Post on 26-May-2018
1
TINGKAT PENGAWASAN KERJA KRU KAPAL
PADA KAPAL KM BUKIT RAYA
E-JOURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Sosaial dan Politik Universitas Maritim
Raja Ali Haji
Oleh
INTAN PERMATA
NIM. 110563201038
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2015
2
TINGKAT PENGAWASAN KERJA KRU KAPAL
PADAKAPAL KM BUKIT RAYA
E-JOURNAL
INTAN PERMATA 110563201038
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
ABSTRAK
Kepedulian pegawai atau Kru pada kapal KM Bukit Raya dalam
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pada profesinya harus mendapatkan
perhatian serius dan harus ada pengawasan kerja yang jelas. Karena kepedulian Kru
dapat berdampak pada pengawasan. Pengawasan kerja adalah proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh kagiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Tujuan dalam penelitian ini pada dasarnya adalah untuk membuktikan
apakah pengawasan kerja sesuai dengan apa yang dikerjakan. Pengawasan kerja
mempunyai beberapa dimensi yaitu pemantauan,pemeriksaan, pengamatan dan
penilaian
Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap
variabel mandiri , yaitu tanpa membuat perbandingan atau mengabungkan dengan
variabel lain. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini, penumpang pada
kapal KM Bukit Raya sebanyak 92 orang, teknik dalam penelitian ini menggunakan
teknik slovin.
Hasil pemelitian yang penulis lakukan berdasarkan analisa data, maka hasil
jawaban responden terhadap variabel pengawasan kerja dinilai baik pada kapal KM
Bukit Raya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat dari hasil pengawasan kerja
yaitu di nilai baik, dapat dinilai dari hasil jawaban responden pada kapal KM Bukit
Raya. Saran yang dapat diberikan diharapkan perlu memberikan lebih banyak
pelatihan kepada kru kapal agar kru mampu memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam bekerja secara berkelanjutan dan sesuai dengan bidang tugasnya masing-
masing hal ini ditujukan agar terciptanya sikap tanggung jawab dan profesional
dalam bekerja.
Kata kunci : Pengawasan,Kerja,Kru
3
ABSTRACT
Concern employee or crew on the vessel KM Bukit Raya in completing the
tasks and responsibilities of the profession should get serious attention and there
should be a clear work supervision. Because the crew awareness can impact on labor
supervision and passenger satisfaction. Work supervision is the process of
observation of the implementation of all activities of the organization to ensure that
all work is being done goes according to plan predetermined. Passenger satisfaction
is one's feelings after comparing the level of performance or results felt with
expectations.
The goal in this study is basically to prove whether the oversight of the work in
accordance with what dikejakan. Supervision of work has several dimensions, namely
monitoring, inspection, observation and assessment.
This research is descriptive research that is done on an independent variable, ie
without making a comparison or combining with other variables. The population and
sample in this study, the passengers on the ship KM Bukit Raya as many as 92
people, the techniques in this study using techniques slovin.
Results of research conducted by the author based on data analysis, the
results of respondents' answers to the control variable is considered good job on the
ship KM Bukit Raya.
The conclusion from this study is there from the oversight of the work is at a
good value, it can be seen from the results of respondents on the ship KM Bukit Raya.
Advice can be given the expected need to provide more training to the crew so that
the crew is able to have the ability and skills to work in a sustainable manner and in
accordance with their respective duties it is intended to allow the creation of a
professional attitude and responsibility in their work.
Keywords: Monitoring, Work, Crew
4
PENDAHULUAN
Kepulauan Riau sebagai daerah maritim, dan angkutan laut menjadi sarana
transportasi utama bagi masyarakat Provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan Riau adalah
provinsi maritim yang dikelilingi oleh lautan sekitar 96 persen. Kondisi ini membuat
kegiatan ekonomi masyarakat lebih banyak berhubungan dengan pemanfaatan laut
dan pontensinya. Kapal laut merupakan salah satu pilihan transportasi antar pulau
baik untuk mengangkut barang maupun penumpang. Sarana transportasi kapal laut
banyak diminati oleh masyarakat karena biayanya yang lebih murah dan dapat
membawa barang dalam jumlah yang begitu banyak. Sarana transportasi laut
difasilitasi oleh prasarana berupa pelabuhan, dimana di dalam sebuah pelabuhan
terdapat terminal penumpang (BPS, 2014: 210).
Terdapat sebuah kasus yang dialami secara berlangsung oleh peneliti pada
kapal KM Bukit Raya yaitu, salah satu seorang penumpang belayar dengan tujuan
ingin berangkat dari tanjung pinang ke Letung kehilangan barang akibat tidak adanya
pengawasan kerja yang jelas, barang- barang yang dibawa tidak ditata dengan rapi
pada tempat yang seharusnya disediakan oleh pihak kapal. Sehingga mengakibatkan
seorang bapak tersebut kecewa akibat kelalaian petugas kapal. Dalam kasus ini
menunjukan bahwa terjadi kurang nya pengawasan kerja kru pada kapal KM Bukit
Raya.
5
Dari beberapa permasalahan tersebut maka dianggap penting untuk
melakukan penelitian mengenai ‘’ Tingkat Pengawasan Kerja Kru Kapal Pada
Kapal KM Bukit Raya’’.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yakni untuk
mengetahui tingkat pengawasan kerja kru kapal pada kapl KM Bukit Raya.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuntitatif
dengan metode deskriptif sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2013:06),
’’ penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel
mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan dengan
variabel lain‖. Dasar Penelitian ini adalah pengamatan yang memfokuskan
masalah tingkat pengawasan kerja kru pada kapal KM Bukit Raya.
.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam kajian penelitian ini dilakukan pada kapal KM Bukit
Raya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan dan pengamatan peneliti, bahwa
di kapal KM Bukit Raya telah terjadi beberapa permasalahan yang
menyangkut tingkat pengawasan kerja kru kapal pada kapal KM Bukit
RayaPenelitian ini dilakukan pada kapal KM Bukit Raya seperti yang telah
peneliti paparkan pada latar belakang penelitian ini
6
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a) Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.dalam
halnya penelitian ini sumber data primer adalah bagian administrasi pada kapal KM
Bukit Raya. Data berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap objek (kejadian atau kegiatan).
b) Sumber Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), yang pada umumnya berupa bukti, catatan
yang telah tersusun dalam arsip (dokumen). baik yang dipublikasikan atau tidak.
dalam halnya penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur-
literatur dan arsip- arsip dokumen yang ada perpustakaan maupun pemerintah.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Sugiyono ( 2013:80), ― Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ― .
Maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penumpang pada kapal
KM Bukit Raya.
Pada penelitian ini, populasi bagian kapal KM Bukit Raya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
7
Tabel I.1
Populasi rata-rata penumpang dan jumlah sampel
pada kapal KM Bukit Raya
NO Trayek Rata-rata
penumpang
1 Tanjung pinang- Letung 310 orang
2 Letung-Tarempa 140 orang
3 Tarempa-Natuna 190 orang
4 Natuna-Midai 120 orang
5 Midai-Serasan 120 0rang
6 Serasan-Pontianak 140 orang
7 Pontianak-Surabaya 180 orang
Total 1200 orang ( dua
minggu)
Sumber Data : Bagian Administrasi kapal KM Bukit raya 2015
b. Sampel
Sugiyono (2001:57) mendefinisikan bahwa:Sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Dikarenakan populasi terlalu banyak,
maka penulis menggunakan rumus Slovin yang dikemukakan oleh Umar (2011:78)
yaitu rumus yang digunakan untuk menentukan beberapa minimal sampel yang
dibutuhkan, jika ukuran populasi diketahui. Adapun rumus yang digunakan sebagai
berikut:
N
n = ————
1 + N.e²
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
8
e = Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolelir, 1%, 5%, 10%
Adapun sampel yang penulis ambil adalah penumpang kapal, tidak
melibatkan kru kapal sebagai sampel. Untuk mencari sampel dalam penelitian
ini dengan tingkat kesalahan 10% maka diperoleh sampel sebagai berikut :
N
n = ————
1 + N.e²
1200
n = ————
1+1200.10%²
1200
n = ————
13
n = 92 sampel
.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan:
a. Studi Pustaka
1) Bedah Dokumen (Arsip)
Pengumpulan data dengan meminta data-data tertulis arsip kepada pihak
bagian administrasi pada kapal tersebut, yang menjadi objek penelitian sebagai
bahan melengkapi penyusunan skripsi ini.
9
2) Bedah Pustaka
Merupakan pengumpulan data dengan melakukan bedah pustaka untuk
mengambil data teoritis yang digunakan untuk membangun landasan teori yang
kuat mendukung analisis yang dipakai. Teknik ini dilakukan dengan mempelajari
literatur-literatur, catatan – catatan kuliah dan dokumen yang ada dan relevan
dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Lapangan.
1) Angket (Questionnaire)
Merupakan pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan tertulis dan
tersetruktur kepada responden untuk menggali informasi mengenai masalah yang
dibahas. Jenis angket yang disebar adalah angket tertutup, yaitu angket yang
berisi pertanyaan yang disertai dengan alternatif jawaban yang telah disediakan.
TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam penelitian kuntitatif, analisa data merupakan kegiatan setelah data dari
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis reponden, kemudian
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden. Selanjutnya, data yang
telah terkumpulkan dinalisis menggunakan statistik deskriptif, yaitu menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul,
yang selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan dari masalah yang diteliti.
10
KONSEP TEORITIS
Adapun konsep yang digunakan untuk pengawasan dengan menggunakan
Sondang P Siagian dalam Makmur (2011:176). Konsep operasional dalam penelitian
ini digunakan untuk mengindentifikasi variabel-variabel yang telah dipilih oleh
penulis.
Untuk mendukung pembahasan mengenai tingkat pengawasan kerja kru kapal
pada kapal KM Bukit Raya, maka sangat diperlukan konsep yang berkenaan dengan
pembahasan mengenai pengawasan pada kapal KM Bukit Raya.
Sondang P. Siagian dalam Makmur ( 2011:176) Pengawasan adalah proses
pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar
supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya.
Menurut kasmir (2010:59) pengawasan adalah prosess untuk mengukur dan
menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. jika dalam proses
tersebut terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan sesuai dengan rencana
yang di susun. Dengan adanya pengedalian diharapkan tujuan dapat dicapai sesuai
dengan target yang telah ditetapkan
Menurut Athoillah (2010:113) pengawasan, yakni meneliti dan mengawasi
agar semua tugas dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau
Sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing personal.
11
Pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki berbagai ciri
yang dibahas berikut ini.
1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan.
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya
deviasi dari rencana .
3. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategis
tertentu.
4. Objektivitas dalam melakukan pengawasan .
5. Keluwesan pengawasan.
6. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi.
7. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. (Sondang Siagian, 2005)
Menurut Sondang Siagian(2008:116), Proses pengawasan pada dasarnya
dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam
teknik, yaitu:
1. Pengawasan langsung (Direct control), yang dimaksud pengawasan
langsung ialah apabila pimpinan organisasi melakukan sendiri
pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan oleh para
bawahannya. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk: (a) inspeksi
langsung, (b) on the spot observation,dan (c) on the spot report.
2. Pengawasan tidak langsung (indirect control), yang dimaksud pengawasan
tidak langsung ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengwasan ini dilakukan
melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat
berbentuk : (a) tertulis, dan (b) lisan.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pengawasan tidak akan
dapat berjalan dengan baik apabila hanya bergantung kepada laporan saja.
Karena itu pengawasan tidak langsung saja tidak cukup. Adalah bijaksana
apabila pimpinan organisasi menggabungkan teknik pengawasan langsung
dan tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan itu.
12
Proses Pengawasan
Sistem pengawasan pada dasarnya sama untuk semua bidang pekerjaan.
Pengawasan dapat diterapkan pada bidang produksi, keuangan, pemasaran, dan
sumber daya manusia, serta pada bidang-bidang lainnya yang terdapat dalam sebuah
organisasi. Oleh karena itu, proses pengawasan juga sama pada berbagai bidang dan
tingkatan manajemen. Proses pengawasan meliputi empat langkah antara lain:
a. Menetapkan Standar
Langkah awal dalam pengawasan adalah menetapkan standar, hal ini merupakan
pedoman untuk mengetahui apakah ada penyimpangan atau tidak. Menetapkan
standar berarti menetapkan besarnya tanggungjawab setiap individu atau kelompok
dalam organisasi. Standar adalah kriteria yang sederhana dalam menilai suatu
pekerjaan tertentu. Standar kerja dapat diketahui dari analisis pekerjaan (job
analysis), sehingga ini merupakan suatu rencana yang ditetapkan untuk dilakukan
oleh setiap individu atau kelompok dalam organisasi.
b. Mengukur Prestasi Kerja
Tahap kedua dalam pengawasan adalah mengukur prestasi kerja. Mengukur
prestasi kerja berarti menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh individu atau kelompok
dalam organisasi. Pengukuran adalah proses yang berulang-ulang dan berlangsung
secara terus-menerus. Pengukuran prestasi kerja dapat dilakukan tergantung pada
jenis kegiatan yang diukur. Untuk mengukur prestasi kerja pada pekerjaan bidang
13
produksi berbeda dengan bidang administrasi. Dengan menentukan jumlah unit yang
harus dihasilkan setiap individu atau kelompok dalam organisasi. Demikian juga
apabila sebagai standar ditetapkan adalah waktu pengerjaan, dan jumlah kehadiran
lebih mudah diterapkan, akan tetapi pekerjaan administrasi lebih sulit ditetapkan.
Penetapan standar pekerjaan pada bidang administrasi lebih mudah apabila dimensi
dari pekerjaan diketahui dengan jelas.
c. Menyesuaikan Prestasi Kerja dengan Standar
Setelah para anggota organisasi melaksankan tugasnya maka akan diperoleh hasil
atas kegiatannya. Kemudian, hasil yang dicapai para anggota organisasi tersebut
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Oleh karena itu langkag ini merupakan
langkah yang termudah dilakukan dalam prosese pengawasan yaitu dengan hanya
membandingkan antara hasil yang dicapai para anggota organisasi dalam
melaksanakan tugasnya dengan standar. Walaupun dikatakan pada langkah ini yang
termudah, akan tetapi membutuhkan berbagai metode dan analisis yang rumit dalam
menghitung perbedaaannya
d. Mengambil Tindakan Korektif
Setelah membandingkan antara hasil yang dicapai para anggota organisasi
dengan standar, maka akan ditemukan dua kemungkinan sesuai atau tidak dengan
yang direncanakan. Apabila hasil yang dicapai tidak sesuai dengan standar, maka
akan dilakukan tindakan korektif. Tindakan korektif ini dapat dilakukan untuk
14
memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.
Termasuk pada tindakan korektif ini adalah perubahan terhadap satu atau beberapa
kegiatan organisasi.
Teknik –Teknik dalam Pengawasan
Sebagaimana kita ketahui bahwa para pemikir kehidupan social mengatakan
nilai nilai merupakan pengikat atau dengan kata lain pemersatu dalam tatanan
kehidupan masayarakat, tentunya sama halnya dalam kehidupan manusia sebagai
bagian dari anggota kelembagaan. Tata nilai dalam kehidupan kelembagaan
senantiasa berorentasi kepada masa yang akan datang , disinilah pentingnya peranan
teknik-teknik pengawasan agar tata nilai dalam kehidupan kelembagaan dapat
terplihara dengan baik dan dalam melaksanakan berbagai aktivitas anggota
kelembagaan mentaati tata nilai tersebut. Berdasarkan pernyataan ini mendorong kita
berpikir bertanya apakah yang dimaksut dengan teknik-teknik pengawasan untuk
mempertahankan kelestarian dari pad tata nilai kehidupan kelembagaan? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, sebaiknya kita memberikan argumentasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Teknik pemantauan dalam pengawasan. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah
satu teknik malakukan pengawasan baik kepada para oknum yang melaksanakan
kegiatan dalam berbagai kelembagaan maupun yang dilihat dari aspek pelaksanaan
kegiatan adalah melakukan suatu pemantauan baik dilakukan secara langsung (direct)
maupun dilakukan tidak secara langsung (indirect). Melalui laporan dari pimpinan
unit yang diberikan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang
bersangkuatan, teknik pemantauan dalam pengawasaan ini semua lembaga
membutuhkannya agar program yang kita telah rencanakan dapat dimplementasikan
dengan baik. Kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan pemantauan termasuk
penggunaan tekniknya berarti pengawasan yang dilakukan tersebut hasilnya bukan
15
memberikan suatu kebenaran, tetapi kekeliruan yang mungkin berakibat negatif pada
orang yang di awasi
2. Teknik pemeriksaan dalam pengawasan.Semuanya telah memaklumi bahwa tidak
ada pengawasan tanpa melakukan suatu pemeriksaan karena dengan melalui
pemeriksaan dapat menentukan suatu tindakan dalam melaksanakan sesuatu kegiatan
berjalan dengan baik atau mengalami hambatan dalam pelaksanaannya maupun dapat
memberikan hasil yang maksimal atau gagal dalam menciptakan hasil yang
diharapkan, teknik pemeriksaan dalam pengawasan harus dapat memberikan suatu
informasi atau keterangan yang jelas dengan mengandung kebenaran disamping itu
dapat pula memberikan keyakinan semua pihak atas hasil pengawasan yang telah
dilakukan itu. Memang masalah pemeriksaan ini kadang dilakukan secara subyektif
karena yang diperiksa terdapat ikatan akrab sehingga kesalahan direkayasa menjadi
suatu kebenaran.
3. Teknik wawancara dalam pengawasan. Salah satu teknik pelasanaan pengawasan
adalah melalui wawancara baik yang terlibat langsung pelaksanaan sesuatu kegiatan
maupun orang-orang yang mengetahui tentang obyek sesuatu pengawasan itu
dilakukan, tujuan wawancara dalam pengawasan berbeda dengan wawancara yang
dilakukan terhadap kegiatan lainnya misalnya wawancara dibidang penelitian dan lain
sebagainya, kalau tujuan wawancara di bidang pengawasan dalam rangka
memperoleh informasi sehingga pengawas bisa menentukan suatu keyakinan
kebenaran pelasanaan sesuatu kegiatan apakah benar dalam kebenaran ataukah benar
dalam kesalahan. Tujuan wawancara untuk memperoleh suatu data atau informasi,
tetapi perlu diingat bahwa orang yang diwawancarai belum tentu memberikan
informasi yang benar, oleh sebab itu diperlukan teknik yang tepat untuk mengungkap
kebenaran.
4. Teknik pengamatan dalam pengawasan. Selain teknik wawancara dalam
pengawasan tersebut diatas, juga salah satu teknik pengawasan lainnya adalah dengan
melalui pengamatan yang harus dilakukan secermat mungkin sehingga apa yang
diamati, tujuan pengamatan dalam pengawasan untuk membuktikan antara informasi
atau data yang diperoleh dengan keadaan yang sesungguhnya baik yang berkaitan
dengan barang atau benda, maupun yang bekaitan dengan jasa dari hasil kegiatan
yang dilakukan oleh orang-orang yang terkait dalam sebuah kelembgaan. Pengamatan
bukan jaminan untuk mendapatkan suatu kebenaran karena apa yang diamati atau
yang dilihat, didengar, dan semacamnya belum tentu itulah hakikat kebenaran, oleh
sebab itu diperlukan teknik yang tepat dalam pengawasan.
5.Teknik penilaian dalam pengawasan. Bagaimana menentukan bahwa setiap
pelaksanaan suatu pengawasan apakah itu dilakukan berdasarkan dengan kebenaran
ataukah dilasanakan dengan penyimpangan atau dengan kata lain bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku dalam kelembagaan. Teknik penilaian sebagai bagian
dari pada pengawasan terhadap pelaksanaaan sesuatu kegiatan tentunya harus
16
dilakukan secara tepat, adil, dan jujur dengan jiwa utamanya adalah kebenaran,
karena penilaian yang salah sangat berakibat negatif baik unsur pelaksanaan kegiatan,
maupun sebagai oknum pengawas dan yang paling terpenting adalah kelembagaan
atau organisasi yang bersangkutan baik di bidang pemerintahan atau publik maupun
di bidang swasta atau privat karena penilaian ini dapat saja dilakukan secara objektif,
maupun secara subyektif yang relative menentukan adalah ketetapan teknik yang
digunakan.
PENTINGNYA FUNGSI PENGAWASAN
Tidak sedikit pakar yang menekankan bahwa perencanaan dan pengawasan
merupakan ― dua sisi mata uang yang sama‖. Artinya, pengawasan memang
dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan
dalam suatu organisasi didasarkan pada suatu rencana – termasuk suatu strategi –
yang telah ditetapakan sebelumnya tanpa perlu mempersoalkan pada tingkat
manajerial dimana rencana tersebut disusun dan ditetapakan. Pengawasan dilakukan
untuk mencegah terjadinya deviasi dalam operasionalisai suatu rencana sehingga
berbagai kegiatan operasional yang sedang berlangsung terlaksana dengan baik dalam
arti bukan hanya sesuai dengan rencana, akan tetapi juga dengan tingkat efisiensi dan
efektivitas yang setinggi mungkin.
Secara konseptual dan filosofis, pentingnya pengawasan berangakat dari
kenyataan bahwa manuasia penyelenggara kegiatan operasional merupakan makhluk
yang tidak sempurna dan secara inheren memiliki keterbatasan, baik dalam arti
interpretasi makna suatu rencana, kemampuan, pengetauhan maupun keterampilan.
Artinya, dengan itikad yang paling baik, dedikasi dan loyalist yang tinggi dan
pengerahan kemampuan mental dan fisik sekalipun para penyelenggara kegiatan
17
opersional mungkin saja berbut khilaf dan bahkan mungkin kesalahan. Kenyataan
menunjukan bahwa tidak semua anggota organisasi yang selalu menampilkan prilaku
demikian. Segaja atau tidak, prilaku negatif ada kalanya muncul dan berpengaruh
pada kinerja sesorang yang faktor- faktor penyebabnya pun beraneka ragam.
M. Manullang mengatakan bahwa tujuan utama diadakannya pengawasan adalah
―mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan‖20Sedangkan tujuan
pengawasan menurut Sukarno. K adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang digariskan
b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta
asas-asas yang telah diinstruksikan.
c. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan,kelemahan-kelemahan dalam bekerja.
d. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan dengan efisien
e. Untuk mencari jalan keluar,bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan,kelemahan-
kelemahan atau kegagalan-kegagalan ke arah perbaikan.
KEBIJAKAN DALAM PENGAWASAN
Kenyataannya bahwa kata pengawasan maupun kebijakan sangat mudah
diucapkan oleh setiap orang , namun demikian begitu kita masuk pada era
pengimplementasiannya, maka kitaakan menemukan berbagai permasalahan yang
menuntut untuk dianalisis untuk memperoleh pemecahannya, tentunya termasuk juga
menciptakan kebingungan terutama dengan menggunakan kemampuan berpikir yang
dimilkinya agar dapat terwujud pengawasan yang didsari suatu kebenaran yang
18
sesungguhnya, sehingga setiap pelaksanaan kegiatan dalam kelembagaan tidak ada
anggota merasa dirugikan dan merasa diuntungkan atas ada nya pengawasan.
Kemudian dari pada itu bahwa kata kebijakan sangat banyak diucapakan oleh
masyarakat disekitar kita dengan mudahnya, tetapi begitu mengimplementasikan ke
dalam sebuah kelembagaan terutama kepublikan senantiasa mengalami kesulitan,
karena ada yang setuju dan ada pula yang menolaknya, orang yang menerima
kebijakan berarti akan merasa diuntungkan, tetapi sebaliknya orang yang merasa
dirugikan sudah pasti akan menolak kebijakan tersebut.
Dalam pelaksanaan berbagai aktivitas kelembagaan harus berdasarkan kepada
ketentuan yang berlaku , ketentuan ini lah yang dimaksudkan di sini kebijakan. Oleh
sebab itu pengawasan berperan untu menuntun kepada seseorang yang melakukan
kegiatan tersebut senantiasa tidak terjadi penyimpangan dari pada ketentuan..
Kebijkan pengawasan yang memiliki kulitas yang tinggi karena proses penetapannya
dilakukan berbagai tenaga ahli (pooling of expertise) akumulasi dari pandangan
berbagai tenaga yang memiliki kompetensi dibidang masing-masing akan sangat
menentukan kulitas kebijakan yang akan ditetapkan tersebut. Kebijakan yang tepat
terhadap sasaran kegiatan yang hendak dicapai berate pula pelaksanaan pengawasan
tidak menggalami kesulitan karena acuan pelaksanaanya sudah jelas dan tegas dalam
sutu kebijakan dan tidak membutuhkan lagi keseriysan dalam pelaksanaan
pengawasan. Didasari atau tidak bahwa proses penetapan suatu kebijakan sudah
19
merupakan bagian dari pada pengawasan karena kejelasan suatu kebijakan berari
mempermudah perlaksanaan sesuatu kegiatan dalam kelembagaan.
Sistem Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari
efektifitas manejerial seorang pemimpin. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
bahwa setiap orang yang menduduki jabatan manejerial, mulai dari dari manajerial
paling rendah hingga pada manajer puncak, selalu menginginkan agar baginya
tersedia suatu sistem informasi yang andal agar pelaksanaan berbagai kegiatan yang
telah ditetapkan dalam rencana. Bahkan dilihat dari segi pengawasan, sebagian besar
kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai satuan kerja penunjang dalam organisasi
sebenarnya dilakukan dalam rangka penyedian informasi, seperti informasi keuangan,
informasi kepegawaian, informasi logistik, dan informasi ketatausahaan, sebagai
bahan untuk mempelancar jalannya pengawasan.
.
HASIL PENELITIAN
a. Pemantauan
Berdasarkan tabel IV.8 dapat dilihat bahwa 5 pernyataan yang berhubungan
dengan indikator tersebut, 92 responden yang menjawab sangat setuju 10 responden
(10,86%), kemudian yang menjawab setuju 43responden (46,73%), kemudian total
menjawab ragu 12,6 responden (13,69%), dan yang menjawab tidak setuju 24
responden (26,308%), dan menjawab sangat tidak setuju 2,4 responden (2,60%). Dan
20
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penumpang kapal KM Bukit Raya setuju
terhadap indikator pemantauan.
b. Pemeriksaan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 5 pernyataan yang
berhubungan dengan indikator tersebut, 92 responden yang menjawab sangat setuju
10,6 responden (11,5%), kemudian yang menjawab setuju 38,2 responden (41,52%),
kemudian total menjawab ragu 13,2 responden (14,34%), dan yang menjawab tidak
setuju 27,4 responden (29,78%), dan menjawab sangat tidak setuju 2,6 responden
(2,82%). Dan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penumpang pada kapal KM
Bukit Raya setuju terhadap indikator pemeriksaan..
c. Pengamatan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 5 pernyataan yang berhubungan dengan
indikator tersebut, dengan total jumlah 92 responden. menjawab sangat setuju 9,59
responden (10,43%), kemudian yang menjawab setuju 34,60 responden (37,66%), kemudian
total menjawab ragu 13,20responden (14,34%), dan yang menjawab tidak setuju 29,2
responden (31,73%), dan menjawab sangat tidak setuju 5,40 responden (5,86%). Dan dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar penumpang pada kapal KM Bukit Raya setuju terhadap
pengamatan terhadap pelayanan
d. Penilaian
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 5 pernyataan yang
berhubungan dengan indikator tersebut, dengan total jumlah 92 responden.
menjawab sangat setuju 7,79 responden (8,47%), kemudian yang menjawab setuju
39,99 responden (43,47%), kemudian total menjawab ragu 10,99 responden
21
(11,95%), dan yang menjawab tidak setuju 29,59 responden (32,17%), dan menjawab
sangat tidak setuju 3,59 responden (3,91%) dan dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar penumpang kapal KM Bukit Raya setuju terhadap indikator penilaian.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kapal KM Bukit Raya maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengawasan kerja memiliki masing- masing indikator
yaitu pemantauan, pemeriksaan, pengamatan dan penilaian maka dapat dinilai
baik. Hal ini diperoleh berdasarkan hasil jawaban responden terhadap pengawasan
kerja pada kapal KM Bukit Raya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis memberi saran yaitu diharapkan
perlu memberikan lebih banyak pelatihan kepada kru kapal agar kru mampu memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam bekerja secara berkelanjutan dan sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing hal ini ditujukan agar terciptanya sikap tanggung
jawab dan profesional dalam bekerja dan diharapkan dapat terus meningkat
pengawasan kerja. Bagi peneliti lanjutan disarankan meneliti tentang Pengawasan
Kerja karena peneliti berasumsi bahwa masih ada hal-hal yang belum tuntas terkait
dengan pengawasan kerja tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Athiillah, Anton. 2010. Dasar-dasar Manajemen. CV Pustaka Setia. Bandung
Aditama, Haris. 2005 Reformasi Administrasi Perpajakan , Kebijakan Fiskal:
Pemikiran, konsep, dan implentasi. Kompas. Jakarta
BPS. 2014. Kepulauan Riau Dalam Angka. TanjungPinang.
Daryanto, 2014. Kepuasan Konsumen, Salemba, Jakarta
Jasfar, Farida. 2012. Teori dan Aplikasi Sembilan Kunci Keberhasilan Bisnis jasa:
sumber daya manusia,inovasi, dan kepuasan pelanggan. Salemba empat.
Jakarta
Kasmir. 2010. Kewirausahaan. Rajawali Pers. Jakarta
Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Refika Aditama.
Bandung
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi Negara. Alfabeta. Bandung
------------ 2001. Metode Penelitian Administrasi Negara. Alfabeta. Bandung
Supranto. 2011. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan. Asdi Mahasatya. Jakarta
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabeta. Bandung
------------ 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Stratejik, PT Bumi Aksara, Jakarta
------------------------2008.Filsapat Administrasi.Bumi Aksara, Jakarta
23
Triton PB. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Oryza, Jakarta
Wursanto. 2011. Dasar dasar ilmu organisasi. Alfabeta. Bandung
Wilson Bangun, 2011, Manajemen, PT Refika Aditama,Bandung
Y Supranto. 2012. Metode Penelitian Administrasi Negara. Raja pers. Jakarata
Zulkifli. 2012. inangAngkutan Laut Transportasi Andalan Kepri. Wali Pers.
Bandung
Google:
http://andiaruan.blogspocom/201/10/makalah-transportasi-laut.alihtml(diakses pada
tanggal 1 desember 2014, pukul 20:20)
http://hed1.wordpress.com/2008/12/20/arti-nyaman/ Firdaus, Agus Kurniawan. 2012.
Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Dalam Pelayanan PT ASDP Indonesia
Ferry Di Pelabuhan Merak Banten. Skripsi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Banten.
http://www.berkuliah.com/2014/09/sistem-transfortasi-Jepang.html. (diakses pada
tanggal 14 November 2014, pukul 22:25 )
http://www.bantenraya.com/metropolis/metro-cilegon/1955-kapal-jepang-dilengkapi-
eskalator. ( diakses pada tanggal 22 November 2014, pukul 16:35 )