Post on 11-Aug-2015
description
TUGAS VAKSIN & IMUNISASI
PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN
DISUSUN OLEH :
Afief sufa pratama 07029023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah termasuk Negara yang sangat luas, juga Negara yang mempunyai banyak
pulau-pulau. Secara keadaan geografis Indonesia merupakan Negara maritim yang sebagian
besar adalah wilayah perairan. Indonesia terletak di daerah tropis, termasuk negara yang sedang
berkembang, karena itu keadaan penyimpanan vaksin di daerah-daerah pada umumnya kurang
memuaskan, karena penyediaan listrik yang belum memadai, sedangkan penggunaan lemari es
dengan minyak tanah membutuhkan perawatan yang seksama untuk memperoleh temperatur
yang diinginkan. Jadi masalah terpenting dalam hal ini adalah temperatur, yang dapt dipastikan
tidak dapat dipertanggungjawabkan kestabilannya. Karena itu perlu diadakan pemantauan vaksin
secara terus-menerus.
Untuk mencapai antar pulau membutuhkan waktu yang lama dan pendistribusian vaksin
yang panjang apalagi untuk wilayah yang terpencil. Masalah dalam penyimpanan vaksin, ini
terkait dengan jenis, sifat, dan macam vaksin yang berbeda tanggal kadaluarsanya. Tetapi untuk
transportasi vaksin, ini terkait dengan fasilitas tarnsportasi yang kurang memadai khususnya
untuk daerah terpencil.
Dalam penyimpanan dan transportasi vaksin masih merupakan masalah yang sering timbul
dalam distribusi vaksin di Indonesia. Salah satunya adalah ditemukannya vaksin yang kadaluarsa
di Tangerang. Sebanyak 8.300 fial vaksin polio yang dikirim ke Kota Tangerang, Banten, oleh
Depkes Pusat ternyata kadalursa dan mutunya dibawah standar, akhirnya pihak Dinas Kesehatan
setempat mengembalikan karena khawatir mempunyai dampak lain terhadap medis bagi anak-
anak.
Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya penanganan vaksin di
Indonesia. Ini terkait dalam penyimpanan dan transportasi vaksin yang masih banyak
dipengaruhi faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam adalah mengenai kebijakan
terkait dengan penyimpanan dan transportasi vaksin. Sedangkan faktor luar salah satunya adalah
keadaan geografis, sarana dan prasarana dalam penyimpanan dan transportasi vaksin.
Karena itu, dalam pendistribusian vaksin dikenal istilah cold chain (rantai dingin). Sebelum
dikirim melalui transportasi darat atau udara, vaksin disimpan ke dalam cold box. Proses itu
melalui jalan yang panjang, sebab kualitas vaksin harus tetap terjaga mulai dari tempat produksi
sampai ke unit kesehatan terkecil (puskesmas) di pelosok Tanah Air. Di tingkat provinsi dan
kabupaten, cold box itu berupa freezer atau lemari es. Sedangkan pada tingkat puskemas atau
unit kesehatan di pelosok sudah menggunakan termos antipanas. Penerapan prosedur tersebut
untuk memperkecil risiko kerusakan pada vaksin. Permasalahan yang kerap dihadapi petugas
kesehatan adalah ketika distribusi vaksin sampai ke posyandu di daerah terpencil. Kondisi yang
tidak kondusif sering merusak kualitas vaksin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara penyimpanan vaksin?
2. Bagaiamanakah cara transportasi untuk vaksin?
3. Apa dan bagaimana rantai vaksin diterapkan dalam tranportasi vaksin?
BAB II
PEMBAHASAN
Penyimpanan dan Distribusi Vaksin
a. Penyimpanan
Setiap unit dianjurkan untuk menyimpan vaksin tidak lebih dari stok
maksimalnya, untuk menghindari terjadinya penumpukan vaksin. Bila frekuensi
distribusi vaksin ke provinsi 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) bulan, maka stok maksimal
vaksin di provinsi adalah kebutuhan vaksin untuk 4 (empat) bulan. Bila frekuensi
pengambilan vaksin ke provinsi 1 (satu) kali perbulan maka stok minimal di kabupaten
adalah 1 (satu) bulan dan stok maksimal adalah 3 (tiga) bulan, dan bila frekuensi
pengambilan vaksin ke kabupaten 1 (satu) kali per bulan maka stok maksimal di
Puskesmas 1 (satu) bulan 1 (satu) minggu.
Lihat bagan distribusi vaksin
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi atau daya
antigennya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah suhu, sinar matahari,
dan kelembaban.
Tabel Penyimpanan Vaksin
Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio, campak) pada pedoman sebelumnya harus
disimpan pada suhu dibawah OoC. Dalam perkembangan selanjut, hanya vaksin Polio yang
masih memerlukan suhu dibawah OoC di provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan vaksin
campak lebih baik disimpan di refrigerator pada suhu 2 – 8oC. Adapun vaksin lainnya harus
disimpan pada suhu 2 – 8oC. Vaksin Hepatitis B, DPT, TT dan DT tidak boleh
terpapar pada suhu beku karena vaksin akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet
yang merusak antigen.
Di Puskesmas yang mempunyai freezer pembuat cold pack, bagian freezer dari lemari es
tidak dipakai untuk menyimpan vaksin. Dalam penyimpanan/pengangkutan vaksin, susunannya
harus diperhatikan. Karena suhu dingin dari lemari es/freezer diterima vaksin secara konduksi,
maka ketentuan tentang jarak antar kemasan vaksin harus dipenuhi. Demikian pula letak vaksin
menurut jenis antigennya mempunyai urutan tertentu untuk menghindari penurunan potensi
vaksin yang terlalu cepat.
c. Distribusi
Pengertian distribusi disini adalah transportasi atau pengiriman vaksin dari Pusat/Bio
Farma ke provinsi, dari provinsi ke kabupaten/kota, dari kabupaten/kota ke Puskesmas dan dari
Puskesmas ke bidan di desa atau posyandu. Distribusi vaksin baik jumlah maupun frekuensinya
harus disesuaikan dengan volume vaksin dimasing -masing provinsi serta biaya
transportasi.
Rata -rata distribusi vaksin ke Provinsi adalah setiap 1-3bulan. Tergantung dari besarnya
jumlah penduduk provinsi tersebut. Bila frekuensi distribusi vaksin dikurangi, keuntungannya
adalah biaya transportasi berkurang, sedang kerugiannya sebagian besar umur vaksin dihabiskan
dalam tempat penyimpanan di Pusat/Bio Farma. Karena volume penyimpanan dipengaruhi
dengan stok vaksin maka pusat/Bio Farma memerlukan informasi tentang stok vaksin di provinsi
secara berkala atau melalui permintaan vaksin dari provinsi. Dari gudang provinsi vaksin diambil
oleh petugas kabupaten/kota setiap bulan dan dari gudang kabupaten/kota vaksin diambil oleh
petugas Puskesmas setiap bulan. Dengan demikian untuk kabupaten atau kota dan Puskesmas
diperlukan biaya pengambilan vaksin setiap bulan. Frekuensi pengambilan vaksin inipun
bervariasi antar kabupaten/kota dan Puskesmas, tergantung pada kapasitas tempat penyimpanan
vaksin, biaya transportasi serta volume kegiatan. Dalam menjaga potensi vaksin selama
transportasi, ketentuan pemakaian cold/cool box, vaccine carrier, thermos, cold/cool pack harus
diperhatikan.
Rantai pendingin vaksin
Cold Chain alias Rantai Dingin yaitu tentang cara penyimpanan vaksin yang baik dan benar
(penjagaan suhu) dari mulai di pembuatan dan distribusi sampai bisa digunakan untuk pasien.
Lecturenya sebenarnya biasa saja
Gambar : Rantai vaksin
Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin
sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada
sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak
diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak
sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa
dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa.
Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada
pendingin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka
vaksin makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar
panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan
terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih
singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas.
Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai
berikut:
a. Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak
terhadap suhu dingin dibawah 0ºC (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT
b. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak
terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah
vaksin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau
suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini, ada berbagai alat dengan indikator yang
sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta
Time Temperatur Monitor (TTM).
Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah
terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap
pembekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah
dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.
Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu
Suhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini
dapat dilihat dari keterangan seperti pada tabel di bawah ini:
Vaksin Sensitif Beku
1. Suhu terlalu dingin
Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu - 0,5 ºC dapat bertahan selama
maksimum ½ jam dan DPT, DT, TT pada suhu - 5 ºC S/D -10 ºC dapat
bertahan selama maksimum 1,5 – 2 jam.
2. Suhu terlalu panas
Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu
udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari
sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30 hari.
Vaksin Sensitif Panas
Sementara Poliobeberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature
< 34 ºC) dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa ºC
diatas suhu udara luar dapat bertahan 7 hari
Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat terpapar suhu terlalu
dingin, jauh lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar
suhu terlalu panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin
yang rusak akibat terpapar suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu
panas.
Upaya Mengatasi Kegagalan Vaksinasi
Beberapa tindakan untuk mengatasi kegagalan program vaksinasi yang perlu diketahui
adalah
1. vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya, periksa batas waktu pemakaian
dan pilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya
2. selama transportasi vaksin, hindarkan vaksin dari kontaminasi dan cahaya
matahari. Tindakan yang paling aman adalah menyimpan vaksin dalam termos
atau ice box
3. apabila vaksin disimpan, usahakan temperatur penyimpanan sesuai petunjuk
pabrik. Baca secara hati-hati petunjuk penyimpanan. Kadang-kadang antara
vaksin dengan pengencernya terpisah dan harus harus disimpan pada temperatur
yang berbeda
4. vaksinasi dilakukan saat udara dingin, yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk
mencegah stres.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
1. Setiap unit dianjurkan untuk menyimpan vaksin tidak lebih dari stok maksimalnya,
untuk menghindari terjadinya penumpukan vaksin. Cara penyimpanan untuk vaksin
sangat penting karena menyangkut potensi atau daya antigennya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah suhu, sinar matahari, dan kelembaban
2. Distribusi vaksin baik jumlah maupun frekuensinya harus disesuaikan dengan volume
vaksin dimasing -masing provinsi serta biaya transportasi. Frekuensi pengambilan
vaksin inipun bervariasi antar kabupaten/kota dan Puskesmas, tergantung pada
kapasitas tempat penyimpanan vaksin, biaya transportasi serta volume kegiatan.
Dalam menjaga potensi vaksin selama transportasi, ketentuan pemakaian cold/cool
box, vaccine carrier, thermos, cold/cool pack harus diperhatikan.
3. Cold Chain alias Rantai Dingin yaitu tentang cara penyimpanan vaksin yang baik dan
benar (penjagaan suhu) dari mulai di pembuatan dan distribusi sampai bisa digunakan
untuk pasien. Lecturenya sebenarnya biasa saja
Saran
1. Dibuatnya peningkatan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya serta mendukung kegiatan penunjang terbatas di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Dibuatnya sarana percepatan pembangunan sarana dan prasarana kesehatan di
wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan termasuk pulau-pulau kecil
terluar atau daerah pemekaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/evaluasi-
kegagalan-vaksinasi-korisa
http://www.poultryindonesia.com/modules.php?
name=News&file=article&sid=1466
http://www.waspada.co.id/index.php/images/flash/index.php?
option=com_content&view=article&id=1814:penyimpanan-
vaksin&catid=28&Itemid=48
http://intanrisna.blogspot.com/2010/03/cold-chain-feat-pediatrician-seru.html