaikkan
pujian dengan lagu yang berbeda de ngan lagu pujian jemaat. Paduan Sua ra memberi-
kan sentuhan tersendiri, ibadah men-
jadi lebih hidup, lebih khu suk. Setiap
pujian yang dinyanyikan nya dapat
menjadi media untuk membantu je-
maat yang hadir untuk semakin me-
mahami, meresapi isi firman Tuhan
yang diberitakan.
Mempersembahkan pujian
dalam kelompok koor merupakan
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
53
bentuk pelayanan yang dapat menumbuhkan iman bagi setiap pribadi yang ambil
bagian di dalamnya. Dengan bernyanyi, dapat mengungkapkan rasa syukur kita atas
berkat-berkat Tuhan. Melalui pujian yang kita nyanyikan itu kita dapat merasakan
aliran kasih Tuhan dalam kehidupan kita.
“Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batin
ku!” demikian Raja Daud mengungkapkan rasa syukurnya. Ia membuat pujian madah
syukur dalam mazmur yang indah dan menyanyikannya (Mazmur 103). Kita, masing-
masing pribadi tentu diberi talenta oleh Tuhan. Sudah menjadi kewajiban kita untuk
mengembangkan, menyalurkan talenta itu untuk melayani Tuhan dan sesama. Ingat
perumpamaan tentang talenta, dimana seorang tuan yang memberi 5, 2, 1 talenta
kepada hamba-hambanya. Tentu kita tidak ingin seperti hamba yang diberi 1 talenta
yang hanya menyimpannya dan kemudian mengembalikan talenta itu kepada tuannya
ketika dimintanya. Tetapi hendaknya kita seperti hamba yang diberi 5 dan 2 talenta
yang bisa mengembangkan talenta itu menjadi berlipat. (Mat 25:14-30) .
Mari, Bapak-Ibu, mumpung belum terlalu tua, terlebih kaum muda yang merupa
kan masa depan Gereja, jangan sampai menyesal nantinya, mari kita isi hidup ini de
ngan sesuatu yang positif. Rasanya sayang kalau aktivitas hidup kita terbatas hanya di
lingkungan keluarga atau sekolah atau kantor saja. Tentu kita masih punya waktu dan
energi untuk melakukan hal lain yang berguna di luar itu, tinggal bagaimana kitanya…
Di Wilayah Galatia kini ada dua kelompok Paduan Suara; yaitu PS Sta. Maria Go
retti (gabungan dari Lingkungan St. Yohanes Penginjil dan Lingkungan Sta.Maria
Assumpta) serta PS St. Yusup - Liman Mukti (Lingkungan St.Yusup - Liman Mukti)
dapat menampung talenta-talenta Bapak, Ibu dalam Paduan Suara, untuk memuji dan
memuliakan Nama Tuhan dengan bernyanyi. Ini adalah peluang bagi kita untuk meng
isi hidup kita dengan sesuatu yang lebih “berarti”, dengan bersekutu bersama umat
lingkungan, wilayah maupun paroki dalam memuji dan melayani Tuhan dan sesama.
Karena dengan melayani membuat hidup kita lebih “berarti”, dan selalu ingat akan
Tuhan yang menggembalakan kita. Salah satu pujian yang indah, terlebih jika di
nyanyikan dalam Paduan Suara, pasti akan menyenangkan telinga kita, seperti berikut;
Tuhan adalah gembalaku
tak ’kan kekurangan aku
Ia membaringkan aku
di padang yang berumput hijau
Reff :
Ia membimbinbgku ke air yang tenang
Ia menyegarkan jiwaku
Ia menuntunku di jalan yang benar
oleh kar’na nama-Nya
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman
(ku ‘kan diam dalam Rumah Tuhan seumur hidupku)
Create By: Dominicus Slamet Parjono ( Ketua Wilayah Galatia )
Semarang, 24 Nopember 2014
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
54
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
55
Ekaristi Kaum Muda Paroki Santo Paulus 2014
Senja berselimut mendung dan udara terasa gerah, sinar-sinar lampu berpendar
dari dalam gereja dan juga halaman sekitarnya. Kelompok-kelompok anak muda ada
yang berseragam ada pula yang berpakaian casual, bergerombol ada pula yang
berkelompok di depan pintu gereja, bercengkerama dan bersendagurau. Itulah suasana
awal ketika kaum muda Paroki Santo Paulus akan mengikuti Misa Kaum Muda pada
hari Jumat, 21 Nopember
2014.
Ekaristi yang sedianya
dilaksanakan pukul 18.00,
akhirnya dimulai pada se
kitar pukul 18.45 diawali
dengan prosesi petugas
l i t u r g i d a n R m .
Marcelinus Moi, MSF me
masuki gereja melalui pin
tu depan.
Mendahului homili, di
tampilkan adegan teatrikal
yang menggambarkan ke
hidupan remaja katolik
masa kini, yang cenderung kurang greget, tidak peka terhadap situasi, dan hanya
sibuk dengan dirinya sendiri. Sedang dalam homili singkatnya, romo Moi menekankan
pentingnya kaum muda untuk menjaga benih iman yang telah ditaburkan Tuhan pada
mereka, memeliharanya bagai di tanah yang subur, agar dapat bertumbuh kembang
dengan baik dan menghasilkan buah yang melimpah. ‘Jadikanlah diri kita sebagai
kaum muda katolik yang punya greget’ ujarnya. Doa umat pun dikemas dalam
berbagai bahasa daerah di Indonesia, melambangkan keragaman suku yang menyatu
dalam Gereja Kudus, tanpa perbedaan.
Acara yang dihadiri sekitar 200an kaum muda paroki itu dilanjutkan dengan
pelepasan balon udara dan pembakaran ujub-ujub misa kaum muda di halaman gereja.
Para muda dengan Romo Moi membuat lingkaran di lokasi dengan bergandengan
tangan sambil menyanyikan lagu ’DalamYesus Kita Bersaudara’. Dan sebagai
penutup , mereka makan malam bersama sambil beramah tamah dan mendengarkan
suguhan lagu khas kaum muda yang dibawakan oleh sebuah kelompok Band.
Ekaristi yang dikemas dengan selera muda ini patut mendapat apresiasi, mengingat
banyaknya kaum muda katolik masa kini yang mengalami ‘krisis’ iman akibat situasi
kehidupan modern. Bravo ...OMK !!. �
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
56
NGUDA RASA (Mo Semar) Petruk : Met Natal en Tahun Baru kang Gareng. Hemm.. bukan main, iketnya
baru ya kang, surjannya lorek-lorek kain lurik, celananya hitam lebam
koamprang! Wah betul-betul serasi lho kang, kayak bakul sate kere!
Gareng : Selamat Natal, Tahun Baru juga dimas Petruk, adiku sing bagus irung
mancung bak Pinokio. Sapaanmu merdu di telinga, Cuma ekornya koq
sumbang bunyinya. Ngganteng-ngganteng ngene koq dipadakke bakul
sate, tur sate wae sate kere. Mbok kamu itu ngilo githokmu: pakai
celana jean biru, kemejanya ungu, koq dasine kupu-kupu. Apa itu bukan
seragam warga negara rumah gila to Truk?
Petruk : We lha balas dendam yo kang? sekelumit sapaan merdu koq dibalas
brondongan seribu peluru. Pakaian dinas brendid gini kok disamakan
seragam penghuni rumah gila. Sudahlah kang, dihari suci Natal dan Ta-
hun Baru gini mbok ngobrol sing enak!
Gareng : Ha hiyo to Truk! Yuk omong-omong yang enak di telinga, yang membawa
suka cita dan rasa gembira. Sesudah Natal kemarin, kamu koq terus
menghilang? Pergi merayakan malam Tahun Baru di mana, koq pulang
sampai subuh?
Petruk : Anu kang. Malam Tahun Baron di hotel berbintang lima sama temen-
temen. Semula hanya mau menyaksikan “Body Painting” saja, tapi sesu-
dah itu koq digelar acara tarian erotis yang mendebarkan dada. Maka
sayang kalau terus pulang, akhirnya jadi sampai ngebyar.
Gareng : Ya ta lah Truk. Jadi kamu itu ikut “Old and New” di Hotel berbintang
yang menyuguhkan atrakasi puanas yang menghebohkan itu to Truk?
Koq bisa-bisanya baru merayakan malam suci Natal melanjutkannya
dengan nonton atraksi tak senonoh itu?
Petruk : Lho piye to kang, hebat tenan lo. Mestinya kamu ya mau kuajak nonton.
Supaya matamu yang kero itu langsung bisa sembuh. Bayangkan saja
kang, semua penonton terpukau sampai tak sempat mengedipkan mata.
Suara terompet yang membisingkan telinga itupun tak kuasa mengalih
kan perhatian mata yang sedang terbelalak menyaksikan show yang
aduhai itu.
Gareng : Woo lha O.M.K kok mudah tergiur tontonon yang berbau siyur. Lupa
bahwa Tahun Baru mestinya bukan waktunya untuk sekedar hura-hura
begitu, tetapi lebih untuk ber-refleksi dan mawas diri untuk bersyukur
atas limpah berkat dan rahmat di tahun yang lalu.
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
57
Petruk : Ah kamu kang, seperti tak pernah jadi orang muda saja. Setahun
sekali hura-hura bersuka ria apa jeleknya? Kalau merasa sudah lansia,
silahkan nggabung Paguyuban Adi Yuswa untuk bernostalgia tentang era
zaman bahula.
Semar : Huuss... kamu Kantong Bolong, dibilangin engkohe koq ndlewer. Sudah
sepantasnya di Tahun Baru ini kita syukuri berkat dan rahmat, kesehat
an dan rejeki yang melimpah sepanjang tahun. Jangan menodai momen
indah pergantian tahun dengan hal-hal yang kotor dengan perbuatan
mesum dan bebau porno, anakku.
Petruk : Mohon maaf Mo, anakmu ini terlanjur kebablasan dalam bertindak dan
berucap. Kapok beneran deh Mo, maafin saja.
Semar : He.. he.. he.., anak-anakku, kita umat katolik baru saja Natalan dan
mempersiapkan diri dengan masa Adven yang khusuk. Kita diajak untuk
menjadi orang katolik yang C.T.M. Sudah sewajarnya kita pegang teguh
tekad dan niat luhur ini.
Petruk : Apa itu, Mo, artinya CTM? Kalau ATM aku tahu, karena saben-saben ke
BCA untuk ambil duit, memenuhi kebutuhan belanja dapurnya kanca
wingking. Tapi kalau CTM koq nggak mudeng, apa itu Mo?
Gareng : Wo dasar Kantong Bolong, uteke bolong mlompong, udele bodong, kup-
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
58
inge buntet budeg. Sesasi pendalaman Adven nong Lingkungan koq ora
ana sing nyanthel. Senenge ming ubyang-ubyung, endi sing nonton Body
painting, endi sing nikmati atraksi panas tarian erotis.
Semar : Maklum Reng, adimu kuwi, Pancen ora ngerti lan jujur gelem takon, rak
ya wis lumayan apik. Ngene lho Truk, dadi orang katolik itu tidak cukup
dibaptis lan katolik asal-asalan, tapi hendaknya jadi orang katolik yang
CTM, yang Cerdas, Tangguh dan Misioner.
Petruk : Maksudnya ’cerdas’ apa Mo ? Apa sama dengan harus pandai pinter dan
intelek dan banyak makan sekolah dan kuliah itu?
Semar : Menjadi orang katolik yang cerdas itu maksudnya mempunyai iman
yang memiliki pemahaman yang benar dan tepat akan ke-katolik-annya.
Pengetahuan iman katolik yang benar inilah yang menjadi dasar bersi-
kap dan bertindak dalam hidupnya sehari-hari. Maka kita wajib terus
mau belajar mengembangkan pengetahuan iman katolik kita untuk meng
hadapi situasi zaman yang terus berubah dan berkembang.
Petruk : Lha terus apa arti iman yang tangguh itu Mo ?
Semar : Iman yang tangguh itu meliputi unsur kesetiaan, kemantapan, dan tak
goyah, tak mudah putus asa menghadapi segala persoalan dan tantangan
hidup.
Petruk : Lalu misioner, apa itu maksudnya?
Semar : Iman misioner artinya iman yang tidak eksklusif, tapi inklusif, mampu
bersaudara dan berdialog dengan semua orang yang berbeda keyakin
annya. Iman misioner ini harus berani bersaksi dan bicara tentang iman
katolik kepada khalayak umum. Dengan jadi orang katolik yang cerdas,
tangguh dan misioner ini, kita diharapkan bisa menjadi orang beriman
ideal yang mampu menggarami dan menerangi masyarakat sekitar kita.
Seperti Sabda Yesus: ”Jadilah garam dunia, jadilah terang dunia”. �
Penyesalan sehari bila masak nasi menjadi bubur,
penyesalan sebulan bila salah potong rambut, penyesalan setahun bila
tidak lulus, penyesalan seumur hidup bila salah pilih pasangan hidup,
penyesalan selamanya bila salah pilih JURU SELAMAT. Maka janganlah
pindah ke iman yang lain selain Tuhan Yesus.
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
59
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
60
Karena Anak, Bukan Mamanya Oleh: Aoirisuka
Sebulan setelah saya bekerja di sebuah bimbel (bimbingan belajar) di kota ini, saya
diprotes oleh mama seorang murid kelas 1 SD internasional. Dengan terkaget-kaget,
saya berhadapan dengan tante itu yang usianya tampak sangat jauh dengan kedua
anaknya yang masih kecil-kecil.
Tante itu berkata kepada saya (yang serasa bagai semprotan air selang dari jarak 20
cm), “Ini bagaimana kamu mengajari anakku? Di rumah kuulang lagi kok ga bisa
jawab anaknya? Aku sampai bilang ke pemilik bimbel ini lho kemarin malam!”
Buset, tante ini krik-krik banget, asam, ga ada manis-manisnya. Saya pun
menyahutinya, “Kemarin saat anak Tante les,
saya sudah mengajar sebagaimana mestinya.
Anak Tante juga bisa menjawab sebagian besar
soal dengan benar. Buktinya ia mendapat nilai
95 untuk soal tersebut. Hanya saja tulisannya
memang besar-besar kurang rapi. Sudah saya
ingatkan untuk menulis dengan rapi dan bagus,
tapi anaknya tidak mau.” ujar saya tanpa melupa
kan kesopanan.
“Nilainya di rapor 98 lho, eman-eman kalo
turun. HARUS dapat 100, itu anakku.” Tante itu
terus protes ini-itu, begini-begitu, bla bla bla.
Capek deh berhadapan dengan orangtua murid
yang rempong satu ini.
Setelah tante itu pergi, para tutor membesar
kan hati saya untuk tak menyimpan omongan
tante tersebut di dalam hati. Ternyata, lama se
belum saya bekerja di situ, hampir semua tutor
sudah kena semprot oleh tante rese itu. Tante itu
minta anaknya diberi les supaya nilai-nilainya di sekolah bisa SELALU 100. Setiap
kali tak mendapat nilai sempurna, tante itu akan (dan pasti) protes pada tutor yang
mendapat bagian untuk mengajar anaknya. Sepenuhnya ia menyalahkan tutor alih-alih
anaknya bila anaknya tak mendapat nilai yang bagus. Batin saya, “Please deh Tante
Rempong, kami sebagai guru yang baik pasti mengajar dengan baik dan
mengupayakan agar murid didik mampu menyerap ilmu dengan baik. Tak ada guru
sejati yang ingin muridnya bodoh, tak ada itu. Lagipula, seorang pengajar hanya bisa
berikan yang terbaik di saat mengajari. Hasil yang didapat saat anak didik terjun di
lapangan (nilai baik atau buruk) sudah merupakan kuasa anak itu sendiri, tak lagi
tergantung pada pengajar. Karena tak mungkin pengajar menjawabkan semua soal
yang dikerjakan murid. Murid harus mengerjakan soalnya sendiri, dengan demikian
nilai yang didapat murni menjadi miliknya, bukan milik gurunya. Jika Tante
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
61
menyalahkan, kenapa tak menyalahkan anak Tante? Malah tutor atau gurunya??
Memang yang mengerjakan soal di sekolah itu tutornya ya? Sebel. Jika memang Tante
tak percaya pada kemampuan kami para tutor, kenapa meminta kami memberi les
anak Tante? Kenapa tak Tante ajari sendiri di rumah?”
Lebih lanjut, saya heran dengan tante rempong itu. Kenapa ia harus menuntut
anaknya mendapatkan nilai 100 di semua mata pelajaran? Jangan katakan ia juga ingin
menyerap semua nilai 100 teman-teman anaknya untuk lantas dilimpahkan ke
anaknya? Kenapa sepertinya memuja sekali angka 100? Apakah tingkat kecerdasan
seseorang semata-mata dapat diukur dari nilainya di sekolah? Dangkal. Mengapa tak
lebih melihat usaha yang telah dicurahkan untuk belajar serta proses dalam
mengerjakannya? Ini nih kalau orientasinya pada hasil alih-alih proses. Oooh, apa
mungkin tante itu mau pamer dan membanggakan nilai anaknya pada setiap orang?
What for? Banyak kok di luar sana orangtua murid yang anak-anaknya pandai tapi tak
pamer atau arogan. Komplain tante rese itu tetap membekas di dada ini meski sudah
saya usahakan untuk tak serius memikirnya, seturut saran dari para tutor. Pemilik
bimbel pun yang mengetahui bahwa saya kena semprot hari itu pun membela saya dan
turut membesarkan hati saya. Karena bila datang dan melihat sendiri di bimbel,
melihat bagaimana tante itu, dilihat dari segi mana pun, kesalahan ada padanya. Hanya
berharap torehan kecil luka di hati ini tersembuhkan.
Di hari-hari selanjutnya, saya tetap mendapat giliran untuk mengajari kedua anak
tante itu. Kedua kakak beradik itu bagus dan lucu. Sang kakak berwajah mirip
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
62
keponakan saya, sedangkan adiknya yang masih TK itu anteng dan menyenangkan.
Sebagai tutor yang sudah disakiti seperti sebelumnya, siapa pun orangnya, bisa saja
memperlakukan anak-anak tersebut dengan rasa malas atau enggan yang berlebih.
Namun, saya tak demikian. Pekerjaan seorang guru adalah mengajar dan merawat hati.
Meskipun terkadang murid belum tentu merawat/menjaga hati gurunya, tetapi seorang
guru selalu bisa merawat hati anak-anak didiknya. Setiap kali mengajar kedua anak
itu, saya selalu ingat bahwa mereka tak salah dan tak tahu apa-apa. Mereka hanyalah
korban dari ambisi sang mama. Bukan anak-anak ini yang menciptakan luka kecil di
hati saya, melainkan mama mereka. Maka saya pun terus mengajar kedua anak manis
ini dengan sabar dan sebagaimana harusnya. Saya bisa berlaku seperti ini karena
memahami bahwa seorang ibu hanya mengandung badan anaknya, bukan hatinya.
Meskipun ada pepatah ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’, namun ada pula anak yang
tak mewarisi sifat orang tuanya. Buktinya, kedua anak tante itu manis-manis dan tak
seribet mamanya.
Karena anak, bukan mamanya; karena saya sebagai seorang guru harus menjaga
dan merawat hati murid-murid saya; karena mereka manusia, bukan benda mati.
Semoga semua pengajar di mana pun berada memiliki hati yang sabar dan dada yang
lapang seluas samudera raya. AMDG. Berkah Dalem. �
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
63
PIR …. Apa dan Ada Ga’ Sih ?
LOWONGAN : DICARI cowok cewek usia 11-15 tahun untuk bergabung di PIR.
PIR….PIR…. apa sih ??
Hai.. Hai.. teman-teman, PIR itu Pendampingan Iman Remaja, komunitas yang pas
untuk teman-teman yang sudah menerima Komuni I, tepatnya yang sudah berusia 11
-15 tahun. Yuukk… bergabung di sini agar imanmu semakin kuat, tetap eksis me-
layani dan terlibat di lingkungan dan gereja Santo Paulus tercinta.
PIR bukan kelompok eksklusif lo.., teman-teman tetap bisa bergabung di Misdinar,
Lektor dan Pemazmur serta Laskar Maria. PIR tempat yang tepat untuk menumbuh
kan keterlibatanmu bersosialisasi sebelum teman-teman masuk OMK (Orang Muda
Katolik).
Tahu ga sih ?? PIR tahun ini sudah mengadakan 2 kegiatan lho; mau tahu? yuukk
simak yaaa…
Kring… Kring… Gowes.. Gowes Yup…! kegiatan ‘Gowes….Chapels Touring’ alias Sepeda Keliling Kapel yang diadakan
untuk merayakan HUT Paroki St. Paulus ke-25 tahun, tepatnya 8 Juni 2014.
Iih.. hari gini masih pakai sepeda? Eits….jangan salah, mungkin selama ini teman-
teman hanya tahu Kapel St. Yusuf Maria Yosef (YMY) di Plamongan Indah atau
Kapel yang ada di sekitar rumahmu, padahal ada 5 kapel lho.. WOW banyak bingit
yaa.. Mana aja tuh ?
Touring ke Kapel St. Petrus - Medoho, Kapel Sta. Theresia Avilla - Tlogosari, Kapel
St. Gregorius Agung - Graha
Mukti, Kapel Sta. Maria Go
retti - Plamongan Hijau.
Nah, nambah kan pengetahuan
mu. Walaupun di acara ini be-
lum banyak teman-teman PIR
yang ikut tapi ga berarti acara
batal, namun tetap berlang-
sung dengan peserta ditambah
dari OMK dan Bapak Ibu serta
dukungan luar biasa dari Peng
urus Kapel yang disinggahi
serta acara menarik berupa doorprize, games dan panggung hiburan dari teman-
teman band SD PL St. Yusuf bimbingan Bapak Pribedi sehingga menambah SEMA
NGAT ... Kring… Kring… Gowes.. Gowes
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
64
Klik…Klik… geser sini jepret… geser sana dikit, jepret Hayo siapa yang punya hobi selfie, narsis atau pengen jadi fotografer ??
Disini tempatnya, kegiatan Pelatihan Fotografi PIR yang diadakan minggu ke-4 tiap
bulannya, dengan bimbingan Bapak V. Suparyanto atau biasa dipanggil Pak Par (tim
KomSos KAS dan redaksi Warta Paulus). Teman-teman bukan hanya asal foto, me-
lainkan lebih tahu seni dan teknik yang baik dan benar dalam mengambil gambar
atau obyek sehingga enak dilihat.
Pelatihan fotografi ini sudah mulai dari bulan Mei, tepatnya tanggal 25 Mei 2014
dan inilah teman-teman yang sudah bergabung; ada Stephani, Nata, Elang, Anisa,
Nico dan Toddy. Teman-teman kita ini sudah pernah terlibat dan bekerjasama de
ngan tim dokumentasi Gereja di acara Ibadat pertama Jumat Agung, Misa Penerima
an Komuni I dan Bazar HUT 25 tahun Paroki.
Eits.. tunggu dulu bukan hanya teknik foto aja lho, nantinya akan diajari cara edit-
ing dan desain grafis. Jadi nunggu apalagi … yuukk gabung yaa bersama kami tiap
Minggu ke-4 setelah misa ke-2…
Don’t miss it… ♥
Tim Kerja PIR
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
65
BARANG BEKAS YANG BERMANFAAT Barang bekas bukan barang yang habis pakai. Dengan bermodalkan semangat
yang tinggi barang bekas tersebut dapat kita manfaatkan. Ide dan kreativitas dapat tim
bul selagi kita melihat sesuatu yang mungkin tidak berguna bagi orang lain, tetapi da-
pat berguna bagi kita. Tantangan muncul untuk dapat mewujudkan dari apa yang kita
lihat.
OMK Paroki Santo Paulus Sendangguwo, mempunyai ide mewujudkan sebuah
Pohon Natal berbahan botol bekas air mineral ukuran 600 ml, setinggi 3,5 meter,
diperkirakan butuh 1.000 botol. Botol bekas tersebut dikumpulkan sejak akhir bulan
Oktober. Mereka bergotong-royong mengumpulkannya, kemudian dibersihkan dari
kotoran yang menempel. Umat juga ikut serta mengumpulkan botolnya. Pohon Natal
berangka bambu dihiasi botol bekas dan diterangi lampu natal agar pada malam hari
kelihatan indah, ditempatkan di halaman gereja, dapat dinikmati sejak 20 Desember.
Selain itu OMK juga membuat Gua Natal yang berbentuk kandang hewan dari bambu
di dalam gereja, ada pula hiasan Pohon Natal yang terbuat dari gantungan pakaian.
Bersemangatlah OMK agar mewujudkan ide-ide kreatif yang lain. Orang Muda
yang kreatif sebagai modal dalam mewujudkan cita-cita yang tinggi.
Berkah Dalem. � Pius Koesdyantoro
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
66
HARI PANGAN SEDUNIA 2014 Hari Pangan Sedunia (HPS) diperingati di seluruh dunia setiap tahun. Untuk tahun
2014 ini Paroki Santo Paulus - Sendangguwo menyelenggarakan bazaar untuk mem-
peringati HPS, dengan tema: Pertanian Berbasis Pangan Lokal. Peserta bazaar HPS
tahun ini diikuti oleh 12 Wilayah, 2 Kapel dan 3 Kelompok Kategorial.
Kegiatan berlangsung pada hari Minggu, 9 Nopember 2014 dari pk. 06.00 – 20.00
WIB di halaman gereja. Selain pameran pangan, juga diadakan pengobatan gratis bagi
umat dan warga masyarakat sekitar gereja, dengan pasien sekitar 137 orang.
Sesuai tema “Pertanian Berbasis Pangan Lokal”, peserta bazaar menyajikan makan
an olahan lokal, bukan makanan olahan pabrik (pabrikan). Diharapkan umat dapat
mengolah makanan lokal dengan kreasi dan inovasi yang menarik, juga untuk menum-
buhkan kemandirian dalam bidang pangan, yang tentunya dapat menunjang ekonomi
keluarga. Diharapkan pula agar kegiatan - kegiatan di Paroki dapat memanfaatkan
makanan hasil olahan umat. Pembinaan perlu dilakukan, agar industri pangan lokal
dapat dinikmati dalam setiap kegiatan. Dari umat untuk umat, makanan yang bersih
dan sehat dapat kita nikmati bersama.
Selamat ber-kreasi dan ber-inovasi dalam mengolah makanan lokal.
Berkah Dalem. �
Pius Koesdyantoro
EDISI NATAL - 24 DESEMBER 2014
GEREJA SANTO PAULUS SENDANGGUWO SEMARANG
67
Dialog Intern Agama Katolik
FKUB Kota Semarang Apa itu FKUB?
FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) adalah sebuah Forum yang dibentuk
oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun,
memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.
Salah satu tugasnya adalah mengadakan dialog antar agama maupun intern agama di
rumah ibadah 6 agama resmi yang diakui negara, guna menampung aspirasi umat dan
juga menggalang kerukunan antar umat beragama sesuai tingkatannya.
Dan Minggu pagi, 21 September
2014, FKUB Kota Semarang meng
adakan Dialog Intern Agama Katolik di
Bangsal Pastoran GSP. Dialog ini meng
undang umat paroki kita yang diwakili
para ketua wilayah, lingkungan dan
Dewan Paroki, melakukan bincang-
bincang dengan Tim dari FKUB Kota
Semarang, mengenai isu-isu yang
berkembang mengenai kerukunan umat
beragama yang dialami khususnya oleh
umat paroki St. Paulus sendiri.
Sebagai pembicara, adalah Bp. Joko
Hartono,SSTP, Msi - staf Kesbangpol Kota Semarang; Bp. Drs. HN Mustam Aji, MM
- Wakil Ketua FKUB Kota Semarang; dan juga Rm. Ag. Luhur Pribadi, Pr - Vikep
Semarang.
Dalam ulasannya, Romo Luhur mengungkapkan bahwa gereja katolik sangat me
naruh perhatian kepada kerukunan hidup antar umat beragama. Hal itu dapat kita baca
dalam dokumen-dokumen Gereja, se cara khusus dalam Konsili Vatikan II. Dokumen
pernyataan tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen (Nostra
Aetate) menyatakan pada pendahuluan bahwa: ”Semua bangsa merupakan satu
masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menghendaki segenap umat manusia
mendiami seluruh muka bumi. Semua juga mempunyai satu tujuan terakhir yakni
Allah, yang menyelenggarakan”. Demikian juga dalam KHK 1983, kan. 748,
ditegaskan bahwa: “Semua orang wajib mencari kebenaran dalam hal-hal yang
menyangkut Allah dan Gereja-Nya, dan berdasarkan hukum Ilahi mereka wajib dan
berhak memeluk dan memelihara kebenaran yang mereka kenal”. Selain itu, “tak
seorang pun boleh memaksa orang untuk memeluk iman katolik melawan hati
nuraninya”.
Bp. Joko Hartono dari Kesbangpol, menerangkan bahwa pemahaman keagamaan
masyarakat sangat mempengaruhi terwujudnya wawasan multikulturalisme yang
mendorong terciptanya masyarakat yang damai. Sebab, agama memiliki dua sisi yang
WARTA PAULUS NO. 94
TIM KERJA KOMUNIKASI SOSIAL DEWAN PAROKI
68
DAFTAR ISI
� Menemukan Allah dalam Keluarga 1
� Surat dari Romo Paroki 3
� Doa kepada Keluarga Kudus
Nazaret 7
� Salam 5 Jari 9
� Dari Bilik Redaksi 10 � Bincang-bincang
dengan Romo Tirta, MSF 12
� Kenangan Pesta Perak Gereja 22
� Lima Menit yang Berharga 27
� Santo Basilius Agung 29 � Khotbah pun Berantakan 30
� Mengenal Sosok Rm. Marcelinus Moi, MSF 32
• Ziarah ke Sendang Sriningsih 35
� Rahisa 37
� Rekoleksi Prodiakon 40
� Pesta Kencana 50 th. Imamat
Rm. Ign. Wignyasumarta, MSF 42
� Gerejaku yang Selalu Luber 45
� Berdonor Dar ah bisa
Menyehatkan Tubuh 47
� Jalan Sehat Wilayah Damsyik 49
� Memuji dan Memuliakan Nama
Tuhan dalam Paduan Suara 52
� Ekaristi Kaum Muda 2014 55
� Nguda Rasa (Mo Semar) 56
� Karena Anak, Bukan Mamanya 60
� PIR ...Apa dan Ada Ga’ Sih ? 63
� Barang Bekas
yang Bermanfaat 65
� Hari Pangan Sedunia 2014 66
� Dialog Intern Agama Katolik
FKUB Kota Semarang 67
bertentangan sekaligus. Di satu sisi, agama mem
punyai kekuatan yang luar biasa dalam menyatukan
manusia dari berbagai latar belakang etnik budaya,
tapi di sisi lain agama juga dapat menjadi potensi
pemicu konflik yang sangat efektif.
Sedangkan Bp. Mustam Aji selaku wakil dari
FKUB Kota Semarang, menjelaskan peran FKUB
dalam menjaga
dan meningkat
kan kerukunan
antar umat ber
agama di Kota
Semarang. Se
lain itu diutara
kan pula me
ngenai tugas-tu
gas yang di
embannya, antara lain melakukan dialog intens de
ngan para pemuka agama dan tokoh masyarakat,
menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi
masyarakat, dan juga memberikan rekomendasi ter
tulis atas permohonan pendirian rumah ibadah.
Dalam sesi tanya jawab, peserta berkesempatan
menyampaikan uneg-uneg berkaitan dengan
intoleransi beragama yang masih sering terjadi di
segala lapisan masyarakat maupun instansi pe
merintahan.
Acara yang dihadiri sekitar 80-an peserta, ber
akhir sekitar pukul 13.00 dan ditutup dengan santap
siang bersama. �
Redaksi
Orang bijak dapat melihat
sesuatu yang berharga dalam
setiap kesempatan yang ada.