Post on 01-Feb-2018
M2
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Sapi perah di Indonesia sebagian besar didominasi oleh peternak
rakyat, di pulau jawa masih menjadi wilayah utama sapi perah yang mencakup
97% dari produk susu nasional pada tahun 2007, peternak ini telah menghasilkan
574 ribu ton pada tahun 2008, naik dari 550 ribu ton pada tahun 2004 atau
meningkat sebesar 4,43% (Direktorat Jendral Peternakan, 2008). Perkembangan
meningkatnya usaha peternakan sapi perah salah satunya akibat permintaan susu
dan daging. Permintaan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
kesadaran masyarakat terhadap keseimbangan gizi akan sumber protein hewani.
Dalam melaksanakan usaha peternakan sapi perah yang harus menjadi
dasarnya adalah pengetahuan dalam hal produksi dan pemasaran sehingga dapat
menghitung keuntungan dan kerugian yang terjadi. Tujuan dari orientasi sapi
perah ini mengarah kepada profit atau keuntungan yang optimal berdasarkan
sumber daya dan nilai investasi yang dimiliki, hal ini terkait dengan
mengkuantifikasi keuntungan ekonomi.
1.2 Permasalahan
Meningkatnya permintaan produk – produk hewani seperti susu maupun
daging, namun dipihak lain harus diakui bahwa produksi susu dalam negeri masih
rendah jika dibandingkan dengan permintaan nasional. Berdasarkan sensus
pertanian menunjukan bahwa jumlah rumah tangga peternak di pulau jawa
mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah populasi sapi perah
kecuali untuk daerah Jawa Barat (BPS, 2007)
1
1.3 Metode Analisis
Aspek-aspek analisis yang menjadi topik pada bahasan ekonomi produksi sapi
perah yaitu mengenai Analisis Investasi, metode kuantitatif keuntungan ekonomi,
factor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha, efisiensi usaha dan aspek
social pemeliharaan sapi perah seperti aspek lingkungan.
2
II
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
2.1 Permintaan dan Penawaran
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang
saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas
(jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran,
harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. Permintaan adalah
sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu.
Sedangkan pengertian penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan
pada suatu harga dan waktu tertentu. Permintaan susu sapi di Jawa barat terus
meningkat. Disimulasikannya, pada tahun 2010 populasi penduduk Indonesia
diperkirakan sudah mencapai 240 juta orang, dengan asumsi laju pertumbuhan
penduduk 1,5% per tahun.
Dengan laju pertumbuhan sapi perah 10% per tahun akan diperoleh produksi
susu 750.000-800.000 ton per tahun, maka tingkat produksi susu dalam negeri masih
belum mencukupi total konsumsi susu masyarakat, yang tahun 2010 akan mencapai
2.400.000 ton per tahun. Dalam industry peternakan sapi perah maka peranan
peternak dalam memenuhi kebutuhan kecukupan susu Indonesia sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu penawaran terhadap harga susu secara bertahap terjadi peningkatan.
Dalam mengatasi kebutuhan konsumsi susu di daerah Jawa Barat sebagai ibu kota
Bandung khususnya, terdapat peluang dalam pemasaran produk tersebut, dimana
pernmintaan konsumen terhadap susu meningkat.
2.2 Pangsa Pasar
Pasar yang menjadi targetan untuk penjualan susu adalah IPS dan target
penjualan pedet adalah peternak pengemukan sapi, dimana usaha peternakan ini
memaksimalkan kualitas susu agar memiliki nilai yang tinggi sehingga dapat diterima
3
oleh IPS dan selain itu pula penjualan pedet dimaksimalkan mendatangkan profit atau
benefit serta apabila jalinan pemasaran ini terkoordinir serta berjalan baik maka akan
terjalin hubungan relasi kerja yang saling menguntungkan antra kedua belah pihak.
2.3 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan adalah dengan menjalin hubungan
kerjamasama antra perusahaan – perusahaan persusuan ataupun perusahan peternakan
yang bergerak pada bidang agro industry dan menjalin hubungan kerjasama dengan
peternak-peternak rakyat sapi perah baik dalam bentuk pola kemitraan atau dalam
bentuk kerjasama pelatihan – pelatihan.
4
III
ASPEK TEKNIS
3.1 Pemilihan Lokasi
Lokasi pemilihan usaha peternakan sapi perah ini terletak di daerah Cisarua,
Lembang Kab Bandung, terletak didaerah Bandung utara sekitar satu jam dari pusat
kota Bandung. Letak usaha peternakan berada pada ketinggian 1,338 meter diatas
permukaan laut serta suhu lingkungan mencapai 15°-20° Celcius, dengan luas lahan
240 meter. Pada dasarnya pemilihan lokasi ini sangat baik untuk kenyamanan hidup
ternak sapi perah yang berjenis FH, dimana karakter sapi perah FH mampu
nenyusuaikan diri dengan kondisi lingkungan tropis seperti Indonesia.
3.2 Perkandangan dan Bangunan Pendukung
Areal peternakan dibangun diatas lahan seluas 240 meter. Dengan luas areal
kandang dibagun dengan luas 200 meter persegi. Tipe kandang yang digunakan
adalah tipe kandang adalah bebas konvensional tail to tail, dimana terdapat gang
ditengah-tengah kandang dengan lebar kurang lebih 2 meter. Bentuk kandang ini
memudahkan dalam penanganan selama pemeliharaan baik pada saat memerah,
memandikan, membersihkanan kandang, serta memudahkan pada saat inseminasi
buatan.
Bangunan pendukung dari kandang adalah gudang pakan, instalasi air,
bengkel, dan tempat penanganan limbah.
5
3.3 Asumsi dan Koefisien Teknis
URAIAN
VOLUM
E SATUAN KETERANGAN
Skala Usaha 40 Ekor Dara bunting 7 bln
Skala maksimum
Lama bunting 9 Bulan
In. Uterus 3 Bulan
S/C 2
Sex Ratio 50% %
Kematian(Pedet) 10 %
harapan hidup 90%
produksi susu 15 Liter
Dewasa kelamin 18 Bulan
harga susu 3000 rupiah/liter
DF 15%
Luas Lahan 240 m²
Luas Kandang 200 m²
kantor 10 m2
Gudang 20 m2
Tenaga Kerja
anak kandang 4 Orang
manager 1 Orang
6
3.4 Dinamika Populasi
7
IV
ASPEK KEUANGAN
4.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi
Kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu
membandingkan antara total benefit yang akan diterima dengan total biaya yang
dikeluarkan yang dinilai dalam waktu sekarang (present value) selama umur proyek.
Proyeks
i Kebutuhan Sapi perah
No Uraian Volume satuan harga/satuan jumlah
1 Fixed Cost
Lahan 240 m2 500000 120000000
bangunan
kandang 200 m2 1000000 200000000
kantor 10 m2 1000000 10000000
Gudang 20 m2 1000000 20000000
pembelian ternak
Dara bunting 7 bulan 40 ekor/8tahun 8000000 320000000
peralatan
a. milkcan kap 15 ltr 40 unit/5tahun 80000 3200000
b. skop 4 buah/3tahun 50000 200000
c. sabit 4 buah/2tahun 15000 60000
d. selang 50 meter/ 5000 250000
8
3tahun
e. karpet 40
meter/
3tahun 200000 8000000
f. pompa air 2 unit/5tahun 1200000 2400000
g. ember 5 buah/tahun 3000 15000
h. sikat 3 buah/tahun 15000 45000
i. timbangan 1 unit/5tahun 1000000 1000000
2 Variabel Cost
Hijauan 40 kg/ekor/hari 200 8000
Konsentrat 6 kg/ekor/hari 2500 15000
Tenaga Kerja
anak kandang 4 orang/bulan 1200000 4800000
manager 1 orang/bulan 3000000 3000000
biaya listrik perbulan bulan 300000 300000
3 Total investasi 692993000
4.2 Proyeksi Biaya dan Manfaat
Meskipun hasil perhitungan kriteria investasi merupakan salah satu alat dalam
mengambil keputusan, apakah proyek yang direncanakan layak untuk dilaksanakan
atau tidak, namun demikian pelaksanaan proyek sangat tergantung pada kemampuan
investasi yang tersedia. Keputusan yang timbul dari hasil analisis proyek secara
umum dapat digolongkan atas 3 macam, yaitu:
a. Menerima atau menolak rencana usaha
b. Memilih satu atau beberapa rencana usaha yang paling layak untuk dilaksanakan
c. Menetapkan skala prioritas dari berbagai rencana usaha yang layak.
9
tabel proyeksi benefit
10
4.3 Proyeksi Cash Flow
Dalam perencanaan usaha, arus uang masuk dan arus uang ke luar tentunya
terjadi waktu esok (waktu yang akan datang), maka dengan demikian nilai-nilai yang
terdapat dalam sebuah cashflow seluruhnya merupakan nilai yang diperkirakan
(expected value), oleh sebab itu cashflow dalam sebuah rencana usaha dikenal dengan
“Proyeksi Cashflow” (cashflow projection) atau ada juga yang menyebut sebagai
cashflow statement. Rentang waktu yang digunakan dalam proyeksi cashflow
mengacu kepada tahun analisis rencana usaha, seperti bulan, kuartal, semester, tahun,
dan lain-lain.
Proyeksi cashflow dalam perencanaan usaha disusun menurut rangkaian
waktu (time series) sesuai dengan umur usaha/proyek yang telah ditetapkan. Artinya
inflow, outflow, dan endcash akan tersebar menurut rangkaian waktu tersebut
Analisis cashflow merupakan Analisis yang mengkaji arus kas masuk dan
arus kas ke luar yang dapat dijadikan dasar di dalam pengelolaan keuangan, dan
berguna untuk menilai tingkat likuiditas dan solvabilitas perusahaan
11
Cash flow
12
V
ANALISIS INVESTASI
5.2 Net Present Value (NPV)
NPV adalah salah satu kriteria investasi yang banyak digunakan dalam
mengukur apakah suatu rencana usaha feasible atau tidak untuk dilaksanakan.
Perhitungan NPV adalah menghitung arus pendapatan (net benefit) yang telah
didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai
discount factor. Untuk dapat menghitung NPV diperlukan data perkiraan biaya dan
perkiraan benefit dari
13
NPV
14
PV Net Benefit = NPV tahun ke i
NPV proyek = Total PV Net Benefit
NPV = 449.836.667
Berdasarkan perhitungan di atas besarnya NPV selama sepuluh tahun usaha adalah
sebesar Rp. 449.836.667 karena nilainya Lebih besar dari 0 maka rencana usaha
tersebut layak untuk dilaksanakan (go).
5.2 Interval Rate of Retrun (IRR)
IRR merupakan salah satu kriteria investasi yang menunjukkan tingkat kemampuan
suatu proyek dalam mengembalikan modal pinjaman, dimana IRR menunjukkan
besarnya tingkat discount rate pada saat NPV sama dengan nol (0). Dengan demikian
apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital
(SOCC), maka proyek dikatakan feasible (go). Bila sama dengan SOCC berarti sama
dengan pulang pokok dan bila lebih kecil dari SOCC maka tidak feasible (no go).
Untuk dapat menghitung IRR diperlukan data perkiraan biaya dan perkiraan benefit
dari proyek yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Untuk dapat menghitung IRR harus ada arus pendapatan (NB) yang bernilai negatif
Penghitungan IRR dilakukan dengan teknik interpolasi sebagai berikut:
IRR=i₁+NPV ₁❑
NPV ₁❑−NPV ₂❑ .(i₁−i₂)
15
Dimana : i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
I2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
NPV1 = NPV bernilai positif mendekati nilai 0 (nol)
NPV2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai 0 (nol)
TABEL IRR
16
5.3 B/C Ratio (Gross B/C dan Net B/C) Net B/C
Merupakan perbandingan antara total net benefit positif (+) yang telah
didiscount dengan total net benefit negatif (-) yang telah didiscount. Untuk dapat
menghitung Net B/C , selama umur proyek harus ada arus kas bersih (NB) yang
bernilai negatif. Apabila nilai net B/C > 1 (lebih besar dari 1) berarti rencana usaha
tersebut layak untukdilaksanakan ( go), tetapi apabila nilai net B/C < 1 (kurang dari
satu) berarti tidak layak (no go). Bila nilainya = 1 (sama dengan satu) berarti arus kas
proyek ada dalam keadaan impas (break even) dimana total cost nilainya sama
dengan total benefit.
Gross B/C adalah perbandingan antara total benefit kotor yang telah di
discount dengan total cost yang telah di discount pula. Ketentuannya Apabila
Gross B/C > 1 go
< 1 no go
= 1 berada dalam keadaan BEP
17
TABEL BC RATIO
18
VI
ASPEK LINGKUNGAN
6.1 Pandangan Dampak Lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkungan dalam suatu proyek mutlak dilakukan
dengan tujuanagar proyek yang dilaksanakan tidak merusak lingkungan bahkan
cenderung untukmelestarikan lingkungan demi keberlanjutan lingkungan di masa
yang akan datang. Pada usaha peternakan sapi perah dalam aspek lingkungan terdapat
dua dampak yang saling berpengaruh terhadap usaha peternakan sapi perah ini, yaitu
6.1.1 Dampak Positif, yaitu dapat memjadikan kawasan wilayah usaha
peternakan menjadi wilayah Agribisnis, dimana peranan lingkungan sangat berperan
dalam kestabilan usaha ini, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka
muncul alternative-alternatif dalam menangani usaha sapi perah ini, salah satu hal
nya yaitu penanganan dn pengolahan limbah peternakan menjadi produk yang
bermanfaat seperti penggunaan biogas yang berasal dari kotoran sapi, pembuatan
kompos atau vermicomposting, pupuk cair organic dll.
6.1.2 Dampak Negatif, yaitu dapat menyebabkan pencemahan atas limbah
peternakan yang tidak ditangani ataupun terjadi kontaminasi akibat lingkungan yang
tidak terjaga sanitasinya atau kebersihannya.
6.2 Strategi dalam Mengatasi dampak lingkungan.
- Menjadikan kawasan wilayah peternakan menjadi kawasan agribisnis.
19
- Menjaga keamanan dan kebersihan wilayah peternakan seperti peningkatan
program sanitasi
- Menciptakan inovasi-inovasi dalam hal penanganan limbah agar bermanfaat
serta menanbah profit perusahaan
VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Skala usaha peternakan sapi perah yang kami gagas adalah termasuk skala
usaha peternakan yang relative menegah, walaupun demikian skala usaha peternakan
sapi perah ini sudah terarah kepada sifat usaha komersil yang dalam
perkembangannya berpotensi menjadi skala usaha yang besar. Hal ini terlihat dari
usaha peternakan sapi perah ini hampir seluruh produksinya dijual.
Naik turunya usaha peternakan sapi perah disebabkan oleh banyak factor yang
berpengaruh seperti minat penanam modal yang berinvestasi, aspek lingkungan social
dan skala usaha yang belu ekonomis dengan berbagai keterbatasan
7.2 Saran
Perlu adanya alternative akktivitas ekonomi yang lebih efisien agar peternakan kecil
maupun menengah dapat tetap bertahan dalam situasi ataupun kondisi yang sulit.
Adanya peningkatan pengetahuan dalam setiap diri peternak agar memiliki sikap
profesionalisme dan loyalitas yang tinggi dalam meningkatkan kecukupan gizi
hewani bangsa Indonesia.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/MS_C2.pdf
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 2009. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah Indonesia. LIPI
Press: Jakarta.
Murbyarto. 1994. pengantar ekonomi pertanian. penerbit pt pustaka LP3ES
Indonesia: Jakarta.
21
22