Post on 13-Aug-2015
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON
EXAMPLE”
Study Kasus : Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian I
Dosen Pengampu : Drs. Y.R. Subakti
Oleh:
SISKA PRILLINGGA
(091314036)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang
sangat membosankan. Anggapan ini timbul karena monotonnya pembelajaran yang
diberikan oleh guru di dalam kelas. Ditambah lagi dengan buku-buku pelajaran sejarah
yang terlalu banyak mencantumkan tahun-tahun untuk diingat, membuat sejarah terkesan
sebagai pelajaran hapalan, sehingga membuat para siswa tidak berminat untuk
mempelajarinya. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
sejarah. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat pembelajaran sejarah menjadi
menarik untuk dipelajari.
Untuk membuat pembelajaran sejarah menjadi menarik, sangat tergantung pada
peran seorang guru dalam menyajikan materi pembelajarannya. Selain itu, model dan
media pembelajaran juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha
meningkatkan aktivitas dan motivasi peserta didik dalam belajar. Pemakaian model dan
media pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran juga dapat membangkitkan
keinginan dan minat siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan bagi kegiatan
belajar, serta menjadikan mata pelajaran sejarah lebih nyata, berwarna, dan menarik untk
dipelajari.
Model Pembelajaran Example Non Example atau yang biasa disebut Example And
Non-Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai
media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak
dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai
apa yang ada didalam gambar tersebut.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada
konteks analisis siswa. Biasanya lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat
juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat
perkembangan siswa kelas rendah seperti : kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model
Pembelajaran Example Non Example dengan menggunakan gambar dapat ditampilkan
melalui OHP, poster, dan lain-lain. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan
kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak-anak yang berada di belakang juga dapat melihat
dengan jelas.
Penerapan model pembelajaran examples non examples ini, diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah
diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggungjawabkan. Sehingga,
prestasi belajar siswa dapat diartikan sebagai suatu kecakapan atau hasil yang telah
diperoleh dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang ditunjukan dengan nilai.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dalam kesempatan ini akan
melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan prestasi belajar
siswa tentang kehidupan awal masyarakat Indonesia melalui penerapan model
pembelajaran example non example”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Ada persepsi yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah sulit dan
membosankan, karena sajiannya kurang menarik.
2. Kurangnya minat dan motivasi belajar pada diri siswa di dalam belajar sejarah.
3. Rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah.
4. Guru tidak menggunakan model dan media pembelajaran dalam pelajaran sejarah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar
(KD) menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia yang materinya meliputi :
1. Penemuan manusia purba dan hasil budayanya.
2. Perkembangan Kehidupan dari Masyarakat Berburu ke Masyarakat Pertanian,
dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example pada kelas X.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dan pengamatan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran Sejarah, maka dapat diidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang muncul pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 11
Yogyakarta, sebagai berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas X di
SMA Negeri 11 Yogyakarta ?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas X di
SMA Negeri 11 Yogyakarta ?
E. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini, yaitu model
pembelajaran Example Non Example. Dengan penerapan model pembelajaran Example
Non Example ini, diharapkan minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran Sejarah akan meningkat.
Dalam penelitian ini terdapat usaha untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa
pada pembelajaran sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model Example Non
Example. Pengumpulan data untuk melihat ketertarikan peserta didik terhadap mata
pelajaran sejarah yang penulis lakukan adalah dengan tehnik observasi, yaitu
pengumpulan data dengan pengamatan dan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan tes
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan dilanjutkan dengan pengolahan data,
agar bisa didapatkan kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan mampu menjawab
keingintahuan penulis terhadap permasalahan yang sedang dibahas.
F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum.
2. Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
X semester I, pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta, tahun
Pelajaran 2012/2013, dengan menggunakan model pembelajaran examples non
examples.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X, pada mata
pelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta, tahun pelajaran 2012/2013.
b. Proses belajar mengajar Sejarah dikelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta menjadi
menarik dan menyenangkan serta hasil belajar Sejarah menjadi meningkat.
2. Bagi Peneliti
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam penelitian sejarah.
b. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tetapi bersifat variatif dan inovatif.
3. Bagi Teman Sejarahwan
Sebagai acuan atau referensi jika akan melakukan kegiatan sejenis.
4. Bagi Perpustakaan
Menambah referensi/koleksi buku mengenai PTK.
5. Bagi Sekolah
a) Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Sejarah.
b) Sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum.
c) Memajukan dan memperkaya teknik pembelajaran pada dunia pendidikan di
Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan
dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar, setiap individu
menggunakan ranah.
a. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran
atau pikiran sendiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis
dan evaluasi.
b. Afektif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan watak perilaku, seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
c. Psikomotorik, yaitu kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan dengan aktivitas fisik.
Belajar menurut pandangan Skinner (1958), adalah proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progreset. Menurut Skinner,
belajar ditentukan oleh hal-hal berikut :
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
Respon si pelajar.
Konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensi
sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman1.
B. Konsep Belajar Sejarah
C. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme
telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat
sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun dalam prakteknya belum
jelas terlihat. Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar,
guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk
1 www. Konsep Belajar.
yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu
pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah
hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah
merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik
sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan peng-abstrakan. Fikiran peserta didik
tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan
sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri.
Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta
didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan
struktur kognitif yang ada pada diri mereka. Apabila pengetahuan baru telah
disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagai pegangan kuat mereka, barulah
kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa
pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai
proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Ia juga
menekankan kepentingan keikutsertakan peserta didik di dalam setiap aktivitas
pengajaran dan pembelajaran.
Ditinjau persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme,
maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan
pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai
contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan pembelajaran yang
menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh dengan tepat apa saja yang
disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu
kepada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan
pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan
model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari
kaca mata peserta didik2.
D. Teori Prestasi Belajar Sejarah
2 Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : FKIP-Universitas Sanata Dharma.
Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar, yaitu prestasi dan
belajar. Menurut W.J.S.Poerwadarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah, prestasi adalah “hasil
belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa”. Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai
“suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya perubahan dalam pengetahuan,
sikap, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta
perubahan-perubahan aspek lainnya pada individu belajar”. Belajar dapat juga
diartikan sebagai “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa “Prestasi belajar
adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan
yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain
prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah
melalui ujian tertentu”.
E. Teori Pengukuran / Evaluasi Belajar
Pengukuran keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan dengan mengukur
ranah siswa itu sendiri, baik dari ranah cipta, ranah rasa, ranah karsa. Atau yang biasa
dikenal dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi kognitif (ranah
cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis maupun tes
lisan dan perbuatan.
Evaluasi Prestasi Afektif
Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa)
dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertujuan untuk mengetahui
kecenderungan atau sikap orang yang akan diukur.
Evaluasi Prestasi Psikomotorik
Mengatur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi psikomotor (ranah
karsa) dapat dilakukan dengan observasi. Observasi dalam hal ini dapat
diartikan sebagai “jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau peristiwa-
peristiwa tertentu”.
F. Model Pembelajaran Example Non-Example
Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and
non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai
media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak
dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat
mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan
pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi,
namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikoligis
dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah, seperti kemampuan berbahasa tulis dan
lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui
OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita
gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di
belakang dapat juga melihat dengan jelas.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang
kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi
konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan
untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa
secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example
dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan
keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan
sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-
example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi
yang sedang dibahas.
Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep
adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada
dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-
example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang
lebih dalam mengenai materi yang ada3.
Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagi berikut :
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri
3-4 orang siswa.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran/KD.
Guru menempelkan gambar di papan tulis, atau ditayangkan melalui OHP
atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk
memperhatikan dan menganalisa gambar.
Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil
diskusinya.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kesimpulan.
Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada
lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas.
3 http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-example-non-example.html.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X yang
terdiri dari 32 siswa, dengan komposisi perempuan 21, dan laki-laki 13 siswa.
B. Lokasi Penelitian dan Jadwal Pelaksanaan
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta,
untuk mata pelajaran Sejarah kelas X.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran 2012/2013, yaitu
bulan Februari sampai dengan Maret 2013. Penentuan waktu penelitian mengacu
pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang
membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah melalui
pembelajaran Examples Non Examples.
C. Data dan Sumber Data
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar.
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif
dengan tipe Examples Non Examples dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran.
3. Teman Sejawat dan Kolaborator
Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat
implementasi PTK secara komperhensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen penelitian yaitu
instrumen pembelajaran yang meliputi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data. Dalam
instrumen pengumpulan data, pada penelitian ini terdiri dari tes dan non test. Untuk
tes mencakup tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) sedangkan non test berupa
lembar portofolio keterlibatan siswa. Untuk lembar portofolio, kriteria penilaian
keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok asal dan kelompok ahli adalah inisiatif,
kebenaran, kerjasama dan menghargai pendapat teman.
E. Tehnik Analisis Data
1. Tes : Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2. Observasi : Dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa
dalam PBM dan implementasi pembelajaran kooperatif Examples Non Examples.
3. Wawancara : Untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran kooperatif Examples Non Examples.
4. Diskusi antara guru, teman sejarawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil siklus.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2009. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sarwiji, Suwandi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah.
Yogyakarta : Yuma Pustaka.
Abu, Ahmadi. Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.
Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2008. Model-Model Pembelajaran yang Efektif.
Disajikan pada ToT Kurikulum SD/MI.
Zaenal, Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. YRAMA WIDYA.
Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pembangunan Profesi
Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : FKIP-
Universitas Sanata Dharma.
Sardiman A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (www. Konsep Belajar).
Dimiati dan Mudliono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. (www. Konsep Belajar).