Dampak Psikologis Perceraian Anak

85
DAMPAK PSIKOLOGIS PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP ANAK SKRIPSI Fransisca Nanik Indriani 03.40.0005 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2008

description

skripsi

Transcript of Dampak Psikologis Perceraian Anak

Page 1: Dampak Psikologis Perceraian Anak

DAMPAK PSIKOLOGIS PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

SKRIPSI

Fransisca Nanik Indriani 03.40.0005

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2008

Page 2: Dampak Psikologis Perceraian Anak

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i

Halaman Pengesahan................................................................................ .. ii

Halaman Persembahan.............................................................................. ..iii

Halaman Motto........................................................................................... iv

Ucapan Terima Kasih.................................................................................. v

Daftar Isi.......................................................................................................vi

Daftar Tabel.................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah...............................................................1

B. Tujuan Penelitian ........................................................................5

C.Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis ..............................................................5

b. Manfaat Praktis.................................................................6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian Dampak Psikologis.................................................. 7

B. Perceraian Orang Tua

1. Pengertian Perceraian Orang Tua.......................................... 8

2. Sebab-sebab Perceraian ....................................................... 9

C. Anak

1. Pengertian Anak ................................................................. 10

2. Tugas –tugas Perkembangan Anak......................................11

3. Hubungan Orang Tua Anak.................................................13

D. Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada

Anak..........................................................................................14

E. Kerangka Dinamika Psikologis Perceraian Orang Tua Pada

Anak............................................................................................22

Page 3: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB III METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian Kualitatif.................................................... 23

B. Subjek Penelitian....................................................................... 25

C. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara........................................................................ 27

2. Observasi ........................................................................ 28

3.Tes Grafis........................................................................... 28 D. Kriteria Keabsahan Data.............................................................. 29

E. Metode Analisis Data .................................................................. 31

BAB IV KANCAH PENELITIAN dan HASIL PENELITIAN

A. Kancah Penelitian .................................................................. 33

B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 34

C. Pengumpulan Data

Kasus Subjek 1

a. Identitas Subjek 1.......................................................... 35

b. Hasil Observasi............................................................. 35

c. Hasil Wawancara........................................................... 37

d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 42

e. Analisis Hasil Kasus Subjek 1......................................... 42

f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 1........... 45

g. Bagan Dampak Psikologis Subjek 1.................................47

Kasus Subjek 2

a. Identitas Subjek 2.......................................................... 48

b. Hasil Observasi............................................................. 48

Page 4: Dampak Psikologis Perceraian Anak

c. Hasil Wawancara........................................................... 50

d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 54

e. Analisis Hasil Kasus Subjek 2......................................... 55

f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 2...........57

g.. Bagan Dampak Psikologis Subjek 1................................59

Kasus Subjek 3

a. Identitas Subjek 3.......................................................... 60

b. Hasil Observasi............................................................. 60

c. Hasil Wawancara........................................................... 62

d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 66

e. Analisis Hasil Kasus Subjek 3......................................... 67

f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 3........... 68

g.. Bagan Dampak Psikologis Subjek 3................................70

Kasus Subjek 4

a. Identitas Subjek 4.......................................................... 71

b. Hasil Observasi............................................................. 71

c. Hasil Wawancara........................................................... 73

d. Dinamika Psikologis Hasil Tes Grafis............................ 76

e. Analisis Hasil Kasus Subjek 4......................................... 77

f. Intensitas Dampak Psikologis Peceraian Subjek 4.......... 79

g.. Bagan Dampak Psikologis Subjek 4................................81

Page 5: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB V PEMBAHASAN UMUM

A.Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua……………. 82

B. Gambar Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada

Anak................................................................................................... 85

C. Dinamika Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak ( Subjek

1,2,3,4)............................................................................................... .85

D.Pembahasan……………………………………………………….88

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................89

B. Saran.............................................................................................89

DAFTAR PUSTAKA................................................................................91

LAMPIRAN

Page 6: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak perceraian terjadi diantara pasangan suami istri yang

disebabkan karena mereka sudah tidak dapat membina hubungan

perkawinan dan rumah tangga lagi. Berita tentang perceraian dan

perseteruan suami istri banyak menghiasi tayangan media elektronik seperti

televisi dan pemberitaan di media cetak. Perceraian pada dasarnya

merupakan peristiwa yang sebenarnya tidak direncanakan dan dikehendaki

oleh pasangan suami istri yang sama-sama terikat dalam perkawinan.

Perceraian merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

dan terjadi bila antara suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara

penyelesaian masalah yang dapat memuasakan kedua belah pihak (

Hurllock, 1993, h.307).

Tingkat perceraian di seluruh dunia meningkat dengan berubahnya

gaya hidup seiring dengan datangnya modernisasi. Di Indonesia pun terjadi

peningkatan jumlah kasus perceraian. Pada Tahun 1992, misalnya tercatat

sebanyak 2,27% pernikahan di Indonesia yang berahkir dengan perceraian.

Pada tahun 1997, terjadi peningkatan menjadi 4,6% (BPS,1993-1998).

Dari data yang ada yang ada di Biro Pusat Statistik (Indonesia Dalam

Angka, 2002, h.118) pada tahun 2001 tercatat ada 144.821 perceraian di

Indonesia dan kasus perceraian tertinggi ada di Jawa dengan kasus

perceraian sebanyak 117.566. Di Jawa Tengah, pada tahun 2000 terdapat

37.330 kasus perceraian, sedangkan pada tahun 2001 terdapat 37.706 kasus

Page 7: Dampak Psikologis Perceraian Anak

perceraian dari beberapa perkawinan.

Berdasarkan data BPS kota Semarang tahun 2002 sebanyak

2.073.715 pasangan penduduk Indonesia pada tahun 2001/2002 melakukan

perkawinan yang meningkat 8,06% dibandingkan tahun 2000 dan 2001 yang

berjumlah 1.919.671 perkawinan. Tetapi peningkatan perkawinan juga

diikuti dengan meningkatnya perceraian dari 139.959 kasus perceraian

menjadi 183.805 kasus. Tahun 2003 kasus perceraian meningkat kembali

sebesar 9,3 % atau sebanyak 195.609 kasus dari 2.108.697 perkawinan data

tersebut membuktikan bahwa di Semarang kasus perceraian semakin

meningkat dari tahun ke tahun (BPS, 2004, h.169).

Data BPS di atas menunjukkan ternyata kasus perceraian nampak

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Padahal masih banyak kasus-

kasus perceraian yang lain dalam masyarakat yang masih belum terlihat.

Peningkatan walaupun sedikit tetapi dapat berbahaya.

Rumah tangga pada umumnya adalah sebagai sarana pembinaan moral

sekaligus tempat pembentukkan kepribadian anak. Manurung (1995,h.46)

mengemukakan bahwa rumah tangga adalah kelompok sosial yang

biasanya berpusat pada satu keluarga, ditambah dengan beberapa warga

lain,yang tinggal dan hidup bersama dalam satu rumah sehingga merupakan

satu-kesatuan.

Jalan kehidupan seseorang terkadang tidak sejalan dengan kenyataan,

sesuatu dapat saja berubah. Sementara itu orang dan kehidupannya secara

konstan pun mengalami perubahan. Jadi kehidupan rumah tangga akan

dengan sendirinya lebih menyertakan disharmoni daripada kehidupan

rumah tangga yang bahagia sepanjang masa. Menurut Kartono (1986,h.59)

Page 8: Dampak Psikologis Perceraian Anak

pasangan suami istri yang bercerai, merupakan sumber untuk

memunculkan dampak negatif bagi anak.

Cerai merupakan peristiwa yang traumatis dan anak adalah merasa

yang paling terpukul. Anak akan merasa kehilangan orang tua dari

kehidupan yang dijalaninya. Hal itu akan berpengaruh besar tehadap

perkembangan pribadi anak atau perkembangan psikologis anak. Selain itu

anak akan merasa tidak nyaman di rumah dan sebagai kompensasi, anak

akan mencari tempat yang nyaman yang sekiranya dapat menerimanya dan

membuatnya nyaman

(Colle, 2004, h.2). Tidak seperti orang dewasa yang dapat berpaling pada

teman, penasehat atau kerabatnya untuk mendapat dukungan dan saran,

sedangkan anak tidak mendapat dukungan dari siapapun.

Anak–anak seringkali terjebak dalam kesulitan, mereka tidak memiliki

siapapun untuk menolong dan mendukung mereka, sepertinya tak seorang

pun memahami tekanan yang mereka rasakan. Hal ini karena anak

memerlukan dukungan dan kasih sayang dari orang tua, selain itu karena

anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan bahagia (

Hurllock,1999,h.130).

Kerusakkan perkembangan psikologis anak seperti depresi, menarik

diri dari pergaulan sosial, kompetensi sosial yang rendah serta berbagai

persoalan gangguan perilaku anak yang erat kaitanya kesukaran emosional

yang dihadapi anak dari pasangan yang berada dalam kondisi konflik yang

ahkirnya menuju pada proses perceraian (Hetherington dan Clingempeel

dalam Sawitri, 2005, h.2).

Anak yang mengalami kekurangan hubungan dengan orang tua, tentu

Page 9: Dampak Psikologis Perceraian Anak

akan mengalami trauma emosional, mereka merasa malu dan terluka

karena mereka merasa berbeda dari anak–anak lain. Anak juga mempunyai

keluhan mengenai faktor ketidakpastian yang berhubungan dengan

pemeliharaan anak serta keselamatan anak. Hal ini sangat merusak konsep

pribadi anak, kecuali apabila mereka tinggal dalam lingkungan yang

sebagian besar dari teman bermainnya juga berasal dari keluarga yang

bercerai ( Colle, 2004, h.3).

Orang dewasa yang pernah mengalami perceraian kedua orang

tuanya pada masa anak-anak, merasa lebih rentan terhadap situasi stress

dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami peristiwa perceraian

pada kedua orang tuanya. Kecuali itu mereka juga merasa tidak puas dan

tidak nyaman berada diantara keluarga dan teman-temannya serta lebih

sering menderita kecemasan yang amat sangat. Mereka juga mengalami

kesulitan untuk mengatasi stress kehidupan yang mereka hadapi dalam

kehidupan selanjutnya (Hetherington dan Clingempeel dalam Sawitri,

2005, h.2).

Penulis mengambil contoh kasus perceraian pada pasangan suami istri,

yang bertempat tinggal di kota Semarang yang telah dikaruniai 3 orang

anak. Pasangan tersebut memilih jalan perceraian, karena pasangan itu

menganggap bahwa hubungan dalam rumah tangganya sudah tidak dapat

dipertahankan lagi. Namun kenyataan menunjukkan bahwa perceraian yang

dilakukan pasangan tersebut tidak membawa dampak positif bagi anak-

anak mereka, tetapi sebaliknya perceraian itu membawa dampak negatif

bagi anak-anak mereka.

Perceraian sangat mahal harganya hal ini berarti banyak hal yang harus

Page 10: Dampak Psikologis Perceraian Anak

dibayar karena begitu banyak konsekuensi negatif yang menjadi resiko

perceraian, terutama bagi anak-anak dari hasil perkawinan tersebut. Anak

mengalami masalah psikologis serta situasi-situasi sulit pada saat orang tua

mereka bercerai. Maka berkaitan dengan adanya masalah psikologis dan

situasi sulit yang timbul pada anak sehubungan dengan perceraian orang tua

mengundang minat peneliti untuk melakukan penelitian, karena peneliti

ingin mengetahui dampak - dampak psikologis apa saja yang terjadi pada

anak sebagai status korban perceraian orang tua. Peneliti tertarik karena di

Indonesia belum pernah ada penelitian yang serupa.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: bahwa peneliti ingin mengetahui

dampak psikologis dari adanya perceraian orang tua terhadap anak.

C. Manfaat Penelitan

a. Manfaat teoritis:

Dapat berguna untuk pengembangan psikologi dalam hal ini adalah

psikologi keluarga,psikologi perkembangan dan juga konseling perkawinan

mengenai dampak perceraian orang tua terhadap anak.

b. Manfaat praktis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak orang tua

agar mengantisipasi dampak perceraian yang ditimbulkan pada anak

Page 11: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dampak Psikologis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat bahasa Departemen

Pendidikkan Nasional, 2002, h. 234) dampak berarti pengaruh kuat yang

mendatangkan akibat negatif maupun positif. Adapun yang dimaksud dengan

psikologis (Pusat Bahasa Departemen Pendidikkan Nasional, 2002, h. 901)

adalah sifat kejiwaan ditinjau dari segi kejiwaan. Berkaitan dengan stimulus

dan respon yang mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak

psikologis dapat dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon

yang bekerja pada diri seseorang (Watson dalam Sarwono, 2003, h. 13).

Tingkah laku pada hakikatnya adalah tanggapan terhadap rangsangan, karena

rangsangan sangat mempengaruhi tingkah laku. Hal ini senada dengan

pendapat Miller (dalam Supratiknya, 1993, h. 212.) bahwa setiap stimulus

internal atau eksternal yang cukup kuat mampu membangkitkan suatu

dorongan dan memicu tindakkan.

7 Mengacu pada telaah psikologi sosial, dampak psikologis dapat dikaitkan

dengan tindakkan dan efek, seperti yang telah diungkapkan oleh Jones dan

Davis (dalam Sarwono, 2003,h.179). Tindakkan bearti keseluruhan respon (

reaksi yang mencerminkan pilihan perilaku) yang mempunyai akibat efek

terhadap lingkungannya, sementara efek diartikan sebagai perubahan–

perubahan yang nyata yang dihasilkan oleh tindakkan.

Menurut Heider (dikutip Sears dkk, 1992, h.100) perilaku manusia

dipengaruhi faktor internal yang berupa motif, emosi, sikap, kemampuan,

Page 12: Dampak Psikologis Perceraian Anak

kesehatan, keinginan. Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan

umum, orang yang diajak berinteraksi, tekanan sosial, peran yang dipaksakan

dan sebagainya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dampak

psikologis adalah pengaruh positif maupun negatif yang muncul sebagai hasil

dari adanya stimulis dan respon yang bekerja pada diri seseorang, dimana

pengaruh tersebut nampak dalam perilaku individu.

B.Perceraian Orang Tua

1. Pengertian Perceraian Orang Tua

Menurut Hurllock ( 1993, h.307) perceraian merupakan kulminasi

dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi bila antara suami istri

sudah tidak mampu lagi mencari penyelesaian masalah yang dapat

memuaskan kedua belah pihak.

Lebih lanjut William (1985,h.185) berpendapat bahwa perceraian

merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan itu

memutuskan untuk saling meninggalkan, dengan demikian berhenti

melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.

Dari beberapa pendapat para ahli,maka dapat disimpulkan bahwa

perceraian orang tua adalah kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang

buruk dan terjadi bila antara suami istri sudah tidak mampu lagi mencari

penyelesaian masalah yang memuaskan kedua belah pihak, dan kedua belah

pihak itu memutuskan untuk saling meninggalkan dengan demikian

berhenti melaksanakan kewajiban perannya sebagai suami istri.

Page 13: Dampak Psikologis Perceraian Anak

2. Sebab-Sebab Perceraian

Menurut Fauzi ( 2006, h. 3-10) sebab - sebab orang bercerai yaitu:

a) Ketidakharmonisan dalam rumah tangga

b) Krisis moral dan ahklak adalah keadaan suami atau istri

mengadakan hubungan seksual dengan orang lain yang bukan

pasangannya yang sah.

c) Perzinahan .

d) Pernikahan tanpa cinta

e) Pihak ketiga adalah campur tangan dari pihak seperti orang lain dari

suami atau istri dalam urusan rumah tangga dan memaksakan

perceraian.

f) Adanya masalah- masalah dalam perkawinan

Selain itu menurut Su’adah (2005,h. 232) sebab-sebab perceraian yaitu:

a. Hilangnya secara berangsur-angsur tujuan-tujuan bersama dan tujuan

pribadi menjadi lebih penting daripada tujuan keluarga.

b. Usaha kerjasama semakin menurun.

c. Tidak adanya pelayanan yang baik diantara suami-istri.

d. Hubungan – hubungan interpersonal tidak lagi terkoordinasi

e. Berubahnya hubungan antara suami istri dengan kelompok-kelompok

lainnya.

f. Terdapatnya pertentangan sikap-sikap emosional antara suami

istri.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab

perceraian suami istri disebabkan karena adanya pihak ketiga, pernikahan

tanpa cinta, ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Selain itu sebab-sebab

Page 14: Dampak Psikologis Perceraian Anak

perceraian juga disebabkan karena hilangnya secara berangsur-angsur tujuan-

tujuan bersama dan tujuan pribadi menjadi lebih penting daripada tujuan

keluarga, usaha kerjasama semakin menurun, tidak adanya pelayanan yang

baik diantara suami-istri, hubungan–hubungan interpersonal tidak lagi

terkoordinasi, berubahnya hubungan antara suami istri dengan kelompok-

kelompok lainnya, terdapatnya pertentangan sikap-sikap emosional antara

suami istri.

C. Anak

1. Pengertian Anak

Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa anak-anak

merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan sehari-hari

dimana individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain. Bagi

kebanyakkan anak (young children) uraian selanjutnya digunakan kata

”anak-anak” yang menunjuk pada pegertian anak masih anak-anak. Masa

anak-anak seringkali dianggap tidak ada ahkirnya sewaktu mereka tidak

sabar menunggu saat yang didambakan yakni pengakuan dari masyarakat

bahwa mereka bukan anak-anak tetapi orang dewasa.

Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh

ketergantungan yakni kira-kira usia 2 tahun sampai anak matang secara

seksual kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria ( Hurllock,

1999,h.108).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian anak adalah

masa dimana individu setelah melewati masa bayi yakni masa dimana

penuh ketergantungan pada orang lain dan masaini adalah masa yang

Page 15: Dampak Psikologis Perceraian Anak

terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relaktif tidak

berdaya dan penuh ketergntungan.

2.Tugas – Tugas Perkembangan Anak

Havighurst mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang

ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Tugas ini dalam

batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang. Havighurst

menyebutnya dengan tugas perkembangan ( devalopmental task) yaitu

tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu

sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan (

Monks,1982,h.22).

Meskipun dasar dari tugas perkembangan yang diharapkan sudah

dikuasai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama bayi tetapi

masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun yaitu dalam

periode awal masa kanak-kanak yang realtif singkat.

Demikian pula halnya dengan pengertian benar dan salah. Pengetahuan

benar salah masing-masing terbatas pada situasi rumah dan harus diperluas

dengan pengertian benar salah dalam hubungannya dengan orang-orang di

luar rumah terutama lingkungan luar.

Lebih penting lagi anak-anak harus meletakkan dasar-dasar untuk

hati nurani sebagai bimbingan untuk perilaku benar salah. Hati nurani

berfungsi sebagai sumber motivasi bagi anak-anak untuk melakukan apa

yang diketahuinya sebagai hal yang salah bilamana mereka sudah terlalu

besar untuk selalu diawasi orang tua atau pengganti orang tua.

Page 16: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Menurut Hurllock ( 1993, h.10 ) mengatakan bahwa tugas

perkembangan anak usia 9 tahun hingga 14 tahun antara lain yaitu:

1. Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan

hati nurani

2. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial

3. Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari

4. Membangun sikap sehat mengenai diri sendiri sebagai mahkluk

yang sedang tumbuh

Salah satu tugas perkembangan yang terpenting pada masa anak-anak

dan ini merupakan tugas perkembangan paling sulit adalah belajar untuk

berhubungan secara emosional dengan orang tua. Hubungan emosional

yang terdapat selama bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih

matang. Alasannya adalah karena hubungan dengan orang tua, anak

berdasarkan pada ketergantungan anak untuk memenuhi kebutuhan kasih

sayang. Anak juga harus belajar memberi dan menerima kasih sayang dari

orang tuanya ( Hurllock, 1999, h.110)

3. Hubungan Orang Tua Anak

Hurllock (1999,h.130) mengatakan bahwa perubahan-perubahan

dalam hubungan orang tua anak dimulai sejak tahun kedua masa bayi

berlangsung terus selama awal masa anak-anak dan biasanya dalam tingkat

yang lebih cepat. Perubahan – perubahan ini disebabkan oleh banyak hal

seperti perceraian. Anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal

perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan buruk dengan orang tua

akan berakibat sangat buruk.

Page 17: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Hubungan buruk dengan orang tua merupakan hal yang serius karena

dapat mengurangi perasaan aman, tetapi akan lebih parah apabila hubungan

itu putus karena perceraian. Anak yang mengalami hubungan buruk karena

orang tua, yang disebabkan karena perceraian akan mempengaruhi

perubahan dalam hidup mereka.

Hal itu dapat dikurangi apabila anak diangkat atau diambil oleh orang tua

angkat atau keluarga yang orang tuanya lengkap sehingga dibentuk

hubungan keluarga yang memuaskan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan orang tua anak

yang tidak seimbang akan mempengaruhi perubahan hidup dalam diri anak,

karena anak pada umumnya sangat memerlukan dukungan akan kasih sayang

dari orang tua.

D. Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Terhadap Anak.

Setiap pernikahan membutuhkan pengharapan, terutama sebuah

pernikahan yang telah dikaruniai anak. Anak adalah anugerah sekaligus

tantangan. Memiliki seorang anak membuat orang tua lebih memahami

bahwa seorang anak sangat memerlukan dukungan dan kasih sayang karena

ketergantungan anak pada orang tua lebih besar.

Salah satu tugas perkembangan yang terpenting pada masa anak-anak

dan ini merupakan tugas perkembangan paling sulit adalah belajar untuk

berhubungan secara emosional dengan orang tua.Hubungan emosional yang

terjadi pada masa bayi harus diganti dengan hubungan yang lebih matang.

Tugas perkembangan sangat penting karena hubungan dengan orang

tua, anak berdasarkan pada ketergantungan anak untuk memenuhi

kebutuhan kasih sayang. Anak juga harus belajar memberi dan menerima

Page 18: Dampak Psikologis Perceraian Anak

kasih sayang dari orang tuanya ( Hurllock, 1999, h.110)

Kasih sayang orang tua pada anak dapat menurun apabila pasangan

suami istri dalam membina hubungan dalam rumah tangga terjadi konflik

dan konflik tersebut berujung pada proses perceraian.

Mussen ( 1992,h.418) berpendapat bahwa dampak umum dari

perceraian adalah sebagai berikut :

a. Ibu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anak dan

dirinya sendiri, dengan kata lain harus menjadi orang tua tunggal

b. Komentar sosial mengeluhkan bubarnya keluarga mengakibatkan

adanya konsesual bagi anak-anak generasi mendatang

c. Perceraian dianggap sebagai struktur yang keluar dari norma

sehingga dianggap menyimpang dan abnormal

d. Anak-anak tanpa ayah dapat menjadi tergantung agresif was-was

terhadap perpisahan, kurang otonom dan kurang tertarik terhadap

permainan yang bersifat maskulin.

Perceraian tentu saja akan menimbulkan dampak bagi anak. Menurut

Colle ( 2004, h. 4-6) mengatakan ada 6 dampak negatif utama yang dirasakan

oleh anak-anak akibat perceraian orang tua yaitu:

a. Penyangkalan

Penyangkalan adalah salah satu cara yang sering digunakan seorang

anak untuk mengatasi luka emosinya dan melindungi dirinya dari perasaan

dikhiananti, kemarahan dan perasaan dikhianati. Penyangkalan yang

berkepanjangan merupakan indikasi bahwa anak yakin dialah penyebab

perceraian orang tuanya.

b. Rasa malu

Page 19: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Rasa malu merupakan suatu emosi yang berfokus pada kekelahan atau

pelanggaran moral, membungkus kekurangan diri dan memuat kondisi

pasif atau tidak berdaya.

c. Rasa bersalah

Rasa bersalah adalah perasaan melakukan kesalahan sebagai suatu sikap

emosi umumnya menyangkut konflik emosi yang timbul dari kontroversi

atau yang dikhayalkan dari standar moral atau sosial, baik dalam tindakkan

atau pikiran (Drever,1998,h.187). Perasaan ini timbul karena adanya harapan

yang tidak terpenuhi, serta perbuatan yang melanggar norma dan moral yang

berlaku. Serta adanya perbuatan yang bertentangan dengan kata hati. Anak

biasanya lebih percaya bahwa perceraian orang tua disebabkan oleh diri

mereka sendiri, walaupun anak-anak yang lebih besar telah mengetahui

bahwa perceraian itu bukan salah mereka, tetap saja anak merasa bersalah

karena tidak menjadi anak yang lebih baik.

d. Ketakutan

Anak menderita ketakutan karena akibat dari ketidakberdayaan mereka

dan ketidakamanan yang disebabkan oleh perpisahan kedua orang tuanya.

Anak menunjukkan ketakutannya ini dengan cara menangis atau

berpegangan erat pada orang tuannya atau memiliki kebutuhan untuk

bergantung pada benda kesayangannya, seperti boneka.

e. Kesedihan

Sedih adalah reaksi yang paling mendalam bagi anak-anak ketika

orang tuanya berpisah. Anak akan menjadi sangat bingung ketika hubungan

orang tuanya tidak berjalan baik terutama jika mereka terus menerus

menyakiti, entah secara fisik maupun verbal.

Page 20: Dampak Psikologis Perceraian Anak

f. Rasa marah atau kemarahan

Beberapa anak khususnya menunjukkan kemarahan mereka pada

orang tua yang tinggal bersama mereka, karena mereka merasa aman

melampiaskan frustasi mereka pada orang tua yang tidak meninggalkan

mereka. Anak bisa menyalahkan orang tuanya karena telah menimbulkan

ketakutan baginya yang disebabkan oleh banyakknya perubahan setelah

perceraian.

Dari uraian diatas jelas bahwa dampak negatif utama yang dialami oleh

anak karena perceraian orang tua adalah :

a. Penyangkalan

b. Rasa malu

c. Rasa bersalah

d. Ketakutan

e. Kesedihan

f. Rasa marah atau kemarahan

Setiap anak mempunyai tanggapan yang berbeda-beda mengenai

perceraian, sehingga perceraian orang tua akan menimbulkan dampak

psikologis dalam diri anak ( David Stoop, 2003, h. 22-23).

Dampak psikologis adalah pengaruh positif maupun negatif yang

muncul sebagai hasil dari adanya stimulis dan respon yang bekerja pada

diri seseorang, dimana pengaruh tersebut nampak dalam perilaku individu.

Anak adalah sebagai seorang individu yang tentunya sangat

memerlukan dukungan, perhatian, dan kasih sayang dari orang tuanya. Hal

ini sangat diperlukan anak karena ini mempengaruhi tingkat perkembangan

anak di masa mendatang. Fakta bahwa anak yang mempunyai orang tua

Page 21: Dampak Psikologis Perceraian Anak

bercerai, hal ini membuat anak merasa terpukul karena mereka tiba-tiba

saja harus menerima keputusan yang dibuat oleh orang tua tanpa

sebelumnya punya ide atau bayangan bahwa hidup mereka akan berubah.

Anak mulai berpandangan pesimistis akan masa depan mereka sendiri,

karena perceraian yang dilakukan oleh orang tua akan mempengaruhi

perubahan dalam hidup mereka.

Pemikiran-pemikiran seperti ini memicu munculnya perasaan sedih,

kehilangan, perasaan bersalah, rasa marah ,rasa malu dan juga

penyangkalan, karena pikiran merupakan sumber dari muculnya perasaan-

perasaan terentu. Tiap peristiwa yang dialami oleh individu tidak lepas dari

pemikiran individu terhadap peristiwa tersebut. Menurut Burns (dikutip

dari Safaria, 2005, h.54) pada dasarnya peristiwa yang dialami individu

adalah netral namun setelah diolah dalam pikiran akan menimbulkan

berbagai macam penafsiran.

Seorang anak yang memiliki orang tua bercerai, mereka tentunya timbul

perasaan bersalah dalam diri mereka, karena mereka merasa bahwa

merekalah penyebab perceraian kedua orang tuanya, sehingga pada

ahkirnya mereka benar-benar tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Anak juga mengalami kecemasan sehingga daya juang yang dimiliki

anak lambat laun akan turun dan anak tidak dapat menunjukkan kemajuan

dalam hidupnya. Ketidakmatangan kognitif pun dapat mengakibatkan anak-

anak cemas ketika orang tua mereka bercerai, sehingga mereka tidak dapat

melakukan adaptasi dengan baik serta anak takut menjalin hubungan

sengan orang lain. Menurut Priest (1987,h.10) ketika seseorang berpikir ada

sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dalam dirinya akan timbul

Page 22: Dampak Psikologis Perceraian Anak

ketakutan, bingung, hidup penuh tekanan dan ketidakpastian atau

merupakan suatu keadaan umum yang dialami individu dari waktu ke

waktu sebagai suatu tanggapan terhadap situasi yang mengancam.

Kecemasan juga menimbulkan efek negatif yang lain yaitu

penyangkalan dan rasa malu. Penyangkalan adalah salah satu cara yang

sering digunakan seorang anak untuk mengatasi luka emosinya dan

melindungi dirinya dari perasaan dikhiananti, kemarahan dan perasaan

dikhianati. Anak pada saat mengetahui bahwa orang tuanya bercerai reaksi

pertamanya bisa berupa tidak percaya, terutama jika kabar itu datang tanpa

peringatan sebelumnya Anak-anak dalam penyangkalan ini biasanya

memilih untuk mengindahkan kabar itu atau berpegang erat pada keyakinan

bahwa kondisi itu hanya sementara (Colle, 2004, h.4). Kecemasan yang

mungkin timbul dalam diri anak adalah pemikiran jika ayah atau ibu

mereka menikah lagi, kemungkinan akan mengalami hal yang sama.

Perasaan ini tanpa sadar akan memunculkan trauma dalam diri anak, karena

biasanya perceraian mewakili trauma yang sesungguhnya dalam diri anak.

Kenyataan-kenyataan tersebut menyebabkan ahkirnya anak mengalami

rasa malu. Rasa malu dapat muncul ketika anak mengalami penyangkalan

yang terus menerus, rasa malu pada anak terjadi ketika anak yang selama

ini berpegang erat pada keyakinan serta mengindahkan kabar bahwa orang

tua tidak bercerai, namun hal itu tidak sesuai dengan kenyataan, melihat

kondisi anak yang mengalami kecemasan yang terus menerus. Rasa malu

juga dapat membuat anak kehilangan kepercayaan diri dalam berinteraksi

dengan orang lain.

Perceraian pada awalnya memiliki dampak negatif pada anak-anak

Page 23: Dampak Psikologis Perceraian Anak

tapi itu tidak berarti sudah pasti bahwa sebuah perceraian akan selamanya

menjadi sebuah dampak buruk bagi anak. Ada beberapa anak korban

perceraian yang dapat melanjutkan perkembangan hidupnya meskipun hidup

dengan salah satu orang tua dalam hal:

a. lebih mandiri

b. Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang sekarang ini tinggal

bersama dengan subjek

c. Tekanan batin dan konflik yang selama ini dirasakan anak dapat

berkurang

d. Anak mendapat kebebasan yang lebih besar

e. Beberapa dari anak lebih siap untuk menghadapi trauma dan stress

yang diakibatkan oleh perceraian.

f. Anak dapat menikmati hidup indah dan orang tua pun harus

menerapkan kebijakkan yang tepat dan menciptakan interaksi antara

anak dengan masing-masing pihak.

g. Anak dapat lebih dewasa.

h. Anak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perceraian

sekalipun yang dirasakan sangat pedih.

Menurut Hetheringthon dkk (dalam Suntrock, 2002, h. 269)

pengaruh perceraian orang tua yakni:

a. Anak –anak terlepas dari konflik perkawinan

b. Anak-anak dapat menjadi individu yang berkompeten.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak psikologis

negatif perceraian pada anak meliputi kecemasan, rasa bersalah, rasa malu,

rasa marah, ketakutan, serta kesedihan, walaupun ada kasus khusus yang

Page 24: Dampak Psikologis Perceraian Anak

tidak mengalami dampak negatif secara kuat. Perceraian orang tua tidak

selalu berdampak buruk pada anak, karena dapat menjadikan anak lebih

mandiri, anak lebih dewasa, tekanan batin dan konflik berkurang.

Masalah - masalah psikologis dapat pula timbul dalam diri anak, jika

salah satu pasangan suami istri dalam menyelesaikan konflik rumah tangga

selalu mengambil jalan perceraian, karena akan menghambat

perkembangan anak. Peneliti tertarik mengambil penelitian ini karena

peneliti ingin mengetahui dampak psikologis pada anak yang menjadi

status korban perceraian orang tua.

E. Kerangka Dinamika Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak

Orang tua Bercerai

Anak yang mempunyai tugas perkembangan menjalin hubungan emosional dengan orang tua

A B C D E F

Page 25: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Keterangan

A: Penyangkalan

B: Rasa malu

C: Rasa bersalah

D: Ketakutan

E: Kesedihan

F: Rasa Marah

Page 26: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian Kualitatif

Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan

wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan

kebenaran. Di dalam melakukan penelitian, entah disadari atau tidak

peneliti mempunyai cara pandang terhadap suatu hal atau peristiwa yang

disebabkan oleh terbentuknya kepercayaan yang berdasarkan atas asumsi

tertentu yang disebut aksioma. Cara memandang yang demikian ini

disebut paradigma ( Moleong, 2002, h.29).

Patton mengatakan bahwa paradigma mengandung pengertian

pandangan tentang dunia, cara pandang untuk menyederhanakan

kompleksitas dunia nyata, dan karenanya dalam konteks pelaksanaan

penelitian memberi gambaran pada kita mengenai apa yang penting, apa

yang dianggap mungkin dan sah untuk dilakukan serta apa yang dapat

diterima akal sehat ( dalam Poerwandari,1998,h. 10).

23 Dalam penelitian tentang Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua

Terhadap Anak peneliti menggunakan metode kualitatif dengan

pertimbangan bahwa jalan keluar yang dilakukan oleh pasangan suami istri

yang telah mempunyai anak yaitu perceraian mempunyai dampak tertentu

pada anak yang tidak dapat diungkap dengan angka-angka. Pemahaman

sangat diperlukan untuk menggali aspek subjektif, sehingga peneliti

mengerti dampak – dampak psikologis apa saja yang terjadi pada anak dari

suatu tindakkan orang tua yang melakukan perceraian.

Page 27: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Bogdan dan Taylor (dikutip Moleong, 2002.h.3) mendefenisikan

metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif, kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Sehingga data yang dihasilkan adalah data yang berupa

data deskripsi dari orang – orang dan perilakunya.

Menurut Smith (dikutip Murtiharini, 2004, h.34) mengemukakan

bahwa dengan data kualitatif seseorang dapat mempertahankan

kronologis peristiwa, menganalisa dan mendapatkan data banyak.

Moleong (2000,h.5) menjelaskan beberapa pertimbangan digunakan

metode kualitatif, karena:

1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda.

2. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dan responden

3. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan

banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola

nilai yang dihadapi

Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu

untuk mengetahui,menggambarkan dan menganlisis dampak psikologis

perceraian orang tua terhadap anak baik secara positif maupun negatif.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek tidak diambil secara acak, tetapi

dipilih mengikuti kriteria tertentu ( Poerwandari, 1998, h.60).

Ditambahkan oleh Chaplin (1981, h. 2) subjek adalah individu yang

berpartisipasi dalam suatu eksperimen psikologis dan seseorang yang

Page 28: Dampak Psikologis Perceraian Anak

melaporkan pengamatannya.

Dalam penelitian kualitatif prosedur penentuan subjek dan sumber data

umumnya menampilkan karakteristik:

1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada

kasus-kasus tipikal yang sesuai kekhususan masalah penelitian.

2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik

dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan

pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian

3. Tidak diarahkan pada keterwakilan ( dalam arti jumlah atau peristiwa

acak) melainkan pada kecocokan konteks ( Sarantakos dikutip oleh

Poerwandari,1998, h. 57-58).

Peneliti menggunakan prosedur pengambilan subjek kasus tipikal

yaitu bahwa kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili

kelompok ”normal” dari fenomena yang diteliti. Pendekatan ini

menggunakan pendekatan purposive yaitu subjek tidak dipilih secara

acak tetapi dipilih mengikikuti kriteria tertentu ( Poerwandari, 1998, h.

61).

Dalam hal ini peneliti menentukan karakteristik subjek penelitian

yakni anak-anak yang orang tuanya bercerai dengan ciri-ciri:

1. Anak telah berpisah dari orang tua karena perceraian

Peneliti memilih subjek penelitian anak-anak dengan latar

belakang korban perceraian orang tua karena anak –anak dengan

latar belakang tersebut akan memiliki dampak – dampak psikologis

yang lebih dalam daripada anak yang terpisah dengan orang tua

akibat salah satu orang tua mereka meninggal.

Page 29: Dampak Psikologis Perceraian Anak

2. Berusia antara 9-14 tahun

Menurut Hurlock (1999, h.130) anak-anak usia awal adalah usia

dimana anak-anak masih sangat memerlukan kasih sayang dari

orang tuanya untuk menghadapi perkembangan selanjutnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen

penelitian utama dalam pengambilan data dari subjek. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur

sebagai metode utamanya, kemudian observasi sebagai pendukungnya

untuk lebih dapat mengungkap masalah yang muncul dan disertai tes

psikologis untuk mengetahui kepribadian subjek.

1. Wawancara

Moleong (2000,h.135), menjelaskan wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu, dilakukan oleh 2 pihak yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Koenjaraningrat (dikutip Bungin, 2003,h.62) wawancara dalam

suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang

kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-

pendiriannya.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi tersruktur yaitu wawancara yang menngunakan

seperangkat pertanyaan yang telah baku, tetapi tidak menutup

Page 30: Dampak Psikologis Perceraian Anak

kemungkinan pertanyaan disesuaikan kondisi maupun ciri responden.

Wawancara dilakukan dengan tujuan mengungkap beberapa hal antara

lain:

a. Kehidupan masa kecil subjek hingga orang tua subjek bercerai.

b. Pemicu terjadinya perceraian dan dampak yang muncul yang

mempengaruhi kehidupan subjek setelah orang tua bercerai.

c. Hubungan sosial subjek dengan lingkungan sosial termasuk

dengan teman sebaya

d. Kegiatan sehari-hari subjek serta kegiatan yang dilakukan

subjek diwaktu senggang

e. Bagaimana perasaan subjek tinggal di lingkungan sekarang.

f. Dampak psikologis yang muncul berkaitan dengan status

korban perceraian.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan

sistematika fenomena yang dilakukan. Observasi dapat dilakukan sesaat

ataupun mungkin dapat di ulang. Observasi hendaknya dilakukan oleh

orang yang tepat. Lewat observasi ini peneliti akan melihat sendiri

pemahaman yang terucapkan ( tacit understanding), bagaimana teori

digunakan langsung ( theory in issue) dan sudut pandang yang mungkin

tidak tercukil; lewat wawancara ( Supriadi,2003,h.155)

Pada metode pengambilan data ini teknik observasi yang

digunakan adalah observasi partisipan. Observasi partisipan adalah di

mana peneliti bersama dengan subjek yang diamati ikut dalam kegiatan

yang mereka lakukan (Sukandarumidi, 2004,h.72)

Page 31: Dampak Psikologis Perceraian Anak

3. Tes Grafis

Tes grafis yang terdiri dari DAT (Draw A Tree ), DAP ( Draw A

Person ) dan HTP ( House Tree Person ) digunakan sebagai pelengkap

untuk mengetahui gambaran kepribadian melalui asosiasi bebas subjek.

Banyak aspek kepribadian penting yang berada pada tahap

”ketidaksaaran” sehingga tidak bisa terungkap melalui observasi dan

wawancara, karenanya tes grafis digunakan untuk mengungkapakan

segala sesuatu yang ada dalam diri subjek seperti mengungkapkan

emosi, kepercayaan diri, penyesuaian diri, kontak sosial, maupun

kemampuan kerja sama subjek (oleh seorang Psikolog yang mendalami

tes Grafis).

D. Kriteria Keabsahan Data

Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan dan

pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu yaitu derajat kepercayaan (credibillity), keterahlian

(transferability), kebergantungan (dependabillity) dan kepastian

(confirmabillity). Pada penelitian ini menggunakan keabsahan dan

kredibilitas yaitu:

a. Triangulasi.

Triangulasi menurut Moloeong ( 2002,h.178) adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data itu untuk keperluan pengecekkan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Ada dua macam yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Triangulasi dengan cara sumber

Page 32: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

baik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif ( Patton, dalam

Moleong,2002,h. 178) dapat ditempuh dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikkan tinggi,menengah, rendah serta orang

Pemerintah.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

2.Triangulasi dengan metode

Teknik triangulasi dengan metode ini menurut Patton dapat

Dilakukan dengan dua strategi yaitu pengecekkan derajat

kepercayaan hasil penelitian penemuan beberapa teknik

pengumpulan data dan pengecekkan beberapa sumber data dengan

metode yang sama

Pada penelitian ini uji triangulasi yang digunakan adalah

dengan uji triangulasi dengan sumber yaitu ditempuh dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

Page 33: Dampak Psikologis Perceraian Anak

pendapat orang, membandingkan hasil wawancara dengan isi

dokumen yang berkaitan dan uji triangulasi dengan metode yang

ditempuh dengan cara pengecekkan derjat kepercayaan hasil

penelitian penemuan beberapa beberapa teknik pengumpulan data

b. Pemeriksaan dengan teman sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengespos hasil sementara atau

hasil ahkir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan

teman-teman sejawat

E. Metode Analisis Data

Tidak seperti penelitian kuantitatif yang mempunyai teknik dan cara

yang jelas untuk mengukur validitas, reliabilitas, signifikansi perbedaan

penelitian kualitatif tidak mempunyai aturan atau rumusan yang

absoulut untuk mengolah atau manganalisis data. Meski demikian

bukan berarti penelitian kualitatif tidak memiliki pedoman atau saran

yang penting tentang prosedur yang harus dijalani berkaitan dengan

analisis atau interpretasi data.

Patton (dikutip Poerwandari, 2001, h. 93) mengemukan hal-hal

yang penting untuk analisa data kualitatif yaitu:

1. Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati

2. Melaporkan peristiwa kunci berdasarkan urutan kepentingan

peristiwa tersebut.

3. Mendeskripsikan setting dan setting atau lokasi sebelum

mempresentasikan gambaran pola umum. Dalam penelitian ini

setting yang dimaksudkan adalah tempat tinggal dimana subjek

tinggal.

Page 34: Dampak Psikologis Perceraian Anak

4. Memberikan fokus pada analisa dan presentasi pada individu atau

kelompok bila memang kelompok atau individu tersebut menjadi

unit analisis primer.

5. Mengorganisasikan data dengan menjelaskan proses yang terjadi.

6. Memfokuskan pengamatan pada isu yang diperkirakan akan

sejalan dengan upaya menjawab primer penelitian.

Langkah-langkah teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menelaah data dari berbagai sumber

Proses awal dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari

berbagai sumber (wawancara, observasi, tes grafis). Setelah data

terkumpul maka penulis mencoba menelaah data yang ada dan

menginterpretasikannya.

2. Mengkategorikan data yang diperlukannya

Data yang terkumpil dikategorikan berdasar pedoman wawancara

dan observasi yang telah disusun

3. Menarik kesimpulan

4. Menghubungkan landasan teori yang ada

5. Menyusun dinamika psikologis

Dalam penelitian tentang Dampak Psikologis Perceraian Orang

Tua Terhadap Anak peneliti menggunakan saran seperti yang dikemukakan

Poerwandari (2001, h. 94) bahwa analisa dilakukan kasus per kasus lalu

setelah itu peneliti beranjak untuk melakukan analisa antar kasus.

Page 35: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB IV

KANCAH PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Semarang tepatnya di kompleks

Perumahan Genuk Indah. Lokasi perumahan tersebut berada di dekat Terboyo

yang berjarak sepuluh km dari pusat kota Simpangl ima Semarang. Perumahan

Genuk Indah ini termasuk kelurahan Gebangsari, kecamatan Genuk.

Perumahan ini merupakan perumahan untuk semua kalangan baik kalangan

atas, menengah dan bawah yang terdiri dari sebelas blok. Pada tiap blok

memiliki karakteristik rumah yang sama, namun ukuran rumah berbeda antar

blok

Rumah tempat tinggal para subjek ini dipilih memiliki ukuran yang

sederhana dan bukan rumah bertingkat, jadi rumah dengan 1 lantai dengan

pertimbangan kondisi ekonomi mereka masing-masing.

Perumahan Genuk Indah ini tidak semua orang masuk dengan mudah

karena setiap kali masuk ke salah satu blok, tamu diharuskan melapor kepada

Satpam, untuk mengatakan tujuan yang hendak mereka inginkan dan jika tidak

berkepentingan di larang masuk.

33

Page 36: Dampak Psikologis Perceraian Anak

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2007

sampai September 2007 dengan jumlah subjek penelitaian sebanyak 4 orang

yang memiliki usia antara 9 tahun sampai 14 tahun. Adapun data yang di

peroleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan tes grafis

yang dilakukan atas 4 subjek. Observasi dilakukan sejak bulan Juli 2007

pertengahan, sedangkan wawancara dan tes grafis dilakukan mulai bulan Juli

2007pertengahan. Wawancara dan observasi dilakukan beberapa kali sesuai

dengan kebutuhan data yang terpenuhi.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan pada waktu pagi hari saat

subjek berada di rumah dan pada waktu berinteraksi dengan orang tua yang saat

itu sedang tinggal dengan subjek, serta di dalam rumah subjek tempat subjek

tinggal dan ketika subjek sedang bersantai. Observasi ini dilakukan dengan

tujuan agar mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai aktivitas

subjek.

Selama melakukan wawancara peneliti menggunakan catatan untuk mencatat

hal-hal penting setiap jawaban subjek atau hasil observasi. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti minta ijin terlebih dahulu kepada subjek untuk mencatat

hasil wawancara dengan subjek dan keempat subjek pun mengijinkan.

Page 37: Dampak Psikologis Perceraian Anak

C. Pengumpulan Data

1. Kasus Subjek I

a. Identitas Subjek

Nama : D.A

Tempat/ Tanggal Lahir : Semarang, 4 Juni 1997

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikkan : SD

Alamat : Semarang

Agama : Kristen

Anak ke : 3

b. Hasil Observasi

Kondisi dan ciri fisik

Subjek memiliki rambut lurus dan suka diikat dua. Subjek termasuk

orang yang tidak terlalu tinggi dengan berat badan 31 kg juga mempunyai

tinggi 145 cm, serta berkulit coklat. Dalam bermain subjek suka

mengenakan kaos-kaos bergambar yang ternyata menurut subjek pakaian

ini di sukai karena lucu serta enak digunakan.

Subjek terbuka dan ramah kepada peneliti yaitu subjek mau

mengungkapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ini.

Kondisi Lingkungan Rumah di mana Subjek Tinggal

Subjek saat ini tinggal bersama dengan Ayahnya di sebuah rumah

yang terletak di blok J (Perumahan Genuk Indah Semarang). Rumah tempat

tinggal subjek tidak begitu rapi, semua barang terlihat berantakkan dan meja

Page 38: Dampak Psikologis Perceraian Anak

kursi pun di ruang tamu tidak ada.

Rumah tempat tinggal subjek memiliki 2 kamar tidur, tetapi subjek tidur

di bawah, kamar tidur terletak di bagian depan rumah yang memiliki ukuran

3x3 m yang sekarang digunakan untuk bermain, sedangkan kamar tidur

kedua yang memiliki ukuran 3x4 m sekarang digunakan untuk meletakkan

baju-baju cucian. Kamar mandi terletak dibelakang rumah, dapur di rumah

pun terlihat berantakkan dan tidak tertata rapi.

Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Di lingkungan tempat tinggalnya subjek termasuk orang yang suka

bermain dengan teman-temannya. Subjek mempunyai teman-teman yang

cukup lumayan hal ini terlihat jika subjek bermain selalu bersama teman-

temannya di suatu tempat. Subjek biasa bertegur sapa di pagi hari saat

berangkat ke sekolah, waktu lain yang dapat digunakan untuk bertegur sapa

yaitu sewaktu ia pulang dari sekolah. Subjek juga termasuk anak yang

periang.

Subjek terlihat sering bermain di rumah temannya. Rumah teman tempat

subjek bermain biasanya jaraknya cukup jauh dari rumah subjek.

Interaksi Dengan Ayah Subjek

Subjek memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya, hal ini karena

pada dasarnya ayahnya memang juga dekat dengan subjek dan terlihat ia

sering mengikuti ayahnya ke manapun ayahnya pergi. Hal ini dapat dilihat

misalnya jika ayahnya sering duduk-duduk di dekat pos Satpam maka subjek

juga ikut duduk di sebelahnya, demikian juga jika ke tempat-tempat lain.

Subjek seringkali bercerita tentang pengalamannya kepada ayahnya

baik di sekolah atau sehabis pulang dari rumah temannya. Hal ini terlihat jika

Page 39: Dampak Psikologis Perceraian Anak

terjadi sesuatu dengan subjek ayahnya mengetahuinya dan ayahnya selalu

membantunya seperti contoh jika ada teman subjek di sekolah yang berkata

kepada subjek yang sekiranya membuat subjek tersinggung, sepulang sekolah

ia selalu menceritakan hal ini kepada ayahnya dan ayahnya meminta kepada

subjek untuk tidak memperdulikan kata-kata temannya tersebut.

c. Hasil Wawancara

Kondisi Latar Belakang

Subjek adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara. Subjek sekarang ini

bersekolah di SDN (Sekolah Dasar Negeri) Gebangsari dan duduk di kelas

4 SD. Subjek mempunyai prestasi yang cukup bagus di sekolahnya, dan

subjek selalu naik kelas.

Subjek memiliki 2 kakak yakni perempuan dan laki-laki. Kakak

perempuan subjek berada di Surabaya, sedangkan kakak laki-laki berada di

Bandung dan bekerja. Kakak perempuan subjek telah menikah dan sudah

bekerja juga sejak bulan Desember 2005.

Ayah subjek sekarang ini hanya seorang pengangguran saja, dan

sudah terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) kurang lebih sekitar 2

tahun yang lalu. Ibu subjek adalah orang yang mempunyai watak keras dan

bila subjek bermain bersama temannya maka ibunya selalu marah dan

menghajar subjek dengan kayu. Ibu subjek hanya menyanyangi kedua

kakaknya daripada subjek, karena ibunya menganggap bahwa kakaknya

lebih dapat mencari uang dibanding subjek. Ketika subjek berusia kira-kira

6 tahun ia masih teringat dengan kejadian yang dialaminya yaitu ketika ia

masih berusia 3 tahun, dan ia merasa sedikit sedih dengan perlakuan

Page 40: Dampak Psikologis Perceraian Anak

ibunya.

Pada waktu itu kakak dan ibu subjek pernah menginginkan subjek

untuk masuk ke sebuah sanggar tari dengan alasan agar dapat

menghasilakan uang. Namun hal itu ditentang keras oleh ayah subjek dan

keinginan tersebut gagal. Ayah subjek menentang keras dengan alasan

ayahnya tidak mempunyai biaya untuk membiayainya. Subjek saat itu

merasakan adanya sedikit perasaan bersalah karena subjek tidak dapat

mewujudkan keinginan ibunya untuk bekerja dan menghasilkan uang,

selain itu ia juga beranggapan bahwa dirinya juga menjadi sedikit

penyebab perceraian orang tuanya.

Usia subjekpun beranjak 8,5 tahun dan duduk di kelas 2 SD dan di usia

itulah orang tua subjek bercerai. Mereka bercerai dengan alasan bahwa

ayahnya sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga lagi dan selalu

berselisih pendapat antara ayah dan ibunya. Pada saat orang tua subjek telah

bercerai ia merasakan adanya sedikit perasaan takut, yaitu merasa

kehilangan sosok dari seorang ibu, seorang ibu yang seharusnya

memberikan kasih sayang kepada anaknya.

Ketika subjek berusia 9 tahun, subjek hanya tinggal dengan ayahnya

saja dan subjek menjadi dekat dengan ayahnya. Terkadang subjek

merasakan adanya perasaan rindu kepada ibunya, namun jika subjek

mengingat kejadian yang lalu maka sedikit muncul perasaan kecewa pada

ibunya. Perasaan marah sedikit ada dalam diri subjek,yakni beranggapan

ibunya lebih memberikan kasih sayangnya hanya kepada kakaknya

Page 41: Dampak Psikologis Perceraian Anak

daripada subjek, selain itu juga karena ibunya yang telah meninggalkan

ayahnya hanya karena ayahnya ynag sudah tidak dapat bekerja lagi untuk

menghasilkan uang.

Bagi subjek kehidupan yang sekarang ini dijalani bersama dengan

ayahnya, terasa lebih damai dan tentram, dibanding dahulu sewaktu masih

ada ibunya. Hal ini karena tekanan batin dan konflik berkurang, serta

subjek dapat menikmati kehidupan yang lebih indah.

Subjek mengatakan sekarang menjadi individu yang mandiri, misalnya

subjek mengerjakan sendiri pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan

subjek lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri

Aktivitas Sehari-Hari

Aktivitas subjek dimulai ketika subjek bangun tidur sekitar 05.30

subjek mandi, ganti baju dan memakai sepatu. Subjek berangkat ke sekolah

kira-kira pukul 06.30, subjek pulang dari sekolah kira-kira pukul 11.30

namun jika subjek ada les tambahan subjek pulang sampai rumah sampai

pukul 14.30.

Setelah pulang subjek bermain , lalu mandi kira-kira pukul 15.30,

setelah mandi subjek belajar mempersiapkan pelajaran sekolah untuk esok

hari. Subjek selesai belajar kira-kira pukul 18.00 dan pukul 18.30 subjek

tidur-tiduran sebentar lalu pukul 19.30 subjek ke pos duduk-duduk bersama

dengan ayahnya lalu pukul 22.00 subjek dan ayahnya pulang ke rumah

untuk tidur malam.

Hubungan Dengan Keluarga dari Ayah Subjek

Subjek memiliki hubungan cukup dekat dengan paman subjek

Page 42: Dampak Psikologis Perceraian Anak

yaitu adik dari ayah. Paman subjek menurut pengakuan subjek cukup baik,

baik terhadap dirinya maupun ayahnya. Paman subjek cukup membantu

dalam hal biaya pendidikkan serta yang lain, seperti contoh subjek ingin

mengikuti kegiatan gereja tetapi karena subjek tidak mempunyai biaya

untuk mengikuti kegiatan tersebut maka paman subjek pun membantunya.

Dengan saudara yang lain, subjek jarang bertemu dan jika bertemu ia dan

ayahnya tidak pernah diajak berbicara.

Hubungan subjek Dengan Ayah

Subjek sekarang ini memiliki hubungan sangat dekat dengan ayahnya.

Menurut pengakuan subjek ayahnya tidak seperti ibunya. Ayahnya selalu

memberi kesempatan pada subjek untuk bermain. Selain itu ayahnya selalu

memberi kasih sayang kepada anaknya , pada saat membutuhkan kasih

sayang dari orang tua.

Emosi Yang dialami

Perasaan subjek saat pertama kali ditinggal oleh ibunya adalah

perasaan senang dan lebih damai. Walaupun hanya tinggal bersama

dengan ayahnya saja dan dalam kondisi ekonomi yang kurang begitu baik,

tetapi subjek menikmati hidupnya sekarang ini.

Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Subjek sebenarnya ingin memiliki hubungan baik dengan para

tetangga di lingkungan sekitar rumah. Akan tetapi para tetangga di sekitar

dekat rumah subjek termasuk orang-orang yang suka ikut campur dalam

urusan pribadi subjek, sehingga ia merasa enggan betemu dengan para

tetangga. Hal ini karena para tetangga sering berkata kepada subjek tentang

hal-hal yang sekiranya membuat subjek tersinggung, baik itu mengenai

Page 43: Dampak Psikologis Perceraian Anak

ayahnya serta diri subjek sendiri, khususnya tetangga di depan rumahnya

yang bernama Om Hok

Subjek sedikit merasa malu dengan perkataan para tetangga dan pada

ahkirnya ia tidak selalu bermain di dekat rumahnya. Jika para tetangga

bertanya tentang keberadaan ibu subjek, ia sedikit menyangkal dan

mengatakan bahwa ibunya dalam kondisi yang baik-baik saja. Hal ini

menurut pengakuan subjek agar subjek terhindar dari gunjingan para

tetangga yang menyebutkan bahwa subjek adalah anak adopsi.

Selain malu dengan para tetangga subjek juga merasa malu dengan

teman-teman di sekolah, karena buku-buku pelajaran yang digunakan subjek

untuk belajar hanya pemberian dari guru-guru karena subjek tidak

mempunyai biaya untuk membeli buku tersebut.

d. Dinamika Psikologis dari Tes Grafis

Dalam diri subjek terdapat suatu dorongan atau keinginan untuk

mencapai sesuatu yaitu keinginan yang ingin dicapainya dalam hal

berprestasi.

Subjek mempunyai penyesuaian diri yang baik dan subjek termasuk

orang yang mudah bergerak, ekstrovert, serta mudah bergaul. Pada diri

subjek terdapat adanya tedensi hambatan dalam hubungan sosial. Oleh

karena itu dalam diri subjek terdapat perasaan tidak pasti dan tertekan

dalam berhubungan dengan lingkungan.

Fungsi ibu kabur, sehingga subjek mempunyai kecenderungan

orientasi ke masa lampau namun karena dalam diri subjek terdapat perasaan

kurang dapat menerima maka sebagai kompensasi memaksakan diri untuk

Page 44: Dampak Psikologis Perceraian Anak

berpura-pura.

Subjek mempunyai ketergantungan kepada ibu maka dalam diri subjek

ada kebutuhan kasih sayang, perhatian karena ayah subjek yang kurang

punya otoritas,lemah dan tidak punya keberanian.

e. Analisis Hasil Kasus

Hasil wawancara awal dapat diketahui bahwa ayah subjek telah terkena

PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja) kurang lebih sekitar 2 tahun yang lalu.

Setelah terkena PHK (Pemutusan HubunganKerja) ayah subjek menjadi

seorang pengangguran hingga sekarang, sehingga dalam menjalankan peran

ayahnya mengalami hambatan. Hal ini dapat diketahui dari hasil tes grafis

bahwa fungsi ayah lemah, serta kurang punya otoritas.

Ibu subjek adalah seorang ibu yang memepunyai watak keras, serta

ambisi yang sangat tinggi. Ibunya mempunyai keinginan, yaitu ingin

memasukkan subjek ke sebuah sanggar tari dengan alasan agar subjek dapat

menghasilkan uang. Keinginan tersebut ditentang oleh ayah subjek dengan

alasan ayahnya tidak ada biaya lagi untuk membiayainya.

Ibu subjek seringkali memukul sujek dengan kayu, jika subjek pergi

bermain ke rumah temannya. Subjek seringkali dipukul oleh ibunya ketika

subjek masih berusia 3 tahun. Subjek merasa kecewa dengan perbuatan ibunya

saat itu. Subjek seringkali mengingat kejadian tersebut dan jika teringat ia

menganggap bahwa ibunya sangat kejam. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa

ada kecenderungan orientasi ke masa lampau serta fungsi ibu yang kabur.

Subjek sebenarnya termasuk orang yang sering bermain bersama teman-

temannya. Karena para tetangga yang selalu mengatakan kepada subjek

Page 45: Dampak Psikologis Perceraian Anak

tentang hal-hal yang tidak sebenarnya subjek menjadi enggan jika harus

berhubungan dengan lingkungan. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek

adalah orang yang mudah bergerak, ekstrovert dan mudah bergaul, dalam

berhubungan dengan lingkungan memiliki perasaan tidak pasti dan juga ada

konflik dibidang kontak dengan orang lain.

Subjek meiliki prestasi yang bagus, hal ini ia selalu naik kelas dalam

setiap kenaikkan kelas. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek memiliki

tedensi keinginan untuk berprestasi serta intelektual yang baik.

Subjek merasakan adanya kehidupan sekarang yang lebih baik,

walaupun hanya tinggal dengan ayahnya saja karena ia juga merasakan adanya

kebebasan serta terbebas dari tekanan ibunya. Subjek sebenarnya kurang dapat

menerima keadaan ini, namun pada kenyataannya subjek harus menerima

kenyataan bahwa ayah dan ibunya harus berpisah. Hal ini dapat ditunjukkan

dari hasil tes grafis bahwa ada ketergantungan pada ibu, subjek juga

memaksakan diri berpura-puara sebagai kompensasi perasaan kurang bisa

menerima, serta kebutuhan akan kasih sayang keluarga.

Page 46: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Tabel I

Intensitas dampak psikologis perceraian orang tua terhadap anak subjek I Dampak Psikologis

Pada Anak Intensitas Keterangan

Penyangkalan

Rasa Malu

Rasa bersalah

Ketakutan

Kesedihan

Rasa Marah

+

+

+

+

+

+

Jika ada para tetangga yang menanyakan tentang keadaan ibu subjek, ia mengatakan bahwa ibunya dalam keadaan baik-baik saja. Ia menyangkal mengenai keadaan yang sebenarnya.

Subjek merasa malu dengan pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh para tetangga dan teman-teman. Mereka yang menanyakan bagaimana keadaan orang tua subjek. Subjek merasa adanya perasaan bersalah karena ia beranggapan bahwa dirinya juga menjadi penyebab perceraian orang tuanya. Perasaan takut muncul dalam diri subjek setelah orang tua bercerai karena merasakan kehilangan sosok dari seorang ibu, yang seharusnya memberikan kasih sayang Mengingat kejadian ketika subjek dipukul dengan kayu oleh ibunya ia merasa bersedih karena ibunya tidak dapat berperan sebagaimana layaknya seorang ibu. Subjek merasakan adanya rasa marah kepada ibunya karena ibunya lebih menyayangi kedua kakaknya dibanding dirinya Selain itu karena ibunya yang telah meninggalkan ayahnya hanya karena ayahnya sudah tidak bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup

Page 47: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah Lebih Mandiri

+++

+++

+++

Setelah perceraian orang tua subjek menjadi lebih dekat dengan ayahnya dan menyayangi ayahnya Subjek walaupun tinggal dengan seorang ayah ia dapat menikmati kehidupan yang lebih indah dibanding dahulu sewaktu masih ada ibunya, selain itu tekanan batin dan konflik berkurang. Subjek selalu mengerjakan segala sesuatunya dengan sendiri, seperti pekerjaan rumah mencuci pakaian. ia lebih bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

Keterangan

+ : intensitas yang dialami subjek lemah

++ : intensitas yang dialami subjek sedang

+++ : intensitas yang dialami subjek kuat

Page 48: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak Subjek I

Orang tua Bercerai

Rasa bersalah Rasa malu Ketakutan

Penyangkalan

Merasa malu dengan pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh para tetangga, yang menanyakan keadaan orang tua

Anak yang membanun sikap sehat terhadap diri sendiri sebagai mahkluk yang sedang tumbuh

Merasa takut karena kehilangan sosok ibu Merasa bahwa dirinya menjadi penyebab perceraian orang tuanya

Ia mengatakan bahwa ibunya baik-baik saja dan tidak mengatakan keadaan yang sebenarnya

Kehidupan yang baik

Merasa bebas dari konflik Lebih mandiri

Merasa lebih dekat dengan ayahnya . Memiliki perasaan dekat dengan orang yang saat ini tinggal dengan subjek

Menjadi lebih dekat dengan ayah dan lebih menyayangi ayahnya. Rasa marah

Merasa marah karena ibunya lebih menyayangi kedua kakaknya dibanding dirinya. Kasus subjek 2

a. Identitas subjek 2

Nama : A.S

Tempat tanggal lahir : Semarang, 17 Maret 1993

Umur : 14 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikkan : SD

Alamat : Semarang

Agama : Islam

Page 49: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Anak ke : 1

a. Hasil Observasi

Kondisi dan Ciri Fisik

Subjek memiliki badan yang tinggi, berkulit coklat. Subjek termasuk

orang yang yang suka bergaul, bermain bersama temannya. Dalam bermain

subjek sering mengenakan sepeda federal, terkadang subjek juga mengenakan

sepeda motor.

Dalam penelitian ini subjek, cukup ramah terbuka kepada peneliti

yaitu subjek mau mengungkapkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh

peneliti dalam penelitian ini.

Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek

Subjek saat ini tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang terletak di

blok K (Perumahan Genuk Indah). Rumah tempat tinggal subjek terlihat

berantakkan tapi rapi. Selain itu terdapat meja, kursi tamu yang terletak di

luar, almari dengan hiasannya yang terletak di ruang tengah dan banyak

kucing peliharaan di rumahnya.

Rumah tempat tinggal subjek memiliki 4 kamar tidur, tempat tidur

subjek terletak di tengah,di sebelah kamar tidur kakek dan nenek Dapur di

rumah terletak di bagian samping dan di dapur terdapat alamari tempat

untuk menyimpan bumbu-bumbu masakan dan sebagainya. Di rumah subjek

juga terdapat garasi mobil dan motor.

Di depan rumah terdapat taman bunga, hal ini karena ibu serta kakek

yang suka memelihara bunga, selain bunga di rumah subjek juga terdapat

kandang burung dan setiap harinya selalu dibersihkannya.. Rumah subjek

Page 50: Dampak Psikologis Perceraian Anak

terlihat sempit, kecil sehingga suasana terlihat sesak.

Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Subjek mempunyai teman yang banyak, hal ini terlihat teman subjek

yang sering ke rumah untuk mengajak subjek bermain. Di lingkungan tempat

tinggal subjek termasuk orang yang ramah dan suka menyapa orang bila

bertemu dengan tetangga atau yang lainnya

Subjek banyak di kenal di lingkungannya karena subjek senang

bermain bersama dengan teman-temannya.Jika tidak bermain di rumah

temannya, ia terlihat bermain bersama dengan adiknya di depan rumah.

Dalam bermain, subjek seringkali bermain balap sepeda bersama

dengan temannya dan jika bermain subjek tidak hanya bermain di tempat

yang dekat saja, tetapi subjek seringkali bermain di blok-blok yang lebih

jauh, seperti blok A, dan blok B.

Interaksi Subjek Dengan Ibu Subjek

Subjek memiliki interaksi yang cukup baik dengan ibunya., tetapi jika

ia berkata sedikit kasar kepada ibunya maka ibunya memarahinya dan subjek

di tampar pipinya.

Subjek seringkali terlihat pergi bersama dengan ibunya.

Ketika subjek pergi ke sekolah subjek seringkali diantar oleh ibunya dengan

menggunakan sepeda motor meskipun sekolah subjek sangat dekat dengan

rumahnya.

c. Hasil wawancara

Kondisi Latar Belakang

Subjek merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara. Subjek sekarang

Page 51: Dampak Psikologis Perceraian Anak

duduk di kelas 6 SD, di SDN GebangSari yang terletak di dekat kompleks

Perumahan Genuk Indah Semarang. Prestasi subjek tidak baik, subjek

seringkali tidak naik kelas sebanyak 4 kali karena malas belajar.

Subjek mempunyai 2 adik yang sekarang ini duduk di kelas 1 SLTP

dan kelas 4 SD. Ayah subjek telah bercerai dengan ibunya sejak 2 tahun

yang lalu, dikarenakan ayah subjek yang selalu bersikap mengekang baik

kepada subjek dan juga ibunya. Selama bersama ayahnya, subjek merasa

terkekang dan tidak dapat hidup bebas ibunya juga selalu di curigai oleh

ayahnya ketika ibunya sedang pergi. Ibu subjek tidak dapat menerima sikap

mengekang dari suaminya ini. Setiap kali bertemu ayah dan ibunya selalu

bertengkar. Ahkirnya karena sering terjadi pertengkaran, ayah dan ibunya

memutuskan untuk bercerai, dan setelah bercerai ayah subjek menikah

kembali. Subjek mempunyai perasaan takut setelah orang tua subjek

bercerai, perasaan takut tersebut muncul dengan alasan jika ayah dan ibu

telah berpisah subjek berpikir mengenai pembiayaan sekolah subjek dan

adik-adiknya maka subjek berusaha untuk sering menelpon ayahnya dan

menanyakan masalah pembiayaan uang sekolah.

Subjek sampai saat ini masih sering bertemu dengan ayahnya, karena

ia ingin meminta uang yang di gunakan untuk biaya sekolah subjek dan

adik-adiknya. Ayahnya jika bertemu dengan subjek, tidak mau untuk

bertemu di rumahnya melainkan bertemu di dekat Mini Market, dengan

alasan agar ayahnya tidak bertemu dengan ibunya.

Pada saat hari raya lebaran atau ahkir tahun subjek merasa sedikit

bersedih karena tidak dapat berkumpul dengan orang tuanya yang sempurna

seperti layaknya teman-teman lain. Terkadang jika ditanya oleh teman-

Page 52: Dampak Psikologis Perceraian Anak

teman mengenai kegiatan liburan, ia hanya mengatakan bahwa dirinya

hanya dirumah bermain game dan nonton TV. Subjek sedikit malu untuk

mengatakan keadaan yang sebenarnya. Subjek juga merasakan adanya

sedikit perasaan bersalah karena beranggapan bahwa dirinya menjadi

penyebab perceraian kedua orang tuanya.

Setelah perceraian orang tuanya subjek juga merasa marah, karena

tingkah laku ayahnya yang tidak dapat menjalankan peran sebagai seorang

ayah yang memberikan kasih sayang kepada anaknya.

Subjek sekarang ini tinggal bersama ibu, paman kakek nenek serta

kedua adiknya dalam satu rumah. Ia merasakan kondisi yang bebas dari

kedua orang tuanya yang selama ini subjek hadapi setiap harinya.

Subjek belum dapat menjadi seorang individu yang mandiri, karena

segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya seperti mengatur jadwal

pelajaran sekolah serta tugas-tugas masih diatur oleh ibunya.

Aktivitas Sehari- hari

Subjek bangun pagi kira-kira pukul 6 pagi lalu subjek mandi,sarapan, dan

memakai sepatu. Pukul 06.30 subjek berangkat ke sekolah. Subjek pulang

sekolah kira-kira pukul 13.30 tetapi jika ada les tambahan subjek sampai

rumah pukul 14.00

Aktivitas subjek setelah pulang sekolah yaitu tidur, pukul 15.00 sore

selanjutnya ia mengerjakan tugas rumah seperti membersihkan rumah.

Setelah pekerjaan rumah selesai subjek langsung mandi, bermain sebentar

bersama temannya dan setelah pukul 17.30 subjek pulang untuk makan

malam, belajar dan setelah pukul 21.30 subjek tidur malam.

Page 53: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Hubungan Subjek Dengan Kakek, Nenek Serta Paman

Subjek memiliki hubungan yang cukup baik dengan Kakek dan

Nenek. Terkadang ia sedikit menentang kepada Kakek karena Kakek

mempunyai watak sedikit keras jika subjek melakukan kesalahan sedikit

Kakek memarahinya habis-habisan.

Subjek dengan pamannya memiliki hubungan yang cukup baik, karena

pamannya yang tidak terlalu mempunyai watak keras, dan jika bersama

dengannya paman selalu memberi tahu kepada subjek tentang hal yang

baik dan buruk.

Hubungan Subjek Dengan Ibu

Subjek memiliki hubungan yang lebih dekat dengan ibu. di

banding adiknya yang kedua yang bernama Rosa Subjek selalu meminta

sesuatu kepada ibunya, setiap kali membutuhkan uang untuk membeli

buku. Ibu subjek selalu memberikan apa yang di butuhkannya dan ia juga

seringkali bercerita kepada ibunya jika mempunyai masalah dan ibunya

selalu mencarikan solusi terbaik bagi dirinya. Ibu subjek selalu mengajak

ketiga anaknya untuk berjalan-jalan ke mall jika hari libur atau malam

minggu jika tidak ada acara yang lain

Hubungan Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Dengan lingkungan sekitar subjek mempunyai hubungan yang cukup

baik. Ia mempunyai teman-teman bermain yang cukup banyak Dengan

teman bermainnya subjek selalu menunjukkan sikap ramah, baik walaupun

terkadang ada salah satu teman yang ingin mengajak subjek bertengkar.

Dengan para tetangga di dekat rumah. subjek tidak begitu mengenal

Page 54: Dampak Psikologis Perceraian Anak

banyak, dan hanya sekedar mengetahuinya saja dan karena ia hanya lebih

dekat dengan teman bermainnya saja.

.

Emosi Yang Dialami

Perasaan subjek ketika mengetahui bahwa orang tuanya bercerai

yaitu adanya perasaan menjengkelkan serta rasa marah. Subjek tidak

menginginkan adanya perceraian ini, namun melihat bahwa orang tuanya

sudah tidak dapat bersatu maka subjek ahkirnya dapat menerima perceraian

orang tuanya.

d. Dinamika Psikologis Dari Tes Grafis

Subjek mempunyai sifat egosentris karena adanya keinginan untuk

mendominasi, menuntut, menguasai serta menentang kekuasaan sehingga

subjek berperilaku emosional serta tedensi agresivitas. Selain itu karena

dirinya merasa kurang beperan dalam keluarga.

Subjek memiliki adaptasi yang cukup baik maka dari itu subjek

memiliki suasana hati yang hidup, hal ini karena subjek adalah orang yang

menyenangkan dan mudah bergaul.

Pengelolaan rasio subjek cenderung kurang.sehingga subjek termasuk

orang yang kurang cerdas maka dari itu subjek sukar dapat mengerti tedensi

hambatan dalam belajar. Dalam dirinya juga terdapat jiwa yang kaku subjek

sebenarnya penurut tapi di belakangnya kepala batu.

Subjek mempunyai ketergantungan maka peran ibu dominan dan adanya

keinginan dekat dengn ibu. Subjek haus akan kasih sayang dan perlindungan

Page 55: Dampak Psikologis Perceraian Anak

karena fugsi ayah mengalami hambatan dalam melakukan peranannya.

e. Analisis Hasil Kasus Subjek 2

Dari hasil wawancara awal dapat diketahui bahwa ayah subjek

mempunyai perilaku sangat mengekang ibu subjek dan subjek. Ibu subjek tidak

menyukai adanya sikap protective tersebut, dan jika sikap tersebut di jalankan

oleh ayah subjek maka ibu subjek seringkali bertengkar dengan

suaminya.Ahkirnya kedua orang tua subjek pun bercerai

Setelah perceraian orang tuanya, subjek merasakan perasaan marah

kepada ayahnya karena subjek menganggap bahwa ayahnya tidak dapat

berperan sebagai seorang ayah yang baik. Hasil tes grafis menunjukkan behwa

fungsi ayah mengalami hambatan dalam menjalani peran .

Selain itu subjek juga mempunyai perilaku emosional dan terkadang

subjek sedikit menentang kakeknya. Hal ini dapat di tunjukkan dari hasil tes

grafis yaitu ada keinginan untuk mendominasi, menuntut, menguasai serta

menentang kekuasaan sehingga subjek ada tedensi agresivitas.

Dalam hubungan dengan lingkungan sekitar, subjek mempunyai

hubungan yamg cukup baik, subjek memiliki banyak teman bermain. Dengan

teman bermainya subjek selalu menunjukkan sikap ramah dan baik walaupun

terkadang ada salah satu teman yang ingin mengajak bertengkar subjek..Hasil

tes grafis menunjukkan bahwa subjek mempunyai adaptasi yang cukup bagus,

menyenangkan serta mudah bergaul.

Dalam hal berprestasi subjek sangat kurang, subjek tidak pernah naik

Page 56: Dampak Psikologis Perceraian Anak

kelas sebanyak 4 kali karena subjek malas belajar dan nilai-nilai ulangan pun

banyak yang jelek, dan hasil tes garafis menunjukkan bahwa pengelolaan rasio

subjek yuang kurang, kurang cerdas serta sukar dapat mengerti dan ahkirnya

tedensi hambatan dalam belajar.

Subjek juga mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan ibunya,

karena itu ibu seringkali memberikan sesuatu yang diperlukannya seperti

masalah uang yang digunakan untuk biaya sekolah selain ayah yang

memberikan ibunya juga membantu subjek dalam masalah biaya. Subjek

terkadang membandel dan jika ibunya memberi nasihat kepada subjek,

seringkali ia tidak pernah mendengarkan, dan terkadang subjek marah-marah.

Tes grafis menunjukkan bahwa subjek kelihatannya penurut tetapi di

belakangnya kepala batu serta mempunyai jiwa yang kaku.

Tabel I

Intensitas dampak psikologis perceraian orang tua terhadap anak subjek II

Dampak Psikologis Pada Anak

Intensitas Keterangan

Penyangkalan

Rasa Malu

+

+

Jika ada para tetangga yang menanyakan tentang ayah subjek,ia menyangkal dan hanya mengatakan bahwa ayahnya dalam keadaan baik-baik saja. Teman-teman subjek selalu menanyakan mengenai kegiatan sewaktu liburan, ia malu untuk mengatakannya, maka ia hanya mengatakan kegiatannya adalah nonton TV dan main game.

Page 57: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Rasa bersalah

Ketakutan

Kesedihan

Rasa Marah

Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah Lebih Mandiri

+

+++ +

+++

+++

+++

-

Perasaan salah muncul dalam diri subjek karena ia merasa bahwa dirinya juga menjadi penyebab perceraian orang tuanya Ketakutan muncul dalam diri subjek pada saat orang tua bercerai. Ketakutan tersebut muncul dengan alasan ia berpikir mengenai masalah pembiayaan sekolah dirinya dan juga adiknya Subjek merasakan kesedihan karena pada saat hari raya atau ahkir tahun karena tidak dapat berkumpul dengan orang tuanya yang sempurna seperti layaknya teman lain Perasaan marah ada dalam diri subjek, karena ayahnya yang tidak dapat menjalankan peran sebagai seorang ayah yang memberikan kasih sayang seperti layaknya seorang ayah Subjek sekarang ini menjadi lebih dekat dengan ibunya, karena ibunya yang seringkali memberikan kasih sayang. Jika subjek mempunyai masalah ia seringkali bercerita kepada ibunya Subjek sekarang ini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Ia tidak lagi melihat konflik pertengkaran orang tuanya. Dalam hal ini subjek belum dapat menjadi individu mandiri, karena segala sesuatunya seperti jadwal pelajaran sekolah serta tugas yang lain masih diatur oleh ibunya.

Page 58: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Keterangan + : intensitas yang dialami subjek lemah

++ : intensitas yang dialami subjek sedang

+++ : intensitas yang dialami subjek kuat

Kasus subjek 3

a. Identitas subjek 3

Nama : A.A

Tempat tanggal lahir : Semarang,23 Agustus 1994

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikkan : SLTP

Alamat : Semarang

Agama : Islam

Anak ke : 2

b.Hasil Observasi

Kondisi dan Ciri fisik

Subjek memiliki badan yang tidak terlalu tinggi, memiliki gigi

berkawat, tinggi badan 145 cm dan berat badan 41 kg. Subjek termasuk

orang yang suka tertawa, bergaul, dan juga cerewet. Terhadap penelitipun

Page 59: Dampak Psikologis Perceraian Anak

subjek juga senang bersenda gurau.

Subjek suka mengenakan kaos laki-laki pada saat bermain ke rumah

temannya. Celana yang dikenakan subjek pun juga celana laki-laki, subjek

mempunyai rambut pendek serta berkulit coklat.

Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek

Subjek saat ini tinggal di sebuah rumah yang berlokasi blok k Perumahan

genuk Indah Semarang. Rumah tempat tinggal subjek terdiri dari 6 kamar, 5

kamar digunakan untuk kos-kosan anak laki-laki, sedangkan yang 1 kamar

digunakan untuk tempat tidur subjek dan ibunya.

Kamar masing-masing memiliki ukuran 3x3 m, di ruang tengah

digunakan sebagai tempat makan dan tersedia pula 1 meja makan. Selain itu

juga terdapat televisi berwarna 20 inchi serta kipas angin.

Kamar mandi di rumah subjek terletak dibagian depan, di samping juga

terdapat rak-rak yang berisi gelas, piring, panci dan lain sebagainya. Di depan

rumah juga terdapat bak yang berisi air PAM, serta pot-pot bunga dan selain

itu juga digunakan sebagai tempat menaruh sepeda motor anak kos.

Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar subjek adalah anak

yang suka bermain. Hal ini terlihat ia selalu bermain di tetangga sebelah

rumah terkadang jika bermain ia sering bertengkar dengan temannya

tersebut.

Subjek seringkali bertegur sapa dengan orang-orang di sekitarnya Ia

adalah anak yang periang, suka tertawa, bercanda. Dalam bermain dirinya

selalu membuat orang tertawa dengan gaya-gayanya yang penuh dengan

kelucuan.

Page 60: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Di lingkungan sekitar rumah ia banyak dikenal orang, hal ini dapat

terlihat jika ia dan ibunya pergi ke pasar banyak orang yang menyapa dan

memanggil.

Interaksi Subjek Dengan Ibu Subjek

Subjek memilki interaksi yang cukup baik dengan ibunya. Jika

bersama dengan ibunya ia seringkali memeluk dan mencium ibunya dengan

penuh kehangatan. Ibu subjek juga terlihat memanjakan subjek.

Seringkali jika subjek meminta sesuatu misalnya baju ibunya selalu

membelikannya. Jika subjek berinteraksi dengan ibunya subjek pun selalu

mengeluarkan kata-kata yang manja.

c. Hasil Wawancara

Kondisi Latar belakang

Subjek merupakan anak ke2 dari 2 bersaudara. Subjek mempunyai

kakak perempuan yang sekarang ini bekerja di Jakarta. Kakak perempuan

subjek belum menikah.

Subjek saat ini duduk di kelas 1 SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama) Institut Indonesia. Prestasinya cukup lumayan dan ia selalu naik

kelas dalam setiap kenaikkan kelas. Nilai raport subjek pun cukup bagus

meskipun tidak mendapat rangking di kelasnya.

Sejak kecil subjek selalu bergaya seperti anak laki–laki ( tomboi) hal ini

ditujukkan dengan seringnya ia mengenakan kaos dan celana laki-laki. Tetapi

sekarang ini subjek sudah tidak seperti dulu lagi yang selalu bergaya seperti

laki-laki. Ia sekarang ini sudah mulai mau mengenakan rok-rok seperti

seorang wanita.

Page 61: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Masalah biaya sekolah saat ini yang menanggung sekolah adalah ibunya,

berdasar dari uang hasil kos-kosan, selain itu kakaknya pun juga ikut

membatunya.

Subjek telah mengalami perpisahan kedua orang tuanya sejak 4 tahun

yang lalu.. Kedua orang tuanya seringkali bertengkar, selain bertengkar ayah

subjek yang sudah tidak lagi memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Ayah subjek sekarang ini sudah tidak memperhatikan subjek lagi ia

menganggap bahwa ayahnya telah meninggal dan ia juga tidak peduli lagi akan

keberadaan ayahnya Subjek sedikit menyangkal jika ada seseorang atau para

tetangga yang menanyakan tentang keberadaan ayahnya

Menurut pengakuan subjek, sekarang ini ia dengan ibunya sudah

merasakan adanya kondisi bebas dari pertikaian dengan ayahnya. Disisi lain

ia juga merasakan adanya sedikit kesedihan, bahwa ia harus kehilangan figur

seorang ayah. Subjek termasuk anak yang sedikit agresif dan tingkah lakunya

terkadang membandel dan ibunya terkadang cukup sulit untuk menanganinya.

Subjek memiliki sedikit perasaan takut yang disebabkan karena perceraian

orang tuanya yaitu bahwa subjek merasa dirinya sedikit tidak nyaman dalam

menghadapi perceraian ini. Ia juga merasa marah kepada ayahnya dan

beranggapan bahwa ayahnya tidak dapat menjalankan peran sebagimana

mestinya layaknya seorang ayah, dan sudah tidak lagi memperdulikan dirinya

serta memenuhi kebutuhan keluarga lagi.

Subjek mempunyai kepercayaaan diri yang baik dalam menghadapi

segala sesuatunya dan subjek tidak akan pantang menyerah, sehingga subjek

dapat menjadi individu yang mandiri.

Page 62: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Aktivitas Sehari –hari

Aktivitas sehari-hari dimulai dengan subjek bangun pagi pukul 05.30

setelah itu subjek mandi, dilanjutkan sarapan pagi lalu pukul 06.00 subjek

berangkat ke sekolah.

Subjek pulang sekolah pukul 13.00 lalu setelah itu subjek makan,tidur

dan setelah mandi sore subjek duduk-duduk sambil main HP, nonton TV,

dan subjek beljar pukul 19.30. Subjek selesai belajar pukul 21.30 dan pukul

22.00 subjek tidur malam.

Hubungan Subjek Dengan Saudara Yang Lain

Subjek memiliki hubungan yang cukup dekat dengan tantenya Tantenya

sekarang berada di Jakarta, dan sering datang untuk menjenguk. Tantenya

jika datang seringkali membawakan oleh-oleh untuk subjek.

Selain tante, subjek juga cukup dekat dengan seorang wanita yang

bernama Mbak Dita. Mbak Dita adalah teman subjek dimana jika ia merasa

kesepian ia selalu di temani olehnya. Bagi dirinya Mbak Dita sudah seperti

kakak kandung sendiri atau kakak kedua. Ia sering kali dibawakan oleh-oleh

seperti bantal ikan, gantungan HP dan lain sebagainya jika Mbak Dita datang

ke rumah.

Hubungan subjek dengan saudara yang lain tidak begitu dekat bahkan

saudara-saudara lain bila bertemu, lebih sering di minta tolong untuk

mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel serta

mengerjakan perkerjaan rumah tangga lainnya.

Hubungan Subjek dengan Ibu

Subjek memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya. Ia

seringkali ikut ibunya kemanapun ibunya pergi. Bagi dirinya ibunya yang

Page 63: Dampak Psikologis Perceraian Anak

paling berharga bagi dirinya, jika sakit maka ia yang merawat hingga ibunya

sembuh.

Subjek mengaku sangat sayang kepada ibunya, karena kasih sayang

kepada ibunya sangat dalam. Selain itu jika dirinya mempunyai masalah ia

seringkali bercerita tentang masalahnya tersebut kepada ibunya. Ia akan

merasa sangat kehilangan ibunya jika ibu meninggalkan dirinya.

Emosi yang Di alami Subjek

Perasaan subjek ketika ayah dan ibunya bertengkar karena ayahnya

yang sudah tidak lagi memberikan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ia merasakan adanya perasaan tertekan karena dirinya berada di tengah-

tengah konflik.

Setelah ayahnya memutuskan untuk bercerai dengan ibunya dan

ibunyapun menerima, subjek merasakan adanya bebas dari konflik ini,

konflik yang selama ini menjadi beban baginya. Awalnya subjek berpikir

sangat berat harus menerima perceraian orang tuanya, namun setelah berpikir

lebih panjang bahwa lebih baik ayah dan ibunya bercerai daripada mereka

hidup bersama namun hanya penuh dengan pertengkaran. Subjek terkadang

merasakan sedikit perasaan sedih karena harus kehilangan figur dari seorang

ayah.

Pada ahkirnya subjek pun dapat menerima keputusan ini, dan sekarang

ini ia hanya tinggal bersama ibunya, namun kondisinya sekarang jauh lebih

beda dibandingkan dahulu ketika ayah dan ibu subjek bersatu.

Hubungan Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Subjek memiliki hubungan yang cukup baik dengan lingkungan

sekitar. Ia sebenarnya merupakan orang yang tidak terlalu senang bermain

Page 64: Dampak Psikologis Perceraian Anak

dan jika bermain hanya dengan tetangga di sebelah rumah saja.

Subjek jarang sekali bermain ke blok-blok yang lebih jauh dari

rumahnya, karena menurut subjek lebih jauh dan malas jika harus bermain

jauh-jauh. Menurut pengakuan subjek tetangga sebelah rumah sudah

menganggapnya seperti anak kandunganya sendiri.

Subjek mengaku sangat enggan jika harus berhubungan dengan

lingkungan sekitar, karena jika bermain dilingkungannya ia seringkali

ditanya oleh para tetangga tentang ayahnya, dan sedikit menyangkal dan

hanya mengatakan bahwa ayahnya baik-baik saja. Hal ini dilakukan oleh

subjek untuk menghindari gunjingan para tetangga maka dari itu subjek tidak

selalu sering berhubungan dengan lingkungan, oleh karena itu jika subjek

bertemu dengan tetangganya subjek hanya menunjukkan dengan senyuman

saja.

d. Dinamika Psikologis Hasil Dari Tes Grafis

Subjek termasuk orang yang kurang percaya diri, karena subjek pasif,

kurang adanya seni, serta tidak terbuka selain itu dalam diri subjek terdapat

keseimbangan tetapi kurang luas.

Subjek memiliki perasaan tidak pasti dalam berhubungan dengan

lingkungan karena ada hambatan dalam kontak social. Adanya hambatan

dalam kontak sosial subjek tedensi ramah dan kesopanan.

Subjek memiliki ketergantungan serta haus kasih sayang oleh karena itu

subjek lebih dekat dengan ibu, ayah subjek walaupun jauh tetapi dominan.

Dalam diri subjek terdapat keinginan untuk berkuasa dan ingin diperhatikan

karena subjek menganggap bahwa dirinya subjek merasa lebih dalam

Page 65: Dampak Psikologis Perceraian Anak

lingkungan keluarga.

e. Analisis Hasil Kasus Subjek 3

Dari hasil wawancara awal didapatkan bahwa kedua orang tua subjek

telah bercerai dikarenakan ayah yang tidak selalu memberikan uang untuk

memenuhi kebutuhan hidup subjek dan juga ibunya. Seringkali jika keduanya

bertemu hanya konflik yang timbul dan pertengkaran. Pertengkaran seringkali

menyelimuti rumah tangga mereka dan pada ahkirnya mereka memutuskan

untuk bercerai.

Dalam bergaul dengan lingkungan sebenarnya subjek termasuk orang

yang tidak suka bermain, subjek hanya suka bermain dengan tetangga di dekat

rumah subjek, dan hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek memilki perasaan

tidak pasti dalam berhubungan dengan lingkungan dan hambatan dalam kontak

sosial.

Subjek termasuk orang yang kurang percaya diri dalam menghadapi

segala sesuatunya karena sebenarnya subjek memiliki keseimbangan tetapi

kurang luas, serta subjek kurang menyukai seni. Subjek sering menceritakan

persoalan yang subjek hadapi kepada ibunya karena subjek merasa dekat

dengan ibunya. subjek sebenarnya sangat menyayangi ibunya daripada

ayahnya. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek memiliki ketergantungan

dan haus akan kasih sayang.

Page 66: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Tabel 3 Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang tua Pada Anak

Subjek 3

Dampak Psikologis Pada Anak

Intensitas Keterangan

Penyangkalan

Rasa Malu

Rasa bersalah

Ketakutan

Kesedihan

Rasa Marah

+

+

-

+ +

+++

Terhadap pertanyaan para tetangga yang menanyakan tentang ayahnya, subjek menyangkal dan mengatakan bahwa ayahnya dalam keadaan baik-baik saja. Subjek merasa malu dengan keadaan subjek yang sebenarnya, maka dari itu ia tidak selalu bermain di dekat lingkungannya. . Subjek tidak merasakan adanya perasaan bersalah bahwa dirinya menjadi penyebab perceraian orang tuanya Subjek memiliki perasaan takut karena merasakan perasaan tidak nyaman dalam menghadapi perceraian ini Subjek merasakan adanya perasaan sedih karena ia merasakan kehilangan figur dari orang tua yaitu seorang ayah. Subjek merasakan adanya perasaan marah karena ia merasa bahwa ayahnya sudah tidak dapat mnenjalankan peran dan sudah tidak memperdulikan anaknya lagi

Page 67: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah Lebih Mandiri

+++

+++

+++

Subjek sangat dekat dengan ibunya, karena selama ini ibu yang memberikan kasih sayang yang dibutuhkannya . Ia juga sering menceritakan permasalahan yang dihadapi pada ibunya Subjek sekarang ini dapat menjalani kehidupan yang lebih baik karena subjek terbebas dari tekanan atau konflik yang selama ini dialami oleh subjek. Subjek menjadi individu yang mandiri dan tidak penuh ketergantungan terhadap orang tua dalam mengerjakan segala sesuatu dan tidak pernah menyerah misalnya belajar dalam mempersiapkan pelajaran di sekolah

Keterangan + : intensitas yang dialami subjek lemah

++ : intensitas yang dialami subjek sedang

+++ : intensitas yang dialami subjek kuat

Page 68: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Kasus Subjek 4

a. Identitas Subjek 4

Nama : S

Tempat Tanggal Lahir : 12 September 1994

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikkan : SLTP

Alamat : Semarang

Agama : Islam

Anak ke : 1

b. Hasil Observasi

Kondisi Dan Ciri Fisik

Subjek mempunyai kulit coklat, rambut keriting, tinggi 154 dan berat

39 kg. Subjek memiliki proporsi tubuh yang sedang dan tidak terlalu tinggi.

Di dalam rumah suka mengenakan kaos-kaos bergambar kartun dan suka

mengenakan rok pendek dan suka sekali dengan kunciran rambut di

belakang.

Subjek walaupun terlihat pendiam namun subjek tetap terbuka dan

ramah kepada peneliti, artinya kepada peneliti subjek mau

mengungkapakan segala sesuatunya yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

penelitian ini.

Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek

Subjek saat ini tinggal di Jl Ngablak Indah RT 03, RW 01 di

Perumahan genuk Indah Semarang. Rumah tempat tinggal subjek trlihat

sangat rapi, lantai di rumah sudah berkeramik putih kotak, meja kursipun

Page 69: Dampak Psikologis Perceraian Anak

juga ada dan ruang tamupun terlihat rapi. Dinding rumah juga dipasang

dengan berbagai macam lukisan, dan juga foto-foto subjek semasa kecil.

Rumah tempat tinggal subjek terdiri dari 3 kamar tidur, kamar masing-

masing memiliki ukuran 2,5 m. Kamar tempat tidur subjek terletak di

belakang dan di samping terdapat pula dapur tempat memasak dan juga

terdapat televisi berwarna 20 inchi serta perabotan lain seperti kulkas.

Interaksi Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Subjek memiliki interaksi yang baik di sekitar lingkungannya.

Subjek memiliki banyak teman bermain, hal ini terlihat banyak temannya

yang belajar bersama dengan subjek Pada saat bertemu dengan peneliti

subjek terlihat sedang belajar bersama dengan temanya.

Selain belajar bersama subjek biasanya pergi bersama dengan

temannya misalnya pergi ke mini markertuntuk membeli sesuatu. Dengan

tetangga di sekitarnya ia cukup ramah dan seringkali bertegur sapa dengan

para tetangganya pada saat berangkat ke sekolah atau pergi ke manapun.

Teman-teman subjek juga sering menjemput dirinya pada saat akan

berangkat ke sekolah, dan jika pulangpun demikian ia selalu bersama degan

teman-temannya. Jarak rumah subjek dengan rumah temannya tidak jauh,

jaraknya pun cukup dekat dengan rumah.

Interaksi Dengan Ibu

Subjek memiliki interaksi yang cukup baik dengan ibunya hal ini

terlihat dirinya seringkali membantu ibunya jika ibunya berjualan yaitu

membuka warung makan seperti warteg yang terletak di BCA LIK.

Page 70: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Subjek jika berangkat ke sekolah selalu berpamitan dengan ibunya,

kemudian ibunya memberikan uang jajan kepada subjek dan setelah itu

subjek lagsung berangkat ke sekolah.

c. Hasil Wawancara

Kondisi Latar Belakang

Subjek merupakan anak 1 dari 2 bersaudara. Subjek sekarang ini

bersekolah di SLTP ( Sekolah Lanjutan tingkat Pertama) Mardisiswa 2 dan

duduk di kelas 1. Dalam bersekolah ia mempunyai prestasi yang cukup

bagus dan dalam setiap kenaikkan kelas dirinya selalu naik kelas. Subjek

adalah anak yang selalu rajin belajar dan membuat PR jika pulang dari

sekolah.

Ibu subjek bekerja sebagai penjual nasi, yang setiap harinya membuka

warung usahanya di dekat BCA LIK dan pembelinya adalah karyawan

kantor. Ibu subjek sudah 10 tahun berjualan, dan warung tempat ibu subjek

berjualan cukup ramai.

Orang tua subjek telah bercerai kurang lebih selama 2 tahun yang

lalu. Orang tua subjek bercerai dengan alasan karena ayahnya yang

berselingkuh kepada wanita lain, yaitu seorang wanita yang lebih kaya

daripada istrinya.

Setiap kali ayahnya pulang, ayah dan ibu subjek selalu bertengkar,

karena mereka sering bertengkar pada ahkirnya ayahnya memutuskan untuk

tidak pulang ke rumah, dan karena sering tidak pulang ke rumah ahkirnya

ayahnya memutuskan untuk bercerai. Subjek sedikit merasakan kesedihan

pada saat melihat kedua orang tuanya bercerai, karena ayahnya yang sudah

Page 71: Dampak Psikologis Perceraian Anak

tidak memperdulikan dirinya lagi.

Ayah subjek tidak selalu memberikan gajinya kepada istrinya , bahkan

masalah biaya sekolah ayah subjek pun tidak mau mengetahuinya. Ayahnya

lebih mementingkan wanita selingkuhannya tersebut dibanding keluarganya

sendiri. Subjek sedikit merasa malu dengan teman-temannya karena jika

berkumpul dengan teman-temannya terkadang ada teman subjek yang selalu

menanyakan ayahnya dan subjek menjawab bahwa ayahnya sedang pergi ke

luar kota. Selain perasaan malu subjek juga mempunyai perasaan marah

yaitu subjek seringkali merasa marah karena ayah subjek tidak dapat

menjalankan peran dengan baik. Selain perasaan marah subjek juga

merasakan sedikit perasaan takut,jika ibunya sekarang ini yang bekerja untuk

memenuhi kehidupan keluarga tiba-tiba tidak dapat lagi bekerja untuk

memenuhi kehidupan keluarga.

Subjek ketika ayah dan ibunya bercerai, hal yang dirasakan adalah

kehidupan sekarang ini lebih dapat dirasakan dibandingkan dahulu pada saat

ayah dan ibunya belum bercerai. Kadang-kadang ia juga merasakan adanya

perasaan sedikit rindu terhadap ayahnya. Subjek lebih dapat mandiri dan

tidak tergantung pada orang lain dalam mengurus segala sesuatunya

misalnya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, dan mengurus adik-

adiknya karena subjek mempunyai kepercayaan diri yang baik.

Aktivitas Sehari hari Aktivitas subjek dimulai ketika subjek bagun pagi kira-kira pukul

05.30 pagi . Subjek setelah itu langsung mandi, ganti baju dan setelah itu

subjek berangkat ke sekolah. Subjek pulang sekolah kira-kira pukul 13.30

dan setelah itu subjek makan siang, lalu tidur dan setelah bagun tidur sore

subjek mandi. Aktivitas setelah mandi sore yaitu subjek membuat PR dan

Page 72: Dampak Psikologis Perceraian Anak

setelah itu nonton TV dan pukul 22.00 subjek tidur malam.

Hubungan Subjek Dengan ibu

Subjek memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya. Setiap

hari ibu subjek selalu memperhatikan subjek., Jika akan berangkat ke sekolah

ibunya selalu mempersiapkan sarapan pagi untuk dirinya, setelah itu ia

berangkat ke sekolah.

Subjek jika ada masalah ia selalu bercerita kepada ibunya meskipun

kadang-kadang merasa takut, untuk menceritakan masalahnya kepada

ibunya. Ibunya selalu membantu dan memberikan solusi terbaik agar ia tidak

kesulitan dalam menghadapi setiap persoalan.

Emosi Yang Dialami Subjek

Perasaan subjek ketika ayah dan ibunya bercerai yaitu adanya sedikit

perasaan sedih dalam dirinya. Perasaan ini ada dalam hati subjek, yaitu

sebenarnya ia tidak menginginkan perceraian ini, namun kenyataan

menunjukkan bahwa ayah dan ibunya tidak bisa bersatu, ahkirnya subjek

dapat menerima perceraian ini.

Setelah perceraian ini subjek yang hanya tinggal dengan ibunya saja,

merasakan adanya perasaan rindu terhadap ayah subjek, namun perasaan

kangen tersebut tidak dapat terpenuhi ahkirnya subjek hanya berdiam diri

saja.

Hubungan Subjek Dengan Keluarga Lain

Subjek memiliki hubungan cukup dekat dengan bibi, yaitu adik dari

ibu. Menurut pengakuannya bibi adalah orang yang dekat dengan dirinya

karena jika mengalami kesulitan, bibi subjek selalu membantu dalam

mengatasi persoalan.

Page 73: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Bibi subjek sering memperhatikan kebutuhan-kebutuhan subjek

misalnya kebutuhan-kebutuhan sekolah. Bibi subjek telah menikah dan telah

mempunyai anak 1 tetapi bibi telah menganggap dirinya seperti anak

kandungnya sendiri,oleh karena itu ia derkat dengan bibi.

Hubungan Subjek Dengan Lingkungan Sekitar

Subjek memilki hubungan yang cukup baik dengan lingkungan sekitar

rumahnya, ia memiliki teman bermain yang cukup banyak. Subjek sering

bermain ke rumah teman–temannya dan juga sebaliknya teman-teman sering

bermain ke rumah.

. Para tetangga terkadang ada yang menanyakan keadaan ayahnya dan

ia sedikit menyangkal hanya menjawab bahwa ayahnya dalam keadaan baik-

baik saja.

d. Dinamika Psikologis Hasil Dari Tes Grafis

Dalam diri subjek terdapt perasaan takut maka dari itu subjek

menyendiri dalam pergaulan, ragu-ragu dan tidak berani. Hal ini

menyebabkan tidak terbuka dan cenderung menutup diri dan subjek kurang

dapat menyesuaikan diri sehingga memiliki perasaan tidak pasti dalam

berhubungan dengan lingkungan. Subjek memiliki usaha yang kuat yaitu

usaha ingin memperbaiki hubungan sosial yang merasa kurang pasti dan

mantap.

Subjek memiliki kesopanan maka dari itu ia ramah dan fleksibel. Dalam

diri subjek sebenarnya memiliki sifat egosentris, maka subjek yang

kelihatannya penurut tapi di belakangnya kepala batu.

Dalam diri subjek ada kebutuhan terhadap perhatian dan kasih sayang

maka peran ibu dominan. Fungsi ayah mengalami hambtan dalam melakukan

Page 74: Dampak Psikologis Perceraian Anak

peranannya maka subjek menginginkan keluar dari lingkungan keluarga.

e. Analisis Kasus Subjek 4

Dari wawancara awal didapatkan bahwa orang tua subjek telah memilih

jalan perceraian karena ayahnya yang telah berselingkuh dengan seorang

wanita yang lebih kaya daripada ibu istrinya. Ayah subjek yang sudah tidak

pernah pulang ke rumah dan ayahnya sudah tidak lagi memenuhi tanggung

jawabnya lagi sebagai kepala rumah tangga.

Subjek sebenarnya tidak menginginkan adanya perceraian ini karena

subjek sangat menyayangi kedua orang tuanya,namun kenyataan

menunjukkan bahwa kedua orang tuanya sudah tidak dapat bersatu dan harus

bercerai dan ia ahkirnya dapat menerimanya.

Subjek dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar, memiliki

hubungan yang cukup baik, ramah. Namun jika para tetangga di dekat rumah

subjek menanyakan tentang ayah subjek, ia sedikit menyangkal bahwa ayahnya

dalam keadaan baik-baik saja. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa subjek

cenderung menutup diri, tidak terbuka, ragu-ragu. Subjek mempunyai banyak

teman di lingkungan sekitar dan jika teman subjek ingin mengajak bertengkar

subjek maka subjek berusaha untuk mengalah.Tes grafis menunjukkan bahwa

subjek mempunyai kesopanan dan fleksibel.

Subjek saat ini hanya tinggal bersama ibunya, terkadang merasakan

adanya sedikit perasaan sedih karena merasa rindu dengan ayahnya. Hasil tes

grafis menunjukkan bahwa dalam diri subjek terdapat adanya kebutuhan akan

kasih sayang.

Ayah subjek yang sekarang ini tidak lagi memperhatikan dirinya san

Page 75: Dampak Psikologis Perceraian Anak

ibunya. Ayahnya lebih memilih wanita selingkuhannya daripada keluarganya.

Masalah biaya sekolah ayah subjek sudah tidak lagi memberikannya dan

masalah biaya sekarang ini yang menanggung adalah ibu dari hasil penjualan

nasi warteg. Hasil tes grafis menunjukkan bahwa fungsi ayah mengalami

hambatan dalam menjalankan peran.

Tabel 4

Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak Subjek 4

Dampak Psikologis Pada Anak

Intensitas Keterangan

Penyangkalan

Rasa Malu

Rasa bersalah

Ketakutan

+

+

+

+

Setiap kali para tetangga menanyakan keadaan ayah kepada subjek ia menyangkal dan menjawab bahwa ayahnya baik-baik saja. .

Subjek merasa malu dengan teman-temannya pada saat berkumpul. Terkadang ada teman yang menanyakan ayahnya dan ia hanya mengatakan bahwa ayahnya sedang pergi ke luar kota Subjek juga merasakan adanya perasaan bersalah karena ia merasa bahwa dirinya menjadi penyebab perceraian orang tua Subjek merasa takut karena ibu yang selama ini bekerja untuk menopang kebutuhan keluarga tiba-tiba tidak dapat lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup Subjek merasakan adanya perasaan sedih karena ayah subjek yang sudah tidak lagi memperdulikan subjek dan

Page 76: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Kesedihan

Rasa Marah

Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan subjek Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah

Lebih Mandiri Perasaan Rindu

+

+++

+++

+++

+++

+++

ibunya lagi Perasaan marah muncul dalam diri subjek karena ayah yang tidak dapat menjalankan peran sebagimana mestinya seorang ayah Subjek sekarang ini menjadi lebih dekat dengan ibunya, karena ibunya yang selama ini selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada subjek Subjek sekarang ini dapat menikmati kehidupan yang lebih baik meskipun subjek hanya tinggal dengan ibunya saja dibanding dahulu ketika ayah dan ibunya belum berpisah Subjek dalam hal ini menjadi individu yang mandiri dan tidak selalu tergantung pada orang tua misalanya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga serta mengurus adik-adiknya sewaktu ibu subjek bekerja membuka warung makannya Subjek merasakan perasaan rindu kepada ayahnya, dan karena perasaan tersebut tidak terpenuhi maka ia hanya berdiam diri saja

Keterangan + : intensitas yang dialmi subjek lemah

++ : intensitas yang dialami subjek sedang

Page 77: Dampak Psikologis Perceraian Anak

+++ : intensitas yang dialami subjek kuat

Page 78: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB V

PEMBAHASAN UMUM

A. Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua pada Anak

Teori dampak Psikologis Perceraian Orang tua pada anak oleh Colle (

2004, h. 4-6) menyebutkan adanya dampak yang di sebabkan oleh perceraian

orang tua yaitu penyangkalan, rasa malu, rasa bersalah, ketakutan, kesedihan,

rasa marah. Selain itu anak juga lebih mandiri, memiliki perasaan dengan

orang yang saat ini tinggal dengan anak ( ayah atau ibu) serta dapat

menikmati kehidupan yang lebih indah.

Kenyataannya dampak tersebut memiliki pengaruh pada anak

sehubungan dengan perceraian orang tua, pengaruh tersebut antara lain:

1. Penyangkalan

Subjek I, II, III dan IV mempunyai perilaku menyangkal terhadap

perceraian yang dilakukan orang tua mereka. Mereka menyangkal terthadap

apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka dan orang tua mereka. Keempat

subjek menyangkal jika para tetangga atau orang lain menanyakan keadaan

orang tua mereka.

2. Rasa Malu

Rasa malu juga nampak pada keempat subjek. Mereka merasakan rasa

malu terhadap apa yang terjadi pada mereka karena jika keempat subjek

vberkumpul dengan teman-temannya terkadang ada salah satu temannya

yang menanyakan ayah atau ibu mereka. Mereka untuk menghindari rasa

malu subjek hanya mengatakan bahwa ayah dan ibunya baik-baik saja.

3. Rasa Bersalah

Rasa bersalah timbul dalam diri ketiga subjek, karena mereka merasa

Page 79: Dampak Psikologis Perceraian Anak

bahwa merekalah yang menjadi penyebab percweraian orang tuanya.

Tetapi ada satu subjek yang tidak merasakan bahwa dirinya menjadi

penyebab perceraian orang tuanya.

4. Ketakutan

Perasaan takut juga timbul dalam diri keempat subjek. Subjek I

merasa ketakutan karena merasa kehilangan sosok dari seorang ibu,

sedangkan subjek II ia berpikir mengenai pembiayaan sekolah dirinya serta

adik-adiknya, subjek III ia merasa tidak nyaman dalam menghadapi

perceraian ini serta subjek IV ia takut jika ibunya sudah tidak dapat lagi

menopang kebutuhan keluarga lagi

5. Kesedihan

Kesedihan juga terjadi pada keempat subjek yaitu mereka sedih karena

perceraian orang tuanya dan harus kehilangan salah satu dari orang tua

mereka

6. Rasa Marah

Rasa marah juga nampak pada diri keempat subjek , pada subjek II dan

IV mereka merasakan rasa marah yang kuat karena ayah mereka yang tidak

dapat berperan sebagaimana layaknya seorang ayah.

7. Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan

subjek

Perasaan ini nampak dalam kehidupan keempat subjek karena setelah

perceraian orang tuanya ia merasakan perasaan lebih dekat dengan ayah atau

ibu mereka.

8. Lebih Mandiri

Subjek I, II, III dan IV setelah perceraian orang tua mereka lebih dapat

Page 80: Dampak Psikologis Perceraian Anak

mandiri dalam mengurus segala sesuatunya misalnya membantu orang tua

mereka serta mengurus adik-adiknya. Berbeda dengan subjek ke II ia belum

dapat menjadi individu yang mandiri karena segala sesuatunya masih diatur

oleh ibunya

9. Dapat menikmati kehidupan yang lebih indah

Anak setelah perceraian orang tua mereka terbebas dari konflik, dan

mereka dapat menikmati hidup yang lebih indah hal ini dirasakan oleh

keempat subjek

B.Gambar Intensitas Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada

Anak ( Subjek 1,2,3,4)

Dampak

Psikologis

S1 S2 S3 S4

Perasaan rindu - - - +++

Rasa bersalah + + - +

Rasa malu + + + +

Penyangkalan + + + +

Ketakutan + +++ + +

Rasa marah + +++ + +++

Memiliki perasaan dekat dengan orang yang saat ini

tinggal dengan subjek

+++ +++ +++ +++

Dapat menikmati hidup yang lebih

baik

+++ +++ +++ +++

Page 81: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Lebih mandiri +++ - +++ +++

C. Dinamika Psikologis Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada

Anak ( Subjek 1,2,3,4)

Subjek yang memiliki orang tua bercerai dan orang tua juga tidak

memikirkan dampak yang akan terjadi tentunya akan membawa dampak

psikologis pada anak. Hal ini akan mempengaruhi proses perkembangan

anak, anak ynag tidak menginginkan perceraian ini namun kenyataan harus

menerima bahwa orang tua mereka harus bercerai.

Pada saat lingkungan sosial banyak membicarakan mengenai masalah

yang terjadi pada anak karena orang tuanya bercerai membuat anak merasa

enggan jika harus berhubungan dengan lingkungan. Anak juga merasa malu,

takut, bersalah, bersedih, marah, menyangkal. Perasaan – perasaan tersebut

yang mempengaruhi anak ketika orang tua bercerai sehingga hal itu menjadi

dampak psikologis perceraian orang tua pada anak.

Bagan Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Pada Anak

Orang Tua Bercerai

Anak yang sedang membangun sikap sehat mengenai diri sendiri sebagai mahkluk yang

Page 82: Dampak Psikologis Perceraian Anak

sedang tumbuh

J H G

F E D C B A

Keterangan

A: Penyangkalan

B: Rasa malu

C: Rasa bersalah

D: Ketakutan

E: Kasedihan

F: Rasa Marah

H: Memiliki perasaan dekat dengan orang tua yang saat ini tinggal dengan

anak

I: Dapat menikmati kehidupan sekarang yang lebih indah

J: Lebih mandiri

D. Pembahasan

Perceraian yang dilakukan oleh orang tua tidak hanya menimbulkan

dampak negatif seperti yang telah dikemukakan oleh Colle akan tetapi hal ini

ada dampak - dampak lain yang di akibatkan karena perceraian orang tua yang

Page 83: Dampak Psikologis Perceraian Anak

belum tertuang dalam teori dalam hal ini ialah dampak positif

1. Anak dapat menikmati kehidupan yang lebih baik

Perceraian yang dilakukan oleh orang tua ternyata anak merasa bebas

dari konflik yang selama ini di hadapi oleh subjek

2. Anak lebih mandiri

Anak dalam hal ini dapat menjadi lebih mandiri khususnya dalam

membantu orang tua menyelesaikan tugas rumah

3. Anak dapat memilik perasaan dekat dengan orang yang saat ini tinggal

dengan anak ( ayah atau ibu )

Anak menjadi lebih dekat dengan salah satu orang tua ayah atau ibu

yang tinggal bersama dengan anak, dalam hal ini anak dapat sharing dengan

ayah atau ibu mereka.

Page 84: Dampak Psikologis Perceraian Anak

BAB VI

Penutup

A. Kesimpulan Fenomena dampak perceraian orang tua terhadap anak dapat pula terjadi pada

setiap pasangan. Konflik pada setiap pasangan sering kita jumpai dan hal ini pada

ahkirnya berujung pada proses perceraian. Proses perceraian yang dilakukan oleh

pasangan tentunya hal ini akan berdampak pada anak. Orang tua yang seharusnya

memberikan kasih sayang , tempat berlindung dan merupakan orang terdekat anak.

Dampak perceraian yang berpengaruh pada anak dan anak dapat berubah seiring

dengan perceraian orang tua yaitu penyangkalan, rasa marah, rasa takut, kesedihan,

rasa malu selain dampak negatif di atas anak juga lebih mandiri, merasakan

kehidupan yang lebih indah

B. Saran

- Pada penelitian ini dapat disarankan kepada orang tua agar dapat

mengambil jalan yeng terbaik didalam menyelesaikan kemelut rumah

tangganya karena anak membutuhkan rasa aman dan untuk menciptakan

rasa aman diharapkan orang tua tidak menciptakan konflik.

- Bagi orang tua yang bercerai diharapkan tidak berkecil hati karena anak

dapat lebih mandiri, misalnya anak membantu orang tua yang bekerja

untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara anak ikut membantu orang

tua dalam mengurus rumah tangga, bertanggung jawab terhadap diri

sendiri.

Page 85: Dampak Psikologis Perceraian Anak

Pedoman Wawancara

Untuk anak yang berusia 9 – 14 tahun dengan Dampak Psikologis

Perceraian Orang Tua Pada Anak. Pedoman wawancara meliputi antara

lain:

1. Latar belakang masa kecil

2. Hubungan dengan Ayah atau Ibu

3. Hubungan dengan Saudara lain

4. Hubungan dengan Lingkungan sekitar

5. Pemicu terjadinya perceraian

6. Kegiatan sehari-hari subjek

7. Perasaan subjek tinggal di lingkungan sekarang

8. Dampak yang muncul sehubungan dengan perceraian orang tua

92