Post on 03-Feb-2018
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING
KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN GEJALA-GEJALA YANG
TERJADI DI ATMOSFER DAN HIDROSFER, SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP KEHIDUPAN KELAS VIIA SMP NEGERI 3 KLATEN
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Disusun Oleh:
GADING FITRA SANJAYA
K5405019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji
skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta,
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si Yasin Yusup S.Si, M.Si
NIP. 19600606 198603 1 005 NIP. 19740427 200212 1 001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si (......................................)
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si (......................................)
Anggota I : Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si (......................................)
Anggota : Yasin Yusup, S.Si, M.Si (......................................)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd
NIP.19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Gading Fitra Sanjaya, UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING KOMPETENSI
DASAR MENDESKRIPSIKAN GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI
ATMOSFER DAN HIDROSFER, SERTA DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN KELAS VIIA SMP NEGERI 3 KLATEN TAHUN AJARAN
2008/2009. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Univertsitas Sebelas Maret, Desember 2009.
Tujuan Penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan hasil belajar geografi
siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Klaten tahun pelajaran 2008/2009 dengan
menggunakan model Quantum Teaching.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas
VIIA SMPN 3 Klaten tahun ajaran 2008/2009. Teknik pengumpulan data melalui
dokumentasi, observasi, angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis perbandingan.
Hasil penelitan pada siklus I menunjukkan hasil belajar siswa
mencapai 60% dari jumlah siswa dan keaktifan belajar siswa mencapai 72% dari
jumlah siswa. Hasil penelitian siklus II menunjukkan hasil belajar siswa telah
mencapai 85% dari jumlah siswa dan keaktifan belajar siswa telah mencapai 90%
dari jumlah siswa. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II meningkat 25%
dari jumlah siswa (siklus I = 60% dan siklus II = 85%). Keaktifan belajar siswa
dari siklus I ke siklus II meningkat 18% dari jumlah siswa (siklus I = 72% dan
siklus II = 90%).
vi
ABSTRACT Gading Fitra Sanjaya, (THE ATTEMPT OF IMPROVING THE LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH USING QUANTUM TEACHING MODELS IN THE BASIC COMPETENCY OF DESCRIPTING THE INCIDENT IN ATMOSPHERE AND HIDROSPHERE THEN THE EFFECTS FOR LIFES IN THE GRADE VIIA SMPN 3 KLATEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2008/2009). Thesis: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, December 2009.
The objective of research is to find out the students’ learning achievement
of geography students in the Class VIIA SMPN 3 Klaten in the School Year of
2008/2009 by using Quantum Teaching models. This study belongs to a
Classroom Action Research conducted in cycles model, each of which consists of
planning, acting, observing and reflecting stages. The subject of research was the
students of class VIIA SMPN 3 Klaten in the school year of 2008/2009. The data
was obtained using documentation, observation, questionnaire and test
techniques. Technique of analyzing data employed was comparative analysis.
The result of research in cycle I shows students’ learning achievement
only reaches 60% of total students and the students’ learning activeness only 72%
of total students. The result of research in cycle II shows the students’ learning
achievement has reached 85% of total students and the students’ learning
activeness had reached 90% of total students. The students’ learning achievement
from cycle I to cycle II improve 25% of total students (cycle I = 60% and cycle II
= 85%). The students’ learning activeness increases by 18% from cycle I to cycle
II (cycle I = 72% and cycle II = 90%).
The result of research shows that Quantum Teaching models can improve
the geography learning achievement in the basic competency of descripting the
incident in atmosphere and hidrosphere then the effect for lifes in the Grade VII A
students of SMPN 3 Klaten in the school year of 2008/2009.
vii
MOTTO
“Allah akan meninggikan kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat”.
( Q.S. Al Mujadalah :11)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan
(Qs Al-Insyiroh:6)
viii
PERSEMBAHAN
Dalam Naungan Ridho Allah SWT,
kupersembahkan karya ini untuk:
· Ayah dan Ibu
· Adik-adik ( Yan, Erwin, dan Tita)
· Maya Dewi Wulandari S.Pd
· Teman-teman Geografi ‘05
· Almamater
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi
ini, namun berkat bantuan semua pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat
teratasi. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk
menyusun skripsi ini.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penelitian untuk menyusun skripsi ini.
4. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
5. Yasin Yusup, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan penyusunannya.
6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Geografi yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan
dan penyusunan skripsi ini.
x
7. Drs. Suramlan selaku kepala SMP Negeri 3 Klaten yang telah memberikan
ijin untuk mengadakan penelitian
8. Suranti B.Sc selaku guru mata pelajaran geografi SMP Negeri 3 Klaten
yang telah membantu kelancaran penelitian.
9. Siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 3 Klaten.
10. Teman-teman Geografi 2005 yang selalu memberikan semangat
11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Desember 2009
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK INDONESIA............................................................ v
HALAMAN ABSTRAK INGGRIS ................................................................. vi
HALAMAN MOTTO....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Peneitian .................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ................................................................................ 6
1. Model Pembelajaran .............................................................. 6
2. Pembelajaran Geografi .......................................................... 7
3. Kompetensi Dasar ................................................................. 10
4. Pembelajaran Model Quantum Teaching .............................. 10
5. Hasil Belajar .......................................................................... 16
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 17
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 18
D. Hipotesa Tindakan ....................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian ........................................................................ 22
B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 23
xii
C. Sumber Data ................................................................................ 26
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 28
E. Validitas Data .............................................................................. 29
F. Analisis Data................................................................................ 30
G. Indikator Kinerja……….............................................................. 30
H. Prosedur Penelitian…………………………… .......................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Sekolah........................................................... 34
B. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 35
1. Kondisi Keaktifan Siswa........................................................ 36
2. Kondisi nilai Awal Tes siswa……………. ........................... 36
C. Deskripsi Siklus I ........................................................................ 37
1. Perencanaan Tindakan Siklus 1 ........................................... 37
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ............................................. 37
3. Hasil Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus I ................... 40
4. Refleksi Siklus I..................................................................... 48
D. Pelaksanaan Tindakan Siklus II .................................................. 49
1. Perencanaan Tindakan Siklus II ………………................... 49
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II…………… ......................... 49
3. Hasil Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II….............. 51
4. Refleksi Siklus II……………................................................ 59
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 64
B. Implikasi ..................................................................................... 64
C. Saran ........................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN...................................................................................................... 70
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jadual Kegiatan Penelitian....................................................................... 22
2. Indikator Kinerja Siklus I......................................................................... 30
3. Indikator Kinerja Siklus II ....................................................................... 31
4. Keaktifan Kondisi Awal Siswa................................................................ 36
5. Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa........................................................... 36
6. Hasil Belajar Siswa Siklus I .................................................................... 40
7. Keaktifan siswa Siklus I .......................................................................... 41
8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ................................................................... 52
9. Keaktifan siswa Siklus II ........................................................................ 52
10. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ....................................... 62
11. Perbandingan Kategori Keaktifan Siswa.................. ............................... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Pikiran....... .......................................................................................... 13
2. Gambar Catatan TS..................................................................................... 14
3. Skema Kerangka Berpikir........................................................................... 20
4. Model Penelitian Tindakan Kelas ............................................................... 24
5. Skema Prosedur Penelitian ....................................................................... 33
6. Histogram Jumlah Siswa yang Tuntas dan Tidak Tuntas Dalam
Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II...................... ............. 63
7. Histogram Kategori Keaktifan Siswa Pada Pembelajaran Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II .................................................................................. 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa............................................................ 70
2. Lembar Penilaian Guru yang Dinilai oleh Guru Kolaborasi ..................... 71
3. Angket tanggapan siswa terhadap cara pembelajaran ................................ 72
4. Lembar Observasi Terstruktur Siswa.......................................................... 74
5. Soal-Soal Uji Kompetensi Siklus I dan Siklus II. ...................................... 75
6. Lembar Kondisi Awal Keaktifan Siswa .................................................... 78
7. Hasil Belajar Kondisi Awal Siswa.............................................................. 80
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.............................................. 81
9. Hasil Belajar Siswa Siklus I........................................................................ 92
10. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ................................................. 93
11. Hasil Penilaian Guru yang Dinilai oleh Guru Kolaborasi Siklus I ............ 95
12. Hasil angket Tanggapan Siswa Terhadap Cara Pembelajaran Siklus I ...... 96
13. Hasil Observasi Terstruktur Siswa Siklus I ............................................... 98
14. Rencana Pelaksanan Pembelajaran Siklus II .............................................. 99
15. Hasil Belajar Siswa Siklus II ...................................................................... 109
16. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ................................................. 111
17. Hasil Penilaian Guru yang Dinilai oleh Guru Kolaborasi Siklus II........... 113
18. Hasil angket tanggapan Siswa Terhadap Cara Pembelajaran Siklus II ...... 114
19. Hasil Observasi Terstruktur Siswa Siklus II............................................... 116
20. Materi Siklus I............................................................................................. 117
21. Materi Siklus II ........................................................................................... 128
22. Foto Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas ........................................ 134
23. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Ijin Penyusunan Skripsi/ Makalah. 135
24. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan c.q Pembantu
Dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta................................................................ 136
25. Permohonan ijin Research / Try Out Kepada SMPN 3 Klaten................... 137
26. Surat Keterangan Telah Melakukan Research di SMPN 3 Klaten ............. 138
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama hidupnya manusia tidak pernah berhenti belajar, disadari atau
tidak, sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, Pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Masalah pendidikan ini harus kita
pikirkan dengan sungguh-sungguh. Masih rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia pada umumnya merupakan alasan mengapa harus ada pembaharuan
dalam bidang pendidikan.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah berupaya
membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap dan terpadu dengan
keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik dalam bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.
Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 Pasal 3 adalah sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sekolah sebagai suatu institusi atas lembaga pendidikan idealnya harus
mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Sekolah yang
bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses pendidikan yang
menekankan pada kegiatan pendidik, proses bermasyarakat bagi anak didik dan
merupakan wadah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
Berkaitan dengan proses pembelajaran, paradigma mengajar di Indonesia
mempunyai ciri-ciri antara lain guru aktif sedangkan peserta didik pasif,
pembelajaran berpusat pada guru, guru mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa,
pemahaman peserta didik cenderung bersifat instrumental, pembelajaran bersifat
1
xvii
mekanistik, peserta didik diam secara fisik dan penuh konsentrasi memperhatikan
apa yang diajarkan oleh guru kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi
belajar.
Model Ceramah adalah model yang menggunakan penuturan atau
penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama
dalam hal ini adalah “berbicara". Dalam ceramahnya kemungkinan guru
menyelipkan pertanyaan pertanyaan, akan tetapi kegiatan belajar siswa terutama
mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok pokok penting, yang
dikemukakan oleh guru; bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa
Dalam lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai model mengajar
telah menjadi salah satu persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian
orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa model ceramah kurang efisien
dan bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang
mempertahankan berdalih, bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan
dalam setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah
walaupun hanya sekedar sebagai kata pengantar pelajaran atau merupakan uraian
singkat di tengah pelajaran.
SMP Negeri 3 Klaten merupakan sekolah yang siswanya memiliki hasil
belajar yang bervariasi. Artinya SMP Negeri 3 Klaten bisa menerima siswa yang
hasil akademisnya bervariasi. Berbeda dengan SMP favorit lainnya, siswa yang
diterima adalah siswa yang memenuhi standar nilai yang telah ditentukan oleh
sekolah.
SMPN 3 Klaten terdiri dari 18 kelas meliputi kelas VII A, B, C, D, E dan F
kelas VIII A, B, C, D, E dan F dan kelas IX A, B, C, D, E dan F. Berdasarkan
wawancara dengan Suranti B.Sc selaku guru mata pelajaran Geografi kelas VII
SMP Negeri 3 Klaten tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa hasil belajar
geografi siswa kelas VII A kurang optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai
rata-rata geografi kelas VII A semester gasal yaitu 62 padahal batas ketuntasan
minimalnya yaitu 65.
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa guru menggunakan model
ceramah dalam mengajar dan media yang digunakan tidak sesuai dengan materi
xviii
yang dipelajari serta keterbatasan guru dalam menggunakan media untuk
menyampaikan materi. Jadi dapat disimpulkan bahwa model mengajar yang guru
terapkan membuat siswa cepat bosan dan tidak mengerti terhadap materi yang
diajarkan. Akibatnya siswa tidak aktif dalam pembelajaran seperti mengantuk,
berbicara sendiri dengan temannya, atau mengerjakan pekerjaan lain. Faktor-
faktor itulah yang menyebabkan 58% hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri
3 Klaten belum tuntas.
Untuk itu diperlukan sebuah model belajar baru yang lebih
memberdayakan siswa. Sebuah model belajar yang tidak mengharuskan siswa
menghafal, tetapi sebuah model yang mendorong siswa belajar dari pengalaman
sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada
pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan
sendiri, dan anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar,
khususnya belajar Geografi. Sehingga learning with effort (pembelajaran dengan
usaha) dapat terganti menjadi learning with fun (pembelajaran yang
menyenangkan).
Untuk itu peneliti memilih model Quantum Teaching sebagai model
pembelajaran yang akan diterapkan karena model Quantum Teaching adalah
model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status. Model Quantum Teaching diarahkan dalam
meningkatkan kinerja pengajaran guru dan hasil para siswa. Quantum Teaching
menunjukan kepada guru cara untuk menjadi guru yang lebih baik dalam
mengajar. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan
proses belajar guru lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang
terarah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis
memilih judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Model
Quantum Teaching Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Gejala-Gejala Yang
Terjadi di Atmosfer dan Hidrosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Kelas
VIIA SMP Negeri 3 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009 “.
B. Rumusan Masalah
xix
Apakah model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar
geografi pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Gejala-Gejala Yang Terjadi di
Atmosfer dan Hidrosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan di kelas VII A
SMP Negeri 3 Klaten ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan pokok
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi
menggunakan model Quantum Teaching pada Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Gejala-Gejala Yang Terjadi di Atmosfer dan
Hidrosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan di kelas VII A SMP
Negeri 3 Klaten.
D. Manfaat Dan Hasil Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa
2) Siswa termotivasi dan lebih bersemangat dalam pembelajaran geografi
3) Siswa menemukan model belajar yang sesuai dalam pembelajaran
geografi.
b. Bagi Guru
1) Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran
3) Diperolehnya media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran geografi
di SMP.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi.
3) Tumbuhnya keaktifan siswa dalam belajar di sekolah
xx
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
b. Sebagai gambaran dan bahan pengembangan untuk menentukan langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar geografi.
c. Sebagai acuan pembelajaran yang sistematis dan efektif dalam pembelajaran
geografi.
xxi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
1) Pengertian Model
Menurut Ana Retnowati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005: 324) menyatakan bahwa “Model adalah contoh, pola acuan ragam,
macam dan sebagainya, barang tiruan yang kecil dan tepat sekali seperti
yang ditiru”. Ahli lain berpendapat bahwa “Model adalah cara yang
sederhana di dalam memandang suatu masalah dimana model yang cukup
baik hanya mengandung bagian yang perlu saja” (Basuki, 2009:154). Jadi
model adalah pola acuan yang dapat ditiru.
2) Pengertian Pembelajaran
Syaiful Sagala (2005: 62) menyatakan bahwa “Pembelajaran
merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan yang
baik terhadap materi pelajaran”. Menurut Oemar Hamalik (1994: 57)
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Dalam Jurnal
Internasional, “ Learning is how a person or group comes to know, and
knowing consist of varety of types action, in learning, a knower positions
themselves in relation to the knowable, and engages” (Bill Cope, 2007:
http://ijl.cgpubluiher.com/about.html).
Definisi diatas mengandung pengertian bahwa belajar adalah
bagaimana seseorang atau kelompok yang datang untuk mengetahui dan
akhirnya mengetahui bermacam-macam tindakan dalam pembelajaran,
xxii
dalam pembelajaran siswa menempatkan dirinya dalam hubungan saling
mengetahui (yang dipengaruhi oleh pengalaman, konsep, analisis atau
penerapan).
3) Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono, (2009: 46) “Model pembelajaran ialah
pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial”.
4) Macam- macam Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2009: 27) “ Ada 3 model Pembelajaran
yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif dan
model pembelajaran berbasis masalah”. Sedangkan menurut Sugiyanto
(2009: 3) “ Ada banyak model pembelajaran diantaranya adalah model
pembelajaran konstektual, model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran Quantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran
berbasis masalah”.
Dalam penelitian ini menggunakan model Quantum Teaching
maka yang akan diuraikan secara spesifik adalah mengenai model
pembelajaran Quantum.
2. Pembelajaran Geografi
a. Hakikat Pembelajaran Geografi
Pada hakikatnya pengajaran geografi adalah pengajaran tentang aspek-
aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan
kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa konsep utama dalam pengajaran geografi adalah konsep spasial atau
keruangan.
b. Tujuan Pembelajaran Geografi di Sekolah
1. Menggambarkan pengetahuan tentang aliran pola-pola keruangan dan
proses yang berkaitan.
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan
informasi, mengkonsultasikan dan menerapkan pengetahuan geografi.
xxiii
3. Menanamkan sikap kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup
dan sumberdaya dan toleransi terhadap keragaman sosial budaya.
(Sumaatmaja, 1997: 1)
c. Model dan Media Pengajaran Geografi
Penggunaan model dan media dalam suatu kegiatan belajar mengajar
sangatlah penting, khususnya pembelajaran geografi yang menekankan pada
konsep keruangan, artinya siswa dituntut tahu tentang suatu fenomena geografi di
suatu wilayah tertentu padahal siswa tersebut belum pernah datang ke wilayah
tersebut.
Model ceramah adalah model dasar yang sangat sukar untuk ditinggalkan,
padahal ketika disadari model ceramah “tidak membuat siswa menjadi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar”. Margono (1998: 30) dalam skripsi Aris Haryanto
(2008) berpendapat bahwa “ Model ceramah adalah model mengajar yang
menggunakan penjelasan secara verbal”. Menurut Syamsudin (2005: 239) dalam
skripsi Aris Haryanto (2008) “Model ceramah atau kuliah merupakan suatu cara
belajar-mengajar dimana bahan disajikan oleh guru secara monologue sehingga
pembicara lebih bersifat satu arah (one way communication)”.
Langkah-langkah penyelenggaran model ceramah menurut Syamsudin
(2005: 240) bersifat ekspositoris yaitu:
1) Preparasi. Guru memilih topik yang diperinci kedalam beberapa subtopik (outline). Bahan-bahan dipersiapkan secara ekspositoris.
2) Introduksi. Guru menciptakan situasi (dengan gerak-gerik dan mimik, pertanyaan), sehingga pada pihak siswa terdapat kesiapan dan kesiapan. Dengan langkah ini, perhatian, minat dan persepsi siswa diharapkan terarah dan tercurah kepada pokok persoalaan yang dibahas
3) Presentasi. Bagian ini adalah badan (body) dari model ceramah. Sedangkan introduksi merupakan kepalanya. Pada taraf ini guru bertahap sesuai dengan sub-sub topik bahasan menyajikan materi bahasannya. Ada dua teknik yang biasa digunakan para guru yaitu dengan cara naratif atau tanya jawab. Dalam cara naratif sub topik dikemukakan sebagai kalimat berita atau deklaratif sedangkan pada cara tanya jawab, topik dikemukaan sebagai jawabannya
4) Konklusi. Bagian ini merupakan kaki dari model ceramah. Pada taraf guru mengemukaan resume, atau pokok-pokok bahasaan secara
xxiv
5) konklusif, diharapkan audience memperoleh gambaran yang lengkap, bulat, dan menyeluruh dari materi ceramah yang bersangkutan
6) Evaluasi. Untuk mendapatkan umpan balik (feed back) dari audience, guru menggunakan beberapa teknik, antara lain dengan jalan bertanya kepada audience dan menunjuk beberapa siswa secara acak untuk menjawabnya atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan dimintakan kepada audience yang lain untuk menjawabnya atau oleh guru sendiri.
Peranan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan model ceramah
adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat hal-hal penting yang
disampaikan oleh guru, oleh karena itu kelemahan-kelemahan model ceramah
pada kegiatan belajar mengajar adalah:
1) Model ceramah tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi
memecahkan masalah sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang
tajam
2) Model ceramah kurang memberikan kesempatan kepada siwa untuk
mengembangkan keberanian mengemukakan pendapat
3) Pertanyaan lisan dalam model ceramah kurang dapat ditanngkap oleh
pendengaran, apalagi jika menggunakan kata-kata asing.
Berbagai studi menunjukan bahwa model ceramah ini efektif menyajikan
bahan yang bersifat informatif atau teoritis dan tidak memerlukan ingatan yang
harus tahan lama.Kelemahanya adalah terbatasnya kesempatan partisipasi siswa
hanya bersifat mentaly processing yaitu kemampuan daya tangkap dan kecocokan
latar belakang dengan permasalahan yang dibicarakan, penceramah kurang
mampu mempergunakan berbagai teknik secara bervariasi dapat mendatangkan
kejenuhan .
Pengajaran Geografi pada hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-
gejala Geografi yang tersebar di permukaan bumi. Untuk memberikan gambaran
ataupun deskripsi gejala-gejala tadi maka guru harus kreatif dalam menyampaikan
materi. Untuk menyikapi hal tersebut maka penerapan model yang bervariasi
sangatlah penting, hal ini dimaksudkan untuk mendorong keaktifan anak didik.
3. Kompetensi Dasar
xxv
Kompetensi dasar merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Menurut Mc. Ashan yang dikutip E. Mulyasa (2006: 38) mengemukakan bahwa
kompetensi “....is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person
achieves which become port of his her being to the exent he or she satisfactory
perform particular cognitive, effective and psychomotor behaviours”. Dalam hal
ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang
dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya. Sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya. Sejalan dengan itu, Findi dan Crunkilton yang dikutip oleh E. Mulyasa
(2006: 38) mengartikan “Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas
ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas ketrampilan,
sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Kompetensi dalam Quality Education Review Cimote (QERC) dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan ketrampilan dan
pengetahuan secara afektif untuk mencapai suatu tujuan (Paul Tranter dan Jams
Worn 2003: 2). Dewan Mayer dalam Paul Tranter dan Jams Warn (2003: 2).
Mendefinisikan “Kompetensi lebih luas lagi karena dewan ini memandang bahwa
kompetensi tergantung pada pemahaman berbasis ketrampilan dan pengetahuan
dan ketrampilan dan bahwa kompetensi meliputi kapasitas untuk mentrasfer
pengetahuan dan ketrampilan pada tugas dan situasi yang baru”.
4. Model Quantum Teaching
a. Hakikat pembelajaran model Quantum Teaching
Sebelum mempelajari Quantum Teaching, maka baiknya mengetahui
pengertian Quantum terlebih dahulu.
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching adalah suatu rangkaian terbaik sebuah paket multi sensori, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. Quantum Teaching dimulai di
xxvi
SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 2000: 4) Asas utama Quantum Teaching bersandar pada konsep “bawalah
dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” hal ini
maksudnya tujuan akhir dari Quantum Teaching adalah siswa dapat membawa
apa yang telah dipelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada
situasi baru.
Menurut Deporter (2000: 14) menyatakan bahwa “Konteks
pembelajaran dikelas dalam Quantum Teaching mempunyai empat aspek
yaitu: suasana, landasan, lingkungan dan rancangan”. Suasana kelas
mencakup bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa dan
sikap guru menjalin rasa simpati dengan siswa dan sikap guru terhadap
sekolah serta belajar. Suasana yang penuh kegembiraan membawa
kegembiraan pula dalam belajar. Sedangkan landasan adalah kerangka kerja
yang meliputi tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur dan
aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja
dalam komunitas belajar. Berbeda dengan suasana lingkungan adalah cara
guru menata ruang kelas yaitu: pencahayaan warna, pengaturan meja kursi,
musik dan semua hal yang mendukung proses belajar. Rancangan adalah
penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat
siswa mendalami makna dan memperbaiki proses tukar menukar informasi.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum
Menurut Deporter (2000: 7), Quantum Teaching mempunyai prinsip:
1) Segalanya berbicara: dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran. Semuanya mengirim pesan tentang belajar
2) Segalanya bertujuan: Semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan
3) Pengalaman sebelum pemberian nama: proses belajar paling baik terjadi, ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari
4) Akui setiap Usaha: Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka
xxvii
patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka
5) Jika layak dipelajari maka layak pula di rayakan: perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar
c. Konsep Perancangan Pengajaran Quantum Teaching
Menurut Deporter (2000: 88) “Kerangka rancangan belajar Quantum
Teaching dikenal dengan TANDUR”. Tandur merupakan singkatan dari
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
Maksud dari tumbuhkan ialah menumbuhkan minat dengan
memuaskan.yang didasarkan pada AMBAK (Apakah manfaatnya bagiku) dan
memanfaatkan kehidupan siswa, dalam penyertaan tumbuhkan menciptakan
jalinan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan
akan memanfaatkan pengalaman mereka, mencari tanggapan ”yes” untuk
kesepakatan belajar dan mendapatkan komitmen siswa untuk menjelajah.
Alami diartikan menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang
dapat dimengerti semua pelajar. unsur ini memberikan pengalaman kepada
siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman
membuat guru mengajar melalui “jalan belakang” untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keingintahuan siswa. Strategi yang digunakan yaitu dengan
memerankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara,
menggunakan jembatan keledai, permainan dan simulasi.
Namai merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran serta
menciptakan hasrat alami otak untuk memberikan indentitas, mengurutkan,
dan mendefinisikan. Penamaan dibangun diatas dasar pengetahuan dan
keingintahuan siswa. Penamaan digunakan untuk mengajarkan konsep,
ketrampilan, dan strategi belajar bagi siswa. Strategi yang digunakan yaitu
memberikan susunan gambar, poster. Sedangkan Demontrasikan diartikan
memberikan kesempatan bagi pelajar untuk. Menunjukkan bahwa mereka tahu
dan memberikan pelajar peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan
pengetahuan mereka kedalam pembelajaran yang lain, memberikan
xxviii
kesempatan bagi mereka untuk mengkaitkan pengalaman dengan data baru
dan ke dalam kehidupan mereka. Strategi yang digunakan dengan penjabaran
dalam grafik, lagu, sandiwara. Ulangi diartikan pengulangan digunakan
memperkuat koneksi saraf dan ulangi menunjukkan kepada para pelajar
tentang cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku
memang tahu ini”. Pengulangan dilakukan secara multimodalitas dan
multikecerdasan dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan
pengetahuan yang mereka peroleh kepada orang lain. Strategi yang digunakan
dengan menggunakan daftar isian “aku tahu bahwa aku tahu”. Rayakan
diartikan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan
kesuksesan siswa. Rayakan berarti pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahua dan perayaan bagi siswa
akan mendorong tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka
sendiri.
Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong siswa
memperkuat rasa tanggung jawab, karena perayaan membangun keinginan
untuk sukses.
Menurut Deporter (2000: 31) “Bentuk-bentuk perayaan adalah tepuk
tangan, tiga kali hore, wuss jentikan jari, poster umur, catatan pribadi,
persekongkolan, kejutan, pengakuan kekuatan”. Tepuk tangan merupakan
teknik yang terbukti tidak pernah gagal memberikan inspirasi. Berteriak
hore, hore, hore sambil mengayunkan tangan ke depan dan melompat
merupakan cara yang mengasyikan. Jentikan jari merupakan perayaan dengan
menggunakan pengakuan yang tenang daripada tepuk tangan. Memberikan
kejutan misalnya dengan makanan, stationery dan hal-hal yang menyenangkan
lainnya. Wuss, cara melakukannya adalah setelah bertepuk, tangan
mendorong kearah orang tersebut sambil berteriak wuss. Poster umum,
mengakui individu atau seluruh kelas, misalnya “Kelas sepuluh Ngetop!”.
Catatan pribadi yaitu menyampaikan kepada siswa secara perorangan untuk
mengakui usaha keras, sumbangan pada kelas, atau tindakan yang baik hati.
xxix
Sedangkan persekongkolan , mengakui seseorang secara tidak terduga,
dengan cara memasang poster positif.
d. Metode Mengajar Quantum Teaching
Metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran. Pemilihan metode yang tepat sangat
penting bagi guru, agar dapat menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan. Dalam Quantum Teaching ada beberapa metode yang
digunakan, yaitu:
1) Metode Peta Pikiran
Menurut Deporter (2000: 175) “Peta pikiran adalah metode
mencatat creatif yang memudahkan guru dan siswa mengingat banyak
informasi”. Menurut Silberman (1996:109) “ Mind Mapping is a creative
way for individual student to generate ideas, record learning, or plan a
new project “. Cara membuat peta pikiran ialah menuliskan tema utama
sebagai titik sentral/ tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-
tema turunan yang keluar dari titik tersebut dan mencari hubungan antara
tema turunan. Itu berarti setiap kali mempelajari sesuatu hal maka
langsung fokus pada tema utamanya, poin-poin penting dari tema utama
yang sedang dipelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut
dan mencari hubungan antara sikap poin. Dengan cara ini bisa
mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah dikuasai dan area
mana saja yang belum dikuasai.
Gambar 1. Peta Pikiran (Deporter, 2000: 176)
xxx
2) Metode Catatan TS
Catatan TS merupakan singkatan dari Tulis dan Susun. Menurut
Deporter (2000: 178) “Siswa mencatat baik-baik fakta dari pelajaran
maupun asosiasi, pikiran dan perasaan yang mengantarkan mereka ke
perjalanan mental mereka”. Hal ini memudahkan siswa untuk
mempertahankan pusat perhatian siswa kepada guru.
Catatan TS mudah dipelajari dan sangat efektif. Dalam prakteknya
siswa membuat di dalam buku yaitu menggambar garis vertikal kira-kira
seperempat bagian dari sisi kanan kertas, membentuk dua kolom, satu
besar dan satu kecil. Di atas kolom kiri yang besar siswa menuliskan
informasi penting. Diatas kolom kanan yang kecil siswa menuliskan
pikiran, perasaan, dan pertanyaan. Di sebelah kiri, siswa menuliskan
tanggal, nama dan informasi penting lainnya sambil mendengarkan
penjelasan dari guru atau membaca. Di sebelah kanan, siswa menuliskan
pemikiran asosiasi yang muncul dalam pikiran siswa yang Bisa berupa
pendapat, reaksi dari apa yang didengar, pertanyaan dan lainnya. Ruang
kanan digunakan untuk menulis tentang perasaan siswa pada waktu itu,
sedih, tertarik, bingung, bosan dan sebagainya. Catatan TS dimaksudkan
untuk menciptakan hubungan emosi dengan informasi yang dipelajari
siswa, mengingatkan perasaan yang dialami siswa pada saat belajar yang
memudahkan siswa untuk mengingat informasi.
T (Tulis) S (Singkat)
Gambar 2. catatan TS ( Deporter, 2000:179
xxxi
Model Quantum Teaching juga mencakup petunjuk spesifik untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum,
menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Cara yang efektif
untuk meningkatkan rasa kebersamaan adalah dengan menggunakan
delapan kunci keunggulan. Menurut Deporter (2000: 47) “8 kunci itu
menyediakan tata yang bermanfaat untuk mendapatkan keselarasan dan
kerjasama”. 8 kunci keunggulan itu adalah integritas (bersikap jujur,
tulus dan menyeluruh). Kegagalan awal kesuksesan , bicara dengan niat
yang baik, hidup di saat ini, komitmen, tanggung jawab, siklus luwes
atau fleksibel dan keseimbangan. Quantum Teaching memiliki model
yang memadukan dua unsur yaitu konteks dan isi.
Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan
landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung dan
rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang
prima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar dan ketrampilan
hidup, kesesuaian keduanya akan membuahkan keberhasilan pembelajaran
yang tinggi. Hal ini akan menciptakan relevansi bagi siswa dan prosesnya
akan terasa lebih seperti pembelajaran kehidupan nyata.
Setiap individu mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, gaya
itulah yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam pembelajaran
sebagai modalitas belajar. Modalitas belajar itu mencakup 3 (tiga) macam,
yaitu visual, audiovisual dan kinetetik.
Menurut Deporter (2000: 85) :
1) Visual, modalitas yang mengakses citra visual, yang terciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas.
2) Auditoria, modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog, internel dan suara yang menonjol.
3) Kinestetik, modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional dan kenyamanan fisik.
xxxii
Quantum Teaching sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
dalam proses pembelajaran, keadaan yang dibuat-buat kealamiahan
menimbulkan suasana nyaman, sehat, santai dan menyenangkan, sedangkan
suasana kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku dan
membosankan, karena pembelajaran harus dirancang, disajikan , dikelola dan
difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan
proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Disinilah para perancang dan
pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif untuk menciptakan
kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes yang
diselenggarakan oleh guru sendiri pada setiap akhir pertemuan pelajaran ataupun
Depdiknas yang berupa ujian akhir nasional. Menurut Oemar Hamalik (2002:
159), “evaluasi hasil belajar adalah seluruh kegiatan pengukuran (pengumpulan
data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar”. Rahkmat dan Suherdi (2001: 16) menyatakan bahwa “penilaian
merupakan proses pengumpulan, penganalisiaan, dan penafsiran informasi untuk
menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran”. Pencapaian hasil
belajar siswa dapat dicapai dengan menggunakan tes hasil belajar.
Rahkmat dan Suherdi (2001: 56), “tes hasil belajar dapat didefinisikan
sebagai alat atau prosedur sistematis untuk mengukur hasil belajar siswa”. Tinggi
rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut
Purwanto (2002 :107) “hasil belajar pada setiap orang dipengaruhi oleh faktor luar
dan faktor dalam”. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.
6. Penelitian Tindakan Kelas
PTK adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas.
Kelas dalam konteks lama yaitu sebuah ruangan di sekolah tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Dalam pengertian pengajaran Kelas
xxxiii
adalah sekelompok siswa yang sedang belajar, dimanapun tempat berlangsungnya
anak didik tersebut belajar. Jadi kelas dapat diwujudkan di laboratorium,
lapangan, ataupun bengkel. Suharsimi Arikunto (2008: 2-3) menjelaskan PTK
melalui paparan gabungan definisi tiga kata, yaitu :
1. Penelitian Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan Tindakan adalah sesutu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian bebentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
xxxiv
B. Penelitian yang Relevan
Sampai saat ini belum ditemukan penelitian yang relevan atau sama seperti
skripsi yang disusun oleh peneliti. Berikut akan disajikan beberapa hasil
penelitian yang telah ditemukan mengenai penggunaan model Quantum Teaching
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang
telah ditemukan adalah seperti di bawah ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh
1) Nama : Aris Haryanto (K5403018)
Judul :
Tahun : 2008
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan penggunaan antara
metode pembelajaran Quantum Teaching
dibandingkan dengan metode pembelajaran
ceramah terhadap hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan hasil Analisis uji t (tobs >
ttab = 1,880 > 1,645) pada taraf signifikansi
sebesar 5%. Rata-rata hasil belajar akhir yang
diperoleh pada kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran Quantum
Teaching yaitu 71,40 dan menggunakan
metode pembelajaran ceramah yaitu 67,78
2) Nama : Kuncoro Putri ( K4303035 )
xxxv
Judul : Implementasi Pendekatan Quantum Learning
Sebagai Upaya Meminilisasi Miskonsepsi
Bioteknologi di SMA Negeri 8 Surakarta.
Tahun : 2008
Kesimpulan : Quantum Learning dapat meminilisasi
miskonsepsi pada materi bioteknologi
sehingga terjadi penurunan prosentase
jawaban yang salah pada tes kemampuan
kognitif yaitu 45,37% pada kemampuan awal,
24,91% pada siklus I / II dan 19,2% pada
kemampuan akhir.
C. Kerangka Pemikiran
Pada kondisi awal dalam kegiatan belajar mengajar masih secara
konvensional, nilai rata-rata pelajaran geografi masih rendah dan hanya beberapa
anak saja yang menonjol. Hal ini dikarenakan kurangnya kontribusi siswa dalam
kelas. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru dalam kelas. Siswa yang pasif
biasanya cukup puas dengan menerima pengetahuan dari guru saja tanpa berusaha
tanya pada guru. Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar. Penggunaan
pembelajaran yang efektif merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Sesuai dengan hal tersebut maka diperlukan upaya perbaikan yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model yang perlu diterapkan adalah
model Quantum Teaching. Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan
lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Model
Quantum Teaching bersandar pada konsep Bawalah dunia mereka ke dunia kita,
dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran
xxxvi
dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari
siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Dengan penerapan model Quantum Teaching ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa yang secara langsung, maupun tidak langsung
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Masalah yang dihadapi sebelum tindakan
Guru tidak menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran geografi
Siswa tidak aktif dalam pembelajaran, diantaranya cepat bosan, mengantuk, dan berbicara sendiri dengan temannya
Guru hanya menggunakan model ceramah dalam mengajar
xxxvii
Gambar 3. Kerangka Berpikir
D. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
Hasil belajar siswa rendah
Perencanaan
Tindakan Penelitian : Upaya untuk meningkatkan hasil belajar
dengan model Quantum Teaching
Hasil akhir setelah dilakukan tindakan
Guru menggunakan media yang menarik dalam pembelajaran geografi di kelas
Siswa aktif dalam pembelajaran seperti aktif bertanya, fokus dengan materi, dan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran
Hasil belajar meningkat
Guru menggunakan model yang bervariasi dalam mengajar. Jadi perhatian siswa tidak hanya terpusat pada
guru saja.
xxxviii
Model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar geografi siswa
kelas VII A SMPN 3 Klaten pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Gejala-
Gejala Yang Terjadi di Atmosfer dan Hidrosfer serta Dampaknya Terhadap
Kehidupan di kelas VII A SMP Negeri 3 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009.
xxxix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan adalah SMP Negeri 3 Klaten yang beralamat di
Jln Andalas no. 31 Klaten
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester dua (genap) tahun ajaran
2008/2009. Dalam penelitian akan dilakukan dua siklus dengan kompetensi dasar
yaitu Mendeskripsikan gejala-gejala atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya
terhadap kehidupan . Dalam setiap siklus dibantu oleh guru geografi kelas VII A
SMP Negeri 3 Klaten. Adapun jadwal waktu penelitian dibagi dalam tabel
berikut:
Tabel 2. Jadwal Waktu Penelitian
Tahun 2009 No Jadwal Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni
1. Penulisan proposal penelitian
2. Penyusunan instrumen penelitian
3. Pelaksanaan Penelitian (Pengumpulan data dan analisa data)
4. Penulisan laporan penelitian
xl
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Klaten yang
terdiri dari 19 siswa putri dan 21 siswa putra.
B. Pendekatan Penelitian
Bentuk Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang istilah
dalam bahasa Inggrisnya adalah Clasroom Action Research (CAR). Kemudian
Suharsimi Arikunto (2008: 58) menjelaskan bahwa “PTK adalah tindakan yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik
pembelajaran.”
PTK adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas.
Kelas dalam konteks lama yaitu sebuah ruangan di sekolah tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Dalam pengertian pengajaran Kelas
adalah sekelompok siswa yang sedang belajar, dimanapun tempat berlangsungnya
anak didik tersebut belajar. Jadi kelas dapat diwujudkan di laboratorium,
lapangan, ataupun bengkel. Suharsimi Arikunto (2008: 2-3) menjelaskan PTK
melalui paparan gabungan definisi tiga kata, yaitu :
4. Penelitian Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
5. Tindakan Tindakan adalah sesutu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian bebentuk rangkaian siklus kegiatan.
6. Kelas Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Menurut Hopkins yang dikutip Suharsimi Arikunto (2008: 102)
mengartikan bahwa “PTK sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substantif, yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam
disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil
terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.
xli
Dari pendapat dua ahli di atas PTK dapat disimpulkan sebagai
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi di kelas secara bersama-sama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.
Suharsimi Arikunto (2008: 16) mengemukakan bahwa “PTK mempunyai
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi”. Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan
dalam gambar 2 sebagai berikut:
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 16)
Kegiatan perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh, siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Yang dialaminya
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
?
xlii
meliputi kegiatan mengidentifikasi masalah menganalisis masalah, merumuskan
masalah dan membuat hipotesa tindakan.
Dalam PTK rincian tindakan meliputi, langkah-langkah yang akan
dilakukan, kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru dan yang diharapkan
oleh siswa, serta jenis media pembelajaran dan jenis intrumen yang akan
digunakan.
Tahap pengamatan sebenarnya dilakukan bersama-sama dengan
pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Sedangkan pada
tahap refleksi di maksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan, berdasarkan data yang terkumpul, kemudian evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya.
Keempat tahapan dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah
semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan
refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan “bentuk
tindakan” maka yang dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut.
Jadi bentuk Penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi
selalu harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal yaitu dalam
bentuk siklus. Sebagai contoh, tindakan untuk mengajarkan topik “Peta Pulau
Jawa” maka hanya belangsung satu kali siklus, karena materinya sudah jelas. Lain
lagi jika topiknya membaca peta, kegiatannya dapat berlangsung berkali-kali
karena yang diajarkan ada beberapa sehingga dapat merupakan siklus
berkesinambungan.
Salah satu ciri khas dalam PTK adalah adanya kolaborasi (kerja sama)
antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan peneliti (dosen,
mahasiswa, dan lain-lain). Kolaborasi kedua pihak tersebut sangat penting dalam
menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama pada
kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan,
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
xliii
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru tanpa kerjasama dengan
peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti sekaligus praktisi
pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 106), “dalam keadaan seperti
sendiri secara objektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat secara wajar,
tidak harus ditutup-tutupi.
PTK dilaksanakan untuk mencapai sasaran sebagai berikut:
1. memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil
pembelajaran
2. menumbuhkembangkan budaya peneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih
proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran.
3. menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik
dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
4. meningkatkan kolaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Menurut Borg yang dikutip Suharsimi Arikunto (2008: 107) bahwa
“tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan
proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk
pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan”.
Borg yang dikutip Suharsimi Arikunto (2008: 109) juga menyebutkan
bahwa “PTK banyak sekali memiliki manfaat dalam pembelajaran di kelas, yaitu
inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat regional/ nasional, dan
peningkatan profesionalisme pendidikan”. Dalam penelitian tindakan kelas yang
akan dilaksanakan, peneliti merencanakan 2 siklus.
C. Sumber Data
Ada dua sumber data yang biasa dipakai dalam Penelitian
Tindakan Kelas, yaitu sumber data primer dan sekunder.
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:125) menyatakan bahwa :
Sumber data primer adalah siswa, guru, orang tua, dan kepala sekolah. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang berasal dari pihak yang masih ada kaitannya dengan siswa, tetapi tidak secara langsung mengatahui keberadaan siswa atau berhubungan langsung
xliv
dengan siswa; sumber data sekunder antara lain pengawasan sekolah, pejabat dinas pendidikan, dewan pendidikan, dan pengurus komite sekolah.
Berdasarkan pemahaman terhadap uraian diatas, maka yang menjadi
sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Informan
Informan adalah orang yang memberikan tanggapan apa yang diminta atau
yang ditentukan oleh penelitinya. Informan dalam penelitian kualitatif posisinya
sangat penting yaitu berbagai individu yang memiliki informasi. Dalam penelitian
ini yang di tunjuk sebagai informan adalah siswa dan guru yang bersangkutan.
Adapun beberapa informan yang diperlukan:
1) Suranti B.Sc selaku guru geografi kelas VII A SMPN 3 Klaten
2) Siswa SMPN 3 Klaten khususnya siswa kelas VII A
b. Dokumen
Menurut H.B Sutopo (2002: 54), bahwa yang dimaksud dengan dokumen
adalah “Bahan tertulis atau benda yang bergayut dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu.”
Dokumen sebagai sumber data untuk melengkapi data yang diperoleh dari
informan, catatan-catatan yang penting untuk melengkapi data penelitian,
sehingga dokumen dan arsip ini penting pula sebagai sumber data yang terdiri dari
kurikulum, rencana pembelajaran dan daftar nilai.
c. Tempat dan Peristiwa
Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data yang di manfaatkan dalam
penelitian ini. Lokasi merupakan tempat dimana penelitian dapat dilakukan. Dari
pemahaman lokasi peneliti bisa cermat mencoba mengkaji secara kritis menarik
kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
xlv
Sebagai tempat atau lokasi penelitian ini adalah SMPN 3 Klaten terutama
tempat dimana aktivitas penggunaan model Quantum dalam pembelajaran yaitu
kelas VII A SMPN 3 Klaten, sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah peneliti
mengamati penggunaan model Quantum dalam proses belajar mengajar di kelas
VII A SMP N 3 Klaten.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Dokumentasi
Salah satu teknik pengumpulan data yang bisa digunakan adalah
metode dokumentasi atau pencarian dokumen (penggalian, pemotretan,
peniruan, dan sejenisnya yang lazim dalam penelitian historis).
b. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti, baik
pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun di dalam situasi
buatan yang khusus diadakan (Winarno Surakhmat, 1994: 162). Dalam
observasi ini yang menjadi guru pengajar adalah peneliti sendiri, dan yang
diobservasi adalah siswa kelas VII A SMPN 3 Klaten yang meliputi keaktifan
siswa (bisa dilihat pada lampiran 1)adalahObservasi yang dilakukan di
kelasmemungkinkan peneliti mengamati dari dekat gejala penelitian, dalam
hal ini peneliti dapat mengambil jarak sebagai pengamat semata-mata atau
dapat pula melibatkan diri di dalam situasi yang diteliti. Instrumen observasi
bisa dilihat pada lampiran 1,2, dan 4.
c. Angket
Dalam penelitian yang telah dilakukan, angket diberikan pada siswa
kelas VIIA SMP N 3 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009. Untuk mengetahui
berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Angket dalam
penelitian ini untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran geografi. Dalam mengikuti proses pembelajaran angket
xlvi
diberikan pada akhir penelitian tindakan. Dengan menganalisis informasi
yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atas
kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan
minat siswa dalam proses pembelajaran Geografi.
d. Tes
Pemberian tes yang akan dilakukan dalam penelitian dimaksudkan
untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pemberian tindakan. Tes diberikan di kelas VIIA SMP N 3 Klaten Tahun
Ajaran 2008/2009 pada akhir siklus dengan diawasi oleh guru pamong
Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Dengan perkataan lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan kognitif siswa sesuai dengan siklus yang ada.
E. Validitas Data
Informasi yang akan dikumpulkan peneliti dan akan dijadikan dalam
penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas
data dalam penelitian ini adalah dengan Trianggulasi data.
Moleong (2000: 330) mengemukakan bahwa “Trianggulasi adalah teknik
memeriksa keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lauin diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Teknik
trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan
trianggulasi metode. H.B Sutopo (1998: 80) mendefinisikan “Trianggulasi Data
adalah mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau
metode pengumpulan data yang berbeda”. Menurut H.B Sutopo (1998: 79)
menyatakan bahwa:
Trianggulasi data dilakukan dengan cara memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data sejenis, selain itu juga ada cara lain yaitu dengan menggali informasi dari suatu narasumber tertentu, dari kondisi lokasinya, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku orang atau warga masyarakat, atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan
xlvii
dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud peneliti. Misalnya untuk mengetahui hasil belajar siswa dan keaktifan siswa pada
semester genap, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. memberikan tes tentang materi yang diajarkan pada semester genap yaitu
tentang kompetensi dasar mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di
atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan.
2. menerapkan model Quantum Teaching
F. Analisis Data
Data yang dianalisa adalah data dari hasil belajar siswa yang diperoleh
selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas, yang berupa nilai dari masing-
masing siswa setelah diberikan tes pada setiap akhir pembelajaran. Sebagaimana
bentuk penelitian ini maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
perbandingan, artinya peristiwa/kejadian yang timbul dibandingkan kemudian
dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa kata-kata yang
dapat menggambarkan keadaan secara sistematis. Kejadian-kejadian yang terekam
serta data yang diperoleh akan ditabulasikan secara nominal kemudian ditentukan
prosentasenya. Dari prosentase itu akan dideskripsikan kearah kecenderungan
tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.
G. Indikator Kinerja
Indikator kerja merupakan rumusan yang akan dijadikan acuan dalam
menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian . Berikut ini tabel indikator
keberhasilan kerja dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Kerja Siklus 1
Kualitas Hasil Belajar
Aspek yang Dinilai Target Instrumen penunjang
Hasil Belajar 75 % tuntas Tes
xlviii
Keaktifan Belajar 75 % tuntas 1. Angket
2. Lembar observasi
keaktifan siswa
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Kerja Siklus II
Kualitas Hasil Belajar
Aspek yang Dinilai Target Siklus I Target Siklus II
Keaktifan Belajar Siswa 75 % 75 % tuntas
Hasil Belajar 75 % 75 % tuntas
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Setelah dilaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan rancangan solusi yang telah direncanakan,
siswa diberi tes pada setiap siklus. Setelah dievaluasi, dari hasil tersebut apakah
hasilnya sudah memenuhi target keberhasilan yang telah ditetapkan atau belum.
Jika belum memenuhi target keberhasilan di siklus I maka dilanjutkan
pembelajaran di siklus II dengan menggunakan rancangan solusi yang telah
diperbaiki berdasarkan hasil refleksi di siklus I.
Prosedur pelaksanaan PTK secara umum mencakup tahap perencanaan
dan tahap pelaksanaan tindakan, yang terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan refleksi. Tahap perencanaan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru Geografi SMP Negeri 3
Klaten.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP Negeri 3
Klaten secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar mengajar kelas
VII A pada khususnya.
xlix
c. Identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar kelas VII A yang
akan dilakukan.
2. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan penelitian akan dilakukan 2 siklus. Pada tahap
perencanaan penelitian meliputi penyusunan beberapa instrumen penelitian
yang digunakan dalam tindakan dalam menggunakan model Quantum
Teaching. Instrumen penelitian tersebut meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran, silabus, lembar tugas, soal tes formatif, angket kepuasan siswa,
dan lembar observasi terstruktur.
3. Tahap Pelaksanaan
Hal-hal yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah
implementasi model Quantum Teaching yang akan dilaksanakan dalam 2
siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
4. Tahap evaluasi dan Observasi
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan juga dilakukan evaluasi dan
observasi. Dalam pelaksanaan peneliti dibantu oleh guru pamong.
5. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini akan dilakukan analisis terhadap pelaksanaan proses
kegiatan belajar mengajar, dan penguasaan materi yang diwujudkan dalam
nilai tes. Kemudian setelah memperoleh data, maka akan dilakukan refleksi
untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu perbaikan pengajaran materi
sebelumnya dengan menggunakan model Quantum Teaching.
6. Tahap Tindak Lanjut
Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan pengelolaan kelas dalam
pengaplikasian model Quantum Teaching. Apabila siklus I dan II tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran maka akan dilakukan perbaikan lagi dalam siklus
berikutnya.
l
Perencanaan : § Penyusunan silabus § Penyusunan instrumen
penelitian
Tindakan I : Penggunaan Quantum
Teaching dalam kegiatan belajar mengajar
Analisis dan Refleksi I : § Analisis pelaksanaan
pembelajaran § Analisis hasil tes § Analisis hasil angket § Refleksi untuk
perbaikan kegiatan § Pembelajaran pada
siklus berikutnya
Observasi dan evaluasi I : § Observasi pelaksanaan § Pembelajaran § Tes formatif § Pemberian angket
Perencanaan ulang apabila siklus I
belum berhasil
Tindakan II
Observasi II
Analisis dan refleksi II
Tindak lanjut
Siklus I
Siklus II
Persiapan : § Permohonan Ijin § Survey § Identifikasi Masalah
li
Gambar 2 : Skema Prosedur Penelitian
lii
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
1. Kondisi Sekolah
Penelitian dilakukan di SMPN 3 Klaten yang beralamat di Jln. Andalas 5
Klaten. Batas SMPN 3 Klaten adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Klaten Utara
2. Sebelah Timur : Kecamatan Ketandan
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Klaten Selatan
4. Sebelah Barat : Kecamatan Kebonarum
SMPN 3 Klaten dikepalai oleh Drs. Suramlan, dengan bangunan yang
terdiri dari:
1. Lapangam Olahraga seluas 1600 m2
2. Lapangan Upacara seluas 600 m2
3. Bangunan gedung seluas 6945 m2
SMPN 3 Klaten terdiri dari 18 kelas yaitu 6 kelas untuk kelas VII, 6 kelas
untuk kelas VIII, 6 kelas untuk kelas IX. Disamping itu, ada ruang untuk
guru,ruang Tata Usaha, Ruang untuk Kepala Sekolah, Kamar mandi, musholla,
tempat pakir yang luas.
SMPN 3 Klaten mempunyai letak yang sangat strategis karena letaknya di
tengah kota sehingga mempunyai transportasi yang mudah, selain itu banyak
tanaman hijau yang dapat membuat suasana menjadi segar dan indah serta ramah
lingkungan.
liii
2. Kondisi Awal
Hasil observasi pelaksanaan sebelum diterapkan model Quantum Teaching
ada beberapa masalah yang mendorong peneliti untuk melaksanakan observasi.
Masalah tersebut adalah rendahnya hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan sikap
siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran Geografi. Guru sebagai pusat
dari segala kegiatan siswa di kelas, sehingga siswa kurang dilibatkan dalam
pembelajaran. Siswa kelas VII A SMPN 3 Klaten sebagian besar tidak aktif dalam
pembelajaran, mereka cenderung diam tetapi tidak memperhatikan penjelasan
guru yang sedang mengajar di kelas. Selama ini guru hanya menggunakan model
ceramah dalam pembelajaran. Model pengajaran yang demikian mengakibatkan
kejenuhan pada siswa, siswa kurang dirangsang berpikir untuk memecahkan suatu
permasalahan sehingga siswa bersikap pasif.
Sebuah model pembelajaran yang baru sangat diperlukan agar siswa dapat
mengkontruksikan apa yang ada dalam benak mereka dan tidak bersikap pasif
yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Quantum Teaching
merupakan model pembelajaran baru yang menyenangkan, Quantum Teaching
adalah pembelajaran dimana anak belajar dari pengalaman sendiri,
mengkonstruksikan pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu.
Penggunaan media Quantum Teaching sangat bervariasi diantaranya ialah
penggunaan poster, gambar, video dan musik. Model Quantum Teaching juga
menggunakan rancangan TANDUR yaitu tumbuhkan, alami, namai,
demonstrasikan, ulangi dan rayakan ( penerapannya bisa dilihat pada lampiran 9
dan 16 ). Secara garis besar istilah TANDUR bertujuan supaya siswa menjadi
tertarik dan aktif serta membuat suasana menyenangkan pada setiap pembelajaran,
sehingga dapat diasumsikan suasana kelas yang menyenangkan dapat
meningkatkan keaktifan siswa yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar
siswa. Dari observasi awal yang telah dilakukan oleh guru pamong, penulis
memperoleh data awal sebagai berikut :
liv
E. Kondisi Keaktifan Siswa
Dari lembar observasi diperoleh skor keaktifan siswa awal (lihat
lampiran 6). Uraiannya sebagai berikut :
F. Siswa yang mempunyai keaktifan tinggi berjumlah 5 siswa yaitu 12%
dari 40 jumlah siswa.
G. Siswa yang mempunyai keaktifan sedang berjumlah 19 siswa yaitu 48%
dari 40 jumlah siswa.
H. Siswa yang mempunyai keaktifan rendah berjumlah 16 siswa yaitu 40%
dari 40 jumlah siswa.
Kondisi tersebut dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4. Kategori keaktifan siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Klaten sebagai data keaktifan awal siswa
No Kategori Frekuensi Prosentase
1. Tinggi 5 12%
2. Sedang 19 48%
3. Rendah 16 40%
I. Kondisi awal nilai tes siswa
Keadaan ulangan harian pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan
akhir semester ganjil (lihat lampiran 7). Siswa yang belum mencapai
ketuntasan dalam pembelajaran berjumlah 23 siswa ( 58% dari jumlah siswa)
sedangkan yang tuntas adalah 17 siswa ( 42% dari jumlah siswa). Rata-rata
nilai ulangan kelas VII A SMPN 3 Klaten adalah 61,75. Kondisi tersebut
dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 5. Ketuntasan Nilai Akhir siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Klaten sebagai data awal
Kategori Frekuensi Prosentasi
Tuntas 17 42%
Belum Tuntas 23 58%
lv
3. Deskripsi Siklus 1
1. Perencanaan Tindakan I
Pada tahap ini mengambil silabus Geografi yaitu kompetensi dasar
mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta
dampaknya terhadap kehidupan (Lihat Lampiran 5). Peneliti menyiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dan menyediakan instrumen
yang diperlukan selama siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan I
Siklus pertama dalam penelitian ini dilaksanakan 2x tatap muka dalam
satu kali tatap muka dilaksanakan dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Siklus
pertama dilaksanakan pada tanggal 6 Mei dan 20 Mei 2009. Langkah-langkah
kegiatan belajar mengajar dengan model Quantum Teaching pada siklus
pertama adalah sebagai :
4. Tatap Muka I
1) Kegiatan Awal
5. Guru mengawali pembelajaran dengan menjelaskan tentang
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
6. Guru menyampaikan cara pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada tatap muka tersebut.
7. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa apa yang mereka
ketahui tentang Atmosfer
2) Kegiatan Inti ( Pelaksanaan Model Quantum Teaching )
Tumbuhkan dan Alami
a) Guru membangkitkan perhatian siswa dengan menyuruh mereka
berdiri kemudian mengambil nafas dengan dalam kemudian
membuangnya. Guru kemudian menjelaskan bahwa kegiatan
tersebut adalah salah satu contoh proses udara.
b) Guru menunjukkan gambar lapisan atmosfer lewat power point.
c) Guru mematikan lampu di dalam kelas dan memutar musik dengan
lembut agar siswa semakin fokus dengan materi yang akan
diajarkan.
lvi
d) Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan unsur atmosfer
e) Guru menjelaskan lapisan-lapisan di atmosfer dan fenomena-
fenomena alam yang terjadi di dalamnya.
f) Guru menyuruh siswa menceritakan pengalaman menarik yang
berhubungan dengan udara kemudian merespon pengalaman
tersebut.
Namai
a) Guru meminta siswa untuk mendengarkan penjelasan materi dan
menyimak buku geografi.
b) Guru mematikan musik dan mulai menjelaskan materi tentang
dampak atmosfer bagi kehidupan manusia.
c) Guru mengajukan pertanyaan mengenai dampak atmosfer dan
merespon jawaban.
d) Guru menyuruh siswa untuk membuat catatan Tulis Singkat
tentang dampak dan manfaat atmosfer.
Demonstrasikan
a) Guru menunjukkan gambar tentang manfaat dan dampak atmosfer
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi
contoh peristiwa sehari-hari yang berhubungan dengan atmosfer.
a) Guru memutar musik kembali untuk menyegarkan otak dan
membimbing siswa untuk latihan membuat peta konsep.
Ulangi
a) Guru menyuruh siswa untuk membuat peta konsep di papan tulis
b) Guru meminta siswa bertepuk tangan atas keberhasilan siswa
mengisi peta konsep.
Rayakan
Guru dan siswa bertepuk tangan bersama-sama untuk memberikan
pengakuan kepada siswa bahwa mereka ikut berpartisipasi pada
pembelajaran hari ini
lvii
Kegiatan Penutup
a) Guru menyimpulkan materi pengertian atmosfer, unsur, lapisan
dan manfatnya terhadap kehidupan.
b) Guru meminta siswa untuk belajar di rumah karena minggu depan
akan diadakan evaluasi.
b. Tatap Muka II
1) Kegiatan Awal
a) Guru mengulas materi atmosfer yang sudah disampaikan minggu
kemarin.
b) Guru mengajukan pertanyaan perbedaan cuaca dan iklim yang
mereka ketahui
2) Kegiatan Inti
Tumbuhkan dan Alami
a) Guru membangkitkan perhatian siswa dengan mematikan lampu
dan memutar video tentang atmosfer yang diunduh melalui
internet.
b) Guru menjelaskan hal-hal mengenai atmosfer dalam video tersebut
Namai
a) Guru menjelaskan perbedaan cuaca dan iklim serta contohnya
b) Guru menampilkan video tentang angin tornado yang terjadi di
Amerika Serikat.
Demonstrasikan dan Ulangi
a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi
pembawa acara berita dan menjelaskan contoh keadaan cuaca kota-
kota di Indonesia pada hari ini.
b) Guru mengorganisasikan siswa di kelas untuk membuat peta
konsep di papan tulis.
c) Guru memberikan soal uji kompetensi siklus I
lviii
d) Guru memutar musik dengan lembut sembari siswa mengerjakan
soal.
e) Guru membahas bersama-sama soal-soal tersebut.
f) Guru memberikan kesimpulan mengenai cuaca dan iklim.
Rayakan
Guru dan siswa bertepuk tangan bersama-sama, atas keberhasilan
siswa mengerjakan soal uji kompetensi.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru menutup pelajaran
b) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi hidrosfer pada
pertemuan selanjutnya.
3. Hasil Observasi dan Evaluasi Tindakan I
Ø Hasil Belajar Siklus I
Hasil evaluasi belajar siklus I bisa dilihat pada lampiran 6.
Berdasarkan hasil evaluasi belajar yang dilaksanakan oleh guru kelas pada
siklus I adalah sebagai berikut :
1) Di kelas VII A SMPN 3 Klaten, dengan menggunakan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) nilai 65 tercatat sebanyak 24 siswa atau
60% dari seluruh siswa. Sedangkan 16 siswa atau 40% dari seluruh
siswa mendapat nilai kurang dari 65.
2) Berdasarkan daftar nilai siklus I dapat diketahui, nilai rata-rata kelas
adalah 64,5. Dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50. Kondisi
tersebut dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 6. Nilai tes siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Klaten pada siklus I
No Ketuntasan Frekuensi Prosentase
1.
2.
Tuntas
Belum Tuntas
24
16
60 %
40 %
Ø Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dalam pelaksanaan siklus I diperoleh
hasil sebagai berikut :
lix
1) Hasil Observasi Keaktifan Siswa oleh Guru dan Guru Kolaborasi.
Skor keaktifan siswa siklus I diperoleh dari pengamatan guru
bersama dengan guru kolaborasi dengan instrumen lembar observasi
keaktifan siswa. Siswa mempunyai skor keaktifan rendah sebesar 28%
dan siswa yang aktif sebesar 72% (Lihat Lampiran 11). Kondisi
tersebut dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 7. Kategori keaktifan siswa kelas VII A SMPN 3 Klaten pada
siklus I
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
Tinggi
Sedang
Rendah
5
24
11
12 %
60 %
28 %
2) Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran yang Dinilai Oleh Guru
Kolaborasi (Lihat Lampiran 12)
a) Guru dalam membuka pembelajaran sudah baik.
b) Guru dalam memberikan apersepsi dan motivasi cukup, guru masih
terlihat kaku dalam menyapa siswa
c) Kemampuan guru dalam menjelaskan tujuan pembelajaran belum
cukup baik, karena masih banyak siswa belum mengerti
d) Guru masih kesulitan dalam mengorganisasikan siswa dalam
pembelajaran hal ini disebabkan oleh kurang tegasnya guru
terhadap siswa yang membuat gaduh.
e) Pembuatan skenario pembelajaran sudah baik sesuai dengan
silabus yang ada.
f) Guru dalam memandu siswa membuat dan mengisi peta konsep
sudah baik, hal ini terlihat siswa yang antusias membuat peta
konsep.
g) Guru dalam menanggapi pertanyaan dari siswa sudah baik
h) Guru telah mempersiapkan instrumen evaluasi pembelajaran
dengan baik.
lx
i) Kerjasama guru dengan guru kolaborasi dalam menilai keaktifan
siswa sudah baik.
j) Cara menutup pelajaran sudah baik.
3) Hasil Pengamatan Siswa Terhadap kinerja guru selama Quantum
Teaching berlangsung pada siklus I (Lihat lampiran 13):
a) Pembelajaran dengan Quantum Teaching berbeda dengan
pembelajaran sebelumnya.
22 siswa atau 55% dari seluruh siswa menyatakan bahwa
pembelajaran Quantum Teaching berbeda dengan pembelajaran
sebelumnya, dan 18 siswa atau 45% menyatakan bahwa hanya
sebagian saja Quantum Teaching berbeda dengan pembelajaran
sebelumnya.
b) Pembelajaran Quantum Teaching dapat membuat suasana
pembelajaran lebih hidup.
21 siswa atau 53% menyatakan bahwa pembelajaran Quantum
Teaching dapat membuat suasana pembelajaran lebih hidup, 11
siswa atau 27% menyatakan hanya sedikit saja pengaruh
pembelajaran Quantum Teaching dapat membuat suasana
pembelajaran lebih hidup, dan 8 siswa menyatakan Quantum
Teaching tidak membuat suasana pembelajaran lebih hidup.
c) Materi yang disampaikan guru.
10 siswa atau 25% menyatakan bahwa materi yang disampaikan
guru sudah jelas, 22 siswa atau 55% menyatakan bahwa materi
yang disampaikan guru kurang jelas dan 8 siswa atau 20%
menyatakan materi yang disampaikan guru tidak jelas.
Hal ini sangat sesuai dengan pernyataan guru kolaborasi yang
menyatakan bahwa kemapuan guru dalam menjelaskan tujuan
pembelajaran belum cukup baik.
d) Kondisi guru pada saat mengajar.
19 siswa atau 47% menyatakan guru tegang pada saat mengajar, 15
siswa atau 33% menyatakan guru biasa saja pada saat mengajar
lxi
dan 6 siswa atau 15% menyatakan guru menyenangkan pada saat
mengajar.
Hal tersebut sangat sinkron dengan pernyataan guru kolaborasi
yang menyatakan guru masih kesulitan dalam mengorganisasi
kelas dan guru masih terlihat kaku dalam mengajar.
e) Penampilan guru pada saat mengajar.
28 siswa atau 70% menyatakan penampilan guru pada saat
mengajar sudah rapi dan 12 siswa atau 20% menyatakan
penampilan guru pada saat mengajar cukup rapi.
f) Volume suara guru pada saat mengajar.
13 siswa atau 33% menyatakan bahwa volume suara guru pada saat
mengajar terlalu keras dan 27 siswa atau 67% menyatakan bahwa
volume suara guru pada saat mengajar sedang.
g) Kecepatan suara guru dalam menjelaskan materi pembelajaran.
25 siswa atau 63% menyatakan bahwa guru terlalu cepat dalam
menjelaskan materi pembelajaran dan 15 siswa atau 37% guru
sedang dalam menjelaskan materi pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pernyataan guru kolaborasi yang menyatakan
kemampuan guru belum cukup baik dalam menjelaskan materi
pembelajaran.
h) Pendapat tentang belajar dengan menggunakan model Quantum
Teaching.
19 siswa atau 47% menyatakan menyenangkan dan 21 siswa
menyatakan biasa saja.
i) Pada saat guru mengajar apakah guru sering menulis di papan tulis.
15 siswa atau 37% menyatakan guru sering menulis di papan tulis,
22 siswa atau 55% menyatakan guru kadang-kadang menulis di
papan tulis, dan 3 siswa atau 8% guru tidak pernah menulis di
papan tulis.
j) Pada saat mengajar apakah guru sering memberikan motivasi,
hadiah atau pujian kepada siswa.
lxii
19 siswa atau 47% menyatakan ya dan 21 siswa atau 53%
menyatakan tidak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan guru kolaborasi yang menyatakan
dalam memberikan motivasi atau pujian guru masih terlihat kaku.
k) Guru dalam menanggapi pernyataan siswa yang bertanya.
27 siswa atau 67% menyatakan guru baik dalam menanggapi
pernyataan siswa yang bertanya dan 13 siswa atau 33% guru biasa
saja dalam menanggapi pernyataan siswa yang bertanya.
l) Guru dalam memberikan humor pada saat mengajar.
10 siswa atau 25% menyatakan ya, 26 siswa atau 65% menyatakan
kadang-kadang dan 4 siswa atau 10% menyatakan tidak.
4) Tanggapan Siswa Terhadap Cara Pembelajaran Quantum Pada Siklus I
Tanggapan siswa pada siklus 1 dapat dilihat dari hasil angket
yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Hasil dari pengisian
angket pada siklus I terdapat pada lampiran 14.
Berdasarkan hasil angket, diperoleh gambaran tanggapan siswa
selama siklus I sebagai berikut :
a) Sebanyak 7 siswa (18%) menyatakan sikap dan penampilan guru
dalam mengajar sangat simpatik, 30 siswa (75%) menyatakan
simpatik dan 3 siswa (8%) menyatakan kurang simpatik.
b) Sebanyak 15 siswa (38%) menyatakan sangat sesuai, 25 siswa
(62%) menyatakan sesuai.
c) Sebanyak 3 siswa (8%) menyatakan kemampuan guru dalam
menjelaskan materi sangat jelas, 33 siswa (82%) menyatakan jelas
dan 4 siswa (10%) menyatakan kurang jelas.
d) Sebanyak 18 siswa (45%) menyatakan media yang digunakan
sangat menarik, 22 siswa (55%) menyatakan menarik.
e) Sebanyak 11 siswa (28%) menyatakan media yang digunakan guru
sangat mempermudah, 27 siswa (67%) menyatakan mempermudah
dan 2 siswa (5%) menyatakan kurang mempermudah.
lxiii
f) Sebanyak 8 siswa (20%) menyatakan sangat tertarik dengan materi
hari ini, 29 siswa (72%) menyatakan tertarik dan 3 siswa (8%)
menyatakan kurang tertarik.
g) Sebanyak 5 (12%) menyatakan sangat suka jika diberi tugas, 29
siswa (73%) menyatakan suka, dan 6 siswa (15%) menyatakan
kurang suka..
h) Sebanyak 9 (22%) menyatakan sangat suka berpartisipasi dalam
pembelajaran, 27 siswa (68%) menyatakan suka dan 4 siswa (10%)
menyatakan kurang suka.
i) Sebanyak 6 siswa (15%) menyatakan sangat dilibatkan dalam
proses pembelajaran, 28 siswa (70%) menyatakan dilibatkan dan 6
siswa (15 %) menyatakan kurang dilibatkan.
j) Sebanyak 6 siswa (15%) menyatakan sangat puas terhadap cara
pembelajaran yang dilaksanakan guru, 29 siswa (73 %)
menyatakan puas dan 5 siswa (12 %) menyatakan kurang puas.
5) Hasil Observasi Bagi Siswa Pada Pembelajaran Siklus I Oleh Guru
Kolaborasi
Dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung menunjukkan bahwa hanya sebagian saja siswa yang
antusias mengikuti pelajaran geografi. Sebagian siswa yang duduk di
deretan belakang tampak berbicara sendiri dengan temannya seolah-
olah pelajaran geografi hari ini tidak penting bagi mereka. Meskipun
siswa tidak begitu antusias tetapi mereka tidak ada yang mengerjakan
pekerjaan lain dan siswa juga tidak ada yang terlihat mengantuk, hal
ini juga dikarenakan jam pelajaran geografi yang ada pada jam
pertama. Sebagian besar siswa juga mencatat apa yang dijelaskan oleh
guru, tapi mereka hanya menjawab pertanyaan ketika ditunjuk oleh
guru saja itupun masih terkesan malu-malu. Pada jam selanjutnya
siswa mulai terlihat berani bertanya kepada guru, tapi sebagian dari
lxiv
mereka masih juga berbicara sendiri ketika pelajaran dimulai,
meskipun hanya sebagian kecil tetapi hal ini cukup membuat suasana
belajar menjadi terganggu. Hal ini memaksa guru untuk menegur
mereka agar tidak mengganggu teman-temannya yang lain. Pada saat
siswa diminta untuk mengisi peta konsep antusias mereka juga cukup
baik karena ada 2 siswa yang tidak ditunjuk tetapi berani maju ke
depan, hal ini memberikan dampak positif pada diri siswa untuk
melatih keberanian agar tercapai tujuan pembelajaran dan juga dapat
merangsang siswa yang lain agar juga ikut berani karena keaktifan
sangatlah penting bagi mereka untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Kemudian ketika siswa sedang mengisi peta konsep, guru
menunjuk siswa yang lain agar mengungkapkan apa yang ada dalam
pikiran mereka mengenai materi hari ini dan hasilnya siswa menjadi
termotivasi pada bagian ini, mereka menjadi lebih berani. Keadaan ini
tak disia-siakan oleh guru karena guru memanfaatkan momen tersebut
dengan memandu mereka. Suasana agak sedikit gaduh tapi kegaduhan
disebabkan mereka bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Semua
siswa tampak tak melakukan hal lain selain memerhatikan pelajaran.
Kemudian guru menurunkan tempo pelajaran, dengan memberikan
penjelasan-penjelasan seputar materi, selain agar tidak membuat
suasana pelajaran menjadi monoton, hal ini juga dikarenakan agar
materi pelajaran akan lebih diserap ke dalam memori pikiran mereka.
Sehingga materi yang telah disampaikan tidak hilang begitu saja ketika
pelajaran berakhir. Hal ini terbukti dengan jawaban mereka ketika
ditanyai guru, rata-rata jawaban mereka benar. Siswa yang pada awal
pelajaran canggung ketika ditanyai pelajaran kini sudah mulai berani.
Ini menandakan ada kualitas pembelajaran yang lebih baik daripada
pembelajaran geografi sebelumnya dan memudahkan guru dalam
menyiapkan langkah-langkah pembelajaran berikutnya karena
hubungan guru dengan murid menjadi lebih akrab.
lxv
4. Refleksi Siklus I
Sebagai refleksi dari siklus I ditemukan beberapa data antara lain
pencapaian nilai tes siswa dan skor keaktifan siswa. Berdasarkan hasil belajar
yang telah dicapai siswa rata-rata adalah 64,5. Nilai terendah yang dicapai
pada siklus I adalah 50 dan 85 untuk nilai maksimum. Dalam siklus I jumlah
siswa yang tuntas dalam pembelajaran 24 anak atau 60% dari seluruh siswa
dan 16 anak atau 40% dari seluruh siswa belum tuntas dalam pembelajaran.
Untuk indikator kinerja ketuntasan sebesar 75% berarti tujuan dari siklus I
belum tercapai.
Berdasarkan hasil observasi skor keaktifan siswa yang rendah sebesar
28% dan siswa yang aktif sebesar 72%. Untuk indikator kinerja yang harus
dicapai kelas sebesar 75% dan berarti pencapaian skor keaktifan siswa pada
siklus I belum tercapai.
Dilihat dari pengamatan guru kolaborasi terhadap kinerja guru terdapat
beberapa hal utama yang perlu diperbaiki agar tujuan pembelajaran tercapai.
Hal ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam menjelaskan tujuan
pembelajaran belum cukup baik karena masih banyak siswa yang belum
mengerti, hal ini Sesuai dengan 55% siswa yang menyatakan materi yang
disampaikan kurang jelas dan guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi.
Dalam mengorganisasikan kelas guru masih kesulitan, yang mengakibatkan
siswa tidak terpusat dalam pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan siswa yang menyatakan guru masih terlihat tegang dalam
mengajar.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan belum berhasil. Karena masih ada kelemahan-kelemahan
terutama pada sikap guru yang masih kurang dalam menguasai bahan
pembelajaran sehingga guru belum mampu menjelaskan pembelajaran dengan
baik dan kurang mampunya guru dalam mengorganisasikan kelas maka perlu
adanya tindak lanjut sebagai bentuk perbaikan pembelajaran siklus I yaitu
pelaksanaan siklus II.
lxvi
C. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
27. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap ini guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
untuk siklus II. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan proses belajar
mengajar siswa digunakan lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi
kinerja guru, angket kondisi pembelajaran dan soal tes siklus II.
28. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus kedua dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali tatap
muka di kelas, (Tatap Muka II, dan IV) yaitu pada tanggal 30 Mei dan 3 Juni
2009. Dalam satu kali tatap muka dilaksanakan dua jam pelajaran (2 x 40
menit). Dalam siklus kedua ini digunakan media video player dan ice
breaking.
Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
model Quantum Teaching pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tatap Muka III
1) Kegiatan Awal/Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kompetensi dasar apa yang akan dicapai
b) Guru memberikan pertanyaan mengenai Hidrosfer
c) Guru memberikan pre test mengenai materi yang disampaikan
2) Kegiatan Inti ( Pelaksanan Model Quantum Teaching )
Tumbuhkan dan Alami
29. Guru memberikan power point berupa gambar dan video mengenai
siklus hidrologi
b) Guru menyuruh siswa mencermati dan menginterpretasi
Namai
Guru menjelaskan tentang terjadinya hujan dan perputaran air laut
Demonstrasikan
a) Guru memutar gambar mengenai macam-macam sungai
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
contoh
Ulangi
lxvii
Guru memutar musik untuk merefreshingkan otak dan menyuruh
siswa membuat peta konsep. Hampir 75% siswa melaksanakan
perintah guru.
Rayakan
Guru dan siswa bertepuk tangan atas keberhasilan siswa membuat peta
konsep.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum jelas.
b) Guru memberikan penjelasan dan rangkuman hasil pembelajaran.
c) Guru menutup pelajaran dan menyuruh siswa untuk latihan
membuat peta konsep dan mengulang materi yang sudah
disampaikan.
b. Tatap Muka IV
1) Kegiatan Awal
a) Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran
b) Guru mengajukan pertanyaan tentang manfaat adanya siklus
hidrologi
c) Guru memberikan respon atas jawaban siswa sambil memberikan
contoh manfaat yang lain
d) Guru menjelaskan cara pembelajaran yang akan dilaksanakan
2) Kegiatan Inti ( Pelaksanaan Model Quantum Teaching )
Tumbuhkan dan Alami
Guru meminta siswa berpikir dan membayangkan seandainya tidak ada
siklus hidrologi. Siswa berpikir kemudian berpendapat.
Namai
Guru menjelaskan tentang manfaat hidrosfer bagi kehidupan dan
macam-macam bencana yang disebabkan oleh alam
Demonstrasikan
lxviii
Guru memberikan contoh permasalahan lingkungan dan meminta
siswa untuk memberikan solusi
Ulangi
Guru meminta siswa untuk maju kedepan dan membuat peta konsep di
papan tulis. Ada beberapa siswa yang maju dengan sendirinya dan ada
yang ditunjuk guru.
Rayakan
Guru dan siswa bertepuk tangan atas antusias siswa dan keberanian
siswa untuk membuat peta konsep di depan kelas.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Siswa sangat antusias menyimpulkan tentang materi tersebut.
b) Guru memberikan soal-soal tes siklus II. Hampir seluruh siswa
mengerjakan sendiri.
c) Guru menutup pembelajaran.
30. Hasil Observasi dan Evaluasi Tindakan II
a. Hasil Evaluasi Belajar Siklus II
Hasil evaluasi belajar siklus II dapat dilihat pada lampiran 11.
Berdasarkan hasil evaluasi belajar yang dilaksanakan oleh guru kelas pada
siklus II adalah sebagai berikut :
1) Di kelas VIIA SMPN 3 Klaten dengan menggunakan standar
ketuntasan belajar 65, tercatat sebanyak 34 siswa (85%) mendapat 65
ke atas dan 6 siswa (15%) mendapat nilai kurang dari 65.
2) Berdasarkan daftar nilai, siklus II dapat diketahui nilai rata-rata kelas
adalah 70,06. Nilai maksimum yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai
minimum adalah 60. Kondisi tersebut dapat digambarkan pada tabel
berikut ini :
Tabel 8. Nilai tes siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Klaten
pada siklus II
Ketuntasan Frekuensi Prosentase
lxix
Tuntas
Belum Tuntas
34
6
85%
15 %
b. Hasil Observasi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dalam pelaksanakan siklus II diperoleh
hasil sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Keaktifan Siswa oleh Guru dan Guru Kolaborasi
Skor keaktifan siswa siklus II diperoleh dari pengamatan guru
bersama guru kolaborasi dengan lembar observasi keaktifan siswa.
Siswa yang mempunyai skor keaktifan rendah sebesar 10% dan siswa
yang aktif sebesar 90% (Lihat Lampiran 11). Kondisi tersebut dapat
digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Kategori keaktifan siswa kelas VII A pada siklus II
Kategori Frekuensi Prosentase
Tinggi
Sedang
Rendah
6
30
4
15 %
75%
10 %
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru oleh Guru Kolaborasi
a) Guru sudah baik dalam membuka pelajaran, rata-rata 90% siswa
sangat bersemangat mengikuti pelajaran pada awal pembelajaran.
b) Guru sudah baik dalam pemberian motivasi kepada siswa, tapi
masih perlu ditingkatkan lagi.
c) Secara umum guru sudah cukup baik dalam menjelaskan tujuan
pembelajaran tetapi perlu ditingkatkan lagi.
d) Guru sudah sangat baik dalam pembuatan skenario pembelajaran.
e) Guru sudah cukup baik dalam mengorganisasikan kelas, tetapi
masih perlu ditingkatkan lagi, karena pada beberapa tatap muka,
siswa kurang terpusat pada materi yang disampaikan guru.
lxx
f) Guru sudah cukup baik dalam memandu siswa membuat dan
mengisi peta konsep, karena hampir sebagian besar siswa tertarik
untuk membuat dan mengisi peta konsep.
g) Guru sudah cukup baik dalam menanggapi pertanyaan siswa tetapi
perlu ditingkatkan lagi dalam menguasai materi yang disampaikan
h) Guru sudah sangaat baik dalam mempersiapkan instrumen
pembelajaran.
i) Kerjasama guru dengan guru kolaborasi dalam menilai keaktifan
siswa sudah baik.
j) Guru sudah baik dalam menutup pelajaran, yaitu dengan membuat
ringkasan atau kesimpulan dan pemberian tugas dalam setiap akhir
pembelajaran.
3) Hasil Pengamatan Siswa Terhadap kinerja guru selama Quantum
Teaching berlangsung pada siklus I :
a) Pembelajaran dengan Quantum Teaching berbeda dengan
pembelajaran sebelumnya.
22 siswa atau 55% menyatakan bahwa pembelajaran Quantum
Teaching berbeda dengan pembelajaran sebelumnya, dan 18 siswa
atau 45% menyatakan bahwa hanya sebagian saja Quantum
Teaching berbeda dengan pembelajaran sebelumnya.
b) Pembelajaran Quantum Teaching dapat membuat suasana
pembelajaran lebih hidup.
21 siswa atau 53% menyatakan bahwa pembelajaran Quantum
Teaching dapat membuat suasana pembelajaran lebih hidup, 11
siswa atau 27% menyatakan hanya sedikit saja pengaruh
pembelajaran Quantum Teaching dapat membuat suasana
pembelajaran lebih hidup, dan 8 siswa menyatakan Quantum
Teaching tidak membuat suasana pembelajaran lebih hidup.
c) Materi yang disampaikan guru.
10 siswa atau 25% menyatakan bahwa materi yang disampaikan
guru sudah jelas, 22 siswa atau 55% menyatakan bahwa materi
lxxi
yang disampaikan guru kurang jelas dan 8 siswa atau 20%
menyatakan materi yang disampaikan guru tidak jelas.
Hal ini sangat sesuai dengan pengamatan guru kolaborasi yang
menyatakan bahwa kemampuan guru dalam menjelaskan tujuan
pembelajaran belum cukup baik.
d) Kondisi guru pada saat mengajar.
19 siswa atau 47% menyatakan guru tegang pada saat mengajar, 15
siswa atau 33% menyatakan guru biasa saja pada saat mengajar
dan 6 siswa atau 15% menyatakan guru menyenangkan pada saat
mengajar.
Hal tersebut sangat sesuai dengan pernyataan guru kolaborasi yang
menyatakan guru masih kesulitan dalam mengorganisasi kelas dan
guru masih terlihat kaku dalam mengajar.
e) Penampilan guru pada saat mengajar.
28 siswa atau 70% menyatakan penampilan guru pada saat
mengajar sudah rapi dan 12 siswa atau 20% menyatakan
penampilan guru pada saat mengajar cukup rapi.
f) Volume suara guru pada saat mengajar.
13 siswa atau 33% menyatakan bahwa volume suara guru pada saat
mengajar terlalu keras dan 27 siswa atau 67% menyatakan bahwa
volume suara guru pada saat mengajar sedang.
g) Kecepatan suara guru dalam menjelaskan materi pembelajaran.
25 siswa atau 63% menyatakan bahwa guru terlalu cepat dalam
menjelaskan materi pembelajaran dan 15 siswa atau 37% guru
sedang dalam menjelaskan materi pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pernyataan guru kolaborasi yang menyatakan
kemampuan guru belum cukup baik dalam menjelaskan materi
pembelajaran.
h) Pendapat tentang belajar dengan menggunakan model Quantum
Teaching.
lxxii
19 siswa atau 47% menyatakan menyenangkan dan 21 siswa
menyatakan biasa saja.
i) Pada saat guru mengajar apakah guru sering menulis di papan tulis.
15 siswa atau 37% menyatakan guru sering menulis di papan tulis,
22 siswa atau 55% menyatakan guru kadang-kadang menulis di
papan tulis, dan 3 siswa atau 8% guru tidak pernah menulis di
papan tulis.
j) Pada saat mengajar apakah guru sering memberikan motivasi,
hadiah atau pujian kepada siswa.
19 siswa atau 47% menyatakan ya dan 21 siswa atau 53%
menyatakan tidak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan guru kolaborasi yang menyatakan
dalam memberikan motivasi atau pujian guru masih terlihat kaku.
k) Guru dalam menanggapi pernyataan siswa yang bertanya.
27 siswa atau 67% menyatakan guru baik dalam menanggapi
pernyataan siswa yang bertanya dan 13 siswa atau 33% guru biasa
saja dalam menanggapi pernyataan siswa yang bertanya.
l) Guru dalam memberikan humor pada saat mengajar.
10 siswa atau 25% menyatakan ya, 26 siswa atau 65% menyatakan
kadang-kadang dan 4 siswa atau 10% menyatakan tidak.
4) Tanggapan Siswa Terhadap Kondisi Pembelajaran
Tanggapan siswa pada siklus II dapat dilihat angket yang
diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Hasil pengisian angket pada
siklus II terdapat pada lampiran 15.
Berdasarkan hasil angket diperoleh gambaran tanggapan siswa
selama siklus II sebagai berikut :
a) Sebanyak 10 siswa (25%) menyatakan sikap dan penampilan guru
dalam mengajar sangat simpatik, 29 siswa (73%) menyatakan
simpatik dan 1 siswa (2%) menyatakan kurang simpatik.
b) Sebanyak 16 siswa (40%) menyatakan sangat sesuai, 24 siswa
(60%) menyatakan sesuai.
lxxiii
c) Sebanyak 4 siswa (10%) menyatakan kemampuan guru dalam
menjelaskan materi sangat jelas, 36 siswa (90%) menyatakan jelas.
d) Sebanyak 19 siswa (48%) menyatakan media yang digunakan
sangat menarik dan 21siswa (52%) menyatakan menarik.
e) Sebanyak 13 siswa (33%) menyatakan media yang digunakan guru
sangat mempermudah, 26 siswa (65%) menyatakan mempermudah
dan 1 siswa (2%) menyatakan kurang mempermudah.
f) Sebanyak 10 siswa (25%) menyatakan sangat tertarik dengan
materi hari ini dan 30 siswa (75%) menyatakan tertarik..
g) Sebanyak 6 siswa (15%) menyatakan sangat suka jika diberi tugas,
30 siswa (75%) menyatakan suka dan 4 siswa (10%) menyatakan
kurang suka.
h) Sebanyak 11 siswa (28%) menyatakan sangat suka berpartisipasi
dalam pembelajaran, 28 siswa (70%) menyatakan suka dan 1 siswa
(2%) menyatakan kurang suka.
i) Sebanyak 8 siswa (20%) menyatakan sangat dilibatkan dalam
proses pembelajaran, 30 (75%) menyatakan dilibatkan dan 2 siswa
(5%) menyatakan kurang dilibatkan.
j) Sebanyak 6 siswa (15%) menyatakan sangat puas terhadap cara
pembelajaran yang dilaksanakan guru, 32 siswa (80%) menyatakan
puas dan 2 siswa (5%) menyatakan kurang puas.
5) Hasil Observasi Bagi Siswa Pada Pembelajaran Siklus II Oleh Guru
Kolaborasi
Dari hasil deskripsi pelaksanaan pembelajaran siklus II
menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran,
hal ini terlihat dalam keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang
lebih aktif di kelas. Hal ini tampak dari perhatian mereka terhadap
penjelasan-penjelasan yang disampaikan guru, jadi guru merupakan
centre of interest dimana menghadap ke depan dan tidak melakukan
pekerjaan lain. Siswa yang banyak berbicara pada teman lain pada
siklus I kini sudah jauh berkurang, mereka lebih antusias dalam
lxxiv
mengikuti pelajaran seolah-olah mereka ingin tahu dari setiap
penjelasan guru. Sebagai contoh, ketika guru memutar video tsunami
semua siswa 100% memerhatikan. Hal ini dimanfaatkan guru dengan
memberikan penjelasan-penjelasan seputar tsunami pada setiap bagian
video. Dengan memerhatikan video saja, pengetahuan mereka akan
semakin bertambah karena mereka melihat keadaan tsunami secara
langsung meskipun hanya pada tampilan video. Hal ini berbeda jika
guru hanya menjelaskan tsunami dengan lisan dari awal sampai akhir.
Disamping akan membuat siswa tidak mengerti dengan penjelasan
guru, siswa juga akan cepat bosan. Ketika siswa diberikan pertanyaan
mengenai tsunami, jawaban mereka semuanya benar karena dari awal
mereka memerhatikan. Siswa mulai semakin terangsang dengan
penyampaian materi sehingga siswa lebih berani dan kegiatan
pembelajaran menjadi semakin menarik daripada pembelajaran siklus
I. Hal ini tampak ketika guru menyuruh siswa untuk membuat peta
konsep di papan tulis, siswa tampak berebutan untuk maju ke depan,
dan guru terpaksa harus menunjuk mereka untuk maju ke depan. Hal
ini sangat berbeda dengan pembuatan peta konsep pada siklus I dimana
hanya 2 orang saja yang berani dan siswa yang lain canggung. Pada
siklus II ini siswa semakin terampil dan bersemangat, jadi
memudahkan guru dalam memandu mereka. Ketika guru memberikan
pertanyaan tampak sebagian besar siswa ikut menjawab dengan benar
jadi suasana menjadi semakin atraktif. Ketika siswa tampak mulai
bosan, guru menurunkan tempo dengan memberikan kesimpulan-
kesimpulan, hal ini agar suasana tidak menjadi monoton karena tingkat
pemahaman siswa berbeda-beda. Kemahiran guru dalam menyikapi
siswa sangat diperlukan. Sesekali guru memberikan Hasil observasi
siswa bisa dilihat pada lampiran, dan pada diskripsi proses
pembelajaran pada setiap pertemuan di atas.
31. Refleksi Siklus II
lxxv
Pada siklus II ini dilaksanakan model Quantum Tteaching dengan
menggunakan media video player. Berdasarkan tes yang diberikan guru pada
akhir pelajaran diperoleh rata-rata kelas 70,06. Nilai terendah yang dicapai
pada siklus II adalah 60 dan nilai tertinggi 90. Berdasarkan nilai rata-rata
tersebut hasil yang telah dicapai sudah diatas dari indikator kinerja yang
ditetapkan yaitu 65. Ini berarti dilihat dari hasil belajar sudah tercapai.
Skor keaktifan siswa siklus II diperoleh dari pengamatan guru bersama
guru kolaborasi dengan instrumen lembar observasi keaktifan siswa. Siswa
yang mempunyai skor keaktifan rendah sebesar 10 dan siswa yang
mempunyai skor siswa yang aktif sebesar 90%. Untuk indikator kinerja yang
harus dicapai kelas adalah sebesar 75%. Berarti pencapaian skor keaktifan
siswa pada siklus II sudah tercapai.
Dilihat dari observasi guru terhadap guru kolaborasi sudah cukup baik,
hanya untuk beberapa hal saja yang perlu ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan
dengan tanggapan siswa bahwa sebagian besar (78%) menyatakan dilibatkan
dalam pembelajaran.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II sudah berhasil dan tercapai dengan hasil yang
sedikit meningkat dilihat dari hasil belajar siswa dan keaktifan siswa. Dengan
demikian indikator pembelajaran sudah tercapai, baik hasil belajar maupun
dari skor keaktifan siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I hasil belajar siswa adalah
64,5. Standart ketuntasan siswa adalah 65. Siswa yang mendapat nilai lebih dari
65 adalah 24 siswa (60%) sudah tuntas dan 16 siswa (40%) belum tuntas dalam
pembelajaran. Untuk indikator kinerja ketuntasan sebesar 75%. Pada
pembelajaran siklus II diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa adalah 70,06.
Standart ketuntasan siswa adalah 65. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 65
adalah 34 siswa (85%) atau sudah tuntas dan 6 siswa (15%) mendapat nilai
kurang dari 65 atau belum tuntas. Sehingga dalam pembelajaran siklus 2 sudah
lxxvi
berhasil karena lebih dari 75% siswa telah tuntas dalam belajar. Kondisi tersebut
dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa
Ketuntasan Frekuensi Prosentase Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
17
24
34
42 %
60 %
85 %
Pada pembelajaran siklus I belum berhasil karena siswa yang aktif dalam
pembelajaran sebesar 72,5% belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan.
Hal ini disebabkan kurang mampunya guru dalam menjelaskan tujuan
pembelajaran, mengorganisasikan kelas dalam membimbing dan kurangnya
respon dari guru dalam menanggapi pertanyaan dari siswa dikarenakan kurangnya
literatur/ referensi bacaan.
Skor keaktifan siswa pada pembelajaran siklus II sudah berhasil karena
lebih dari 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini didukung dengan adanya
tindak lanjut perbaikan pembelajaran pada siklus II. Tindak lanjut tersebut adalah
model Quantum Teaching divariasi dengan ice breaking dan penggunaan media
pembelajaran yang berbeda. Hal tersebut dapat membuat suasana pembelajaran
lebih menyenangkan dan lebih hidup serta siswa menjadi aktif dalam
pembelajaran sehingga hasil belajarnya meningkat. Dengan demikian nilai tes
yang dicapai siswa lebih optimal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11. Perbandingan Kategori Keaktifan Siswa
Frekuensi No Periode T S R
Prosentase
1
2
3
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
5
5
6
19
24
30
16
11
4
25/40 x 100% = 62 %
29/40 x 100% = 72%
36/40 x 100% = 90%
lxxvii
0
5
10
15
20
25
30
35
40
KondisiAwal
Siklus I Siklus II
Hasil Belajar
Keaktifan
Gambar 5. Histogram Jumlah Siswa yang Tuntas Hasil Belajar dan Jumlah
Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Hasil Belajar
Keaktifan
Gambar 6. Histogram Prosentase ketuntasan Nilai Hasil belajar dan Skor
Keaktifan kondisi awal, Siklus I dan Siklus II.
Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
pada siklus II belum tercapai karena masih terdapat kelemahan-kelemahan
terutama pada kinerja guru, maka penelitian tetap dilanjutkan pada siklus II
dengan rata-rata hasil belajar 70,06, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
90% siswa ikut berpartisipasi. Dengan demikian indikator pembelajaran sudah
tercapai baik dari hasil belajar siswa maupun dari keaktifan siswa.
Pros
enta
se
Jmla
h si
swa
lxxviii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengembangan dan penerapan pembelajaran dengan model
Quantum Teaching oleh peneliti pada siswa kelas VII A SMPN 3 Klaten tahun
pelajaran 2008/2009 dapat disimpulkan sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Quantum
Teaching Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Gejala-Gejala Yang Terjadi
di Atmosfer dan Hidrosfer serta Dampaknya Terhadap Kehidupan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMPN 3 Klaten tahun
pelajaran 2008/2009 sebesar 25%.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan
bahwa untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa sangat terkait dengan
pemilihan model pembelajaran yang tepat, yaitu yang sesuai dengan kondisi
siswa. Dalam hal ini model Quantum Teaching dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengasah spatial inteligence dalam proses pembelajaran geografi sehingga
hasil belajar dan keaktifan siswa dapat meningkat.
C. Saran
Berdasarkan implikasi di atas dapat diberikan saran- saran sebagai berikut
1. Para guru hendaknya memilih model Quantum Teaching karena dapat menjadi
jembatan antara siswa dan guru dalam pembelajaran geografi. Tampilan visual
dalam model Quantum Teaching memiliki keunggulan untuk diterapkan
dalam pembelajaran geografi yang mempunyai esensi spasial yaitu sebagai
ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan
perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
2. Para guru hendaknya mampu mengembangkan dan mengaplikasikan model
pembelajaran Quantum Teaching di dalam kelas yang sesuai dengan
65
lxxix
karakteristik pembelajaran geografi sehingga dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa.