SINTESIS SENYAWA 2-(4´ …repository.usd.ac.id/17628/2/078114143_Full.pdf · sintesis senyawa...

Post on 21-Oct-2020

12 views 0 download

Transcript of SINTESIS SENYAWA 2-(4´ …repository.usd.ac.id/17628/2/078114143_Full.pdf · sintesis senyawa...

  • SINTESIS SENYAWA 2-(4´-KLOROBENZILIDENA)SIKLOHEKSANADION

    DARI 1,3 SIKLOHEKSANADION DAN 4-KLOROBENZALDEHID DENGAN

    KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Anintia Mara Christy

    NIM : 078114143

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2011

  • ii

    SINTESIS SENYAWA 2-(4´-KLOROBENZILIDENA)SIKLOHEKSANADION

    DARI 1,3 SIKLOHEKSANADION DAN 4-KLOROBENZALDEHID DENGAN

    KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh:

    Anintia Mara Christy

    NIM : 078114143

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2011

  • iii

    Persetujuan Pembimbing

    SINTESIS SENYAWA 2-(4´-KLOROBENZILIDENA)SIKLOHEKSANADION

    DARI 1,3 SIKLOHEKSANADION DAN 4-KLOROBENZALDEHID DENGAN

    KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

    Skripsi yang diajukan oleh:

    Anintia Mara Christy

    NIM : 078114143

    telah disetujui oleh:

    Pembimbing Utama

    Jeffry Julianus, M. Si. pada tanggal 18 Januari 2011

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Orang mulia akan mempelajari sesuatu yang belum dipelajarinya dan tak

    akan berhenti sampai dipahaminya

    Orang yang tulus tidak hanya sadar akan dirinya; tetapi dengan

    kemampuannya, ia mampu menyempurnakan orang lain

    Keberhasilan tercapai karena belajar dan latihan terus menerus

    Confucius

    Bagaimanapun sulitnya tugas, jika kamu tidak berusaha

    melaksanakannya bagaimana kamu tahu bahwa kamu tidak dapat

    melakukannya

    Lie Li

    Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan

    kepadaku

    (Filipi 4: 13)

    Karya ini penulis persembahkan kepada :

    “Papa dan Mama” atas semua dukungan materi dan spiritual yang

    diberikan

    “Adik-adikku” yang kusayangi

    “Almamaterku” yang membesarkan aku

    Dan “Aku” sendiri atas perjuanganku

  • vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Anintia Mara Christy

    Nomor Mahasiswa : 07 8114 143

    Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

    Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    SINTESIS SENYAWA 2-(4´-KLOROBENZILIDENA)SIKLOHEKSANADION

    DARI 1,3 SIKLOHEKSANADION DAN 4-KLOROBENZALDEHID DENGAN

    KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

    Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk

    media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,

    dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

    meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan

    nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal: 8 Februari 2011

    Yang menyatakan

    (Anintia Mara Christy)

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur kepada Tuhan atas berkat dan kasih-Nya yang memberikan

    kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sintesis Senyawa

    2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion dari 1,3-Sikloheksanadion dan 4-

    klorobenzaldehid dengan Katalis Kalium Hidroksida” dengan baik. Skripsi ini

    disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Strata

    Satu Program Studi Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta.

    Skripsi ini tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu

    penulis menyampaikan ucapan terimakasi kepada:

    1. Ipang Djunarko, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

    bimbingan dan pengarahan kepada penulis sekaligus sebagai dosen penguji

    atas segala masukan, kritik, dan sarannya.

    3. Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M. Si. selaku dosen penguji atas segala

    masukan, kritik dan sarannya.

    4. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan sekaligus sebagai dosen penguji atas

    segala masukan, kritik, dan sarannya.

  • viii

    5. Rini Dwi Astuti, M.Si, Apt., selaku kepala laboratorium Farmasi, atas ijin

    yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium

    Farmasi.

    6. Christine Patramurti, M.Si. Apt, atas bantuannya kepada tim peneliti dalam

    melakukan penelitian atas beberapa masukan, kritik, dan saran yang telah

    diberikan kepada tim penelitii.

    7. Staf Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

    menemani dan membantu penulis selama melakukan penelitian.

    8. Teman-teman yang sering menemani penulis ngobrol : Tiwi, Lia, Yunita,

    Dinar, Siwi, Eka, Oki, Reka, Evina, Cintya, Aji, Nana, Ridho, Ferdian, Sin-sin

    atas dukungan dan semangatnya

    9. Teman-teman satu tim penelitian : Ardi, Wiwid, dan Fandri, atas dukungan

    dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian

    10. Inta, Santi, Ipin, sebagai sahabat yang selalu memberikan doa dan semangat

    kepada penulis.

    11. Jefta Teguh Saroso yang selalu bersedia menemani penulis dalam suka

    maupun duka, dan tanpa lelah untuk selalu memberikan masukan yang

    membangun kepada penulis dalam menghadapi setiap persoalan dan dalam

    menyikapi beberapa hal.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

    membantu terselesaikannya skripsi ini.

  • ix

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan dan

    kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu

    penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir

    kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

    Penulis

  • x

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 1 Januari 2011

    Penulis

    Anintia Mara Christy

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………….. i

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………… iii

    HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………… v

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.........………………………………. vi

    PRAKATA ……………………………………………………………………. vii

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………. x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xv

    DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xviii

    INTISARI ……………………………………………………………………... xvix

    ABSTRACT ……………………………………………………………………. xx

    BAB I. PENGANTAR ……………………………………………………….. 1

    A. Latar Belakang …………………………………………………... 1

    1. Permasalahan ………………………………………………... 4

    2. Keaslian penelitian …………………………………………... 4

    3. Manfaat penelitian …………………………………………… 4

  • xii

    B. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5

    BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………………… 6

    A. Kurkumin sebagai Senyawa Penuntun (Senyawa Induk) ……….. 6

    B. Sintesis Senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion …… 7

    C. Analisis Pendahuluan …………………………………………… 9

    1. Pemeriksaan organoleptis …………………………………... 9

    2. Pemeriksaan kelarutan ……………………………………… 9

    D. Pemurnian dan Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis 10

    1. Rekristalisasi ……………………………………………….. 10

    2. Pemeriksaan titik lebur ……………………………………... 12

    3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ……………………………. 14

    4. Gas Chromatography-Mass Spectra (GC-MS) ……………... 15

    E. Elusidasi Struktur ………………………………………………. 15

    1. Spektrofotometri Inframerah (IR) ………………………….. 15

    2. Spektroskopi Massa ………………………………………… 17

    F. Landasan Teori …………………………………………………. 20

    G. Hipotesis ………………………………………………………... 21

    BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………... 22

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………... 22

    B. Definisi Operasional ……………………………………………. 22

    C. Bahan Penelitian ………………………………………………... 22

    D. Alat Penelitian ………………………………………………….. 23

  • xiii

    E. Tata Cara Penelitian ……………………………………………. 23

    1. Sintesis 2,4 Klorobenzilidena sikloheksanadion …………… 23

    2. Isolasi senyawa hasil sintesis ……………………………….. 24

    3. Kristalisasi (pendesakan padatan) ………………………….. 24

    4. Analisis senyawa hasil sintesis ……………………………... 25

    5. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis …………………… 26

    F. Analisis Hasil …………………………………………………... 27

    1. Rendemen ………………………………………………….. 27

    2. Analisis pendahuluan ………………………………………. 28

    3. Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis …………….. 28

    4. Elusidasi struktur …………………………………………… 28

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………... 29

    A. Sintesis 2-(4’-klorobenzilidena) sikloheksanadion ……………… 29

    B. Analisis Pendahuluan ……………………………………………. 35

    1. Pemeriksaan organoleptis …………………………………… 35

    2. Pemeriksaan kelarutan ………………………………………. 36

    3. Pemeriksaan senyawa hasil sintesis dengan kromatografi lapis

    Tipis (KLT) ………………………………………………….. 37

    4. Uji titik lebur senyawa hasil sintesis ………………………… 39

    C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis ………………………. 40

    1. Pengujian senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi IR …... 40

  • xiv

    2. Pengujian senyawa hasil sintesis dengan GC-MS …………… 43

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 52

    A. Kesimpulan ……………………………………………………… 52

    B. Saran …………………………………………………………….. 52

    DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 53

    LAMPIRAN …………………………………………………………………. 55

    BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………….. 65

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel I. Istilah kelarutan menurut Farmakope Indonesia IV ……………….. 10

    Tabel II. Perbandingan organoleptis senyawa hasil sintesis dengan starting ma-

    terial ………………………………………………………………… 35

    Tabel III. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis dengan starting ma-

    terial ………………………………………………………………… 36

    Tabel IV. Keterangan gambar kromatogram senyawa hasil sintesis ………… 38

    Tabel V. Interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis ……………. 41

    Tabel VI. Perbedaan Interpretasi Spektra Starting Material dengan Senyawa

    Hasil Sintesis ……………………………………………………... 43

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Senyawa kurkumin sebagai senyawa penuntun dibagi menjadi tiga

    gugus farmakofor A, B, dan C …………………………………… 2

    Gambar 2. Struktur senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion …………… 3

    Gambar 3. Struktur senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion …….. 3

    Gambar 4. Senyawa kurkumin sebagai senyawa penuntun dibagi menjadi tiga

    gugus farmakofor A, B, dan C …………………………………… 6

    Gambar 5. Macam ikatan yang dipengaruhi oleh frekuensi …………………. 16

    Gambar 6. Penataan ulang McLafferty ………………………………………. 20

    Gambar 7. Reaksi umum sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) siklohek-

    sanadion dengan katalis basa KOH ………………………………. 21

    Gambar 8. Dua hidrogen α pada 1,3-sikloheksandion ……………………….. 29

    Gambar 9. 4-klorobenzaldehid ………………………………………………. 29

    Gambar 10. Mekanisme reaksi pembentukan ion enolat ……………………… 30

    Gambar 11. Mekanisme reaksi sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)

    Sikloheksanadion ……………………………………………… 31

    Gambar 12. Foto senyawa hasil sintesis dan starting material ……………. 35

    Gambar 13. Kemungkinan interaksi yang terjadi antara senyawa senyawa

    2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion dengan kloroform ... 37

    Gambar 14. Kromatogram senyawa hasil sintesis ………………………….. 38

    Gambar 15. Spektra infra merah senyawa hasil sintesis …………………… 40

  • xvii

    Gambar 16. Spektra Infra merah 4-klorobenzaldehid ………………………... 42

    Gambar 17. Spektra Infra merah 1,3-sikloheksanadion ……………………... 42

    Gambar 18. Kromatogram Gas-Chromatography senyawa hasil sintesis … 44

    Gambar 19. Spektra Mass Spektroscopy senyawa hasil sintesis pada wak-

    tu retensi 19,656 ……………………………………………….. 44

    Gambar 20. Interpretasi pelepasan molekul senyawa 2,4-(klorobenzilidena)

    sikloheksanadion menjadi fragmen-fragmennya …………….. 47

    Gambar 21. Spektra Mass Spektroscopy senyawa hasil sintesis pada wak-

    tu retensi 26,568 menit ………………………………………… 48

    Gambar 22. Struktur senyawa (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-oksosiklo-

    heks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion (hasil reaksi samping) ……... 48

    Gambar 23. Interpretasi pelepasan molekul senyawa 2,4-(klorobenzilidena)

    sikloheksanadion menjadi fragmen-fragmennya ………………. 49

    Gambar 24. Mekanisme reaksi pembentukan (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2

    -(3-oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion ………………... 51

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Perhitungan crude product senyawa hasil sintesis dan perkiraan

    Rendemen ………………………………………………………. 50

    Lampiran 2. Kromatogram KLT senyawa hasil sintesis dan perhitungan Rf … 52

    Lampiran 3. Perhitungan kepolaran fase gerak KLT dan log P senyawa hasil

    Sintesis………………………………. ………………………… 52

    Lampiran 4. Hasil uji titik lebur ……………………………………………… 53

    Lampiran 5. Spektra IR senyawa hasil sintesis ……………………………….. 54

    Lampiran 6. Spektra Infra Merah Senyawa 1,3-sikloheksanadion dan interpretasi

    gugusnya ………………………………………………………… 61

    Lampiran 7. Spektra Infra Merah Senyawa 4-klorobenzaldehid dan interpretasi

    gugusnya …………………………………………………………. 62

    Lampiran 8. Kromatogram GC senyawa hasil sintesis ……………………….. 63

    Lampiran 9. Spektra massa senyawa hasil sintesis …………………………… 64

    Lampiran 8. Spektra massa senyawa hasil reaksi samping …………………… 64

  • xix

    INTISARI

    Senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion dilaporkan dapat beraktivitas

    sebagai inhibitor angiogenesis. Salah satu senyawa yang dapat dikembangkan sebagai

    inhibitor angiogenesis adalah 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion. Senyawa ini

    merupakan modifikasi dari 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion, dengan menambahkan

    gugus kloro pada cincin benzenanya. Gugus kloro diduga dapat memperkuat aktivitas

    senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion sebagai inhibitor angiogenesis

    karena dapat membuat posisi beta menjadi semakin positif.

    Sintesis 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion dilakukan dengan

    mereaksikan 1,3 sikloheksanadion 3mmol dan 4-klorobenzaldehid 3mmol

    menggunakan katalis KOH melalui reaksi kondensasi aldol silang. Analisis untuk

    senyawa hasil sintesis meliputi: uji organoleptis, uji kelarutan, uji Kromatografi Lapis

    Tipis (KLT), uji titik lebur, elusidasi struktur dengan spektroskopi infra-red (IR) dan

    kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS), dan uji kualitatif dengan menghitung

    crude product.

    Senyawa hasil sintesis berupa serbuk halus, berwarna putih, tidak berbau,

    larut dalam kloroform dan tidak larut dalam aquadest, agak larut dalam metanol dan

    etanol, jarak lebur antara 217-2210C dan crude product 0,363g. Hasil uji KLT dengan

    fase gerak kloroform : etil asetat (9 : 1) dan fase diam silika gel GF254 adalah Rf

    sebesar 0,370. Berdasarkan hasil kromatogram GC senyawa hasil sintesis, terlihat

    bahwa selain terdapat senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion sebesar

    10,27%, juga terdapat senyawa hasil reaksi samping yaitu (4Z)-4-(4-

    klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion sebesar 89,07%.

    Keberadaan dua senyawa tersebut dipertegas melalui hasil spektra IR dan MS.

    Kata kunci : 1,3-sikloheksanadion, 4-klorobenzaldehid, 2-(4´-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion, inhibitor angiogenesis, reaksi

    kondensasi aldol silang.

  • xx

    ABSTRACT

    Compound of 2-benzilidenecyclohexane-1,3-dion is known to have activity

    as an angiogenesis inhibitor. One of compound which can be developed as

    angiogenesis inhibitor is 2-(4´-chlorobenzilidene)cyclohexanadion. This compound

    was modificated from 2-benzilidenecyclohexane-1,3-dion by adding cloro group on

    benzene. Cloro’s group predicted to increase the activity 2-(4´-

    chlorobenzilidene)cyclohexanadion as an angiogenesis inhibitor because can cause

    the beta position became more positive.

    Synthesis 2-(4´-chlorobenzilidene)cyclohexanadion carried out using

    cyclohexane-1,3-dion 3mmol and 4-clorobenzaldehyde 3mmol with potassium

    hydroxide as the catalyst through crossed aldol condensation reaction. Analysis of

    compound synthesizing by : organoleptic test, solubility test, Thin Layer

    Chromatograpy test, melting point test, and elucidation with Infra Red (IR)

    spectroscopy and Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) and

    quantitative test involved the calculation of the crude product.

    The result of this synthesis is a compound with fine powder form, white

    colors, odorless, soluble in chloroform, slightly soluble in aquadest, freely soluble in

    methanol and ethanol, melting point between 217-2210C, the crude product is 0,363g.

    TLC test with chloroform : acetic ethyl (9 : 1) as mobile phase and gel silica GF254

    with Rf value was 0,370. Based on the results of the GC chromatograms of

    compounds synthesized, we have seen that in addition to compound 2-(4´-

    chlorobenzilidene)cyclohexanadion amounted to 10,27%, there are also compounds

    the side reactions are (4Z)-4-(4-clorobenzilidene)-2-(3-oxocyclohex-1-

    enil)cyclohexane-1,3-dion amount of 89,08%. The presence of two compounds were

    confirmed by the results of IR and MS spectra.

    Key words : cyclohexane-1,3-dion, 4-clorobenzaldehyde, 2-(4´-

    chlorobenzilidene)cyclohexanadion, angiogenesis inhibitor, crossed

    aldol condensation reaction

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Angiogenesis merupakan suatu proses pembentukan pembuluh darah baru,

    yang dalam kondisi normal akan sangat penting peranannya dalam memproduksi sel,

    pengembangan dan penyembuhan luka. Akan tetapi, proses ini juga diketahui

    merupakan satu hal yang berperan penting dalam pertumbuhan dan metastasis suatu

    tumor. Tumor tidak dapat membesar lebih dari 1-2 mm jika tidak memiliki

    vaskularisasi yang baik. Zona 1-2 mm merupakan jarak maksimal nutrisi dan oksigen

    yang berasal dari pembuluh darah dapat terdifusikan ke jaringan sekitarnya. Ukuran

    tumor yang lebih besar dari 1-2 mm memerlukan suatu neovaskularisasi

    (angiogenesis). Oleh karena itu, pada dasarnya pertumbuhan tumor sangat

    dipengaruhi oleh keseimbangan faktor angiogenik dan faktor yang dapat menghambat

    angiogenik (Chrestella, 2009). Proses angiogenesis untuk dapat mempertahankan

    pertumbuhan tumor didukung oleh dua faktor, yaitu Vascular Endothelial Growth

    Factor (VEGF) dan Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) (Anonim, 2003).

    Robinson et al. (2003) merancang senyawa-senyawa enon aromatik dan

    dienon aromatik yang merupakan analog kurkumin, yang mempunyai aktivitas

    sebagai inhibitor angiogenesis. Senyawa ini dapat menghambat proses inisiasi,

    promosi, dan metastasis dalam suatu tumor. Senyawa enon aromatik dan dienon

    aromatik tersebut dilaporkan aktif sebagai inhibitor angiogenesis dengan

  • 2

    penghambatan antara 87,1% - 98,2% pada konsentrasi 3μg/mL dan antara 90,4% -

    98,1% pada konsentrasi 6μg/mL.

    Gambar 1. Senyawa kurkumin sebagai senyawa penuntun dibagi menjadi tiga gugus

    farmakofor A, B, dan C (Robinson et al., 2003)

    Senyawa lain yang diduga memiliki aktivitas sebagai inhibitor angiogenesis

    adalah 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion, telah berhasil disintesis oleh Istyastono

    E.P, Nunung Y., dan Jumina (2009). Salah satu senyawa yang dapat dikembangkan

    sebagai inhibitor angiogenesis adalah senyawa 2-(4´-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion. Senyawa ini merupakan modifikasi struktur dari

    senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion, yaitu dengan menambahkan gugus kloro

    pada cincin aromatiknya. Adanya penambahan gugus kloro ini diduga dapat

    meningkatkan aktivitas senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion sebagai inhibitor

    angiogenesis. Pada dasarnya senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion dapat

    beraktivitas sebagai inhibitor angiogenesis karena memiliki atom C-beta (β) positif,

    akibat pengaruh adanya gugus C=O. Gugus kloro yang ditambahkan pada cincin

    aromatiknya diduga akan dapat meningkatkan aktivitasnya sebagai inhibitor

    angiogenesis. Gugus kloro merupakan gugus penarik elektron sehingga elektron pada

    cincin benzena akan ditarik dengan mekanisme induksi. Cincin benzena yang

  • 3

    kekurangan elektron akan menarik elektron tetangganya, sehingga pada posisi β, yang

    tadinya telah bermuatan positif menjadi lebih elektropositif. Hasil modifikasi

    senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion adalah senyawa 2-(4´-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion.

    O

    O

    Gambar 2. Struktur senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion

    Cl

    O

    O

    Gambar 3. Struktur senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion

    Sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion dapat dilakukan

    dengan mereaksikan 1,3 sikloheksanadion dan 4 klorobenzaldehid dengan katalis

    basa kalium hidroksida (KOH). Reaksi yang terjadi pada sintesis 2-(4´-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang.

    Katalis diperlukan dalam sintesis untuk menurunkan energi aktifasi suatu

    reaksi sehingga dapat mempersingkat suatu reaksi. Dengan kata lain, kecepatan suatu

    reaksi organik dapat ditingkatkan dengan adanya suatu katalis. Pada sintesis 2-(4´-

    klorobenzilidena) sikloheksanadion digunakan katalis basa KOH yang merupakan

    suatu basa kuat. Penggunaan KOH pada penelitian ini adalah karena adanya basa

    Enadion

    Enadion

  • 4

    KOH akan membuat hidrogen pada posisi alfta (α) yang dimiliki oleh 1,3-

    sikloheksanadion lebih dapat tertarik sehingga akan dihasilkan suatu intermediet ion

    enolat yang lebih reaktif dan reaksi kondensasi aldol silang dapat berlangsung dengan

    cepat serta rendemen yang dihasilkan akan lebih banyak.

    1. Permasalahan

    Apakah 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion dapat disintesis dari 1,3

    sikloheksanadion dan 4-kloro benzaldehid dengan menggunakan katalis kalium

    hiroksida (KOH)?

    2. Keaslian Penelitian

    Sejauh pengetahuan peneliti, sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion dari 1,3 sikloheksanadion dan 4-kloro benzaldehid dengan

    menggunakan katalis kalium hidroksida berdasarkan prinsip reaksi kondensasi aldol

    silang belum pernah dilakukan.

    3. Manfaat Penelitian

    a. Penulisan ini dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu untuk :

    Memberikan informasi mengenai sintesis 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion dari 1,3 sikloheksanadion dan 4-kloro benzaldehid dengan

    menggunakan katalis kalium hiroksida (KOH).

  • 5

    b. Manfaat metodologinya adalah untuk:

    Memberikan pengetahuan tentang cara sintesis 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion dengan menggunakan reaksi kondensasi aldol silang.

    c. Manfaat praktisnya adalah untuk:

    Memberikan informasi tentang adanya pengembangan senyawa analog

    kurkumin yang dapat meningkatkan aktifitas farmakologinya.

    B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sintesis senyawa 2-(4´-

    klorobenzilidena) sikloheksanadion dari 1,3 sikloheksanadion dan 4-kloro

    benzaldehid dengan menggunakan katalis kalium hiroksida (KOH).

  • 6

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Kurkumin sebagai Senyawa Penuntun (Senyawa Induk)

    Robinson et al. (2003) membagi molekul kurkumin menjadi tiga bagian

    farmakofor yaitu bagian A, B, dan C. Bagian A dan C merupakan gugus aromatis dan

    B adalah ikatan dien-dion. Dua gugus aromatis tersebut baik simetris maupun tidak

    simetris menentukan potensi ikatan antara senyawa obat dengan reseptor. Oleh karena

    itu modifikasi dilakukan pada farmakofor A, B dan C. Modifikasi pada farmakofor A

    dan C adalah dengan mensubstitusi cincin aromatis pada farmakofor tersebut dengan

    gugus yang lain. Beberapa hasil pengujian membuktikan bahwa analog kurkumin

    dengan modifikasi pada farmakofor A dan C dengan substituen berbeda maupun

    modifikasi pada farmakofor B menjadi monoketon, menunjukkan hasil modifikasi

    memiliki potensi penghambatan pertumbuhan sel kanker yang lebih baik/poten dari

    kurkumin itu sendiri.

    Gambar 4. Senyawa kurkumin sebagai senyawa penuntun dibagi menjadi tiga gugus

    farmakofor A, B, dan C (Robinson et al., 2003)

    Analog kurkumin merupakan senyawa α, β tak jenuh yang dapat dihasilkan

    dari mekanisme dehidrasi suatu β-hidroksi karbonil. Senyawa β-hidroksi karbonil

  • 7

    dapat dihasilkan dari reaksi kondensasi antara suatu senyawa aldehid dengan suatu

    senyawa yang mengandung gugus karbonil melalui reaksi kondensasi dengan

    menggunakan katalis asam atau basa (Fessenden dan Fessenden, 1994).

    Robinson et al. (2003) telah membuktikan perubahan gugus struktur β-

    diketon pada struktur kurkumin menjadi ikatan α,β tak jenuh monoketon menjadikan

    senyawa analog kurkumin dapat beraktivitas sebagai penghambat sel kanker, bahkan

    pada beberapa senyawa menunjukkan aktivitas yang lebih baik dibandingkan

    kurkumin. Berdasarkan analisis hubungan struktur dan aktivitas dibuktikan bahwa

    struktur dienon simetris memiliki potensi lebih baik untuk dikembangkan sebagai

    senyawa antikanker.

    B. Sintesis Senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion

    Senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion dapat disintesis dari

    starting material 1,3 sikloheksanadion dan 4-kloro benzaldehid dengan katalis basa

    KOH. Senyawa 1,3 sikloheksanadion merupakan senyawa golongan keton sedangkan

    4-klorobenzaldehid adalah suatu aldehid aromatis dengan substituen golongan

    halogen, yaitu kloro.

    Reaksi yang mendasari sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang, yaitu reaksi antara senyawa

    aldehid dan karbonil yang memiliki hidrogen alfa. Prinsip reaksi ini adalah reaksi

    adisi, dimana dua molekul atau lebih akan bergabung menjadi satu molekul yang

    lebih besar, dengan disertai atau tanpa disertai hilangnya suatu molekul kecil. Produk

  • 8

    reaksi kondensasi aldol silang adalah suatu senyawa enon berkonjugasi alfa-beta

    (Fessenden dan Fessenden, 1994).

    Di dalam suasana basa KOH, hidrogen alfa pada 1,3 sikloheksanadion akan

    terdeprotonasi membentuk ion enolat yang berperan sebagai nukleofil. Pembentukan

    ion enolat akan meningkatkan nukleofilisitas dari C alfa 1,3 sikloheksanadion dan

    dapat beresonansi membentuk karbanion yang kemudian menyerang atom C karbonil

    dari 4-kloro benzaldehid. Dari reaksi tersebut akan terbentuk produk senyawa aldol

    yang mudah terhidrasi sehingga menghasilkan senyawa enon 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion.

    Katalis yang digunakan dalam sintesis 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion adalah KOH. Katalis diperlukan dalam sintesis untuk menurunkan

    energi aktifasi suatu reaksi sehingga dapat mempersingkat suatu reaksi. Dengan kata

    lain, kecepatan suatu reaksi organik dapat ditingkatkan dengan adanya suatu katalis.

    Pada umumnya, katalis yang digunakan adalah suatu nukleofil seperti KOH atau

    elektrofil seperti asam klorida (HCl). Pada sintesis 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion dibutuhkan katalis basa jenis OH- (nukleofil kuat), yaitu KOH.

    Dengan menggunakan katalis basa akan dihasilkan suatu intermediet ion enolat yang

    lebih reaktif daripada intermediet enol yang dihasilkan dari katalis asam. Produk

    intermediet yang lebih reaktif ini diharapkan dapat mempercepat reaksi dan rendemen

    yang dihasilkan lebih banyak (Keenan,C.W.,Donald,dan Jesse, 1995). Pada penelitian

    ini, katalis yang digunakan merupakan suatu basa kuat, diharapkan adanya basa yang

  • 9

    kuat ini cukup kuat untuk menarik atom H pada posisi alfa pada senyawa 1,3-

    sikloheksanadion.

    C. Analisis Pendahuluan

    Analisis hasil ditujukan untuk mengetahui karakteristik dari senyawa hasil

    reaksi. Analisis pendahuluan yang dilakukan antara lain adalah:

    1. Pemeriksaan Organoleptis

    Uji ini merupakan uji yang paling sederhana dan memuat paparan mengenai

    suatu zat secara umum meliputi bentuk, warna, dan bau. Dalam pemeriksaan

    organoleptis tidak dapat digunakan menjadi suatu bukti yang cukup kuat sebagai

    syarat baku. Akan tetapi secara tidak langsung pemeriksaan ini dapat membantu

    dalam penilaian pendahuluan terhadap zat yang bersangkutan (Dirjen POM RI,

    1995).

    Pemeriksaan organoleptis berfungsi sebagai panduan awal yang dapat

    menyatakan senyawa hasil sintesis sudah terbentuk, dimana pada uji ini akan dapat

    diketahui perbedaan senyawa hasil sintesis dengan starting material dari segi

    karakteristik fisiknya (bentuk, warna, dan bau).

    2. Pemeriksaan Kelarutan

    Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui sifat fisik suatu zat

    (padat). Pemeriksaan kelarutan zat padat dalam cairan dilakukan dengan melarutkan

    zat hingga larutan tepat jenuh pada suhu terkontrol. Dalam setiap pemeriksaan

  • 10

    kelarutan, kemurnian zat yang diperiksa dan pelarut harus benar-benar terjamin

    karena adannya sedikit pengotor dapat menyebabkan terjadinya variasi hasil (Jenkins,

    G.L., Knevel, A. M., Digangi, F.E., 1965).

    Tabel I. Istilah kelarutan menurut Farmakope Indonesia IV

    Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut (ml)

    yang digunakan untuk

    melarutkan 1 bagian zat

    (gram)

    Sangat mudah larut Kurang dari 1

    Mudah larut 1 sampai 10

    Larut 10 sampai 30

    Agak sukar larut 30 sampai 100

    Sukar larut 100 sampai 1000

    Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000

    Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

    (Dirjen POM RI, 1995)

    D. Pemurnian dan Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis

    1. Rekristalisasi

    Pemurnian padatan dengan rekristalisasi didasarkan pada perbedaan

    kelarutannya dalam pelarut atau campuran pelarut (Anwar, Pranowo, dan Wahyuni,

    1994). Rekristalisasi merupakan proses pemurnian suatu zat padat dengan cara

    melarutkan zat tersebut dengan pelarut panas kemudian didinginkan. Dengan

    pemanasan maka kelarutan akan meningkat dan ketika didinginkan kelarutan akan

    berkurang secara cepat dan senyawa mulai mengendap dalam bentuk kristal

    (Bresnick, 1996).

  • 11

    Tujuan yang paling utama dari rekristalisasi adalah untuk mengkristalkan

    kembali suatu senyawa dalam bentuk kristal yang baik, bukan dalam bentuk endapan

    yang halus yang dapat menarik kotoran karena permukaannya yang luas. Maka untuk

    menghindarkan adanya kotoran yang mengganggu proses rekristalisasi, pengotor

    harus larut dalam pelarut untuk rekristalisasi agar pengotor tidak akan ikut

    mengkristal (Bresnick, 1996).

    Metode rekristalisasi ada beberapa macam dan digunakan sesuai dengan

    kondisi atau sifat dari zat yang akan direkristalisasi. Beberapa metode rekristalisasi

    tersebut antara lain adalah :

    a. Mengkristalkan kembali secara langsung dari cairan pelarut. Metode ini dilakukan

    dengan melarutkan zat ke dalam suatu pelarut kemudian disaring dan dikristalkan

    dengan cara didiamkan pada suhu dingin.

    b. Mengkristalkan kembali dengan asam dan basa. Prinsip dari metode ini adalah

    pembentukan kristal dengan menetralkan sifat senyawa. Senyawa yang sesuai

    direkristalisasi dengan metode ini adalah senyawa-senyawa yang bersifat asam

    atau basa. Senyawa yang bersifat asam dilarutkan dalam natrium hidroksida atau

    amonium hidroksida encer kemudian direkristalisasi dengan mentralisir pelarut.

    Senyawa yang bersifat basa dilarutkan dalam asam klorida atau asam sulfat

    kemudian direkristalisasi dengan menetralisir pelarut.

    c. Mengkristalkan kembali secara presipitasi dengan pelarut kedua. Metode ini

    merupakan cara yang paling sederhana dengan hasil yang tidak memuaskan karena

    kristal yang dihasilkan pada umumnya masih mengandung pengotor. Cara

  • 12

    melakukan metode ini adalah dengan melarutkan senyawa yang akan

    direkristalisasi dalam suatu pelarut, kemudian dipilih pelarut kedua yang

    bercampur sempurna denagn pelarut pertama namun tidak dapat melarutkan

    senyawa yang direkristalisasi. Zat akan mengendap setelah penambahan pelarut

    kedua pada pelarut pertama.

    Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pelarut agar dapat

    digunakan untuk merekristalisasi dengan hasil yang optimal. Pelarut yang baik untuk

    merekristalisasi adalah :

    a. Dapat melarutkan senyawa dalam jumlah banyak pada pemanasan suhu tinggi dan

    sedikit melarutkan pada pemanasan suhu rendah.

    b. Harus dapat melarutkan pengotor dengan segera pada temperature rendah atau

    tidak sama sekali dapat melarutkan atau hanya dapat sedikit melarutkan.

    c. Dapat menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan serta

    mudah dipisahkan dari bahan utama (mempunyai titik didih yang relatif rendah).

    d. Pelarut dengan cara bagaimanapun tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang

    direkristalisasi (Reksohadiprojo, 1996).

    2. Pemeriksaan Titik Lebur

    Titik lebur adalah proses perubahan fisika pada suhu tertentu yang

    mengakibatkan padatan mulai berubah menjadi cair pada tekanan atsmosfer. Jika

    suhu dinaikkan, molekul senyawa akan menyerap energi, sehingga bila energi yang

    diserap cukup besar maka akan terjadi vibrasi dan rotasi dari molekul tersebut. Bila

  • 13

    suhu tetap dinaikkan terus maka molekul akan rusak dan berubah menjadi cairan

    (Bradstatter, 1971).

    Pemeriksaan titik lebur dapat memberikan informasi mengenai kemurnian

    dari suatu produk hasil sintesis. Ketajaman jarak lebur senyawa merupakan criteria

    kemurnian suatu senyawa. Pada umumnya suatu senyawa dinyatakan murni bila jarak

    leburnya tidak lebih dari 2°C. Rentangan lebih besar dari harga ini dapat dikatakan

    senyawa kurang murni (MacKenzie, 1967).

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi titik lebur senyawa padat, antara

    lain adalah :

    d. Ikatan antar molekul. Semakin kuat ikatan antar molekul dari suatu

    senyawa, maka akan semakin besar energi yang diperlukan untuk

    memecahnya dan dengan kata lain titik lebur akan semakin tinggi. Ikatan

    yang dimaksud adalah ikatan hidrogen dan ikatan Van der Waals.

    e. Kesimetrian. Apabila suatu molekul senyawa merupakan suatu senyawa

    yang simetri, maka energi yang akan diserap akan lebih banyak sehingga

    semakin simetri suatu senyawa, akan semakin tinggi pula titik leburnya.

    f. Ukuran molekul. Molekul yang berukuran lebih besar pada umumnya

    melebur pada suhu yang lebih tinggi.

    g. Polimorfisme. Suatu senyawa terkadang memiliki beberapa bentuk kristal

    dan dalam hal ini akan memberikan titik lebur yang berbeda-beda

    (Bradstatter, 1971).

  • 14

    h. Adanya pengotor. Adanya pengotor menyebabkan titik lebur menjadi

    lebih rendah atau lebih tinggi dari bahan yang murni, sehingga hal tersebut

    akan menyebabkan peleburan yang tidak nyata (Reksohadiprodjo, 1996).

    3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Metode ini menggunakan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak yang

    memiliki kepolaran yang berbeda. Fase gerak akan bergerak naik melalui fase diam

    oleh karena gaya kapilaritas. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan jarak rambat

    senyawa pada fase diam (Rf) dapat digunakan sebagai cerminan polaritas suatu

    senyawa (Bresnick, 1996).

    Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah senyawa hasil sintesis sudah

    terbentuk atau belum (analisis secara kualitatif) (Gasparic and Churacek, 1978).

    Senyawa hasil sintesis ditotolkan pada plat KLT silika gel GF254 dan dielusi bersama

    dengan pembanding starting material, yaitu 1,3 sikloheksanadion dan 4-

    klorobenzaldehid. Terbentuknya senyawa baru diindikasikan ketika pada totolan

    senyawa hasil sintesis menunjukkan Rf yang berbeda dengan Rf starting material.

    Dalam pengidentifikasian bercak yang ada pada lempeng KLT dapat dilakukan

    dengan menempatkan lempeng KLT di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254

    nm (Bresnick, 1996).

  • 15

    4. Gas Chromatography-Mass Spectra (GC-MS)

    Kromatografi gas merupakan instrumen analitis yang memberikan informasi

    baik kualitatif maupun kuantitatif mengenai komponen suatu sampel. Sedangkan

    spektroskopi massa merupakan suatu instrumen yang dapat memberikan informasi

    mengenai bobot molekul suatu senyawa.

    Metode kromatografi gas dan spektrometri massa memberikan keuntungan

    saat keduanya digunakan secara bersamaan. Proses pemisahan dilakukan oleh

    kromatografi gas, sedangkan proses identifikasi dan kuantitatif dilakukan oleh

    spektrometri massa. Keuntungan dari kromatografi gas-spektrometri massa antara

    lain adalah metode ini dapat digunakan untuk hampir semua jenis analit, memiliki

    batas deteksi yang rendah, dan memberi informasi penting tentang spektra massa dari

    suatu senyawa organik (Dean, 1995).

    E. Elusidasi Struktur

    Elusidasi struktur penting dilakukan untuk mengetahui secara lebih benar

    mengenai struktur senyawa hasil sintesis yang telah diperoleh. Elusidasi struktur yang

    akan dilakukan antara lain adalah dengan :

    1. Spektrofotometri Inframerah (IR)

    Spektrofotometri inframerah (IR) biasanya digunakan untuk

    mengidentifikasi gugus fungsional dan macamnya ikatan yang terdapat dalam suatu

    senyawa, namun tidak dapat secara tepat dinyatakan di dalam hasil spektranya

    (Bresnick, 1996).

  • 16

    C

    H

    HStrech

    C

    H

    HC

    H

    H

    Blend

    Semua ikatan kimia memiliki frekuensi khas yang dapat membuat ikatan

    mengulir (stretch) atau menekuk (blend). Apabila frekuensi energi elektromagnetik

    inframerah yang dilewatkan pada suatu molekul sama dengan frekuensi mengulur

    atau menekuknya ikatan, maka energi tersebut akan diserap. Serapan inilah yang

    dapat direkam oleh detektor pada spektrofotometri inframerah (Bresnick, 1996).

    Gambar 5. Macam ikatan yang dipengaruhi oleh frekuensi

    Ahli kimia telah mempelajari banyak sekali senyawa organik dan telah dapat

    menghubungkan macamnya ikatan dengan panjang gelombang atau frekuensi dari

    absorbs sinar infra merahnya. Karena itu, untuk dapat menentukan apakan suatu

    senyawa mengandung suatu macam ikatan, misalnya O-H, perlu dilakukan

    pengukuran energi absorpsi dari senyawa tersebut pada panjang gelombang atau

    frekuensi yang sesuai untuk ikatan tersebut. Apabila senyawa yang diukur tersebut

    mengabsorpsi energi yang ditentukan, hal itu berarti ikatan O-H ada dalam struktur

    senyawa, akan tetapi jika energi tidak diabsorpsi maka ikatan O-H tidak ada dalam

    struktur senyawa (Fessenden dan Fessenden, 1994)

    Absorpsi dalam daerah inframerah mengakibatkan eksitasi vibrasi dari

    ikatan-ikatan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen dapat mengalami getaran

    (vibrasi) atau osilasi (oscillation). Beragam ikatan membutuhkan energi yang

    berbeda-beda untuk mengalami eksitasi vibrasi. Dalam suatu spektrum inframerah,

    daerah 1400-4000 cm-1

    merupakan daerah yang berguna untuk menemukan gugus

  • 17

    fungsional. Ikatan nonpolar relative (ikatan C-C dan C-H dalam molekul organik)

    menyebabkan absorpsi yang lemah. Pada ikatan polar seperti C=O menunjukkan

    absorpsi yang kuat. Setiap jenis gugus fungsi dalam sebuah molekul mempunyai

    rentang daerah serapan yang berbeda-beda, sebagai contohnya adalah pada gugus O-

    H (alkohol), absorpsi inframerahnya menunjukan pola yang jelas pada 3200-3500 cm-

    1; gugus –O-CH3 (eter) menunjukkan peak pada 2830-2815 dan 1460-1450 cm

    -1

    dengan intensitas lemah-sedang; senyawa yang mengandung gugus C=O (karbonil)

    menunjukkan absorpsi yang kuat dan nyata pada frekuensi 1650-1800 cm-1

    , dan

    masih banyak lagi (Fessenden dan Fessenden, 1994).

    2. Spektroskopi Massa

    Spektroskopi massa memberikan informasi tentang hasil fragmen-fragmen

    yang dinyatakan sebagai perbandingan massa dengan muatan (m/z). Dalam

    spektroskopi massa, molekul-molekul dari senyawa organik dalam bentuk gas akan

    diubah menjadi ion-ion yang bermuatan positif yang bertenaga tinggi. Ion molekul

    yang dihasilkan ini tidak stabil dan akan terpecah menjadi fragmen-fragmen kecil,

    baik dalam bentuk radikal bebas maupun ion-ion lain. Fragmen yang bermuatan

    positif ini akan terdeteksi, sedangkan fragmen yang bersifat netral tidak dapat

    dideteksi dalam spektrometer massa (Sastrohamidjojo, 2001). Muatan ion dari

    kebanyakan partikel yang dideteksi dalam spektrometer massa adalah +1, yang

    berarti nilai m/z untuk suatu ion sama dengan massanya.

  • 18

    Spektra massa merupakan grafik antara kelimpahan relatif fragmen

    bermuatan positif terhadap perbandingan massa/ muatan (m/z). Pecahnya suatu

    molekul atau ion menjadi fragmen-fragmen bergantung pada kerangka karbon dan

    gugus fungsional yang ada. Oleh karena itu, struktur dan massa fragmen memberikan

    petunjuk mengenai struktur molekul induknya. Selain itu, spektra massa digunakan

    juga untuk menentukan bobot molekul suatu senyawa (Fessenden dan Fessenden,

    1986).

    Dalam spektrum massa, setiap peak menyatakan suatu fragmen molekul

    secara spesifik. Fragmen-fragmen tersebut disusun sedemikian rupa sehingga peak-

    peak tertata menurut kenaikan m/z dari kiri ke kanan dalam spektra. Intensitas peak

    sebanding dengan kelimpahan relatif dari fragmen-fragmen, dan tergantung pada

    stabilitas relatif fragmenya. Peak yang tertinggi pada spektra disebut peak dasar (base

    peak) dan intensitasnya sebesar 100%. Peak dasar dihasilkan dari ion molekul, akan

    tetapi lebih sering dihasilkan dari suatu fragmen yang lebih kecil (Silverstein, R.M.,

    Bassler G.C, dan Morril T.C, 1991).

    Bentuk-bentuk dasar fragmentasi dan aturan-aturan yang berhubungan

    dengan proses fragmentasi adalah sebagai berikut :

    a. Pemutusan ikatan σ dalam gugus alkana. Hal ini dapat terjadi karena

    terdapat energi eksitasi yang terkonsentrasi pada pemutusan ikatan hingga

    dapat terionisasi.

    b. Pemutusan ikatan σ dekat gugus fungsional. Hal ini disebabkan karena

    gugus-gugus orbital di dekat gugus fungsional lebih mudah terionisasi.

  • 19

    c. Aturan elektron genap. Aturan ini menyatakan bahwa spesies yang

    memiliki elektron genap biasanya tidak akan pecah menjadi dua spesies

    yang mengandung elektron ganjil (spesies radikal dan ion radikal), karena

    energy total dari hasil campuran akan sangat tinggi. Spesies dengan elektron

    genap lebih sering terpecah menjadi ion lain dan molekul netral.

    d. Efek suatu heteroatom atau gugus karbonil. Ikatan C-C dekat dengan

    heteroatom (posisi α terhadap heteroatom) sering terpecah meninggalkan

    muatan pada fragmen yang mengandung heteroatom yang mempunyai

    elektron yang tidak berikatan untuk menstabilkan resonansinya. Tipe

    fragmentasi ini disebut pembelahan-α (α-fission) (Sastrohamidjojo, 2001).

    e. Efek percabangan. Adanya percabangan pada suatu rantai hidrogen

    menghasilkan fragmentasi yang terjadi terutama pada cabang, kerena ion

    radikal sekunder dan karbokation sekunder akan lebih stabil daripada yang

    primer. Stabilitas karbokation adalah faktor yang lebih penting daripada

    stabilitas radikal bebas.

    f. Hilangnya sebuah molekul kecil. Molekul kecil yang stabil seperti H2O,

    CO2, CO dan C2H4 dapat terlepas dari sebuah ion molekuler. Sebagai

    contohnya sebuah alkohol mudah kehilangan H2O. Eliminasi H2O dari

    kebanyakan alkohol sangat mudah sehingga peak ion molekuler tersebut

    tidak dapat dijumpai dalam spektra.

    g. Penataan ulang McLafferty. Jika terdapat sebuah atom hidrogen γ dalam

    suatu gugus karbonil dalam ion molekuler, maka dapat terjadi penataan

  • 20

    H2C

    H2CCH2

    CH

    OH

    CH2

    CH2

    + CHH2C

    OH

    m/z = 72m/z = 44

    ulang McLafferty. Dalam penataan ulang ini, akan dilepaskan suatu alkena

    dari ion molekuler tersebut (Fessenden dan Fessenden, 1986).

    Gambar 6. Penataan ulang McLafferty

    F. Landasan Teori

    Reaksi kondensasi aldol silang adalah reaksi antara aldehida dengan suatu

    senyawa karbonil yang memiliki hidrogen alfa. Prinsip reaksi ini adalah reaksi adisi

    dimana dua molekul atau lebih akan bergabung menjadi satu molekul yang lebih

    besar, dengan disertai atau tanpa disertai hilangnya suatu molekul kecil. Produk

    reaksi kondensasi aldol silang adalah suatu senyawa enon berkonjugasi alfa-beta. 1,3

    sikloheksanadion merupakan senyawa golongan keton sedangkan 4-klorobenzaldehid

    adalah suatu aldehid aromatis dengan substituen golongan halogen, yaitu kloro. 1,3

    sikloheksanadion merupakan suatu senyawa karbonil keton yang mempunyai

    hidrogen α sehingga dapat bereaksi dengan 4-klorobenzaldehid yang memiliki atom

    C karbonil menghasilkan senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion.

  • 21

    O

    H H

    O

    Cl

    O

    H

    O

    O

    +OH

    Cl1,3 sikloheksanadion 4-klorobenzaldehid

    2-(4'-klorobenzilidena)sikloheksan-1,3-dion

    Gambar 7. Reaksi umum sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion

    dengan katalis basa KOH

    G. Hipotesis

    Senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)sikloheksanadion dapat disintesis dari 1,3-

    sikloheksanadion dan 4-klorobenzaldehid menggunakan katalis kalium hidroksida

    berdasarkan reaksi kondensasi aldol silang.

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimental deskriptif non-

    analitik. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan pada subjek uji dan hanya dipaparkan

    fenomena yang terjadi yang tidak terdapat hubungan sebab akibat.

    B. Definisi Operasional

    1. Starting material adalah bahan yang digunakan untuk penelitian. Reaktan yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah 4 kloro benzaldehida dan 1,3-

    sikloheksandion.

    2. Katalis adalah suatu senyawa yang digunakan dalam reaksi untuk meningkatkan

    laju reaksi kimia. Dalam penelitian ini digunakan katalis kalium hidroksida.

    3. Senyawa target adalah senyawa yang diharapkan terbentuk dari reaksi. Senyawa

    target yang diharapkan terbentuk adalah senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion.

    C. Bahan Penelitian

    Sikloheksana-1,3-dion (p.a., Nacalay), aquades (Laboratorium Kimia

    Organik Farmasi Universitas Sanata Dharma), 4-kloro-benzaldehid (p.a., Nacalay),

    etanol (p.a., Merck), kalium hidroksida (p.a., Merck), methanol (p.a., Merck),

    kloroform (p.a., Merck), etil asetat (p.a., Merck), asam asetat glasial (p.a Merck).

  • 23

    D. Alat Penelitian

    Pemanas Listrik dan pengaduk magnetik (Herdolph MR 2002), pengering

    (Memmert Oven Model 400), neraca analitik (Mextler PM 100), thermophan

    (Electrothermal 9100), seperangkat alat gelas, klem, statif, termometer, corong

    Buchner, vacuum pump, mikropipet, baskom, kertas saring, dropple plate,

    seperangkat alat reflux (labu alas bulat dan pendingin alihn), waterbath, shaker,

    lampu UV254 nm, spektrometer IR (IR Shimadzu Prestige-21), kromatografi gas-

    spektrometer massa (Shimadzu QP 2010S).

    E. Tata Cara Penelitian

    1. Sintesis 2,4 Klorobenzilidena sikloheksanadion

    a. Pembuatan larutan KOH 2% b/v

    KOH sebanyak 0,200 gram dilarutkan dalam aquades 1 mL. Larutan tersebut

    dimasuukan ke dalam labu takar 10 mL dan ditambah etanol hingga

    mencapai batas tanda.

    b. Pembuatan larutan 1,3 sikloheksanadion

    1,3 sikloheksanadion 3,0 mmol (0,33 gram) dimasukkan ke dalam

    erlenmeyer 50 mL dan dilarutkan dengan 10 mL larutan KOH 2% b/v.

    c. Pembuatan larutan 4-klorobenzaldehid

    4-klorobenzaldehid 3,0 mmol (0,43 gram) dimasukkan ke dalam bekker

    glass 50 mL dan dilarutkan dengan etanol 20 mL.

  • 24

    d. Sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion

    Larutan 1,3 sikloheksanadion dan larutan 4 klorobenzaldehid dicampur

    kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat (LAB) leher tiga yang telah

    dirangkaikan dalam rangkaian sistem refluks. Campuran larutan tersebut

    dipanaskan di atas waterbath pada suhu 850C dan direfluks selama 2 jam.

    Senyawa hasil sintesis dimasukkan dalam erlemeyer 100 mL dan diekstraksi.

    2. Isolasi senyawa hasil sintesis

    Larutan hasil sintesis ditambah asam asetat glasial 20 mL terlebih dahulu,

    kemudian aquades 20 mL. Campuran tersebut diisolasi dengan cara dikocok pada alat

    pengocok (shaker) selama 30 menit.

    3. Kristalisasi (pendesakan padatan)

    Larutan hasil isolasi ditambah aquades dingin 100 ml sedikit demi sedikit.

    Tunggu selama 2 jam untuk mendapatkan endapan padatan. Padatan yang terbentuk

    disaring menggunakan corong Buchner dan dicuci dengan aquades untuk

    menghilangkan sisa-sisa asam asetat. Serbuk senyawa hasil sintesis dikeringkan

    selama 1 (satu) hari di dalam oven pada suhu 500C.

  • 25

    4. Analisis senyawa hasil sintesis

    a. Pemeriksaan organoleptis

    Senyawa hasil sintesis diamati sifat fisiknya, yang meliputi bentuk, warna,

    dan bau.

    b. Pemeriksaan kelarutan

    Senyawa hasil sintesis sebanyak 10 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

    kemudian ditambahkan dengan aquades tetes demi tetes, amati kelarutannya.

    Lakukan dengan prosedur yang sama menggunakan pelarut lain yaitu etanol

    dan kloroform. Kemudian bandingkan kelarutannya dengan starting material

    yang digunakan, yaitu 1,3-sikloheksanadion, terephtalaldehid, dan 4 kloro

    benzaldehid.

    c. Pemeriksaan titik lebur

    Sedikit kristal hasil sintesis dimasukkan ke dalam electrothermal capillary

    tubes, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengukur titik lebur

    (thermophan). Amati peleburan kristalnya dan catat suhu waktu pertama kali

    melebur hingga kristal melebur seluruhnya.

    a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Senyawa hasil sintesis dan starting material masing-masing dilarutkan

    dalam kloroform. Masing-masing larutan tersebut, sebanyak 0,5µL,

    ditotolkan dengan menggunakan mikro pipet pada lempeng silika gel

    GF254(packing) yang sudah diaktifkan pada suhu 1000C selama 30 menit.

  • 26

    Fase gerak yang digunakan adalah kloroform:etil asetat (9:1) dan

    pengembangan dilakukan dengan jarak rambat 10 cm.

    b. Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS)

    Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis dilakukan dengan

    kromatografi gas dengan kondisi alat: suhu injector 300°C, jenis kolom Rtx-

    5MS, panjang kolom 30 meter, suhu kolom diprogram 100-300°C, gas

    pembawa helium, tekanan 22 kPa, kecepatan alir fase gerak 0,5 ml/menit,

    dan detektor ionisasi nyala. Cuplikan senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam

    kloroform, kemudian diinjeksikan kedalam injektor pada alat kromatografi

    gas. Aliran gas dari gas pengangkut helium akan membawa cuplikan yang

    sudah diuapkan masuk kedalam kolom Rtx-5MS yang dilapisi fase cair

    dimethylpolysiloxane. Selanjutnya cuplikan diukur oleh detektor hingga

    diperoleh suatu kromatogram.

    5. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis

    a. Spektrofotometri inframerah

    Senyawa hasil sintesis sebanyak kurang lebih 0,5-1 mg dicampur homogen

    dengan kurang lebih 10 mg KBr, kemudian dikempa dan dibuat tablet.

    Cahaya inframerah dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, kemudian

    dipecah menjadi frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan

    intensitas relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor hingga didapat

  • 27

    spektra inframerah dari senyawa yang bersangkutan. Bilangan gelombang

    yang digunakan 400-4000 nm.

    b. Spektrometri massa

    Uap cuplikan senyawa hasil sintesis yang keluar dari kolom kromatografi

    gas dialirkan ke dalam kamar pengion pada spektromoter massa untuk

    ditembak dengan seberkas elektron hingga terfragmentasi. Jenis pengionan

    yang digunakan adalah EI (Electron Impact) 70 eV. Fragmen-fragmen akan

    melewati lempeng mempercepat ion dan didorong menuju tabung analisator,

    dimana partikel-partikel akan dibelokkan dalam medan magnet dan

    menimbulkan arus pada kolektor yang sebanding dengan kelimpahan relatif

    setiap fragmennya. Kelimpahan relatif setiap fragmen akan dicatat dan

    menghasilkan data spektra massa.

    F. Analisis Hasil

    1. Rendemen

    Berat senyawa hasil sintesis ditimbang dan dibandingkan dengan berat

    senyawa berdasar teori, kemudian dikalikan 100%. Perhitungan rendemen ini

    dilakukan setelah didapatkan kristal murni hasil sintesis (yang telah dikeringkan).

    x 100%

  • 28

    2. Analisis Pendahuluan

    Analisis pendahuluan senyawa hasil sintesis berdasarkan data organoleptis

    dan pemeriksaan kelarutan.

    3. Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis

    Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis berdasarkan data

    pemeriksaan titik lebur, kromatografi lapis tipis (KLT), dan GC-MS.

    4. Elusidasi Struktur

    Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis berdasarkan data spektra ultraviolet,

    spektra inframerah dan spektra massa.

  • 29

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Sintesis 2-(4΄-klorobenzilidena) sikloheksanadion

    Sintesis 2-(4΄-klorobenzilidena)sikloheksanadion dilakukan dengan

    mereaksikan sikloheksana-1,3-dion dan 4-klorobenzaldehid melalui reaksi kondensasi

    aldol silang. Sikloheksana-1,3-dion merupakan suatu senyawa yang mempunyai

    gugus keton dan hidrogen alfa (hidrogen α), dan 4-klorobenzaldehid merupakan

    senyawa yang memiliki gugus aldehid. Kedua senyawa tersebut sangat

    memungkinkan untuk bereaksi melalui reaksi kondensasi aldol silang membentuk 2-

    (4΄-klorobenzilidena)sikloheksanadion.

    Gambar 8. Dua hidrogen α pada sikloheksana-1,3-dion

    Cl

    H

    O

    Gambar 9. 4-klorobenzaldehid

    Hidrogen α pada sikloheksana-1,3-dion bersifat asam, sehingga adanya

    katalisator yang bersifat basa, dalam hal ini kalium hidroksida (KOH), hidrogen α

    O O

    H H

    H α

  • 30

    akan dilepaskan dan akan membentuk suatu atom karbon alfa (karbon α) bermuatan

    parsial negatif atau terbentuk ion enolat. Dengan terbentuknya ion enolat tersebut,

    maka sikloheksanadion akan memiliki sifat sebagai nukleofil yang akan menyerang

    atom karbon karbonil yang dimiliki oleh 4-klorobenzaldehid yang bermuatan parsial

    positif yang diakibatkan dari induksi elektron oleh oksigen dan adanya resonansi.

    O

    O

    H

    HK OH +

    O

    O

    H

    O

    O

    H

    -H2O

    Gam

    bar 10. Mekanisme reaksi pembentukan ion enolat

    Penyerangan gugus karbonil pada 4-klorobenzaldehid oleh ion enolat pada

    1,3-sikloheksanadion ini akan menghasilkan suatu β-OH-karbonil yang merupakan

    senyawa antara dan kemudian mengalami pelepasan molekul air (dehidrasi). Dari

    peristiwa dehidrasi tersebut, terbentuklah senyawa 2-(4΄-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion.

  • 31

    OO

    H H H

    OOOH

    -H2O

    H

    OO

    H

    O

    OO

    O

    O

    H

    O

    H

    H

    O

    H

    -OH

    OH O

    O

    H

    H

    OH

    -H2O

    OH O

    O

    H

    -OH

    O

    O

    1,3 sikloheksanadion Pembentukan ion enolat

    Dehidrasi aldol

    ClCl

    ClCl

    Cl

    2-(4'-klorobenzilidena) sikloheksanadion

    Pembentukan produk aldol

    Gambar 11. Mekanisme reaksi sintesis senyawa 2-(4´-klorobenzilidena)

    sikloheksanadion

    Dalam pelaksanaan sintesis dilakukan pembentukan ion enolat terlebih

    dahulu sehingga nantinya ion enolat ini dapat menyerang 4-klorobenzaldehid. Ion

    enolat terbentuk dari reaksi antara 1,3-sikloheksanadion dan katalisatornya, dalam hal

    ini katalisator yang digunakan adalah KOH 2% b/v. Dalam pembuatan ion enolat ini

  • 32

    dibutuhkan konsentrasi KOH yang cukup rendah adalah untuk mencegah adanya

    kemungkinan terjadinya reaksi self condensation yang akan mendorong terbentuknya

    produk sampingan.

    Setelah selesai dilakukan pembuatan ion enolat, kemudian direaksikan

    dengan 4-klorobenzaldehid untuk membentuk 2-(4´-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion dengan cara merefluks campuran larutan selama 2

    jam. Pada proses refluks, uap dari starting material yang direaksikan akan

    terkondensasi menjadi cairan dan akan turun untuk kembali bereaksi dalam larutan,

    sehingga dengan kondisi tersebut akan terbentuk suatu sistem dengan kestabilan

    termondinamika yang terjaga dengan baik. Oleh karena itu reaksi akan berjalan lebih

    sempurna, dan kemungkinan dihasilkannya suatu produk akan lebih besar.

    Setelah selesai direaksikan dengan cara merefluks, dilakukan pengecekan pH

    larutan, dan didapatkan pH larutan adalah sebesar 13. Dari hasil tersebut

    menunjukkan bahwa sifat kebasaan dari katalisator masih begitu kuat. Selanjutnya

    perlu dilakukan isolasi senyawa 2-(4΄-klorobenzilidena)sikloheksanadion dari larutan

    untuk mendapatkan bentuk padatan senyawa hasil sintesis. Isolasi ini dilakukan

    dengan menambahkan campuran asam asetat glasial : aquades (1 : 1) ke dalam larutan

    hasil sintesis. Campuran asam asetat glasial : aquades (1 : 1) dapat mendesak

    senyawa 2-(4΄-klorobenzilidena)sikloheksanadion karena memiliki kepolaran yang

    jauh lebih tinggi daripada kepolaran dari senyawa 2-(4΄-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion (yang bersifat kurang polar).

  • 33

    Penambahan campuran asam asetat glasial : aquades (1 : 1) ini selain untuk

    mengisolasi senyawa juga untuk menghilangkan sifat basa dari larutan. Hal ini

    dibuktikan dengan pengujian pH larutan, dimana setelah ditambahkan campuran

    asam asetat glasial : aquades (1 : 1), pH larutan menjadi asam, yaitu pada pH 3.

    Setelah dilakukan penambahan campuran pengisolasi, ternyata hasil sintesis masih

    tetap dalam bentuk cairan. Oleh karena itu perlu dilakukan pendesakan dengan

    aquades dingin untuk membantu munculnya bentuk padat dari senyawa 2-(4΄-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion. Dalam hal ini diperkirakan senyawa 2-(4΄-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion merupakan senyawa yang kurang polar sehingga

    adanya penambahan aquades tidak akan melarutkan senyawa hasil sintesis namun

    akan mendesak senyawa hasil sintesis untuk membentuk suatu padatan. Setelah

    diperkirakan tidak ada lagi padatan yang terdesak oleh aquades, dilakukan

    penyaringan, pengeringan dan penimbangan serbuk kering.

    Pendesakan dengan aquades dingin ini adalah salah satu metode

    rekristalisasi, namun dengan metode ini tidak dapat dihasilkan suatu kristal yang

    murni. Oleh karena itu, penimbangan hasil serbuk kering yang didapatkan tidak dapat

    dihitung sebagai suatu rendemen, melainkan sebagai crude product. Dari hasil

    penelitian, dengan perbandingan mol 1,3-s xikloheksanadion dan 4-klorobenzaldehid

    sebesar 1 : 1 diperoleh rata-rata crude product sebesar 0,363 gram.

    Jumlah senyawa hasil sintesis yang diperoleh tidak maksimal kemungkinan

    disebabkan karena tidak sempurnanya reaksi yang terjadi. Salah satu faktor yang

    mungkin dapat mempengaruhi ketidaksempurnaan reaksi sintesis senyawa 2-(4΄-

  • 34

    klorobenzilidena)sikloheksanadion adalah sukar terbentuknya ion enolat karena

    adanya halangan sterik yang cukup besar yang melingkupi atom hidrogen α pada

    senyawa 1,3-sikloheksanadion. Adanya halangan sterik tersebut menjadikan atom

    hidrogen α sukar untuk ditarik oleh ion OH- dari basa KOH yang ditambahkan

    sehingga ion enolat menjadi sukar terbentuk. Akan tetapi, dengan sifat kebasaan dari

    KOH yang cukup kuat, kemungkinan hidrogen α sukar tertarik oleh ion OH- adalah

    sangat kecil, sehingga pada reaksi ini tetap akan terbentuk ion enolat.

    Faktor lain yang mungkin dapat berpengaruh adalah adanya peristiwa self-

    condentation. Hal ini dipengaruhi oleh sifat elektrofilisitas dari atom C karbonil pada

    4-klorobenzaldehid yang lebih lemah dari pada elektrofilisitas dari atom C karbonil

    pada senyawa 1,3-sikloheksanadion sehingga ion enolat (nukleofil) yang terbentuk

    akan lebih suka menyerang atom C karbonil pada 1,3-sikloheksanadion daripada

    menyerang atom C karbonil senyawa 4-klorobenzaldehid. Dengan begitu, maka akan

    lebih sering terjadi reaksi self-condentation antara senyawa 1,3 sikloheksanadion

    daripada reaksi antara 1,3 sikloheksanadion dengan 4-klorobenzaldehid (Fessenden

    dan Fessenden, 1986). Faktor inilah yang kemungkinan besar terjadi dalam reaksi

    sintesis yang dilakukan. Dengan begitu, adanya reaksi samping yang mungkin terjadi

    menyebabkan jumlah senyawa hasil sintesis yang didapatkan juga tidak dapat

    maksimal.

  • 35

    B. Analisis Pendahuluan

    1. Pemeriksaan organoleptis

    Hasil pemeriksaan organoleptis yang meliputi bentuk, warna dan bau

    senyawa hasil sintesis dibandingkan dengan starting material, yaitu sikloheksan-1,3-

    dion dan 4-klorobenzaldehid ditunjukkan pada tabel II dan juga foto pada gambar 12.

    Tabel II. Perbandingan organoleptis senyawa hasil sintesis dengan starting

    material

    Pemeriksaan Senyawa

    hasil sintesis

    Sikloheksan-1,3-dion 4-klorobenzaldehid

    Bentuk Serbuk halus Serbuk halus Serbuk Kristal

    Warna Putih Krem Putih

    Bau Tidak berbau Khas Khas (menyengat)

    A. B. C.

    Gambar 12. Foto senyawa hasil sintesis dan starting material

    Keterangan gambar :

    A : senyawa hasil sintesis

    B : 1,3-sikloheksanadion

    C : 4-klorobenzaldehid

    Dari hasil pemeriksaan organoleptis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    senyawa hasil sintesis sudah memiliki profil organoleptis yang berbeda dengan

    starting materialnya.

  • 36

    2. Pemeriksaan kelarutan

    Pemeriksaan kelarutan senyawa hasil sintesis dilakukan untuk mengetahui

    kelarutan senyawa dalam pelarut polar atau nonpolar dan juga berfungsi sebagai

    acuan dalam memilih pelarut dalam pemeriksaan dengan metode Kromatografi Lapis

    Tipis (KLT) maupun dengan instrument Gas Chromatography-Mass Spectroscopy

    (GC-MS).

    Hasil pemeriksaan kelarutan menggunakan pelarut aquades, metanol, etanol,

    kloroform, aseton, dan piridin terhadap senyawa hasil sintesis dan starting material

    ditunjukkan pada tabel III.

    Tabel III. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis dengan starting

    material

    Pelarut Senyawa hasil sintesis Sikloheksan-1,3-dion 4-klorobenzaldehid

    Aquades Praktis tidak larut Larut Sangat sukar larut

    Metanol Agak sukar larut Mudah larut Larut

    Etanol Agak sukar larut Mudah larut Larut

    Kloroform Mudah larut Larut Larut

    Dari hasil pemeriksaan kelarutan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelarutan

    dari senyawa hasil sintesis berbeda dengan starting material. Dari hasil tersebut,

    terlihat bahwa senyawa hasil sintesis larut baik dalam pelarut yang cenderung bersifat

    nonpolar, yaitu kloroform, karena senyawa hasil sintesis memiliki banyak atom

    karbon, dimana semakin banyak atom karbon yang terkandung dalam suatu senyawa

    maka senyawa tersebut akan semakin cenderung bersifat nonpolar.

  • 37

    C

    Cl

    H Cl

    Cl

    O

    OCl

    Kelarutan senyawa hasil sintesis dalam kloroform, selain karena pengaruh dari atom

    karbon yang terkandung, juga dikarenakan adanya interaksi dipo-dipol antara gugus

    kloro dari senyawa hasil sintesis dengan atom C dari kloroform. Interaksi tersebut

    dijelaskan pada gambar berikut (gambar 13) :

    Gambar 13. Kemungkinan interaksi yang terjadi antara senyawa senyawa 2-(4´-

    klorobenzilidena) sikloheksanadion dengan kloroform

    3. Pemeriksaan senyawa hasil sintesis dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

    Uji dengan kromatografi lapis tipis (KLT) terhadap senyawa hasil sintesis

    dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian dari senyawa hasil sintesis. Parameter

    yang digunakan dalam pengujian menggunakan KLT adalah nilai Rf untuk masing-

    masing senyawa pada pelarut yang sama dan banyaknya bercak yang dihasilkan dari

    pengembangan sistem KLT. Uji KLT pada penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan fase gerak kloroform : etil asetat (9 : 1) dan menggunakan fase diam

    silika gel GF254.

  • 38

    Dari penelitan diperoleh data sebagai berikut :

    Gambar 14. Kromatogram Senyawa Hasil Sintesis

    Keterangan:

    Uji KLT menggunakan fase diam gel GF254, fase gerak kloroform : etil asetat (9 : 1),

    jarak pengembangan 15 cm, pengamatan bercak dilakukan di bawah sinar UV254

    Tabel IV. Keterangan gambar kromatogram senyawa hasil sintesis

    Bercak Senyawa Rf

    A 4-klorobenzaldehid 0,665

    B 1,3-sikloheksanadion 0,025

    C hasil sintesis (2-(4´-klorobenzilidena) sikloheksanadion) 0,370

    Berdasarkan kromatogram tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing totolan

    menghasilkan bercak tunggal setelah pengembangan sistem KLT. Pada cahaya visual,

    bercak senyawa hasil sintesis dan starting material tidak tampak. Setelah diamati di

    bawah sinar UV254nm, bercak senyawa hasil sintesis dan starting material tampak

    berwarna ungu. Antara bercak senyawa hasil sintesis dengan starting material terlihat

    bahwa nilai Rf-nya sudah berbeda. Dari hasil kromatogram, meskipun bercak yang

    dihasilkan setelah selesai pengembangan merupakan bercak tunggal, belum dapat

    dijadikan suatu keputusan yang kuat untuk menyatakan bahwa senyawa hasil sintesis

  • 39

    yang ditotolkan merupakan suatu senyawa murni. Oleh karena itu perlu dibuktikan

    lebih lanjut dengan uji selanjutnya.

    4. Uji titik lebur senyawa hasil sintesis

    Pengujian titik lebur dilakukan terhadap senyawa hasil sintesis yang sudah

    direkristalisasi, atau dengan kata lain dilakukan terhadap senyawa yang sudah

    dimurnikan. Dari pengujian titik lebur diketahui bahwa titik lebur senyawa hasil

    sintesis adalah 217-2210C. Jarak titik lebur tersebut cukup besar, yaitu 4

    0C. Hal

    tersebut menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis belum seratus persen merupakan

    senyawa murni. Suatu senyawa dikatakan murni jika jarak titik lebur tidak lebih dari

    20C (MacKenzei, 1967).

    Data dari pengujian titik lebur ini juga dapat digunakan untuk menarik

    kesimpulan sementara bahwa senyawa hasil sintesis sudah bukan merupakan 1,3-

    sikloheksanadion atau 4-klorobenzaldehid, dimana 1,3-sikloheksanadion memiliki

    titik lebur 1050C dan 4-klorobenzaldehid adalah 49,8-53,6

    0. Titik lebur yang dimiliki

    senyawa hasil sintesis yang jauh lebih besar dari starting material dikarenakan oleh

    adanya pertambahan ukuran molekul senyawa hasil sintesis, menjadi lebih besar dari

    molekul senyawa starting material.

  • 40

    C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis

    1. Pengujian senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi IR

    Spektroskopi inframerah (spektroskopi IR) digunakan untuk mengetahui

    gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa. Spektra IR senyawa

    hasil sintesis ditujukkan pada gambar berikut ini (gambar 15).

    Gambar 15. Spektra Infra merah senyawa hasil sintesis

    Spektra IR yang diperoleh tersebut menunjukkan adanya pita representatif

    yang menunjukkan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada struktur senyawa hasil

    sintesis. Gugus aromatik yang terdapat pada senyawa hasil sintesis ditunjukkan oleh

    adanya serapan dari ikatan C-C aromatik pada bilangan gelombang 1489,05 cm-1

    ,

    serapan dari C-H aromatik pada bilangan gelombang 3109,25 cm-1

    . Sedangkan gugus

    aromatik yang tersubstitusi para ditunjukkan oleh pita pada bilangan gelombang

    825,53 cm-1

    . Selain itu juga terdapat gugus karbonil, yang ditunjukkan pada bilangan

    gelombang 1720,50 cm-1

    dengan intensitas kuat dan overtonenya pada bilangan

  • 41

    gelombang 3410,15 cm-1

    . Gugus karbonil yang terkonjugasi dengan suatu alkena

    tampak pada bilangan gelombang 1604,77 cm-1

    . Selain itu, ada pula pita dari spektra

    tersebut yang menunjukkan adanya gugus sikloheksana pada bilangan gelombang

    2924,09 cm-1

    . Ikatan C=C alkena yang terkonjugasi dengan fenil ditunjukkan oleh

    pita yang terletak pada bilangan gelombang 1650 cm-1

    (Sastrohamidjojo, 2001),

    namun tidak terlihat pada hasil spektra IR yang diperoleh. Dan interpretasi yang

    terakhir adalah adanya ikatan C-Cl yang terletak pada posisi para, yang ditunjukkan

    oleh pita pada bilangan gelombang 1111,0 cm-1

    .

    Tabel V. Interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis

    Bilangan gelombang

    (cm-1

    )

    Intensitas Gugus fungsi

    - 1489,05

    - 3109,25

    - Medium, kuat

    - Lemah

    - Ikatan C-C aromatik

    - Ikatan C-H aromatik

    - 825,53 - Lemah - Gugus aromatik tersubstitusi para

    - 1720,50

    - 3410,15 (overtone)

    - Kuat (terkuat)

    - Lemah

    - Gugus karbonil

    - 2924,09 - Medium - Gugus sikloheksana

    - 1111,0 - Medium - Ikatan C-Cl pada posisi para

    (Sastrohamidjojo, 2001).

    Dari data-data tersebut terlihat bahwa senyawa hasil sintesis mempunyai

    gugus fungsional seperti yang diharapkan. Selain itu juga terdapat perbedaan dengan

  • 42

    spektra starting material. Berikut adalah gambar spektra IR starting material dan

    tabel yang dapat menunjukkan adannya perbedaan antara senyawa hasil sintesis

    dengan starting material.

    Gambar 16. Spektra Infra merah 4-klorobenzaldehid (Kinugasa. S., Tanabe, K.,

    Tamura, T., 2009a).

    Dari spektra tersebut dapat diinterpretasikan adanya gugus C-O aldehid pada

    bilangan gelombang 1699 cm-1

    dan aromatik pada 1919 cm-1

    dengan overtone pada bilangan

    gelombang 3089 cm-1

    . Gugus aromatik tersubstitusi para juga dapat terlihat pada bilangan

    gelombang 841 cm-1

    dan ikatan C-Cl pada posisi para terlihat pada bilangan gelombang 1094

    cm-1

    .

    Gambar 17. Spektra Infra merah 1,3-sikloheksanadion (Kinugasa. S., Tanabe, K.,

    Tamura, T., 2009b).

    Pada spektra IR 1,3-sikloheksanadion terlihat adanya gugus sikloheksan

    pada bilangan gelombang 2949 cm-1

    dan gugusan keto-enol pada bilangan gelombang

  • 43

    1402 cm-1

    . Dari kedua spektra IR starting material tersebut, terlihat ada perbedaan

    dengan spektra IR senyawa hasil sintesis. Perbedaan tersebut dijelaskan pada tabel

    berikut ini :

    Tabel VI. Perbedaan Interpretasi Spektra Starting Material dengan Senyawa

    Hasil Sintesis

    Gugus Fungsi 1,3-sikloheksanadion 4-klorobenzaldehid Senyawa hasil

    sintesis

    Aromatik (-) (+) (+)

    Alkena (-) (-) (+)

    C-O aldehid (-) (+) (-)

    Karbonil (+) (-) (+)

    C-Cl (-) (+) (+)

    Aromatik

    tersubstitusi para

    (-) (+) (+)

    sikloheksana (+) (-) (+)

    Keto enol (+) (-) (-)

    Akan tetapi hasil interpretasi spektra IR tentang gugus fungsional belum

    cukup kuat untuk menyatakan senyawa yang dihasilkan dari hasil sintesis merupakan

    2,4-(klorobenzilidena)sikloheksanadion. Oleh karena itu, untuk lebih meyakinkan

    lagi bahwa senyawa yang diperoleh sudah merupakan senyawa 2,4-

    (klorobenzilidena)sikloheksanadion perlu didukung adanya data spektra MS.

    2. Pengujian senyawa hasil sintesis dengan GC-MS

    Dari pengujian tersebut didapatkan dua data, yaitu kromatogram GC dan

    spektra MS. Gambar 18 menunjukkan kromatogram GC senyawa hasil sintesis dan

    gambar 19 menunjukkan spektra MS senyawa hasil sintesis.

  • 44

    Gambar 18. Kromatogram Gas-Chromatography senyawa hasil sintesis

    Gambar 19. Spektra Mass Spektroscopy senyawa hasil sintesis pada waktu retensi

    19,656

    Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa yang

    dikombinasikaan dengan kromatografi gas atau yang sering disebut GC-MS memiliki

    keuntungan, yaitu dapat memisahkan senyawa target dari senyawa lain yang

    mungkin bercampur dengan senyawa hasil sintesis, dengan kromatografi gas,

    sebelum dideteksi lebih lanjut dengan spektrometer massa. Dengan adanya proses

    pemisahan tersebut, diharapkan spektra massa yang dihasilkan benar-benar

    merupakan spektra dari senyawa hasil sintesis.

    C

    \

    D

    \

    E

    \ F

    \

  • 45

    Dari gambar 18, terlihat bahwa senyawa hasil sintesis mempunyai tiga peak

    dengan waktu retensi 19,656 menit, 23,446 menit, dan 26,568 menit, dengan Area

    Under Curve (AUC) terbesar ada pada waktu retensi 26,568 menit. Munculnya tiga

    peak pada kromatogram menunjukkan bahwa sampel senyawa hasil sintesis belum

    murni.

    Peak dengan waktu retensi 19,656 menit memiliki ion molekul dengan m/z =

    236, dimana m/z tersebut sesuai dengan bobot molekul senyawa 2,4-

    (klorobenzilidena)sikloheksanadion, yaitu 236 g/mol. Kemurnian peak yang

    menunjukkan senyawa 2,4-(klorobenzilidena)sikloheksanadion adalah sebesar

    10,27%.

    Pada pembahasan sebelumnya, dari proses sintesis didapatkan rata-rata

    crude product sebesar 0,363 gram. Setelah diketahui kemurnian dari senyawa 2,4-

    (klorobenzilidena)sikloheksanadion adalah 10,27% dari total sampel yang diuji, maka

    dapat dikatakan bahwa rendemen yang dihasilkan dari proses sintesis adalah sebesar

    5,23%. Pada gambar 16 terlihat beberapa nilai m/z dengan intensitas yang bervariasi.

    Fragmen dengan intensitas 100% adalah ion yang paling stabil dan peaknya disebut

    base peak. Ion dengan nilai m/z = 199 merupakan ion dengan kelimpahan paling

    besar dan ion ini merupakan ion molekul yang paling stabil.

    Peak A merupakan ion molekul dari senyawa hasil sintesis dengan nilai

    m/z= 236. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis sesuai dengan dugaan

    sebelumnya, yaitu 2,4-(klorobenzilidena)sikloheksanadion dengan bobot molekul

    sebesar 236 g/mol. Peak B pada m/z = 199 merupakan fragmen dari ion molekul

  • 46

    yang mengalami pelepasan senyawa isotop klorin (Cl dengan M.W=37). Pada peak C

    merupakan fragmentasi lanjutan dari ion [C13H11O2]+ dengan melepaskan molekul

    C2H4 menghasilkan ion [C11H8O]+ pada m/z = 86. Setelah mengalami fragmentasi

    ion, selanjutnya ion yang terbentuk juga akan terfragmentasi lagi, dan hal tersebut

    terbaca pada peak D dengan m/z = 72. Fragmen ini terbentuk setelah ion [C11H8O]+

    mengalami pelepasan ion [CO]+. Molekul netral yang terbentuk kemudian akan

    terfragmentasi lagi melepaskan molekul C2H2O sehingga membentuk peak dengan

    m/z = 51 (peak E). Selanjutnya molekul tersebut masih akan terfragmentasi

    melepaskan C2H2 membentuk suatu molekul C6H6 (m/z= 75) yang ditunjukkan oleh

    peak F. Peak-peak yang dianalisis tersebut adalah merupakan fragmen-fragmen yang

    cukup besar dalam spektrum massa. Keterangan tersebut dijabarkan berdasarkan

    gambar berikut ini :

  • 47

    O

    O

    Cl O

    O

    EI

    70 ev

    Cl

    O

    O

    m/z = 236 m/z = 236

    m/z = 199O

    OH

    H

    CH2

    O

    O

    m/z = 100

    CH2O

    O

    + C2H4

    m/z = 86

    m/z = 28

    CH

    CH2O

    m/z = 72

    CH

    m/z = 51

    +C2H2O

    m/z = 42

    +C2H2

    m/z = 26

    m/z = 75

    EI

    70 ev

    70 evEI

    EI

    EI

    EI

    EI

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev+ CO

    m/z = 28

    Gambar 20. Interpretasi pelepasan molekul senyawa 2,4-

    (klorobenzilidena)sikloheksanadion menjadi fragmen-

    fragmennya

    Dari hasil uji GC-MS, diperoleh juga spektra yang menunjukkan adanya

    hasil reaksi samping dari proses sintesis. Hasil reaksi samping yang terbesar tampak

    pada peak ketiga, pada waktu retensi 26,568 menit (dilihat dari besar AUC pada

    kromatogram GC, peak ketiga ini memiliki AUC paling besar). Berdasarkan hasil

  • 48

    OCl O

    O

    spektroskopi massanya, pada peak ketiga ini memiliki ion molekul dengan m/z = 331,

    oleh karena itu, senyawa ini memiliki bobot molekul sebesar 331 g/mol.

    Gambar 21. Spektra Mass Spektroscopy senyawa hasil sintesis pada waktu retensi

    26,568 menit

    Perkiraan struktur senyawa yang merupakan hasil reaksi samping dari proses

    sintesis ini adalah produk sampingan yang dihasilkan dari reaksi sintesis yang terjadi

    adalah :

    Gambar 22. Struktur senyawa (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-

    enil)sikloheksan-1,3-dion (hasil reaksi samping)

    Agar dapat menjelaskan secara lebih lengkap hasil spektra MS pada waktu retensi

    26,568 menit dan mempertegas bahwa senyawa yang terbentuk akibat reaksi samping

    adalah senyawa (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-

    dion, maka akan dijabarkan usulan fragmentasi yang terjadi pada senyawa (4 Z)-4-(4-

    klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion. Dan fragmentasinya

    adalah sebagai berikut :

  • 49

    OCl O

    O

    OCl O

    O

    m/z = 328 m/z = 328

    O O

    OH H

    O O

    H2CO

    m/z = 293

    O O

    O

    CH2

    m/z = 133

    O O

    HC CH2

    m/z = 119

    H

    O O

    HC CH2

    CH2

    O

    HC CH2

    m/z = 105

    O

    HC CH2

    m/z = 91

    O

    HC CH2

    m/z = 65

    H

    H

    m/z = 52

    CH

    m/z = 101m/z = 75

    m/z = 147

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    EI

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    70 ev

    Gambar 23. Interpretasi pelepasan molekul senyawa (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-

    oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion (hasil reaksi samping) menjadi

    fragmen-fragmennya

  • 50

    Senyawa tersebut terbentuk karena adanya reaksi self-condentation antar senyawa

    1,3-sikloheksanadion. Reaksi self-condentation ini terjadi karena pada senyawa 1,3-

    sikloheksanadion selain memiliki sisi nukleofil juga memiliki sisi elektrofil (pada

    atom C karbonilnya). Elektrofil pada C karbonil dari 1,3 sikloheksanadion lebih kuat

    daripada elektrofil pada C karbonil dari 4-klorobenzaldehid. Hal tersebut yang

    menyebabkan ion enolat yang terbentuk akan lebih sering menyerang atom C

    karbonil dari 1,3-sikloheksanadion daripada menyerang atom C karbonil dari 4-

    klorobenzaldehid (Fessenden dan Fessenden, 1986). Setelah terjadi reaksi self-

    condensation, atom karbon α lain pada 1,3-sikloheksanadion akan menyerang atom C

    karbonil dari 4-klorobenzaldehid, sehingga terbentuklah senyawa (4 Z)-4-(4-

    klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion. Senyawa hasil

    reaksi samping ini diperkirakan juga memiliki aktivitas sebagai inhibitor

    angiogenesis karena memiliki atom C pada posisi beta yang bermuatan elektropositif,

    seperti yang dimiliki oleh senyawa 2-(4´-(klorobenzilidena)sikloheksanadion, yang

    juga diperkirakan memiliki aktivitas sebagai inhibitor angiogenesis.

    Reaksi pembentukan senyawa (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-

    oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion adalah sebagai berikut :

  • 51

    O OH H

    K OH

    - H2O

    O O O O

    +

    OO

    O

    O O

    O

    H-OH

    - OH

    O

    O O

    HO

    H

    H

    - H2O

    O

    O O

    O

    O O

    H

    H

    K - OH

    O

    O O

    - H2O

    O

    O O

    Cl

    OH

    O

    Cl

    O O

    O O

    H - OH

    - OH

    Cl

    OH O

    O O

    H

    OH

    Cl

    OH O

    O O

    - H2O

    Cl

    O

    O O

    Gambar 24. Mekanisme reaksi pembentukan (4 Z)-4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-

    oksosikloheks-1-enil)sikloheksan-1,3-dion

  • 52

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Senyawa 2-(4´-(klorobenzilidena)sikloheksanadion dapat terbentuk dari hasil

    sintesis antara 1,3-sikloheksanadion dan 4-klorobenzaldehid dengan menggunakan

    katalis kalium hidroksida dengan hasil kermurnian pada kromatogram GC sebesar

    10,27%. Dari hasil sintesis juga terbentuk hasil reaksi samping berupa senyawa (4Z)-

    4-(4-klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-enil)siklohkesan-1,3-dion dengan hasil

    kemurnian pada kromatogram GC sebesar 89,07%.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan optimasi proses sintesis, misalnya urutan pencampuran,

    suhu, dan waktu untuk bereaksi, agar dapat memperoleh senyawa hasil

    reaksi dengan rendemen yang lebih besar dan reaksi yang lebih cepat.

    2. Perlu dilakukan uji aktivitas senyawa 2-(4´-

    klorobenzilidena)sikloheksanadion maupun senyawa (4Z)-4-(4-

    klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheks-1-enil)siklohkesan-1,3-dion (hasil

    reaksi samping) sebagai inhibitor angiogenesis.

  • 53

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2003, Angiogenesis, The Leukemia & Lymphoma Society New York.

    Anwar, C., Pranowo, H. D., dan Wahyuni, T. D., 1994, Pengantar Praktikum Kimia

    Organik, UGM Press, Yogyakarta, 73, 189.

    Bradstatter, M. K., 1971, Thermomicroscopy’s Analysis of Pharmaceutical,

    Pergamon Press, London,