Post on 21-Jul-2020
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUALIZATIOAN AUDITORY KINESTETIC) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS III PADA MATA PELAJARAN AL QURAN HADITS DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASSALAFIYAH
KELURAHAN SUNGAI PINANG
SKRIPSI SARJANA S1
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
oleh
YENI KURNIA NIM 11270099
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2015
Kepada Yth. Hal : Pengantar Skripsi Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang di Palembang Assalamualaikum Wr. Wb
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan-perbaikan seperlunya, maka skripsi
berjudul Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang yang ditulis oleh saudari YENI KURNIA, NIM 11270099 telah dapat diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.
Demikianlah terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober 2015 Pembimbing I Pembimbing II Drs. H.Najamuddin R, M.Pd.I. Drs. Aquami, M.Pd.I. NIP.19550616 198303 1 003 NIP. 19670619 199503 1 001
Skripsi Berjudul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUALIZATIOAN AUDITORY KINESTETIC)DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS III PADA MATA PELAJARAN AL QURAN HADITS DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASSALAFIYAH
KELURAHAN SUNGAI PINANG
Yang ditulis oleh saudari YENI KURNIA, NIM 11270099 Telah dimunaqasyahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Pada tanggal 29 Oktober 2015
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Palembang, 29 Oktober 2015
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Panitia Penguji Sripsi
Penguji Utama : Drs. H.KMS. Badaruddin, M.Ag. ( )
NIP. 19620214 199003 1 022
Anggota Penguji : Andi Candra Jaya, S.Ag. M.Hum NIP. 19720119 200701 1 011 ( )
Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr. H. Kasinyo Harto, M.Ag. NIP. 19710911 199703 1 004
Ketua Sekretaris
Drs. Ahmad Syarifuddin, M.Pd.I. NIP. 19630911 199403 1 001
Maryamah, M.Pd.I. NIP. 19761118 200701 2 008
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Never Give Up, Fix Mistakes and Keep Stepping (Jangan Pernah Menyerah, Perbaiki Kesalahan dan Teruslah Melangkah)
Skripsi ini Kupersembahkan untuk:
♥ Kedua orang tuaku Ayahanda Zulkarnain dan Ibunda Yusmaladewi yang
sangat saya banggakan dan saya sangat sayangi yang telah memberikan
semangat dan tak henti-henti medoakan dalam segala hal demi kesuksesan
saya.
♥ Adik-adik ku tersayang (Bagus Sajiwo, Maudiliana, dan Hilda Zalkasih)
selalu memberikan tawa dan canda dikala sedih.
♥ Rekan-rekan seperjuangan PGMI 03 Angakatan 2011 (Terkhusus Kurtik
sahabat sekaligus menjadi keluargaku yang selalu menemani dalam segala hal
untuk kelancaran skripsi ini.
♥ Sahabat-sahabatku (Hardiyanti Rukmana, Apriyana, Shelly Fransiska, Yuyun
Karmilah, Eko Ramadhan, Deri Aridinata, Ahmad Sukri)
♥ Almamaterku
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan limpahan
rahmat, taufik dan inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Murrabi awal kita pahlawan
revolusioner, yakni Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-
sahabatnya dan para pengikutnya, sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang dijumpai serta
kekurangan dalam segala hal, berkat pertolongan Allah SWT serta doa kedua orang
tua saya dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya peyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Untuk itu disampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, M.A. Selaku Rektor UIN Raden
Fatah Palembang
2. Bapak Drs. Kasinyo Harto, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.
3. Bapak Drs. Ahmad Syarifuddin, M.Pd.I. Selaku Ketua Jurusan. Bapak
Elhefni, M.Pd.I. selaku Sekretaris Jurusan dan Ibu Maryamah selaku Bina
Skripsi Jurusan PGMI yang telah memberi arahan kepada saya selama
kuliah di UIN Raden Fatah Palembang.
4. Bapak Drs. H. Najamuddin R, M.Pd.I. selaku Pembimbing I dan Bapak
Drs. Aquami, M.Pd.I. Selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Padmi Paramita, S.Pd. M.Si selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang yang telah memberikan bantuan
dalam melaksanakan riset ini.
6. Bapak atau Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah
Palembang yang tak henti-hentinya memberikan Ilmu selama dibangku
kuliah di UIN Raden Fatah Palembang.
7. Terkhusus untuk kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan saya
banggakan terima kasih untuk doa, semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan studiku di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
8. Teman-teman seperjuanganku PGMI 03 sekaligus menjadi keluarga baru
yang selalu memberikan tawa dan semangat.
9. Teman-teman seperjuangan PPLK II MI Wathoniyah Palembang (Diding
Zeta, Faisal S, Triwahyu F, Iis Marley, Izza Darina N, Nurfadillah,
Mentari, Triwahyuni, Ulum Sugesti semoga semangat perjuangan kita
dalam menimbah ilmu dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Sebagai makhluk Tuhan yang tidak dapat dikatakan sempurna,
diyakini masih banyak memiliki kekurangan. Demikian juga halnya dengan
penyusunan skripsi ini sudah tentu terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi perbaikan kesempurnaan dan kebaikan selanjutnya.
Semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pembaca serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
perkembangan pendidikan selanjutnya. Amin.
Palembang, Oktober 2015 Penulis
Yeni Kurnia 11270099
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iv KATA PENGANTAR .................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii ABSTRAK ...................................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................................. 6
1. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6
2. Batasan Masalah ................................................................................... 7
3. Rumusan Masalah ................................................................................. 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 8
D. Tinjauan Kepustakaan ............................................................................... 9
E. Kerangka Teori ........................................................................................ 15
F. Variabel Penelitian .................................................................................. 18
G. Definisi Operasional ................................................................................ 18
H. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 19
I. Metodologi Penelitian ............................................................................. 20
J. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 26
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Model Pembelajaran VAK......................................................... 28
1. Pengertian Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic) ......................................................................................... 28
2. Langkah-langkah model pembelajaran VAK .................................... 33
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) .................................................. 34
B. Hasil Belajar ............................................................................................ 35
1. Pengertian Hasil Belajar .................................................................... 35
2. Macam-macam Hasil Belajar ............................................................ 40
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar siswa .................... 41
C. Hakikat Pembelajaran Al Quran Hadits .................................................. 48
1. Landasan Filosofis Pembelajaran Al Quran Hadits ........................... 48
2. Tujuan Pembelajaran Al Quran Hadits.............................................. 49
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al Quran Hadits .............................. 50
4. Materi Al Quran Hadits Kelas III ...................................................... 51
BAB III KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang…..53 B. Letak Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang ………………..55 C. Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah
Sungai Pinang…………………………………………………………...57 D. Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang……….60 E. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai
Pinang…………………………………………………………………...61 F. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………………63 G. Prosedur Penelitian……………………………………………………...64
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
................................................................................................................. 68
B. Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang ..................................................... 70
C. Perbedaan Hasil Belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan Model
Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) ......................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….................................. 87
B. Saran…………………………………………………………………….88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi dan Sampel Siswa Kelas III MI Assalafiyah Sungai Pinang ................... 22
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Al Quran Hadits Kelas III .................................................................................................................. 51
3. Nama-nama Kepala Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang .................. 56
4. Jumlah Guru di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang .......................... 58
5. Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang ............................ 60
6. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang ................ 62
7. Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 12 Orang Siswa MI Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang Pada Pre-Test ................................................................ 71
8. Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah .............................................................................................................. 73
9. Presentasi Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah .............................................................................................................. 75
10. Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 12 Orang Siswa MI Assalafiayh Kelurahan Sungai Pinang Pada Post-Test ............................................................... 76
11. Distribusi Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah .............................................................................................................. 77
12. Presentasi Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah .............................................................................................................. 80
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul“Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang”model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) merupakan model pembelajaran dimana pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar dan menjadikan siswa merasa nyaman dan model pembelajaran ini mementingkan pangalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (visual) belajar dengan mendengar (auditory) dan belajar dengan gerak dan emosi (kinestetic).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata al quran hadits Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang? Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata al quran hadits Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang? Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata al quran hadits Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang ? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran al quran hadits Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang , untuk melihat hasil belajar siswa kelas III pada mata al quran hadits Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dan,untuk melihat adakah perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata al quran hadits Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang
Jenis penelitian Ekperimen one group pretest-posttest desaign yang merupakan bagian dari Pre-Experimental Desaign atau rancangan ekperimen yang sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang berpengaruh. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel 12 orang siswa kelas III Madrasah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang. Sedangkan alat pengumpul data menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah rumus tes”t” untuk dua sampel kecil yang saling berhubungan. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) pada taraf signifikansi ttabel 5 % sebesar 2, 20 sedangkan pada taraf signifikansi ttabel 1 % sebesar 3,11.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku
siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai
anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu
benda. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja,
akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan siswa serta menyeluruh
sehingga menjadi lebih dewasa.1
Al-quran juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu simbol
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu
generasi ke genenarasi berikutnya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-alaq ayat 1-5 ang berbunyi :
) ۳االكرم ( ) اقـرأوربك ۲) خلق اال نسن من علق (۱إ قـرأ با سم ر بك الزى خلق ( )٥( ) علم االنسن مامل يـعلم ٤الزى علم بالقلم (
“1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan 2.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3.Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia 4.Yang mengajar (manusia) dengan pena5.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq 1-4).
Ayat diatas berkaitan dengan pendidikan yaitu, kata iqra berarti
membaca atau mengkaji, sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang luas,
1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm.3
guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari aqidah islam. Dan kata al-qalam
adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan
keterampilan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Jadi, jelaslah bahwa pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang
bertujuan untuk membentuk manusia menjadi yang berakhlak dan berawal
serta terampil dalam ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai tuntunan zaman.
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini
berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Pada
dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif
positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif.
Sudjana (1996) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan
sebagai objek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti dari proses
pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak
didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini
tidak hanya dituntut segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila mana fisik
anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Padahal belajar pada
hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar.2
Kegagalan dalam proses pembelajaran selalu diarahkan pada
kegagalan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan perannya di kelas.
Dan sebaliknya jika sukses dalam pembelajaran maka gurulah yang pertama
kali dihargai dan dipuji. Guru adalah variabel utama yang diasumsikan
menentukan keberhasilan atau kegagalan pembelajaran.
Kompetensi professional yang dimiliki guru sangat dominan
mempengaruhi kualitas pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud adalah
kemampuan dasar yang dimiliki guru, baik bidang kognitif seperti penguasaan
2 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 38
bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya, dan bidang perilaku seperti
ketereampilan mengajar, mengevaluasi hasil belajar dan seterusnya.3
Suatu proses pembelajaran dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif tidak hanya dalam kegiatan
intra kulikuler, akan tetapi terjadi pula dalam kegiatan ekstra kurikuler. Guru
dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat di
dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan terjadi proses pendidikan
yang optimal.4 Tugas dan kewajiban yang diembannya merupakan amanat
yang wajib dilaksanakannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-
Nisaa: 58, swt:
إن الله يأمركم أن تؤدوا األمانات إىل أهلها وإذا حكمتم بـني الناس أن حتكموا يعا بصريا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان مس
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (An-Nisaa: 58)
Dari ayat al-Quran diatas bahwa seorang guru dalam melaksanakan
amanat guru harus melaksanakan tugas dan kewajibannya secara professional.
Guru harus memiliki kompetensi profesional baik secara akademis maupun
kepribadian.
3 Kasinyo Harto, Active Learning Dalam Pembelajaran Agama Islam, (Palembang: Excellent
Publishing), hlm. 77 4 Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2011), hlm.102
Guru dalam mengajar tidak lepas dari metode, strategi dan model
pembelajaran yang dipakai agar peserta didik memahami apa yang telah
diajarkan. Model-model pembelajaran yang bervariasi dan inofatif, yang
digunakan guru dalam setiap kali mengadakan interaksi belajar mengajar
dalam mencapai tujuan. Karena keberhasilan peserta didik tergantung atau
terletak pada bagaimana seorang guru dapat mengelola kelas ketika
pembelajaran berlangsung.5
Selain itu, metode, model, dan alat yang digunakan dalam pengajaran
dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Metode, model pembelajaran dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media
transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai. Metode, model
pembelajaran dan alat yang digunakan seharusnya betul-betul efektif dan
efisien.
Berdasarkan fenomena yang ada, khususnya dalam dunia pendidikan,
masih sedikit guru yang menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi pembelajaran dan yang disukai siswa, melainkan guru sering
menggunakan cara yang tradisional atau ceramah karena cara tradisional
tidak membutuhkan biaya dan banyak tenaga. Padahal seringkali terjadi dalam
suatu proses belajar mengajar, siswa sering tidak memperhatikan penjelasan
guru atau bahkan mereka bermain sendiri atau berbincang-bincang dengan
5 Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 217
temannya ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga kelas menjadi
gaduh dan pelajaran yang disampaikan guru menjadi tidak efektif.6
Dengan melakukan wawancara langsung berkenaan dengan proses
pembelajaran yang dilaksanakan di MI Assalafiyah, peneliti melihat bahawa
model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) belum
digunakan oleh guru. Guru sering menggunakan cara yang tradisional atau
ceramah, dengan menerapkan model pembelajaran VAK (Visualization
Auditory Kinestetic) ini diharapkan mampu mempermudah penyajian guru
dalam menyampaikan materi pelajaran, mengatasi sikap aktif siswa yang
berlebihan, mengatasi keterbatasan ruang sehingga pembelajaran menjadi
lebih efektif.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mengangkat judul Penerapan
Model Pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas III Pada Mata Pelajaran Al Quran
Hadits Di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti di MI Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang dapat digambarkan
bahwa:
6 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet. VI, hlm.46.
a. Masih ada ditemukan beberapa siswa yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran dan ada juga beberapa siswa yang sering mendominasi
berbicara ketika proses belajar mengajar.
b. Metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru menonton
sehingga membuat siswa jenuh, bosan terhadap proses pembelajaran.
2. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tidak terlalu lebar dan merambah ke
masalah lain, perlu adanya pembatasan masalah secara jelas, yaitu:
1. Mata pelajaran Al Quran Hadits materi “Melafalkan Surat At-
Takasur”
2. Model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
adalah model pembelajaran yang menganggap pembelajaran
akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual,
Auditory, Kinestetic), dan dapat diartikan bahwa pembelajaran
dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah
dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.
3. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas didapat beberapa rumusan masalah
yaitu:
a. Bagaimana penerapan model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory,
Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kealas III pada mata
pembelajaran al quran hadits MI Assalafiyah Sungai Pinang?
b. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapannya model
pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) pada mata
pembelajaran Al quran Hadits di kelas III MI Assalafiyah Sungai Pinang?
c. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
diterapannya model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory,
Kinestetic) pada mata pembelajaran Al quran Hadits kelas III MI
Assalafiyah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran VAK
(Visualization, Auditory, Kinestetic) dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Al Quran Hadits di kelas III MI Assalafiyah
Kelurahan Sungai Pinang.
b. Untuk melihat hasil belajar siswa MI Assalafiyah Kelurahan Sungai
Pinang kelas III pada mata pelajaran Al Quran Hadits sebelum dan
sesudah diterapkanya model pembelajaran VAK (Visualization,
Auditory, Kinestetic)
c. Untuk melihat adakah perbedaan sebelum dan sesudah diterapannya
model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Al Quran Hadits di
kelas III MI Assalifiyah Sungai Pinang
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
1) Untuk menjadi bahan informasi tentang pengunaan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam
proses pembelajaran Al Quran Hadits dan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, sehingga model pembelajaran ini dapat
perhatian yang serius disekolah-sekolah.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan
bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
b. Secara praktis
1) Untuk menjadi bahan perbaikan bagi para guru di MI dalam
pengunaan model-model mengajar dan bagi pembaca untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dimasa yang akan datang.
2) Dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar pada
bidang studi lain.
D. Tinjauan Kepustakaan
Kajian kepustakaan yang dimaksud disini adalah mengkaji atau untuk
mengetahui apakah ada permasalahan yang penulis teliti sesudah ada
mahasiswa ang meneliti atau membahasnya. Untuk itu penulis akan mengkaji
beberapa skripsi ang ada sebelumnya sebagai berikut:
Pertama, Muniro (2014) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition
(CIRC) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Qur’an Hadits Di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang,7. Dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative Integrated
Reading And Composition (CIRC) di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang
meliputi penyampaian secara singkat materi yang akan diajarkan,
pembentukan kelompok, persentase kelompok, dan mengambil kesimpulan.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran quran hadits dalam hal ini tentang
materi surah pendek yakni Q.S At-Takatsur: 1-8 dengan mengunakan model
pembelajaran cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) ada
peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
7 Muniro, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition
(CIRC) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits Di MTs Patra Mandiri Plaju Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah, 2014)
quran hadits. Pada kelas eksperimen yang diajarkan mengunakan model
pembelajaran cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) yang
dapat diinterprestasikan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas control
ditolak. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar
siswa antara kelas ekperimen dengan kelas control diterima.
Dari penelitian skripsi di atas terdapat persamaan dan perbedaan dari
penulis teliti. Berdasarkan pendapat peneliti, persamaan terdapat dari
penelitian diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah terhadap hasil
belajar siswa. Perbedaan penelitian skripsi di atas adalah penerapan model
pembelajaran cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)
sedangkan yang akan diteliti yaitu penerapan model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic).
Kedua, Deni Gustina (2013) dalam skripsinya yang berjudul
Hubungan Penerapan Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Al-Quran Hadits Di MTs Paradigma Palembang,8. Dalam penelitian
ini diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa sebelum menerapkan
model Jigsaw tergolong tinggi sebanyak 2 orang siswa (8%) tergolong sedang
sebanyak 19 orang siswa (76%) dan tergolong rendah 4 orang siswa (10%)
8 Deni Gustina, Hubungan Penerapan Model Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Di MTs Paradigma Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah, 2013)
dengan demikian hasil belajar siswa sebelum menerapakan model jigsaw
berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 19 orang siswa (20%) dari 25
jumlah orang siswa di MTs Paradigma Palembang yang menjadi sampel
dalam penelitian. Hasil belajar siswa sesudah menerapakan model jigsaw di
MTs Paradigma Palembang tergolong tinggi (baik) sebanyak 4 orang siswa
(16%), tergolong hasil belajar siswa yang sedang sebanyak 18 orang siswa
(72%), tergolong rendah sebanyak 3 orang siswa (12%). Dengan demikian
hasil belajar siswa sesudah menerapkan model jigsaw berada pada kategori
sedang yakni sebanayak 18 orang siswa (72%) dari 25 jumlah siswa di MTs
Paradigma Palembang sebagai sampel penelitian.
Dari penelitian skripsi di atas terdapat persamaan dan perbedaan dari
penulis teliti. Berdasarkan pendapat peneliti, persamaan terdapat dari
penelitian diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah terhadap hasil
belajar siswa. Perbedaan penelitian skripsi di atas adalah hubungan penerapan
model jigsaw sedangkan yang akan diteliti yaitu penerapan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic).
Ketiga, Rafita Rahmania (2012) dalam skripsinya yang berjudul
Perbedaan Hasil Belajar Qur’an Hadits Antara Siswa Yang Mengikuti TPA
Dan Siswa Yang Tidak Mengikuti TPA Di Madrasah Ibtidaiyah Qur’aniah 8
Palembang,9. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa pencapaian hasil
Qur’an Hadits dalam hal ini baca tulis Al-Quran siswa yang mengikuti TPA
Mi Quraniah 8 Palembang tergolong tinggi sebanayak 14 orang (50%). Yang
tergolong sedang sebanyak sebanyak 19 orang (35,17%), dan yang tergolong
rendah sebanayak 4 orang (14,29%). Pencapaian hasil belajar Quran Hadits
dalam hal baca tulis Al-Qur’an siswa yang tidak mengikuti TPA MI Quraniah
Palembang tergolong sedang sebanyak 9 orang (47,36%), yang tergolong
rendah sebanyak 5orang (26,32%) dan yang tergolong tinggi sebanyak 5
orang (26,32%). Ada perbedaan yang signifikan secara pencapaian hasil
belajar siswa yang mengikuti TPA dengan yang tidak mengikuti TPA
Palembang. Berdasarkan hasil analisis statistic, bahwa t analisis lebih besar
dari pada t tabel, pada baik taraf signifikan 5% amupun 1%. Hal ini
menunjukan bahwa TPA memiliki peranan penting dalam pencapaian hasil
belajar Quran Hadits dalam hal ini baca tulis Al-Quran siswa Mi Quraniah 8
Palembang.
Dari penelitian skripsi di atas terdapat persamaan dan perbedaan dari
penulis teliti. Berdasarkan pendapat peneliti, persamaan terdapat dari
penelitian diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah terhadap hasil
belajar siswa. Perbedaan penelitian skripsi di atas adalah perbedaan hasil
9 Rafita Rahmania, Perbedaan Hasil Belajar Qur’an Hadits Antara Siswa Yang Mengikuti
TPA Dan Siswa Yang Tidak Mengikuti TPA Di Madrasah Ibtidaiyah Qur’aniah 8 Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah, 2012)
belajar qur’an hadits antara siswa yang mengikuti TPA Dan siswa yang tidak
mengikuti TPA sedangkan yang akan diteliti yaitu penerapan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic).
Keempat, Sapri Yansah (2014) dalam skripsinya yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Resume
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran
Hadits Di Mts Patra Mandiri Plaju Palembang,10. Berdasarkan hasil penelitian
ini dapat disimpulkan hasil belajar siswa tanpa mengunakan model
pembelajaran Group Resume dengan materi ajar akhlak terpuji kepada sesame
(husmuz-zhan tawadlu’ tasamuh dan ta’awun) pada kelas control dengan
jumlah 45 siswa dan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 6 orang siswa dan
yang tidak tuntas sebanayak 39 orang siswa, maka persentase ketuntasan
tersebut adaalah 13,33% dan persentase tidak tuntas adaalah 86,67%.
Aktivitas belajar siswa pertemuan pertama skor tertinggi terletak pada
aktivitas menunjukan minat yang besar dalam pembelajaran dengan rata-rata
74,03 dan skor terendah di memnbuat kesimpulan dari hasil pembelajaran dan
kedua adalah 52,19, maka berdasarkan tabel criteria hasil observasi aktivitas
siswa tergolong aktif.
Dari penelitian skripsi di atas terdapat persamaan dan perbedaan dari
penulis teliti. Berdasarkan pendapat peneliti, persamaan terdapat dari
10 Sapri Yansyah,Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Resume
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Di Mts Patra Mandiri Plaju Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden fatah, 2014)
penelitian diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah terhadap hasil
belajar siswa. Perbedaan penelitian skripsi di atas adalah perbedaan penerapan
model pembelajaran cooperative learning tipe group resume sedangkan yang
akan diteliti yaitu penerapan model pembelajaran VAK (Visualization
Auditory Kinestetic).
Kelima, Riza Wabnan (2012) dalam skripsinya yang berjudul
Pengaruh Penerapan Model PAKEM Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Qur’an Hadits Di Mts. Mathlaul Anwar Di Desa Gemantung
Kecamatan Tanjung Lubuk Kabupaten OKI,11. Kesimpulan yang dapat ditarik
ialah berdasarkan hasil uji coba tersebut diatas, secara meyakinkan dapat
dikatakan model pembelajaran pakem itu, telah menunjukan efektifitasnya
yang nyata, dalam arti kata dapat diandalkan sebagai cara untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits menjadi
lebih baik, adapun dapat dikatakan model pembelajaran pakem ini sangat
cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Qur’an Hadits. Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar siswa pada tabel
diatas setelah diterapkan model pembelajaran pakem ini banyak yang hail
belajarnya yang tidak melonjak tinggi ataupun mendapatkan hasil belajar
yang spektakuler.
11 Riza Wabnan, Pengaruh Penerapan Model PAKEM Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Qur’an Hadits Di Mts. Mathlaul Anwar Di Desa Gemantung Kecamatan Tanjung Lubuk Kabupaten OKI, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah, 2012)
Dari penelitian skripsi di atas terdapat persamaan dan perbedaan dari
penulis teliti. Berdasarkan pendapat peneliti, persamaan terdapat dari
penelitian diatas dengan penelitian yang akan diteliti adalah terhadap hasil
belajar siswa. Perbedaan penelitian skripsi di atas adalah pengaruh penerapan
model pakem sedangkan yang akan diteliti yaitu penerapan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic).
E. Kerangka Teori
Peserta didik dikatakan berhasil, apabila bepeserta didik terdorong
untuk melakukan percobaan atau belajar sendiri dan berkelompok, karena
pada dasarnya anak belajar pada hal yang kongkrit. Ada beberapa upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya dengan menerapkan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas III di MI Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang.
1. Pengertian Model VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
Model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran
yang digunakan untuk menyampaikan bahan ajar oleh guru kepada siswa.
Model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) adalah
pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar, model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) merupakan anak dari
model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjadikan situasi
belajar menjadi lebih nyaman.12
2. Hasil belajar
Menurut Dimayanti dan Mudjono, hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari segi sisa merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan saat sebelum belajar
dan dari segi guru merupakan saat terselesainya bahan pelajaran. Hasil belajar
adalah tingkat keberhasilan yag telah dycaoau oleh siswa setelah mengikuti
suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian
ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.13
3. Mata pelajaran Al Quran Hadits
Al Qur’an Hadits yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah
bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah
yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman,
kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan Hadits sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai
perwujudan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Tujuan pembelajaran Al Quran Hadits adalah suatu pernyataan yang
spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
12 Ismail sukardi, Model-model Pembelajaran Moderen, (Palembang: Tunas Gemilang Press,
2013), hal 29 13 Dimayanti dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Martinis Yamin, memandang bahwa tujuan pembelajaaran merupakan sasaran
yang hendak dicapai pada akhir pembelajaran, dan kemampuan yang harus
dimiliki siswa.14
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian atau sering dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan penting
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat
dua variabel penelitian pokok, yaitu dapat dilihat pada sketsa berikut:
Variabel Pengaruh (X) Variabel Terpengaruh (Y)
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan penulis terhadap variabel penelitian,
maka penulis memandang perlu diberikan definisi operasional variabel.
1. Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
Model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk
14 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Cet. IV. (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), hal 133
Model VAK Hasil Belajar
menjadikan situasi belajar menjadi lebih nyaman. Model pembelajaran visual
auditory kinestetic atau VAK adalah pembelajaran yang mengoptimalkan
ketiga modalitas belajar.
Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar
secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara
langsung dengan cara belajar mengingat (visual), belajar dengan mendengar
(Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestetic). (DePorter dkk.,
1999).
2. Hasil Belajar
Belajar adalah proses internal sebagaimana peristiwa kognitif yang
tidak dapat disamakan dengan peristiwa yang Nampak. Belajar adalah suatu
proses di mana ditimbulkan atau dirubahnya suatu kegiatan karena
memberikan respon terhadap keadaan.
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan
tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau
symbol. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan.15
15 Fajri Ismail, Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Tunas Gemilang, 2014). Hal 38
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan anggapan yang telah dikemukakan, maka dalam
penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha: Terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada hasil belajar siswa
MI Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang sebelum dengan sesudah
diadakannya penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic).
Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa MI
Assalafiah Kelurahan Sungai Pinang sebelum dengan sesudah diadakanya
penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic).
I. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah mengunakan jenis
penelitian Eksperimen One Group Pretest-Postest design. Karena
mengunakan jenis penelitian objek yang akan diteliti, yaitu kelas III terdapat
satu kelas oleh karena itu menggunakan pretest yaitu melakukan test sebelum
diberi perlakuan dengan mengunakan metode ataupun model yang sering
digunakan dan setelah itu akan diketahui hasilnya setalah diberi perlakuan
dengan mengunakan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic). Populasi dan Sampel Penelitian
O1 x O2
O1 = Nilai Pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 = Nilai Postest ( setelah diberi perlakuan)
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kauntitatif yaitu perbandingan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan Data kualitatif yang di dapat dari penelitian ini yaitu data
mengenal sejarah berdiri MI Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang,
letak geografis, jumlah guru, jumlah siswa kelas III dan keadaan
sarana dan prasarana yang tersedia yang dapat menunjang proses
pendidikan di MI Assalafiyah
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan ialah sumber bacaan yang berkaitan
dengan persoalan penelitian, terutama yang berkaitan langsung dengan
pokok bahasan. Ditinjau dari segi sumbernya data statistik dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Data Primer adalah data yang diperoleh dari siswa kelas III MI
Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang yang berjumlah 12 siswa
2) Data Sekunder adalah data penunjang yang bersumber dari artikel,
majalah, Koran, jurnal, skripsi dan makalah-makalah yang ada
relevansinya dengan pokok bahasan.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau
subjek yang mempunyai kaulitas dan karakterisitik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.16 Dalam penelitian ini yang menjadi Populasi ialah
keseluruhan dari objek penelitian. Untuk mata pelajaran Al Quraan Hadits
sebagai objek penelitian ini adalah keseluruhan murid kelas III tahun
pelajaran 2014/2015 dengan jumlah murid 12 orang, terdiri dari 8 orang
laki-laki dan 4 orang perempuan. Berikut ini akan ditampilkan tabel
keterangan:
Tabel 1 Populasi
Siswa Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Pria Wanita
III 8 4 12
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2013), hlm. 159-160.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Oberservasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesipik bila dibandingkan dengan teknik lain yaitu
wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas, tetapi
juga obyek-obyek alam lain. Observasi yang kami lakukan adalah
dengan mendatangi langsung lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian yaitu MI Assalaifiyah Keluruahan Sungai Pinang.
b. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melalukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui
jumlah siswa disekolah tersebut. Yang tujuannya untuk
mengumpulkan informasi. Wawancara yang kami lakukan di MI
Assalafiyah ini adalah wawancara langsung kepada pihak guru
selaku pengajar, terutama guru yang mengajar bidang studi Al
Quran Hadits.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh daftar-daftar siswa, guru dan
karyawan serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
d. Metode Tes
Penggunaan tes ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan sebelum (pre-test)dan pertanyaan sesudah (post-test) proses pembelajara kepada peserta didik yang dijadikan sampel.
Anas Sudjinono, mengemukakan Pre-Test adalah tes yang
dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasi oleh peserta didik. Sedangkan Post-Test merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai sebaik-baiknya oleh peserta didik.17
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian yang dilakukan di MI
Assalafiyah ini dilakukan dengan menggunkan analisis data kuantitatif
(analisis statistik).
Alasan saya menggunakan rumus ini karena ingin melakukan
perbandingan antara dua variabel yaitu apakah memang secara signifikan
dua variabel yang sedang diperbandingkan atau dicri perbedaanya itu
memang berbeda, apakah perbedaan itu terjadi semata-mata karena
17 Anas Sudijono, Penganar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hal 84
kebetulan saja. Selain itu untuk mengukur hasil belajar siswa cocok
digunakan rumus test “t” ini.
to = MD
SEMD
Tingkat yang perlu ditempuh dalam rangka memperoleh harga t𝑜𝑜
berturut-turut adalah sebagai berikut:
a. Mencari D (Difference = Perbedaan) antara Skor Variabel Y
dan skor Variabel II. Jika Variabel I kita beri lambang Y
sedang Variabel II kita beri lambang Y, maka: D = X-Y
b. Menjumlah D, sehingga diperoleh ∑D
Perhatian: Dalam menjumlahkan D, tanda aljbar (yaitu tanda-
tanda “plus” dan “minus”) harus diperhatikan, artinya tanda
“plus” dan minus itu ikut serta diperhitungkan dalam
penjumlahan.
c. Mencari Mean dan Differnce, dengan rumus MD = ∑DN
d. Menguadratkan D: setelah itu lalu dijumlahkan sehingga
diperoleh ∑D2.
e. Mencari Deviasi Standar dari Difference (SDD), dengan
rumus:
SDD = �∑D2
N − �∑DN �
Catatan: ∑D2 diperoleh dari hasil perhitungan pada butir 2.d.,
sedangkan ∑D diperoleh dari hasil perhitungan pada butir 2.b
di atas.
f. Mecari Standar Eror dari Mean of Diference, yaitu SEMD,
dengan mengunakan rumus:
SEMD = SDD√N−I
g. Mencari to = MD
SEMD
h. Memberikan interprestasi terhadap “to” dengan prosedur kerja
sebagai berikut:
1) Merumuskan terlebih dahulu Hipotesis alternative (Ha) dan
Hipotesis Nihilnya (HO).
2) Menguji signifikansi to, dengan cara membandingkan
besarnya to (“t” hasil observasi atau “t” hasil perhitungan)
dengan tt (harga kritik “t” yang tercantum dalam Tabel
Nilai “t”), dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of
freedom-nya (df) atau derajat kebebasannya (db), yang
dapat diperoleh dengan rumus: df atau db = N – 1.
3) Mencari harga kritik “t” yang tercantum pada Tabel Nilai
“t” dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh,
baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi
1%.
4) Melakukan perbandingan antara to dengan tt, dengan
patokan sebagai berikut:
(a) Jika to lebih besar atau sama dengan tt maka Hipotesis
Nihil ditolak, sebaliknya Hipotesis alternative diterima
atau disetujui. Berarti antara kedua variabel yang
sedang kita selidiki perbedaanya, secara signifikan
memang terdapat perbedaan.
(b) Jika to lebih dari kecil daripada tt maka Hipotesis Nihil
diterima atau disetujui: sebaliknya Hipotesis alternatif
ditolak. Berarti bahwa perbedaan antara Variabel I dan
Variabel II itu bukanlah perbedaan yang berarti, atau
bukan perbedaan yang signifikan.
i. Menarik kesimpulan penelitian.
J. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini disusun oleh penulis dalam lima bab, dan masing-masing
bab memuat pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN yang berisi tentang Latar Belakang, Identifikasi
Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka Teori, Variabel Penelitian, Definisi
Operasional, Hipotesis Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik Analisis
Data, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II: LANDASAN TEORI Membahas tentang model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic), pembelajaran Al Quran Hadits,
pengertian Hasil Belajar.
BAB III: KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN Keadaan sejarah MI
Assalafiyah Keluruhan Sungai Pinang, keadaan guru, keadaan siswa dan
sarana prasarana dan proses belajar mengajar.
BAB IV: ANALISIS DATA Menganalisis data yang telah didapat
mengunakan rumus yang ada.
BAB V: PENUTUP Kesimpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
1. Pengertian Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic)
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends,
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran. Lingkungan pembelajaran, dan pengeloaan kelas. Model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorginasisakan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.18 Allah berfirman dalam surat Al-
Ahzab ayat 21 yang berbunyi :
لقد كان لكم يف رسول الله أسوة حسنة لمن كان يـرجو الله واليـوم االخر وذكر الله را كثيـ
18Agus Suprijono, Op.Cit., hlm. 45
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dari ayat diatas bahwa bahwa pendidikan dilakukan dengan memberi
contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Dengan
teladan merupakan metode pendidikan yang paling berhasil. Hal itu karena
dalam belajar, orang pada umumnya, lebih mudah menangkap yang kongkrit
ketimbang yang abstrak. Seorang guru dalam memilih metode pembelajaran
yang ada disesuaikan dengan materi pembelajaran, situasi dan kondisi,
sehingga dapat memudahkan pendidik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.19
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan
ide. Model pembelajaran adalah bentuk atau tipe kegiatan pembelajaran yang
digunakan untuk menyampaikan bahan ajar guru kepada siswa20. Agar bahan
ajar dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak
ada model pembelajaran yang paling tepat untuk situasi dan kondisi. Oleh
karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, bahan ajar, fasilitas, media yang tersedia, dan
kondisi guru itu sendiri.
19 Rusmaini, Op.Cit., hlm. 161 20 Ibid., hlm. 46
Menurut Herdian, model pembelajaran VAK merupakan suatu model
pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan
memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestetic), dan dapat
diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi
siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan
modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran
yang efektif.21 Seperti hadits diriwayatkan dari Anas dari Nabi saw yang
berbunyi:
يسراوالتـنـفرا،وتطا وعا والختتلفا
“Hendaklah kalian mempermudah dan jangan mempersulit, serta
hendaklah kalian memberi kabar gembira dan jangan membuat orang-
orang lari”. (HR.Bukhori 3038 dan Muslim 1733)
Dari hadits tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pendidikan, hendaknya membuat orang merasa mudah, senang, dan tidak
bosan dalam belajar. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya diperhatikan
oleh pendidik dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam
proses pendidikan.
21 Shomin Aris, Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013 ,(Yogyakarta: Ar ruzz
media, 2014), hlm 226
Model pembelajaran visual, auditory, kinestetic atau VAK adalah
model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar
tersebut untuk menjadikan belajar merasa nyaman. Tiga modalitas
pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Neil Fleming untuk
menunjukan preferensi individu dalam proses belaajrnya, yakni visual,
auditori, dan kinestetik (VAK). Meskipun ketiga modalitas tersebut
hampir semuanya dimiliki oleh setiap orang, tetapi hampir semua mereka
selalu cenderung pada salah satu di antara ketiganya.22 VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia.
Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya
belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Pembelajaran dengan
model ini mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan
menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan
cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar
(Auditory) dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestetic)23. Seperti
dalam hadits dibawah ini:
عن ايب هريـرة قال قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم كافل اليتيم له أولغريه أناو أشار مالك بالسبابة و الوسطى (اخرجه مسلم يف وهو كهاتـني يف اجلنة
22Miftahul Huda,Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, cet. Ke-I (Yogyakarta:Pustaka
Belajar, 2014), hlm.287 23 Ibid., hlm. 226
الزهدوالرقائق)
”Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda : ” Aku akan bersama orang-orang yang menyantuni anak yatim di surga akan seperti ini (Rasulullah menunjukkan dua jari, jari telunjuk dan tengah yang saling menempel)”. (HR. Muslim bin al-Hijaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi)
Hadits ini memang tidak secara eksplisit menerangkan tentang
penggunaan alat peraga dalam metode pengajaran akan tetapi secara implisit
Nabi Muhammad SAW memberikan contoh tentang penggunaan alat peraga
dalam memberikan penjelasan dengan cara menunjukkan kedua jari Beliau
sebagai perumpamaan. Dari hadits ini kita mendapati bahwa dalam
memahami konsep yang abstrak, kita membutuhkan suatu media yang
kongkrit agar pengetahuan menjadi mudah dipahami.
Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas
belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan
realistik. Penyediaan alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan
kebutuhan belajar sesuai dengan tipe belajar siswa. Pembelajaran
menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca indera
siswa untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa dengan cara mendengar,
melihat, meraba dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis. Ada
beragam jenis alat peraga pembelajaran, mulai dari benda aslinya, tiruannya,
yang sederhana sampai yang canggih, diberikan di dalam kelas atau luar
kelas. Bisa juga berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang tiga dimensi
(ruang), animasi atau flash (gerak), video (rekaman atau simulasi).
Model pembelajaran VAK ini menganggap bahwa pembelajaran akan
efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut, dengan perkataan lain
manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih,
mengembangkannya. Pembelajaran VAK adalah strategi pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki
siswa.
Auditory belajar dengan mendengarkan petunjuk lisan, mengingat
dengan menyanyikan kata perkata. Visual belajar dengan melihat dan
mengamati, mengaitkan yang sedang dipalajari dengan sesuatu yang
kelihatan. Kinesthetic mepelajari dengan melibatkan gerakkan anggota tubuh,
apa yang dipelajari diterapkan.24
2. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran VAK
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran VAK (Visualization
Auditory Kinesthetic) yaitu:25
a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk
membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan
24 Alpiyanto, Hypno Heart Teaching, (Bekasi: Tujuh Samudera Alfath, 2011), hlm 126 25 Ibid., hlm. 227
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa,
dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan
siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi
pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan,
melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap
ini biasa disebut eksplorasi.
c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan
menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara
yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu
siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun
keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar
sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.
e. Kekurangan dan Kelemahan Model Pembelajaran VAK
3. Kelebihan dan kekurangan penerapan model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic)
Kelebihan dan kekurangan penerapan model pembelajaran VAK adalah:26
Adapun Kelebihan model pembelajaran VAK
a. Pembelajaran akan lebih efektif karena mengombinasikan ketiga
gaya belajar.
b. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah
dimiliki oleh pribadi masing-msing.
c. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
d. Mampu melibatkan siswa secara maksmal dalam menemukan dan
memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik, seperti demonstrai,
percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
e. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-
rata.
Kekurangan model pembelajaran VAK
a. Tidak banyak orang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar
tersebut. Dengan demikian, orang yang hanya mampu
menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap
materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada
salah satu gaya belajar yang didominasi.
26 Ibid., hlm 228
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah proses perubahan. Perubahan-perubahan itu tidak hanya
perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan
tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga perubahan-perubahan yang
tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan yang
negatif tetapi perubahan yang positif yaitu perubahan yang menuju ke arah
kemajuan atau kearah perbaikan.27
Hadits Riwayat Ibnu Majah
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة (رواه ابن ماجه)
” Belajar dan menuntut ilmu kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits diatas menjelaskan bahwa belajar dan menuntut ilmu itu wajib
hukumnya bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan dan allah juga
menjanjikan kepada umatnya barang siapa yang mencari ilmu akan di
27 Mustaqim, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Reneka cipta, 2010), hlm 62
tinggikan derajatnya seperti terdapat dalam al-quran surat Al-Mujadalah ayat
11 yang berbunyi :28
ياأيهاالذين آمنوا إذا قيل لكم تـفسحوا ىف المجالس فافسحوا يـفسح اهللا لكم ين أوتـوا العلم درجات ين آمنوا منكم والذ وإذا قيل انشزو فانشزو يـرفع اهللا الذ
ر . واهللا مبا تـعملون خبيـ “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila diaktakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Q.S Al-Mujadalah:11)
Allah sangat mencintai orang-orang yang belajar dan mencari ilmu
seperti dijelaskan dalam surat Al-Mujaadalah bahwasanya Allah akan
meninggikan derajat orang-orang yang belajar dan mencari ilmu.
Sedangkan belajar menurut Nana Sudjana ialah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan
yang ditandai dengan adanya perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.29
28 SYGMA, Al-Quran Tajwid dan Terjemahanya, (Jakarta: PT.Sygma Examedia Arkanleema,
2010), hlm. 543 29 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010), hlm 5
Menurut John Dewey, belajar merupakan bagian interaksi manusia
dengan lingkungannya. Bagi John Dewey, pelajar harus dibimbing kearah
pemanfaatan kekuatan untuk melakukan berpikir reflektif. Slameto
merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubshsn tingkahlaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.30
Dari beberapa definisi diatas, pengertian belajar dapat disimpulkan
bahwa belajar sebagai perubahan tingkah laku berdasarkan perubahan yang
berasal dari diri sendiri, adanya stimulus maupun dari proses interaksinya
dengan lingkungan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil (product) menunjuk pada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional 31. Hasil belajar yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.32
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan
30 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Multi Pressindo, 2012),
hlm2 31 Ibid., hlm. 14 32Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,
2013), hlm5
tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau
simbol. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang diamati dan di ukur dalam bentuk perubahan pengetahuan
sikap dan keterampilan.33
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengordinasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karaktersasi). Domain psikomotor meliputi intiatory, pre-
routine, dan reuntinized. Domain psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, social, manajerial dan intelektual. Sementara, menurut
Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan
sikap.34
Nasution menyatakan hasil belajar siswa dirumuskan sebagai tujuan
instruksional umum (TIU) yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik
dan merupakan komponen dari tujuan umum mata kuliah atau bidang studi.
Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
33 Fajri Ismail, Op.Cit., hlm.40 34 Ibid., hlm 38
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Nana Sudjana
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.35 Menurut Arikunto yang dikutip dari buku
mengatakan bahwa “hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar
ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik,
sedang, kurang dan sebagainya.36
2. Macam-macam Hasil Belajar
Menurut Benjamin S.Bloom dan kawan-kawannya ada tiga ranah
(domain) hasil belajar, yaitu:37
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak). Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir
antara lain: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan penilaian. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif
b. Ranah Afektif
Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
35 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 22
36 Ekawama, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Referensi, 2012), hlm 70 37 Fajri Ismail, Op cit., hlm 43
diramalkan perubahanya bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif yang tinggi. Domain afektif mencakup penilaian terhadap
sikap, tingkah laku, minat, emosi, motivasi, kerjasama, koordinasi
dari setiap peserta didik.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menrima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan bertindak individu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
a. Faktor Jasmani dan Rohani Siswa
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari diri
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.38 Ada berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di
sekolah yang garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
faktor internal dan faktor eksternal siswa.
1. Faktor Eksternal
38 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensido Offest, 2004), hlm 39
Faktor ekstrernal yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan non
sosial. 39
1) Faktor Lingkungan Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial adalah:
a) Lingkungan sosial sekolah
Lingkungan ini adalah guru, administrasi dan teman-teman
sekelas yang dapat mempengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku simpatik dan dapat menjadi pendorong bagi siswa
untuk belajar.
b) Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengagguran dan anak terlantar juga dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
c) Lingkungan sosial keluarga
39 Ismail Sukardi, Op.Cit.,hlm. 20-22
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dampak
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
sosial baik itu di sekolah, masyarakat maupun keluarga berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar siswa dan jika ke tiga faktor lingkungan
di atas dapat dikendalikan maka akan berdampak buruk pada anak
tersebut.
2) Faktor lingkungan Non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non social adalah: (28)
a) Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b) Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yag dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya.
c) Faktor materi pelajaran
Faktor ini hendaknya disesuikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi siswa.
a. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari alam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis.40
1) Faktor fisiologis
40 Ibid., hlm. 13
Faktor-faktor fisilogis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan
menjadi dua macam:
a) Keadaan tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Karena keadaan tonus jasmani sangat
memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
b) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan
baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
Proses belajar merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia.
2) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang
yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama mempengaruhi prose belajar adalah
kecerdasaan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a) Kecerdasaan/Intelegensia siswa
Pada umunya kecerdasaan diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan kingkungan melaluo cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasaan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasil adalah yang
mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
c) Minat
Secara sederhana, minat (interest) kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah
istilah yang popular dalam psikologi disebabkan
ketergantungan terhadap berbagai faktor internal lainnya,
seperti pemusatan perhatian keingin tahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat
memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah
gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara
yang relative tetap terhadap objek, orang peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negative.
e) Bakat
Secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan
dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk
belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan
dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang
sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang setiap faktor membawa
pengaruhnya masing-masing terhadap hasil belajar. Adanya pengaruh dari
dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang diminati dan disadarinya. Siswa
harus mengerahkan segala daya upaya untuk menggapainya, di samping itu
kualitas pembelajarannya di sekolah harus lebih diutamakan oleh guru di
sekolah.
C. Hakikat Pembelajaran Al Quran Hadits
1. Landasan Filosofis Pembelajaran Al Quran Hadits
Secara etimologi Al Quran merupakan mashdar (kata benda) dari
kata kerja Qoro’ah yang bermakna tala’ah keduanya berarti membaca atau
bermakna jama’ah (mengumpulkan, mengoleksi). Secara etimologis Al
Quran adalah firman atau wahyu ang berasal dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai
pedoman serta petunjuk sekuruh umat manusia semua masa, bangsa dan
lokasi.
Al Quran adalah firman Allah yang mengandung mukjizat yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw yang termaktub dalam mushaf-
mushaf (lembaran-lembaran yang berjilid) yang disalin dengan jalan
muttawatir membacanya beribadah.41
Secara harfiah hadits berarti, ‘komunikasi’, ‘kisah’ (baik masa
lampau ataupun kontemporer).’ Percakapan” (baik yang bersifat
keagamaan ataupun umum). Bila digunakan sebagai kata sifat, hadits
berarti “baru”. Secara istilah, hadits menurut ulama hadits berarti “segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik yang
berupa ucapan, perbuatan, tarkir (sesuatu yang dibiarkan, dipersilahkan,
disetujui secara diam-diam), sifat-sifat, dan perilaku Nabi SAW”.
Sementara itu menurut para ahli usul fiqh, hadits adalah “segala sesuatu
yang bersumber dari nabi Muhammad SAW baik yang berupa ucapan,
perbuataan, atau takrir yang patut dalil hukum.42
Pembelajaran Al Quran Hadits adalah proses pembelajaran yang
memberikan pendidikan untuk memahmi dan mengamalkan Al Quran
Hadits sehingga mampu membaca dengan menafsirkan atau
menterjemahkan ayat-ayat terpilih serta memahami hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW.
2. Tujuan Pembelajaran Al Quran Hadits
41 Abd. Wadud, Al Quran Hadits, (Jakarta: PT Karya Putra, 2011), hlm 4 42 Sayyid Thanthawi, DKK. Al Quran dan Laitul Qadar, (Jakarta Selatan: Pustaka Azzam,
2001), hlm 12
Adapun tujuan pembelajaran Al Qurn Hadits, sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2
Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab adalah,
a. Meningktkan kecintaan siswa terhadap Al Quran Hadits
b. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al Quran dan
Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan.
c. Meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah, terutama shalat, dengan
menerapakan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat atau ayat
dalam surat-surat pendek yang mereka baca.43
Mata pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan
untuk :
1) Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam mebaca,
menulis, membiasakan, menggemari mebaca Al Quran Hadits.
2) Memberikan pengertian, pemahaman penghayatan isi kandungan ayat-
ayat Al Quran Hadits melalui keteladaan dan pembiasaan.
3) Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman
pada isi kandungan ayat Al Quran Hadits.
43 (Departemen Agama RU. Kurikulum MA G BPP mata pelajaran Al Quran Hadits
(Jakarta:t.p.1998) hal.1
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Al
Quran Hadits adalah proses pembelajaran pada bidang studi Islam yang
merupakan dasar pendidikn agama yang harus ditanamakan sejak dini
kepada peserta didik sehingga diharapkan nantinya dapat menerapakan
nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran Hadits dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al Quran Hadits
Mata pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah
satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis Al Quran Hadits dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat
pendek dalam Al Quran, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari
surat-surat pendek tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.
Tabel 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Al Quran Hadits Kelas III Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1.1 Menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih
1.1 Membaca Surat at-Takasur secara benar dan fasih
4. Materi Al Quran Hadits Kelas III Pelajaran I Surat at-Takasur
Pelajaran 1: 44
Surah At Takasur
Anak-anak, Allah swt menciptakan manusia di bumi dengan keadaan yang
berbeda. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Apabila diberi kekayaan, kita tidak
boleh bermegah-megahan. Kita harus mensyukuri nikmat tersebut. Caranya dengan
bersedekah kepada fakir miskin, kita tidak boleh kikir. Apabila kekurangan, kita tidak
boleh kecewa atau marah kepada Allah swt. Pada pelajaran 1 ini, kita akan belajar
melafalkan surat at-takasur.
Melafalkan Surah At Takasur
Sebelum melafalkan Surah at Takasur, kita akan mengenal lebih
dahulu surah tersebut. Surah at Takasur adalah surat yang ke-102. Surah ini
diturunkan setelah surat al Kausar. Surat at Takasur terdiri atas delapan ayat
dan termasuk surat Makkiyah. Nama at Takasur diambil dari lafal at takasur
yang terdapat pada ayat pertama. At takasur berarti bermegah-megahan.
Perhatikan lafal Surah at-Takasur berikut ini. Kemudian, mari kita
baca secara tartil (perlahan-lahan).
بسم الله الرمحن الرحيم
44Choirul Fata, Cinta Al Quran dan Hadis Kelas III, (Solo: Tiga Serangkai, 2008)
) مث كال سو ۳) كال سو ف تـعلمون (۲) حىت زر مت ا لمقا بر (۱اهلكم التكا ثـر (اعني ٦) لتـرون اجلحيم (٥) كال لوتـعلمون علم اليقني (٤ف تـعلمون ( ) مث لتـرو�
) ( التكاثر)٨) مث لتسئـلن يـومئذ عن ا لنعيم (٧اليقني ( Melafalkan Al Quran tidak boleh tergesa-gesa. Hal itu dapat
mengakibatkan kesalahan. Perhatikan harakat dan panjang pendek bacaan.
Insyallah, pelafalan kita akan baik dan benar.
BAB III
KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang
Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah didirikan pada tahun 1930 oleh Kyai
Ahmad Yahya dan Kyai Abu Bakar Bastari, beserta dibantu oleh beberapa
tenaga guru agama yang lain. Adapun santrinya terdiri dari anak laki-laki dan
perempuan yang berusia 6 tahun ke atas dan semuanya berasal dari Desa
Sungai Pinang (desa atau yang dulu disebut Dusun Sungai Pinang pada waktu
itu masih merupakan satu kesatuan, belum terpecah-pecah daerahnya
termasuk wilayah Marga Pegagan Ilir Suku II, Kewedanaan Ogan Ilir).
Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah pada awal berdiri dipimpin oleh
Kyai. Ahmad Yahya. Dalam proses pembelajaran dilaksanakan oleh 7 orang
guru, dengan siswa berjumlah 31 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki
dan 16 orang perempuan.45
Dasar pendidikan perguruan Assalafiyah Sungai Pinang tersebut 100%
berbasis agama Islam, yang pada waktu itu beraliran salaf. Mata pelajaran
yang diutamakan adalah humum-hukum Islam dan Bahasa Arab, mata
pelajaran lainnya yaitu al-Quran Hadits dan Aqidah Akhlak.
Dari tahun ke tahun guru dan murid silih berganti namun kemajuan
Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah semakin berkembang. Pengurus perguruan
agama Asslafiyah Sungai Pinang tersebut yang terdiri dari beberapa orang
Kyai akhirnya sepakat pada tahun 1930 M (1330 H) membentuk Yayasan
Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Piang Kecamatan Sunga Pinang
Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
Dengan Akte Notaris A Minus Palembang No.14/1979/ terdaftar pada
Pengadilan Negeri Kayu Agung. Pada tahun-tahun selanjutnya Yayasan
Assalafiyah ini semakin berkembang dan maju dan telah dibentuk juga MTs
Assalafiyah, serta kurikulum yang dipakai sekarang menggunakan kurikulum
campuran.
Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah berada dijalan Assalafiyah RT 02 LK
Kelurahan Sungai Pinang Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir,
berada tidak jauh dari pinggir jalan Lintas Timur, karena letak nya yang dekat
45 H. Marzuki Anwar, (ketua Yayasan Assalafiyah), kelurahan Sungai Pinang Ogan Ilir
dengn lintas Timur maka mudah dijangkau baik dengan jalan kaki maupun
dengan kendaraan dan Madrasah tersebut terletak dekat dengan perumahan
warga sehingga ramai dilalui oleh masyarakat setiap hari.
Visi MI Assalafiyah Sungai Pinang Ogan Ilir, yaitu:
1. Meningkatkan kaulitas Madrasah
2. Mewujudkan para siswa-siswi berakhlaqul karimah
3. Meningkatkan ukhuwah Islamiyah
Misi MI Assalafiyah Sungai Pinang Ogan Ilir, adalah:
1. Peningkatan kualitas lulusan melalui peningkatan NEM yaitu dari
rata-rata menajdi 6,00
2. Menumbuhkan aktivitas Full Day Scholl di MI Madrasah
Assalafiyah Sungai Pinang mulai tahun ajaran 2014-2015
3. Peningkatan budaya disiplin bagi warga Madrasah
4. Pengadakan/perbaikan sarana yang dimiliki.46
B. Letak Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang
Madrasah Ibitdaiyah Asslafiyah berada di Jalan Assalafiyah RT.02
LK.II Kelurahan Sungai Pinang Kecamatan Sungai Pinang Kabupaten Ogan
Ilir, berada tidak jauh dari pinggir jalan Lintas Timur, karena letaknya yang
dekat dengan jalan Lintas Timur, maka mudah dijangkau baik dengan jalan
46 Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir
kaki maupun dengan kendaraan dan Madrasah tersebut terletak dekat dengan
perumahan warga, sehingga ramai dilalui oleh masyarakat setiap hari.
Adapun letak geografis MI Assalafiyah Sungai Pinang Ogan Ilir adalah
- Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Komar
- Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah Basri dan Sukardi
- Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah Amalia dan Abu Hasan
- Sebelah Tinur berbatasan dengan jalan Assalafiyah
Dari pertama kali didirikan madrasah ini telah mengalami beberapa
kali perubahan atau pergantian kepala sekolah, untuk lebih jelas dapat dilihat
dari tabel berikut ini:
Tabel 3
Nama-Nama Kepala Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
Sungai Pinang
NO Nama Kepala Madrasah Masa Tugas
1 Ky. Ahmad Yahya 1 Januari 1930 …
2 Ky.H.Abdul Hamid
3 Ky. Usman Umar
4 Ky.M.Toha Jumhur
5 Ky. Abdul Jabbar
6 Ky. Abu Bakar
Sumber data: Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang
C. Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi Madrasah Ibtidaiyah
Asslafiyah Sungai Pinang
Setiap proses pembelajaran diharapkan dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan. Keberhasilan mencapai tujuan tidak lepas dari peran guru. Dengan
demikian kedudukan guru dalam proses belajar mengajar adalah sangat
penting dan menentukan. Guru merupakan pemimpin, motivator, pengajar dan
pendidik. Karena itu guru harus memenuhi persyaratan. Salah satunya lulusan
lembaga pendidikan guru. Dengan demikian pendidikan formal yang tinggi
dan berkepribadian yang baik serta sejalan dengan mata pelajaran yang
7 Ky.M.Yahya Goni
8 Ky.Usman Abu
9 Ky. Syakroni Yahya, BA
10 Ky. Usman Syavaib
11 Ky.M.Toha Yusuf
12 Ky. Ahmad Daen
13 Ky.H.Maisaroh …. s/d Oktober 1981
14 Ky.H.Syafei Haris 1 Oktober 1981 s/d 8 Juli 2005
15 Ky.a.Jalil ZA,A.Md 8 Juli 2005 s/d 23 Juni 2008
16 Lisnayati, A.Ma 23 Juni 2008 s/d ....
17 Padmi Paramita S.Pd, M.Si
diasuhnya, guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
baik, sehinga terjadi perubahan pada siswa , baik secara kognitifa, afektif
maupun psikomotorik.
Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang ikut
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar pada suatu sekolah. Dan
guru merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan siswa dalam
memberikan materi pelajaran. Tanpa guru dalam suatu pendidikan tentu tidak
mungkin tujuan suatu pendidikan akan tercapai dengan baik, tidak terkecuali
di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah, peranan guru sangat menentukan maju
mundurnya perkembangan madrasah tersebut.
Mengenal keadaan guru di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai
Pinang adalah 20 orang, dimana latar belakang pendidikan dan jenis tugasnya
serta pendidikannya dapat dilihat dalam uraian tabel berikut:
Tabel 4
Jumlah Guru di Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang
No Nama L/P Jabatan
1 Padmi Paramita S.Pd. M.Si P Kepala Madrasah
2 Kamalia. HSB P WAKAMAD
3 Rahmat Supli. S.H L Ketua Komite
4 Ani Susanti S.Pd.I P Bendahara APBN/APBD
5 Omi Maria S.Si P Bendahara APBN/APBD
6 Rika Trisnawati, S.Pd P TU
7 Nursilawai, S.Pd.I P Wali Kelas
8 Ani Susanti, S.Pd.I P Wali Kelas
9 Kamalia. Hsb P Wali Kelas
10 Musdalifah, S.Pd.I P Wali Kelas
11 Zakiyah, S.Pd.I P Wali Kelas
12 Ratna Dewi, S.Pd.I P Wali Kelas
13 Nursia, S.Pd.I P Wali Kelas
14 Fauzi Bermawi L Guru
15 Sofan Heryanto L Guru
16 Misdaliayh. S.Ag P Guru
17 Sudirman. S.Pd L Guru
18 Delima. S.Pd.I P Guru
19 Dahliyah. S.Pd,I P Guru
20 Nurmala Dewi. S.Pd.I P Guru
21 Rika Trisnawati. S.Pd.I P Guru
Sumber : Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang
Mengacu pada data tabel di atas dapat diketahui, bahwa guru Madrasah
Ibtidaiyah Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir berjumlah 20 orang. Guru tersebut
dengan tingkat pendidikan yang bervariasi. Jumlah tersebut terpenuhi terutama
guru yang mengajar sesuai dengan jurusannya. Untuk kepentingan kaulitas dan
hasil pembelajaran guru tersebut mutlka mendapatkan pembinaan lebih lanjut.
Berdasarkan PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta
tuntunan UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa diamantkan guru
berkependidikan sarjana (S1). Dengan demikian, kemampuanna dalam mengajar
dapat ditingkatkan dan diperbaiki. Dan guru Madrasah Ibtidaiyah Sungai Pinang
Kabupaten Ogan Ilir terdapat beberapa orang yang melanjutkan pendidikan ke
strata satu.
D. Keadaan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang
Siswa merupakan salah satu komponen pengajaran, yang dalam
realiats edukatif baik dilihat dari jenis kelamin, sosial ekonomi, intelegensi,
minat, semangat dan motivasi dalam belaajr. Keadaan siswa yang demikian
harus mendapatkan perhatian oleh guru dalam menyusun dan melaksanakan
pengajaran, sehinga komponen pembelajaran yang dipergunakan sejalan
dengan keadaan siswa.
Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang ini mempunyai siswa-
siswi yang perlu dididik, adapun siswa-siswi yang ada di madrasah ini pada
tahun pelajaran 2014-2015 sebanyak 123 siswa, dan untuk lebih jelasnya akan
diuraikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 5 Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Palembang
NO Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 I 15 9 24
2 II 24 12 36
3 III 8 4 12
4 IV 4 13 17
5 V 8 6 14
6 VI 10 10 20
Jumlah 69 54 123
Sumber Data: Dokumentasu Madrasah Ibtidaiya Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir
Mengacu pada data tabel di atas dapat dipahami bahwa jumlah siswa
Madrasah Ibtidaiyah Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir adalah 134 orang
Guru tersebut dengan tingkat pendidikan yang bervariasi. Jumlah tersebut
terpenuhi terutama guru yang mengajar sesuai dengan jurusannya. Untuk
kepentingan kualitas dan hasil pembelajaran guru tersebut mutlak
mendapatkan pembinaan lebih lanjut. Berdasarkan PP. No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan serta tuntutan UU No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen bahwa diamanatkan guru berpendidikan sarjana (S1).
Dengan pembinaan, kemampuanya dalam mengajar dapat ditingkatkan dan
diperbaiki. Dan guru Madrasah Ibtidaiyah Sungai Pinang Jabupaten Ogan Ilir
terdapat beberapa orang yang melanjutkan pendidikan ke strata satu.
E. Keadaan Sarana dan Prasarana Mardrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai
Pinang
Saran dan prasarana dalam proses belajar mengajar sangat penting dan
diperlukan. Salah satunya adalah ruang tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar. Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak
leluasa tidak berdesak-desakan dan saling menganggu antara peserta didik
yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Ukuran
ruang kelas sangat bergantung pada berbagai hal antara lain jenis kegiatan dan
jumlah peserta didik. Dengan sarana dan prasarana pengajaran yang baik
maka akan tercipta suasana belajar mengajar yang baik maka akan tercipta
suasana belajar mengajar yang baik, seperti guru mudah menyampaikan
materi pelajaran dan siswa mudah memahami dan menguasainya.
Berbicara mengenai sarana dan prasarana sekolah sebagai penunjang
kegiatan belajar mengajar di suatu lembaga sangat perlu. Keadaan sarana dan
prasarana sangat menentukan kaulitas dan kuantitas suatu sekolah. Fasilitas
belajar siswa seperti papan tulis, meja,kursi, perpustakaan dan lain
sebagainya.
Tabel 6
Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Asslafiyah Sungai Pinang
No Nama Ukuran Jumlah Keterangan
1 Ruang Belajar 36 m2/buah 6 Permanen
2 Ruang Kantor 32 m2 1 Permanen
3 Ruang Kepala Sekolah 4 m2 1 Permanen
4 Ruang Guru 36 m2 1 Permanen
5 WC 2 Permanen
Sumber Data : Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang
Bertitik tolak pada data tabel di atas dapat dipahami bahwa keadaan
sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir
dikategorikan cukup ideal. Hal ini tercermin pada jumlah meja dan kursi
murid dibandingkan dengan jumlah murid, jumlah siswa dengan lokal belajar,
guru dengan jumlah siswa, serta sarana dan prasarna lainnya. Keadaan sarana
dan prasarana yang ideal sangat mendukung bagi keberhasilan proses belajar
mengajar. Sarana dan prasarana yang sudah idela tersebut mutlak selalu
ditingakatkan kuantitas dan kualitasnya sehingga sejalan dengan
perkembangan zaman.
F. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing sekolah berbeda-
beda. Hal ini tergantung dengan kepimipinan kepala sekolah dan kesungguhan
guru dalam melaksanakan tugas. Pelaksanaan proses pembelajaran di
Madrasah Ibtidaiyah Sungai Pinang Kabupaten Ogan Ilir tergolong baik. Hal
ini tercermin pada perencnaan yang disusun gruru sebelum mengaajr,
memguasi materi pelajaran, mengunakan metode dam media ang bervariasi
serta sejalan dengan kondisi siswa dan kelas, memberikan bimbingan terhadap
siswa, bekerja sama dengan orang tua dalam mengatasi permasalahan siswa,
dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan yang bervariasi dalam
mengevalausi tak hanya berdasarkan hasil ujian tertulis, melainkan pula
berdasarkan observasi praktek dan latihan.
Guru yang berupaya menciptakan kondisi pembelajaran yang
menyenangkan membuat siswa bersemangat dab bernotivasi dalam belajar,
sehinga ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa tak hanya
menerima saja, melainkan berusaha bertanya kepada guru bila ada materi
pelajaran yang kurang diengerti, sehinga tercipta proses pembelajaran yang
interaktif. Dan terhadap siswa yang prestasinya rendah, guru memberikan
bimbingan secara individual serta memanggil orang tua/wali siswa dalam
rangka saling tukar informasi. Melalui upaya demikian permasalahaan siswa
dapat ditemukan jalan keluarnya.
G. Prosedur Penelitian
Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
mengunkakn metode Tanya jawab
2) Membuat RPP. Standar kompetensinya adalah kami hijrah
Nabi Muhammad saw ke Taif. 1 . kompetensi Dasar. a)
mengidentifikasi sebab-sebab Nabi Muhammad saw. Hijrah e
Taif. b) menceritakan peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw ke
Taif. c) meneladani kesabaran Nabi Muhammmad saw, dalam
peristiwa hijrah ke Taif. indikatornya mampu mebiasakan
untuk mencari, menyerap, menyamoiakan, dan mengunakan
informasi tentang kota Taif, hijrah dan dakwah Nabi
Muhammad saw ke Taif dan kembali ke makkah. Tujuan
pembelajaran 1) siswa dapat menjelaskan ke Taif, hijrah dan
dakwah Nabi Muhammd saw. Ke kota Taif serta kembali ke
Makka secra mandiri (di depan kelas disaksikan teman-teman
dan guru). 2) siswa dapat menemukan hikmah dari peristiwa
hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Taif
3) Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK
4) Menusun alat evaluasi pembelajaran
b. Pelaksanaan
1) Guru mengajukan pertanyaan tentang hijrah Nabi Muhmmad
saw kepada para siswa
2) Siswa diberikan kesempatan untuk menjawab
3) Guru melemparkan pertanyaan kepada siswa lain
4) Guru melengkapai jawaban siswa
5) Guru memberikan pengutan posririf, berupa memberikan
pujian. Penguatan negative berupa hukuman
6) Guru mengevakuasi jawaban
c. Pengamatan
1) Situasi kegiatan belajar mengajar
2) Keaktifan siswa
3) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
d. Refleksi
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut:
1) Sebagaian besar (75% siswa) berhasil dan mampu menjawab
pertanyaan dari guru
2) Sebagaian besar (70% siswa) menjawab dengan lengkap
pertanyaan yang disampaikan guru
Siklus 2
Siklus 2 pun terdiri dari perencanaa, pelaksanaa, pengamatan dan
refleksi
a. Perencanaan
Peneliti membiat RPP berdasarkan hasil refleksi pada siklus
pertama
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajran dengan mengunkaan metode
Tanya jawab berdasarkan RPP hasil refleksi pada siklus
pertama
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar
dengan mengunakan metode Tanya jawab
d. Refleksi
Peneliti mengunakan refleksi terhadap pelaksanaan siklus
kedua dan menyusun perencanaan untuk siklus ketiga.
Siklus 3
Siklus ketiga meruoakan putaran ketiga dari pembelajaran
dengan mengunakan metode Tanya jawab dengan tahapan yang sama
sepeti pada silus pertama dan kedua
a. Perencanaan
Peneliti membuat RPP berdasarkan hasil reflaksi pada silus
kedua
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode Tanya jawab
hasil refleksi siklsu kedua
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa
dalam proses belajar dengan mengunakan metode Tanya jawab
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanan siklus ketiga
dan menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksaan
pembelajaran dengan mengunkan metode Tanya jawab dalam
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
BAB IV
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIC) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS III PADA MATA PELAJARAN AL QURAN HADITS DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASSALAFIYAH
KELURAHAN SUNGAI PINANG
Pada bab ini merupakan analisis data yang berisikan beberapa masalah
yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Al Qur’an Hadits sebelum dan sesudah diterapkannya model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic).
Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata
Pelajaran Al Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan
Sungai Pinang dilaksanakan praktek langsung dikelas III pada tanggal 10 - 15
Agustus 2015 yang dilaksanakan selama 5 kali pertemuan dengan materi
Melafalkan Surah at-Takasur. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan
model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) pertemuan
pertama memberikan soal pre test berupa 10 soal pilihan ganda dan
mengamati kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Selanjutnya
pertemuan kedua sampai pertemuan keempat penerapan model pembelajaran
VAK (Visualization Auditory Kinestetic) materi tentang melafalkan Surat at-
Takasur sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran guru. Pertemuan
kelima dilakukan Post tes dengan soal yang sama pada soal pre test untuk
mengetahui hasil belajar setelah diterapkannya model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
seluruh siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai
Pinang yang berjumlah 12 orang terdiri dari 8 Laki-laki dan 4 Perempuan.
A. Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
Untuk memperoleh data mengenai penerapan model pembelajaran
VAK (Visualization Auditory Kinesteic) pada mata pelajaran Al Quran Hadits
kelas III Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang peneliti
melakukan observasi dengan cara melihat guru (peneliti) mata pelajaran
secara rinci pengunaan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic).
Adapun cara yang dilakukan peneliti ketika menerapkan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) terhadap siswa yang
berjumlah 12 orang adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
1) Guru mempersiapkan RPP
2) Guru menyusun soal pre-test dan post-test dalam bentuk 10 item
soal pilihan ganda.
b. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap ini peneliti menyusun langkah-langkah dalam
pelaksanaan penelitian di kelas III Assalafiyah Sungai Pinang sebagai
berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pembelajaran
2) Dilanjutkan dengan pemberian soal pre-test materi surat at-takasur
3) Guru menjelaskan pelajaran tentang membaca surat at-takasur
dengan mengunakan model pembelajaran VAK (Visualization
Auditory Kinestetic)
4) Pemberian soal post-test
B. Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah Kelurahan Sungai Pinang
1. Analisis data siswa sebelum menerapkan Model Pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits di Madrasah
Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan mengunakan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam proses
pembelajaran Al quran hadits di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
kelurahan sungai pinang. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut
diajukan 10 soal pertanyaan pilihan ganda kepada 12 siswa dalam penelitian
ini. Masing-masing pertanyaan diberikan empat pilihan jawaban dengan.
Hasil jawaban siswa akan direkapitulasi dan dianalisis dengan statistik
sebagai berikut.
Tabel 7 Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkannya model pembelajaran
VAK(Visualization Auditory Kinestetic) pada mata pelajran Al Quran
Hadits di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
Kelurahan Sungai Pinang.
NO Nama Siswa Skor Hasil Belajar
Pre-Test (X)
1 Aulia Salsabila 40
2 Bagus Dwiky Juliarta 70
3 Dea Putri Azzahra 50
4 Erik Aidil Pratama 30
5 M. Rafli Al-Ghifari 40
6 M. Fauzan 60
7 M. Sobirin 60
8 M. Tri Sutrisno 60
9 Naila Salsabila 70
10 Silfia Amanda 60
11 Julian Safitra 40
12 Aldi Kahilas 60
N=12 ∑ X = 640
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh skor mentah hasil belajar
siswa sebelum diterapkan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic) pada mata pelajaran Al Quran Hadits di kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang sebagaimana disajikan
sebagai berikut:
40 70 50 30 40 60
60 60 70 60 40 60
Setelah didapat data hasil belajar siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah
Kelurahan Sungai Pinang maka dilakukan penganalisis data pertama urutan
data dari terendah sampai terbesar.
30 40 40 40 50 60
60 60 60 60 70 70
Tabel 8
Distribusi Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinetetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
NO X F Fx X
(X-MX) X2 Fx2
1 70 2 140 16,67 277,8889 555,7778
1) Mencari nilai rata-rata
MX = ∑FX
N
MX = 64012
MX = 53,33
2) Mencari SD1
SD1 = �∑fx 2
N
SD1 = √1127445 ,5779
12
SD1 = �93,95
SD1 = 9,69
3) Setelah diketahui skor rata-rata mengenai hasil belajar sebelum
diterapkannya model pembelajaran VAK (Visualization Auditory
2 60 5 300 6,67 44,4889 222,4445
3 50 1 50 -3,33 11,0889 11,0889
4 40 3 120 -13,33 177,6889 533,0667
5 30 1 30 -23,33 544,2889 544,2889
Total N= 12 ∑fx = 640 ------ ------ ∑fx2= 1127445,5779
Kinestetic) maka selanjutnya mengelompokan hasil belajar
kedalam tiga kelompok yang tinggi, sedang dan rendah (TSR)
M + 1 SD Tinggi
Antara M- 1 SD sampai M+ 1 SD Sedang
M 1 SD Rendah
Dengan rumus di atas maka dapat ditentukan sebagai berikut:
Tinggi (T) = M + 1 SD
= 53,33 + 9,69
= 63,02
Sedang (S) = M - 1 SD sampai M + 1 SD
= 43,6 sampai 63,02
Nilai dibawah 43,6 artinya dimulai dari 43,5 sampai 63,01 kategori
sedang
Rendah (R) = M - 1 SD
= 53,33 – 9,69
= 43,6
Berdasarkan kategori skor tinggi, sedang dan rendah (TSR) yang telah
dijelaskan di atas maka langkah selanjutnya adalah memasukkan kedalam
rumus persentase, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:
Tabel 9
Presentasi Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
NO Hasil Belajar Al Quran Hadits Nilai Frekuensi Persentase 1 Tinggi 63 ke atas 2 2 x 100/12 = 16,67% 2 Sedang 44 – 63 6 6 x 100/12 = 50% 3 Rendah 43
kebawah 4 4 x 100/12 = 33,33%
Jumlah - N = 12 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum
diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) yang
tergolong tinggi sebanyak 2 orang siswa (16,67%), tergolong sedang sebanyak 6
orang siswa (50%) dan yang tergolong rendah sebanyak 4 orang siswa (33,33%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas III pada mata
pelajaran Al Quran Hadits sebelum diterapkannya model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) adalah dalam kategori sedang. Hal ini terbukti
dengan sebanyak 6 orang mendapat skor dengan klasifikasi sedang.
Tabel 10
Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkannya model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) pada mata pelajran Al Quran Hadits di
kelas III Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah
Kelurahan Sungai Pinang.
NO Nama Siswa Skor Hasil Belajar
Post-Test (Y)
1 Aulia Salsabila 80
2 Bagus Dwiky Juliarta 90
3 Dea Putri Azzahra 90
4 Erik Aidil Pratama 60
5 M. Rafli Al-Ghifari 60
6 M. Fauzan 80
7 M. Sobirin 90
8 M. Tri Sutrisno 70
9 Naila Salsabila 90
10 Silfia Amanda 90
11 Julian Safitra 70
12 Aldi Kahilas 70
N=12 ∑ X = 940
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh skor mentah hasil belajar siswa
sesudah diterapkannya model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
pada mata pelajaran Al Quran Hadits di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Kelurahan
Sungai Pinang sebagaimana disajikan sebagai berikut:
80 90 90 60 60 80
90 70 90 90 70 70
Setelah didapat data hasil belajar siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah
Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang maka dilakukan penganalisis data pertama
urutan data dari terendah sebagai berikut:
60 60 70 70 70 80
80 90 90 90 90 90
Tabel 11
Distribusi Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinetetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiya
NO Y F Fy X
(Y-MY) y2 Fy2
1 90 5 450 11,7 136,89 684,45
2 80 2 160 1,7 2,89 5,78
3 70 3 210 -8,3 68,89 206,67
4 60 2 120 -18,3 334,89 669,78
Total N= 12 ∑fy = 940 ------ ------ ∑fy2= 1566,68
1) Mencari nilai rata-rata
MY = ∑FX
N
MY = 94012
MY = 78,3
2) Mencari SD1
SD1 = �∑fx 2
N
SD1 = √1566 ,68
12
SD1 = �130,5
SD1 = 11,42
3) Setelah diketahui skor rata-rata mengenai hasil belajar sebelum diterpakannya
model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) maka
selanjutnya mengelompokan hasil belajar kedalam tiga kelompok yang tinggi,
sedang dan rendah (TSR)
M + 1 SD Tinggi
Antara M- 1 SD sampai M+ 1 SD Sedang
M 1 SD Rendah
Dengan rumus di atas maka dapat ditentukan sebagai berikut:
Tinggi (T) = M + 1 SD
= 78,3 + 11,42
= 89,7
Sedang (S) = M – 1 SD sampai M + 1 SD
= 66,8 sampai 89,7
Nilai dibawah 66,8 artinya dimulai dari 66,7 sampai 89,6 kategori sedang
Rendah (R) = M- 1 SD
= 78,3 – 11,42
= 66,8
Berdasarkan kategori skor tinggi, sedang dan rendah (TSR) yang telah
dijelaskan di atas langkah selanjutnya adalah memasukkan kedalam rumus
persentase, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:
Tabel 12 Presentasi Hasil Belajar Siswa Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran
VAK (Visualization Auditory Kinestetic) di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah NO Hasil Belajar Al Quran Hadits Nilai Frekuensi Persentase 1 Tinggi 90 keatas 5 5 x 100/12 = 41,67% 2 Sedang 67-89 5 5 x 100/12 = 41,67% 3 Rendah 66 kebawah 2 2 x 100/12 = 16,66%
Jumlah N = 12 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) yang
tergolong tinggi (baik) sebanyak 5 orang siswa (41,67%), tergolong sedang
sebanyak 5 orang siswa (41,67%) dan yang tergolong rendah sebanyak 2 orang
siswa (16,66%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
kelas III pada mata pelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) adalah
kategori tinggi dan sedang terbukti dengan sebanyak 5 orang mendapatkan skor
tinggi dan 5 orang mendapatkan skor sedang.
C. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Al Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang.
Untuk membuktikan apakah dengan penerapan menggunakan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Al Quran Hadits di
Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Sungai Pinang melalui materi membaca
surat at-takasur dapat meningkat? Untuk membuktikan hal tersebut maka
peneliti mengadakan perhitungan melalui tes “t” atau yang lebih dikenal
dengan Uji t untuk dua sampel kecil yang saling berhubungan.
Untuk mengunakan rumus tersebut harus melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. ∑D = Jumlah beda/selisih antara skor variabel I dan skor variabel II dan D
dapat diperoleh dengan rumus:
D = X-Y
2. MD = Mean Of Diference nilai rata-rata hitung dari beda/selisih antara
skor variabel I dan skor variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:
MD = ∑DN
3. Mengkuadratkan D, sehingga diperoleh ∑D2.
4. SDD = Devisiasi standar dari perbedaan antara skor variabel I dan skor
variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:
SDD = �∑D2
N − �∑DN � P
2
5. Mencari standar eror dari mean of difference, yaitu dapat diperoleh
dengan rumus:
SEMD = SD D
√N−I
6. Data yang telah didapat dikumpulkan dan direkapitulasi selanjutnya
dianalisis dengan mengunakan rumus statistik sebagai berikut:
to = MD
SE M D
7. Memberikan interestasi terhadap to dengan malekukan perbandingan
antara to dengan tt dengan patokan sebagai berikut:
a) Jika to lebih besar atau sama dengan tt maka hipotesa nihil ditolak
sebaliknya hipotesa alternatif diterima dan disetujui. Berarti antara
kedua variabel yang sedang kita selidiki perbedaanya, sama signifikan
memang terdapat perbedaan.
b) Jika to lebih kecil dari tt maka hipotesis nihil diterima atau disetujui
sebaliknya hipotses alternatif ditolak berarti perbedaan antara variabel
I dan variabel II itu bukanlah perbedaan yang berarti atau bukan
perbedaan yang signifikan.
8. Menarik kesimpulan hasil penelitian.
Dari jumlah 12 orang siswa yang termasuk dalam kelas III Madrasah
IIbtidaiyah yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Telah berhasil
dihimpun data berupa skor hasil belajar mereka pada pre-test (sebelum
diterapkan model pembelajaran VAK ) dan post-test (sesudah diterapkan
model pembelajaran VAK) sebagaimana tabel berikut ini:
NO Nama Siswa Skor Hasil Belajar D D2
Pre-test (X)
Post-test (Y)
(X-Y) (X-Y)2
1 Aulia Salsabila 40 80 -40 1600
2 Bagus Dwiky Juliarta 70 90 -20 400
3 Dea Putri Azzahra 50 90 -40 1600
4 Erik Aidil Pratama 30 60 -30 900
5 M. Rafli Al-Ghifari 40 60 -20 400
6 M. Fauzan 60 80 -20 400
7 M. Sobirin 60 90 -30 900
8 M. Tri Sutrisno 60 70 -10 100
9 Naila Salsabila 70 90 -20 400
10 Silfia Amanda 60 90 -30 900
11 Julian Safitra 40 70 -30 900
12 Aldi Kahilas 60 70 -10 100
N = 12 ∑X= 640 ∑Y= 940 ∑D= -280 ∑D2=7400
Dari tabel diatas diperoleh ∑D = -280 dan ∑D2=7400 maka dapat
diketahui besarnya deviasi standar perbedaan nilai antara variabel X dan
variabel Y maka:
SDD = �∑D2
N − �∑DN � P
2
SDD = �740012 − �−280
12 � P
2
SDD = �616,767− (−23,33) 2
SDD =�616,767− 544,288
SDD = �72,479
SDD = 8,513
Dengan diperoleh SDD sebesar 8,513, lebih lanjut dapat
diperhitungkan Standar Eror dari Mean perbedaan nilai antara variabel X dan
Y sebagai berikut:
SEMD = SD D√N−I
SEMD = 8,513√12−1
SEMD = 8,513√11
SEMD = 8,5133,31
SEMD = 2,571
Selanjutnya mencari harga to dengan menghitung mean terlebih
dahulu
MD = ∑DN
MD = ∑−28012
MD = -23,33
Maka, di dapat harga to sebagai berikut:
to = MDSE𝑀𝑀𝑀𝑀
to = −23,332,571
to = -9,074
Langkah berikutnya, memberikan interprsetasi terhadap to:
Df = N – 1 = 12 - 1 = 11
Dengan df sebesar 11 kemudian dikonsultasikan dengan tabel “t” baik
pada taraf 5% maupun pada taraf signifikan 1% maka didapat:
Pada taraf signifikansi 5% = 2,20
Pada taraf signifikansi 1% = 3,11
Dengan demikian to, lebih besar dari pada tt, yaitu:
2,20 < 9,074 >3,11
Karena to telah kita peroleh sebesar 9,074, sedangkan tt = 2,20 dan
3,11 maka to lebih besar daripada tt baik pada taraf signifikansi 5% maupun
pada taraf signifikansi 1%. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan didepan
ditolak, ini berarti dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikansi
antara nilai hasil sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran
tersebut.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah hasil uji coba tersebut di atas,
secara menyakinkan dapat dikatakan bahwa model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) telah menunjukan hasil, pegunaan model
pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic) dapat meningkatkan
hasil belajar dalam artian model pembelajaran ini bisa digunakan dalam
pembelajaran Al Quran Hadits.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil data penelitian yang telah dijlelaskan pada BAB terdahulu
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran VAK (Visualization Auditory Kinestetic)
yang dilaksanakan dikelas III Madrasah Ibtidaiyah Assalafiyah Kelurahan
Sungai Pinang dengn jumlah siswa 12 orang terdiri dari 8 laki-laki dan 4
perempuan. Dalam menerapkan model pembelajaran VAK (Visualization
Auditory Kinestetic) dalam pelaksanaanya dalam kategori baik.
2. Hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran VAK
(Visualization Auditory Kinestetic) mengalami peningkatkan.yaitu hasil
belajar siswa dalam kategori tergolong tinggi mengalami peningkatan dari
sebelumnya sebanyak 2 siswa setelah diterapkan model pembelajaran
VAK (Visualization Auditory Kinestetic) menjadi 5 orang siswa.
3. Hipotesis nihil yang di ajukan ditolak. Dengan membandingkan besarnya
“t” yang kita peroleh dalam perhitungan (to = 9,074) dan besarnya “t”
yang tercantum pada ttabel 5% = 2,20 dan ttabel 1% = 3,11 maka dapat
diketahui bahwa to lebih besar dari tt yaitu 2,20 < 9,074 >3,11. Ini berarti
terdapat perbedaan yang siginifikan antara sebelum dan sesudah di
terapkannya model pembelajaran VAK (Visualization Auditory
Kinestetic). Dengan demikian terbukti adanya perbedaan yang signifikan
antara model pembelajaran VAK (Visulazation Auditory Kinestetic)
dengan hasil belajar siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Kelurahan Sungai
Pinang. Dengan demikian model pembelajaran VAK (Visualiziation
Auditory Kinestetic) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang
diandalkan untuk mengajarkan mata pelajaran Al Quran Hadits.
B. Saran
1. Pengunaan model pembelajaran VAK (Visualiziation Auditory Kinestetic)
dalam proses pembelajaran seorang guru hendaknya kreatif mengunakan
model tersebut dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
termotivasi untuk mengikuti pembelajran.
2. Dalam pengunaan model pembelajaran guru juga harus memperhatikan
kondisi peserta didik dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan.
Pengunaan model VAK ini dapat dijadikan sebagai model pembelajran
yang baik.
3. Kepada peserta didik di MI Assalafiyah Kelurahan Sungai Pinang
diharapkan dapat selalu berperan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran agar terjadinya interaksi guru dengan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alpiyanto. 2011. Hypno Heart Teaching. Bekasi: Tujuh Samudera Alfath.
Aris,Shomin. 2013. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar ruzz media.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2013.Strategi Belajar Mengajajar karta: Rineka Cipta.
Ekawama. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi.
Fata,Choirul Fata. 2008. Cinta Al Quran dan Hadis Kelas III. Solo: Tiga Serangkai. Harto, Kasinyo. Active Learning Dalam Pembelajaran Agama Islam, Palembang:
Excellent Publishing.
Huda,Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, cet. Ke-I. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Ismail, 2014, Evaluasi Pendidikan, Palembang: Tunas Gemilang.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Pressindo.
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras.
Mudjiono dan Dimayanti. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustaqim. 2010. Psikologi pendidikan. Jakarta: Reneka cipta.
Rusmaini, 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Sudijono, Anas. 2012. Penganar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2010. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido Offest.
Sudjana, Nana. 2012 Penelitian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, Fajr. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana. SYGMA, Al-Quran Tajwid dan Terjemahanya. Jakarta: PT.Sygma Examedia
Arkanleema.
Thanthawi, Sayyid . 2001. DKK. Al Quran dan Laitul Qadar. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam.
Wadu, Abdd. 2011. Al Quran Hadits. Jakarta: PT Karya Putra.
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Cet. IV.Jakarta: Gaung Persada Press.