Pra Proposal PTK (Siska)

20
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS “MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE” Study Kasus : Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian I Dosen Pengampu : Drs. Y.R. Subakti Oleh: SISKA PRILLINGGA (091314036) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Transcript of Pra Proposal PTK (Siska)

Page 1: Pra Proposal PTK (Siska)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG

KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON

EXAMPLE”

Study Kasus : Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian I

Dosen Pengampu : Drs. Y.R. Subakti

Oleh:

SISKA PRILLINGGA

(091314036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PEGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Pra Proposal PTK (Siska)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang

sangat membosankan. Anggapan ini timbul karena monotonnya pembelajaran yang

diberikan oleh guru di dalam kelas. Ditambah lagi dengan buku-buku pelajaran sejarah

yang terlalu banyak mencantumkan tahun-tahun untuk diingat, membuat sejarah terkesan

sebagai pelajaran hapalan, sehingga membuat para siswa tidak berminat untuk

mempelajarinya. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran

sejarah. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat pembelajaran sejarah menjadi

menarik untuk dipelajari.

Untuk membuat pembelajaran sejarah menjadi menarik, sangat tergantung pada

peran seorang guru dalam menyajikan materi pembelajarannya. Selain itu, model dan

media pembelajaran juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha

meningkatkan aktivitas dan motivasi peserta didik dalam belajar. Pemakaian model dan

media pengajaran yang tepat dalam proses pembelajaran juga dapat membangkitkan

keinginan dan minat siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan bagi kegiatan

belajar, serta menjadikan mata pelajaran sejarah lebih nyata, berwarna, dan menarik untk

dipelajari.

Model Pembelajaran Example Non Example atau yang biasa disebut Example And

Non-Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai

media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak

dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai

apa yang ada didalam gambar tersebut.

Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada

konteks analisis siswa. Biasanya lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat

juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat

perkembangan siswa kelas rendah seperti : kemampuan berbahasa tulis dan lisan,

kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model

Pembelajaran Example Non Example dengan menggunakan gambar dapat ditampilkan

melalui OHP, poster, dan lain-lain. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan

kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak-anak yang berada di belakang juga dapat melihat

dengan jelas.

Page 3: Pra Proposal PTK (Siska)

Penerapan model pembelajaran examples non examples ini, diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi adalah segala keberhasilan yang telah

diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan untuk dipertanggungjawabkan. Sehingga,

prestasi belajar siswa dapat diartikan sebagai suatu kecakapan atau hasil yang telah

diperoleh dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan

yang ditunjukan dengan nilai.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dalam kesempatan ini akan

melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan prestasi belajar

siswa tentang kehidupan awal masyarakat Indonesia melalui penerapan model

pembelajaran example non example”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Ada persepsi yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah sulit dan

membosankan, karena sajiannya kurang menarik.

2. Kurangnya minat dan motivasi belajar pada diri siswa di dalam belajar sejarah.

3. Rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran sejarah.

4. Guru tidak menggunakan model dan media pembelajaran dalam pelajaran sejarah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar

(KD) menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia yang materinya meliputi :

1. Penemuan manusia purba dan hasil budayanya.

2. Perkembangan Kehidupan dari Masyarakat Berburu ke Masyarakat Pertanian,

dengan menggunakan metode pembelajaran Example Non Example pada kelas X.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dan pengamatan dalam

pelaksanaan proses pembelajaran Sejarah, maka dapat diidentifikasi permasalahan-

permasalahan yang muncul pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 11

Yogyakarta, sebagai berikut :

Page 4: Pra Proposal PTK (Siska)

1. Apakah penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas X di

SMA Negeri 11 Yogyakarta ?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Example Non Example dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas X di

SMA Negeri 11 Yogyakarta ?

E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini, yaitu model

pembelajaran Example Non Example. Dengan penerapan model pembelajaran Example

Non Example ini, diharapkan minat, motivasi, dan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran Sejarah akan meningkat.

Dalam penelitian ini terdapat usaha untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa

pada pembelajaran sejarah yang diajarkan dengan menggunakan model Example Non

Example. Pengumpulan data untuk melihat ketertarikan peserta didik terhadap mata

pelajaran sejarah yang penulis lakukan adalah dengan tehnik observasi, yaitu

pengumpulan data dengan pengamatan dan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan tes

untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan dilanjutkan dengan pengolahan data,

agar bisa didapatkan kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan mampu menjawab

keingintahuan penulis terhadap permasalahan yang sedang dibahas.

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum.

2. Tujuan Khusus

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas

X semester I, pada mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta, tahun

Pelajaran 2012/2013, dengan menggunakan model pembelajaran examples non

examples.

Page 5: Pra Proposal PTK (Siska)

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X, pada mata

pelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta, tahun pelajaran 2012/2013.

b. Proses belajar mengajar Sejarah dikelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta menjadi

menarik dan menyenangkan serta hasil belajar Sejarah menjadi meningkat.

2. Bagi Peneliti

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam penelitian sejarah.

b. Ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, tetapi bersifat variatif dan inovatif.

3. Bagi Teman Sejarahwan

Sebagai acuan atau referensi jika akan melakukan kegiatan sejenis.

4. Bagi Perpustakaan

Menambah referensi/koleksi buku mengenai PTK.

5. Bagi Sekolah

a) Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Sejarah.

b) Sebagai salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum.

c) Memajukan dan memperkaya teknik pembelajaran pada dunia pendidikan di

Indonesia.

Page 6: Pra Proposal PTK (Siska)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan

dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar, setiap individu

menggunakan ranah.

a. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran

atau pikiran sendiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis

dan evaluasi.

b. Afektif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan watak perilaku, seperti

perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

c. Psikomotorik, yaitu kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang

berhubungan dengan aktivitas fisik.

Belajar menurut pandangan Skinner (1958), adalah proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progreset. Menurut Skinner,

belajar ditentukan oleh hal-hal berikut :

Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.

Respon si pelajar.

Konsekuensi yang bersifat menggunakan respon tersebut, baik konsekuensi

sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman1.

B. Konsep Belajar Sejarah

C. Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan

bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme

telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat

sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun dalam prakteknya belum

jelas terlihat. Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar,

guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk

1 www. Konsep Belajar.

Page 7: Pra Proposal PTK (Siska)

yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu

pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah

hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah

merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik

sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan peng-abstrakan. Fikiran peserta didik

tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan

sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri.

Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang

membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta

didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan

struktur kognitif yang ada pada diri mereka. Apabila pengetahuan baru telah

disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagai pegangan kuat mereka, barulah

kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.

John Dewey menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa

pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai

proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Ia juga

menekankan kepentingan keikutsertakan peserta didik di dalam setiap aktivitas

pengajaran dan pembelajaran.

Ditinjau persepektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme,

maka fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan

pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai

contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan pembelajaran yang

menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh dengan tepat apa saja yang

disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu

kepada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan

pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan

model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau dari

kaca mata peserta didik2.

D. Teori Prestasi Belajar Sejarah

2 Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : FKIP-Universitas Sanata Dharma.

Page 8: Pra Proposal PTK (Siska)

Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar, yaitu prestasi dan

belajar. Menurut W.J.S.Poerwadarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

“hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah, prestasi adalah “hasil

belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa”. Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai

“suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dapat

ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti adanya perubahan dalam pengetahuan,

sikap, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta

perubahan-perubahan aspek lainnya pada individu belajar”. Belajar dapat juga

diartikan sebagai “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa “Prestasi belajar

adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan

yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain

prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah

melalui ujian tertentu”.

E. Teori Pengukuran / Evaluasi Belajar

Pengukuran keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan dengan mengukur

ranah siswa itu sendiri, baik dari ranah cipta, ranah rasa, ranah karsa. Atau yang biasa

dikenal dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Evaluasi Prestasi Kognitif

Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi kognitif (ranah

cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis maupun tes

lisan dan perbuatan.

Evaluasi Prestasi Afektif

Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa)

dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertujuan untuk mengetahui

kecenderungan atau sikap orang yang akan diukur.

Evaluasi Prestasi Psikomotorik

Mengatur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi psikomotor (ranah

karsa) dapat dilakukan dengan observasi. Observasi dalam hal ini dapat

Page 9: Pra Proposal PTK (Siska)

diartikan sebagai “jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau peristiwa-

peristiwa tertentu”.

F. Model Pembelajaran Example Non-Example

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and

non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai

media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak

dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat

mengenai apa yang ada didalam gambar. 

Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan

pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi,

namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikoligis

dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah, seperti kemampuan berbahasa tulis dan

lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui

OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita

gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di

belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang

kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi

konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan

untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa

secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example

dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan

keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan

sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-

example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi

yang sedang dibahas.

Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep

adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada

dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-

Page 10: Pra Proposal PTK (Siska)

example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang

lebih dalam mengenai materi yang ada3.

Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagi berikut :

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri

3-4 orang siswa.

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran/KD.

Guru menempelkan gambar di papan tulis, atau ditayangkan melalui OHP

atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.

Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para  siswa untuk

memperhatikan dan menganalisa gambar.

Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar

tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil

diskusinya.

Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Kesimpulan.

Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada

lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas.

3 http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-example-non-example.html.

Page 11: Pra Proposal PTK (Siska)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X yang

terdiri dari 32 siswa, dengan komposisi perempuan 21, dan laki-laki 13 siswa.

B. Lokasi Penelitian dan Jadwal Pelaksanaan

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta,

untuk mata pelajaran Sejarah kelas X.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran 2012/2013, yaitu

bulan Februari sampai dengan Maret 2013. Penentuan waktu penelitian mengacu

pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang

membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

3. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan hasil

belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah melalui

pembelajaran Examples Non Examples.

C. Data dan Sumber Data

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam

proses belajar mengajar.

2. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif

dengan tipe Examples Non Examples dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran.

3. Teman Sejawat dan Kolaborator

Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat

implementasi PTK secara komperhensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

Page 12: Pra Proposal PTK (Siska)

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen penelitian yaitu

instrumen pembelajaran yang meliputi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dan penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan instrumen pengumpulan data. Dalam

instrumen pengumpulan data, pada penelitian ini terdiri dari tes dan non test. Untuk

tes mencakup tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) sedangkan non test berupa

lembar portofolio keterlibatan siswa. Untuk lembar portofolio, kriteria penilaian

keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok asal dan kelompok ahli adalah inisiatif,

kebenaran, kerjasama dan menghargai pendapat teman.

E. Tehnik Analisis Data

1. Tes : Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.

2. Observasi : Dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa

dalam PBM dan implementasi pembelajaran kooperatif Examples Non Examples.

3. Wawancara : Untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi

pembelajaran kooperatif Examples Non Examples.

4. Diskusi antara guru, teman sejarawat, dan kolaborator untuk refleksi hasil siklus.

Page 13: Pra Proposal PTK (Siska)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. 2009. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sarwiji, Suwandi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya Ilmiah.

Yogyakarta : Yuma Pustaka.

Abu, Ahmadi. Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008.  Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha

Nasional.

Nurkencana. 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algensindo.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2008.  Model-Model Pembelajaran yang Efektif.

Disajikan pada ToT Kurikulum SD/MI.

Zaenal, Aqib. 2007.  Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. YRAMA WIDYA.

Kusnandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pembangunan Profesi

Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Y.R. Subakti. 2010. Paradigma Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : FKIP-

Universitas Sanata Dharma.

Sardiman A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (www. Konsep Belajar).

Page 14: Pra Proposal PTK (Siska)

Dimiati dan Mudliono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. (www. Konsep Belajar).