Post on 04-Aug-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat taufiq dan hidayah Allah SWT sehingga saya
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul gigitan ular (snake beat) ini,walaupun masih
dalam banyak kekurangan dan dalam bentuk yang sederhana. Mengingat masih banyaknya
kekurangan dan terutama makalah ini belum sempurna, maka saya berharap kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
Ular adalah binatang liar berbahaya yang habitatnya terdekat dengan kehidupan manusia.
Sebagai bukti, saat ini ular masih dapat kita jumpai di halaman rumah, kebun, sawah, ladang,
hutan, sungai, rawa-rawa, pegunungan, gua, pantai, laut, samudra bahkan di saluran – saluran
air perkotaan seperti kota Jakarta. Yang harus diwaspadai adalah, adanya bahaya psikis akibat
keberadaan mitos, cerita, pandangan dan anggapan yang salah tentang ular. Sikap ketakutan
ini dapat menjadikan kita bertindak di luar akal sehat sehingga merugikan diri sendiri bahka
orang lain. Ular berperan penting bagi kesejahteraan hidup manusia.Ular adalah predator
alami tikus, hama aktif yang memakan padi sebagai sumber energi utama masyarakat
Indonesia. Ular juga merupakan makanan burung – burung karnivora seperti elang, burung
hantu, rajawali, dll. Artinya, keberadaan ular dapat membantu mengurangi populasi tikus
yang sangat cepat berkembang di satu kawasan sekaligus ikut mempertahankan jumlah
burung – burung karnivora yang semakin menipis akibat berkurangnya makanan yang di
dapat, dan akibat ulah manusia tentu saja. Ular masih mengandung banyak sekali, misteri
dan keanehan Misteri itu berupa manfaat di bidang kesehatan bagi manusia yang belum
seluruhnya dikembangkan secara mendalam.Ular adalah makhluk eksotis, unik, indah,
menantang, sangat banyak ragamnya.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ciri-ciri ular berbisa dan tidak berbisa
2. Apakah efek/akibat dari gigitan ular berbisa serta bagaimanakah penatalaksanaannya
TUJUAN
1. Untuk mengelompokkan jenis ular yang berbisa dan tidak berbisa
2. Untuk mengetahui efek/akibat dari gigitan ular dan bagaimana penatalaksanaannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahaya yang terbesar sebenarnya adalah bahaya psikologis yang ditimbulkan oleh ular
karena rasa takut, jijik, geli dan jengahnya manusia melihat sosok ular dengan segala posisi
dan negatifnya pikiran dalam benaknya.Sedangkan bahaya biologis (akibat gigitan, belitan
dan racun) masih tergolong minim karena jumlah korban gigitan ular di Indonesia belum
mencapai tingkat yang mengkuatirkan.Bahaya psikologis akibat ketakutan dan paradigma
masyarakat yang keliru tentang ular itu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dengan jalan
mengenal lebih jauh tentang ular.Bagaimana, apa, mengapa, siapa dan apa saja tentang ular
harus diutarakan secara benar dan jelas kepada masyarakat. Begitu pula tentang teknik teknik
dasar penanganan bahaya gigitan ular harus disebarluaskan agar masyarakat dapat merasa
lebih aman jika dilingkungan sekitarnya masih ditemui ular.
Sekilas Biologi Ular
.Penampang melintang tubuh membulat dan memanjang
Tubuhnya tertutup oleh sisik
Ukuran panjang tubuhnya dari 10 mm – 9000 mm
Memiliki tulang belakang dan sepasang tulang rusuk pada setiap ruas tulang belakang
sampai cloaca)
Suhu tubuhnya poikilotermik, suhu ideal 23,9 – 29,4°C. Namun ular masih dapat
bertahan pada suhu yang ekstrem 7.2°C atau 37.8°C, bila lebih dari suhu ini akan
berakibat fatal bagi ular.
Ular melata dengan menggunakan otot pada bagian perutnya secara bergantian
sehingg dapat bergerak menuju ke tempat lain.
Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan.
Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia.
Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya. Tidak seperti
manusia, hidung pada ular hanya berfungsi sebagai alat untuk bernafas,sedangkan alat
penciumannya adalah lidahnya dengan dibantu organ Jacobson.Indera panas, terletak diantara
mata dan hidung, berfungsi untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh makhluk lain
yang berdarah panas (endotermik), Namun tidak semua ular memiliki organ ini Ular tidak
memiliki lubang telinga, tapi memiliki membran tympani yang dapat mendeteksi getaran.
Ular yang “menari” mengikuti irama suling sebenarnya bergerak bukan karena suaranya,
namun karena mengkuti gerakan sulingnya.Pewarnaan tubuh ular sangat beragam,
menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia tinggal. Pewarnaan berfungsi sebagai
penyamaran ular dalam mencari mangsa dan menghindari musuh.Tidak semua warna
menyala menandakan tingkat bisa ular.
Cara mendapatkan makanan :
1. memburu mangsanya
2. menghadang mangsanya
3. memancing mangsanya
Gigi ular berjumlah banyak dan condong ke dalam sehingga ular tidak
mengunyahmangsanya melainkan menelan mangsanya. Berdasarkan tipe giginya, ular
dibedakan menjadi :
1. Aglypha : Tidak memiliki taring bisa.
Contoh : Ptyas korros (Ular kayu), Python reticulatus (Ular sanca batik).Ular ini tidak
berbisa
2. Ophistoglypha : Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang
atas.Contoh : Boiga dendrophila. (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah.
3. Proteroglypha : Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja
naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus hannah(ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi
4. Solenoglypha : Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat.
Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi.
Ular dapat memangsa mangsanya yang berukuran 10 kali lipat besar kepalankarena
pada rahang bagian belakang dari mulutnya dihubungkan oleh sendi yang berbentuk
segiempat, sehingga mulut ular dapat menganga 180º dan didukung oleh rahang
bawah yang hanya dihubungkan oleh ligamen (otot) yang sangat elastis.
Berikut ini beberapa cara ular memangsa :
1. Menelan langsung
2. Membelit
3. Menyuntikkan bisa
Semua jenis ular adalah binatang Karnivora. Jenis makanan yang mereka makan
antara lain : insekta, ikan, amphibi, unggas, mamalia kecil sampai mamalia besar;
bahkan ada beberapa jenis ular yang memakan ular juga (kanibal). Jenis makanan ini
tergantung dari jenis ular dan habitatnya.
Organ reproduksi pada ular jantan adalah hemipenis yang terletak pada cloaca dan
yang betina dengan cloaca. Ular luar negeri biasanya kawin pada bulan-bulan yang
bersuhu hangat, karena pada musim dingin mereka akan hibernasi (tidur panjang).
Ular ada yang bertelur (ovipar) dan mengerami telurnya yang diletakkan diantara
tumpukan daun daun kering selama 2-3 bulan dan menetas; namun ada pula yang di
simpan didalam tubuhnya selama 2-3 bulan dan melahirkan (ovovivipar).
Menurut habitatnya, ular dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Ular Air (Aquatik)
Ular air adalah ular yang seluruh hidupnya (melakukan segala aktifitasnya) di dalam
air. Contoh : Ular laut (Laticauda laticauda). Ular air yang sesungguhnya hanyalah
ular laut.
2. Ular Setengah Perairan (Semi Aquatik)
Ular ini terkadang melakukan aktifitasnya di darat dan di air. Contohnya :
Homalopsis buccata (ular Kadut)
3. Ular Darat (Terresterial)
Ular ini hidup di darat, dan melakukan seluruh aktifitasnya di darat. Contoh : Ptyas
mucosus (Ular bandotan macan)dan Elaphe flavolineata (Ular Kopi)
4. Ular Pohon (Arboreal)
Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di pohon (arboreal). Biasanya ular
pohon ekornya prehensil (dapat untuk berpegangan / bergelantungan) Contoh : Boiga
dendrophila (cincin emas) dan Dryophis prasinus (Ular pucuk)
5. Ular Gurun
Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di gurun. Ular gurun biasanya
menyembunyikan diri di bawah pasir untuk menghindari sengatan matahari. Contoh :
Crotalus artox, ular derik, rattle
Bahaya Ular
Memang benar kalau ada pendapat bahwa ular itu berbahaya, TAPI tidak semua ular
secara langsung berbahaya bagi manusia. SIOUX membagi bahaya ular dapat terbagi
menjadi 2 bentuk yaitu :
1. BAHAYA PSIKIS
Bahaya psikis disebabkan oleh karena faktor paradigma/pandangan/anggapan/mitos yang
telah tertanam negatif tentang ular di benak masyarakat kita.Efek bahaya ini semakin
berresiko ditambah pula akibat keterkejutan, ketakutan dan rasa panik yang sangat besar
karena bertemu dengan ular. Bahaya psikis ini dapat berakibat fatal karena bisa saja manusia
melakukan hal – hal diluar dugaan dan perhitungan saat ertemu dengan ular. Bahaya psikis
dapat diobati. Caranya dengan berusaha untuk lebih banyak mengenal ular dan mengetahui
karakter berbagai jenis ular. Melihat TV, membaca buku, berpikiran positif, akan
mempercepat proses dalam usaha menghilangkan bahaya psikis ular pada manusia. Labih
baik lagi jika lebih banyak tahu teknik penanganan ular untuk maksud yang positif.
2.BAHAYA BIOLOGIS
Berupa bahaya fisik yaitu gigitan, semburan dan belitan. Bahaya ini muncul karena manusia
cenderung mengganggu si ular atau kebetulan berada di lokasi dimana si ular sedang
mengerami telurnya atau terinjak. Beberapa hal tentang bahaya biologis akan dijabarkan
sebagai berikut. Berdasarkan tingkatan bisanya dan efek gigitan terhadap manusia, SIOUX
membagi ular menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. TIDAK BERBISA
Ular ini memiliki tipe gigi Aglypha (tidak bertaring) dan tidak memiliki kelenjar bisa. Jika
tergigit ular jenis ini hanya akan luka, tidak ada penanganan khusus. Hanya perlu obat
antiseptik. Tidak berbahaya dan jumlah serta jenis nya sangat banyak.
2. BERBISA MENENGAH
Kebanyakan ular kelompok ini memiliki tipe gigi Ophistoglypha, dan telah memiliki kelenjar
bisa. Efek bisanya pada manusia adalah pendarahan, demam, perubahan suhu tubuh yang
drastis dan cenderung menyebabkan rasa sakit serta pembengkakan di sekitar luka gigitan.
Penanganannya, korban hanya perlu diberi suplai makanan dan minuman bergizi, istirahat
untuk meningkatkan stamina tubuh.
3. BERBISA TINGGI
Ular ini memiliki tipe gigi Proteroglypha dan Solenoglypha. Jika manusia tergigit kelompok
ini, prinsipnya adalah segera keluarkan bisa keluar dari tubuh, hambat laju racuun ke jantung
serta harus secepat mungkin mendapatkan pertolongan pertama yang tepat dan benar. Bila
tidak tertolong dan salah penanganan akan berakibat cukup fatal yaitu kematian. Jika
tertolong, biasanya akan meninggalkan cacat atau bekas pada gigitan. Jumlah dan jenis ular
berbisa tinggi lebih sedikit dibanding kelompok yang lain, kecuali semua jenis ular laut yang
berbisa tinggi dan sangat mematikan.
TIPS singkat
Perbedaan ular berbisa tinggi dan rendah
Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal yang dapat membedakan ular yang
berbisa tinggi dan berbisa rendah. Namun beberapa ciri berikut masih belum secara tepat
menunjukkan tingkatan bisa ular, sehingga perlu pengamatan dan penelitian lebih lanjut.
a. Ular berbisa rendah
Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
Membunuh mangsanya dengan membelit
Bentuk kepalanya bulat telur (oval)
Tidak memiliki taring bisa
Gigitannya tidak mematikan
Setelah menggigit langsung lari
b. Ular berbisa tinggi
Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
Memiliki taring bisa, racun mematikan
Kanibal
Setelah menggigit, masih tinggal ditempat
c. Pengecualian
Berikut ini yang tidak sesuai dengan ketentuan
berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, kelu
1. Ular King Kobra - Ophiophagus hannah
2. Ular Kobra Naja naja sputratix
berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang
1. Ular weling - Bungarus candidus
2. Ular welang - Bungarus fasciatus
3. Ular picung/pudak seruni
4. Semua jenis ular laut
tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban
1. Semua jenis ular phyton dan ular boa
2. Ular Pelangi - Xenopeltis unicolor
3. dll
Jenis - Jenis Ular Indonesia
ULAR TIDAK BERBISA
1. Elaphe radiata
Species : Elaphe radiata Schlegel, 1837
N.I. : Copperhead Racer, Striped Racer, Ular Trawang, Ular Lanang Sapi (Jawa), Ular
Tikus.
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna kekuningan, dengan empat garis longitudinal
berwaran hitam pada bagian tubuh depan
Tubuh bagian depan belakang berwarna kuning
Tubuh bagian ventral berwarna kuning
Terdapat garis hitam dari mata dan melintang pada bagian belakang kepala
Panjangnya ± 2000 mm
Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang
memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
b. Habitat : Darat, lading
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Burung dan Tikus
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
2. Elaphe flavolineata
Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837
N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa).
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi
panjang yang belang dengan putih bagian depan.
Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang)
Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam
Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman panjangnya ± 2400 mm
Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang
memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
b. Habitat : Darat -lading
c. Aktivitas : Diurnal - siang hari
d. Makanan : Kadal, katak dan burung
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang
3. Ptyas korros
Species : Ptyas korros Schlegel, 1837
N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan Sisik tubuh bagian
belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya.
Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning.
Mata bulat, besar dan hitam.
Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal).
Panjangnya 300 mm – 1700 mm
b. Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon
c. Tipe gigi : Aghlypa
e. Aktivitas : Diurnal
f. Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
h. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
3. Lycodon aulicus
Species : Lycodon aulicus Linne, 1754
N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah
a. Ciri-ciri :
Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik – tiktik putih diseluruh tubuh
Tubuh bagian ventral berwarna putih
Kepalanya oval dengan leher bergaris putih
Mata bulat besar
Panjangnya ± 500 mm – 750mm
b. Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah
c. Aktivitas : Noctural, malam hari
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Cicak
f. Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan
4. Xenopeltis unicolor
Species : Xenopeltis unicolor Reimwald, 1827
N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi
(jawa)
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar
matahari akan memantulkan warna pelangi
Tubuh bagian ventral berwarna putih
Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga
ujung ekor berwarna perak abu – abu
Ekor berwarna abu - abu
ULAR BERBISA MENENGAH
1. Boiga dendrophila
Species : Boiga dendrophila Boie, 1827
N.I. : Mangrove Snake, Ular Cincin Emas, Ular Taliwongso
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi
lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga yang berwarna
hitam putih.
Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan Labial bawah berwarna
kuning dengan garis-garis hitam kecil Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal
Panjangnya ± 2500 mm
b. Habitat : Pohon, hutan bakau
c. Aktivitas : Noctural, malam hari
d. Tipe gigi : Ophiestoglypha
e. Makanan : Burung, telur, tikus
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, Singapore, Malaysia,
Philippine, Siam, Nias
2. Dryophis prasinus
Species : Dryophis prasinus Boie,1827
N.I. : Green Whip Snake, Oriental Whip Snake, Gadung Pari (Jawa), Ular
Daun, Ular Pucuk (Jawa Barat).
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat Saat
ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan
biru
Tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih
Tubuh bagian ventral berwarna hijau
Kepala panjang dengan dengan moncong meruncing
Mata horizontal, panjangnya ± 2000 mm
b. Habitat : Pepohonan, arboreal
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari
d. Makanan : Kadal, katak
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,
3. Homalopsis bucatta
Species : Homalopsis buccata Linne, 1766
N.I. : Puff-faced Water Snake, Elephant Snake, Ular Buhu (Jawa), Ular Kadut
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua
gelap sampai hitam. Corak belang dengan bentuk yang tak beraturan
Tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih
Tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam
Terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya
Terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya
Panjangnya ± 1000 mm,Jika marah memipihkan tubuhnya
b. Habitat : setengah perairan, sungai, kolam
c. Aktivitas : Noctural
d. Tipe gigi : Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal
e. Makanan : Ikan
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
ULAR BERBISA TINGGI
1. Ophiophagus hannah
Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836
N.I. : King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java);
Ular tedong selor (Kalimantan)
a. Ciri-ciri :
Hitam pekat atau abu – abu, putih, dan coklat dengan garis – garis melintang
ditubuhnya, tergantung habitat.
Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar
Kepala oval, dengan sisik yang besar
Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung
habitat)
Panjangnya hingga mancapai 6000 mm
Jika marah akan menegakkan tubuhnya hingga 1/3 panjang tubuhnya
mengembangkan lehernya.
b. Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : ular
e. Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan
f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit
2. Agkistrodon rhodostoma
Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827
N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa), Ular Tanah,
Ular Gibuk (Jabar)
a. Ciri-ciri :
Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil
ke ekor serta leher.
Gerakannya agresif
Kepala segitiga, dengan sisik yang besar
Panjangnya hingga mancapai 1000 mm
Jika marah akan membentuk k huruf S
b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : Tikus
e. Populasi : Jawa, Sumatra
2. Elaphe flavolineata
Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837
N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa).
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi
panjang yang belang dengan putih bagian depan.
Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang)
Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam
Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman panjangnya ± 2400 mm
Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang
memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
b. Habitat : Darat -lading
c. Aktivitas : Diurnal - siang hari
d. Makanan : Kadal, katak dan burung
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang
3. Ptyas korros
Species : Ptyas korros Schlegel, 1837
N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan Sisik tubuh bagian
belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya.
Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning.
Mata bulat, besar dan hitam.
Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal).
Panjangnya 300 mm – 1700 mm
b. Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon
c. Tipe gigi : Aghlypa
e. Aktivitas : Diurnal
f. Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
h. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
3. Lycodon aulicus
Species : Lycodon aulicus Linne, 1754
N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah
a. Ciri-ciri :
Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik – tiktik putih diseluruh tubuh
Tubuh bagian ventral berwarna putih
Kepalanya oval dengan leher bergaris putih
Mata bulat besar
Panjangnya ± 500 mm – 750mm
b. Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah
c. Aktivitas : Noctural, malam hari
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Cicak
f. Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan
4. Xenopeltis unicolor
Species : Xenopeltis unicolor Reimwald, 1827
N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi
(jawa)
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar
matahari akan memantulkan warna pelangi
Tubuh bagian ventral berwarna putih
Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga
ujung ekor berwarna perak abu – abu
Ekor berwarna abu - abu
ULAR BERBISA MENENGAH
3. Boiga dendrophila
Species : Boiga dendrophila Boie, 1827
N.I. : Mangrove Snake, Ular Cincin Emas, Ular Taliwongso
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi
lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga yang berwarna
hitam putih.
Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan Labial bawah berwarna
kuning dengan garis-garis hitam kecil Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal
Panjangnya ± 2500 mm
b. Habitat : Pohon, hutan bakau
c. Aktivitas : Noctural, malam hari
d. Tipe gigi : Ophiestoglypha
e. Makanan : Burung, telur, tikus
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, Singapore, Malaysia,
Philippine, Siam, Nias
4. Dryophis prasinus
Species : Dryophis prasinus Boie,1827
N.I. : Green Whip Snake, Oriental Whip Snake, Gadung Pari (Jawa), Ular
Daun, Ular Pucuk (Jawa Barat).
b. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat Saat
ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan
biru
Tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih
Tubuh bagian ventral berwarna hijau
Kepala panjang dengan dengan moncong meruncing
Mata horizontal, panjangnya ± 2000 mm
b. Habitat : Pepohonan, arboreal
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari
d. Makanan : Kadal, katak
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,
3. Homalopsis bucatta
Species : Homalopsis buccata Linne, 1766
N.I. : Puff-faced Water Snake, Elephant Snake, Ular Buhu (Jawa), Ular Kadut
a. Ciri-ciri :
Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua
gelap sampai hitam. Corak belang dengan bentuk yang tak beraturan
Tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih
Tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam
Terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya
Terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya
Panjangnya ± 1000 mm,Jika marah memipihkan tubuhnya
b. Habitat : setengah perairan, sungai, kolam
c. Aktivitas : Noctural
d. Tipe gigi : Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal
e. Makanan : Ikan
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
ULAR BERBISA TINGGI
2. Ophiophagus hannah
Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836
N.I. : King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java);
Ular tedong selor (Kalimantan)
a. Ciri-ciri :
Hitam pekat atau abu – abu, putih, dan coklat dengan garis – garis melintang
ditubuhnya, tergantung habitat.
Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar
Kepala oval, dengan sisik yang besar
Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung
habitat)
Panjangnya hingga mancapai 6000 mm
Jika marah akan menegakkan tubuhnya hingga 1/3 panjang tubuhnya
mengembangkan lehernya.
b. Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : ular
e. Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan
f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit
2. Agkistrodon rhodostoma
Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827
N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa), Ular Tanah,
Ular Gibuk (Jabar)
a. Ciri-ciri :
Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil
ke ekor serta leher.
Gerakannya agresif
Kepala segitiga, dengan sisik yang besar
Panjangnya hingga mancapai 1000 mm
Jika marah akan membentuk k huruf S
b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : Tikus
e. Populasi : Jawa, Sumatra
Penanganan Pertama Gigitan Ular
Orang menganggap semua ular berbahaya, dan bila bertemu akan berusaha membunuhnya
dan jika tergigit, segera melakukan penanganan gigitan yang berlebihan. Akibatnya cukup
fatal serta merugikan manusia sendiri. Demikian pula jika penanganan efek gigitan ular
berbisa tinggi dilakukan dengan lambat dan salah, maka dapat menyebabkan dampak yang
fatal bagi korban.Efek gigitan racun ular ke tubuh manusia selain ditentukan oleh kadar
bisa/racun itu sendiri juga dipengaruhi dari daya tahan tubuh manusia yang digigit. Semakin
baik “pertahanan”alami atau antibody yang dimiliki, dan semakin sehat metabolisme tubuh
manusia, efek gigitan akan berkurang rasanya dibandingkan dengan korban yang memiliki
imunitas redah atau sedang dalam kondisi tidak fit karena kecapekan atau sakit Prinsipnya,
walau pun digigit ular, JANGAN TERGESA MEMBUNUH ular tersebut.
JIKA TERGIGIT ULAR :
JANGAN PANIK
Amankan posisi penolong dan korban
Terutama dari bahaya lain seperti gigitan ular itu “lagi”, lokasi yang curam, dll. Jika
diri sendiri yang tergigit, ambil posisi yang aman, jauhi ular.
Imobilisasi pasien dan Lakukan pembalutan elastis di atas luka gigitan untuk
menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung
Tenangkan korban, jangan banyak melakukan aktifitas/gerakan yang menguras tenaga
dan mempercepat detak jantung
Kenali ular yang menggigit (LANGKAH VITAL dan PENTING !)
Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa
nya terhadap manusia.Ingat perbedaan berbisa rendah dan berbisa tinggi dan yang utama jika
luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi jika luka gigitan membentuk
huruf U dengan jumlah luka nayak berarti tidak berbisa jika tidak dapat mengenali jenis ular,
anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Selanjutnya, usahakan untuk
menghafalkan ciri – ciri ular itu dan jika perlu, bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian
medis yang terakhir lakukan tindakan pertolongan pertama
Penanganan gigitan ular tidak berbisa.
Hanya akan menimbulkan luka sobek atau luka lecet dan gatal:
⇒ Lepaskan pembalut elastis
⇒ Cuci luka dengan air dan sabun atau
pembersih luka (Revanol)
⇒ Beri obat antiseptik.
⇒ Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa
atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
⇒ Ingat ! ular tidak perlu dibunuh.
Penanganan gigitan ular berbisa menengah
Akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah sekitar luka, perubahan warna, dan jika
kondisi tubuh tidak fit, akan terasa demam panas – dingin sekitar 2 s.d. 7 hari.
⇒ Lepaskan pembalut
⇒ Cuci luka dengan pembersih luka yang ada (revanol)
⇒ Beri antiseptik
⇒ Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka
agar cepat kering
⇒ Usahakan korban beristirahat sebentar
⇒ Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
⇒ Beri vitamin tambahan
⇒ Ingat ! ular tidak perlu dibunuh.
Bila tergigit ular jenis raksasa, ular pyhton
Mengakibatkan pendarahan terbuka dan luka sobek.
⇒ Posisikan bagian luka di atas dari posisi jantung untuk mencegah
pendarahan, lebih baik dalam posisi berbaring
⇒ Hentikan Pendarahan ! dengan melakukan prosedur penanganan
pendarahan terbuka atau dapat pula dengan teknik torniquet.
⇒ Istirahatkan dan tenangkan korban
⇒ Upayakan untuk evakuasi ke rumah sakit dengan tetap
memperhatikan pendarahan agar tidak terbuka lagi.
⇒ Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
⇒ Beri vitamin tambahan
Ingat !
ular ini tidak beracun tetapi akan tetap berbahaya jika korban kehilangan banyak
darah.
saat melepas gigitan dari korban, jangan paksakan dengan menarik kepala ular, tapi
mulut harus dibuka ! Perhatikan juga belitanular.
tidak perlu membunuh ular jenis ini
kecuali !
Bila tergigit ular yang berbisa tinggi
Efeknya berbeda beda sesuai jenis racun yang terkandung di dalam bisa ular.Efek gigitan
pada umumnya :
1. Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
2. Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
3. Mulut terasa kering
4. Pusing, mata berkunang - kunang
5. Demam, menggigil
6. Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit,pinggang terasa
pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
Penanganan jika tergigit dengan efek di atas:
⇒ Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
⇒ Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
⇒ Buat luka baru deagn kedalam sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet(yang disterilkan
atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka
akibat taring. INGAT ! irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal.
⇒ Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. korban akan
terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut.
Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat
khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik
menggunakan tali senar, dll.tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan
racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong
karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung
dan usus.
⇒ Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan
berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.
⇒ Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular lebih lanjut
atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan suntikan antivenom
yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen sesuai karakter bisa ular
yangmenggigit (haemotoxin atau neurotoxin) Informasikan pada dokter bila korban
elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.
PENATALAKSANAAN
Sebelum di bawa kerumah sakit:
1. Di istirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan
2. Bila belum tersedia antibisa,ikatlah dua ujung yang terkena gigitan.tindakan ini
kurang berguna jika dilakukan kurang dari 30 menit paska gigitan.
Setelah dibawa kerumah sakit beri SABU (serum anti bisa ular) polivalen 1 ml berisi:
1. 10-50 LD50 bisa ankystrodon
2. 20-50 LD50 bisa bungarus
3. 25-50 LD50 bisa naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v
Teknik pemberian:
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 atau dextrose 5 % dengan kecepatan 40-80
tetes per menit.maksilal 100 ml (20 vial).