Post on 16-Feb-2015
Oleh:KARUNITA YUSUFStase Anestesi – RS Islam Cempaka Putih
PENDAHULUAN
Analgesic painkillerDikenal banyak obat yang dapat
digunakan untuk meredakan nyeri.Kata analgesik berasal dari An- (tanpa)
dan Algos (sakit)Obat analgesik bekerja di saraf perifer
juga di saraf sentral.
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
NYERI Perasaan sensoris dan emosional yang
tidak enak dan berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan.
Keadaan fisik sangat mempengaruhi nyeri. Nyeri memiliki ambang pribadi setiap
orang memiliki ambang nyeri yang berbeda-beda
Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi tubuh
Tanda peradangan, kejang otot, fraktur Rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis
kerusakan pada jaringan.
PERJALANAN NYERI
Rangsangan aktivasi reseptor nyeri disalurkan ke otak thalamus pusat nyeri aksi
PENGGOLONGAN ANALGESIK
Berdasarkan kerja farmakologis, dibagi menjadi :a. Analgetika perifer (non-narkotik) yang terdiri dari obat-obat yang tdk bersifat narkotik dan tidak bekerja sentralb. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada pembedahan, fraktur, dan kanker
PENANGANAN RASA NYERI
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yakni:a. Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetika periferb. Merintangi penyaluran rangsangan di saraf- saraf sensoris, misalnya dengan anastetika lokalc. Blokade pusat nyeri di SSP dengan anestetika sentral (narkotika) atau dengan anestetik umum.
Pada penanganan nyeri, faktor-faktor fisik juga harus diperhatikan, misalnya, kesabaran pasien, dan daya tahan terhadap nyeri.
Nyeri Ringan : obat perifer ; paracetamol, asetosal, mefenaminat, propifenazon atau aminofenazon.
Nyeri Sedang : dapat ditambahkan kofein atau kodein
Nyeri Hebat : morfin atau opiat lainnya.
ANALGETIKA PERIFER-NON NARKOTIK Secara kimiawi, analgetika perifer
dapat di bagi dlm beberapa kelompoka. paracetamolb. salisilat : asetosal, salisilamida, benorilatc. penghambat prostaglandin (NSAID) : ibuprofend. derivat2 antranilat : mefenaminate. derivat2 pirazolinon : aminofenazon, isopropilfenazonf. lainnya : benzidamin
PENGGUNAAN
Obat ini mampu mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tdk menimbulkan ketagihan.
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis/anti radang
Banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang 9sakit gigi, cephalgia, dan myalgia.
1. Paracetamol
Merupakan metabolit dari fenasetin dulu banyak digunakan sebagai analgetik.
Nefrotoksis dan karsinogen Resorpsinya di usus sangat cepat. Dalam hepar, zat ini diuraikan menjadi
metabolit toksik yang dieksresi oleh urin.
Dosis untuk nyeri dan demam : Dewasa : 2-3 dd 500-1000 mg/hari Anak : 4-6 dd 10 mg/kg
2. Asam Asetilsalisilat
Asetosal adalah obat anti nyeri paling tua yang sampai sekarang banyak digunakan.
Resorpsinya cepat dan lengkap terutama di duodenum.
Asam sebagian diserap di lambung Efek:
Mulai : 30 menit pertama Masa kerja: 3-6 jam
Efek samping : iritasi mukosa lambung dan occult. Alergi kulit Tinnitus Kejang bronkus
Dosis nyeri : Dewasa : 4 dd 500-1000 mg p.c Anak2 : 3-4 dd 10 mg/kgBB
3. Aminofenazon
Merupakan derivat pirazolinon antiradang, antipiretik, dan antinyeri
Resorpsi : usus halus Mulai kerja : 30-45 menit Efek samping : borok kecil di mulut,
nyeri tenggorokan, dan demam Dosis : 3 dd 300-600 mg/hari
ANALGETIKA NARKOTIK
Kini disebut apioida (mirip opiat) Analgesik opioid merupakan kelompok
obat yang memiliki sifat seperti opium. Opium yang berasal dari getah Papaver
somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverrin.
Analgesic opioid meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmako dinamik yang lain.
PENGGOLONGAN
Atas dasar cara kerjanya, obat ini dibagi dalam 3 golongan:a. agonis opiat, yang dapat dibagi dalam : - alkaloida candu : morfin, kodein, heroin - zat2 sintesis : metadon, petidin,
fentanil b. antagonis opiat, nalokson, nalorfinc. kombinasi. Zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid
MEKANISME KERJA
Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor2 nyeri di SSP perasaan nyeri dpt di blokir.
Khasiat analgetika opioid berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa2 reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin.
Tapi, bila analgetika tsb digunakan terus menerus, pembentukan reseptor2 baru di stimulasi dan produksi endorfin di ujung saraf otak dirintangi .
Akibatnya kebiasaan dan ketagihan
TANGGAL ANALGETIKA
Who telah menyusun suatu program penggunaan analgetika untuk nyeri hebat, yang menggolongkan obat ke dalam 3 kelas, yaitu:
a. non-opioida: NSAID’s termasuk asetosal dan kodeinb. opioida lemah : d-propoksifen, tramadol, kodeinc. opioida kuat : morfin
Menurut program ini: Pertama2 diberikan 4 dd 1000 mg
paracetamol, bila efeknya kurang,, beralih ke 4-6 dd kodein 30-60 mg (bersama paracetamol)
Bila langkah kedua tidak menghasilkan analgesik kuat dapat diberikan opioid.
Pilihan pertama adalah morfin Tujuan utama cara ini adalah untuk
menghindari adiksi dan ketergantungan bila obat diberikan sembarangan.
EFEK-EFEK SAMPING UMUM
Morfin dan sejumlah opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek samping yang tidak diinginkan, yaitu:
Supresi SSP Kontraksi saluran cerna Gang. Saluran urogenital bronchostriksi Bradikadi dan vasodilatasi
1. MORFIN
Morfin mengandung dua kelompok alkaloida yang secara kimiawi sangat berlainan.
Sat ini berkhasiat analgetis yang sangat kuat dan memiliki banyak jenis kerja sntral lainnya, antara lain: sedatif dan hipnotik Euforia Menekan pernafasan Menghilangkan refleks batuk Mual muntah Eksitasi Konvulsi Obstipasi Retensi kemih Vasodilatasi pembuluh darah
Penggunaannya khusus pada nyeri hebat dan kronis, seperti pasca bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal kanker.
Resorpsinya cukup baik di usus. Mulai kerjanya 1-2 jam dan bertahan
sampai 7 jam. Spposutoria baik IM dan IV jauh lebih baik. Pada hepar zat ini diubah menjadi
glukorunida dan sebagian kecil menjadi (3%) morfin-6-glukuronida kerja analgesinya lebih kuat. Dosis dewasa : 3-6 dd 10-20 mg Anak2 : 2 dd 0,1-0,2 mg/kg
2. Kodein
Alkaloida candu ini memiliki khasiat yang sama dengan induknya, tetapi lebih lemah, misalnya efek analgesing 6-7 x kurang kuat.
Efek samping dan risiko adiktif kurang, sehingga sering digunakan sebagai obat batuk dan pereda nyeri, yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal.
Efek samping : obstipasi dan mual Resorpsi oral dan rektal baik Dosis oral pada nyeri:
Dewasa : 3-6 dd 15-60 mg Anak : 4-6 dd 10-20 mg
3. Fentanil
Derivat piperidin turunan dari petidin.
Efek analgetis agonis opiat ini 80x lebih kuat daripada morfin.
Mula kerja 2-3 menit (I.V) tapi masanya singkat 30 menit.
Efek samping : mirip morfin Depresi pernafasan Broncospasme Kekakuan otot (thorax) Jarang bradicardi
Dosis : pada invark I.V 0,05 mg +2,5 mg droperidol, bila perlu diulang setelah setengah jam.
Sufentanil derivat dengan analgesik 10 x lebih kuat.
Sifat dan efek samping sama dengan fentanil
Zat ini terutama digunakan pada waktu anestesi dan pasca bedah, juga pada waktu his dan persalinan
Dosis : pada waktu his dan persalinan epidural 10 mg bersama bupivacain bila perlu ulang 2 kali.
4. Metadon
Zat sintetis ini adalah suatu campuran resemis yang memiliki daya analgetik 2x lebih kuat daripada morfin dan berkhasiat anastetik lokal.
Resorpsinya di usus baik. Umumnya metadon tdk menimbulkan
euforia , sehingga banyak digunakan sebagai pengganti obat lain
Secara khusus pengganti heroin dan morfin pada terapi substitusi pecandu narkoba.
Dosis nyeri : Oral : 4-6 dd 2,5-10 mg max: 150 mg/hari
5. Tramadol Analgetika opiat Tdk menekan pernafasan dan tdk pengaruh pd
kardiovaskuler dan motilitas lambung usus. Efek analgetik dari 120 mg tramadol = 30-60 mg
morfin Digunakan untuk nyeri yang tdk terlalu hebat. Efek samping:
Berkeringat Pusing Mulut kering Mual dan muntah Gatal-gatal kemerahan Cephalgia Myalgia
Dosis : Dewasa : 3-4 dd 50-100 mg Anak2 : 3-4 dd 1-2 mg/kg
TERIMA KASIH…