Post on 18-Jul-2021
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
KONSEP GEREJA MISIONAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKSIS MISI GEREJA
SKRIPSI
Diajukan kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi
Oleh Yuniriang Saoiago
1011512142
Jakarta 2019
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG JAKARTA Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KONSEP GEREJA MISIONAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKSIS MISI GEREJA dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim Dosen Penguji pada tanggal 6 Agustus 2019. Dosen Penguji Tanda Tangan 1. Fandy H. Tanujaya, B.Bus., Th.M. __________________________ 2. Astri Sinaga, S.S., M.Th. __________________________ 3. Hendro, S.Kom., M.Th. __________________________
Jakarta, 6 Agustus 2019
Casthelia Kartika, D.Th. Ketua
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul KONSEP GEREJA MISIONAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKSIS MISI GEREJA, sepenuhnya adalah hasil karya tulis saya sendiri dan bebas dari plagiarisme.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakan plagiarisme dalam penulisan skripsi ini, saya akan bertanggung jawab dan siap menerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung.
Jakarta, 6 Agustus 2019
Yuniriang Saoiago NIM: 1011512142
i
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
JAKARTA
(A) Yuniriang Saoiago (1011512142) (B) KONSEP GEREJA MISIONAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKSIS MISI
GEREJA (C) ix + 105 hlm; 2019 (D) Program Studi Teologi/Kependetaan (E) Skripsi ini membahas tentang konsep gereja misional dan implikasinya
terhadap praksis misi gereja. Banyak gereja belum memahami sepenuhnya panggilan Allah dalam bermisi di tengah-tengah dunia. Akibatnya misi gereja belum dikerjakan dengan maksimal, gereja seringkali hanya berfokus kepada kegiatan-kegiatan internal, dan kegiatan misi hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu atau departemen tertentu di dalam gereja. Skripsi ini memperkenalkan konsep gereja misional, yang hadir mengingatkan bahwa keberadaan gereja di tengah-tengah dunia untuk menjalankan misi Allah Tritunggal. Konsep misi gereja misional yang bersifat inkarnasional dan kontekstual diyakini dapat mengubah pemahaman dan praksis-praksis misi yang selama ini sudah dikerjakan. Dengan konsep gereja sebagai komunitas kontras dan konsep jemaat sebagai misionaris, gerakan gereja misional mengajak seluruh jemaat untuk terlibat melaksanakan misi Allah. Skripsi ini memberikan beberapa usulan tentang bagaimana jemaat dapat terlibat secara praktis melaksanakan misi Allah di tengah-tengah dunia.
(F) Bibliografi 55 (1998-2018)
(G) Fandy H. Tanujaya, B.Bus., Th.M.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
DAFTAR ISI ii
UCAPAN TERIMA KASIH v
BAB SATU: PENDAHULUAN 1
Latar Belakang Permasalahan 1
Pokok Permasalahan 12
Tujuan Penulisan 13
Pembatasan Penulisan 13
Metodologi Penulisan 14
Sistematika Penulisan 14
BAB DUA: LATAR BELAKANG GERAKAN GEREJA MISIONAL 15
Pendahuluan 15
Latar Belakang Historis Gerakan Gereja Misional 15
Pengaruh International Missionary Council 1952 di Willingen 15
Pengaruh Lesslie Newbigin 17
Pengaruh The Gospel and Our Culture Network 20
Pengaruh Penerbitan Buku Missional Church 23
Latar Belakang Teologis Gerakan Gereja Misional 29
Pemahaman Tentang Allah 29
Pemahaman Tentang Gereja 33
Pemahaman Tentang Injil 37
Pemahaman Tentang Budaya 42
iii
Kesimpulan Bab 46
BAB TIGA: MISI GEREJA MENURUT GERAKAN GEREJA MISIONAL 47
Pendahuluan 47
Misi Gereja Bersifat Inkarnasional 47
Misi Gereja Bersifat Kontekstual 53
Gereja Sebagai Komunitas Kontras 57
Jemaat Sebagai Misionaris 64
Kesimpulan Bab 73
BAB EMPAT: IMPLIKASI KONSEP GEREJA MISIONAL PADA PRAKSIS
MISI GEREJA 74
Pendahuluan 74
Gereja Sebagai Penggerak Pelaksanaan Misi Allah 75
Pemimpin Memahami Hakikat Keberadaan Gereja 75
Pelayanan Khotbah Menyuarakan Keterlibatan Jemaat
dalam Misi Allah 79
Gereja Memperlengkapi Jemaat untuk Terlibat dalam Misi Allah 82
Keterlibatan Jemaat dalam Pelaksanaan Misi Allah 88
Memberitakan Injil di mana Jemaat Berada 88
Memahami Orang yang Belum Percaya 90
Melayani dengan Keramahtamahan 93
Bermisi dalam Kehidupan Sehari-hari 94
Kesimpulan Bab 98
iv
BAB LIMA: KESIMPULAN 99
BIBLIOGRAFI 101
1
BAB SATU
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Edmund Woga menyampaikan bahwa dilihat dari segi keberadaannya, Gereja
sebagai sebuah perhimpunan tidak lepas dari panggilannya, yakni diutus ke dalam
dunia.1 Gereja menjadi tidak bermakna, begitu juga dengan statusnya sebagai
pengikut Yesus, jika Gereja mengabaikan panggilannya diutus Allah ke dalam dunia
untuk melaksanakan misi-Nya.2
Senada dengan pernyataan Woga, Christopher J. H. Wright juga menekankan
dalam bukunya yang berjudul Misi Umat Allah “bahwa yang terjadi bukanlah Allah
memiliki sebuah misi bagi gereja-Nya di dunia, tetapi bahwa Allah punya sebuah
gereja bagi misi-Nya di dalam dunia.”3 Misi tidak diciptakan bagi gereja, gerejalah
yang diciptakan bagi misi, oleh karena misi adalah gerakan yang berasal dari Allah
bagi dunia, dan gereja sebagai alat untuk menjalankan misi Allah.4
Misi adalah dari Allah (missio Dei). “Misi telah direncanakan dari sejak
kekekalan karya penyelamatan Allah bagi dunia ini, misi dikerjakan sejak
penciptaan, misi digenapi dalam karya kematian dan kebangkitan Kristus, misi
disampaikan melalui orang percaya.”5 Gereja ada karena ada misi, sehingga misi
1. Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 191. 2. Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 191. 3. Christopher J.H Wright, Misi Umat Allah (Surabaya: Perkantas, 2013), 27. 4. Wright, Misi Umat Allah, 27. 5. Ria Pasaribu, "Misi Allah," dalam mission possible: Karya Injil Melalui Talenta Medis, ed.
oleh Iwan Catur Wibowo & Yulius Tandyanto (Jakarta: Literatur Perkantas, 2012), 2.
2
tidak hanya menjadi sebuah pilihan untuk dilakukan ataupun tidak dilakukan, misi
bukanlah kegiatan dari gereja yang dilakukan setelah seluruh kebutuhan gereja
terpenuhi, misi adalah hal yang sangat esensial dalam gereja.6
Gereja dipanggil dan dihimpun bukan hanya untuk mendengarkan sabda, dan
merayakan sakramen di dalam kelompoknya sendiri (Kis. 2:42). Tetapi selanjutnya
gereja diutus oleh Kristus untuk mewartakan Injil kerajaan Allah (Mrk. 16:15; Mrk.
3:13; Mat. 10:1-42), dan menjadi saksi-Nya kepada segala bangsa (Luk. 24:47)
sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8), sebagaimana Yesus sendiri diutus oleh Bapa (Yoh.
20:21). Gereja adalah tempat di mana para pengikut Yesus berkumpul, dan dunia
adalah tempat para pengikut Yesus diutus.7
Misi adalah natur Allah sebagai pemilik gereja, dan kehadiran gereja ada
dengan tujuan untuk melaksanakan misi Allah (1 Petrus. 2:9-10), untuk itulah gereja
tidak bisa tidak bermisi.8 Apabila gereja kehilangan pemahaman bahwa
keberadaannya untuk melaksanakan misi Allah, gereja kehilangan sifat misioner,
gereja tidak dapat dikatakan sebagai gereja lagi.9 J. Andrew Kirk menambahkan
gereja telah menjadi sesuatu yang lain dari komunitas yang diciptakan Yesus Kristus
yang disalibkan dan dibangkitkan itu.10
6. Pasaribu, "Misi Allah," 2. 7. Woga, Dasar-Dasar Misiologi, 189-191. 8. Nimrod Faoth, "Missiologi Poros Teologi yang Sebenarnya," dalam Berteologi Bagi Sesama,
ed. Fandy Tanujaya, Edison Rikardo A.S dan Yunus Septifan Harefa (Jakarta: STT Amanat Agung, 2016), 303.
9. Faoth, "Missiologi Poros Teologi yang Sebenarnya, 303; Widi Artanto, Menjadi Gereja Misioner: Dalam Konteks Indonesia (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2008), 19.
10. J. Andrew Kirk, Apa Itu Misi? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 36.
3
Misi berkaitan dengan umat yang telah Dia tebus, dan apa yang mereka
lakukan dalam dunia sebagai utusan-Nya bagi mereka yang belum percaya.11 Tetapi
kenyataan yang terjadi, gereja sering kali tidak menunjukkan panggilan gereja
sesungguhnya, melaksanakan misi Allah di dalam dunia. Konsep bahwa gereja
dipanggil menjadi alat di dalam rencana Allah dalam melaksanakan misi-Nya, tidak
menjadi dasar gereja. Pdt. Widi Artanto mengatakan bahwa konsep mengenai
hakikat gereja dan misi, serta bagaimana menjadi misioner masih belum jelas
dipahami oleh gereja.12 “Di dalam konteks Indonesia gereja sering kali mengklaim
gereja melaksanakan misi Allah di tengah dunia, melalui berbagai program
pelayanan yang dilaksanakan oleh gereja.”13
Berbicara tentang misi gereja harus mempertimbangkan dan memikirkan di
mana gereja berada. Di mana pun gereja dipanggil seharusnya sangat perlu untuk
memahami konteks, agar gereja-gereja yang ada di Indonesia dapat melakukan
pekerjaan misi dengan cara yang kontekstual.14 Konteks Indonesia, serta gerejanya
cukup kompleks dan majemuk, tetapi permasalahan yang sering kali terjadi,
kehidupan jemaat sangat berbeda dengan konteks kehidupan masyarakat
sekitarnya, mereka tidak dapat hadir secara kontekstual di mana gereja dipanggil.15
Misi Alkitabiah adalah setia kepada teks namun menghargai konteks, ketika
Allah menyatakan kasih-Nya kepada umat manusia yang berdosa, Allah melakukan
rencana-Nya dengan kontekstual, Ia datang ke dalam dunia dengan berinkarnasi
11. John Stott, Murid Radikal yang Mengubah Dunia (Jawa Timur: Literatur Perkantas Jawa
Timur, 2016), 30. 12. Artanto, Menjadi Gereja Misioner, 19. 13. Artanto, Menjadi Gereja Misioner, 19. 14. John Ruck, Jemaat Misioner (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 50. 15. Ruck, Jemaat Misioner, 279.
4
(Yoh. 1:14).16 “Untuk bisa menghadirkan pelayanan yang dapat dipahami oleh
komunitas konteks, maka syarat utamanya adalah memahami keadaan konteks
tersebut.”17
Andreas Anangguru Yewangoe dalam tulisannya Tantangan Gereja Memasuki
Abad XXI, menyampaikan bahwa, “seharusnya gereja dalam melaksanakan misi,
konteks yang ada harus selalu menjadi pertimbangan bagi gereja.”18 Mengabaikan
konteks tidak bisa memahami siapa orang-orang yang dituju, menciptakan
kesalahpahaman, mereka tidak akan menerima orang Kristen, membuat pelayanan
terhambat.
Purnawan Tenibemas menekankan bahwa konteks di mana orang yang
belum percaya berada sangat perlu untuk diperhatikan. Ia menegaskan dalam
tulisannya Misi yang Membumi, bahwa akan menjadi permasalahan jika dalam
bermisi gereja tidak mempertimbangkan konteks, orang yang menyampaikan kabar
baik dan orang yang belum percaya mengalami kesulitan untuk terhubung. 19
Orang yang belum percaya memiliki sistem kepercayaannya sendiri, budaya
dan pengalaman hidupnya juga memengaruhi pola pikirnya.20 Penting sekali
memberitakan Injil dalam pola yang dapat mereka pahami. Tuhan Yesus sendiri
datang dengan cara yang unik yakni inkarnasi, Allah masuk ke dalam konteks
16. Purnawan Tenibemas, prakata pada buku Misi yang Membumi (Bandung: Sekolah Tinggi
Alkitab Tiranus, 2011), 7-8. 17. Tenibemas, prakata pada buku Misi yang Membumi, 7-8. 18. Andreas Anangguru Yewangoe, Tantangan Gereja Memasuki Abad XXI (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2002), 20. 19. Tenibemas, Misi yang Membumi, 161. 20. Tenibemas, Misi yang Membumi, 161.
5
tertentu, hal ini seharusnya menjadi model untuk pelayanan misi masa kini. Dimana
gereja harus memahami konteks, sebagai kendaraan untuk membagikan Injil.21
Nimrod Faoth menyampaikan, bahwa sangat penting untuk memahami dan
memiliki konsep misi, karena mengingat banyak warga jemaat memiliki konsep
yang salah tentang misi:
Warga jemaat berpendapat yang lebih penting rajin ke gereja. Misi, penginjilan tanggung jawab pendeta, tanggung jawab para profesional. warga jemaat tidak mengetahui bahwa misi dan penginjilan sebagai tanggung jawabnya dalam misi. Terjadi pergeseran mendasar, pelaksanaan misi Allah dipengaruhi bidang studi, bukan status dalam Kristus.22
Gereja yang tidak memiliki konsep, gereja dipakai oleh Allah untuk
menjalankan misi-Nya di dalam dunia, pada akhirnya gereja tidak menyuarakannya
kepada jemaat bahwa mereka bertanggung jawab dalam pelayanan misi. Bambang
Eko Putranto menyampaikan, gereja seharusnya menyuarakan panggilan gereja
dalam melaksanakan misi Allah, namun gereja telah lalai menyuarakannya.23
Gereja melaksanakan misi dalam praktiknya hanya dilaksanakan oleh
departemen misi, komisi penginjilan yang dimiliki oleh gereja. “Pelaksanaan misi
hanya dikerjakan oleh beberapa orang, mereka bertanggung jawab merencanakan
dan mengkoordinir misi, yang menjadi salah satu dari program misi.”24
Mengupayakan segala hal untuk umat Allah, mengadakan berbagai program dalam
21. Tenibemas, Misi yang Membumi, 161-165. 22. Faoth, "Missiologi Poros Teologi yang Sebenarnya," 286. 23. Bambang Eko Putranto, Misi Kristen: Menjangkau Jiwa Menyelamatkan Dunia
(Yogyakarta: Andi, 2007), 6-8. 24. Kuiper, Missiologia, 102-103.
6
gereja, tetapi tanpa keterkaitannya kepada tanggung jawab sebagai umat Allah
untuk melaksanakan misi-Nya.
Faoth dalam pelayanannya ia mengamati aktivitas gereja dalam praktik misi,
penginjilan di seluruh nusantara dan ia mendapati penekanan pelayanan jemaat,
lebih berfokus mengajar dengan berbagai doktrin, melaksanakan konseling, dan
berbagai program sesuai dengan keahlian pendeta, dan tidak menjalankan panggilan
gereja untuk melaksanakan misi Allah.25
Kebanyakan gereja merasa bahwa mereka sudah melaksanakan panggilan
mereka dalam misi Allah dengan mengadakan bulan misi dalam setahun sekali.
Pelaksanaan bulan misi biasanya diadakan di dalam gereja, ketika program bulan
misi selesai maka pelayanan misi di gereja juga ikut selesai. Gereja biasanya
melaksanakan perjalanan misi jangka pendek dengan mengutus beberapa aktivis
untuk pergi ke pedalaman dalam beberapa waktu yang telah ditentukan, dan gereja
mengutus misionaris untuk melayani di luar negeri.
Militansi misi dan penginjilan nyaris tak terlihat, ada banyak hal yang keliru dalam memahami misi. Seruan radikal misioner model Yohanes Pembaptis: “Bertobatlah, sebab kerajaan sorga sudah dekat” (Mat. 4:17), sayup terdengar di mimbar gereja, lantang bersuara hanya pada bulan misi sekali setahun, namun kemudian lenyap ditelan waktu. Artinya, banyak hambatan utama pelaksanaan misi bukan faktor eksternal, melainkan internal.26
“Selama abad ke-20 gereja dalam usaha mendefinisikan misinya, banyak
penekanan yang berbeda-beda, yang terjadi pada akhirnya dari tiap penekanan
terfokus hanya pada beberapa aspek penting dari panggilan gereja, dan sebagai
25. Faoth, "Missiologi Poros Teologi yang Sebenarnya," 286. 26. Faoth, "Missiologi Poros Teologi yang Sebenarnya," 287.
7
akibatnya aspek-aspek penting lainnya sering diabaikan.27 Hal ini juga dikarenakan
karena tidak memahami kekayaan cara Allah bekerja melalui gereja.”28
Pdt Widi Artanto menyampaikan, usaha untuk membangun kembali konsep dan pemahaman mengenai gereja yang misioner menjadi relevan, misi gereja saat ini sedang mengalami semacam krisis, dalam pelaksanaan dan pemahaman misi. Keadaan gereja di indonesia belum memberikan gambaran yang memuaskan, bahwa gereja memang sudah melaksanakan misi Allah sesuai dengan panggilannya sebagai gereja. Banyak gereja terperangkap di dalam sikap eksklusif dan hidup untuk dirinya sendiri saja, sibuk dengan kesibukan-kesibukan ke dalam untuk kepentingan-kepentingan anggotanya. Gereja dilihat sebagai pusat segala kegiatan, dan yang ada di luar tembok gereja dipandang dan dinilai bukanlah tanggung jawab gereja.29
Dari pemaparan diatas nampak adanya permasalahan di dalam pemahaman
dan pelaksanaan misi di Indonesia. Para penulis diatas menyuarakan pentingnya
gereja memahami tujuan keberadaannya, yaitu untuk melaksanakan misi Allah.
Dalam hal ini penulis meyakini konsep gereja misional dapat menjadi jawaban dari
permasalahan pemahaman dan pelaksanaan misi gereja di Indonesia.
Konsep gereja misional berkembang di konteks negara-negara Barat,
khususnya di daerah Amerika Utara. Menurut penulis meskipun konsep gereja
misional berkembang dalam konteks Barat tetapi konsep ini dapat diterapkan dalam
konteks Indonesia. Permasalahan yang dihadapi dalam konteks Indonesia, memiliki
kesamaan dengan permasalahan pemahaman dan pelaksanaan misi yang ada di
Amerika utara, lebih dari itu penulis percaya konsep gereja misional bukanlah
konsep yang baru.30 Konsep gereja misional berakar kepada Alkitab dan konsep ini
27. Ajith Fernando, Allah Tritunggal dan Misi (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2008), 9. 28. Fernando, Allah Tritunggal dan Misi, 9. 29. Artanto, Menjadi Gereja Misioner, 8. 30. Untuk penjelasan bahwa konsep gereja misional bukanlah hal yang baru, penjelasan ini
dapat dilihat dalam bab 2, pada bagian latar belakang historis gerakan gereja misional.
8
menyuarakan keberadan gereja untuk melaksanakan misi Allah di tengah-tengah
dunia.
Sama seperti yang sudah dipaparkan mengenai permasalahan pemahaman
dan pelaksanaan misi di Indonesia, pemikir dari gerakan gereja misional juga
mengeluhkan, menggumuli bagaimana gereja yang tidak melaksanakan misi. Setelah
para pemikir konsep gereja misional melihat permasalahan yang terjadi dalam
konteks mereka di Amerika Utara, dengan semangat yang sama yang disampaikan
oleh para penulis di konteks Indonesia, menyuarakan agar gereja kembali
memahami bahwa keberadaan gereja untuk melaksanakan misi Allah. Konsep gereja
misional menegaskan dan menyuarakan bahwa keberadaan gereja untuk
menjalankan misi Allah Tritunggal, bukan sebuah model, strategi sehingga dapat
diterapkan di manapun, karena konsep ini menyuarakan panggilan gereja yang telah
dilupakan.
Konsep gereja misional menegaskan dan membawa gereja untuk memahami
kembali bahwa misi bukan sekadar kegiatan gereja. Sebaliknya, misi adalah hasil
dari inisiatif Allah, yang berakar pada tujuan Allah untuk memulihkan dan
menyembuhkan ciptaan.31 Salah satu tema utama Alkitab adalah misi, yang berarti
mengutus, tema ini menggambarkan tujuan dari tindakan Allah dalam sejarah
manusia.32
Gereja misional dalam konsep dan prinsipnya membawa gereja memahami
bahwa hadirnya gereja adalah tanda bahwa kerajaan Allah telah dimulai di bumi,
31. Darrell L. Guder, ed., Missional Church: A Vision for the Sending of the Church in North
America (Grand Rapids: Eerdmans, 1998), 4. 32. Guder, Missional Church, 4.
9
dan hadir sebagai umat yang telah terlebih dahulu mengalami kerajaan Allah dari
pemerintahan yang sempurna yang akan datang. Gereja adalah agen dan alat
pemerintahan Allah, yang memegang otoritas kunci (Mat. 16:19) dan otoritas
pengampunan (Yoh. 20:19-23).33
Konsep gereja misional menekankan bahwa gereja dan umat Allah
seharusnya berkeyakinan kita adalah umat yang di utus oleh Allah Tritunggal. Kita
adalah umat yang ikut serta dipanggil untuk menjadi tanda yang setia, umat yang
terlebih dahulu mengalami kerajaan Allah dan menjadi pemberita kerajaan Allah
itu.34 Memahami Allah memiliki misi dalam dunia, tetapi tidak bisa berhenti di situ
saja, kita juga harus memahami konteks. Sehingga kita dapat mewujudkan kabar
baik dimana konteks gereja dipanggil.35
Sesungguhnya mudah untuk mendefinisikan gereja misional, karena terdiri
dari dua kata yang sangat akrab dan sederhana, yaitu “misi” dan “gereja” tetapi
orang-orang memahami bahwa misi, orang pergi ke luar negeri sebagai misionaris
asing, menjadi pelopor gereja baru di tengah-tengah beragam etnis, pergi untuk
melaksanakan misi jangka pendek, mengumpulkan dana untuk pekerjaan misi.36
Dalam setiap definisi ini, misi didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan gereja
sebagai bagian dari kehidupan dan program-programnya, demikian pula ketika
menggunakan kata gereja, menggambarkan apa yang terjadi di dalam, mereka yang
33. Guder, Missional Church, 101. 34. Jr. Woodward, "A Working Definition of Missional Church," JR Woodward,
http://jrwoodward.net/2008/04/a-working-definition-of-missional-church/ (diakses 1 Mei 2019). 35. Woodward, "A Working Definition of Missional Church." 36. Alan J. Roxburgh dan M. Scott Boren, Introducing the Missional Church: What It Is, Why It
Matters, How to Become One (Grand Rapids: BakerBooks, 2009), 28-30.
10
berada di dalam dunia kehidupan gereja. 37 Singkatnya, gereja adalah untuk orang
yang ada di dalam sementara misi untuk orang luar, ini adalah persepsi umum yang
keliru.38
“Kata “misional” diperkenalkan pada tahun 1998 karena definisi “misi” dan
“gereja” yang disajikan di atas keliru dan salah, namun, menambahkan -al di akhir
kata mission, menciptakan makna baru yang tidak segera kita lihat atau pahami.”39
Alan J, Roxburgh, dan M. Scott Boren menyampaikan bahwa kata “missional” sebagai
undangan untuk mempertimbangkan cara baru untuk menjadi gereja.40
Konsep gereja misional memberikan konsep yang Alkitabiah, mengingatkan
gereja untuk terlibat melaksanakan misi.41 Konsep gereja misional menekankan
bahwa gereja dipanggil dan kemudian diutus untuk mewakili pemerintahan Allah.42
Konsep gereja misional berusaha mengingatkan orang-orang, tentang siapa umat
Allah yang telah dipanggil dan terus dibentuk, untuk melaksanakan tugas panggilan
sebagai umat Allah.43
Konsep gereja misional menekankan bahwa gereja menjadi perpanjangan
tangan Tuhan dan seharusnya memberi pengaruh dalam misi Allah. Memperbaharui
komunitas agar selaras kepada panggilan gereja di dalam misi. Memikirkan apa yang
37. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 28-30. 38. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 28-30. 39. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 30-31. 40. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 30-31. 41. J. Todd Billings, "What Makes a Church Missional?," Christianity Today.
https://www.christianitytoday.com/ct/2008/march/16.56.html (diakses 9 November 2018). 42. Guder, Missional Church, 46. 43. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 44.
11
perlu di ubah untuk melibatkan orang-orang dalam komunitas bahwa misi gereja,
adalah bagian dari tanggung jawab kehidupan mereka sebagai umat Allah.44
Darrell L. Guder dkk45 menyampaikan “Gereja di Amerika Utara memahami
bahwa gereja adalah tempat membuat kegiatan dan program pelayanan untuk umat
Allah yang ada di dalam gereja, semuanya berfokus ke dalam tidak ada
keterkaitannya dengan panggilan gereja yang diutus untuk melaksanakan misi Allah
di dalam dunia.”46 Konsep gereja misional menekankan, misi bukanlah sesuatu yang
dilakukan oleh gereja hanya sebagai bagian dari program.47 Panggilan dan tindakan
Allah membentuk identitas gereja, misi gereja didasarkan pada misi Allah di dunia.48
“Konteks yang terjadi di Amerika Utara juga menghadapi para pemimpin
gereja, yang mengaku bahwa mereka tahu bagaimana membangun program gereja
dan mempromosikan kegiatan gereja, tetapi gagal membawa jemaat untuk
memahami bahwa keberadaan mereka melaksanakan misi Allah.”49
Konsep gereja misional juga menekankan bagaimana seharusnya gereja
harus kontekstual. Mereka menghadapi konteks di mana kelangsungan hidup gereja,
tidak menjadi berkat kepada orang-orang yang memiliki keyakinan yang berbeda,
kehidupan umat malah tidak mencerminkan dirinya sebagai umat Allah.50 Gereja
pada saat ini telah lalai untuk menerjemahkan apa yang disampaikan Alkitab, bahwa
44. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 20. 45. Ketika menyebut Guder dkk, penulis merujuk kepada keenam penulis yang bersama-
sama bergabung untuk penulisan buku Missional Church: A Vision for Sending of the Church in North America. Buku ini adalah hasil penelitian yang memperkenalkan konsep gereja misional. Keenam penulis itu adalah: Darrell L. Guder, Lois Barret, Inagrace T. Dietrich, George R. Hunsberger, Alan J. Roxburgh, Craig Van Gelder.
46. Guder, Missional Church, 44. 47. Guder, Missional Church, 82. 48. Guder, Missional Church, 82. 49. Roxburgh dan Boren, Introducing The Missional Church, 52. 50. Guder, Missional Church, 78-79.
12
sesungguhnya gereja kontekstual dan relevan, dengan waktu dan tempat gereja saat
ini.51
Konsep gereja misional menekankan bahwa gereja berhubungan terus-
menerus dan dinamis baik dengan Injil maupun dengan realitas kontekstualnya.52
Maka penting bagi gereja untuk mempelajari konteksnya dengan cermat dan
memahaminya. Dalam berkelanjutannya kehidupan gereja tetap kembali kepada
kontekstualisasi, karena setiap orang hidup dalam budaya, maka studi kepedulian
gereja tentang konteksnya akan menolong gereja untuk menerjemahkan kebenaran
Injil sebagai kabar baik bagi masyarakat di mana gereja di utus.53
Pokok Permasalahan
1. Gereja seringkali melupakan esensi keberadaannya atau belum memiliki
konsep yang memadai tentang panggilannya, yaitu untuk melaksanakan misi
Allah Tritunggal di tengah-tengah dunia. Konsep yang kurang memadai ini
memengaruhi praksis-praksis misi yang dikerjakan oleh gereja
2. Praksis misi gereja seringkali dijalankan dengan berat sebelah, dibatasi pada
pelaksanaan misi ke tempat-tempat yang jauh, padahal misi seharusnya juga
dikerjakan secara inkarnasioanal dan kontekstual di tempat di mana gereja
dan jemaat berada.
3. Misi belum menjadi kegerakan bagi seluruh jemaat. Misi hanya dilakukan
dan dikerjakan oleh departemen misi, komisi Pekabaran Injil, aktivis atau
51. Guder, Missional Church, 78-79. 52. Guder, Missional Church, 18. 53. Guder, Missional Church, 18.
13
jemaat yang berminat saja. Padahal jika gereja sungguh-sunguh menyadari
esensi gereja dalam melaksanakan misi, gereja tidak hanya melibatkan
segelintir orang melainkan seluruh jemaat.
Tujuan Penulisan
Maka dengan demikian penulisan ini bertujuan:
1. Memperkenalkan konsep gereja misional dari perspektif historis dan
teologis sebagai jawaban atas masalah terkait dengan pemahaman dan
pelaksanaan misi di gereja.
2. Menjelaskan konsep tentang misi gereja sebagaimana dipahami oleh
gerakan gereja misional.
3. Memperlihatkan implikasi-implikasi konsep gereja misional tentang misi
gereja dalam praksis-praksis misi yang dikerjakan oleh gereja dan yang
melibatkan seluruh jemaat.
Pembatasan Penulisan
Skripsi ini hanya membahas tentang konsep misi gereja menurut gerakan
gereja misional dan implikasi pada praksis misi gereja. Skripsi ini tidak memberikan
suatu model bagaimana gereja melaksanakan misi yang ideal, karena konsep gereja
misional bertujuan untuk menyuarakan agar gereja kembali mengingat
keberadaannya untuk melaksanakan misi Allah.
14
Metodologi Penulisan
Penelitian ini akan dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif, di mana
penulis akan melakukan studi pustaka yang mencakup buku, artikel, jurnal, dan
website yang berkaitan dengan topik yang diangkat, konsep gereja misional dan
implikasinya terhadap praksis misi gereja.
Sistematika Penulisan
Skripsi ini ditulis dalam lima bab. Bab pertama isinya menunjukkan bahwa
gereja seharusnya mendasari keberadaanya dipanggil untuk melaksanakan misi
Allah, tetapi yang terjadi gereja tidak mendasari dan memahami keberadaan gereja
sesungguhnya dipanggil untuk melaksanakan misi Allah. Konsep gereja misional
menegaskan kepada gereja pentingnya mendasari keberadaan gereja dipanggil dan
diutus mengemban misi Allah di dalam dunia. Bab kedua akan membahas tentang
latar belakang historis dan teologis gerakan gereja misional. Bab ketiga membahas
misi gereja dalam pandangan gerakan gereja misional. Bab keempat membahas
implikasi konsep gereja misional terhadap praksis misi di gereja. Bab kelima akan
diisi dengan bagian penutup, berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan melalui penulisan ini.
99
BAB LIMA
KESIMPULAN
Dalam penulisan yang telah dilakukan tentang konsep gereja misional, dapat
disimpulkan bahwa konsep ini dapat menjadi jawaban dari permasalahan yang
diangkat. Alan J. Roxburgh dan M. Scott Boren membahas khusus dalam satu bagian
bab bukunya Introducing The Missional Church bahwa konsep gereja misional dapat
diterapkan dalam gereja di manapun, dalam berbagai bentuk, tradisi, struktur,
gereja besar maupun gereja kecil.1
Berdasarkan pengalaman Roxburgh sebagai salah seorang tim penulis gereja
misional, pada saat konsep gereja misional ini dikenal dan menjadi populer, orang-
orang dari berbagai denominasi bertanya apakah gereja mereka bisa menerapkan
konsep gereja misional. Ketika diperhadapkan dengan pertanyaan ini, ia
menegaskan bahwa konsep gereja misional adalah sesuatu yang tidak memecah
belah gereja, konsep gereja misional hadir bukan untuk membuat denominasi baru,
tetapi konsep gereja misional hadir untuk mencari cara untuk menjadi gereja, dalam
berbagai tantangan gereja pada hari ini.2 Darrel L. Guder sebagai pelopor konsep
gereja misional menyampaikan bahwa tujuan hadirnya gereja misional adalah untuk
mengingatkan gereja bahwa keberadaannya, diutus untuk melaksanakan misi Allah
1. Alan J. Roxburgh dan M. Scott Boren, Introducing the Missional Church: What It Is, Why It
Matters, How to Become One (Grand Rapids: BakerBooks, 2009), 49. 2. Roxburgh dan Boren, Introducing the Missional Church, 48.
100
di dalam dunia.3 Gereja menjalani panggilannya melaksanakan misi Allah, sangat
ditentukan apakah gereja memahami tujuan keberadaan gereja. Banyak gereja tidak
melaksanakan misi, ada juga gereja yang melaksanakan misi tetapi hanya sebagai
sebuah program bukan karena dasar panggilan gereja, hal ini dikarenakan karena
belum memahami sepenuhnya tujuan Allah bagi gereja.
Konsep gereja misional memberikan penegasan bahwa misi yang
dilaksanakan oleh gereja berfokus kepada orang yang belum percaya,
mempertimbangkan konteks kehidupan dan keberadaan mereka. Pelaksanaan misi
tidak hanya di tempat yang jauh, tetapi di mana gereja ditempatkan di situlah gereja
melaksanakan misi Allah. Konsep gereja misional menyampaikan gereja
melaksanakan misi Allah dipengaruhi sangat kuat oleh gereja yang memahami
keberadaannya, pemimpin menyadari hakikat gereja untuk melaksanakan misi
Allah, pelayanan dalam gereja membawa jemaat memahami bahwa mereka terlibat
dalam misi Allah, kegiatan di dalam gereja bukan hanya menumbuhkan iman
seorang Kristen, tetapi pertumbuhan iman orang Kristen terhubung kepada
panggilan mereka untuk terlibat dalam misi Allah.
Penulis menemukan jika gereja mengadopsi konsep gereja misional, maka
misi gereja akan berubah, karena konsep gereja misional terutama memberikan
pemahaman bahwa gereja dan orang Kristen dipanggil untuk melaksanakan misi
Allah di dunia. Gereja dan orang Kristen memahami bahwa mereka memiliki
tanggung jawab yang besar untuk terlibat dalam misi Allah.
3. Darrell L. Guder, ed., Missional Church: A Vision for the Sending of the Church in North
America (Grand Rapids: Eerdmans, 1998), 12.