Post on 13-Mar-2019
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki persaingan global yang semakin ketat, setiap perusahaan atau
organisasi harus bisa merebut pangsa pasar agar dapat mempertahankan
kelangsungan perusahaan dan memperbesar perkembangan perusahaan atau
organisasi tersebut. Salah satu dampak dari perkembangan global tersebut adalah
perkembangan teknologi yang semakin pesat. Setiap perusahaan atau organisasi
harus dapat memanfaatkan dan menggunakan kemajuan teknologi tersebut dengan
tepat, karena perkembangan teknologi dapat mempermudah sebagian besar
aktivitas dari perusahaan atau badan organisasi tersebut. Selain itu kemajuan
teknologi juga dapat mempermudah akses untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau organisasi.
Perkembangan teknologi yang pesat juga mempunyai dampak positif dan
negatif bagi perusahaan atau organisasi yang menggunakannya. Salah satu
dampak positif bagi perusahaan yang menggunakannya adalah informasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan dapat diakses dengan cepat, mudah dan praktis.
Selaian itu, sarana komunikasi yang semakin canggih karena didorong oleh
kemajuan teknologi dapat mempermudah interaksi dan koordinasi pada setiap
bidang perusahaan tanpa harus bertatap muka secara langsung. Namun disamping
dampak positif, perkembangan teknologi juga membawa dampak negatif bagi
perusahaan atara lain, maraknya penyadatan informasi melalui jaringan internet
atau yang sering disebut dengan istilah haicker merupakan salah satu bentuk dari
dampak negatif kemajuan teknologi, karena informasi yang bocor tersebut dapat
merugiakan perusahaan. Selain itu, dampak dari kemajuan teknologi adalah
pergeseran faktor biaya yang semula didominasi oleh biaya tenaga keraja kini
telah bergeser menjadi biaya overhead. Dampak tersebut terjadi pada perusahaan
yang lebih banyak menggunakan teknologi yang canggih dibanding dengan tenaga
kerja manusia yang dianggap kurang efisian.
Berhasil dan tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemamapuan
manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan
datang, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam hal ini ukuran yang
2
dipakai perusahaan dalam mencapai keberhasilannya dapat dilihat dari laba yang
diperoleh. Salah satu cara untuk mengoptimalkan laba perusahaan adalah dengan
melakukan penekanan pada biaya atau pengendalian biaya yang efektif dan
efisien.
Akuntansi merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk memberi
informasi tentang kejadian-kejadian keuangan selama satu periode waktu,
sehingga manajemen dapat mengetahui, mengendalikan, dan mengawasi jalannya
kegiatan perusahaan, serta dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil
keputusan atau kebijaksanaan perusahaan.
Dalam menghitung harga pokok penjualan, banyak perusahaan yang
masih menggunakan metode konvensional. Penggunaan metode konvensional ini
dianggap kurang mencerminkan aktivitas perusahaan yang spesifik dan
perhitungan harga pokok penjualan yang dihasilkan dapat membuat informasi
biaya yang terdistorsi (kesalahan perhitungan biaya) karena alokasi biaya
overhead kepada produk barang atau jasa tidak menggunakan hubungan sebab
akibab antara biaya yang dihasilkan karena suatu aktivitas dengan input yang
dihasilkan.
Kelemahan yang ditimbulkan pada sistem perhitungan harga pokok
konvensional di atas, menimbulkan pemikiran untuk mengurangi kelemahan yang
timbul karena perhitungan dengan sistem akuntansi konvensional. Salah satu cara
untuk mengurangi kelemahan sitem tersebut adalah dengan menerapkan Activity-
Based Costing System atau yang lebih dikenal dengan ABC System sebagai
alternatif penentu harga pokok produk.
ABC System kebanyakan masih dipakai oleh perusahaan manufaktur,
perusahaan dagang dan perusahaan jasa masih jarang menggunakan system ini.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapa yang di utarakan Mulyadi dan Johny (2001:
683) bahwa “Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) sekarang dapat
menggunakan ABC System sebagai system akuntansi biaya, baik untuk tujuan
pengukuran biaya (cost reduction) maupun untuk tujuan perhitungan object cost
yang akurat”
3
Rumah sakit umum adalah sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam
bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk dari rumah sakit
adalah PKU (Pembina Kesejahteraan Umat). Dalam praktiknya rumah sakit harus
bisa berjalan dengan efektif dan efisien, karena di samping harus bisa menutup
semua biaya operasional sehari-hari, rumah sakit harus bisa mempertahankan
fungsi sosialnya. Oleh karena itu rumah sakit perlu adanya pengendalian dan
penekanan biaya operasional, agar dapat berlangsung terus menerus.
Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali adalah salah satu rumah sakit
swasta yang berda di Kabupaten Boyolali. Rumah sakit ini termasuk dalam rumah
sakit yang masih baru. Namun walupun demikian rumah sakit ini telah
berkembang pesat. Hal ini bias diliat dari jumlah pasien yang semakin meningkat.
Bahkan tidak jarang pihak rumah sakit kesulitan untuk menampung pasien yang
melakukan pengobatan rawat inap.
Besarnya kepercayaan masyarakat terhadap PKU Aisyiyah Boyolali
membuat pengelola untuk melakukan perbaikan dalam berbagai hal. Baik itu
denga menambah jumlah kamar rawat inap maupun melengkapi fasilitas yang
menambah keyakinan dan kepercayaan masyarakat terhadap PKU Aisyiyah
Boyolali. Salah satu alasan pihak rumah sakit menambah unit kamar rawat inap
karena, salah satu sektor pendapatan terbesar berasal dari rawat inap. Rumah
Sakit PKU Aisyiyah Boyolali masih menggunaka sistem akuntansi biaya
konvensional dalam mencatat transaksi yang berhubungan dengan rumah sakit.
Pihak rumah sakit belum pernah melakukan perubahan perhitungan semenjak
rumah sakit didirikan.
Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali menetapkan biaya pelayanan
publik kamar rawat inap berdasarkan dari perbandinga harga yang berlaku pada
rumah sakit swasta yang berada di Boyolali dan rumah sakit swasta yang berda di
kawasan Surakarta. Dengan berdasarkan perbandingan tersebut rumah sakit telah
menetakkan harga pelayanan publik rawat inap sama dengan harga pelayanan
dirumah sakit swasta di Boyolali dan dibawah harga pelayanan publik rumah sakit
di daerah Surakarta.
4
Dengan memperhatikan pertimbangan di atas penulis sangat tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerapan activit-based cost untuk
menghitung biaya rawat inap pada PKU Aisyiyah Boyolali. Maka dari penelitian
ini penulis mengambil judul : “PENERAPAN ACTIVITY-BASED COST
SYSTEM UNTUK MENGHITUNG BIAYA RAWAT INAP DI PKU
AISYIYAH BOYOLALI TAHUN 2008”
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang
muncul di Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Dengan berdirinya banyak sekali rumah sakit baik milik negri maupun swasta,
membuat persaingan semakin ketat sehingga PKU Aisyiyah Boyolali harus
dapat meningkatkan mutu pelayanannya terhadap para konsumen.
2. PKU Aisyiyah Boyolali harus dapat meningkatkan atau mengikuti
perkembangan kemajuan teknologi yang dapat menunjang aktivitas di rumah
sakit, agar dapat bersaing dengan rumah sakit yang lain.
3. PKU Aisyiyah Boyolali harus mempunyai metode yang efektif dan efisien
untuk menghitung biaya operasional tanpa harus mengurangi mutu pelayanan
terhadap pasiennya.
4. Penetapan metode dengan sistem akuntansi konvensional untuk menghitung
biaya rawat inap membuat hasil perhitungan biaya yang terdistorsi, maka
penentuan biaya rawat inap dapat diganti dengan Activity-Based Costing
System. Namun pihak PKU Aisyiyah Boyolali belum menggunakan ABC
system melainkan masih menggunakan sistem akuntansi konvensional.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan supaya peneliti lebih fokus,
maka peneliti membatasi penelitian ini pada identifikasi masalah nomor 4 yaitu:
Penetapan metode dengan sistem akuntansi konvensional untuk menghitung biaya
rawat inap membuat hasil perhitungan biaya yang terdistorsi, maka penentuan
5
biaya rawat inap dapat diganti dengan Activity-Based Costing System. Namun
pihak PKU Aisyiyah Boyolali belum menggunakan ABC system melainkan masih
menggunakan sistem akuntansi konvensional.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Activity-based cost system dapat menetapkan perhitungan biaya rawat
inap lebih akurat dibanding dengan sistem yang selama ini digunakan pada
PKU Aisyiyah Boyolali?
2. Apakah terdapat selisih harga, perhitungan biaya rawat inap dengan Activity-
based cost system dan sistim perhitungan yang digunakan oleh PKU Aisyiyah
Boyolali selama ini?
E. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah Activity-based cost system dapat menetapkan
perhitungan biaya rawat inap lebih akurat dibanding dengan sistem yang
selama ini digunakan pada PKU Aisyiyah Boyolali.
2. Untuk mengetahui Apakah terdapat selisih harga, perhitungan biaya rawat
inap dengan Activity-based cost system dan sistem perhitungan yang
digunakan oleh PKU Aisyiyah Boyolali selama ini
.
F. Manfaat Teoritis
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
pada perkembangan dunia pendidikan kususnya akuntansi.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi lembaga:
Memberikan masukan sebagai dasar pertimbangan PKU Aisyiyah Boyolali
untuk menyempurnakan untuk menghitung biaya rawat inap pada PKU
Aisyiyah Boyolali dengan penerapan activity-based cost.
6
2. Bagi Penulis:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah wawasan dan
masukan untuk menghitung biaya pada PKU Aisyiyah Boyolali.
3. Bagi Peneliti:
Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian
ini.
7
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Usaha Rumah Sakit
Seirama dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, membuat
pertumbuhan perkembangan rumah sakit di Indonesia semakin maju dan pesat.
Perkembangan pada rumah sakit bukan berarti hanya terdapat pada gedung atau
bangunan saja, melainkan perkembangan yang pesat pada sistem pelayanan baik
dari sistem medis maupun pelayanan non medis. Hal ini juga dipicu dengan
kemajuan teknologi yang berimbas pada banyaknya teknologi canggih yang
digunakan oleh pihak rumah sakit untuk menunjang pelayanan yang maksimal
dan efektifitas kinerja.
Sistem akuntansi yang digunakan oleh pihak pengelola rumah sakit adalah
salah satu penunjang kelangsungan hidup rumah sakit tersebut. Karena apa bila
kesalahan dalam menggunakan sistem akuntansi dapat membuat kerugian pada
rumah sakit. Oleh karena itu perlu suatu metode kusus yang digunakan untuk
mengelola rumah sakit.
Salah satu hal yang perlu diperhatiakan dalam rumah sakit adalah metode
untuk penetapan tariff kamar pada unit rawat inap. Beberapa metode penerapan
tarif kamar yang digunakan oleh rumah sakit, sebagai berikut:
a. Full Costing Princing Method
Dasar penetapan tarif kamar pada unit rawat inap dengan
menggunakan metode ini adalah dengan menghitung biaya satuan ditambah
dengan keuntungan. Dalam metode ini dijelaskan bahwa analisis biaya mutlak
dilakukan.walaupun terlihat sederhana, namun metode ini mendapat kritikan
karena:
1) Sering mengabaikan faktor demand,dengan berbasis pada biaya satuan
maka asumsinya tidak ada pesaing. Dengan asumsi seperti ini pasien
seakan-akan dipaksa untuk menerima jalur produksi yang menimbulkan
8
biaya,walaupun tidak efisien.dengan demikian metode ini mengabaikan
faktor kompetisi.
2) metode ini sangat memerlukan perhitungan biaya yang tepat dan harus rinci
sehingga memerlukan waktu yang relatif lama.
b. Contrac and Cost-Plus Method
Tarif kamar pada unit rawat inap ada juga yang menggunakan sistem
kontrak, seperti pada perusahaan asuransi kesehatan, ataupun konsumen yang
tergabung pada suatu organisasi. Dalam kontrak tersebut perhitungan tarif
juga berdasar pada biaya satuan tambahan surplus sebagai keuntungan bagi
rumah sakit.
c. Target Rate Of Retrun Princing Method
Metode ini merupakan modifikasi dari full costing princing method.
Walaupun metode ini juga mendapat kritikan, namun pada metode ini faktor
demand telah diperhitungkan. Kelemahan dari metode ini, metode target rate
of retrun princing method hanya dapat digunakan pada rumah sakit yang
dapat memenuhi persaratan penggunaan metode ini. Sarat dari metode ini
adalah:
1) Rumah sakit dapat menentukan sendiri tariff tanpa harus menunggu
persetujuan dari pihak lain.
2) rumah sakit harus dapat memikirkan sendiri besar pemasukan yang
diinginkan.
3) rumah sakit harus mempunyai rencana jangka panjang terhadap
perkembangan kegiatannya.
d. Aceeptance Princing Method
Metode ini hanya dapat dipakai jika pada pasr hanya terdapat satu
rumah sakit yang dijadikan panutan untuk menentukan tarif, sehingga rumah
sakit yang lain mengikuti penetapan tarif pada rumah sakit yang dianggap
sebagai panutan. Keadaan ini juga terjadi bila dipasar semua rumah sakit tidak
mau melakukan perang tarif, walaupun tidak ada komunikasi secara formal
namun terdapat pengertiam antar rumah sakit
e. Competitive Princing Method
9
Pada kondisi yang kompetitif rumah sakit saling mengintai dan
dalam menggunakan metode penetapan tarif kamar perlu memperhiyungkan
analisi demand dan faktor persaingan.dengan demikian ada penyesuaian biaya
dengan tarif. Ada batasan pada metode ini, yaitu penetapan tarifdiatas
persaingan dan penetapan tarif dibawah persaingan.
2. Sistem Akuntansi Biaya Konvensional
a. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Konvensional
Sistem akuntansi konvesional dirancang dalam suatu era dimana
tenaga kerja langsung dan bahan baku menjadi faktor utama, teknologi dalam
keadaan stabil, kegiatan factory overhead mendukung proses produksi dan
hanya jenis produksi yang terbatas.sehingga dapat dikatakan baha sistem
akuntansi konvesional unit-unit produk dibebani biaya-biaya yang berasal dari
biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung, factory overhead baik variable
maupun tetap.
Sistem akuntansi konvensional mengasumsikan bahwa produk dan
volume produksi yang berhubungan dengan produk merupakan penyabab
timbulnya biaya. Oleh karena itu, akauntansi konvensional membuat produk
individual menjadi fokus dari sistem biaya, dan biaya-biaya diklasifikasikan
menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Sistem akuntansi biaya
konvensional menggunakan pengukuran volume produksi seperti unit
produksi, jam kerja langsung, jam kerja mesin atau biaya bahan baku
langsung seperti dasar alokasi biaya overhead pabrik ke produk.
Sistem akuntansi konvensional menyajikan biaya produksi yang
cukup akurat bila aktivitas yang tidak langsung dikonsumsi sesuai dengan jam
kerja mesin.tetapi biaya produk menjadi tidak akurat bila overhead activities
yang tidak berhubungan dengan volume produksi meningkat kepentingannya.
Aktivitas perusahaan seperti perencanaan, riset, dan development yang tidak
berhubungan dengan volume produksi dalam basis volume yang berhubungan
dengan produksi, akuntansi biaya konvesional menyediakan sedikit informasi
10
mengenai hubungan antara aktivitas operasi yang menyebabkan biaya dengan
produk,sehingg menghasilkan biaya produk yang terdistorsi.
Definisi akuntansi biaya konvensional menurut Mulyadi (2003: 149) adalah “Akuntansi biaya yang didesain untuk perusahaan manufaktur dan yang berorientasi ke penentuan kos produk dengan fokus biaya pada tahap produksi. Akuntansi biaya tradisional terdiri dari dua macam: (1) akuntansi biaya dengan fokus kepenentuan kos produk dan (2) akuntansi pertanggungjawaban”. Pengertian diatas dikembangkan pada perusahaan manufaktur dan dilaksanakan pada waktu pengelola data masih secara manual.
Pengertian lain menurut Sulastiningsih dan Zulkifi (1999: 7) “Sistem
biaya konvesional mempunyai dua fungsi sederhana, yaitu fungsi pengukuran
kinerja bulanan dan fungsi pembebanan biaya”. Fungsi pengukuran kinerja
bulanan ini dapat dilaksanakan melalui sitem pelaporan biaya bulanan dengan
bentuk perbandingan pada anggaran dengan realisasi, sehingga tidak dapat
menunjukan penyebab penyimpangan biaya yang terjadi, Karena tidak
adanaya analisis pada penyimpangan yang terjadi. Fungsi kedua dari sitem
akuntansi konvesional adalah fungsi pembebanan biaya, pada fungsi ini
akuntansi biaya konvesional membebankan biaya yang terjadi hanya secara
allocation intensive yang memberikan kesan arbriter, karena tidak
menunjukan hubungan antara biaya dengan objek yang menyebabkan
terjadinya biaya tersebut.
b. Penentuan Harga Pokok Berdasar Pada Akuntansi Biaya Konvesional
Metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk
adalah metode Full Costing dan metode Variabel Costing. Metode Full
Costing mengukur harga pokok produk dengan mengkombinasikan biaya
bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap
dan variable menjadi tunggal yang ditransfer kepada setiat tahapan produksi.
Sedangkan metode Variabel Costing hanya membebankan biaya bahan
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variable
Full Costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan
biaya periode. Biaya produksi adalah biaya yang dapat diidentifikasikan
dengan produk yang dihasilkan, sedangkan biaya periode adalah biaya-biaya
11
yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya
periode terjadinya. Biaya yang termasuk biaya periode berdasarkan metode
Full costing adalah: biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum (baik
yang berprilaku tetap maupun variabel).sedangakan biaya periode menurut
Variabel Costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang meliputi: biaya
overhead tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.
Penerapan sistem akuntansi biaya konvesional dalam menentukan
harga pokok produk adalah:
1) Biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan langsung dapat
diidentifikasikan secara langsung kepada produk. Alasannya karena
perubahan biaya-biaya ini sebanding dengan volume keluaran atau unit
yang diproduksi.
2) Biaya overhead terdiri dari biaya overhead tetap dan variable. Biaya
overhead dapat didevinisikan secara sangat sederhana sebagai seluruh
biaya produksi kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Biaya yang termasuk dalam klasifikasi biaya overhead seperti bahan tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, listrik dan air, depresiasi fasilitas
dan gedung, reparasi dan pemeliharaan.
Pada tahap pertama, biaya overhead pabrik dikumpulkan dalam pusat
biaya. Tahap kedua, biaya overhead pabrik yang telah melalui tahap pertama
dibebankan kepada produk atas dasr alokasi tertentu, seperti: jam tenaga kerja
langsung, jam mesin, unit produksi,dan pengukuran volume lainnya. Proses
ini disebut dengan pembebanan biaya overhead pabrik.
c. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Akuntansi Biaya Konvensional
Akuntansi konvensional memiliki beberapa kelemahan dan
kelebihan. Menurut Mulyadi dan Johny (2001) sitem akuntansi biaya
memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1) Penggunaan sistem akuntansi biaya konvensional hanya cocok untuk perusahaan manufaktur saja. Apa bila perusahaan jasa dan dagang menggunakan sitem ini menyebabkan adanaya kesulitan untuk
12
merencanakan, menerapkan program pengukuran biaya serta menghasilkan perhitungan produk/jasa secara akuart.
2) fokus dari sitem akuntansi biaya konvensional adalah pada biaya produksi, sehingga biaya diluar produksi, seperti;biaya pemasaran dan biaya administrasi umum yang jumlahnya mulai signifikan dari total pembuatan produk/jasa kurang mendapat perhatian kusus dari manager.
3) fokus lain dari sistem akuntansi biaya konvensional adalah menghasilkan informasi bagi luara perusahaan, sehingga mengakibatkan pihak manajemen perusahaan kesulitan untuk mendapatkan informasi biaya tersebut yang berdampak pada prose pengelolaan perusahaan dan ketidak tepatan dalam mengetahui informasi biayaproduk/jasa yang akurat.
4) pengendalian biaya pada sitem akuntansi biaya konvensional menggunakan sistem biaya standart, dimana sistem ini hanya memfokuskan pada biaya produk saja sehingga pada beberapa perusahaan yang jumlah biaya non produksi lebih besar dari biaya produksi maka sistem ini kurang tepatuntuk diterapkan pada perusahaan tersebut.
5) perlakuan biaya overhead perusahaan dalam akuntansi biaya konvesional menggunakan allocation instensif dengan dasar yang bersifat arbiter, sehingga menghasilkan total biaya produk atau jasa yang kurang akurat.
6) beberapa perusahaan yang mementingkan pilihan dan kepercayaan terhadap konsumen dimana konsumen menuntut produk atau jasa yang bervariasi dan mengikuti perkembangan jaman, maka perusahan akan meningkatkan jumlah desain produk. Hal ini menyebabkan kenaikan pada biaya overhead perusahaan, karena dibutuhkan banyak peralatan canggih untuk memproses pembuatan produk/jasa. Penggunaan voleme related drivers dalam membebankan biaya overhead pada produk menyebabkan perhitungan biaya produk yang kurang akurat. Pembebanan biaya overhead pada produk memerlukan berbagai drivers seperti batch drivers, product drivers, dan facilitysustaining drivers.
Dari beberapa kelemahan diatas penulis menyimpulkan bahwa
sistem akuntansi biaya konvensional menyebabkan terjadinya distorsi biaya.
Hal tersebut terjadi karena biaya overhead tidak ditelusuri ke individual
produk atau jasa. Namun disamping memiliki kelemahan, sistem akuntansi
konvensional juga memiliki kelebihan. Menurut Amin Widjaya Tunggal
(1993: 136) sistem akuntansi konvensional memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai berikut:
1) Mudah diterapkan
2) Mudah diaudit
3) Sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum
Adapun penjelasan dari kelebihan-kelebihan diatas adalah sebagai berikut:
13
1) Mudah diterapkan
Pemakaian sitem akuntansi biaya konvesional tidak memaki
banyak cost driver dalam mengalokasikan biaya overhead, hal ini
mempermudah perhitungan manajer dalam menghitung harga pokok.
Selain itu sistem ini telah banyak diterapkan diperusahaan-perusahaan, jadi
manajer tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem
ini.
2) Mudah diaudit
Jumlah Cost driver dalam sistem akuntansi biaya tidak banyak
digunakan. Biaya overhead pada sistem ini dialokasikan berdasarkan
volume based relative driver/berdasarkan jumlah unit yang diproduksi saja,
sehingga memudahkan auditor dalam melakukan proses audit.
3) Sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum
Sistem akuntansi biaya konvensional berfokus pada penyelidikan
informasi bagi pihak luar manajemen, dimana bentuk pelaporan harus
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum, sehingga mudah
diterima oleh pengguna laporan keuangan umum.bentuk laporan yang
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum adalah apabila biaya
pemasaran dan administrasi umumdiperlukan sebagai biaya periode dan
dibebankan sebagai biaya usaha. Biaya usaha ini akan mengurangi usaha
bruto dan hasil pengurangan menjadi laba bersih usaha. Hal ini sesuai
dengan prinsip akuntansi biaya konvesional dalam memperlakukan biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
3. Activity-Based Costing System (ABC System)
a. Pengertian Activity-Based Costing System (ABC System)
Dalam membahas Activity-Based Costing System (ABC System)
terdapat beberapa ahli yang sangat menguasai sistem ini.
Menurut Mulyadi (2003: 25) adalah sebagai berikut:
14
ABC System adalah sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktifitas sebagai basis dan pengurangan terhadap biaya dan penentuan secara akurat kos produk/jasa sebagai tujuan.
Sedangkan menurut Garrison dan Noreen (2003: 342) adalah “Metode
kosting yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan manajemen strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ABC System
mengumpulkan biaya-biaya sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam suatu perusahaan, kemudian membebankan
biaya yang digunakan tersebut pada produk atau jasa dengan menggunakan
pemicu biaya unit dan non unit dengan tujuan untuk menghasilkan harga pokok
yang akurat dan mengendalikan biaya melalui pengurangan biaya (cost reduction)
b. Ciri-Ciri Activity-Based Costing System
Menurut Garrison dan Norren (2000: 343) terdapat beberapa ciri ABC System yang membedakan dengan system akuntansi biaya konvesional antara lain:
1) Biaya produksi dan non produksi dibebankan pada produk 2) Beberapa biaya produksi tidak dimasukan ke biaya produk 3) Ada sejumlah pool biaya overhead, setiap pool dialokasikan kepada produk
dan objek costing lainnya dengan menggunakan ukuran aktivitas masing-masing yang kusus
4) Basis alokasinya berbeda dengan basis alokasi dalam system akuntansi biaya konvesional
5) Tariff overhead atau tingkat aktivitas sesuai dengan kapasitas aktivitas dan bukan dengan kapasitas yang dianggarkan.
Dari pendapat diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pada ABC
System membebankan biaya produksi dan non produksi kepada produk/jasa. Biaya
tersebut hanya akan dibebankan pada produk atau jasa apabila terdapat alasan dan
kapasitas bahwa biaya berhububgan dan dipengaruhi oleh produk/jasa yang
dibuat.
15
c. Kelemahan Activity-Based Costing System
Activity-Based Costing System juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan
tersebut sesuai dengan Blocher et all (2000: 127) adalah sebagai berikut:
1) Alokasi
Pada perusahaan yang mempunyai data tentang aktivitas apa saja yang
menghasilkan produk/jasa, terdapat beberapa biaya yang membutuhkan
alokasi keproduk berdasarkan ukuran unit/volume yang tidak sesuai
karena pelacakan aktivitas spesifik yang menyebabkan timbulnya biaya
tidak praktis untuk dilaksanakan, seperti biaya yang terjadi pada tingkat
fasilitas.
2) Mengabaikan biaya
Terdapat beberapa biaya yang berhubungan pada produk/jasa tertentu
yang tidak berhubunga dengan analisis. Biaya-biaya pada aktivitas
pemasaran, penelitian dan pengembangan tidak diperhitungka dalam
menentukan biaya produksikarena pelaporan keuangan menurut GAAP
menghendaki agar biaya-biaya tersebut dikelompokan kedalam biaya
periode, padahal pada Activity Based Costing System dijadikan satu pada
biaya produksi.
3) Pengeluaran waktu dan konsumsi
Activity-Based Costing System memerlukan banyak biaya untuk
dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan, selain itu juga
memerlukan waktu yang lama agar system ini dapat berjalan dengan
sukses. Sangat sulit untuk melakukan perubahan pada system yang
digunakan oleh perusahaan, karena system tersebut sudah berupa program
komputer yang sangat rumit dan sudah dilakukan dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu kesulitan bila melakukan perubahan sistem
tersebut tanpa mengorbankan sumberdaya perusahaan dan akan
menaikkan biaya perusahaan.
16
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh penulis relevan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Eni Haryanti Fakultas Ekonomi UNS Jurusan akuntansi
tahun 2003 yang merupakan studi kasus pada RSUD Kabupaten Wonogiri dengan
judul skripsi “Perbandingan Tradisional Costing dan Activity-Based costing
System”. Pada penelitian tersebut, peneliti terdahulu telah membandingan antara
system tradisional dengan ABC Sistem yang diterapkan untuk menghitung harga
pokok produk semua kelas rawat inap. Metode yang dipakai adalah metode studi
pustaka dan studi lapangan.
Penelitian ini dianggap relevan karena sama-sama menghitung biaya rawat
inap dengan menggunakan dua system yang sama yaitu tradisional system dan
ABC System. Letak perbedaannya adalah:
1. Tempat penelitian. Peneliti melakukan penelitian di RS PKU Aisyiyah
Boyolali, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah di RSUD
Kabupaten Wonogiri.
2. Tahun Penelitian. Peneliti melakukan penelitian pada tahun 2008 dengan
asumsi semua biaya rawat inap berdasarkan biaya yang berlaku pada tahun
2008, sedangkan peneliti terdahulu menggunakan biaya yang berlaku pada
tahun 2003.
3. Peneliti terdahulu membandingkan harga pokok biaya overhead dengan
menggunakan perhitungan ABC System dengan perhitungan biaya
overheadtradisional costing. Sedangkan untuk membedakan dengan penelitian
terdahulu, disini peneliti akan membandingkan perhitungan harga pokok
dengan ABC System ditambah dengan mark up yang ditetapkan oleh pihak
rumah sakit yang menjadi harga pelayanan publik rawat inap, kemudian
membandingkan dengan harga pelayanan publik yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit.
17
C. Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya kerangka pemikiran diperlukan dalam penelitian sebagai
penunjuk jalan pikiran berdasarkan teori yang relevan. Seperti yang dikatakan
Hadari Mawawi (1985; 39-40), bahwa :
Setiap penelitian itu memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Oleh karena itu, maka perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut manakah masalah penelitian akan disoroti.
Berdasarkan dengan hal-hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang
masah, maka pengelola rumah sakit harus bisa menyesuaikan dengan keadaan
yang ada. Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat membuat pengelola
rumah sakit harus bisa memberikan pelayanan dan fasilitas yang membuat pasien
nyaman dan percaya dengan pihak rumah sakit. Namun pihak rumah sakit juga
harus memperhitungkan biaya yang akan dibebankan pada konsumen, biaya
tersebut harus akurat sehingga tidak merugikan salah satu pihak.
Salah satu hal yang menjadi kelemahan sistim akuntansi tradisional adalah
apabila terjadi kenaikan biaya overhead akan menghasilkan perhitungan dengan
system ini kurang akurat, sehingga akan merugikan salah satu pihak. Ketidak
akuratan ini terjadi karena pada sistem akuntansi konvesional hanya menggunakan
basis volume related draivers dalam membebankan biaya yang dikeluarkan.
Sejauh ini penggunaan ABC System banyak dilakukan oleh perusaan
manufaktur saja, padahal perusahaan jasa juga bias menggunakan sistem ini. ABC
Sytem juga bias diterapkan dalam rumah sakit salah satu halnya dengan
menghitung biaya pelayanan publik kamar yang merupakan salah satu
sumberpendapatan rumah sakit.
Perhitungan harga pokok dengan ABC System ditambah dengan mark up
yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit yang menjadi harga pelayanan publik
rawat inap, kemudian akan dibandingkan dengan harga pelayanan publik yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit, sehingga akan timbul selisih harga diantara
kedua perhitungan tersebut dan akan menjadikan ABC System sebagai alternatif
sistem penentuan harga pokok yang lebih akurat.
18
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
Kemajuan tekhnologi
Sistem penghitungan biaya
akurat
Persaingan antar rumah sakit
Penghitungan biaya rawat inap
Penghitungan biaya rawat inap dengan ABC
System
Penghitungan biaya rawat inap dengan
akuntansi konvensional
Perhitungan dengan ABC System lebih
akurat
ABC System sebagai perhitungan alternatif
biaya rawat inap
Terdapat selisih harga antara dua
perhitungan tersebut
19
D. Perumusan Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 64) “Hipotesis adalah suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul”. Sedangkan pengertian hipotesis menurut Sri Sularso (2003:
26) “Hipotesis adalah suatu pernyataan dugaan yang logis mengenai hubungan
antara dua atau lebih variabel yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan yang
dapat diuji”. Berdasarkan kedua pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa
hipotesis adalah jawaban yang mempunyai sifat sementara terhadap masalah
penelitian yang dapat diuji kebenarannya. Berdasarkan teori dan kerangka
penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1) Terdapat perbedaan antara penentuan harga pelayanan publik rawat Inap
berdasarkan sistem biaya konvensional dengan harga pelayanan publik rawat
inap dengan penerapan Activity-Based Costing System di Rumah Sakit PKU
Aisyiyah Boyolali
2) Activity-Based Costing System dapat menentukan harga pelayanan publik rawat
inap lebih akurat dibanding dengan harga pelayana publik rawat inap
berdasarkan sistem biaya konvensional di Rumah Sakit PKU Aisyiyah
Boyolali
20
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Untuk mendapatkan data, informasi, keterangan dan hal-hal yang
dibutuhkan dalam penelitian ini maka diperlukan tempat yang sesuai dengan hal
yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti mengambil tempat PKU Aisyiyah
Boyolali yang beralamat di Jl.Pasar Sapi Baru Singkil Karanggeneng Boyolali,
telp (0276) 322898. Alasan peneliti mengambil tempat tersebut sebagai penelitian
adalah:
1. Belum pernah diadakan penelitian yang serupa di tempat yang akan diteliti
oleh peneliti.
2. Di tempat tersebut terdapat data-data yang diperlukan oleh peneliti.
3. Diperoleh ijin dari rumah sakit untuk mengadakan penelitian di tempat
tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan laporan
penelitian yang direncanakan dari bulan Juli 2008 sampai selesai.
Juni Juli Agustus september
Mengajukan masalah Penelitian
Menyusun Proposal
Pengumpulan Data
Penganalisisan Data
Penyusunan Laporan Penelitian
B. Metode Penelitian
Suatu penelitian yang baik tidak akan bisa lepas dari metode penelitian.
Winarno Surakhmad (1998: 131) pengertian metode penelitian ilmiah sebagai
berikut:
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkai hipotesis yang mempergunakan tehnik serta
19
21
alat-alat tertentu, metode ini dikatakan baik apabila metode tersebut sesuai dengan kemampuan peneliti da juga sesuai dengan situasi dan kondisi dan kondisi peneliti.
Winarno Surakhman (1998: 131) menyebutkan bahwa ada tiga jenis
metode penelitian: “1) Metode Historik, 2) Metode Eksperimental, 3) Metode
Deskriptif”. Dari ketiga metode tersebut peneliti akan menggunakan metode yang
ketiga yaitu metode deskriptif, dengan pendekatan atau tehnik analisis kuantitatif.
C. Populasi dan Sampel
1.Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108),”Populasi adalah keseluruhan
subyek peneliti “.Sedangkan menurut Sri Sularso (2004:67),”Populasi adalah
kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh
peneliti “. Sehingga dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah jumlah keseluruhan individu dari obyek penelitian dan memenuhi syarat
untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unit kamar rawat inap
di PKU Aisyiyah Boyolali.
2.Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:109) “Sampel adalah sebagian atau
wakil dari populasi yang diteliti “. Sedangkan menurut Sri Sularso (2004:67)
“Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi”. Dari
kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sample adalah sebagian dari
populasi yang akan diteliti. Dengan demikian, subyek yang dipilih sebagai sampel
dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. Agar pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan tepat maka harus diperhatikan teknik-teknik pengambilan
sampelnya.
3.Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian harus berhati-hati dan memenuhi aturan
pemilihan sampel, namun demikian mutu suatu penelitian tidak semata-mata
ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,
rancangan penelitian dan pelaksanaan serta pengolahannya. Penelitian yang
22
dilakukan peneliti tidak melakukan penelitian populasi melainkan penelitian
sampel.
Menurut Sri Sularso (2004:68) terdapat dua macam teknik pengambilan sampel antara lain: 1)Probability Sampling a) Simple random sampling b) Systematic sampling c) Stratified random sampling d) Cluster sampling e) Area sampling f) Double sampling 2)Nonprobability Sampling a) Convenience sampling b) Judgment sampling / Purposive sampling c) Quota sampling d) Snwball sampling
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik
nonprobality sampling dengan menggunakan Judgment sampling atau purposive
sampling (sampel bertujuan). Menurut Suharsimi Arikunto (2005:97) bahwa
“Sampling bertujuan (purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan
oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya”. Pada purposive sampling ini pengambilan
sampel didasarkan atas tujuan tertentu dan biasanya dilakukan karena terdapat
beberapa pertimbangan. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam
purposive sampling ini, antara lain:
1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
2) Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi (key subject).
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat didalam studi pendahuluan.
(Suharsimi Arikunto, 2002:117)
Sampel dalam penelitian ini adalah kamar unit rawat inap dewasa yang
terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIP, kelas I, dan Bangsal Mina yang terbagi dua
kelas yaitu Kelas II, dan kelas III. Pengambilan sampel tersebut dilakukan oleh
peneliti dengan alasan sebagai berikut:
23
1) Sampel yang diambil sudah mewakili ciri-ciri, sifat dan karakteristik tertentu
yang merupakan ciri pokok populasi ,misalnya keberadaan fasilitas utama
(bed, almari, kursi, kotak obat)
2) Harga pelayanan rawat inap unit dewasa ditentukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk semua unit rawat inap.
D.Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan faktor yang penting dalam penelitian karena data adalah
keterangan-keterangan penting dalam pemecahan suatu masalah dalam penelitian,
agar dapat mengumpulkan data dalam penelitian diperlukan suatu metode
pengumpulan data yang sesuai denagn penelitian yang dilakukan. Menurut
Suharsimi Arikunto (2005:100) bahwa “ Metode pengumpulan data adalah cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Tujuan dari
pengumpulan data itu sendiri adalah untuk menjawab masalah dalam penelitian,
mencapai tujuan penelitiandan membuktikan hipotesis. Data dalam penelitian ini
adalah data primer yaitu data yang secara langsung didapatkan dari rumah sakit.
Untuk mendapatkan data-data yang relevan diperlukan suatu teknik
pengumpulan data yang tepat. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data yang berupa:
1.Dokumentasi
Perusahaan yang akan menjadi tempat dalam obyek penelitian mempunyai
dokumen yang dapat membantu dalam penelitian. Teknik dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data yang relevan dari sumber-sumber penelitian. Dalam
penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen-dokumen yang diperlukan
oleh peneliti terdiri dari deskripsi data umum dan data khusus.
a. Deskripsi data umum,yang terdiri dari:
1) Sejarah perusahaan dan informasi umum perusahaan
2) Struktur organisasi perusahaan
b. Deskripsi data khusus,yang terdiri dari:
24
1) Berbagai aktivitas dibagian rawat inap dewasa yang digunakan sebagai
dasar untuk alokasi biaya
2) Data biaya untuk setiap pusat aktivitas bagian rawat inap dewasa tahun
2008
3) Data akuntansi dar bagian kantor dan rekam medik tahun 2008
2.Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung dengan bagian yang
berhubungan dengan penelitian yang mendukung validitas data serta jawaban
yang diperoleh, yaitu pada bagian akuntansi. Pada penelitian ini peneliti akan
menggunakan wawancara tidak berstruktur yang akan memuat pertanyaan secara
garis besar saja. Informasi yang akan ditanyakan adalah perhitungan harga jasa
kamar rawat inap yang ditentukan oleh pihak rumah sakit, karena rumah sakit
tidak melakukan perhitungannya secara tertulis dan tidak membuat
dokumentasinya. Selain itu wawancara juga dilakukan sebagai klasifikasi atas
data yang belum penulis ketahui.
3.Observasi
Mengumpulkan data dengan cara melakukan penelitian secara cermat dan
sistematik dengan melakukan pengamatan langsung ke obyek penelitian, sehingga
diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi rumah sakit
dan berbagai aktivitas yang terjadi pada kamar rawat ianp dewasa. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi yang sistematis karena disini
merupakan hal yang sifatnya khusus.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang digunakan seorang
peneliti untuk memecahkan masalah dan membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif non
statistik. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menghitung harga kamar rawat inap dewasa dengan menggunakan perhitungan
ABC System. Adapun langkah-langkah analisis data yang ditempuh sebagai
berikut:
25
1). Menghitung harga pokok jasa kamar rawat inap dewasa dengan menggunakan
ABC System dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Prosedur tahap pertama
Pada prosedur tahap ini terdapat 4 tahap yaitu:
(1) Penggolongan berbagai aktivitas dan mengelompokkanya menjadi
empat kategori, antara lain: aktivitas berlevel unit, batch, produk, dan
fasilitas.
(2) Pengasosiasian atau menghubungkan berbagai biaya dengan setiap
kelompok aktivitas.
(3) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen (homogeneus cost
pool) yang merupajkan sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan
secara logis denagn tugas yang dilaksanakan, sekumpulan biaya tersebut
harus dapat diterangkan dengan satu cost driver tunggal.
(4) Penentuan tariff kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per
unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas, dengan
rumus:
b) Prosedur tahap kedua
Pada prosedur ini biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak ke
berbagai jenis produk, dengan rumus:
Setelah ditemukan besar biaya tersebut, langkah selanjutnya adalah
menentukan biaya overhead per unit, dengan rumus:
(Supriyono, 2002:231)
2) Menentukan harga pelayanan publik yang akan dihitung dengan menambahkan
harga jasa pokok rawat inap metode ABC System dengan persentase mark-up
Pool rate = Total biaya overhead untuk aktivitas tertentu Dasar pengukur (cost driver) aktivitas tersebut
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan
Biaya over head per unit = Total biaya overhead per unit produk Jumlah unit yang diproduksi
26
harga jasa kamar rawat inap yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit,
kemudian membandingkannya dengan harga pelayanan publik (harga jual)
yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit.
27
DAFTAR PUSTAKA
Eni Haryanti. 2003. “Perbandingan Tradisional Costing dan Activity-based Costing System (Studi kasus pada RSUD. Kabupaten Wonogiri tahun 2003)”. Surakarta: UNS.
Garrison & Noreen, 2003. Akuntansi Manajerial. Terjemahan A. Totok Budisantoso. Jakarta : Salemba Empat.
Mulyadi, 2003. Activity-Based Costing System, Sisitem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya. Yogyakarta : UUP AMP YKPN.
Mulyadi & Johny. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipat Ganda Kinerja Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Sri Sularso, 2003. Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi. Yogyakarta : BPFE.
Suharsimi Arikunto. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulastiningsih & Zulkifi. 1999. Akuntansi Biaya Dilengkapi Isu-Isu Kontemporer. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
Supriyono, 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi
Maju dan Globalisasi. Yogyakarta : BPFE.
Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito.
28
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Pembatasan Masalah 3
D. Perumusan Masalah 3
E. Tujuan Penelitian 3
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis 4
2. Manfaat Teoretis 5
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Usaha Rumah Sakit 6
2. Sistem Akuntansi Biaya Konvensional 8
3. Activity-Based Costing System (ABC System) 12
B. Penelitian yang Relevan 15
C. Kerangka berpikir 16
D. Perumusan Hipotesis 18
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 19
B. Metode Penelitian 19
C. Populasi dan Sampel 20
29
D. Teknik Pengumpulan Data 22
E. Teknik Analisis Data 23
DAFTAR PUSTAKA 26
30
Daftar Susunan Organisasi R.S PKU Aisyiyah Boyolali Tahun
2008
PENANGGUNG JAWAB : Ibu Hj. Yusuf (ketua PDA Boyolali)
Dr. H. Suwito (Ketua MPK PDM Boyolali)
KETUA : Ibu dr. Hj. Nanik Ambika
WAKIL KETUA : Ibu Hj. Fachrudin
SEKERETARIS : Ibu Yamtinah
: Ibu Siti Zulaikah
BENDAHARA : Ibu Hj, Fatimah
ANGGOTA : Ibu Ahmad Madyo
DOKTER PENGAWAS:
dr. Hj. Nanik Ambika : Dokter Pengawas
dr. H. Suwito : Dokter Spesialis Anak
dr. H. Darsono SNUK : Dokter Kebidanan
dr. Indra Astuti : Dokter Pelaksana BP
dr. Eva Tenastiti : Dokter Pelaksana BP
BADAN PELAKSANA
Ibu Hj. Fatimah
Ibu Hj. Sukitin
Ibu Hj. Siti Zulaika
PERAWAT:
Ibu Sri Suwarti
Ibu Yamtinah
ADMINISTRASI :
Mulyanto
Sumber Daya Manusia R.S PKU Aisyiyah Boyolali
31
Tahun 2008
Perawat : 20 orang
Bidan : 6 orang
Apoteker : 1 orang
Asisten Apoteker : 6 orang
Laboratorium : 6 orang
Radiology : 1 orang
Fisioterapi : 1 orang
Gizi : 1 orang
Rekam Medik : 1 orang
Sopir : 2 orang
Keuangan : 2 orang
Umum : 2 orang
Laundry : 2 orang
Satpam : 2 orang
Clening Service : 11 orang
32
Daftar Dokter Umum dan Doktor Spesialis R.S PKU Aisyiyah
Boyolali Tahun 2008
Dokter
· Dokter Spesialis
Bedah Umum : dr.Ghazali h, Sp.B
dr. Junardi, Sp.B
dr. Edy Santoso, Sp.B
Bedah Urogologi :dr.Ahmad Bi Utomo,Sp.BU
Bedah Thorax & Cardiovasculer :dr. Subandrio, Sp.B
Bedah Plastik :dr. Sutopo, Fics
Penyakit Dalam :dr. Amru, Sp.b
Penyakit Mata :dr. DMR Siregar, Sp.PD
Anak :dr. Soewito, Sp.A
dr. Ning Djarwati, Sp.A
Syaraf :dr. Ismet, Sp.S
Paru-paru :dr. Reviano, Sp.P
THT :dr. Taufiq, Sp.THT
Obsgyn :dr. Sri Suyanto, Sp.OG
Kulit dan Kelamin :dr. Sutrisno, Sp.KK
Patology Clinik :dr. Rhina W, Sp.Pk
Radiology :dr. Hendro Priyanto, Sp.Rad
Anestesi :dr. Farid, Sp.An
· Dokter Umum
dr. Titik dr. Dagdo
dr. Nurdi dr. Aswin
dr. Agung dr. Ariyanto
Falsafah, Visi, Misi, Tujuan RS. PKU ‘AISYIYAH Boyolali
33
1. Falsafah:
Rumah Sakit PKU ‘Aisyiyah Boyolali sebagai perwujudan da’wah
Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
2. Visi:
Terwujudnya Rumah Sakit yang professional, modern, dan islami
sebagai perwujudan Rahmatan lil’alamin.
3. Misi:
i. Menjadikan amal usaha dibidang kesehatan sebagai sarana da’wah
amar ma’rur nahi munkar
ii. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
professional
iii. Mewujudkan citra Islami keseluruh fasilitas dan sumber daya
insani.
4. Tujuan
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan
masyarakat agar mampu beribadah secara optimal sehingga
tercapai keluarga sakinah yang diridloi Allah SWT.
Daya Dukung R.S PKU ‘AISYIYAH Boyolali
34
1. Berlokasi di sebelah timur kota Boyolali, di pinggir jalan raya yang
mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Tanah dan bangunan yang berstatus wakaf, sehinnga seluruh umat
Islam ikut merasakan memiliki dan mengembangkan.
3. Dukungan dari organisasi Aisyiyah dan Muhammdiyah berserta
seluruh warga untuk ikut mengembangkan.
4. Sumber manusia yang professional.
5. Dengan layanan unggulan dibidang bedah dan penyakit anak
6. Citra rumah sakit yang Islami, bersih, murah, cepat dan tepat.
Masyarakat di sekitar Boyolali yang masih membutuhkan pelayanan yang Islami, profesional, cepat, tepat dan ekonomis.
Program Pengembangan RS. PKU ‘AISYIYAH Boyolali
35
Beberapa hal yang akan diprioritaskan untuk pengembangan rumah
sakit adalah :
a. Peningkatan mutu pelayanan : Peningkatan mutu pelayanan dilakukan
dengan Quality Assurance yang
menyentuh setiap pelayanan yang ada
di rumah sakit.
b. Pelayanan unggulan : Memberikan pelayanan unggulan,
khususnya Pelayanan medik dasar
(Bedah, Anak, Penyakit Dalam,
Kandungan) yang cepat, tepat dan
ekonomis.
c. Kerjasama : Kerjasama, kepercayaan dan simpati yang
dijalani dengan organisasi social
perusahaan, koperasi dan sebagainya
dengan dukungan oleh Muhammdiyah dan
Aisyiyah yang sudah punya akar sampai
bawah.
d. Fasilitas : Peningkatan fasilitas, sarana dan pra sarana
yang optimal akan dikembangkan dan
dikelola secara efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sehingga
dapat berdaya guna dan berhasil guna yang
tinggi.
e. Pemasaran yang Efektif : dalam rangka mengembangkan RS. PKU
Aisyiyah dibutuhkan pemasaran sampai ke
masyarakat mengenai keunggulan dan citra
rumah sakit yang bersifat Islami.
Daftar Harga Kamar Rawat Inap Rumah Sakit PKU
36
Aisyiyah Boyolali tahun 2008
No Kelas Harga Perhari
1 VIP Rp. 150.000,00
2 Kelas 1 Rp. 100.000,00
3 Kelas 2 Rp. 50.000,00
4 Kelas 3 Rp. 35.000,00
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Akuntansi R.S PKU Aisyiyah Boyolali
37
Daftar Harga Makan Pasien Kamar Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit PKU
Aisyiyah Boyolali Tahun 2008
No Kelas Harga Per Porsi Jumlah Harga Per Hari
1 VIP Rp. 15.000,00 3 Rp. 45.000,00
2 Kelas 1 Rp. 12.500,00 3 Rp. 37.500,00
3 Kelas 2 Rp. 10.000,00 3 Rp. 30.000,00
4 Kelas 3 Rp. 7.500,00 3 Rp. 22.500,00
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Akuntansi R.S PKU Aisyiyah Boyolali
Daftar Biaya Tidak Langsung Kamar Rawat Inap Dewasa
38
R.S PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2008.
No Biaya-Biaya Unit Level Facility Level
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Biaya gaji karyawan
Biaya Listrik
Biaya air
Biaya alat dan kantor Perawatan
Biaya pemeliharaan dan suku
cadang inventaris
Biaya pemeliharaan dan suku
cadang kamar rawat inap
Biaya Departemen Kamar Rawat
Inap
Biaya Departemen Inventaris
Rp.181.486.392
-
-
Rp. 4.342.025,00
Rp. 585.451,80
Rp. 1.366.054,00
Rp. 2.423.054,00
Rp. 3.635.094,60
-
Rp. 7.989.401,95
Rp. 6.001.202,90
-
-
-
-
-
JUMLAH Rp.189.838.413,40 Rp.13.990.604,85
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Akuntansi R.S PKU Aisyiyah Boyolali
Data Tentang Fasilitas tiap-tiap Kamar Rawat Inap Dewasa
39
Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2008
Fasilitas Jumlah
1 VIP AC 1
Televisi 1
Kulkas 1
Lampu Besar 1
Lampu Kamar Mandi 1
2 Kelas 1 Kipas Angin 1
Lampu Besar 1
Lampu Kamar Mandi 1
3 Kelas 2 Kipas Angin 1
Lampu Besar 1
4 Kelas 3 Kipas Angin 1
Lampu Besar 1
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Rekam Medik R.S PKU Aisyiyah Boyolali
Data Tentang Daya Fasilitas Tiap-tiap Kamar Rawat Inap Dewasa
40
Rumah Sakit PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2008
Fasilitas Jumlah Daya
1 VIP AC 1 600
Televisi 1 70
Kulkas 1 70
Lampu Besar 1 40
Lampu Kamar Mandi 1 10
2 Kelas 1 Kipas Angin 1 60
Lampu Besar 1 40
Lampu Kamar Mandi 1 10
3 Kelas 2 Kipas Angin 1 60
Lampu Besar 1 40
4 Kelas 3 Kipas Angin 1 60
Lampu Besar 1 40
Jumlah 1.100
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Rekam Medik R.S PKU Aisyiyah Boyolali
Data Volume Terisi Kamar Rawat Inap Dewasa
R.S. PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2008
41
Kamar No Bulan
VIP Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
13
7
13
12
9
8
10
8
7
11
9
11
15
14
17
15
12
15
14
10
11
10
15
16
90
76
89
90
86
83
78
95
76
89
76
94
100
77
90
98
97
84
86
96
96
88
103
99
218
174
209
215
204
190
188
209
180
198
203
220
JUMLAH 118 164 967 1114 2326
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Rekam Medik R.S PKU Aisyiyah Boyolali
Data Harga Perolehan Perabotan Kamar Rawat Inap Dewasa
42
R.S. PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2008 (Dalam Rupiah)
Harga Perolehan No Bulan
VIP Kelas I Kelas II Kelas III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tempat Tidur
AC
Lemari ES
Lampu Besar
Lampu Kecil
Sofa
Bangku
Kipas Angin
Lemari Baju
Lemari Obat
100.000
4.000.000
1.030.000
20.000
10.000
240.000
-
-
145.000
40.000
100.000
-
-
20.000
10.000
-
100.000
35.000
145.000
40.000
100.000
-
-
20.000
-
-
45.000
35.000
100.000
40.000
100.000
-
-
20.000
-
-
45.000
35.000
100.000
40.000
JUMLAH 6.180.000 450.000 340.000 340.000
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Rekam Medik R.S PKU Aisyiyah Boyolali Data Tentang Rekapitulasi Luas Ruangan Pada Kamar Rawat Inap Dewasa
Rumah Sakit PKU Aisiyah Boyolalui Tahun 2008
43
No Kelas Luas
Ruangan (m2)
Jumlah Kamar
Total Luas Ruangan
(m2)
1 VIP 42 2 84 2 Kelas I 20 10 200 3 Kelas II 8 16 128 4 Kelas III 28 3 84
Jumlah 98 31 496
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Rekam Medik R.S PKU Aisyiyah Boyolali
Daftar Barang Medis R.S PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2008
44
No Nama Barang Jumlah 1 Ilminator 4 2 Suction 6 3 Kursi Roda 3 4 Manset Anak 2 5 Manset Dewasa 1 6 RO Lanp 1 7 Instrumen Besar 4 8 Autoklof 4 9 Mesin Anestesi 2 10 Monitor OKG 1 11 Lampu OP 2 12 WSD 1 13 Standar Infus 60 14 Lampu Emergensi 6 15 Branker 4 16 Tabung Kecil 2 17 N2O 2 18 Pincet Anatomis 14 19 Pincet Cirungis 11 20 Klem 15 21 Anteri Klem 15 22 Handle Mes 5 23 Nol Fuder 10 24 Duk Lem 11 25 Entong 1 26 Ovarium Klem 4 27 Iris Ripasitar 1 28 Pincet 5 29 Killman 1 30 Gunting Kornea 2 31 Cpiown Seissar B Smic 1 32 Remanium Wire 5 33 K Win B 1105 – 230 1 34 Put NKK 10- 30 – 40 5 35 Dorikern 14 Cm Crom 4 36 Masquito L-a 10 37 Penu B 14cm Crom 6 38 Kocher B 14 cm 6 39 Kocher T 14 Cm 6 40 Sprange Harding For Ceeps 2 41 Gunting Meizan Baum 1 42 Gunting Uterus B Crom 1
45
43 Pincet Cirongis Ansuh 1 44 Gunting Necting Off 1 45 Gunting Tato 1 46 Gunting Ta-tu 1 47 Jarum Ose Kaca 2 48 OSE 2 49 Pipet 3 3 50 Forum TB 05\04 51 Pot Dahak 100 52 Meja Mikroskop 1 53 Analyzer 1 54 Serana Gooo 1 55 Clinipet 5 56 Tap Px kecil 100 57 Tap Px Sedang 100 58 Tap Px Besar 50 59 Tap Px Cencitrus 1 60 Timer 1 61 Bilik Hitung 25 62 Palcus Ball 2 63 Objek Glass 3 64 Deck Glass 1 65 Mikroskop 1 66 Yellow Tips 1 67 Blue Tips 1 68 Pipet LED 10 69 Contrituge 1 70 Contrituge HCT 1 71 Pipet Leukosit 5 72 Pipet Eritrosit 5 73 Henometer Sahli 2 74 Rak Tabung Mika 1 75 Rak Led 1 76 Stopwatch 1 77 Lampu Spirtus 2 78 Refrakto Meter 1 79 Tabung Tect 1 80 Temp Preparot 1 81 Alat Rontgent 1 82 Pengering film 1 83 Apran 1 84 Lampu Eliminator 1 85 Grid 1
46
86 Tromol 11 87 Medikasi Set 8 88 Stetoskop 7 89 Tensi 8 90 Manometer 12 91 Set O2 19 92 Korentang 2 93 Temp 6 94 Urinal 2 95 Pispot 24 96 Bengkok 4 97 Klem 1 98 Baksteril 2 99 Gds Stik 1 100 EKG 2 101 Mesin USG 1 102 Mesin RO 2 103 Resusitasi 2 104 Head Lamp 1 105 Nebulizaer 2 106 Dopler 1 107 Timbangan 4
Mengetahui Kepala Seksi Bagian Rekam Medik R.S PKU Aisyiyah Boyolali