Post on 25-Dec-2019
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEMBENTUK
KEPRIBADIAN ANAK ISLAMI DI YAYASAN
BAHRUL’ULUM PONDOK AREN TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial ( S.Sos )
Oleh :
EGI FAUZI FAHMI
NIM : 1111052000009
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAHJAKARTA
1439 H./ 2018 M.
i
ABSTRAK
Egi Fauzi Fahmi, 1111052000009: “Peran Pembimbing Agama dalam
Membentuk Kepribadian Islami Anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang Selatam”. Di bawah Bimbingan Bapak. Noor Bekti Negoro,
SE, M.Si
Anak yang hidup di panti asuhan cenderung mengalami kemunduran dan
menghadapi semua kendala dalam pertumbuhan jiwa dan kepribadiannya, seorang
pakar psikologi anak menyatakan bahwa 100 persen dari anak-anak uang pada
tahu-tahun pertama usiaya hidup di panti asuhan mengalami kelambanan dalam
pertumbuhan jiwanya. Bahkan sampai masa baliq, mereka tetap mampu bergaul
secara normal dengan masyarakat umum, oleh karena itu perlu bagi anak yatim
piatu dibimbing ajaran islam agar nantinya pribadinya menjadi pribadi yang
berakhlakul karimah.
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang
Selatan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran
bimbingan Islam dalam dalam membentuk kepribadian islami anak di Yayasan
Bahrul’Ulum. Dan apa faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk
kepribadian islami anak di Yayasan Bahru;’Ulum.
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan dengan desain
deskriptif, informan, dan penelitian yang terdiri dari satu orang pembimbing
Agama, dan 3 orang anak yatim di Yayasan Bahrul-Ulum. Adapun tekhnik
pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara mendalam,
dokumentasi.
Hasil dari penelitian Dalam pelaksanaan bimbingan diharapkan seorang
pembimbing harus dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih banyak lagi
tentang permasalahan yang dihadapi anak serta penanganannya dan Yayasan
Bahrul’Ulum diharapkan dapat menghadirkan tenaga professional yang memliki
spesialisasi psikologi anak.
Kata Kunci: Peran Pembimbing Islam, Kepribadian
ii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الر حيم
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Peran Pembimbing Agama dalam membentuk kepribadian
islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tanggerang Selatan ”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun
tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan
iii
iii
Bidang Adkum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
4. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan dan dosen
pembimbing yang selalu memberikan semangat dan motivasi terus-menerus
dalam mengerjakan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu.
6. Terimakasih keluarga tercinta, Ibu Lilis Hasanah S.Pd dan Bapak Sanin
Obing serta adik-adik saya M. Reza dan M. Rafli,, dan juga istri Putri
Anggraini yang selalu memberikan do’a, semangat dan motivasi
7. Seluruh pengasuh dan pengurus yayasan Bahrul’Ulum yang Telah Membantu
dalam Menyelesaikan Penelitian Skripsi ini.
8. Buat sahabat–sahabat penulis Muhamad Sabri, Al-Muzani, Khoirul Muslim
M, Mujahidin, Harry Handhiman, Safaruddin, Burhan, Ubay dan Koen Arief
Permana tidak lupa juga seluruh teman-teman, kakak dan adik seperjuangan
penulis terima kasih atas dukungan dan doanya.
9. Seluruh keluarga besar BPI 11 terimakasih buat dukungan dan doanya
kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus
terjaga dengan baik.
iv
iv
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Ciputat, 22 Mei 2018
Egi Fauzi Fahmi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 4
1. Perumusan Masalah .................................................................... 4
2. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
1. TujuanPenelitian ......................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
D. Tinjauan pustaka ............................................................................... 6
E. Metodologi penelitan......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Peran ……………........................................................................... 14
1. Pengertian Peran ………….………………………………….. 14
2. Jenis-jenis Peran ……………………………………………....15
3. Tujuan dan Manfaat Peran …...…………………………..….. 15
B. Pembimbing Agama …….……………………………………….. 16
1. Pengertian Pembimbingan Agama .…………….……………. 16
2. Syarat-Syarat Pembimbing Agama ……………..……........... 18
3. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama …..………………... 19
4. Peran Pembimbing Agama ..…………………………………. 20
C. Bimbingan Islam …………………………...……………….......... 21
1. Pengertian Bimbingan Islam …………………...…………….. 21
2. Tujuan Bimbingan Islam ……………………..……………… 23
3. Fungsi Bimbingan Islam ..……………………………………. 25
vi
4. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam …………………….. 26
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam .................. 27
6. Macam-Macam Bimbingan Islam …………………..……… 28
7. Metode Bimbingan Islam …………………………………... 29
8. Materi Bimbingan Islam …………………………………… 31
D. Kepribadian.................................................................................... 34
1. Pengertian Kepribadian ……………………………………. 34
2. Aspek-Aspek Kepribadian ………………..………..………. 37
3. Sifat-sifat Kepribadian …….…………………………..…..... 41
4. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kepribadian …………….. 41
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah dan perkembangan Yayasan Bahrul’Ulum ...................... 44
B. Bentuk pembinaan anak asuh......................................................... 45
C. Prosedur penerimaan anak asuk dan katagori status anak............ 46
D. Visi dan Misi Yayasan Bahrul’Ulum …………………............... 47
E. Jenis Kegiatan Santri Yayasan Bahrul’Ulum …………….…….. 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi informan.......................................................................... 50
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Membentuk Kepribadian
Islami Anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang
Selatan ............................................................................................ 52
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam membentuk kepribadian
islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum.............................................. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 64
B. Saran-saran ...................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan Islam terhadap anak sangat diperlukan sebab anak adalah
penerus perjuangan bangsa, yang menentukan nasib bangsa di masa yang akan
datang. Maju mundurnya suatu bangsa sangat bergantung bagaimana bangsa itu
memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Sebagaimana diketahui keluarga
merupakan pendidikan pertama yang sangat menentukan baik buruknya
kepribadian seseorang. Pola-pola pendidikan keluarga yang negatif bisa menjadi
latar belakang dan penyebab timbulnya gejala tidak percaya diri.1
Permasalahan anak masih banyak terjadi. Lebih lagi dalam masa sulit
seperti saat ini, dimana bangsa Indonesia sedang dilanda krisis dalam berbagai
bidang. Selain itu masyarakat yang makin kompleks telah memberikan pengaruh
buruk terhadap pengasuhan dan perawatan anak. Antara lain eksploitasi anak
secara ekonomi, kekerasan, penelantaran anak, dan bentuk-bentuk pelanggaran
lainnya, baik jumlah maupun kualitasnya semakin meningkat. Walaupun berbagai
upaya telah dilakukan tetapi hak-hak anak masih belum dapat terpenuhi secara
optimal.2
Setiap anak yang lahir di dunia menginginkan tumbuh dan berkembang
dalam suatu keluarga yang bahagia dan harmonis, lingkungan yang penuh dengan
kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya, namun sayangnya tidak
1 Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2005),
h. 122 2 Departemen Sosial Republik Indonesia, Pedoman Perlindungan anak, (Jakarta:
Direktoral Jendral Bina Kesejahteraan Sosial, 1999), h. 22
2
semua anak bisa merasakan kebahagiaan yang demikian, artinya tidak semua anak
dapat merasakan kebahagiaan karena mendapat belaian kasih sayang yang utuh
dari keluarga, sebagai contoh adalah anak korban perceraian dan anak yang
ditinggal mati oleh orang tuanya atau yang biasa disebut anak yatim.3 Pada
umumnya kematian seorang atau kedua orang tua akan memberikan dampak
tertentu terhadap hidup kejiwaan seorang anak. Lebih-lebih bila anak itu berusia
balita atau (menjelang) remaja. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Hanna Djumhana Bastman bahwa:
“… kematian ayah, ibu atau keduanya dengan sendirinya akan memberi
pengaruh terhadap keluarga secara keseluruhan dan juga terhadap anak-anak yang
ditinggalkan. Kematian senantiasa menimbulkan suasana murung (depresi) pada
keluarga dan anggota-anggotanya…”4
Sebagai makhluk sosial yang memiliki kecenderungan untuk berteman dan
bergaul dengan sesama manusia, anak-anak yatim juga membutuhkan pergaulan
dengan orang lain terutama yang sebaya. Pergaulan dan interaksi sosial
merupakan kebutuhan fitrah insan, apalagi anak-anak yang jiwa dan raga mereka
tengah tumbuh berkembang.5
Kebanyakan anak-anak yatim karena telah kehilangan perhatian dan kasih
sayang orang tua, telah kehilangan kepercayaan dan menjadi rendah diri (inferior)
dalam pergaulan, terutama mereka yang berasal dari diri dan mudah tersinggung.
Bahkan, ada yang menjauhkan diri dari pergaulan dengan sesama anak-anak
sebaya mereka. Hal ini mungkin terjadi karena beban psikologis yang sedemikian
berat, sementara mereka belum sanggup memikulnya. Sebaliknya, adapula anak
yatim yang hidupnya bebas dan memiliki keberanian dalam menantang hidup
3 Qoumi Ali, Peranan Ibu, (Bogor: Cahaya, 2003), h. 204
4 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997), h. 172 5 Muhsin M.K, Mari Mencintai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 96
3
(Superior), karena tidak ada lagi orang yang bisa mencegah, mengendalikan, dan
memperdulikan diri mereka, oleh karena itu usaha meringankan beban psikologi,
menyenangkan hati, dan memperbaiki kemelut pikiran mereka menjadi sangat
penting.6
Menurut ajaran Islam, manusia diberi kebebasan untuk sadar dn aktif
melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan diri. Menurut al-Ghazali,
peningkatan diri pada hakekatnya adalah perbaikan akhlak, dalam
menumbuhkembangkan sifat-sifat terpuji dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat
tercela pada diri seseorang.7 Atau sering disebut dengan amar ma’ruf nahi
mungkar.
Perilaku anak harus berdasarkan pada niai-nilai agama. Seseorang
dikatakan memliki perilaku keagamaan yang baik apabila ia mampu sungguh-
sungguh melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, perlu
ditanamkan melalui proses pembelajaran dan pengendalian gejolak jiwanya.
Apabila dalam masa ini anak tidak berhasil mengatasi situasi-situasi kritis dan
terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka besar keungkinannya ia akan
terperangkap ke jalan yang salah. Kasus-kasus penyalahgunaan obat atau
penyalahgunaan seks atau kenakalan anak yang lain, sering kali disebabkan oleh
kurang adanya kemampuan anak untuk mengarahkan emosinya secara positif.8
Karenanya anak hendaknya dapat mengarahkan emosinya agar perilaku perilaku
anti sosial dalam masa ini dapat diminimalisir. Hal ini mengingat emosi adalah
memperkuat semangat, melemahkan semangat, menghambat atau mengganggu
6 Muhsin M.K, Mari Mencintai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 97
7 Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 1995), h. 85 8 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 1992), h. 7
4
konsentrasi belakar, terganggunya penyesuaian social, bahkan suasana emosonal
yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya
dikemudia hari.9
Anak yang hidup dipanti asuhan cenderung mengalami kemunduran dan
menghadapi sejumlah kendala dalam proses pertumbuhan jiwanya. Oleh karena
itu, anak panti asuhan membutuhkan bimbingan Islam karena merupakan proses
mengarahkan anak yatim piatu dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak
keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga akan tercapai kehidupan yang
bahagia dunia dan akhirat.10
Dari apa yang telah dipaparkan tersebut peneliti sangat tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut tentang Peran Pembimbing Agama Dalam Membentuk
Kepribadian Islami Anak Di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang
Selatan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang berkenaan dengan judul di atas tidak
melebar, maka masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini
perlu dibatasi agar arah, tujuan, dan sasarannya lebih jelas. Untuk kemudahan
dalam melakukan penelitian maka penulis hanya membatasi penelitian
kepada hal-hal sebagai berikut, yaitu:
9 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), h. 115 10
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: LPPAI, 2001), h.
4
5
1. Untuk mengetahui Bagaimana peran pembimbing Agama Islam dalam
membentuk kepribadian Islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang Selatan?
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam memebntuk
kepribadian Islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang
Selatan?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, ada permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran Pembimbing Islam Dalam Membentuk
Kepribadian Islami Anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membentuk
Kepribadian Islami Anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui peran pembimbing agama dalam membentuk
kepribadian Islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren
Tengerang Selatan
b. Untuk mengetahui apa factor pendukung dan penghambat dalam
membentuk kepribadian islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang Selatan.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan dari penelitian ini
adalah dapat memperkaya pengalaman sekaligus menerapkan ilmu
yang didapat selama proses perkuliahan. Manfaat lainnya adalah
untuk menambah Khazanah Penelitian, model dan objek penelitian
mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam Khususnya di bidang
bimbingan agama
b. Manfaat Praktis
Penulis berharap hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi semua pihak khususnya dapat menjadi bahan masukan bagi
pembimbing agama agar dijadikan bahan evaluasi bagi
pembimbing agama tentang bimbingan agama dan pembentukan
kepribadian islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren
Tangerang Selatan
D. Tinjauan Pustaka
Untuk lebih memperjelas mengenai permasalahan, peneliti akan
menguraikan beberapa kepustakaan yang relevan mengenai pembahasan yang
akan dibicarakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
program studi Manajemn Dakwah, bernama Nurjanah/ NIM
9953017561/tahun 2006, yang berjudul Penerapan Fungsi Manajemen
Rumah Asuh Darul Ikhlas dalam Usaha Meningkatkan Kualitas Kepribadian
anak-anak yatim. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana
7
perencanaan pengorganisasian serta pengawasan Rumah Asuh Darul Ikhlas
dalam meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak yatim.
2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, bernama Fitriyani/ NIM
103052028657/ tahun 2008, yang berjudul Metode Bimbingan Islam dalam
Pembinaan Akhlak Anak Yatim Di Panti Asuhan YAKIIN Larangan
Tangerang. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk
program pembinaan akhlak anak yatim di Panti Asuhan Yayasan
Kesejahteraan Umat Islam Indonesia (YAKIIN).
3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, bernama Lisa Nurcahyani/
NIM 103052028665/ tahun 2007, yang berjudul Metode Bimbingan Islam
Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Jalanan Di Yayasan Bina Anak
Pertiwi Jakarta Selatan. Rumusan dalam skripsi ini adalah bagaimana
metode bimbingan yang dilakukan YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
dalam mengembangkan kreativitas anak jalanan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metodologi Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian maka
metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh
Mardalis, bahwa:
“Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang
saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskriptifkan, mencatat,
menulis, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang
8
ini bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini,
dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang diteliti”.
Sedangkan penelitian kulaitatif menurut Bogdam dan Taylor,
seperti dikutip Lexy J Maleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.11
Dalam hal ini penulis melakukan
observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang
diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh.
2. Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren
Tangerang Selatan.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
a. Sumber Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subyek penelitian
adalah narasumber yang dapat memberikan informasi yaitu pendiri
dan para pengasuh Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren, Tangerang
Selatan.
b. Obyek Penelitian
Sedangkan yang menjadi obyek penelitian penelitian yaitu
anak yatim yang tinggal di Yayasan Panti Asuhan Bahrul’Ulum
Pondok Aren.
4. Sumber Data
11
Lexy J Maleong, Metode Peneltian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000), h. 3
9
Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam
penelitian untuk memperoleh data-data kongkrit, dan yang dapat
memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini.12
Untuk menetapkan sumber data, penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan jenis data yang dibutuhkan
(dikumpulkan).
Untuk data primer penulis menghimpunnya dari narasumber yang
dapat memberikan informasi yaitu salah 1 pendiri Yayasan dan 2 orang
pengasuh Yayasan Bahrul’Ulum yang dijadikan sebagai subyek penelitian,
kemudian data sekunder didapatkan dari beberapa anak yatim yang
mengetahui dan mendapatkan bimbingan Islam di Yayasan Bahrul’Ulum
Pondok Aren Tangerang Selatan. Selain itu penulis juga
mengumpulkannya dari buku-buku dan berbagai literatur yang
berhubungan dengan pembuatan skripsi yang penulis susun.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hal
yang diperoleh keseluruhan, teknik pengumpulan data yang digunakan
sebagai pendukung penelitian ini adalah dengan beberapa instrument
penelitian berikut ini:
a. Observasi dan alat observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul
12
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penilitian Psikolog, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana dan Pendidikan Psikolog (LPSP3), 1998), h.29
10
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan
tersebut.13
Dalam melakukan ini, penulis dibantu dengan alat-alat
observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis.
b. Wawancara dan Pedoman Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan responden
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Artinya
adalah orang yang diwawancarai itu mengemukakan isi hatinya,
pandangan-pandangannya, pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa
sehingga pewawancara dapat lebih mengenalnya.14
Sebelum melakukan wawancara, peulis terlebih dahulu menyusun
pedoman wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun pedoman
wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung.
Selain itu, penulis juga menggunakan tape recorder untuk merekam hasil-
hasil yang diperlukan, dan juga mencatat informasi yang didapatkan ketika
itu.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya. Untuk melengkapi data yang diperoleh
melalui pengamatan dan wawancara dalam penelitian, peneliti
mengumpulkan dokumentasi berupa catatan lapangan, biografi atau
13
Mari SIngarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1983) H. 122 14
Fred N Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press, 2000), h. 770
11
dokumen yang ada di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang
Selatan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.15
Dalam pembahasan setelah penulis mendapatkan data-data dan
informasi yang dibutuhkan, maka dalam analisisnya teknik yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Data dan informasi yang didapatkan melalui observasi, yakni
penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar
aspek tersebut.
b. Data dan informasi yang didapatkan melalui wawancara, yakni
adanya percakapan antara wawancara dengan yang diwawancarai
tersebut dapat mengemukakan isi hatinya, pandangannya, dan lain
sebagainya.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta: Alfabeta,
2006), h. 275
12
c. Data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni penulis mencari
data mengenai hal-hal yang berupa catatan transkip, buku dan
sebagainya.
7. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan dan transliterasi skripsi ini menggunakan
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)”
yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang ditertibkan oleh
CeQDA (Center For Quality Development and Assurance), 2007. Selain
itu, penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan Metode
Penelitian dan Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik dan
benar melalui aturan atau tata cara penulisan. Untuk dijadikan sebagai bahan
acuan, maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam bahasan.
Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN terdiri atas: Latar Belakang Penelitian,
Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI terdiri atas: Peran (Pengertian Peran, Jenis-
jenis Peran, Tujuan dan Manfaat Peran). Bimbingan Islam
(Pengertian Bimbingan Islam, Tujuan Bimbingan Islam, Fungsi
Bimbingan Islam, Fungsi Bimbingan Islam, Asas-asas Bimbingan
Konseling Islam, Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan
13
Islam, Macam-macan Bimbingan Islam, Metode Bimbingan Islam,
Materi Bimbingan Islam). Kepribadian (Pengertian Kepribadian,
Aspek-Aspek Kepribadian, SIfat-Sifat Kepribadian, Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kepribadian)
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BAHRUL’ULUM terdiri
atas: Sejarah Perkembangan Yayasan Bahrul’Ulum, Bentuk
Pembinaan, Prosedur Penerimaan, Kategori Status Anak, Visi &
Misi, Jenis Kegiatan Bahrul’Ulum, Stuktur Yayasan Bahrul’Ulum
BAB IV PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEMBENTUK
KEPRIBADIAN ISLAMI ANAK YATIM DI YAYASAN
BAHRUL’ULUM PONDOK AREN – TANGERANG
SELATAN
BAB V PENUTUP terdiri atas: Kesimpulan, Saran
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran
1. Pengertian Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi, Peran adalah beberapa tingkah
laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat.1
Lebih jauh, peran itu harus dilaksanakan dan seseorang dikatakan dapat
memainkan perannya apabila mempunyai status dalam masyarakat.2
Menurut Soerjono Soekanto mengakatkan peran sebagai prilaku individu
yang penting bagi Sturktur sosial masyarakat, dapat dikatakan bahwa orang
tersebut menduduki suatu posisi dalam masyarakat, maka ia pun melaksanakan
suatu perannya tersebut dengan memperhatikan hak dan kewajibannya.3
Sedangkan peran menurut teori peran ( Role Theory ), istilah ”peran”
diambil dari dunia teater. Dalam teater seorang aktor harus bermain sebagai
seorang tokoh tertentu dan posisinya sebagai tokoh tersebut dia diharapkan untuk
berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Begitu pula dalam masayrakat bahwa
perilaku yang diharapkan dari tokoh tersebut tidak berdiri sendiri, melaikan
selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain berhubungan dengan
orang atau aktor tersebut.
Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori
peran 4 golongan yaitu:
1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Blai Pustaka, 1998), h. 854 2 Nurul Hidayat, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Press, 2006), cet ke 1, h. 91 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. 220
15
3. Kedudukan antara orang-orang dan perilaku
4. Kaitan antara orang dan perilaku.4
2. Jenis-Jenis Peran
Sutarmadi dan Al-Tirmidzi membagi Jenis-jenis peran kedalam 4
jenis peran, yaittu:
a. Role Position adalah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan
status sosial atau kedudukan dan berhubungan dengan tinggi
rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur sosial tertentu.
b. Role Behaviour adalah cara seseorang memainkan perannya.
c. Role Perception adalah bagaimana seseorang memandang peranan
sosialnya serta bagaimana ia harus bertindak dan berbuat atas dasar
pandangannya tersebut.
d. Role Expectation adalah peranan seseorang terhadap peranan yang
dimainkannya bagi sebagian besar warga masyarakat.5
Jika dilihat dalam pembagian Jenis-jenis peran tidak hanya
seseorang yang memiliki status atau kedudukan yang menjalankan peran
akan tetapi setiap individu bisa menjalankan perannya masing-masing
sesuai dengan cara pandang yang dimiliki.
3. Tujuan dan Manfaat Peran
Setiap peran bertujuan agar individu yang melaksanakan peran
dengan orang-orang sekitarnya yang berhubungan dengan peran tersebut
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, h. 234
5 A. Sutarmadi dan Al-Tirmidzi, Peranan dalam pengembangan Hadist dan
Fiqih,(Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1998), h.27.
16
terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan
ditaati oleh kedua belah pihak.6
Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena
manfaat peran itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Memberi arah pada proses sosialisasi.
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, Nilai-nilai, Norma-norma, dan
pengetahuan.
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehinngga dapat
melestarikan kehidupan masyarakat.7
B. Pembimbing Agama
1. Pengertian Pembimbing Agama
Dalam Kamus umum Bahasa Indonesia “pembimbing” menurut bahasa
berarti “pemimpin” atau “penuntun”. Kata tersebut diambil dari kata “bimbing”
yang artinya “pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe” menjadi
pembimbing yang artinya “yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu”. Pemimpin,
penuntun merupakan sesuatu yang dipakai untuk membimbing.8 Kata “bimbing”
merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang mempunyai arti menunjukkan,
membimbing, menuntun dan membantu.9
Menurut D. Ketut Sukardi, yaitu: bimbingan ialah proses bantuan yang
diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangan pontensi, bakat,
6 Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 64.
7 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,
(Jakarta: Kencana, 2007), h.160. 8W. J. S. poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), Cet. Ke-7,h. 427 9 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. Ke-1, h.3
17
minat dan kemampuan yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri, mengatasi
persoalan-persoalan sehingga mereka menentukan sendiri jalan hidupnya serta
bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.10
Pengertian islam menurut Syamsul Rijal hamid “Islam adalah Agama
yang berasal dari Allah SWT yang diturunkan melalui utusannya, Muhammad
SAW, ajaran-ajaran islam tertuang dalam Al-Qur’an dan sunnah, berupa
petunjuk-petunjuk, perintah-perintah, dan larangan-larangan demi kebaikan
manusia11
Sedangkan Pengertian islam secara etimologi, menurut A. Aziz Salim
Basyarahil “mempunyai pengertian damai, selamat, dan penyerah diri secara
mutlak kepada Allah SWT untuk memperoleh ridhonya dengan mematuhi
perintah dan menjahui larangnya”.12
Syaikh Muhamad al-Ghazali juga menjelaskan “Pengertian Islam artinya
tunduk kepada Allah SWT, menyerahkan jiwa dan segala urusan hanya
kepadanya. Atau dengan kata lain, islam adalah terjalinya hubungan antara
manusia dengan tuhannya di atas prinsip “kepatuhan dan ketaatan”.13
Agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk
melakukan suatu aktifitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan
dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta
ketaatan. Apabila mereka meyakini Tuhan Maha Kuasa, mengatur dan
mengedalikan alam maka segala apapun terjadi. Baik peristiwa alamiah atau
peristiwa sosial, dilimpahkan tanggung jawab pada tuhan. Tetapi sebaliknya jika
10
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar teori Konseling (suatu uraian ringkasan), (Denpasar:
Ghalia Indosia, 1984), h. 17 11
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Bogor: Cahaya salam, 2008), h.17. 12
A.Aziz Salim Basyarahil, Masalah Agama, (Jakarta: Gema Insani Perss, 1993), h.9. 13
Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Masalah Agama, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993),
h.9.
18
mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan, percekokan, dialam
seolah-olah tanpa kendali maka mereka kecewa terhadap tuhan.14
Bimbingan agama merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal
dengan jalan memahami lingkungan, mengatasi hambatan, guna menentukan
rencana masa depan yang lebih baik. Bimbingan agama secara umum adalah
sebagai suatu bantuan dengan nilai-nilai keagamaan. Bimbingan agama adalah
suatu proses individu melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan
kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan manfaat sosial.15
2. Syarat-syarat Pembimbing Agama
Secara akademisi pembimbing atau konselor mesti memiliki wawasan
ilmu pengetahuan (kemampuan teoritik) yang berhubungan dengan profesi
bimbingan dan konseling, serta mempunyai kemampuan (kompentesi dan skill)
dalam melayani berbagai permasalahan masyrakat sesuai dengan situasi dan
kondisi yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian, setiap pembimbing dan konselor diupayakan
memiliki kualifikasi (strata) pendidikan yang memadai secara praktis ditunjang
berbagai pengalaman dalam pelayanan bimbingian dan konseling. Jadi dari segi
professional dan individual setiap pembimbing dan konselor mempunyai
kompetensi yang seimbang antara teoritik dan praktik.16
14
Zkiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. Ke-16, h. 87 15
Umar Santono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet.
Ke-1, h.9 16
M.Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2008), h.154-155
19
3. Tujuan, dan Fungsi Pembimbing Agama
Tujuan dari pembimbing agama adalah memberi bantuan kepada anak
bimbing agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami dengan kemampuan
sendiri atas dorongan dari keimanan dan ketaqwaannya kepada tuhan. Karena
bimbingan keagamaan ini relevan dengan pendidikan agama, maka menurut
Zakiayah Daradjat bimbingan keagamaan itu bertujuan membimbing remaja
agar menjadi muslim sejati, beriman, teguh, beramal sholeh, dan berakhlak
mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.17
Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, sebagaimana dikutip dalam
buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intergrasi)
karya Tohirin. Tujuan rohani dalam islam yaitu: Untuk menghasilkan suatu
perubahan, perbaikan, kebersihan jiwa dan mental. Kemudian untuk perubahan
tingkah laku yang dapat memberikan untuk diri sendiri dan lingkungan, untuk
memunculkan kecerdasaan emosi, untuk menghasilakan kecerdasaan spiritual,
dan untuk menghasilkan potensi Ilahiyah. Sehingga dengan potensi itu individu
dapat memberikan manfaat serta keselamatan bagi lingkungannya pada berbagi
aspek kehidupan.18
Kemudian Menurut Dewa Ketut Sukardi menyebutkan bahwa fungsi
bimbingan agama adalah:
a. Menyalurkan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien
mendapat lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya.
18 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intergitas),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.37.
20
b. Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien di
lingkungan tertentu untuk mengadaptasikan dengan keadaan atau
orang-orang yang ada di lingkungan tersebut.
c. Menyesuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
d. Pencegahan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien
menghindari kemungkinan terjadinya hambatan.
e. Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien untuk
memperbaiki kondisi klien yang dipandang kurang baik/memadai.
f. Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu klien untuk
melampaui proses dan fase perkembangan secara teratur.19
4. Peran Pembimbing Agama
Dalam ilmu psikologi sosial peranan diartikan sebagai suatu perilaku
atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seorang yang dimiliki
suatu status di dalam kelompok tertentu.20
Bimbingan agama adalah suatu
proses individu melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuan
agar memperoleh kebahagian pribadi dan manfaat sosial.21
Peran pemimbing agama menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai
hal yang bisa mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang
pada batas-batas tertentu dapat memperdeksi perbuatan orang lain, orang
bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku dirinya sendiri dengan
perilaku orang-orang sekelompoknya, hubungan-hubungan sosial yang ada
19
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: PT Rineka Amzah,
2010), Cet. Ke-1, h. 4849 20
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Eresco, 1988), h. 135 21
Umar Santoso, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet.
Ke-1, h.
21
dalam masyarakat merupakan hubungan antara peran-peran individu dalam
masyarakat, peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.22
C. Bimbingan Islam
1. Pengertian Bimbingan Islam
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata Bahasa inggris
yaitu “guidance” yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti
menunjukkan. Pengertian bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan,
atau menuntun orang lain kearah tujuan yang lebih bermanfaat bagi hidupnya
dimasa kini dan masa datang.23
Dalam kamus Arab-Indonesia, bimbingan
dalam Bahasa Arabnya adalah الرشادا yang artinya pengarahan, bimbingan
dan bisa berarti menunjukkan atau membimbing.24
Hal ini dapat kita lihat
dalam firman Allah surat Al-Kahfi ayat 10:
ة أوىإذ فت فإلىٱل كه نا فقال وا ٱل نكمنءاتنارب مة لد ئ رح رنامن لناوه اأم رشد
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke
dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al-Kahfi: 10).
Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan inndividu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya agar
individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.25
22
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 213 23
HM. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1994), h. 1 24
Al-Hamid Zaid Husain, Kamus Al-Muyassar, (Pekalongan: PT. Raja Murah, 1982), h.
32 25
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Offset, 1995). H.
4
22
Hallen dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling”, mendefinisikan bahwa
yang dinamakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus
menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu
yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikunya secara optimal dengan menggunkan berbagai macam media dan
teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.26
Menurut I Djumhur dan M Suryana, dalam bukunya Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah, membatasi pengertian bimbingan sebagai berikut:
“Suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapainya kemampuan untuk memahami dirinya
(Self Understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (Self
Acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (Self
Direction), kemampuan untuk merealisasikan dirinya (Self
Realization), sesuai dengan potensi kemampuan dalam menyesuaikan
dirinya baik dengan potensi kemampuan dalam menyesuaikan dirinya
baik dengan lingkungan keluarga, maupun dengan masyarakat. Dan
bantuan itu diberikan oleh orang yang memiliki keahlian dan
pengalaman khusus dalam bidang tersebut”.
Menurut Priyatno dan Eman Anti, bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
26
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 5
23
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.27
Dari beberapa pengertian bimbingan tersebut, secara umum dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang agar
mampu mengembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki,
mengenali dirinya, mengatasi persoalan-persoalan, sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung
kepada orang lain.
Setelah mengetahui pengertian bimbingan dari sudut pandang umum,
maka perlu dikemukakan juga pengertian bimbingan dari sudut pandang Islam,
yaitu bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.28
Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan lainnya,
tetapi pada seluruh seginya berdasarkan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul.
2. Tujuan Bimbingan Islam
Tujuan umum bimbingan Islam menurut Musnamar ialah membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
27
Erman Priyatno dan dan Anti Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1999), h. 34 28
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: LPPAI UII
Press, 2001), h. 4
24
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.29
Senada dengan pendapat tersebut,
Adz-Zaki menyatakan bahwa tujuan bimbingan penyuluhan Islam adalah:30
a) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dn kebersihan
jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah),
bersikap lapang dada (radhiyah), dan untuk mendapatkan pencerahan taufik
hidayah Tuhannya (mardhiyah).
b) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan
keluara, lingkungan kerja maupun lingkungan social dana lam sekitarnya.
c) Untuk menghasilkan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih
sayang.
d) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya. Ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya.
Sedangkan menurut Arifin, tujuan umum bimbingan dan penyuluhan
Islam adalah untuk membantu individu dalam mewujudkan dirinya menjadi
manusia seutuhnya agar mencaai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan
tujuan khusus dari bimbingan penyuluhan Islam antara lain:
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b) Membantu individu menghadapi masalah yang sedang dihadapi.
29
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual BImbingan dan Knseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), h. 34 30
Adz-Zaki, 2002: 167-168
25
c) Membantu individu memellihara dan mengembangkan siatuasi yang baik
atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga
tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya maupun orang lain.
Dengan demikian, bimbingan penyuluhan Islam bertujuan untuk
membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian, dan
interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu dan
juga untuk membantu individu untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya dan menjadi insan yang berguna agar mencapai kebahaigian hidup di
dunia dan akhirat.
3. Fungsi bimbingan Islam
Fungsi bimbingan Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun
keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut
dikelompokkan menjadi 4:
a. Fungsi Preventif, untuk membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi klien.
b. Fungsi Kuratif dan Korektif, untuk membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialami klien.
c. Fungsi Preservatif, untuk membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi
baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah
kembali).
d. Fungsi Developmental, untuk membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah naik agar tetap baik
26
menjadi lebih baik. Sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab
munculnya masalah bagi klien.31
Fungsi diatas dapat disimpulkankan bahwa bimbingan penyuluhan Islm
mempunyai fungsi seperti pencegahan (preventif), kuratif (korektif), preservative
dan pegembangan (development), yang membant individu guna memahami,
mengerti, mengenal dan mengevaluasi dirinya sendiri.
4. Asas-Asas Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan Konseling Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan al Hadits
ditambah dengan berbagai landasan keimanan. Berlandaskan landasan-landasan
tersebut, maka dapat dijabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan
bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut : asas kebahagiaan dunia dan
akhirat, asas fitrah, asas “lillahita’ala”, asas bimbingan seumur hidup, asas
kesatuan jasmaniah-rohaniyah, asas keseimbangan rohaniyah, asas kemaujudan
individu, asas sosialitas manusia, asas kekhalifahan manusia, asas keselarasan
dan keadilan, asas pembinaan akhlakul karimah, asas kasih sayang, asas saling
menghargai dan menghormati, asas musyawarah dan asas keahlian.32
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Prinsip berasal dari akar kata prinsipia, dapat diartikan “sebagai
permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang
keberadaannya tergantung dari pemula itu”. Prinsip ini merupakan hasil paduan
antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman
31
Tohari Musnamar, dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2002), h. 34 32
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2002(, h. 6-32
27
pelaksanaan suatu yang dimaksudkan.33
Maksud dari prinsip ini ialah hal-hal
yang dapat menjadi dasar pijakan dan pegangan dalam proses bimbingan
penyuluhan.
Adapun prinsip-prinsip bimbingan Islam adalah sebagai berikut : 34
a. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya.
b. Antara individu yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan, jadi
pembimbing harus memahami masing-masing individu.
c. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan agar individu yang
bersangkutan mampu membantu dan mengarahkan dirinya dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
d. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebudayaan yang dirasakan oleh
individu yang dibimbing.
e. Dalam pemberian layanan bimbingan, harus bisa fleksibel sesuai dengan
kebutuhan individu dan masyarakat.
f. Bimbingan dan penyuluhan merupakan proses yang kontinue atau terus
menerus.
g. Aspek yang perlu dibimbing adalah meliputi seluruh bidang, dengan
demikian bimbingan dan penyuluhan Islam tidak hanya mengkhususkan
bidang agama saja tetapi juga bidang yang lain seperti, kemampuan atau
bakat minat yang dihadapi oleh clien.
h. Bimbingan dan penyuluhan hendaknya mampu mendorong clien kearah
memahami dan mengenal akan apa yang dialami dan dimiliki oleh clien
33
Hallen A, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 63 34
M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1998), h. 91
28
sendiri serta menyadarkan tentang kemungkinan kemungkinan
mengembangkan dirinya lebih lanjut.
6. Macam-Macam Bimbingan Islam
Setelah mengkaji dari berbagai pendapat para ahli, maka untuk
mengetahui berbagai macam bimbingan termasuk bimbingan dalam Islam,
menurut Djalali bimbingan Islam dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu segi
bentuk, sifat, fungsi dan jenisnya.35
a. Dari segi bentuknya, bimbingan dan penyuluhan dapat melaksanakan secara:
1) Individual, terutama berhubungan dengan masalah-masalah perorangan.
2) Kelompok, dilaksanakan jika masalah yang dihadapi mempunyai
hubungan, dan ada kesediaan untuk dilayani atau melayani secara
kelompok.
b. Dari segi sifat atau fungsinya, daapat dibedakan menjadi:
1) Preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya masalah pada
seseorang.
2) Kuratif atau korektif, memecahkan atau menanggulangi masalah yang
sedang dihadapi seseorang.
3) Preventif dan developmental, yakni memelihara agar keadaan yang telah
baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembangkan keadaan
yang sudh baik itu menjadi lebih baik.
c. Dari segi jenis atau bidangnya
1) Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance), berkaitan dengan
persoalan-persoalan sekitar proses pendidikan.
35
HM Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1994), h. 34
29
2) Bimbingan Jabatan (Vocational Guidance), proses bantuan yang diberikan
kepada individu untuk mengenal bermacam-macam jabatan untuk
mempersiapkan diri dalam suatu jabatan yang cocok atau sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya, meningkatkan karier dan sebagainya
sehingga memperoleh sukses yang lebih tinggi didalam suatu jabatan.
3) Bimbingan penggunaan Waktu Luang (Leisure Time Guidanc) erat
kaittannya dengan (atau bahkan tidak bisa lepas dari) bimbingan
pendidikan.
4) Bimbingan Pribadi (Personal Guidance), untuk membantu individu di
dalam mengatasi konflik-konflik pribadinya.
5) Bimbingan Keluarga (Family Guidance), untuk memberikan bantuan yang
berupa tuntunan bagi individu dalam memecahkan atau menyelesaikan
problema yang berhubungan dengan masalah keluarga.
6) Bimbingan social (Social Guidance) merupakan jenis bimbingan yang
bertujuan untuk membantu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam masalah social. Sebagai upaya penyesuaian lingkungan
masyarakat.
7. Metode Bimbingan Islam
Dalam hal ini tujuan pokok kegiatan Bimbingan Islam adalah pemberian
bantuan kepada anak bimbing agar mampu memecahkan kesulitan yang dialami
dengan menggunakan kemampuannya sendiri atas dorongan dari keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan.
Untuk mengungkapkan potensi iman dan takwa sehingga menjadi daya
dorong kemampuan pribadi anak bimbing, diperlukan berbagai metode. Metode
30
adalah “jalan yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan. Namun
pengertian hakiki dari “metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa
fisik seperti alat peraga, alat administrasi, dan pergedungan di mana proses
kegiatan bimbingan berlangsung.36
Ada beberapa metode yang digunakan dalam bimbingan Islam:
a. Metode wawancara (interview)
Adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat
dijadikan pemetaan clien pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
b. Metode kelompok (group guidance)
Dengan menggunakan kelompok, pembimbing atau penyuluh akan dapat
mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam
lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu, karena
ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain. Dengan
metode ini dapat timbul kemungkinan diberinya group therapy yang fokusnya
berbeda dengan individu counselling.
c. Metode yang dipusatkan pada keadaan clien (clien-contered method)
Metode ini sering disebut nondirective (tidak mengarahkan), dalam
metode ini terdapat dasar pandangan bahwa clien sebagai makhluk yang bulat
yang memiliki kemampuan berkembang sendiri. Metode ini lebih cocok
dipergunakan oleh konselor agama karena akan lebih memahami keadaan clien
yang biasanya bersumber dari perasaan dosa yang banyak menimbulkan
perasaan cemas, konflik kejiwaan, dan gangguan jiwa lainnya.
36
HM Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1994), h. 43
31
d. Directive Counseling
Merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor
secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh
clien disadari sebagai sumber kecemasannya. Metode ini tidak hanya digunakan
oleh para konselor saja, melainkan juga oleh para guru, dokter, social wolker,
ahli hukum, dan sebagainya, dalam rangka usaha mencari informasi tentang
keadaan diri clien.
e. Metode Educative
Metode ini hampir sama dengan metode clien contered, hanya
perbedaannya terletak pada lebih menekankan pada usaha mengorek sumber
perasaan yang dirasa menjadi beban tekanan batin clien serta mengaktifkan
kekuatan atau tenaga kejiwaan clien (potensi dinamis) dengan melalui
pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya.
f. Metode Psikoanalisis
Metode ini terkenal mula-mula diciptakan oleh sigmund freud. Metode
ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu bilamana fikiran dan
perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motive-motive tertekan
tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun
mengendap didalam alam ketidaksadaran.37
8. Materi Bimbingan Islam
Materi bimbingan Islam adalah semua bahan yang disampaikan terhadap
anak bimbing yang menjadi sasaran dengan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist,
37
HM. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1994), h. 44-50
32
pada dasarnya materi bimbingan hendaknya disampaikan tidak terlepas dari apa
yang menjadi tujuan Bimbingan Islam.
a. Materi Aqidah
Materi aqidah (tauhid) membahas tentang kepercayaan kepada ke-
Esaan Allah SWT dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keEsaan
Allah SWT itu (rukun iman), berdasarkan dalil naqliyah maupun aqliyah
(ratio) menurut kemampuan akal manusa yang dilandasi dengan iman.38
Pada prinsipnya di dalam aqidah yang terpenting bukanlah
pengetahuan tentang Allah, tetapi hubungan antara seseorang hamba dengan
Allah yang akan timbul sikap dedikasi (rasa pengabdian, penyerahan).
Dalam hal ini Islam merupakan anak tangga yang terakhir dan tertinggi
karena ketegasannya tentang monotheisme yang mulus.
Doktrin tauhid (aqidah) bagi kehidupan manusia menjadi sumber
kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. tauhid akan
mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan
kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan
harapan yang dikejarnya ialah keridhaan Allah. Dengan demikian membawa
konsekwensi pembinaan karakter yang agung, menjadi manusia yang suci,
jujur dan teguh memegang amanah.
Tauhid akan membebaskan manusia dari perasaan keluh kesah,
bingung menghadapi persoalan hidup dan akan bebas dari rasa putus asa.
38
M. Matdawan Noor, Aqidah Dari Ilmu Pengetahuan dalam Lintasan Sejarah Dinamika
Budaya Manusia, (Yogyakarta: Yayasan “Bina Karier” LPSBIP, 1995). H. 6
33
Jadi tauhid memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia di dunia dan
kebahagiaan abadi di akherat kelak39
b. Materi Syari’ah
Secara etimologi berarti jalan. Secara terminologi (qaidah syari’ah
Islamiyah) berarti suatu sistem norma ilahiyah yang mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan hubungan antar manusia
dengan alam sekitarnya.40
Maka ibadah dan mu’amalat, dalam pengamalan ajaran Islam harus
terpadu antara urusan pribadi dan masyarakat. Tidak ada di antara ajaran
Islam yang hanya merupakan urusan pribadi dan tidak ada pula yang
merupakan kepentingan masyarakat saja
c. Materi Akhlaq
Akhlaq atau etika menurut ajaran Islam meliputi hubungan dengan
Allah (khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluq (baik manusia
maupun non manusia). Dengan ajaran akhlaq merupakan indikator kuat
bahwa prinsip-prinsip ajaran Islam sudah mencakup semua aspek dan segi
kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk
komunikasi, vertikal dan horizontal.
Pendidikan akhlaq yang berorientasi pada penanaman nilai luhur
sebagai sifat dasar dalam menjamin hubungan dengan sesamanya sangat
berkaitan dengan cara pandang dan watak dasar manusia.
Untuk itulah akhlaq merupakan pokok esensi ajaran islam di
samping aqidah dan syari’ah karena akan terbina mental dan jiwa seseorang
39
Nasrudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arief, 1998), h. 42-44 40
Endang Saifuddin Anshori, Kuliah Al-Islam, (Yogyakarta: CV. Rajawali, 1989), h. 90
34
untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi dengan akhlaq dapat
dilihat corak dan hakikat manusia yang sebenarnya.
Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah, pendidikan
akhlaqul karimah (akhlak mulia) adalah faktor penting dalam membina
suatu umat atau membangun suatu bangsa. Suatu pembangunan tidaklah
ditentukan semata dengan faktor kredit dan investasi materiil. Betapapun
melimpahnya kredit dan besarnya investasi.
Demikian pula pembangunan tidak mungkin berjalan hanya dengan
kesenangan melontarkan fitnah pada lawan-lawan politik atau hanya
mencari kesalahan orang lain. Yang diperlukan dalam pembangunan ialah
ke ikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi. sesuainya kata dengan
perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi
kepada hari depan dan pembaharuan.
Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala
usaha ialah pembinaan akhlak mulia. Ia harus ditanamkan kepada seluruh
lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan
bawah, dari anak kecil sampai orang dewasa.41
D. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
“personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari
Bahasa latin person (Kedok) dan personare (menembus).42
41
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arief, 1989), h. 37 42
John M. Ecols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1996), h. 424
35
Sedang menurut kamus Bahasa Indonesia, kepribadian adalah sifat hakiki
yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain.43
Pengertian kepribadian secara terminologis yang dikemukakan oleh para
tokoh adalah:
a. Ahmad D. Marimba
Kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh aspeknya-
aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya,
maupun filsafat hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian
kepada Tuhan penyerahan diri kepadaNya.44
b. Zakiah Daradjat
Kepribadian yang sesunguhnya adalah abstrak (ma’nawi) sukar dilihat
atau diketahui secara nyata. Yang dapat diketahui adalah penampilan atau
bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam
tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian. Dalam menghadapi
masalah baik ringan ataupun berat. Kepribadian tepadu dapat menghadapi
segala persoalan dengan sehat dan wajar karena segala unsur dalam
pribadinya bekerja seimbang dan serasi.45
c. Ngalim Purwanto
Kepribadian adalah sususan dari sifat-sifat dan sepek-asek tingkah
laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu undividu yang
menyebabkan individu berbuat seperti apa yang dia lakukan dan
menunjukkan ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengn individu
43
Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Bahasa Indoneia, 2002. H. 895 44
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 67 45
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama,
1995), h52
36
lain. Termasuk didalamnya sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan cita-cita,
pengetahuan, keterampilan dan macam-macam gerak tubuh. Kepribadian
berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya
yang membedakan dirinya dari yang lain.46
d. Muhibbin Syah
Kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara
aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya). Aspek-aspek
ini berkaitan secara fungsional dalam diri seseorang individu sehingga
membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap.47
e. Jalaludin dan Usman Said
Kepribadian dapat dipengaruhi dari luar baik keluarga, masyarakat
maupun sekolah dan intinya dapat dibentuk melalui bimbingan dari luar.
Kenyataan ini memberi peluang bagi usaha pendidikan untuk memberi
andilnya dalam usaha pendidikan kepribadian.48
Dapat disimpukan bahwa kepribadian adalah kwaliteit keseluruhan dari
seseorang. Kwaliteit itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya
berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat
hidupnya serta kepercayaannya. Pada dasarnya aspek kepribadian itu dapat
digolongkan dalam 3 hal:
46
Ngalim Purwanto, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), h. 154 47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2000), h. 225 48
Jalaludin dan Said, FIlsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996),
37
a. Aspek-aspek Jasmaniah, meliputi tingkah laku luar yang mudah Nampak
dan ketahuan dari luar. Misalnya cara-caranya berbuat, cara-caranya
berbicara, dan sebagainya.
b. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang segera dapat dilihat dan
ketahuan dari luar. Misalnya caranya berfikir, caranya bersikap (pendirian,
pandangan), dan minat.
c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang
lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistem nili
yang telah meresap didalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagan dan
mendarah daging dalam kepribadian itu, yang mengarahkan dan memberi
corak seluruh kehidupan individu.49
2. Aspek-Aspek Kepribadian
Dari bebrapa definisi diatas dapat diketahui bahwa kepribadian
mengandung pengertian yang komplek. Ia terdiri bermacam-macam aspek. Baik
aspek fisik maupun psikis.50
Kedua aspek ini merupakan kesatuan dari unsur
kebutuhan manusia sebagai makhluk yang berkembang untuk menyesuaikan
diri, menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dengan apa yang diperlukan.
Tingkah laku manusia menurut para ahli psikologi dibedakan menjadi 2,
yaitu perilaku yang kelewatan (over) dan perilaku yang tidak kelewatan
(cover).51
Tentang tingkah laku manusia, Abdul Aziz membaginya menjadi 3
aspek, yaitu:
49
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 67 50
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1991), h. 156 51
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung, SInar
Baru, 1995), h. 68
38
a. Aspek kognitif, yaitu pemikiran, ingatan, khayalan, inisiatif, kreativitas,
pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek ini adalah menunjukkan jalan
mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku manusia.
b. Aspek afektif, yaitu kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam,
perasaan atau emosi.
c. Aspek motorik, yaitu suatu aspek yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah
laku manusia sepeti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya.
Ahmad Tafsir mengatakan, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang utuh terdiri dari jasmani, akal dan rohani sebagai potensi pokok.52
Sedangkan menurut A.D Marimba, secara garis besar membagi aspek-aspek
kepribadian menjadi 3 bagian, yaitu aspek jasmani, aspek kejiwaan, dan aspek
rohani yang luhur.53
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa aspek-
aspek yang berada dalam kepribadian seseorang secara garis besar
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Aspek Jasmani
Aspek ini dapat dilihat dari tingkah laku individu yang bersumber dan
dipengaruhi oleh tenaga-tenaga jasmani. Meliputi, seluruh tenaga-tenaga
yang bersumber pada pekerjanya kelenjar-kelenjar, perendaran darah, alat-
alat pernafasan serta syaraf. Aspek-aspek ini meliputi tingkah laku yang
mudah nampak dari luar, misalnya: cara-caranya berbuat, berbicara. Pada
aspek ini terkandung beberapa sifat hewani (bahamiyyah) yang berupa
52
Amad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1994), h. 37 53
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arief,1980), h. 67
39
syahwat (keinginan) yang apabila tidak dibimbing oleh agama akan
terbentuk suatu kepribadian yang jauh dari nilai-nilai agama dan sifat
kemanusiaannya. Karena aspek ini merupakan unsur penyusun manusia
yang mempunyai kecenderungan rendah sebagai substansi dasarnya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Shod ayat 71.
ئكةربكقالإذ مل لق إنلل اخ طن منبشر
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".54
b. Aspek Rohani
Setelah melewati fase penciptaan manusia dari "turob" menjadi tanah
kemudian menjadi lumpur yang hitam yang diberi bentuk kemudian menjadi
tanah kering seperti tembikar, Allah kemudian meniupkan ruh kepadanya. 55
Dengan roh ciptaan Allah ini, menjadikan manusia memiliki sifat-sifat
yang luhur dan mengikuti kebenaran. Ia adalah unsur tertinggi yang di
dalamnya terkandung kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang
paling luhur kedalam tingkah lakunya. Pada aspek inilah yang akan
memberikan bentuk kepribadian yang mengarah pada ketundukan dan
ketaatan pada Allah dan menuntun kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
c. Aspek Kejiwaan
Unsur-unsur aspek kejiwaan (nafs) terdiri dari karsa, rasa dan cipta atau
juga dibagi atas syahwat, qodhob (marah) dan natiqoh. Ke semua unsur-unsur
ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.56
Sedangkann Utsman Najati membagi nafs kedalam 3 bagian yaitu: jiwa yang
54
Soenaarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Depag RI, 2002), h, 475 55
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa’ Ilmu an-Nafs, (Bandung: Pustaka, 1985), h. 242-243 56
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arief,1980), h. 69
40
cenderung kepada kejahatan, jiwa yang menyesali kepada dirinya sendiri dan
jiwa yang terang.57
Ketika kepribadian seseorang pada tahapan yang rendah dimana hawa
nafsu dan kejahatan lebih dominan, maka jiwa yang demikian ini disebut jiwa
yang cenderung kearah kejahatan. Sebagaimana firman Allah:
ئ وما أ بر س سإننف ارة ٱلنف ءلم و رحمماإالبٱلس حم ر غف وربإنرب ر
"Dan Aku tidak membebaskan (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.
Kecuali nafsu yang diberi rahmat Allah. Sesunguhnya Allah
Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang”.
Kemudian ketika seseorang mengadakan perhitungan terhadap berbagai
kesalahan yang diperbuatnya dan berusaha mencegahnya dari perbuatan-
perbuatan yang menjadikan murka Allah, namun ia tidak selalu berhasil dalam
upayanya sebab kadang-kadang upayanya melemah dan membuatnya
terjerumus kedalam kesalahan. Kepribadian pada tahap ini disebut "jiwa yang
menyesali dirinya sendiri". Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-
Qiyamah ayat 1-2:
سم وال سأ ق امةبٱلنف ٱللو سم ال , مأ ق و مةب ق ٱل
"Aku bersumpah dengan hari kiamat (1) Dan aku bersumpah
dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.58
Kemudian pada pribadi yang memasuki kepribadian yang matang dan
kesempurnaan manusiawi, dimana terjadi keseimbangan antara berbagai
tuntunan fisik dan spiritualnya. Maka keadaan jiwa seperti inilah yang disebut
57
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa’ Ilmu an-Nafs, (Bandung: Pustaka, 1985), h.242-252 58
Soenaarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Depag RI, 2002), h. 577
41
"jiwa yang terang atau jiwa mutma'innah". Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Fajr ayat 27-30
ل خ تجنوٱد ل , خ ديففٱد عب , جع ة ربكإلى ٱر ة راض ض ر م ت ها , أ س ة ٱلنف مئن م ط ٱل
"Hai jiwa yang terang (27) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridloinya (28) maka masuk-masuklah kedalam
Jama'ah hamba-hambaKu. (29) dan masuklah kedalam surgaku"59
3. Sifat-sifat Kepribadian
Mengenai sifat-sifat kepribadian Utsman Najati, mengungkapkan sifat-
sifat orang yang beriman kedalam sembilan bidang perilaku yang pokok,
yaitu:60
a. Sifat yang berkenaan dengan aqidah.
b. Sifat yang berkenaan dengan ibadah.
c. Sifat yang berhubungan dengan hubungan sosial.
d. Sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan
e. Sifat-sifat moral
f. Siffat-sifat emosinal dan sensual
g. Sifat-sifat intelektual dan kognitif
h. Sifat-sifat kehidupan praktis dan professional
i. Sifat-sifat fisik.
4. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kepribadian
Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Baik
hereditas (pembawaan) maupun lingkungan. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian:
59
Soenaarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Depag RI, 2002), h. 594 60
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa’ Ilmu an-Nafs, (Bandung: Pustaka, 1985), h. 257-258
42
a. Fisik. Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi kepribadian adalah
postur tubuh (langsing, pendek, gemuk atau tinggi) kecantikan, kesehatan,
keutuhan, tubuh (utuh atau cacat) dan berfungsinya organ tubuh. Kondisi
fisik yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat serta
temperamen yang berbeda-beda.
b. Intelegensi. Intelegensi individu yang tinggi atau normal biasanya mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan secara wajar, sedangkan yang
rendah biasanya sering mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
c. Keluarga. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang harmonis
dan agamis, maka kepribadian anak cenderung positif. Adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kenang
harmonis, orang tua bersikap keras terhadap anak dan tidak
memperhatikan nilai-nilai agama, amak perkembangan kepribadian
cenderung akan mengalami, distorsi atau, mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya (maladjusment).
d. Teman sebaya (peer group). Melalui hubungan interpersonal dengan
teman sebaya anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok. Bagi anak yang kurang mendapat kasih sayang,
bimbingan keagamaan dan etika dari orang tuanya, biasanya kurang
memiliki kemampuan selektif dalam memilih teman dan mudah
terpengaruh oleh sifat dan perilaku kelompoknya. Proses terjadi setelah
mulai masuk-masuk sekolah. Berdasarkan kenyataan dilapangan, ternyata
43
tidak sedikit anak yang menjadi perokok berat, peminum minuman keras,
bergaul dengan bebas, karena pengaruh teman teman sebaya.
e. Kebudayaan. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan
pengaruh terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik menyangkut cara berpikir,
bersikap pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian dapat dilihat dari adanya
perbedaan antara masyarakat modern dengan masyarakat primitif.61
61
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), h.
157-164
44
BAB III
PROFIL YAYASAN BAHRUL’ULUM
PONDOK AREN – TANGERANG SELATAN
A. Sejarah dan Perkembangan Yayasan Bahrul’Ulum
Bahrul’Ulum merupakan lembaga pendidikan Al-Qur’an yang didirikan
oleh Ustadz Mohamad Isya sejak tahun 1987 Masehi, beliau mengajarkan ilmu
agama kepada anak-anak yang berada di sekitar rumahnya. Dengan berjalannya
waktu, Ustad Mohammad Isya terus berkomitmen untuk mengajarkan ilmu
agama kepada anak-anak disekitar rumahnya dan dibantu dengan beberapa
keluarganya.
Pada awal tahun 2000, beberapa santri Bahrul’Ulum mengikuti program
sunatan masal yang dilaksanakan oleh Yayasan Seruni Nusantara Bintaro, salah
satu diantara mereka (Muhamad Yamin), tidak bisa dikhitan, dikarenakan ia
menderita penyakit “Hernia”, sehingga ia ditunda untuk dikhitan.
Pengurus Yayasan Seruni Nusantara Bintaro bertanggung jawab atas
operasi dan khitannya, sehingga Muhamad Yamin dapat sembuh dari
penyakitnya dan dapat dikhitan. Setelah selesai dari perawatan, pengurus
Yayasan Seruni Nusantara Bintaro menjenguk Muhamad Yamin di kediamannya
sekaligus ke Bahrul’Ulum.
Pertemuan antara pengurus Yayasan Seruni Nusantara Bintaro dan
Ustadz Mohamad Isya adalah untuk membicarakan masalah pendidikan di
Bahrul’Ulum. Yayasan Seruni Nusantara mengajukan Bahrul’Ulum untuk
menampung anak-anak yatim piatu dan dhu’afa untuk disekolahkan secara gratis.
45
Ustadz Mohamad Isya menerima usulan dari pengurus Yayasan Seruni
Nusantara Bintaro untuk menampung dan mengusrus anak-anak yatim piatu dan
dhu’afa dan memberikan pendidikan secara gratis kepada mereka. Dengan
mendata anak-anak yatim piatu dan dhu’afa di wilayah perigi baru, Ustadz
Mohamad Isya memulai dengan pesantren mingguan untuk anak-anak yatim
piatu dan dhu’afa sekitar yayasan.
Pada tahun 2002, Bahrul’Ulum resmi menjadi Panti Asuhan Yatim Piatu
dan Dhu’afa Yayasan Bahrul’Ulum dengan akte Notaris: Uun Guniarsih, SH, 19
Agustus 2002, dan memulai menerima santri yatim piatu dan dhu’afa yang
mukim sepenuhnya di Panti Asuhan Bahrul’Ulum.
Berawal dari satu anak yatim (Sudrajat) yang berasal dari kampung
Sinyal Cisauk, ia tinggal di panti Asuhan Bahrul’Ulum sepenuhnya dari Sekolah
Dasar kelas 4, kemudian datang beberapa anak yatim dan dhu’afa dari sekitar
JABODETABEK. Panti Asuhan Bahrul’Ulum hingga saat ini masih terus
mengurus anak-anak yatim piatu dan dhu’afa (mukim), dana pendidikan dan
dana operasional sehari-hari didapat dari para donatur tetap, saat ini santri yang
mukim ada 170 santri dan santriwati dari sekitar JABODETABEK.
B. Bentuk Pembinaan Anak Asuh
a. Mengikuti pendidikan formal: SDIT Insan Mulia, SMPI Bahrul’Ulum,
SMA/MA/SMK (sekolah diluar panti, karena belum tersedia di dalam
panti).
b. Bimbingan pendidikan agama, yang dilaksanakan di dalam panti. Kajian
yang diberikan: Tauhid dan Akhlak, Tahfizul Al-Qur’an, Qiro’atul
Qur’an Binnaghom.
46
c. Pembinaan mental dan fisik, berupa kegiatan olahraga.
C. Prosedur Penerimaan Anak Asuh dan Kategori Status Anak
Prosedur maupun persyaratan calon anak asuh sebagai persiapan atau
bahan pembinaan lanjut anak. Adapun sebagai persyaratan anak masuk ke panti
asuhan antara lain:
1. Status anak jelas
2. Mengisi biodata
3. Surat Keterangan Pemerintah setempat, dimana keluarga anak meninggal.
4. Surat keterangan kesehatan.
5. Foto copy kartu keluarga.
6. Foto copy kartu tanda penduduk orang tua/wali
7. Pas foto 3X4
Table 1
Status anak yang memungkinkan untuk disantuni
No. Status Usia Keterangan Lama Mukim
1. Yatim Rata-rata
7-24 tahun
Ayah
Meninggal 9 tahun
2. Piatu Rata-rata
15-20 tahun
Ibu
Meninggal 12 tahun
3. Yatim Piatu Rata-rata
5-27 tahun
Ayah dan
Ibu
Meninggal
12 tahun
4. Kaum
Dhu’afa
Rata-rata
5-18 tahun
Keluarga
tidak mampu 9 tahun
5. Perceraian Rata-rata
6-25 tahun
Keluarga
Broken
Home
10 tahun
47
D. Visi & Misi Yayasan Bahrul’Ulum
Visi:
Menjadi lembaga social, membina generasi cerdas, bertakwa dan
berakhlakul karimah.
Misi:
1. Memberikan pendidikan ilmu agama dan umum.
2. Menanamkan keimanan yang kokoh dan membimbing ketaatan dalam
beribadah
3. Membina santri untuk bertingkah laku baik, jujur dan saling tolong
menolong.1
E. Jenis Kegiatan Santri Yayasan Bahrul’Ulum
Table 2
Jenis kegiatan rutinitas santri di Yayasan Bahrul’Ulum
Pukul Kegiatan
04:00 Bangun Tidur
04:30 Shalat Subuh Berjama’ah
05:00 Pembacaan Al-Qur’an Bersama
05:30 Hafalan Surat Pendek dan Do’a Harian
06:00 Mandi Pagi dan Sarapan
07:00-13:00 Kegiatan Belajar di Sekolah
13:30 Makan Siang
14:00 Istirahat
15:30 Shalat Ashar Berjama’ah
16:00 Olahraga
17:00 Bersih-Bersih dan Mandi Sore
1 Hasil Wawancara Bersama Ust. Heri Maulana, 18 Juni 2018, Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan.
48
17:45 Pengajian Sore
18:30 Shalat Maghrib Berjama’ah
19:00 Hafalan Al-Qur’an dan Pengajian Kitab-Kitab
19:30 Shalat Isya Berjama’ah
20:00 Makan Malam
20:30 Belajar Malam
21:30 Pengabsenan Malam
22:00 Tidur Malam
50
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Informan
Dalam bab ini sebelum penulis memaparkan tentang peran
pembimbing Islam dalam membentuk kepribadian Islami Anak di Yayasan
Bahrul’Ulum Pondok Aren, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan
informan dalam penelitian ini. Penulis membagi dua sumber yang diteliti oleh
penulis. Pertama, informan sebagai pembimbing panti asuhan. Kedua,
informan anak yang terdiri dari 3 orang anak yang menjadi anak asuh
diYayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren.
a. Pembimbing
Informan pertama adalah seorang pembimbing Yayasan
Bahrul’Ulum Pondok Aren. Beliau bernama Ustadz Heri Maulana, lahir di
Pondok Aren Tanggerang tanggal 19 Mei 1988. Beliau anak dari Bapak H.
Isya. Sejak kecil beliau sekolah di SDN Parigi kemudian melanjutkan ke
pesantren Al-Amanah Al-Gontori selama 6 tahun dan mengabdikan diri di
Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren sekaligus melanjutkan pendidikan S 1
di Universitas Islam Negri (UIN) Jakarta. Saat ini beliau tinggal di
Jagakarsa Rt/Rw 002/008 Pasar Minggu Jakarta Selatan.1
a. Anak Asuh I
Nama lengkapnya adalah Muhamad Sanusi dan biasa dipanggil Sanusi,
ia lahir di Tanggerang tanggal 28 mei 1992. Anak ke 3 dari 3 bersaudara ini
1 Wawancara Bersama Ust. Heri Maulana 18 juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan.
51
merupakan anak pasangan alm. Bapak zumadi Andi dan alm. Ibu Masnah.
Sejak usia 5 tahum ia sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya ditinggalkan
oleh ayahnya sejak usia 2 tahun, kemudian semasa ia menginjak usia 5 tahun
ditinggalkan oleh ibunya. Semenjak ia ditinggalkan ibunya ia di asuh oleh
kakak pertamanya yang tinggal di Jln Hasyim Ashari, Ciledug Indah.
Sebelum ibunya meninggal, alm. Ibunya mengamanatkan kepada kakaknya
untuk tetap melanjutkan pendidikan Sanusi ke pondok pesantren. Menjelang
Sanusi menginjak jenjang Madrasah ia melanjutkan pendidikannya dan
bermukin di Panti Asuhan Yayasan Bahru’Ulum Pondok Aren Tanggerang
Selatan.2
b. Anak Asuh 2
Nama lengkapnya adalah Dian Permana. Biasa dipanggil dian, ia lahir
di Tanggerang, tanggal 23 Juli 1990. Anak ke 4 dari 6 bersaudara ini
merupakan anak pasangan alm. Bapak Sabar dan ibu Ningsih.sejak usia 2
tahun ditinggalkan oleh ayahnya dan di asuh oleh ibunya. Setelah kepergian
alm. Bapak Sabar, istri dan anak-anaknya merasa sangt terpukul, karena
sosok sang ayah adalah tulang punggung keluarga. Ia di asuh oleh ibunya.
Yang bertempat tinggal M.Siban Kunciran Indah. Karena faktor ekonomi dan
berkat informasi dari keluarga dan lingkungan sekitar. Akhirnya Dian di
titipkan oleh sang ibu ke panti asuhan Bahrul’Ulum Pondok Aren agar
mendapatkan pendidikan yang lebih baik.3
2 Wawancara Bersama Sanusi, 18 juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
3 Wawancara Bersama Dian Permana, 18 juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan.
52
c. Anak asuh 3
Nama lengkapnya adalah Muhamad Ilham Zulkarnain biasa dipanggil
Ilham. Ia lahir Depok tanggal 15 Maret 1989. Anak dari pasangan alm.
Baharudi dan ibu Juminten. Anak ke 1 dari 2 bersaudara. Sejak usia balita
Ilham ditinggal oleh ayahnya. Ilham sejak saat itu tidak mengenal dan tidak
merasakan kasih sayang dari sang ayah. Semenjak ayahmya meninggal,
Ilham di asuh oleh sang ibu dan sekaligus yang menjadi tulang pungung
keluarga. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ibu dari Ilham berjualan
sayuran keliling kampung. Karena pendidikan sangat penting, dan berkat
informasi dari tetangga, akhirnya ibu Juminten menitipakn Ilham ke Panti
Asuah yayasan Bahrul’Ulum, dengan tujuan agar sang anak mendapatkan
pendidikan yang baik dan memperdalam Ilmu agama.4
B. Peran Pembimbing Agama Islam dalam Membentuk Kepribadian
Islami Anak di Yayasan Bahrul’Uulum Pondok Aren Tangerang Selatan
Pembimbing agama Islam di Yayasan Bahrul’Ulum berperan sangat
penting dalam membentuk kepribadian islami anak.
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan bimbingan agama di Yayasan
Bahrul’Ulum dilaksanakan setiap hari yang dilaksanakan pada setiap ba’da
subuh sampai jam 06:00 WIB kemudian pada ba’da maghrib sampai shalat
isya dan dilanjut lagi setelah shalat isya sampai jam 21:00 WIB. Sesuai
dengan apa yang dituturkan oleh Ustadz Heri Maulana selaku pembimbing
agama dalam wawancara pribadi, beliau mengatakan sebagai berikut:
4 Wawawncara Bersama Mumahad Ilham Zurkanain, 18 juni 2018, Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan
53
“bimbingan agama dimulai setelah shlat subuh berjmaah dan setelah shalat
isya sampai jam Sembilan malam”5
Pernyataan Ustadz Heri Maulana tentang waktu pelaksanaan kegiatan
bimbingan agama diatas diperkuat dengan penyataan para jamaah yaitu
Muhammad Sanusi selaku terbimbing atau santri mengatakan bahwa:
“biasanya kegiatan disini dilaksanakan ba’da subuh dan ba’da
magrib kemudian dilanjut lagi ba’da isya.”6
Hal serupa juga diungkapkan oleh saudara Dian Permana, beliau
mengatakan sebgai berikut dalam wawancara pribadinya:
“kalau disini waktunya dimulai dari ba’da subuh sampe jam 6 pagi,
kemudian abis maghrib sampe isya dan dilanjut lagi abis isya
sampe jam 9 malam.”7
Disamping itu informan lain bernama M. Ilham Zulkarnain mengatakan
bahwa:
“ada bebrapa waktu ka, ada habis subuh sampai jam 6 dan habis
magrib sampe jam 9 malam”.8
2. Materi Bimbingan
Materi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanan
bimbingan karena pemilihan materi yang sesuai akan membantu peserta
bimbingan mencapai tujuan yang dingingkan. Sedangkan untuk aspek materi
dalam kegiatan bimbingan agama yaitu berupa materi yang berkaitan dengan
kebutuhan rohani sehari-hari seperti materi tetang tajwid, doa-doa sehari-hari
5 Wawancara Bersama Ust. Heri Maulana, 18 Juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan. 6 Wawancara Bersama Muhamad Sanusi, 18 Juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan 7 Wawancara Bersama Dian Permana, 18 Juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan 8 Wawancara Bersama Muhamad Sanusi, 18 Juni 2018, Pondok Aren Kota Tangerang
Selatan
54
dan materi dengan akhlak dan fikih yang bersumber dari kitab kuning yaitu
kitab fikih dan kitab akhlak.
Materi yang disampaikan menurut penuturan Ustadz Heri Maulana
dalam wawancara pribadi, beliau mengatakan sebagai berikut:“materinya
beragam seperti materi tajwid, doa-doa sehari-hari, kitab kuning, kitab akhlak
dan kitab fiqih” Pernyataan Ustadz Heri Maulana tentang materi yang
disampaikan dalam kegiatan bimingan agama juga diuangkapkan oleh Dian
Permana selaku santri di Yayasan Bahrul’Ulum, beliau mengatakan sebagai
berikut: “kalau untuk materinya seputar pesantren, untuk ba’da subuh kita
ngulang baca doa sehari-hari kemudian memperlancar baca Al-Qur’an
dengan Tajwid untuk setelah maghrib mengaji kitab kuning sampai jam 9”.
Di samping itu, hal senada dengan Dian Permana diungkapkan juga oleh M.
Ilham Zulkarnain, beliau mengatakan sebagai berikut:“materinya seperti doa
sehari-hari, tajwid dan materi kitab kuning seperti fikih” Hal serupa
mengenai materi yang disampaikan dalam pengajian belajar membaca Al-
Qur’an juga diungkapkan oleh Muhammad Sanusi selaku santri, mengatakan
sebagai berikut: “materinya berupa tajwid, doa sehari dan kitab kuning
seperti fikih.”Dari kutipan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa materi
yang disampaiakan dalam kegiatan bimbingan agama yang dilaksanakan di
yayasan bahrul ulum pondok aren kota Tangerang selatan yaitu berkaitan
dengan kebutuhan rohani sehari-hari seperti materi tentang tajwid, doa
sehari-hari, dan kitab kitab kuning dengan materi yang dibahas yaitu materi
fikih dan akhlak.
55
Tabel
kegiatan dan Materi Bimbingan Agama di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang Selatan
No. Nama Kegiatan Materi Pengajar Waktu
1. Pembacaan Al-
Qur’an bersama
Tajwid dan
tahsin Ust. Heri 05:00
2. Hafalan Surat
pendek dan Do’a
Harian
Hafalan surah
An-Naas
sampai Adh-
dhuha dan do’a
belajar
Ust. Rohim 05:30
3. Pengajian Sore Kultum tematik
harian
Ust.
Rahman 17:45
4. Hafalan Al-Qur’an
dan Pengajian
Kitab-kitab
- Hafalan
surat-
surat
pilihan
- Fiqih
- Aqidah
Akhlak
Ust. Heri 19:00
Kegiatan Bimbingan Agama Islam dilanjutkan lagi pukul 18:00
sampai dengan azan Isya. Dibimbing oleh Ustad Heri Maulana. Sudah 10
tahun memberikan bimbingan Agama Islam Kepada anak yatim piatu. Materi
yang disampaikan berkaitan dengan fiqih. Khusus malam Jumat diisi dengan
membaca surat Yasin bersama, kultum yang disampaikan oleh anak-anak
panti asuhan Bahrul’Ulum, dan diakhiri dengan membaca rawi.9
Kecuali malam Jum’at, kegiatan diawali dengan pengkajian kitab
Safinah yang membahas seputar ilmu fiqih dalam bahasa arab, kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan metode ceramah. Namun,
9Hasil Wawancara dengan Ustadz Heri Maulana, Pondok Aren, 18 Juni 2018.
56
setelah sesi penjelasan, anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya, jika ada
hal yang mereka belum mengerti. Setiap akhir sesinya diakhiri dengan doa
bersama yang dipimpin langsung oleh Ustadz Heri Maulana.
“Hal ini sesuai dan pernyataan Ust. Heri Maulana, beliau mengatakan
sebagai berikut ceramah, pembagian kelompok, tanya jawab.”10
Kegiatan bimbingan dilanjutkan kembali setelah shalat Isya
berjamaah sampai dengan pukul 21:00 wib. Pengajian malam dibimbing oleh
Ustad Rahman.Materi yang beliau sampaikan berasal dari kitab ta’lim
muta’alim, yang menjelaskan tentang akhlak. Sama seperti bimbingan
sebelumnya. Dalam sesi ini, anak-anak juga diberikan kesempatan bertanya
dan diakhiri dengan doa.
Pada hari Sabtu atau malam Minggu setelah shalat magrib diadakan
evaluasi pengajian, pelajaran yang sudah disampaikan selama semingguakan
dibahas kembali. Dengan cara melakukan pembagian kelompok belajar, yang
nantinya setiap kelompok akan melakukan Tanya jawab secara bergantian
dengan kelompok lainnya. Sesi ini diakhiri dengan evaluasi langsung oleh
pembimbing panti, dengan cara melakukan kuis dengan kelompok yang
sudah dibagi sebelumnya. Setiap pertanyaan yang benar akan diberikan nilai.
Di setiap akhir bulan di hari Minggu juga diadakan Muhadharah dari
pukul 18:00 s/d 21:30. Kegiatan bulanan ini diawali dengan shalat magrib
berjamaah. Kemudian diisi oleh penampilan-penampilan anak-anak panti
dengan berpidato atau ceramah agama .Setiap anak panti diberikan jadwal
secara bergiliran untuk melatih bakat mereka.
10
Hasil Wawancara dengan Ustadz Heri Maulana, Pondok Aren, 18 Juni 2018.
57
Dari hasil pengamatan terhadap Peran Pembimbing Agama Islam
dalam membentuk kepribadian Islami anak, penulis mendapatkan data bahwa
pembimbing Agama islam berperan untuk memberikan kajian,
mendisiplinkan, memotivasi anak-anak panti untuk lebih taat dan taqwa
kepada Allah SWT, serta meningkatkan anak-anak agar tidak terjerumus
kedalam hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama Islam.11
Banyak anak-anak yang tidak siap menghadapi kehidupan sosial
bermasyarakat, karena sejak awal mereka hanya dibekali dengan ilmu
akademik, tanpa pendidikan agama. Anak-anak yang mendapat bimbingan
Agama islam terbukti lebih siap mengaplikasikan ilmu mereka di masyarakat.
Selain itu mereka juga dibekali dengan ilmu akhlak, sehingga perilaku
mereka akan lebih terkontrol dan dapat diterima baik oleh masyarakat.
Namun demikian, jika anak-anak tidak dibekali dengan pendidikan
akademik yang baik, hal ini juga salah. Karena anak tersebut tidak akan siap
jika menghadapi penipuan dan persaingan akademik. Jadi baik pendidikan
akademik dan bimbingan Agama Islam sama penting dan keduanya harus
dimiliki oleh anak-anak agar kehidupan mereka seimbang.
Berikut kutipan wawancara pribadi penulis dengan Aning, salah satu
anak panti yang mendapatkan bimbingan Agama Islam. Menurutnya setelah
mengikuti bimbingan Agama Islam cara berbicara jadi jauh lebih sopan dan
santun, serta lebih tahu tata cara beribadah yang benar melalui ilmu fiqih12
.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Sanusi, manfaat yang didapatkan dari
11
Dari Hasil Pengamatan saat mengunjungi lokasi di Panti Asuhan Bahrul’Ulum pondok
Aren pada tanggal 28 April 2018. 12
Hasil Wawancara dengan Sanusi, Pondok Aren, 18 Juni 2018.
58
kegiatan bimbingan agama Islam yang tadinya tidak bisa membaca Al-
Qur’an, dan hanya mengetahui ajaran agama Islam hanya shalat, namun
sekarang dia mengetahui sedikit demi sedikit hukum Islam.13
Selain itu menurut Candra dalam wawancara, “Manfaat yang sudah
didapatkan dari kegiatan bimbingan Agama Islam. Manfaatnya dulu sama
sekarang,kalau dulu sayagak bisa baca Al-qur’an. Dulu saya taunya ajaran
agama shalat saja, tapi sekarang saya tahu sedikit-sedikit hukum Islam”.14
Adanya pengaruh negatif lingkungan di luar panti, dapat
mempengaruhi perilaku dan akhlak anak-anak. Hal ini disadari oleh Ustadz
Heri maulana selaku pembimbing Agama Islam.Menurutnya, “Walaupun di
panti kami sudah berusaha semaksimal mungkin membina dan membimbing
anak-anak, tapi di luar pengaruhnya lebih banyak. Mulai dari lingkungan
rumah, hingga teman sekolah yang kita tidak ketahui perilakunya.Itu
sebabnya secara rutin, kami melakukan bimbingan Agama Islam, agar
terbentuk kecakapan hidup generik. Agar perilaku dan akhlak mereka dapat
terus terkontrol.”15
Agar anak-anak panti memiliki akhlak terpuji dan mandiri, baik di
lingkungan panti, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, para
pembimbing Agama Islam secara rutin setiap hari mengembangkan
pembentukan kepribadian Islami anak. Pengetahuan akademik berfungsi
sebagai gerbang wawasan ilmu, sedangkan Agama berfungsi sebagai
pembatas diri untuk tidak melakukan hal-hal negatif. Karena di dalam ajaran
Agama Islam, Rasulullah sudah memberikan contoh teladan, serta di dalam
kitab suci Al-Quran juga dijelaskan, mulai masalah individu, keluarga,
bermasyarakat, fiqih, akhlak, dan lain-lain.
Dari hasil penelitian, penulis juga melihat bahwa ada perbedaan
antara anak panti yang baru tinggal dengan anak panti yang sudah lama
13
Hasil Wawancara dengan Dian , Pondok Aren, 18 Juni 2018. 14
Hasil Wawancara dengan Ilham, Pondok Aren, 18 Juni 2018. 15
Hasil Wawancara dengan Ustadz Heri Maulana, Pondok Aren, 18 Juni 2018.
59
tinggal. Pertama, pengetahuan agama anak sudah tinggal lebih lama,
tentunya lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak yang baru tinggal
di lingkungan panti.
3. Proses Pelaksanaan Bimbingan
Dalam proses kegiatan bimbingan agama salah satunya tidak terlepas
dari salah satu aspek yang tidak kalah penting adalah bagaimana proses
pelaksanaan islam dalam membentuk kepribadian islami anak di yayasan
bahrul’ulum Kota Tangerang Selatan agar tercipta pribadi yang baik dalam
diri santri.
Menurut bapak Ustadz Heri Maulana selaku pembimbing agama
memberikan pernyataan bahwa proses pelaksanaan bimbingan yang
dilakukan di yayasan bahrul ulum adalah sebagai berikut :“sebelum memulai
pengajian biasanya saya mengajak anak-anak untuk tawasul bersama-sama
untuk mendoakan yang sudah meninggal dan setelah itu dilanjutkan dengan
materi inti dengan metode ceramah dengan diselingi Tanya jawab dan
diakhiri dengan doa penutup.” Disamping itu, pernyataan Ustadz Heri
Maulana di atas diperkuat dengan pernyataan para santri, sesuai dengan
pernyataan di atas hal serupa juga diungkapkan oleh M. Ilham Zulkarnain,
beliau mengatakan sebagai berikut: “Pertamanya kita berdoa untuk keluarga
yang sudah meninggal, kemudian dilanjut dengan materi biasanya
disampaikan dengan ceramah dan diakhiri dengan doa.” Hal senada juga
diungkap dengan oleh Muhammad Sanusi, beliau mengungkapkan sebagai
berikut: “Sebelum dimulai kami mendoakan orang-orang yang sudah
meninggal, kemudian dilanjutkn dengan materi yang disampaikan dengan
60
ceramah dan biasanya diselingi Tanya jawab kemudian di akhiri dengan
do’a.” Disamping itu, pernyataan diatas lebih diperkuat dengan pernyataan
oleh Bapak Dian Permana, beliau mengatakan sebagai berikut. “ pertama
doa atau tawasul untuk mendoakan org yg sudah tidak ada, setelah
penyampaian materi melalui ceramah dan Tanya jawab setelah itu di tutup
do’a.” Dari kutipan hasil wawancara diatas mengenai proses pelaksanaan
bimbingan islam yaitu diawali dengan membaca doa atau tawasul bersama
untuk mendoakan keluarga dan sanak saudara yang sudah meninggal terleih
dahulu, kemudian setelah itu dilanjutkan dengan pemberian materi kepada
para santri melalui metode ceramah dan Tanya jawab kemudian setelah
dirasa santri memahami materi yang disampaikan maka kegiatan bimbingan
ditutup dengan doa.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama dalam
Membentuk Kepribadian Islami Anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang Selatan.
1. Faktor Pendukung
Setiap program kegiatan pasti akan mendapati faktor penghambat dan
faktor pendukung. Begitu juga dengan kegiatan pembimbing agama Islam
dalam membentuk kepribadian anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang Selatan. Adapun faktor pendukung dari kegiatan ini
diantaranya:
a. Pembimbing agama Islam yang ada di Yayasan Bahrul’Ulum
Pondok Aren Tangerang Selatan memiliki pengetahuan yang
memadai dalam menjalankan tugasnya. Materi yang diberikan
61
kepada anak-anak di Yayasan sudah dikuasai pembimbing agama
dengan baik.16
b. Anak-anak yang hadir dalam bimbingan ini menyimak dengan baik
dan keingintahuan mereka cukup besar bisa dilihat dari banyaknya
pertanyaan yang mereka ajukan khususnya anak yang sudah lama
tinggal di panti.
c. Adanya pengawasan ekstra dari pengasuh panti tentang perubahan
kepribadian islami anak di panti, seperti ketika anak-anak malas
mengaji maka pengasuh akan mengingatkan. Yayasan Bahrul’Ulum
memiliki buku pantauan atau kontrol terhadap ibadah anak yang
dipegang oleh pengasuh dan pembimbing agama Islam dapat
memantau dan mengawasi sikap dan perilaku anak-anak. Pengasuh
di panti pembimbing agama Islam melakukan pencatatan pada buku
pantauan perkembangan anak, baik yang bersifat positif maupun hal-
hal yang harus mendapatkan pendampingan atau perbaikan. Dengan
dilaksanakannya pencatatan atau pengisian buku, perkembangan
anak, pengasuh dan pembimbing agama Islam dapat menjalin
komunikasi, melakukan perencanaan, dan memecahkan masalah
yang terbaik untuk kepentingan anak, serta mengetahui
perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Selanjutnya
memberikan evaluasi yang berbentuk lisan dan tertulis, yang diiringi
16
Wawancara dengan Ustad Heri Maulana, Pembimbing Agama Islam Yayasan
Bahrul’Ulum , 18 Juni 2018
62
dengan praktik langsung. Cara tersebut dilakukan agar apa yang
diharapkan pembimbing agama Islam tercapai dengan baik.17
d. Sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Bahrul’Ulum memadai,
seperti ruangan kelas yang bersih karena tersedia jadwal piket
untuk membersihkan ruang kelas setiap harinya, ruangan serba
guna, papan tulis, buku-buku, masjid yang dilengkapi dengan
perpustakaan kecil.
2. Faktor penghambat
Sedangkan faktor penghambat pembimbing agama Islam dalam
membentuk kepribadian Islami anak di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok
Aren Tangerang selatan adalah:
a. Pembimbing tidak tepat waktu dengan jadwal kegiatan yang sudah
diberikan, sehingga waktu penyampaian materi tidak cukup, begitu
juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu
yang tepat.
b. Kurangnya konsentrasi anak-anak dalam mengikuti bimbingan
agama Islam dan banyak anak yang tidak memperhatikan
penjelasan yang disampaikan pembimbing agama Islam, sehingga
anak-anak tidak dapat memahami materi yang disampaikan dalam
bimbingan agama Islam tersebut.18
Hal ini disebabkan karena
pembimbing terlalu cepat dalam menyampaikan materi.
17
Wawancara dengan Ustd Heri Maulana, Pembing Agama Islam, Yayasan Bahrul’Ulum
Pondok Aren, 19 April 2018 18
Wawancara dengan Ustad Heri Maulana, Pembing Agama Islam, Yayasan
Bahrul’Ulum Pondok Aren, 18 Juni 2018
63
c. Tidak adanya tenaga spesialisai psikologi kepribadian anak.
Sehingga pembimbing perlu mempelajari ilmu tentang psikologi.
Menurut pengamatan penelitian selama berada di panti asuhan
Bahrul’Ulum, kegiatan yang ada di panti asuhan Bahrul’Ulum sudah dilaksanakan
dengan baik. Tetapi peraturan yang ada di panti asuhan Bahrul’Ulum masih belum
maksimal di jalankan dan kegiatan di panti sudah tidak berjalan seharusnya di
adakan kembali. Seperti kegiatan marawis, seni kaligrafi, menanam pohon,
bersama, kesenian drama, dan olahraga. Karena dengan adanya kegiatan tersebut
anak-anak panti akan semakin aktif, menambah pengetahuan, lebih terarah, dan
untuk bekal mereka setelah lulus dari panti, serta dapat mengembangkan bakat
anak-anak panti.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian penulis tentang peran
pembimbing agama islam dalam membentuk kepribadian yang islami
anak di Yayasan Bahrul’Ulum, maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan terhadap peran pembimbing agama dalam
membentuk kepribadian anak, penulis mendapat data, bahwa
pembimbing agama berperan memberikan motivasi,
mendisiplinkan anak-anak panti untuk taat dan takwa kepada Allah
SWT, serta mengingatkan anak-anak agar tidak terjerumus
kedalam hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama islam. Hal
ini dapat dilihat dalam kegiatan yang dilakukan oleh pembimbing
untuk membantu para anak-anak memecahkan masalah yang
sedang dihadapi dengan memberikan nasehat-nasehat yang
disampaikan saat kultum tematik setiap sore dan sebelum subuh.
Selain itu pembimbing agama membantu para anak-anak menjaga
agar situasi dan kondisi yang tidak baik (mengandung masalah)
menjadi baik (terpecahkan). Hal ini dapat dilihat dari kegiatan dan
materi yang disampaikan oleh pembimbing agama, seperti hafalan-
hafalan surat pendek, fiqih dan akhlak.
2. Faktor pendukung dalam kegiatan bimbingan agama yang
dilaksanakan di Yayasan Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang
65
selatan diantaranya Pembimbing agama yang ada di yaysan
Bahrul’Ulum Pondok Aren Tangerang Selatan memiliki keilmuan
yang memadai, anak-anak yang hadir dalam bimbingan menyimak
dengan baik dan keingintahuan mereka cukup besar, adanya
pengawasan ekstra dari pengasuh panti tentang peubahan
kepribadian islami anak di panti dan sarana serta prasarana yang
memadai.
Sedangkan faktor penghambat kegiatan bimbingan agama
diantaranya waktu penyampaian materi yang tidak cukup,
kurangnya konsentrasi anak dalam mengikuti kegiatan bimbingan
dan tidak adanya tenaga spesialisasi psikologi kepribadian.
B. SARAN
Selesai penelitian ini, peneliti memberikan saran kepada pihak-
pihak yang terkait di dalamnya.
1. Dalam pelaksanaan bimbingan diharapkan seorang pembimbing
harus dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih banyak lagi
tentang permasalahan yang dihadapi anak serta penanganannya dan
Yayasan Bahrul’Ulum diharapkan dapat menghadirkan tenaga
professional yang memliki spesialisasi psikologi anak.
2. Sarana dan prasarana yang ada lebih dilengkapi lagi karena itu
merupakan asset yang sangat berharga baki perkembangan
Yayasan Bahrul’Ulum.
66
3. Demi tercapainya keberhasilan dalam membina anak asuhnya,
Yayasan Bahrul’Ulum harus lebih meningkatkan lagi kegiatan
yang versifat mendidik dan produktif, seperti membuka wartel atau
koprasi yang dikelola oleh anak asuh sehingga mereka dapat hidup
lebih mandiri.
Yayasan Bahrul’Ulum diharapkan dapat memberikan keterampilan
kepada anak asuh dengan keterampilan hasilnya menjadi lahan
usaha mereka sehingga mereka tidak selalu mengandalkan bantuan
dari panti dan tidak Menjadikan mereka manusia yang konsumtif.
Keterampilan misalnya menjahit, membuat hiasal, dan lain
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Zaki, M. Hamdani Bakran, 2002, Konseling dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
Ahyadi, Abdul Aziz, 1995, Psikologi Agama Kepribadia Muslim Pancasila,
Bandung: Sinar Baru
Al-Ghazali, Syaikh Muhammad,1993, Masalah Agama, Jakarta: Gema Insani
Press
Ali, Qoumi, 2003, Peranan Ibu, Bogor: Cahaya
Amin, Samsul Munir, 2010, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: PT Rineka
Amzah, 2010, Cet. Ke-1
Anshori, Endang Saifuddin Anshori, 1998, Kuliah Al-Islam, Yogyakarta: CV.
Rajawali
Arifin, HM., 1994, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
Jakarta: PT. Golden Terayon Press
Basrowi, 2005, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia
Bastaman, Hanna Djumhan, 1997, Integrasi Psikologi dengan Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Bustaman, 1995, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju Psikologi Islam,
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Darajat, Zakiah, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 1992
Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Bahasa Indonesia
Departemen Sosial Republik Indonesia, 1999, Pedoman Perlindungan anak,
Jakarta: Direktoral Jendral Bina Kesejahteraan Sosial
Ecols , John M. Ecols dan Shadily, Hasan, 1996, Kamus Inggris Indonesia,
Jakarta: PT. Gramedia
Faqih, Ainur Rohim, 2001, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta: LPPAI
W.A. Gerungan, 1998, Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Eresco
Hakim, Thursan, 2005, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara
Hamid, Syamsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Bogor: Cahaya salam, 2008
Hellen A, 2002, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat Pers
Hidayat, Nurul, 2006, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Press, cet ke 1
Husain , Al-Hamid Zaid, 1982, Kamus Al-Muyassar, Pekalongan: PT. Raja Murah
Jalaludin dan Said, 1996, FIlsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Kerlinger , Fred N, 2000 Asas-Asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press
LN, Syamsu Yusuf, 2000, Psikologi Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Lutfi, M, 2008, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Maleong, Lexy J, 2000, Metode Peneltian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Marimba, 1980, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980
M.K, Muhsin, 2003, Mari Mencintai Anak Yatim, Jakarta: Gema Insani Press
Musnamar, Tohari, 1992, Dasar-Dasar Konseptual BImbingan dan Knseling
Islam, Yogyakarta: UII Press
Najati, M. Utsman, 1985, Al-Qur’an wa’ Ilmu an-Nafs, Bandung: Pustaka, 1985
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto, 2007, Sosiologi: Teks Pengantar dan
Terapan, Jakarta: Kencana
Noor, M. Matdawan, 1995, Aqidah Dari Ilmu Pengetahuan dalam Lintasan
Sejarah Dinamika Budaya Manusia, Yogyakarta: Yayasan “Bina
Karier” LPSBIP
Poerwandari, E. Kristi, 1998, Pendekatan Kualitatif dalam Penilitian Psikolog,
Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana dan Pendidikan Psikolog
(LPSP3)
Poerwardarminta, W. J. S., 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Cet. Ke-7
Priyanto, Erman, dan Anti, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim, 1996, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta
Razak, Nasrudin, Dienul Islam, 1998, Bandung: Al-Ma’arief
Santoso, Umar, 1998, Cet. Ke-1, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV.
Pustaka Setia
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, 1983, Metode Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES
Soekanto, Soerjono, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Soenarjo, dkk, 2002, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Depag RI, 2002
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Jakarta:
Alfabeta
Sukardi, Dewa Ketut, 1984, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian
Ringkasan), Denpasar: Ghalia Indosia
Sutarmadi, A. dan Al-Tirmidzi, 1998, Peranan dalam Pengembangan Hadist dan
Fiqih, Ciputat: Logos Wacana Ilmu
Syah, Muhibbin, 2000, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000
Tafsir, Ahmad, 1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosda Karya
Umar, M, dan Sartono, 1998, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka
Setia
Walgito, Bimo, 1995, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Offset
Hasil wawacara
Nama : Heri Maulana
Usia : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Asal : Kelurahan Parigi Baru Pondok Aren Tangerang Selatan
1. Apa motivasi bapak sebagai pengurus yayasan Bahrul’Ulum terhadap anak
yatim? Motovasi saya disini untuk memberikan bimbingan agama Islami dan
memfasilitasi untuk kehidupan sehari-harinya.
Jawab: saya disini untuk membina dan membiayai anak-anak yatim piatu
ataupun anak yang broken home, dan memberikan bimbingan agam Islam.
Seperti, pelajaran Akhlak, Fiqih dan lain-lain. Agar anak yatim piatu
mempunyai pribadi yang baik serta didalam dirinya tertumbuh rasa empati
sesame makhluk ciptaan Allah SWT.
2. Apa saja program pembinaan yang diterapkan yayasan Bahrul’Ulum terhadap
anak yatim? Pembinaan yang diberikan di panti seperti pembinaan akhlak anak
panti dan pengajian kitab-kitab
Jawab : pembinaan yang saya lakukan di panti, seperti : pelajaran kitab, Akhlak,
Kitab Kuning, Kitab Savinah dan kitab Fiqih.
3. Kapan waktu pelaksanaan bimbingan agama?
Jawaban: bimbingan agama dimulai setelah shlat subuh berjmaah dan setelah
shalat isya sampai jam Sembilan malam
4. Metode apa saja yang digunakan dalam proses Bimbingan Islam terhadap anak
yatim? Metode yang saya sampaikan seperti metode cermah, metode Tanya
jawab
Jawab : metode yang saya gunakan metode ceramah, Metode Tanya Jawab dan
Metode Kelompok.
5. Materi apa yang disamapaikan dalam bimbingan agama?
Jawaban: materinya beragam seperti materi tajwid, doa-doa sehari-hari, kitab
kuning, kitab akhlak dan kitab fiqh
6. Bagaimana ustadz menyampaiakan materi dalam bimbingan agama?
Jawaban:
7. Apa harapan bapak terhadap anak yatim?
Jawab : harapan saya, setelah anak keluar dari yayasan kita d isini membekali
ajaran-ajaran Agama Islam agar anak mempunyai pribadi yang kokoh dan dapat
mandiri, serta dapat berguna bagi orang lain.
8. Adakah waktu khusus dalam memberikan bimbingan (konsultasi) tersebut?
Jawab : ia disini ada waktu dalam memberikan konsultasi karena setiap anak
mempunyai masalah yang berbeda. Disini untuk membantu memecahkan
masalah anak-anak.
9. Apakah bimbingan yang dilakukan mempengaruhi kepribadian anak yatim?
Jawab : ia, bimbingan yang kita berikan sangat berpengaruh terhadap
kepribadian anak yatim dalam memjalankan kehidupannya sehari-hari dan
dalam lingkungan pergaulannya.
10. Sejauh mana tingkat keberhasilan bimbingan yang diberikan terhadap anak
yatim?
Jawab : sampai saat ini untuk menjadi tolak ukurnya, contohnya seperti
menjalankan peraturan-peraturan yang ada di panti.
11. Apa saja kendala yang dihadapi dalam proses bimbingan terhadap anak yatim?
Jawab: kendala disini anak kurang menangkap materi apa yang diberikan disaat
waktu pelaksanaan bimbingan Islam. Dan juga ada anak yang mudah mencerna
apa yang kita sampaikan.
Wawancara Anak.
Nama : Muhammad Sanusi
Usia : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Sudah berapa lama tinggal di Panti?
Jawab: sudah hampir sekitar 5 tahun
2. Apa saja kegiatan di Panti?
Jawab: ngaji, baca Al-Qur’an, ngaji kitab dengerin ceramah.
3. Apakah di Panti ada kegiatan Bimbingan Islam?
Jawab: ada biasanya rame-rame kalo lagi bimbingan, kaya dengerin ceramah
gitu.
4. Kapan waktu bimbingan agama dilaksanakan?
Jawaban:biasanya kegiatan disini dilaksanakan ba’da subuh dan ba’da
magrib kemudian dilanjut lagi ba’da isya
5. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah memdapat materi bimbingan Islam?
Jawab: saya jadi bisa tau akhlak yang baik menurut agama Islam. Jadi bisa
buat kontrol dalam bergaul.
6. Materi apa yang disampaikan oleh ust. Heri maulana?
Jawaban: materinya berupa tajwid, doa sehari dan kitab kuning seperti fikih.
7. Apakah kamu senang dengan Materi Bimbingan Islam?
Jawab: senang jadi bisa tambah wawasan sama pengetahuan, karena saya
emang suka sama yang berbau-bau islami.
8. Bagaimana Proses Ust. Dalam menyampaikan materi?
Sebelum dimulai kami mendoakan orang-orang yang sudah meninggal,
kemudian dilanjutkn dengan materi yang disampaikan dengan ceramah dan
biasanya diselingi Tanya jawab kemudian di akhiri dengan do’a.
9. Menurut kamu, bagaimana pribadi Islam yang baik itu?
Jawab: pribadi yang Islami itu punya akhlak yang baik, sopan, santun, suka
menolong sama ngga beda-bedain kalo mau berbuat baik.
10. Menurut kamu, sudahkah kamu menjadi Pribadi yang Islami setelah
mendapat bimbingan Islam?
Jawab: aduh saya bingung klo niali diri sendiri, itukan yang tau kita pribadi
yang Islami kan orang lain. Walau kita sudah merasa sudah islami blm tentu
orang menilainya begitu juga.
11. Bagaimana kesan kamu terhadap Panti ini?
Jawab: panti ini sangat nyaman bagi saya. Selalu memperhatikan anak-anak
yang ada di panti. Semoga panti ini tetap diberikan keberkahan oleh Allah
SWT.
Nama : Dian Permana
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Sudah berapa lama tinggal di Panti?
Jawab: udah dari 2014
2. Apa saja kegiatan di Panti?
Jawab: kegiatan disini banyak. Ngaji, makan, shalat, ngaji kitab.
Ceramah.
3. Apakah di Panti ada kegiatan Bimbingan Islam?
Jawab: ada biasanya malem sama habis subuh, kaya kultum gitu.
4. Kapan bimbingan agama dilaksanakan?
Jawaban: kalua disini waktunya dimulai dari ba’da subuh sampe jam 6
pagi, kemudian abis maghrib sampe isya dan dilanjut lagi abis isya
sampe jam 9 malam.
5. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah memdapat materi bimbingan
Islam?
Jawab: yang saya rasakan saya jadi tau mana yang baik dan yang buruk,
sama tau akhlah yang baik itu. Sopan santun. Kayak gtu pokoknya.
6. Materi apa yang disampaikan?
Jawaban: kalua untuk materinya seputar pesantren, untuk ba’da subuh
kita ngulang baca doa sehari-hari kemudian memperlancar baca Al-
Qur’an dengan Tajwid untuk setelah maghrib mengaji kitab kuning
sampai jam 9
7. Apakah kamu senang dengan Materi Bimbingan Islam?
Jawab: seneng banget. Jadi tambah wawasan tentang agama Islam.
8. Bagaimana proses ustadz menyampaikan materi?
Jawaban: pertama doa atau tawasul untuk mendoakan org yg sudah tidak
ada, setelah penyampaian materi melalui ceramah dan Tanya jawab
setelah itu di tutup do’a.
9. Menurut kamu, bagaimana pribadi Islam yang baik itu?
Jawab: kalau menurut saya, pribadi yang itu punya akhlak yang baik.
10. Menurut kamu, sudahkah kamu menjadi Pribadi yang Islami setelah
mendapat bimbingan Islam?
Jawab: kalau saya si tetep selalu berusaha menjadi pribadi yang baik.
Biar orang yang menilainya.
11. Bagaimana kesan kamu terhadap Panti ini?
Jawab: panti sangat berjasa bagi saya, disini saya dapat banyak hal dan
dapat pengetahuan agama. Semoga panti ini selalu dalam lindungan dan
Rahmat Allah SWT.
Nama : M. Ilham Zulkarnain
Usia : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
1. Sudah berapa lama tinggal di Panti?
Jawab: kurang lebih 1 tahun
2. Apa saja kegiatan di Panti?
Jawab: ngaji, muhadoroh, ngaji kitab.
3. Apakah di Panti ada kegiatan Bimbingan Islam?
Jawab: ada
4. Kapan dilaksanakan bimbingan agama?
Jawaban: ada bebrapa waktu ka, ada habis subuh sampai jam 6 dan habis magrib
sampe jam 9 malam
5. Apa manfaat yang kamu rasakan setelah memdapat materi bimbingan Islam?
Jawab: dulu saya ngga bisa ngaji sekarang bisa ngaji
6. Materi apa yang disampaikan?
Jawaban: materinya seperti doa sehari-hari, tajwid dan materi kitab kuning
seperti fikih
7. Apakah kamu senang dengan Materi Bimbingan Islam?
Jawab: ya kurang seneg kalo pelajarannya waktunya lama.
8. Bagaimana proses ustadz menyampaikan bimbingan agama?
Jawaban: Pertamanya kita berdoa untuk keluarga yang sudah meninggal,
kemudian dilanjut dengan materi biasanya disampaikan dengan ceramah dan
diakhiri dengan doa.
9. Menurut kamu, bagaimana pribadi Islam yang baik itu?
Jawab: belum, tapi lagi berusaha.
10. Menurut kamu, sudahkah kamu menjadi Pribadi yang Islami setelah mendapat
bimbingan Islam?
Jawab: ya kaya rajin shalat, ngaji
11. Bagaimana kesan kamu terhadap Panti ini?
Jawab: asyik, disini enak tempatnya.
Dokumentasi