Post on 07-Mar-2019
TOKOH – TOKOH ILMU SOSIAL
• Muhammad Iqsan 16071148
• Juniatin Wuryandini 16071154
• Riska Maria Ulfa 16071159
• Febri Hari Waspodo 16071166
• Bernando Arya Tanjung 16071170
• Dwi Nur Rizkiansyah
• Siti Nur Rachmawati
Auguste Comte (1798 – 1857)
Auguste Comte adalah seorang Filsuf Perancis yang
dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta
aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte
membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini
yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai
sarana dalam memperoleh kebenaran.
Auguste Comte (1798 – 1856)
Tokoh ini mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi. Salah
satu sumbangan pemikirannya terhadap sosiologi adalah tentang
hukum kemajuan kebudayaan masyarakat yang dibagi menjadi 3
Zaman yaitu :
1. Zaman Teologis
2. Zaman Metafisika
3. Zaman Positivis
Menurut Auguste Comte Sosiologi berarti suatu studi positif
tentang hukum - hukum dasar dari berbagai gejala sosial yang
dibedakan menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
Karl Marx (1818 – 1883)
Lahir di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan
keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1841 mengakhiri
masa studinya di Universitas Berlin. Karena pergaulannya
dengan orang – orang yang dianggap radikal, terpaksa
mengurungkan niat untuk menjadi pengajar di Universitas
dan menerjunkan diri ke kancah Politik.
Karl Marx (1818 – 1883)
• Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya
mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang
berjudul “Communist Manifesto “ yang ditulis bersama
temannya Friedrich Engels di Perancis.
• Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia
merupakan sejarah perjuangan kelas
• Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam
kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, Yaitu kelas
Boruis (majikan) terdiri dari orang – orang yang menguasai alat
produksi dan kelas Proleta ( buruh) yang tidak memiliki alat
produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi
oleh kelas Borjuis (majikan)
Emile Durkheim (1858 – 1917)
Lahir di Epinal, Perancis timur pada tahun 1858. Terkenal sebagai sosiolog yang brilian dan memiliki latar belakang akademis dalam ilmu sosiologis. Karya utamanya antara lain
“ Rules Of The Sociological Method, The Division Of Labour In Society, Suicide, Moral Education, The Elementary Forms Of The Religious Life”. Didalam bukunya “The Division Of Labour In Society” Durkheim memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana tataan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat dan meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
Emile Durkheim (1858 – 1917)
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan
solidaritas dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu :
• Solidaritas Mekanis : Dimana masyarakat dipersatukan oleh
ikatan moral yang kuat, memiliki hubungan yang jalin-menjalin
• Solidaritas Organik : Dimana masyarakat yang
kompleks/modern, kekuatan kesadaran kolektif itu telah
menurun karena terikat oleh pembagian kerja yang ruwet dan
saling menggantung
Menurut Emile Durkheim Sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari fakta – fakta sosial, yakni fakta yang mengandung
cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada diluar individu
dimana fakta – fakta tersebut memiliki kekuatan untuk
mengendalikan individu.
Maximilian Weber (1864 – 1920)
Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan
studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan
mengajar disiplin ilmu – ilmu tersebut di berbagai universitas di
jerman. Serta terus menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu
sosiologi yang pada saat itu masih berusia muda.
Karya penting dari Weber berjudul “The Protestan Ethic
And Spirit Of Capitalism “. Berisi hubungan antara Etika Protestan
dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan munculnya perkembangan
kapitalisme.
Maximilian Weber (1864 – 1920)
Didalam bukunya tersebut, Weber menyatakan bahwa kebangkitan pandangan religius tertentu (protestanisme) yang membawa masyarakat pada perkembangan kapitalisme. Kaum Protestan dengan tradisi “Kalvinis” menyimpulkan bahwa kesuksesan finansial merupakan tanda utama bahwa Tuhan berada di pihak mereka. Untuk mendapatkan tanda ini, mereka menjalani kehidupan yang hemat, menabung, dan menginvestasikan surplusnya agar mendapat modal lebih banyak lagi.
Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang bagaimana perilaku individu dapat mempengaruhi masyarakat secara luas. Inilah yang disebut sebagai memahami “Tindakan Sosial”. Menurut Weber, tindakan sosial dapat dipahami dengan memahami niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai motivasi sosial. Pendekatan ini disebut “ Verstehen” (Pemahaman)
Maximilian Weber (1864 – 1920)
Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurutnya,
peradaban Barat adalah semangat barat rasional dalam sikap
hidup. Rasional menjelma menjadi oprasional (berpikir sistemik
langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah proses yang
menjadikan setiap bagian kecil masyarakat terorganisir,
profesional, dan biroaktif. Meski akhirnya Weber prihatin betapa
intervensi negara terhadap warga kian hari kian besar.
Dalam karyanya yang terkenal lainnya, “Politik Sebagai
Panggilan”, Weber mendefenisikan negara sebagai sebuah
lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan
fisik secara sah, sebuah defenisi yang menjadi penting dalam
studi ilmu politik.
Selo Soemardjan (1915 – 2003)
Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan (
lahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 ) adalah tokoh pendidikan dan
pemerintahan indonesia. Selo soemardjan merupakan salah
satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu yang
mempelajari masyarakat dan sekitarnya.
Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini
adalah pendiri sekaligus Dekan pertama Fakultas Ilmu
Kemasyarakatan (FISIP-UI). Ia dikenal disiplin, selalu
memberikan teladan yang konkret, berintegritas, berkomitmen
sosial tinggi . Ilmuan yang meninggalkan banyak bekal ilmu
pengetahuan.
Selo Soemardjan (1915 – 2003)
Karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah “Changes In
Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963” di sukabumi (1963).
Penelitian terakhir berjudul “Desentralisasi Pemerintahan”.
Terakhir menerima Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari
Universitas Gadjah Mada pada puncak peringatan Dies Natalis
ke-52 UGM 19 Januari 2002 dalam bentuk Piagam dan Lencana.
Dalam bukunya yang berjudul “Setangkai Bunga
Sosiologi”, Sosiologi sebagai ilmu masyarakat yang mempelajari
tentang struktur sosial yakni keseluruhan jalinan sosial antara
unsur – unsur sosial yang pokok, seperti kaidah – kaidah sosial.
Kelompok – kelompok dan lapisan – lapisan sosial. Sosiologi juga
mempelajari proses soisal yaitu pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama. Contoh hubungan timbal balik
antara kehidupan agama dan kehidupan politik, hubungan timbal
balik antara kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi
Soerjono Sukanto
Soerjono Sukanto adalah Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum Indonesia. Soerjono Soekanto pernah menjadi kepala bagian Kurikulum Lembaga Pertahanan Nasional (1965 – 1969). Ia juga pernah menjadi pembantu Dekan bidang Administrasi pendidikan fakultas ilmu – ilmu sosial, Universitas Indonesia (1978) yang bersangkutan tercatat sebagai “Southeast Asian Specialist” pada Ohio University dan menjadi Founding Member dari “World Association Of Lawyers”. Ia mendapat gelar sarjana hukum dari fakultas ilmu – ilmu sosial dari Universitas Indonesia (1969), Master Of Arts dari University Of California, Betkeley (1970), sertifikat dari Academy Of American and International Law, Dallas (1972) gelar Doktor ilmu hum di UI (1977). Diangkat sebagai guru besar sosiologi hukum Universitas Indonesia (1983).
Soerjono Sukanto
Menurut Soerjono , Sosiologi adalah ilmu yang
memusatkan perhatian pada segi – segi kemasyarakatan yang
bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola – pola
umum kehidupan masyarakat .
Charles Wright Mills (1916 – 1962)
Charles Wright Mills adalah seorang Sosiolog Amerika.
Ia merupakan ilmuan sosial dan kritikus yang paling
berpengaruh di Amerika pada abad ke-20. Menerima gelar A.B
dan A.M dari Universitas Texas (1939) dan gelar Ph.D dari
Universitas Wisconsin (1941). Bergabung dengan fakultas
sosiologi di Universitas Columbia (1946). Di columbia ia
mempromosikan gagasan bahwa ilmuan sosial tidak hanya
terlibat dalam penelitian dan teori, tetapi juga menyatakan
tanggung jawab sosial mereka.
Charles Wright Mills ( 1916 – 1962)
Charles Wright Mills merupakan sosiolog yang digolongkan
beraliran fungsionalisme konflik, berasal dari kelas menengah,
ayahnya sorang pialang asuransi. Mills termasuk penulis produktif
yang mati muda karena serangan jantung. Tulisannya dalam
beberapa topik seperti : birokrasi, kekuasaan dan otoritas, elit
sosial, pekerja kerah putih, rasionalisasi, komunisme, perang
dingin, ideologi, ilmu – ilmu sosial.
Dalam karyanya “The Power Elit” (1956), Mills menunjukan
bagaimana kondisi masyarakat Amerika sebagai bangsa besar di
dunia didominasi sekelompok elit yang berkuasa, terdiri dari orang
– orang yang menduduki posisi dominan bidang politik, militer,
dan ekonomi, mereka adalah pengusaha, penguasa dan petinggi
militer.
Lanjutan . . .
Mills menjelaskan kekuasaan elit dengan bentuk piramida
kekuasaan. Bagian paling puncak
diduduki oleh elit berkuasa, yakni elit yg
menguasai 3 sektor : pengusaha,
penguasa dan militer. Kemudian lapis
kedua adalah pemimpin opini lokal, legis
-latif pemerintah. Kemudian lapis ke 3
adalah orang yang tidak memiliki
kekuasaan dan orang yang tidak
teroganisasi dengan baik secara
ekonomi dan politik.
Lanjutan...
Ada 2 faktor yang memunculkan kekuasaan elit : pertama, alat
kekuasaan dan kekerasan yang sudah melebur. Kedua, sifat
yang saling tergantung antara elit yang dikontrol kaum elit yang
di atas. Kesadran kohesif elit sosial bisa bersatu karena 3 faktor :
Kesamaan psikologis, kesamaan kepentingan, interaksi sosial.