Post on 08-Feb-2016
description
Ruang Lingkup Fisik, Kimia dan Biologi Lingkungan
Kegiatan pembangunan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengubah
sesuatu keadaan tertentu menjadi keadaan yang lebih baik, sehingga dapat
mensejahterakan manusia. Namun di dalam pembangunan yang memuat unsur
perubahan itu dapat menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan, sedangkan hal
yang pokok dalam lingkungan adalah keseimbangan antarkomponen-komponen
lingkungan. Karena itu, bila di dalam lingkungan tidak terjadi keseimbangan antar
komponen-komponen lingkungan, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.
Pemahaman terhadap hakikat lingkungan ini masih banyak yang tidak disadari
manusia sehingga mengakibatkan kesalahan pada waktu menentukan perencanaan,
pelaksanaan, dan pasca kegiatan pembangunan. Dalam prinsip pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, maka pembangunan yang dilakukan
dengan pendekatan lingkungan artinya tidak menolak bila sumber daya alam
diolah untuk kesejahteraan manusia, tetapi kesejahteraan manusia yang
dimaksudkan di sini adalah kesejahteraan manusia untuk masa kini dan masa
mendatang. Karena itu, dalam pembangunan ini harus diperhatikan hakikat
lingkungan. Selanjutnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dapat berhasil dilakukan bila sumber daya manusia, alam, dan
teknologi dapat ditingkatkan dengan nilai tambah, yang diukur melalui keuntungan
finansiil dan non-finansiil. Keseimbangan dalam lingkungan dapat terjadi karena
adanya keterkaitan antar- komponen-komponen lingkungan yang membentuk
sistem ekologi atau ekosistem. Ada 2 (dua) macam ekosistem yaitu ekosistem
alamiah dan ekosistem buatan. Perbedaan antara keduanya adalah keterlibatan
(peranan dan kedudukan) manusia di dalamnya. Ekosistem alamiah lebih stabil
dibandingkan dengan ekosistem buatan, karena ekosistem alamiah lebih heterogen
dan keterlibatan manusia di dalamnya tidak mendominasi komponen lingkungan
yang lain.
Perubahan dan Perkembangan Lingkungan Hidup
Sistem produksi dalam ekosistem adalah serangkaian proses daur materi dan aliran
energi. Produksi primer dari suatu sistem berasal dari fotosintesis dan hasilnya
adalah C6H12O6 (glukosa). Proses fotosintesis ini dilakukan oleh tumbuhan
sehingga tumbuhan disebut produsen, sedangkan hewan yang memakan tumbuhan
disebut konsumen. Konsumen ini mempunyai beberapa tingkat trofik, tingkat
I/primer disebut herbivora dan tingkat II/sekunder disebut karnivora. Rangkaian
proses dalam produksi dan konsumsi ini disebut rantai makanan, sedang seluruh
sistem itu disebut jaring-jaring makanan. Pada tingkat trofik I, tanaman
menghasilkan bahan organik yang disebut biomas. Biomas pada beberapa tingkat
trofik akan membentuk suatu piramid yang disebut piramid biomas. Karena
biomas dan energi adalah ekuivalen, maka energi juga akan membentuk piramid
energi. Baik piramid energi maupun piramid biomas dinamakan piramid ekologi.
Prinsip ekologi yang kedua adalah tentang keanekaragaman hayati (biodiversity).
Keanekaragaman hayati berkembang dari berbagai tingkat keanekaragaman yaitu
keanekaragaman hayati tingkat gen, tingkat jenis/spesies, dan tingkat ekosistem.
Keanekaragaman tingkat gen terjadi karena adanya keanekaragaman susunan
perangkat gen, yang menentukan ciri atau sifat suatu individu, sehingga
menimbulkan keanekaragaman individu dalam satu spesies. Keanekaragaman
tingkat jenis memperlihatkan adanya variasi bentuk dan kenampakan antara
jenis/spesies yang satu dengan lainnya. Keanekaragaman tingkat ekosistem terjadi
karena adanya keanekaragaman ekosistem yang terbentuk dari perbedaan
kemampuan berinteraksi antara individu atau spesies dengan lingkungannya.
Kedudukan Fisik, Kimia, dan Biologi Lingkungan dalam Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan merupakan ilmu antardisiplin sehingga banyak ilmu-ilmu lain
yang mendasarinya. Ada 3 (tiga) bidang ilmu yang menjadi dasar ilmu lingkungan
yaitu ekologi, ekonomi, dan geografi. Secara garis besar ilmu lingkungan dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu Kimia-Fisik Lingkungan,
Biologi Lingkungan dan Sosekbud Lingkungan. Namun demikian, pembicaraan
pada Kegiatan Belajar 3 ini hanya berkisar pada Kimia-Fisik dan Biologi
Lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dicari batasan-batasan yang
dapat dilakukan untuk memilahkan dengan sosekbud lingkungan. Kesulitan dalam
memilahkan Kimia-Fisik-Biologi Lingkungan dengan Sosekbud Lingkungan karena
komponen-komponen lingkungan selalu terjalin dalam suatu sistem. Dengan
demikian hanya bisa dikatakan bahwa bila sesuatu permasalahan lingkungan
hanya berkisar pada permasalahan sosial-ekonomi dan budaya (lingkungan binaan)
saja maka pembicaraan ini tidak termasuk dalam ruang lingkup matakuliah ini.
Ruang lingkup pembahasan Kimia-Fisik-Biologi Lingkungan berkisar antara
organisme, ekologi dan habitat. Organisme adalah suatu satuan struktur yang
membangun suatu kehidupan misal ; organisme pohon pisang dan organisme
hewan ulat. Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Dalam
ekologi, organisme dipelajari dalam unit populasi. Selanjutnya tempat tinggal suatu
organisme hidup disebut habitat. Habitat itu tersusun atas faktor-faktor lingkungan
yang banyak dan beranekaragam yang mempunyai pengaruh pada kehidupan yang
ada didalamnya, dan faktor-faktor itu sendiri berinteraksi dengan sangat rumit.
BEBERAPA PRINSIP EKOLOGI
Rantai makanan dan jaring-jaring Makanan
Antara materi dan energi sulit dipisahkan karena di dalam materi terdapat energi.
Energi merupakan segala sesuatu yang menghasilkan benda atau sumberdaya lain,
sedangkan benda adalah materi. Karena itu, mangga, durian, dan pisang adalah
materi. Namun demikian, apabila didefinisikan kurang lebih bahwa materi adalah
sesuatu yang memerlukan tempat dan mempunyai massa, sedangkan energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Beberapa contoh bentuk
energi adalah energi panas, listrik, cahaya, bunyi, mekanik, dan nuklir. Selain itu,
energi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu energi potensial dan energi
kinetik. Energi potensial adalah energi untuk menentukan tempat, sedangkan
energi kinetik adalah energi untuk bergerak. Sumber energi ada 2 (dua) yaitu
sebagai berikut.
1. Sumber energi tak terbarui (non renewable) yaitu sumber energi fosil (misalnya:
minyak bumi) dan nuklir.
2. Sumber energi terbarui (renewable) yaitu sumber energi bukan fosil, misalnya:
tenaga air dan tenaga angin.
Dalam ekosistem, energi akan mengalami aliran sehingga disebut aliran energi,
sedangkan materi akan mengalami daur sehingga disebut daur materi. Dalam
biosfer terjadi proses-proses kimia, fisik, dan biologi yang silih berganti atau
bersamaan dan berulang balik sehingga disebut daur biogeokimia. Hukum yang
sangat penting dalam hubungannya dengan daur materi dan aliran energi adalah
hukum termodinamika. Hukum termodinamika terdiri dari 4 (empat) hukum.
Hukum termodinamika yang erat kaitannya dengan masalah lingkungan ada 2
(dua) yaitu sebagai berikut.
1. Hukum pertama termodinamika, yang disebutkan dalam hukum ini bahwa
energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan hanya mengalami transformasi.
Hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi atau hukum konservasi energi.
2. Hukum kedua termodinamika, yang dikatakan bahwa proses energi tidak pernah
spontan dan proses transformasi energi tidak ada yang terjadi dengan 100% efisien,
sehingga setiap proses pemakaian energi selalu ada sisa energi yang tidak terpakai
(entropi). Karena itu, hukum kedua termodinamika ini disebut juga hukum entropi.
Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Proses biogeokimia merupakan proses-proses kimia, fisik, dan biologi yang silih
berganti atau bersamaan di dalam biosfer, yang merupakan persinggungan antara
komponen-komponen habitat yaitu tanah/batuan, air, dan atmosfer. Proses ini
berulang-balik terjadi sehingga disebut daur biogeokimia. Ada 2 (dua) kutub di
dalam daur unsur/senyawa kimia yaitu kutub cadangan dan kutub pertukaran atau
kutub peredaran. Selanjutnya dari segi biosfer, daur biogeokimia terdiri dari 2
(dua) kelompok dasar yaitu tipe gas dan tipe sedimen. Dalam daur biogeokimia
terdapat 3 (tiga) sistem yaitu produksi, konsumsi, dan dekomposisi. Produsen dan
konsumen dapat mengalami dekomposisi menjadi bahan organik yang lebih
sederhana. Proses produksi dibedakan dalam tingkatan yang disebut tingkat trofik
yang disusun dalam piramida trofik. Semakin rendah tingkat trofiknya semakin
sedikit limbah yang terbentuk. Ada banyak unsur/senyawa anorganik mengalir
secara daur di dalam ekosistem. Kelompok yang terpenting dari unsur-unsur ini
adalah hidrogen, karbon, fosfor, nitrogen, oksigen, dan sulfur. Namun demikian,
yang paling penting adalah daur yang mengikutsertakan karbon (C), nitrogen (N),
dan fosfor (P).
Supaya manusia dapat memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhannya, maka
manusia harus mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk energi lainnya. Salah
satu contohnya adalah apabila ingin memasak makanan dengan minyak tanah,
maka energi kimia yang tersimpan di dalam minyak bumi harus diubah dulu
menjadi energi panas dan energi cahaya. Untuk memperoleh energi listrik yang
besar dari tenaga yang terkandung di dalam air, maka manusia dapat membuat
bendungan sehingga membentuk danau dengan cara mengikuti prinsip pembangkit
listrik tenaga air (PLTA). Namun yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
danau/bendungan air khususnya di Pulau Jawa adalah akan menggusur lahan dan
permukiman penduduk. Kalau hal ini tidak diperhatikan, maka dapat
menimbulkan dampak lingkungan sosial. Alternatif untuk memperoleh energi
listrik yang sangat besar adalah dengan memanfaatkan tenaga nuklir dengan cara
mengikuti prinsip pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Namun masalah
lingkungan yaitu limbah nuklir harus menjadi prioritas dalam merencanakan
pembangunan PLTN, karena alternatifnya hanyalah menyimpan di dalam tanah.
Selain dampak lingkungan terhadap tanah akibat limbah nuklir tersebut, maka
dampak terhadap perairan akibat eksploitasi minyak bumi dan dampak terhadap
udara/iklim (masalah hujan asam dan pemanasan global) akibat pembakaran
sumber energi fosil juga harus diperhatikan dalam pemanfaatan energi.
fAKTOR PEMBEBASAN DI DALAM EKOSISTEM
Keterbatasan dan toleransi di dalam ekosistem
Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu
faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat
menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor
lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas
organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas. Justus Von Liebig
adalah salah seorang pioner dalam hal mempelajari pengaruh macam-macam
faktor terhadap pertumbuhan organisme, dalam hal ini adalah tanaman. Liebig
menemukan pada tanaman percobaannya bahwa pertumbuhan tanaman akan
terbatas karena terbatasnya unsur hara yang diperlukan dalam jumlah kecil dan
ketersediaan di alam hanya sedikit. Oleh karena itu, Liebig menyatakan di dalam
Hukum Minimum Liebig yaitu: “Pertumbuhan tanaman tergantung pada unsur
atau senyawa yang berada dalam keadaan minimum”. Organisme mempunyai
batas maksimum dan minimum ekologi, yaitu kisaran toleransi dan ini merupakan
konsep hukum toleransi Shelford. Di dalam hukum toleransi Shelford dikatakan
bahwa besar populasi dan penyebaran suatu jenis makhluk hidup dapat
dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas toleransi maksimum atau
minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi atau makhluk hidup itu
akan berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga apabila melampaui batas itu
yaitu lebih rendah dari batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari batas
toleransi maksimum, maka makhluk hidup itu akan mati dan populasinya akan
punah dari sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat toleransi sering dipakai
istilah steno untuk sempit dan euri untuk luas. Cahaya, temperatur dan air secara
ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting untuk daratan, sedangkan
cahaya, temperatur dan kadar garam merupakan faktor lingkungan yang penting
untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak hanya merupakan faktor pembatas
dalam arti yang merugikan akan tetapi juga merupakan faktor pengatur dalam arti
yang menguntungkan sehingga komunitas selalu dalam keadaan keseimbangan
atau homeostatis.
Faktor Fisik Sebagai Faktor Pembatas, Lingkungan Mikro dan Indikator Ekologi
Lingkungan mikro merupakan suatu habitat organisme yang mempunyai
hubungan faktor-faktor fisiknya dengan lingkungan sekitar yang banyak
dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro ini
dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor lingkungan sering
menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu
faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu
daerah, maka sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari
organisme yang ditemukan pada suatu daerah. Organisme inilah yang disebut
indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan indikator biologi adalah:
a) umumnya organisme steno, yang merupakan indikator yang lebih baik daripada
organisme euri. Jenis tanaman indikator ini sering bukan merupakan organisme
yang terbanyak dalam suatu komunitas.
b) spesies atau jenis yang besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik
dari pada spesies yang kecil, karena spesies dengan anggota organisme yang besar
mempunyai biomassa yang besar pada umumnya lebih stabil. Juga karena turnover
rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak
ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai indikator
ekologi.
c) sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan
sebagai indikator, seharusnya kelimpahannya di alam telah diketahui terlebih
dahulu.
d) semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas seringkali
menjadi faktor yang semakin baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu
spesies.
PROSES DAUR MATERI DAN ENERGI
Aliran Energi dan Daur Materi di Dalam Ekosistem
Tanah dapat ditafsirkan dari beberapa sudut pandang. Pengertian tanah dalam arti
sempit merupakan terjemahan dari soil, sedangkan pengertian tanah dalam arti
luas merupakan terjemahan dari land (lahan). Dalam pengertian soil dan land ini,
maka soil adalah bagian dari land. Sebagai contohnya pengertian tanah pertanian
dan lahan pertanian. Tanah pertanian dapat dikatakan sebagai media tumbuh bagi
tumbuh-tumbuhan, sedangkan lahan pertanian meliputi tanah (pertanian), air
(irigasi dan hujan), udara (iklim/cuaca), tumbuhan (yang dibudidayakan dan yang
tidak dibudidayakan), dan batuan induk. Proses pembentukan tanah dipengaruhi
oleh 5 (lima) faktor yaitu batuan induk, organisme, iklim, relief, dan waktu. Proses
pembentukan tanah ini dapat ditulis menjadi: T = f (b, o, i, r, w)
T = tanah (soil)
f = fungsi (merupakan hasil kerjasama antara)
b = batuan induk (parent rock)
o = organisme (organism)
i = iklim (climate)
r = relief (bentuk wilayah)
w = waktu (time)
Penampang vertikal tubuh tanah yang merupakan tubuh alam 3 (tiga) dimensi
disebut profil tanah, dan pada profil tanah nampak adanya lapisan-lapisan tanah
yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah disebut horison tanah.
Selanjutnya bahan-bahan galir (tak padu) yang terletak di atas batuan dasar (bed
rock) disebut “regolith” yang memiliki tebal beberapa cm sampai beberapa m.
Berdasarkan kandungan bahan organik, tanah dibedakan menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu sebagai berikut.
1. Tanah mineral
Tanah mineral yaitu tanah-tanah yang kandungan bahan organiknya kurang dari
20% atau tanah yang mempunyai lapisan organik dengan ketebalan kurang dari 30
cm (diukur dari permukaan tanah). Tanah mineral terbentuk dari bahan induk
batuan yang tersusun dari mineral-mineral, sehingga yang banyak menentukan
karakteristik tanah mineral adalah mineral penyusun batuan.
2. Tanah organik
Tanah organik yaitu tanah yang kandungan bahan organiknya lebih dari 65%, atau
hingga kedalaman 1 meter apabila tanah belum diolah. Tanah organik terbentuk
dari bahan induk organik atau sisa-sisa tumbuhan, sehingga karakteristik tanah
tergantung komposisi botani tumbuhan asal yang menjadi bahan induk tanah
organik. Ada berbagai macam fungsi tanah, dan salah satu fungsi tanah dalam
aspek lingkungan adalah dapat berfungsi dalam penanggulangan limbah yaitu
sebagai penyaring (filter), penyangga (buffer), dan sistem alihrupa (transformation
system).
Proses dan Daur Biogeokimia
Dasar untuk mengklasifikasikan tanah ada beberapa macam, antara lain adalah
atas dasar tanaman pertanian yang dapat tumbuh dengan baik, tumbuhan bukan
pertanian, dan sifat-sifat fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang mula-mula
digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan tanah adalah tekstur tanah. Hal
ini karena selain hubungannya yang sangat erat antara tanaman dengan tekstur
tanah, juga tekstur tanah dapat secara mudah ditetapkan melalui rabaan tangan.
Sifat-sifat fisik tanah memegang peranan penting dalam hubungannya dengan
kesuburan dan produktivitas tanah. Karena itu, sifat fisik tanah akan
mempengaruhi kualitas tanah, sedangkan kualitas tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Beberapa sifat fisik tanah yang terpenting
adalah tekstur, struktur, warna, suhu, porositas, dan konsistensi tanah. Secara
kualitatif, tekstur tanah dapat dikatakan merupakan tingkat kekasaran atau
kehalusan dari partikel-partikel tanah, sedangkan secara kuantitatif tekstur tanah
merupakan distribusi ukuran-ukuran partikel (pasir, debu, dan lempung) yang
terdapat dalam tekstur tersebut. Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara yaitu secara kualitatif (lapang) dan kuantitatif (laboratorium). Untuk
penetapan tekstur tanah dengan metode laboratorium dilakukan dengan bantuan
gambar “Diagram Segitiga Tekstur Tanah” dari USDA. Struktur tanah merupakan
susunan butir-butir tanah dalam ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang yang
disebut agregat. Salah satu parameter untuk mengukur struktur tanah yang baik
yaitu kemantapan agregat. Struktur tanah dapat digolongkan menurut tipe, kelas,
dan derajat struktur. Sifat fisik tanah yang lain adalah warna tanah dan suhu
tanah. Warna tanah dipengaruhi oleh kadar lengas dan tingkat hidratasi, kadar
bahan organik, dan kadar serta kualitas mineral. Suhu tanah dipengaruhi oleh
keadaan atmosfer, posisi permukaan bumi, letak lintang dan ketinggian tempat,
serta faktor tanah dan vegetasi penutup tanah. Porositas tanah merupakan
persentase volume pori-pori yang ada dalam tanah dibanding volume massa tanah.
Porositas akan menentukan besarnya infiltrasi dan perkolasi di dalam tanah.
Konsistensi tanah merupakan daya tahan tanah terhadap pengaruh-pengaruh luar
yang akan mengubah keadaannya. Ada 2 (dua) kekuatan yang bekerja pada
konsistensi tanah yaitu gaya kohesi dan adhesi. Cara penetapan konsistensi ada 2
(dua) macam yaitu secara lapang (kualitatif dan kuantitatif) dan secara
laboratorium (kuantitatif
Koloid tanah merupakan bagian paling aktif dari tanah yang berperan dalam
menyerap dan mempertukarkan ion. Berdasarkan sumbernya, koloid dibedakan
menjadi koloid mineral (koloid lempung) dan koloid organik (koloid humus).
Koloid lempung tersusun dari mineral-mineral lempung seperti kaolinit,
montmorillonit, dan illit, sedangkan koloid humus terbentuk sebagai hasil proses
humifikasi yang merupakan proses perombakan dan penguraian bahan organik.
Unsur kimia (unsur hara) yang diperlukan tanaman hanya 16 (enam belas) macam,
yang terbagi dalam 2 (dua) golongan yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur
hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak,
terdiri dari C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg, sedangkan unsur hara mikro adalah
unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, terdiri dari Fe, Cl, Mn,
Cu, Zn, Mo, dan Bo. Reaksi tanah atau pH tanah di lapang, dibagi menjadi 3
keadaan yaitu reaksi tanah masam, netral, dan basa atau alkali. Reaksi tanah ini
secara umum dinyatakan dengan pH tanah yaitu dari nilai 0 sampai dengan 14,
yang dirumuskan sebagai berikut.
pH = – log H+
pH tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada pH
tanah netral, yaitu pH 6,5 – 7,5, maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang
cukup banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka ketersediaan unsur-
unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium, dan molibdenium menurun
dengan cepat, sedangkan pH tanah lebih besar dari 8,0 akan menyebabkan unsur-
unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga, dan seng ketersediaannya relatif
jadi sedikit.
DQPUW M4
DASAR-DASAR KIMIA LINGKUNGAN
Dasar-dasar Kimia Lingkungan
Air di bumi jumlahnya 1.360.000 km3 yang terdiri dari air di daratan 37.800 km3
(2.8%), air di atmosfer 13 km3 (0.001%), dan air di lautan 1.320.000 km3 (97.3%).
Siklus hidrologi dimulai dari air hujan yang jatuh di bumi:
1. di udara sebagian menguap
2. jatuh ke permukaan bumi menjadi larian, kemudian masuk ke sungai dan
akhirnya ke laut, akhirnya menguap
3. jatuh ke permukaan tetapi meresap ke dalam tanah, kemudian keluar sebagai
mata air dan ke sungai
4. tertahan oleh tajuk-tajuk pohon (intersepsi), sebagian menguap, dan sebagian
masuk ke tanah sebagai infiltrasi.
Neraca air (water balance) adalah hubungan antara kelebihan dan kekurangan air
di suatu daerah untuk suatu periode tertentu. Dalam neraca air terdapat hubungan
keseimbangan curah hujan, penguapan, dan debit air yang terdiri dari air
permukaan dan air tanah. Aliran mantap adalah aliran yang selalu tersedia di
setiap waktu pada tahun rata-rata. Aliran mantap ini berupa aliran rendah yang
besarnya sekitar 25 – 35% dari jumlah aliran tetap. Besarnya aliran mantap di
Indonesia adalah 702.824 juta m3/th. Kebutuhan air yang paling utama adalah
untuk mendukung kehidupan manusia dari segala kegiatan ekonomi yaitu untuk
kebutuhan domestik (rumah tangga) 40%, industri 7%, irigasi 50%, pembangkit
tenaga listrik 2%, pariwisata 1%. Permasalahan air meliputi: pertambahan
penduduk, meningkatkan kesempatan kerja, kebutuhan pangan, pencemaran, dan
konflik air. Dalam pengelolaan air, dimensi yang digunakan adalah manajerial dan
administratif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah suplay demand dan
demand manajemen, dan lingkup pengelolaan meliputi: pengelolaan data sumber
daya air, pengalokasian air, pengelolaan kualitas, pengelolaan banjir, pemantapan
operasi dan pemeliharaan, peningkatan kelembagaan, dan pendanaan.
Pencemaran
Rumus kimia air adalah H2O + X, di mana X merupakan zat-zat yang dihasilkan
air buangan oleh aktivitas manusia, dan menimbulkan hal-hal: pengaruh toksisitas,
dan pengaruh reaksi-reaksi yang ditimbulkan pada berbagai penggunaan. Unsur-
unsur kimia yang terkandung dan larut dalam air dan menimbulkan efek gangguan
bagi mata rantai kehidupan dapat dibagi menjadi dua yaitu: kimia anorganik yang
terdiri dari: pH, Mangan (Mn), Besi (Fe), Kalsium (Ca), Clorida (Cl), Natrium (Na),
Flour (F), Arsen (As), Air raksa (Hg), Seng (Zn), barium (Br), Cadmium (Cd),
Timah hitam (Pb), Nitrat (NO3), Crom (Cr), Selenium (Sc), tembaga (Cu), Silikon
(Si), sulfat (SO4), sulfida (H2S), dan kimia organik yang terdiri dari: aldrin dan
dieldrin, benzen, heptaclor dan hepaclor. Berdasarkan peruntukannya air
digolongkan menjadi 4 yaitu: Golongan A, air untuk air minum tanpa pengolahan
terlebih dahulu; Golongan B, air diperuntukkan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan air rumah tangga; Golongan C, air yang diperuntukkan
bagi peternakan dan perikanan; Golongan D, air yang diperuntukkan bagi
perkotaan, industri, listrik dan tenaga air. Sifat fisik air meliputi: temperatur
(suhu), warna, kekeruhan, rasa dan bau, serta padatan terlarut (tersuspensi).
Kandungan mikrobiologi air adalah: coli tinja dan total coliforms.
Pencemaran adalah: perubahan kualitas suatu perairan akibat kegiatan manusia,
yang pada gilirannya akan mengganggu kehidupan manusia itu sendiri ataupun
mahluk hidup lainnya. Berdasarkan sumbernya bentuk pencemaran dapat
dibedakan menjadi: point sources, dan non point sources. Berdasarkan kegiatan
utama, hal-hal yang dapat menimbulkan pencemaran air adalah: kegiatan
domestik, industri, dan pertanian. Zat-zat yang dapat mencemari badan air adalah:
organik pathogen, limbah organik biodegradable, bahan anorganik yang larut
dalam air, zat hara tanaman, bahan kimia yang dapat larut dan tidak larut,
sedimen, zat-zat radio aktif, dan pencemaran thermal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dampak pencemaran: kemampuan pengenceran pencemaran,
konsentrasi terlarut pada badan air, jenis polusi, dan struktur fisik sungai. Proses
dalam pencemaran air meliputi: fase degradasi, fase dekomposisi, fase rehabilitasi,
dan fase penjernihan. Indikator dalam proses pemulihan terhadap badan air yang
mengalami pencemaran tunggal (single pollution) dapat dilihat melalui perubahan
secara fisik, chemis, maupun biologis.
DASAR-DASAR BIOLOGI LINGKUNGAN
Biologi Terestorial
Faktor-faktor yang mempengaruhi watak iklim di Indonesia antara lain yaitu
sebagai berikut.
1. Kedudukan matahari yang berubah-ubah.
2. Wilayah Indonesia terdiri atas pulau-pulau.
3. Terdapat gunung-gunung yang tinggi di wilayah Indonesia.
Ada perbedaan pengertian antara iklim dan cuaca, namun demikian ada kesamaan
unsur-unsur (anasir) penyusunnya. Unsur-unsur penyusun iklim atau cuaca antara
lain adalah suhu udara, kelembaban udara, angin, tekanan udara, curah hujan, dan
radiasi matahari. Suhu udara diukur dengan alat termometer, dan satuan yang
dapat digunakan dalam pengukuran suhu udara adalah derajat Celcius ( C),
derajat Fahrenheit ( F), derajat Kelvin ( K), dan derajat Reamur ( R). Namun
demikian, satuan derajat Celcius merupakan satuan yang paling umum digunakan,
sedangkan derajat Reamur merupakan satuan yang sangat jarang digunakan.
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air yang ada di udara. Ada
beberapa istilah kelembaban udara yaitu sebagai berikut.
1. Kelembaban mutlak, satuannya dalam gram/m3.
2. Kelembaban spesifik, satuannya dalam gram/kilogram.
3. Kelembaban relatif, satuannya dalam %.
Angin adalah massa udara yang bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke
tempat yang bertekanan rendah. Data klimatologi tentang kecepatan angin adalah
kecepatan angin horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang
ditanami dengan rumput, dan umumnya dinyatakan dalam m/det. Tekanan udara
adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya pada tiap-tiap 1 cm2
bidang mendatar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer. Ada hubungan
antara tekanan udara dengan kenaikan tinggi tempat dari permukaan bumi, yaitu
dengan naiknya ketinggian dari permukaan bumi akan semakin rendah tekanan
udaranya. Satuan tekanan udara yang digunakan adalah atmosfer (atm), milimeter
kolom air raksa (mm Hg), dan milibar (mbar). Radiasi matahari yang sampai
permukaan bumi pada umumnya berupa sinar dengan gelombang pendek yang
disebut insolasi (insolation). Radiasi yang sampai di permukaan bumi sebagian
dipantulkan dan sebagian lagi diserap bumi. Banyaknya radiasi yang dipantulkan
atau diserap tergantung dari sifat permukaan bumi. Banyaknya radiasi yang
dipantulkan disebut albedo. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang
berbentuk cair, dan tetesan-tetesan air yang jatuh mempunyai diameter bervariasi
dari 0,5 – 4,0 mm. Hujan dapat digolongkan menjadi beberapa tipe hujan yaitu
hujan konveksi, orografis, frontal, dan konvergen. Satuan yang digunakan untuk
mengukur curah hujan adalah milimeter (mm).
Biologi Perairan
Tujuan dan manfaat dibuatnya klasifikasi iklim adalah untuk menyederhanakan
jumlah iklim yang tidak terbatas di permukaan bumi menjadi golongan yang
jumlahnya relatif sedikit. Selain itu, juga untuk memperoleh informasi tentang
iklim di suatu wilayah secara cepat yang sifatnya umum. Ada beberapa klasifikasi
iklim yang dibuat oleh para ahli klimatologi antara lain adalah Koppen, Klages,
Schmidt-Ferguson, Oldeman, dan Mohr. Berikut ini rangkuman tentang klasifikasi
iklim tersebut. Klages membagi belahan bumi menjadi lima daerah berdasar
perbedaan suhu udaranya yaitu sebagai berikut.
1. Daerah tropika
2. Daerah subtropika
3. Daerah sedang
4. Daerah dingin
5. Daerah kutub
Koppen membagi permukaan bumi menjadi lima tipe iklim yaitu sebagai berikut.
1. Iklim hujan tropika (A), yang dibagi lagi menjadi tiga tipe iklim:
a. Tropika basah (Af)
b. Tropika basah (Am)
c. Tropika basah kering (Aw)
2. Iklim kering (B)
a. Steppe (BS)
b. Padang pasir (BW)
3. Iklim sedang (C)
a. Dengan musim panas yang kering (Cs)
b. Tanpa periode kering (Cw)
c. Yang lembab (Cf)
4. Iklim dingin (D)
a. Dengan musim dingin yang kering (Dw)
b. Tanpa periode kering (Df)
5. Iklim kutub (E)
a. Tundra (ET)
b. Es/salju abadi (EF)
c. Tundra tetapi di tempat yang tinggi (ETh)
d. Es/salju abadi tetapi di tempat yang tinggi (EFh)
Atas dasar curah hujan, Mohr membagi permukaan bumi menjadi lima golongan
iklim yaitu sebagai berikut.
1. Daerah basah
2. Daerah agak basah
3. Daerah agak kering
4. Daerah kering
5. Daerah sangat kering
Berdasar nilai koefisien Q (perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering
dengan rata-rata bulan basah), Schmidt-Ferguson membagi menjadi 8 tipe iklim
yaitu sebagai berikut.
1. Tipe A : sangat basah
2. Tipe B : basah
3. Tipe C : agak basah
4. Tipe D : sedang
5. Tipe E : agak kering
6. Tipe F : kering
7. Tipe G : sangat kering
8. Tipe H : luar biasa kering
Atas dasar jumlah bulan basah berturut-turut, Oldeman membuat lima zona
agroklimat (iklim yang dikaitkan dengan budidaya pertanian) yaitu sebagai
berikut.
1. Zona A ( > 9 )
2. Zona B ( 7 – 9 )
3. Zona C ( 5 – 6 )
4. Zona D ( 3 – 4 )
5. Zona E ( < 3 )
LINGKUNGAN HIDUP FISIK
Lingkungan Hidup Daratan
Geomorfologi merupakan subjek dari geografi fisik dan cabang dari geologi, yang
mempunyai arti ilmu yang mempelajari bentuk lahan (landform) yang membentuk
permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut, dan menekankan pada
cara terjadinya dan perkembangannya, serta dalam konteks keruangannya. Teori
pengembangan bentuk lahan dikemukakan oleh Williem Morris Davis yang dikenal
dengan geomorphic cycle. Dalam geomorphic cycle terdapat stage yang artinya
rangkaian geomorphic cycle yang melibatkan denudasi dan siklus kehidupan dari
organisme. Perkembangan landform meliputi: initial surface, youth stage, maturity
stage, old stage, peneplain, dan rejuvination. Perkembangan bentuk lahan secara
umum adalah: a) bentuk lahan asal struktural, b) bentuk lahan yang dipengaruhi
iklim, c) bentuk lahan yang terbentuk oleh erosi, dan d) bentuk lahan asal
deposisional. Secara umum bentuk lahan diklasifikasikan menjadi 4 devisi yaitu:
dataran (plains), bukit (hill), gunung (mountain), dataran dengan area yang berelief
tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk lahan yaitu: iklim, struktur dari
perlapisan, dan waktu. Klasifikasi bentuk lahan yang didasari oleh morfometri,
morfografi, morfogenesa, morfokronologi, dan litologi meliputi: bentuk lahan asal
struktural, bentuk lahan asal vulkanik, bentuk lahan denudasi, bentuk lahan asal
fluvial, bentuk lahan asal marin, bentuk lahan asal glacial, bentuk lahan aeolian,
bentuk lahan asal solutional, dan bentuk lahan asal organik.
Lingkungan Hidup Perairan (1)
Bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, abrasi pantai dan berbagai kejadian
alam yang melanda permukaan bumi akhir-akhir ini tidak terlepas dari terjadinya
kerusakan ekologi. Bahaya lingkungan dapat terjadi secara alami yang disebut
bencana alam, dan dapat terjadi karena ulah manusia. Bahaya lingkungan banyak
aspek yang mempengaruhi yaitu: aspek alam, aspek manusia, aspek geologi dan
geomorfologi, serta aspek sosial ekonomi. Bahaya lingkungan yang beraspek
geomorfologi antara lain: erosi, gerakan tanah (mass movement), banjir (flooding),
abrasi, akrasi, intrusi air laut, kegempaan, dan tsunami.
Pengaruh Komponen Biologi terhadap Makhluk Hidup
Lingkup lingkungan hidup daratan meliputi:
1. lingkungan wilayah daratan pesisir;
2. lingkungan wilayah dataran rendah;
3. lingkungan wilayah dataran tinggi.
Pada Kegiatan Belajar 1 dibahas lingkungan wilayah pesisir dan dataran rendah.
Lingkungan Wilayah Pesisir
Menurut Soegiarto (1976), definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia
adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah wilayah pesisir meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-
sifat laut seperti, pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin sedangkan ke
arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran. Dengan adanya otonomi daerah (otda), terdapat paradigma baru
pengelolaan pemerintahan, sehingga terdapat tuntutan dalam meningkatkan taraf
hidup, penghargaan atas kondisi sosial dan budaya lokal dan kelestarian
lingkungan. Perubahan tersebut mempengaruhi pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya kelautan dan muncul UU Nomor 22/1999 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 10, disebutkan bahwa propinsi mempunyai
kewenangan untuk mengelola wilayah laut sejauh 12 mil dari garis pantai,
sementara kabupaten/kota memiliki kewenangan untuk mengelola laut sejauh
sepertiga batas kewenangan propinsi sejauh 4 mil laut. Kewenangan tersebut
mencakup pengaturan kegiatan-kegiatan eksplorasi, eksploitasi konservasi dan
pengelolaan kekayaan laut.
Potensi pemanfaatan wilayah pesisir meliputi:
1. sumber daya yang terbarukan (renewable resources)
2. sumber daya yang tak terbarukan (non-renewable resources)
Lingkungan wilayah dataran rendah
Lingkungan wilayah dataran rendah mempunyai karakteristik yang sangat
berbeda dengan lingkungan wilayah dataran tinggi maupun pesisir, yaitu antara
lain mempunyai:
1. suhu berkisar antara 29oC – 33oC
2. kelembaban atmosfer merupakan fungsi dari banyaknya dan lamanya curah
hujan, sehingga merupakan faktor penting untuk dapat menentukan ada atau
tidaknya beberapa jenis tumbuhan dan hewan dalam habitat tertentu. Kelembaban
di Indonesia rata-rata 81% – 85% pertahun
3. curah hujan rata-rata 1.600 sampai 2.000
4. angin di daerah tropika biasanya kecepatan angin lebih rendah daripada di
daerah iklim sedang yaitu antara 3 sampai 4 knot
5. rata-rata mempunyai jenis tanah aluvial
6. profil dan kontur yang mempunyai kemiringan antara 0% sampai 15%.
Pengaruh Komponen fisik terhadap Makhluk Hidup
A. Lingkungan Wilayah Dataran Tinggi
Suhu di pegunungan umumnya sekitar 0,5oC setiap penambahan 100 m, kondisi ini
dapat dirasakan bila dilakukan pendakian gunung sehingga akan terasa perubahan
suhunya. Pada kebanyakan gunung di daerah tropik dijumpai keanekaragaman
komunitas yang sebanding luasnya di mana pun di atas bumi.
B. Hutan di Indonesia
Menurut Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan pada Ensiklopedia Indonesia
Hutan, adalah suatu areal yang dikelola untuk produksi kayu dan hasil hutan
lainnya dipelihara bagi keuntungan tidak langsung atau dapat pula bahwa hutan
sekumpuian tumbuhan yang tumbuh bersama. Menurut taksiran kalangan
kehutanan, luas hutan di Indonesia berjumlah 122 juta Ha. Di pulau Jawa, yang
luas hutannya hanya sekitar 3 juta Ha, terdiri atas 55% hutan produksi dan 45%
hutan lindung. Penyebaran hutan di pulau Jawa berdasar letak tinggi dari atas
permukaan laut. Proyeksi peruntukan hutan menurut fungsinya, di Indonesia
direncanakan 97 juta Ha sebagai kawasan hutan dan 25 juta Ha sebagai hutan
cadangan.
1. Hutan Hujan Tropis (Tropical Rain Forest)
Di Indonesia luas hutan hujan tropis kurang lebih 89 juta hektar, di mana tanahnya
relatif kering yang terletak di pedalaman dengan vegetasi yang rapat. Daerah-
daerah hutan hujan tropis antara lain terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan,
Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Irian. Hutan hujan tropis anggotanya tidak
pernah menggugurkan daun, liananya berkayu, pohon-pohonnya lurus dapat
mencapai rata-rata 30 meter. Menurut ketinggian letaknya di atas permukaan laut,
hutan hujan tropis dibedakan menjadi tiga zona (Wiyanto, A., 2001), yaitu: Zona 1.
Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah atau Hutan Hujan Bawah dengan ketinggian
2 – 1.000 meter di atas permukaan laut, terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan
Maluku. Zona 2. Hutan Hujan Tropis Pegunungan atau Hutan Hujan Tinggi
dengan ketinggian 1.000 3.300 meter di atas permukaan laut. Pada zone ini pohon
beruk uran besar dan tingginya berkurang serta selalu menghijau Epiphyt dan
paku pakuan yang menyerupai pohon bertambah banyak, jumlah strata dan jenis
jenis Dipterocarpaceae juga berkurang pada zone ini. Zona 3. Hutan Hujan Tropis
Pegunungan Tinggi atau Hutan Hujan Atas dengan ketinggian 3.300 – 4.100 meter
di atas permukaan laut.
2. Kedudukan Hutan Hujan Tropis dalam Ekologi
Di wilayah tropika hutan hujan tropis dianggap mewakili komunitas puncak yang
tertinggi. Komunitas puncak antara lain hutan sekunder, sabana turunan, mosaik
hutan sabana, hutan rawa, dan hutan bakau. Faktor penghambat suksesi alami,
misalnya kebakaran hutan dapat menghambat pencapaian kominitas puncak
hutan. Sehingga dapat terjadi hutan sekunder, sabana turunan, mosaik hutan
sabana, hutan rawa, dan hutan bakau.
3. Fungsi Hutan HujanTropis
a. Kekayaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi sebagai Paru-paru Dunia
Jamur dan bakteri tersebut dapat membantu proses pembusukan pada hewan dan
tumbuhan secara cepat. Dengan demikian hutan hujan tropika tidak saja ditandai
dengan pertumbuhan yang baik tetapi juga tempat pembusukan yang baik.
Keanekaragaman hayati ditandai dengan kekayaan spesies yang dapat mencapai
sampai hampir 1.400 spesies, Brasil tercatat mempunyai 1.383 spesies. Di daerah
tropika tumbuhan berkayu mempunyai dominasi yang lebih besar daripada daerah
lainnya.
b. Hutan Sebagai Pengatur Aliran Air
Penguapan air ke udara hingga terjadi kondensasi di atas tanah yang berhutan
antara lain disebabkan oleh adanya air hujan, dengan ditahannya (intersepsi) air
hujan tersbut oleh tajuk pohon yang terdiri dari lapisan daun, dan diuapkan
kembali ke udara. Sebagian lagi menembus lapisan tajuk dan menetes serta
mengalir melalui batang ke atas permukaan serasah di hutan.
c. Pencegah Erosi dan Banjir
Erosi dan banjir adalah akibat langsung dari pembukaan dan pengolahan tanah
terutama di daerah yang mempunyai kemiringan permukaan bumi atau disebut
juga kontur yang curam. Keduanya dapat bersumber dari kawasan hutan maupun
dari luar kawasan hutan, misalnya perkebunan, tegalan, dan kebun milik rakyat.
d. Sebagai Keseimbangan Air
Pengaruh hutan dapat secara nyata dirasakan oleh penduduk. Dengan demikian
hutan mempunyai pengaruh dalam menjaga keberadaan air, yaitu antara lain:
1) Intersepsi tajuk hutan terhadap curah hujan, aliran batang (system flow), air
tembus (through fall), serta curah hujan netto yang sampai ke atas tanah di bawah
hutan.
2) Fluktuasi aliran sungai (stream flow) pada musim penghujan dan musim
kemarau, dihubungkan dengan kerapatan pohon atau tajuk.
3) Berbagai sistem silvikultur dan penjarangan hutan.
4) Hutan mempunyai pengaruh terhadap sifat sifat fisik dan kimia tanah, melalui
produksi serasah dan humus di bawah tegakan hutan.
5) Dengan menggunakan unit subdas, maka dapat sekaligus diketahui interaksi
siklus hidrologis dengan peredaran zat hara mineral dalam sebuah ekosistem DAS
berhutan.
e. Menjaga Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah sebagian besar dalam bentuk mineral, seperti unsur-unsur Ca, K,
N, P, dan lainnya, disimpan pada bagian dari vegetasi yang ada di atas tanah,
misalnya pada batang, dahan, ranting, daun, bunga, buah, dan lain-lain. Dengan
demikian dengan adanya kerapatan hutan pada hutan tropika dapat menjaga
kesuburan tanah.
f. Karakteristik Iklim Hutan Hujan Tropika
1) Suhu dan curah hujan
2) Kelembaban atmosfer
3) Angin
g. Perlapisan Hutan Hujan Tropika
Hutan hujan tropika mempunyai kekhasan dengan perlapisannya, yaitu sebagai
berikut:
1) Lapis paling atas (tingkat A) terdiri dari pepohonan dengan tinggi 30 m – 45 m.
2) Lapis pepohonan kedua (tingkat B) yang mempunyai ketinggian 18 m – 27 m.
3) Lapis pepohonan ketiga (tingkat C) dinamakan tingkat bawah, terdiri dari
pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian 8 m – 14 m.
Pertanian dan penanganan limbah
Lingkungan perairan tawar terbagi menjadi “lentic” atau lingkungan perairan
tawar yang tidak bergerak, serta “lotic” atau lingkungan perairan tawar yang
bergerak (running water). Di lingkungan perairan berlangsung proses reaksi
penting yang berpengaruh terhadap lingkungan ekosistem perairan, yaitu:
fotosintesis, aerobiosa, anaerobiosa, serta eutrofikasi. Di lingkungan perairan tawar
terdapat beranekaragam organisme, makroorganisme, mikroorganisme, baik
hewan maupun tumbuhan. Hal tersebut disebabkan karena di dalam air cukup
tersedia bahan-bahan esensial yang diperlukan untuk hidup. Tindakan manusia
dapat mempercepat proses eutrofikasi dalam perairan, seperti pemupukan pada
kolam atau daerah pertanian. Hal ini akan memperkaya kandungan nutrien dalam
danau atau badan perairan lainnya.
Industri dan Penanganan Limbah
Laut merupakan bentuk badan perairan yang mengandung air asin. Kadar garam
yang terkandung dalam air laut adalah 34,5 per mil. Air laut pada umumnya
berwarna biru, sama dengan warna langit. Warna biru terjadi akibat adanya
pembauran sinar-sinar biru oleh molekul-molekul air. Laut kaya akan organisme
baik dalam jumlah maupun jenisnya. Hal ini disebabkan karena di dalam laut
cukup tersedia bahan-bahan esensial yang diperlukan untuk hidup seperti cahaya,
oksigen, serta nutrient. Nilai ekologi yang dimiliki oleh perairan laut harus
dipertahankan dengan mengembangkan suatu pengelolaan yang terencana dengan
suatu kerjasama yang baik antara instansi yang berwenang, pengelola, usaha
perikanan, nelayan, serta masyarakat luas.
Lingkungan perairan estuaria terbentuk pada muara sungai sebagai akibat
pencampuran antara air tawar dan air laut dengan terbentuknya air payau dengan
salinitas yang berfluktuasi. Estuaria merupakan ekosistem khas yang pada
umumnya terdiri atas hutan mangrove, gambut, rawa payau, dan daratan lumpur.
Wilayah estuaria merupakan habitat yang penting bagi sejumlah besar ikan dan
udang untuk memijah dan membesarkan anak-anaknya. Secara umum kawasan
estuaria dimanfaatkan oleh manusia dalam menjalankan beragam aktivitasnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan kawasan estuaria tersebut untuk
menunjang kelangsungan keseimbangan ekosistem kawasan estuaria tersebut.
DIarsipkan di bawah: Biologi dan fisika