Post on 09-Mar-2019
PASAR NGARSOPURO SEBAGAI ALTERNATIF WISATA
BELANJA DI
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya
Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
ROYYAN MAHERTA SUYOTO
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PASAR NGARSOPURO SEBAGAI ALTERNATIF WISATA
BELANJA DI KOTA SOLO
LAPORAN TUGAS AKHIR
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
ROYYAN MAHERTA SUYOTO
C9406073
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PASAR NGARSOPURO SEBAGAI ALTERNATIF WISATA
pada
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai beraneka kebudayaan, adat istiadat,
dan sumber daya alam yang dapat dijadikan sumber pendapatan utama dengan mengelola
sumber daya alam tersebut dengan baik. Salah satu kekayaan Indonsia adalah dengan adanya
beranekaragam objek wisata dengan ciri yang berbeda-beda, sehingga dapat menarik wisatawan
baik wisatawan asing muapun domestik untuk berkunjung ke Indonesia dan menikmati objek
wisata tersebut. Karena sektor pariwisata diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu dan
sebagai sumber pendapatan terpenting sehingga pemerintah mengupayakan pengembangan dan
perbaikan di sektor pariwisata dari waktu ke waktu. Dengan tujuan untuk melestarikan objek
wisata yang ada serta meningkatkan mutu pariwisata agar menarik minat wisatawan untuk
berkunjung dan menikmati objek wisata yang disajikan. Pengembangan tersebut ditujukan
terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya dengan mempertimbangkan
berbagai aspek, antara lain kelestarian budaya dan lingkungan alam, aspek peningkatan
pendapatan daerah ataupun aspek pelayanan terhadap wisatawan. Selain itu pemerintah juga
gencar melakukan promosi baik secara langsung atupun tidak langsung. Promosi secara
langsung yang dilakukan pemerintah misalnya, dengan mengirimkan misi kebudayaan ke luar
negeri, pameran khusus benda-benda atau hasil kebudayaan. Sedangkan promosi yang dilakukan
pemerintah secara tidak langsung misalnya memberikan informasi dalam bentuk penyebaran
pamflet, iklan media cetak ataupun elektronik. Adapun promosi yang sangat efektif dan efisien
yaitu melaluai antar personal.
Khususnya di Kota Solo, kota ini mempunyai banyak objek wisata yang beraneka
ragam, antara lain wisata religi, wisata budaya, wisata sejarah, wisata belanja, dan wisata kuliner
terdapat disini. Ciri utama pariwisata di Kota Solo adalah menonjolkan wisata budaya dan wisata
belanja, karena Kota Solo terkenal kental dengan budayanya dan juga dengan wisata belanja
yang murah dan mempunyai mutu yang tinggi, dengan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata
yang maju. Keberanekaragaman berbagai objek wisata yang menarik dan disertai dengan
pengelolaan yang maksimal dapat menjadikan kemajuan yang baik bagi perkembangan
pariwisata di Kota Solo. Dari tahun ke tahun pariwisata di Kota Solo mengalami peningkatan,
jumlah kunjungannya pun juga terus meningkat, hal tersebut dapat berdampak positif bagi
pendapat Kota Solo yang bertambah, ini sebagai wujud bahwa pengelolaan yang baik dapat
menimbulkan dampak yang positif. Beberapa objek wisata di Kota Solo antara lain:
1. Keraton Kasunanan Surakarta
2. Istana Mangkunegaran
3. Musuem Radya Pustaka
4. Wisata Belanja Pasar Klewer
5. Tamana Bermain dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang Sriwedari
6. Taman Satwa Taru Jurug
7. Kampoeng Wisata Batik Kaoeman
8. Wisata Kuliner Langen Bogan atau dikenal dengan sebutan Galabo
9. Pandawa
Objek wisata yang yang diminati di Kota Solo adalah objek wisata yang memberikan
sentuhan budaya, karena wisatawan asing pada khususnya lebih tertarik dengan hal tersebut,
sehingga di Kota Solo sendiri lebih banyak menjual wisata budaya. Selain wisata budaya, Kota
Solo juga terkenal dengan wisata belanja. Pasar wisata yang terkenal di kota ini daalah Pasar
Klewer. Dengan begitu Dinas Pariwisata Kota Solo mengelola dengan baik dan menambah objek
wisata yang berhubungan dengan nilai budaya dan sejarah pada umumnya, agar pariwisata di
Kota Solo semakin meningkat. Selain itu pemerintah Kota Solo juga meningkatkan dengan
adanya event-event kesenian di Kota Solo, agar lebih dikenal. Dengan begitu Kota Solo semakin
dikenal, dan objek wisata yang terdapat di Kota Solo pun juga semakin meningkat
pengunjungnya. Ditambah dengan wajah baru Kota Solo yang semakin ramai dengan taman
yang terdapat disepanjang jalan, sehingga menambah kesan sejuk dan dalam berwisata terkesan
lebih santai. Begitu pula dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang lain yang telah siap untuk
dipergunakan menambah lebih matang lagi pariwisata di Kota Solo. Kondisi jalan yang lebar
dan baik, tersedianya air yang bersih, penerangan yang baik, penginapan yang sudah pasti
tersedia dimana-mana dengan berbagai macam pilihan dan kelas, dan letak objek wisata yang
tidak begitu jauh, membuat kota ini menjadi kota wisata yang ramai dikunjungi wisatawan setiap
harinya. Adapun objek wisata yang selalu ramai dikunjungi setiap hari adalah Keraton
Kasunanan Surakarta dan Pasar Klewer, dan dimalam hari dapat dinikmati wisata kuliner langen
bogan, yang letaknya tidak berjauhan dengan letak kedua objek wisata tersebut.
Untuk melengkapi objek wisata yang sudah tersedia, maka kini dibangun pasar belanja,
yaitu Pasar Ngarsopuro yang terletak di tengah Kota Solo. Pasar belanja ini terletak di tengah
Kota Solo, sehingga mudah dijangkau dengan sarana transportasi apapun, dan letaknya pun juga
strategis. Pasar Ngarsopuro terletak di depan Istana Mangkunegaran, konon nama Ngarsopuro
berasal dari kata “ngarso” adalah depan, dan “puro” adalah pura atau Istana Mangkunegaran,
sehingga nama Pasar Ngarsopuro artinya adalah pasar yang terletak di depan Istana
Mangkunegaran, dan juga karena jalan yang digunakan untuk area pasar ini dulu bernama Jalan
Ngarsopuro. Pasar ini juga menggabungkan dengan Pasar Windu Jenar. Pasar belanja ini
menjual berbagai macam barang antik dan barang-barang elektronik. Selain itu Pasar
Ngarsopuro ini membuka Night Market atau pasar malam, yang dimana mengambil lokasi
sepanjang Jalan Diponegoro, depan Istana Mangkunegaran. Pasar malam ini juga menjual
berbagi barang misal handigraf, aksesoris, garmen dan jajanan pasar khas Kota Solo.
Pertunjukan di pasar malam pun tak kalah menarik.
Di pasar ini sering diadakan pertunjukan wayang kulit, campur sari, musik keroncong,
dan untuk anak muda diadakan band. Sehingga lebih menarik banyak pengunjung. Di dalam hal
ini penulisan tugas akhir memilih objek wisata Pasar Ngarsopuro yang menarik untuk
dikunjungi. Berdasarkan uraian diatas penulisan tugas akhir mengambil judul “Pasar Ngarsopuro
Sebagai Alternatif Wisata Belanja Di Kota Solo”
B. Rumusan Masalah
Latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pasar Ngarsopuro?
2. Bagaimanakah usaha pemerintah daerah setempat dalam mempromosikan dan memasarkan
objek wisata Pasar Ngarsopuro sebagai tujuan wisata sehingga dapat meningkatkan jumlah
wisatawan?
3. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi pemerintah setempat dalam mengembangkan
mempromosikan objek wisata Pasar ngarsopuro sebagai daya tarik wisata belanja di Kota
Solo?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pasar Ngarsopuro sebagai objek wisata baru di
Kota Solo.
2. Untuk mengetahui usaha apa saja yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat dalam
mempromosikan dan mengembangkan objek wisata Pasar Ngarsopuro sehingga dapat
meningkatkan jumlah wisatawan.
3. Untuk mengetahui permasalahan atau kendala apa saja yang dihadapi pihak pemerintah dalam
mempromosikan dan mengembangkan objek wisata Pasar Ngarsopuro sebagai daya tarik
wisatawan.
D. Manfaat Penelitian
Dalam mengadakan suatu penelitian pasti ingin mendapatkan sesuatu yang bermanfaat
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang dunia pariwisata.
b. Penelitian ini dapat memberikan masukan untuk mengembangkan dan mempromosikan
pariwisata yang tersedia di Kota Solo.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat dari penulisan ini semoga dapat memberikan gambaran bagi wisata belanja di
Solo.
b. Untuk mengetahui data-data dalam penyusunan laporan Tugas Akhir dalam rangka
memenuhi persyaratan dalam penyelesaian Program Diploma III Fakultas Sastra Seni
Rupa.
3. Manfaat Akademi
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan, baik secara teoritis, praktis maupun akademik
pengembangan diri.
b. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dan menambah informasi bagi
pembaca.
E. Kajian Pustaka
Menurut undang-undang kepariwisataan No. 9 1990 tentang kepariwisataan,obyek dan
daya tarik wisata (ODTW) merupakan istilah yang popular dalam dunia pariwisata, didefinisikan
sebagai,”segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata”. Sedangkan Pariwisata itu sendiri adalah
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat
ke tempat lain dengan maksud bukan usaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,
tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Oka A. Yoeti, 1983 : 110).
Pariwisata menurut Hubert Gulden adalah pariwisata yang didalamnya mengandung
unsur perjalanan diartiakan peraliahan tempat yang bersifat sementara, seseorang atau beberapa
orang untuk memperoleh pelayanan dan diperuntukan bagi kepariwisataan itu (Joko Purwanto
dan Hilmi, 1994 : 10).
Dalam buku Oka A. Yoeti ”Pemasaran Pariwisata” (1980 : 28) suatu obyek wisata akan
semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan apabila mempunyai suatu atraksi wisata, akomodasi
serta aksesibilitas yang memadai sebagai daya tarik wisata. Daya tarik wisata meliputi hal-hal
yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat karena adanya benda-benda yang
tersedia dan terdapat dialam semesta, hasil ciptaan manusia dan tata cara hidup masyarakat.
Suatu akomodasi sangat penting dalam dunia pariwisata karena sebagai tempat menginap para
wisatawan yang berkunjung. Wisatawan yang berkunjung di suatu objek tidak berasal dari
daerah sekitar saja melainkan dari luar daerah juga ada. Selain itu aksesibitas yang memadai
supaya mudah dijangkau oleh para wisatawan yang akan berkunjung meskipun objek wisata
tersebut letaknya tidak strategis.
Menurut Indriyo Gitosudarno “Manajemen Pemasaran Edisi Pertama” (1994 : 24). Pasar
adalah tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli,tapi akan berbeda bagi para
pengusaha,pasar merupakan suatu tempat yang sangat fital bagi seorang pengusaha,karena
disitulah pengusaha satu dengan pengusaha lain bersaing untuk menjual semua barang yang
mereka jual dan mencari konsumen atau pelanggan agar mau membeli produk atau barang yang
ditawarkan.
Dalam buku Nyoman S Pendit “Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana” (1986 : 36)
yang berkaitan dengan jenis-jenis wisata dapat dibedakan menjadi berikut :
a. Wisata budaya adalah suatu perjalanan yang dialakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseoarang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adapt istiadat mereka.
b. Wisata kesehatan adalah suatu perjalanan yang dilakaukan oleh wisatawan dengan
tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana wisatawan
tinngal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan
mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang
dapat menyembuhkan penyakit.
c. Wisata olah raga adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan dengan
tujuan berolah raga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam
pesta olah raga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games.
d. Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti
pameran industri, pemeran dagang dan sebagainya.
e. Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan rombongan pelajar
atau mahasiswa, orang-orang awam dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan
atau penelitian termasuk dalam golongan wisata industri ini.
f. Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk
memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan, misalnya kaum buruh.
g. Wisata pertanian adalah pengorganisasian suatu perjalanan yang dilakukan ke
proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang dimana wisatawan rombongan dapat
mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk studi maupun melihat-lihat keliling
sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan
sebagai jenis sayur mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang di kunjungi.
h. Wisata cagar alam adalah jenis wisata yang diselenggarakan oleh agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke
tempat atau daerah cagar alam yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
i. Wisata bulan madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-
pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas
khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.
j. Wisata pilgrim adalah perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan rombongan ke
tempat-tempat yang berkaitan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan
umat dalam masyarakat.
k. Wisata belanja adalah suatu perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan dari satu
tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk berbelanja barang khas dari daerah yang
dikunjungi (www.kabar Indonesia.com. Tanggal 16 Mei, 2009).
l. Wisata kuliner adalah suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dari
satu tempat ke tempat lain yang bertujuan untuk menikmati makanan khas dari
daerah yang dikunjungi (www.kabar Indonesia.com. Tanggal 16 Mei, 2009 ).
Definisi Wisatawan
Menurut Gamal Suwantoro dalam buku Dasar-Dasar Pariwisata (2004 : 4), seseorang
atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan
(tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yag
dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu
kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). IUOTO (The Intrnational
Unions of Official Travel Organization) menggunakan batasan mengenai wisatawan secara
umum ( Sumber : Gamal Suwantoro, 2004 : 4)
Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal
lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima
upah. Jadi ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni :
a. Wisatawan (tourist)
b. Pelancong (excursionist)
Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-kuramgnya 24 jam di
suatu negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat diglongkan menjadi :
a. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan,
dan olah raga.
b. Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi, dan sebagainya.
Pelancong (excursionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang
dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam ( Sumber : Gamal Suwantoro, 2004 : 4)
F. Ruang Lingkup
Untuk mengembangkan dan meningkatkan promosi objek wisata Pasar Ngarsopuro
sebagai objek wisata baru di Kota Solo dengan kapasitas wisatawan yang cukup tinggi, harus
mencakup berbagai aspek antara lain : aspek promosi dan pemasaran dari obyek tersebut, atraksi-
atraksi apa saja yang ditonjolkan dari objek tersebut untuk menarik para wisatawan untuk
berkunjung serta usaha untuk mengembangkan objek wisata Pasar Ngarsopuro.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tugas akhir ini mengambil lokasi di Pasar Ngarsopuro, Jalan Diponegoro,
selatan Istana Mangkunegaran, Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah. Selain itu penelitian diadakan
di Dinas Tata Kota Surakarta, Perpustakaan Daerah Kota Surakarta, Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Surakarta, Perpustakaan Reksopustaka Mangkunegaran.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi: Pengamatan secara langsung yang dilakukan di lapangan atau tempat
berlangsungya event yaitu di Pasar Ngarsopuro, Jalan Diponegoro, untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data yang diperlukan guna sebagai bahan penulisan tugas akhir, dengan cara
mengunjungi stand dan mendokumentasikan foto-foto.
b. Metode Studi Pustaka: Tehnik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu denagn
membaca, mengkaji serta mempelajari buku-buku, data-data dan bahan-bahan yang berkaitan
dengan bidang kepariwisataan. Studi pustaka dilakukan melalui referensi Perpustakaan Pusat
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Laboratorium Tour, Perpustakaan Daerah Kota Surakarta.
c. Interview atau Wanwancara: Merupakan teknik di mana penelitian mengumpulkan
data dengan cara komunikasi langsung atau wawancara langsung, adapun beberapa responden
tersebut antara lain : Bapak Agus Kepala Dinas Tata Kota Surakarta, Ibu Sri Rejeki salah satu
pedagang di Night Market Ngarsopuro, Bapak Vitriaman selaku Kepala Bidang UMKM Kota
Surakarta, dan Bapak Purnomo selaku salah satu staff di Perpustakaan Reksopustoko.
3. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisa dapat dilakukan dengan cara analisa deskriptif, kualitatif yaitu
analisa yang memaparkan hasil penelitian untuk memperjelas permasalahan secara informatif
dan disertai pula dengan gagasan-gagasan atau argumentasi yang lebih komperhensif.
Hasil pengumpulan data kemudian dilakukan analisis data merupakan proses mangatur
dan memilah urutan data, mengorganisasi kedalam suatu pola, kategori dan satuan dasar.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :
Bab I membahas pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka meliputi pengertian pariwisata, pengertian
pemasaran wisata, jenis-jenis pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian pasar, serta metode
penelitian yang berisi tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data.
Bab II menguraikan tentang gambaran umum Kota Solo secara menyeluruh, tentang sejarah
Kota Solo, letak goegrafis Kota Solo, dan daya tarik Kota Solo sebagai tempat pariwisata.
Bab III menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi latar belakang
berdirinya Pasar Ngarsopuro, usaha pengelola setempat dalam mengembangkan,
mempromosikan serta kendala apa saja yang dihadapi pengelola dalam memprosikan pasar
ngarsopuro sebagai objek wisata baru di Kota Solo.
Bab IV merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan
saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN
KOTA SOLO
A. Sejarah Berdirinya Kota Solo
Hidup dalam penjajahan selain terhina, tidak memiliki kebebasan juga sengsara. Kiranya
demikianlah yang dialami oleh Raja Keraton Kasunanan di Kartasura, Sri Susuhunan Paku
Buwana II. Sang Raja tidak memiliki kebebasan sama sekali. Smapai-sampai untuk memilih
calon putra mahkota, raja harus terlebih dahulu meminta persetujuan dari pemerintahan penjajah,
VOC Belanda. Setiap tindakan, kebijaksanaan dari raja, harus minta izin dari pimpinan kompeni
VOC Belanda. Sedemikian kuatnya cengkraman kekuasaan kompeni VOC Belanda terhadap
para raja di kawasan Nusantara, termasuk terhadap Sri Susuhunan Paku Buwana II jaman dulu.
Pemerintah penjajahan Belanda dan juga VOC Belanda dengan politik ” pecah belah” terhadap
Keraton Mataram itu berhasil menguasai seluruh kekuasaan raja jajahannya.
Sementara intrik perebutan kekuasaan kerajaan melanda Keraton Kasunanan di
Kartasura, yang dilakukan dari dalam keluarga keraton keturunan Mataram, telah menimbulkan
kemelut berkepanjangan dan permusuhan. Di sisi lain pelarian orang-orang Cina yang tertindas
oleh kompeni VOC Belanda di Jakarta dan sekitarnya melarikan diri ke Jawa Tengah.
Kemarahan orang-orang Cina tertindas itu ditumpahkannya dalam pemberontakan bersenjata
terhadap penguasa keraton di Kartasura yang didukung oleh kompeni VOC Belanda.
Pemberontakan orang-orang Cina yang dipimpin oleh Sunan Kuning alias Mas Garendi di tahun
1742 itu juga memperoleh dukungan dari Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said yang
memanfaatkan momentum itu. Raden Mas Said merasa sangat kecewa dan marah terhadap
kebijaksanaan Keraton Kasunanan di Kartasura yang memangkas daerah Sukowati yang dulu
diberikan oleh Keraton Kartasura kepada ayahanda Pangeran Raden Mas Said.
Serangan gencar prajurit pemberontak Cina berhasil menjebol benteng pertahanan
Keraton Kasunanan di Kartasura dengan menimbulkan banyak korban jiwa. Menghadapi
ancaman bahaya besar itu, maka Sri Susuhunan Paku Buwana II memerintahan kepada kerabat
keraton dan para abdi dalem untuk segera mengungsi ke wilayah Jawa Timur bagian barat daya,
yaitu Pacitan hingga Ponorogo. Sementara itu prajurit pemberontak Cina menghancurkan
Keraton Kasunanan di Kartasura dan menjarah kekayaan yang tertinggal.
Hidup terlunta-lunta dalam pengungsian selama beberapa waktu menimbulkan
kesengsaraan. Kesedihan mendalam di hati keluarga keraton dan para abdi dalem yang setia.
Pemimpin prajurit kompeni VOC Belanda, Mayor Baron Van Hohendroff segera meminta
bantuan prajurit kompeni Belanda di Surabaya. Sementara itu Adipati Bagus Suroto dari
Kadipaten Ponorogo yang merasa benci terhadap pemberontakan orang-orang Cina terhadap
Keraton Surakarta, di Kartasura itu lalu menyediakan prajuritnya untuk segera menumpas
prajurit pemberontak Cina di Kartasura. Demikian pula dengan Adipati Cakraaningrat dari
Madura segera memimpin prajuritnya membantu Keraton kasunanan di Kartasura untuk
menumpas pemeberontakan orang-orang Cina tersebut.
Peperangan menumpas pemberontakan orang-orang Cina pimpinan Mas Garendi
berlangsung dengan seru. Akhirnya pemberontakan orang-orang Cina berhasil ditumpas oleh
prajurit gabungan dari Kadipaten Ponorogo, Madura bersama prajurit Keraton Kasunanan yang
dibantu prajurit kompeni Belanda. Setelah tertumpasnya pemberontakan orang-orang Cina
tersebut maka Raden Mas Said berjuang sendirian bersama prajuritnya untuk melawan
kekuasaan kompeni VOC Belanda dan Keraton Kasunanan di Kartasura dengan dasar wilayah
perjuangan di Wonogiri dan sekitarnya.
Ketika kerabat keraton kembali ke keraton di Kartasura, nampak keraton sudah hancur,
maka Sri Susuhunan Paku Buwana II memerintahkan Tumenggung Tirtawiguna, Pangeran Wijil,
Tumenggung Honggowongso dan abdi dalem lainya untuk mencari lokasi keraton yang baru.
Rombongan utusan keraton disertai oleh seekor gajah putih berjalan ke arah timur. Rombongan
sampai di Kadipolo, di sini tercium bau wangi, yang dinamakan Desa Talangwangi. Sebenarnay
desa ini cocok untuk lokasi pembangunan keraton yang baru, namun tanahnya berbukit-bukit.
Kemudian rombongan berjalan ke arah timur lagi, rombongan keraton ini menyebrangi Sungai
Bengawan Solo, karena ada petunjuk bahwa ada desa yang baik untuk keraton. Tibalah
rombongan di Desa Sonosewu, desa ini tanahnya baik, namun menurut pandangan spiritual desa
ini banyak di huni mahkluk halus yang tidak baik untuk lokasi keraton. Ketika rombongan
kembali ke arah barat menyebrangi Sungai Bengawan Solo, mereka beristirahat di sebuah rawa
yang banyak terdapat pohon cemaranya, rombongan mendengar suara gaib yang memberi
pentunjuk bahwa rombongan harus berjalan ke Desa Sala. Kemudian rombongan menemui
Kepala Desa, yang bernama Kyai Sala. Saat pertemuan itu Kyai Sala bercerita bahwa beliau
mendapat wisik bahwa desa itu baik untuk tempat pembangunan keraton yang baru.
Tumenggung Tirtawiguna dan Pangeran Wijil kemudian melaporkan penemuan Desa
Sala untuk lokasi keraton yang baru, dan Sri Susuhunana Paku Buwono II langsung
menyetujuinya. Raja memerintahkan para Bupati untuk menutup rawa dengan tanaman lumbu
dengan maksud menutup aliran air besar yang terus mengalir. Kepala Desa Kyai Sala
mengusulkan agar dapat menyumbat sumber air besar di daerah rawa dengan Gong Sekar
Delima. Ini merupakan bentuk tawar menawar dalam peralihan hak milik tanah. Penutupan aliran
sumber air besar harus ditutup dengan Gong Merah Delima dan Kepala Penari serta daun lumbu.
Maka oleh Sri Sunan diartikan bahwa gong itu suara paling seru dalam karawitan, maknanya
adalah Kyai Sala, Kepala Desa yang menghendaki, sedangkan kepala penari terkaait dengan
wayang atau ringgit (Bahasa Jawa) yang berarti uang. Jelas sudah Kepala Desa Kyai Sala
menghendaki uang atas tanah hak milikinya, yang akan digunakan untuk keraton. Sri Susuhunan
membayar uang sebanyak 10.000 gulden Belanda (waktu itu tahun 1744).
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi keratonsudah menjadi tradisi
dengan mengadakan tirakat memenjaatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di samping
kondisi pengadaan sumber air nya, keadaan tanah, adanya sarana untuk lalu lintas, yang jelaas
dimana lokasi ini berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo, sebagai sarana transoportasi.
Pemindahan dari keraton lama ke keraton yang baru dilakukan pada tanggal 17 Februari 1745,
sehingga pada tanggal 17 Februari diperingati sebagai hari jadi Kota Solo. (Sumber : Kenangan
Emas 50 Tahun Surakarta, 1997 : 1)
1. Letak Geografis
Kota Solo terlatak di dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter di atas
permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau hampir sama tingginya dengan permukaan
Sungai Bengawan Solo. Selain Sungai Bengawan Solo, kota ini juga dilalui beberapa sungai,
antara lain Kali Pepe, Kali Anyar, Kali Jenes yang semuanya bermuara di Sungai Bengawan
Solo. Kota ini terletak di antara 110 0 45’ 15” - 110 0 45’ 35” Bujur Timur 70 0 36’-70 0 56’
Lintang Selatan. Secara administrative, batas wilayah Kota Solo antara lain :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Kota Solo terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun,
yang menjadikan posisinya strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan
selatan Jawa juga tergabung di kota ini. Kota Solo mempunyai suhu udara maksimum 21.6 0 C,
sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1008.74 mbs, dengan kelembaban udara 79% sehingga
kota ini beriklim panas. (Sumber : Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta, 1997 : 21)
Kota Solo adalah sebuah kota di propinsi Jawa Tengah,Indonesia. Kota ini memiliki
luas daerah 44,04 Km, kota ini termasuk kota kecil, namun mempunyai penduduk yang padat,
dengan kepadatan penduduk 534.540 (sensus penduduk pada tahun 2007). Pembagian
administratif kota ini terdiri dari 5 Kecamatan, dan 51 Desa / Kelurahan. Kecamatan tersebut
antara lain :
a. Kecamatan Banjarsari.
b. Kecamatan Jebres.
c. Kecamatan Lawiyan atau sering disebut Laweyan.
d. Kecamatan Pasar Kliwon.
e. Kecamatan Serengan.
Di Indonesia, Solo merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar setelah Yogyakarta.
Sebelah timur kota ini dilewati oleh sungai yang namanya diabadikan dalam lagu keroncong,
yaitu Sungai Bengawan Solo. Kota ini dulu juga sebagai tempat kedudukan dari residen yang
membawahi Karesidenan Surakarta, dimasa awal kemerdekaan. Kota ini memiliki semboyan
Solo Berseri, yang merupakan akronim dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah. Kota ini sekarang
dipimpin oleh Wali Kota Solo Ir. Joko Widodo dan Wakil Wali Kota F.X Hadi Rudyatmo.
Semenjak dipimpin oleh Wali Kota yang baru, Kota Solo semakin maju, dan banyak objek
wisata baru yang bermunculan.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kepariwisataan Kota Solo dilaksanakan
secara terpadu antar berbagai komponen yang menentukan dan menunjang keberhasilannya.
Seperti pengembangan obyek dan daya tarik wisata, akomodasi, transportasi, telekomunikasi, air
bersih, dan cinderamata, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
merupakan pelaku utama dalam pembangunan kepariwisataan.
Di Kota Solo terdapat 3 perguruan tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta.
Keberadaan perguruan tinggi tersebut membuktikan bahwa Kota Solo telah memiliki Lembaga
Pendidikan Tinggi yang relatif lengkap. Sehingga cukup layak disebut sebagai kota pendidikan
juga. Aset tersebut merupakan sarana dan prasarana yang penting bagi sumber perencanaan
manusia terdidik di Kota Solo.
Dari catatan sejarah kebangsaan Indonesia, sejak dulu warga Kota Solo banyak memiliki
potensi besar sehingga berhasil mencetak prestasi di berbagai bidang, baik yang berskala
nasional maupun internasional. Kota Solo telah beberapa kali dijadikan sebagai tempat
pembentukan atau melahirkan organisasi-organisasi baik berskala nasional maupun
internasional. Beberapa prestasi tersebut antara lain :
a. Tempat berdirinya Serikat Dagang Islam pada tahun 1905.
b. Tempat di selenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Stadion Sriwedari
pada tanggal 9 September 1948.
c. Pusat rehabilitasi penyandang cacat tubuh bertaraf Internasional sejak jaman perang
kemerdekaan (RC. Prof. Soeharso)
d. Kota kelahiran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946 di
Monumen Pers.
e. Kota kelahiran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tanggal 25 November
1945.
f. Kota kelahiran Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
g. Tempat di bangunnya Tugu Kebangkitan Nasional bersama Kongres Pemuda
seIndonesia pada tahun 1933.
(Sumber : Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta, 1997 : 24)
2. Kebudayaan Kota Solo
a. Bahasa
Bahasa daerah yang digunakan di Kota Solo adalah Bahasa Jawa dialek Solo.
Dialek ini berbeda sedikit dengan dialek-dialek Jawa yang digunakan di kota-kota lain seperti
Semarang atau Surabaya. Perbedaan berupa kosa kata yang digunakan Ngoko (kasar), Krama
(halus), dan intonasinya. Bahasa Jawa di Kota Solo digunakan sebagai bahasa Jawa nasional
dan bahasa internasional seperti di Suriname.
b. Tarian
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhoyo (Ketawang, Dorodasih,
Sukoharjo, dan lain sebagainya) dan tari Srimpi (Ganda Kusuma dan Sangupati). Tarian ini
masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhoyo Ketawang secara
resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Paku Buwono
sebagai pemimpin keraton.
c. Batik Solo
Batik adalah kain dengan corak tertentu yang dihasilkan dari bahan malam (wax)
yang ditulis di kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan
proses cetak. Solo mempunyai banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh.
Beberapa usaha batik terkenal di Solo adalah Batik Keris dan Batik Danar Hadi. Pusat
perdagangan batik di Kota Solo berada di Pasar Klewer.
d. Makanan Khas Kota Solo
Kota Solo terkenal dengan banyak jajanan kuliner tradisional yang lezat. Banyak
wisatawan yang datang ke Solo hanya untuk menikmati makanan tradisional khas Solo.
Beberapa makanan khas Kota Solo antara lain, nasi liwet, nasi timlo, cabuk rambak, pecel
ndeso, srabi notosuman, bakpia balong, dan lain sebagainya. Banyak wisatawan asing yang
berkunjung di kota ini, selain untuk berwisata budaya, para wisatawan juga ingin menikmati
makanan tradisional khas Kota Solo yang nikmat dan unik rasanya, karena terbuat dari
bumbu rempah-rempah khas Jawa.
B. Daya Tarik Wisata Budaya di Kota Solo
Solo adalah kota budaya. Kebudayaan Jawa di kota ini sangat kental. Penduduk
tradisional di kota ini sangat menjunjung tradisi Jawa. Bentuk-bentuk tradisi di kota ini terdapat
pada ritual-ritual tertentu. Kota Solo ini memiliki beberapa daya tarik budaya yang sering
diadakan setiap tahun di hari-hari tertentu untuk menghormati leluhur. Kebudayaan atau acara
tersebut mampu menjadi modal penunjang bagi kemajuan di berbagai obyek wisata yang
terdapat di daerah Kota Solo pada umumnya dan Pasar Ngarsopuro pada khususnya. Beberapa
upacara kebudayaan yang dilakukan di Kota Solo adalah antara lain sebagai berikut :
a. Upacara Garebeg
Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun atau penanggalan
Jawa pada tanggal 12 Mulud (bulan ketiga), tanggal 1 bulan Sawal (bulan ke sepuluh), dan
tanggal 10 bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari-hari tersebut Raja mengeluarkan
sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan.
Sedekah ini yang disebut Hajat Dalem, berupa pareden atau gunungan yang terdiri dari
gunungan kakung dan gunungan estri (laki-laki dan perempuan). Gunungan kakung
berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak membulat. Sebagian
gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan
dengan cabai merah, telur ayam Jawa, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya.
Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga.
Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan
yang berbentuk lingkaran dan runcing. Gunungan estri ini juga dihiasi bendera Indonesia
kecil di atasnya. (Sumber : Upacara Grebeg Keraton Solo : 25)
b. Upacara Sekaten
Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang berlangsung selama tujuh hari.
Konon asal usul upacara ini sejak Kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya adalah
merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata
sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan
keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu, dan Kyai Guntursari dari
keraton untuk ditempatkan didepan Masjid Agung Solo. Selama enam hari, dari mulai hari
ke enam sampai hari ke sebelas bulan Mulud dalam kalender Jawa. Kedua perangkat
gamelan tersebut dimainkan atau ditabuh menandai perayaan sekaten. Akhirnya pada hari
ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan Mulud. (Sumber : Tradisi Sekaten
Solo : 16)
c. Upacara Malam Satu Suro
Malam Satu Suro dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun baru
menurut kalender Jawa. Malam Satu Suro jatuh pada mulai terbenamnya matahari pada hari
terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari
pertama bulan pertama tahun berikutnya (1 Suro). Di Keraton Solo upacara ini diperingati
dengan kirab mubeng benteng (perarakan mengelilingi keraton). Upacara ini dimulai dari
kompleks Kemandungan Utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengitari seluruh
kawasan keraton dengan arah berkebalikan dengan arah putaran jarum jam dan berakhir
pada halaman Kemandungan Utara. Dalam prosesi ini pusaka menjadi bagian utama dan di
posisikan pada barisan terdepan dan diikuti oleh para pembesar keraton, para pegawai
keraton, dan diakhiri dengan masyarakat setempat. Suatu yang unik adalah pada barisan
terdepan ditempatkan pusaka berupa sekawan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet
yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat. Menurut cerita jaman dulu konon kotoran
kerbau Kyai Slamet ini dapat bermanfaat untuk segala hal menurut keinginan dan
kepercayaan masyarakat yang mengambilnya.
d. Upacara Larung Agung
Upacara larung agung ini diselenggarakan sekali dalam satu tahun, yang berlokasi
di Sungai Bengawan Solo. Acara ini menandai parayaan lebaran ketupat yang jatuh pada
hari ketujuh lebaran (bulan Syawal). Larung agung merupakan tradisi mengenag pendiri
Kerajaan Pajang yaitu Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya saat menyusuri Sungai
Bengawan Solo. Prosesi larung dimulai dari pintu gerbang taman yang juga dikenal sebagai
kebun binatang dengan mengendarai kereta milik Keraton Kasunanan Solo Kyai Siswondo.
Diiringi prajurit keraton, Joko Tingkir menuju Sanggar Gesang Sungai Bengawan Solo.
Bersama dengan iring-iringan prajurit ikut pula dikirabkan gunungan ketupat yang terbuat
dari susunan lima ribu ketupat.
Selain daya tarik upacara-upacara adat di atas Kota Solo juga mempunyai obyek wisata
budaya yang sangat menarik untuk dikunjungi para wisatawan. Adapun obyek wisata budaya
yang terdapat di Kota Solo antara lain sebagai berikut :
a. Keraton Kasunanan Solo
Keraton Kasunanan Solo adalah sebuah warisan Jawa. Wujudnya berupa
bangunan fisik keraton, benda artefak, seni budaya, dan adat tata cara keraton. Keraton yang
dalam bahasa Jawa artinya adalah kerajaan tempat tinggal raja-raja atau tempat
pemerintahan raja-raja. Selain sebagai tempat tinggal raja keraton juga menyimpan benda-
benda kuno milik keraton pada khususnya, yang diberi nama Museum Suaka Budaya
Keraton Solo. Museum ini letaknya berada di dalam kompleks keraton. Di dalam bangunan
ini terdapat beberapa ruangan yang masing-masing menyimpan benda-benda bersejarah.
Benda-benda bersejarah yang di simpan di museum ini antara lain, peralatan masak,
peralatan makan, senjata-senjata perang pada jaman dulu dan pedang milik keluarga
keraton, pakaian beserta topi milik Paku Buwono VI, Paku Buwono VII dan Paku Buwono
X, dayung kapal milik Paku Buwono VI yang panjangnya lima meter yang dibuat oleh
Putra Mahkota. Selain itu memasuki halaman sisi bangunan ini pengunjung diharuskan
melepas alas kaki dan berpakaian sopan. Lantai di halaman ini adalah pasir yang di ambil
dari Merapi dan Parangkusumo.
b. Istana Mangkunegaran
Istana Mangkunegaran terletak di pusat Kota Solo, di antara Jalan Ronggo
Warsito, Jalan Kartini, Jalan Siswa, dan Jalan Teuku Umar. Istana ini didirikan pada tahun
1757 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A) Mangkunegoro I. Istana
Mangkunegaran adalah tempat menyimpan kesenian dan kebudayaan yang lain. Tanah
milik kerajaan ini di isi banyak harta pusaka yang tak ternilai harganya dan koleksi yang
sangat indah, seperti pakaian, aksesoris untuk penari istana, wayang kulit dan wayang kayu,
patung-patung religius, perhiasan dan benda-benda antik serta pusaka yang tak ternilai
harganya. Di dalam istana ini juga terdapat perpustakaan milik istana dengan nama
Reksopustaka.
c. Museum Radya Pustaka
Museum ini dibangun pada tanggal 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng Adipati
Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku
Buwono X. Museum ini terletak di Jalan protokol Slamet Riyadi, di dalam kompleks Taman
Wisata Budaya Sriwedari. Di museum ini tersimpan benda-benda kuno yang mempunyai
nilai sejarah yang tinggi, antara lain keris, gamelan, arca dari batu maupun perunggu,
wayang kulit, keramik, keris, dan lain sebagainya. Yang menarik dari museum ini adalah di
museum ini juga terdapat perpustakaan yang menyimpan buku-buku kasusastraan baik
dalam bahasa Jawa Kuno maupun bahasa Belanda.
d. Museum Batik Wuryaningratan
Galeri batik kuno Danar Hadi yang terletak di dalam kompleks nDalem
Wuryaningratan didirikan oleh H. Santoso Doellah. Museum batik ini didirikan karena
keprihatinan H. Santoso Doellah terhadap kelestarian dan pengembangan seni kerajinan
batik di Indonesia pada khususnya dan di dunia pada umumnya. Koleksi batik yang terdapat
di museum ini berjumlah kurang lebih sepuluh ribu batik kuno. Museum batik ini
mengambil tema ”Pengaruh Jaman dan Lingkungan”. Tema ini di ambil dari penelitian
batik dan perkembangan batik yang semakin berkembang karena pengaruh jaman dan
lingkungan. Selain itu di museum ini juga terdapat buku yang menjelaskan tentang batik.
Jenis batik yang di pajang terdiri dari batik Belanda, batik Cina, batik Jawa, Hokokai, batik
pengaruh India, batik Keraton, batik pengaruh Keraton, batik sudagaran, batik Petani, batik
Indonesia dan batik Danar Hadi. Didirikannya museum batik kuno ini dengan maksud dan
tujuan untuk melestarikan batik yang terkenal di Kota Solo agar tidak punah dan tetap ada
hingga generasi mendatang.
BAB III
PERAN PASAR NGARSOPURO DALAM PERKEMBANGAN
PARIWISATA DI KOTA SOLO
A. Latar Belakang Berdirinya Pasar Ngarsopuro Sebagai Tujuan Wisata Belanja
Kota Solo mempunyai objek wisata yang beranekaragam, salah satunya adalah objek
wisata belanja. Solo terkenal dengan pusat perbelanjaan yang murah, dengan berbagai macam
jenis barang yang dijual, dan kualitas yang tinggi, sehingga banyak wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang berbelanja di kota ini. Salah satu ciri khas dari wisata belanja Kota
Solo adalah batik tulis yang terkenal. Sebagian besar dari kebutuhan wisata belanja dapat
ditemui di Pasar Wisata.
Identitas sebagai Kota Budaya sangat akrab dan melekat lama di Kota Solo. Upaya
pelestarian tentu saja menjadi kehendak seluruh warga Kota Solo. Sebab pelestarian warisan
pusaka sebagai tanda proses perubahan serta perkembangan kota yang terjadi secara alamiah.
Secara berurutan tanpa harus kehilangan masa lalu yang dapat dijadikan cermin untuk
pembangunan masa depan. Strategi pengelolaan kota yang terarah dan bersinambung
dimaksudkan sebagai piranti lunak untuk menjalankan fungsi pengarahan dan fungsi kontrol bagi
laju pembangunan cepat tersebut.
Kawasan Ngarsopuro di sepanjang Jalan Diponegoro yang menghubungkan antara city
walk Jalan Slamet Riyadi dengan Kompleks Mangkunegaran diharapkan mampu menjadi salah
satu kawasan wisata, ekonomi, dan seni bagi kota Surakarta. Kawasan ini bisa menjadi pusat
kegiatan baru (node) bagi aktivitas sosial, ekonomi, dan seni-budaya untuk kebutuhan rakyat
Solo.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalain
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan.
RTBL akan menjadi pedoman perancangan kawasan dan arahan rancangan bangunan serta
lingkungan untuk mewujudkan kawasan yang tertata. (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta,
2009)
Pasar Ngarsopuro merupakan salah satu objek wisata baru di Kota Solo. Pasar ini
menjual barang-barang antik, kerajinan khas Solo, batik, dan makanan khas Solo. Pasar ini
sangat strategis karena terletak di Jalan Diponegoro dan dihadapkan pada Istana Mangkunegaran
dan pasar antik Windu Jenar, sehingga memudahkan para wisatawan baik domestik maupun
mancanegara untuk mengunjungi pasar ini. Pasar ini diresmikan pada tanggal 16 Februari 2009
oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang didampingi oleh Wali Kota Solo Joko
Widodo beserta Wakil Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo dan dihadiri para pejabat
Departemen Perdagangan dan Wali Kota Aceh, Bengkulu dan lainnya. Pasar ini didrikan dengan
maksud dan tujuan untuk menggabungkan toko-toko yang ada di pinggiran sepanjang Jalan
Diponegoro. Selain itu karena penggunaan lahan komersial mengganggu kawasan budaya, dan
keberadaan toko-toko tersebut mengurangi vasibilitas beberapa bangunan tradisioanl dan Pasar
Windu Jenar yang terletak dibelakangnya menempati tanah negara. Kini Jalan Diponegoro sudah
terlihat bersih dari toko-toko tersebut, dan pemerintah memanfaatkan jalan alternitif tersebut
untuk dijadikan pasar malam yang hanya buka pada hari sabtu saja, atau malam minggu.
Mengapa pasar ini dinamakan Pasar Ngarsopuro, karena dari buku Babad Solo tenteng
sejarah Kota Solo, nama jalan yang digunakan untuk lokasi pasar ini dulu bernama Jalan
Ngarsopuro dan juga sebagai jalan searah sumbu Utara sampai Selatan kawasan Pura
Mangkunegaran. Selain itu pengambilan nama Ngarsopuro juga karena pasar ini terletak di
depan Istana Mangkunegaran (Ngarso = depan, Puro = Pura atau Istana Mangkunegaran).
Pada tahun 1939 bagian timur jalan di bangun pasar untuk memperingati tiga windu
pemerintahan Mangkunegoro VII, yang diberi nama Pasar Triwindu yang sekarang berganti
nama menjadi Windu Jenar. Pasar ini dinamakan Triwindu karena sesuai artinya ”Tri” yang
berarti tiga dan ”windu” yang berarti delapan. Jadi Triwindu adalah ulang tahun pemerintahan
Mangkunegoro VII. Pada masa pemerintahan Sri Paduka Mangkunegoro VII yang ke 24 dulu
diakan pesta besar-besaran oleh kerabat Mangkunego dan masyarakat Kota Solo pada umumnya,
bahkan dihadiri oleh Ratu Wilhelmina dari Belanda. Oleh para kerabat Mangkunegoro
dihadiahkan tempat yang semula adalah kandang kuda milik Mangkunegaran yang kemudian di
ubah menjadi pasar yaitu Pasar Triwindu. Awalnya barang yang dijual di pasar ini adalah barang
bekas yang masih bercampur dengan onderdil sepeda motor, alat-alat rumah tangga dan alat-alat
pertukangan. Namun pada tahun 1966 berdirilah Pasar Sumodilagan yang kemudian barang-
barang bekas tersebut dipindahkan di Pasar Sumodilagan , dan pada tahun 1970 barang yang
dijuaal di Pasar Triwindu sudah berganti menjadi barang antik seperti lampu gantung, patung
perunggu dari Eropa, keramik dari Cina, vas bunga model Eropa, dan alat-alat rumah tangga
yang terbuat dari perak. Suasana Kota Solo dulu sangat ramai dengan adanya Pasar Triwindu ini,
namun lambat tahun karena hiburan di Kota Solo semakin banyak sehingga pasar ini mengalami
penurunan pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Purwanto Guide Istana Mangkunegaran.
Tanggal 16 Februari, 2010).
Pada sekitar tahun 1970 an di Kota Solo juga tedapat pasar malam yang terletak di
sepanjang Jalan Gatot Subroto, pasar malam ini bernama Pasar Ya’ik. Di pasar ini dulu menjual
berbagai macam barang. Penataaan Pasar ya’ik masih belum tertata rapi seperti pasar pada jaman
sekarang. Pasar Ya’ik dulu muncul dengan sendirinya, dan seiring dengan berjalannya waktu
kemudian toko ini tutup dengan sendirinya juga, karena di Solo sudah banyak toko-toko
sehingga pasar ya’ik mengalami penurunan pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Purwanto
Guide Istana Mangkunegaran. Tanggal 16 Februari, 2010)
Selain karena ingin menghidupkan Kota Solo kembali, pemerintah juga bermaksud untuk
mengembangkan koridor ekonomi berbasis wisata di Kota Solo. Sehingga perekonomian di Kota
Solo dapat berkembangdan sekaligus pariwisata di kota ini juga semakin maju. Pemerintah sudah
merencanakan pembangunan berbagai kawasan wisata di Kota Solo, yaitu kawasan wisata Istana
Mangkunegaran, wisata Ngarsopuro, kawasan Purwosari, City Walk, dan kawasan wisata
Keraton Kasunanan. Pasar Ngarsopuro hanya buka pada tiap hari Sabtu saja, atau malam minggu
pukul 17.00 hingga pukul 22.00 WIB. Penentuan waktu ini berdasarkan konsep dan
implementasi night market ngarsopuro. Namun pasar ini juga buka pada saat ada event di Kota
Solo, seperti acara pembukaan Indonesia Perfoming Art music, batik fashion, Solo City Jazz
yang mengambil lokasi di Jalan Diponegoro tepatnya di depan Pasar Windu Jenar.
Barang yang diperjual belikan di pasar ini adalah antara lain, seni kerajinan tangan,
barang-barang khas Solo, barang-barang khas Indonesia, batik, barang antik, dan makanan khas
Solo. Barang-barang yang paling digemari turis asing adalah kerajianan tangan dan barang-
barang khas Kota Solo, seperti batik, produk kerajinan unggul khas Solo, dan barang antik
lainnya. Selain barang-barang khas Kota Solo khususnya dan barang-barang khas Indonesia
umunya, pasar ini juga menyediakan kuliner khas Kota Solo. Makanan yang dijual di pasar ini
antara lain, nasi liwet, nasi pecel ndeso, cabuk rambak, nasi gudeg ceker atau cakar, nasi timlo,
jagung bakar, karak bratan, wedang ronde, dan lain sebagainya. Pasar ngarsopuro mempunyai
peran sebagai kawasan wisata belanja baru di Solo, yang berpengaruh terhadap kemajuan
pariwisata di Kota Solo.Dengan dibukanya pasar ini, Kota Solo semakin dibanjiri dengan
wisatawan asing yang berkunjung ke Solo, perekonomian di kota ini pun juga semakin maju,
Kota Solo sendiri juga lebih berkembang dan lebih hidup dimalam hari.
Night Market Ngarsopuro ini sangat menarik banyak pengunjung, karena sesuai dengan
penggarapannya yang matang. Ciri-ciri pasar malam adalah harus adanya penerangan yang
bagus, karena pasar ini berlangsung pada malam hari. Bebas dari kendaraan bermotor jenis
apapun, karena pasar malam biasanya untuk pejalan kaki yang ingin menikmati suasana malam
sambil bersantai dan belanja sehingga membuat pengunjung nyaman dan betah selama berada di
pasar malam. Adanya atraksi seni dan budaya sangat menarik para pengunjung untuk datang ke
pasar malam, sambil bersantai pengunjung dapat menikmati hiburan yang disuguhkan di pasar
malam tersebut. Dan yang terakhir adalah makanan. Di dalam melakukan suatu kegiatan wisata,
wisata kuliner tak pernah luput dari sorotan wisatawan. Di pasar ini pun juga menyediakan
makanan sebagai pelengkap saat menikmati hiburan. Wisata kuliner di Kota Solo sendiri pun
juga sudah ada yaitu Galabo Langen Bogan yang terletak di sepanjang Jalan Mayor Sunaryo
(depan PGS dan BTC). (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009)
B. Pengelolaan dan Pengembangan Pasar Ngarsopuro
1)Usaha Pengelolaan Pasar Ngarsopuro
Usaha yang dilakukan pihak pengelola pasar untuk kemajuan dan untuk menarik
wisatawan adalah dengan cara memberikan fasailitas-fasilitas yang memadahi bagi pengunjung,
seperti adanya area parking yang letaknya tidak jauh dari area pasar malam, toilet yang letaknya
berada satu lokasi dengan Pasar Windu Jenar. Dalam segi kebersihan, pengelola turut menjaga
kebersihan di area pasar dan sekitarnya dengan menyediakan tempat-tempat sampah yang
terdapat di area pasar, hal ini dikarenakan agar pengunjung juga ikut menjaga kebersihan
lingkungan di sekitar pasar sehingga para pengunjung baik dari dalam kota, luar kota, maupun
turis asing dapat merasa nyaman saat berada di pasar ini dan kota ini benar-benar Solo Berseri.
Dari segi keamanan pengelola menyediakan pos keamanan yang terdapat di area Pasar
Ngarsopuro, hal ini untuk menghindari terjadinya hal-hal kriminal yang tidak diinginkan, misal
pencopetan karena mengingat lokasi pasar ini adalah di ruangan terbuka dan begitu banyak
pengunjung dengan karakter yang berbeda-beda. Pengelolaan pasar yang hingga semaksimal ini
tidak hanya dilakukan oleh pihak pengelola pasar saja, tetapi juga dibantu dengan tenaga-tenaga
ahli yang ikut membangun dan mengelola pasar ini hingga pasar ini dapat dijadikan kawasan
wisata di Kota Solo, dan menarik warga Solo untuk mengunjungi pasar ini.
2)Usaha Dalam Mengembangkan Pasar Ngarsopuro
Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan Pasar Ngarsopuro lebih
maju adalah dengan membuat perencanaan konsep pembangunan.
Gambar 1 : konsep night market
Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Pemerintah kota Solo sudah membuat rancangan dengan begitu matang dan sudah siap untuk
dibangun. Pemerintah juga sudah menyiapkan rencana progam pembangunan Pasar Ngarsopuro,
antara lain penataan koridor Ngarsopuro (pembangunan pedestrian, landscaping, street
furnicure, dan perbaikan drainase), relokasi pedagang di sepanjang jalan Diponegoro dan jalan
Ronggowarsito (pembangunan kios untuk pedagang di jalan Diponegoro dan jalan
Ronggowarsito), revitalisasi Pasar Triwindu atau Pasar Windu Jenar (pembangunan Pasar
Triwindu atau Pasar Windu Jenar), pengembangan night market (diperuntukan untuk pengrajin
unggulan khas Solo).
RTRW NASIONAL
RTRW PROPINSI JATENG
RTRW KOTA SURAKARTA
RDTR Kawasan
PERDA BANGUNAN GEDUNG
PROSES IMB & PENYELENGGARAAN BANGUNAN
GEDUNG & LINGKUNGAN
RTBL & DED NGARSOPURO
• PERBAIKAN
• PENGEMBANGAN KEMBALI
• PEMBANGUNAN BARU
• PELESTARIAN/
PENATAAN RUANG PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN
KEGIATAN NIAGA
KEGIATAN SEKOLAH
KEGIATAN SENI
BUDAYA
KEGIATAN REKREASI/O
R
KEGIATAN PASAR
MALAM
PENATAAN KEGIATAN
Gambar di atas adalah gambar pengembangan kawasan ngarsopuro. Tampak dari Utara
Pamedan Mangkunegaran atau Gapura Mangkunegaran, di sebelah Barat Pamedan
Mangkunegaran terdapat Mangkuntronik atau pasar elektronik, kemudian di depan Pamedan
Mangkunegaran adalah Jalan Dipinegoro yang dijadikan area night market, masih di kawasan
Jalan Diponegoro juga terdapat Pasar Windu Jenar.
Untuk design gerbang night market telah didesign hampir menyerupai gapura
Mangkunegaran. Design gerbang yang sekarang hanya sementara, yang berbentuk seperti gapura
biasa yang bertuliskan Pasar Malam Ngarsopuro.
Mangkutronik Psr. Windu Jenar/Psr. Triwindu
Penataan Night Market
Pamedan Mangkunegaran
Gambar 2 : Pengembangan Kawasan Ngarsopuro
Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Gambar 3 :
Konsep Gerbang Pasar Ngarsopuro
Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Pengembangan pasar tak hanya sampai disini masih banyak konsep yang lainnya, seperti
pembangunan koridor Pasar Ngarsopuro. Pola sirkulasi koridor Ngarsopuro terkait dengan
sirkulasi makro kawasan mangkunegaran. Dengan pola pengaturan, seperti pengurangan
kemacetan, pada waktu dilakukan acara atau upacara seremonial atau ritual atau sakral, kawasan
ditutup bagi kendaraan bermotor. Pengaturan batas maksimal kecepatan secara fisik permukaan
jalan dibuat bertekstur dengan menggunakan penutup jalan dari concrete block. Peningkatan
kualitas jalur pedestrian bagi pejalan kaki dibedakan dengan jalur jalan raya dengan peninggian
pedestrian dengan skala manusiawi.
Gerbang Pasar Malam
Pasar Malam Ngarsopuro
Pasar Malam Ngarsopuro
Pasar Malam Ngarsopuro
Pasar ini juga akan diberi taman agar tidak terlihat gersang. Sistem tata hijau dalam
kawasan Ngarsopuro ini berdasarkan kriteria fungsi, yang fungsi taman adalah sebagai peneduh,
penyejuk, dan sebagai pembatas.
Gambar 4 : Sistem Tata Hijau Pasar Ngarsopuro
Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Night Market Ngarsopuro ini buka dengan tenda-tenda bongkar pasang, sehingga pada
saat night market ini dibuka tenda-tenda dipasang dan saat night market tutup tenda ini dapat
dibongkar lagi, sehingga di sepanjang Jalan Diponegoro dapat dilalui kendaran lagi seperti pada
hari-hari biasanya. Tenda-tenda ini terdiri dari 59 tenda, dengan jumlah pedagang 236 pedagang.
Setiap satu tenda dihuni 4 pedagang. Pengelompokan pedagang dalam satu tenda sesuai dengan
barang yang dijual. Barang yang dijual dalam pasar ini terdiri dari empat klasifikasi yaitu
handigraf, aksesoris, garmen, dan makanan kecil. Untuk pengembangan tenda, pengelola pasar
berencana menambah jumlah tenda hingga 86 tenda, dengan jumlah pedagang 344 pedagang.
Penyewaan tenda bongkar pasang ini dari pihak pemerintah tidak dikenakan biaya, karena
pemerintah ingin membantu pedagang kecil di Kota Solo. (Hasil Wawancara Dengan Bapak
Vitriaman Kepala Bidang UMKM Surakarta. Tanggal 17 Februari, 2010).
Namun dari pihak paguyuban pedagang di pasar ini membuat anggaran untuk sewa yang
dimana sewa setiap bulan di kenakan biaya Rp 50.000,00 untuk satu tenda yang akan dibagi
kepada empat pedagang yang menempati setiap tenda. Pedagang menyewa tenda-tenda ini tiap
bulan. (Hasil Wawancara Dengan Sri Rejeki salah satu pedagang di Night Market Ngarsopuro.
Tanggal 19 Desember, 2010).
Pemerintah kota Solo juga akan mengembangkan bangunan Pasar Windu Jenar, yang
masih dalam satu komplek dengan Pasar Ngarsopuro. Biasanya di depan Pasar Windu Jenar, di
koridor Pasar Ngarsopuro ini digunakan untuk acara pertunjukan sebagai hiburan di Pasar
Ngarsopuro. Hiburan yang biasanya dipertunjukan di Pasar Ngarsopuro adalah wayang kulit
sebagai ciri khas Kota Solo, acara musik seperti campursari, keroncong, dan untuk menghibur
anak muda diadakan juga band.
Di lokasi Pasar Ngarsopuro pada malam juga dapat digunakan untuk bersantai para
pengunjung. Biasanya para pengunjung menikmati suasana malam sambil bersantai dengan
keluarga di koridor pasar ini. Para anak muda pun juga memanfaatkan koridor ini untuk bersantai
sambil berfoto-foto. Suasana malam di koridor pasar ini sangat mengasikan karena terletak di
pinggir jalan, suasananya pun sejuk dan dilengkapi dengan penerangan yang terang sehingga
tidak berkesan negatif.
Gambar 5 : Suasana Koridor Pasar Ngarsopuro Pada Sore Hari
Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009
Selain itu pengembangan Pasar Ngarsopuro juga harus berdasarkan dengan metode A4.
yang dimaksud dengan metode A4 adalah sebagai berikut :
a) Atraksi (Attraction)
Sebuah daerah tujuan wisata harus memiliki sebuah daya tarik tersendiri yang dapat
dijadikan sebuah ciri khas yang dapat menarik minat wisatawan yang untuk berkunjung
di objek wisata tersebut. Pasar Ngarsopuro mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan pasar ini. Ciri dari pasar ini adalah
menjual produk-produk kerajianan unggulan khas Kota Solo. Selain menjual produk-
produk kerajinan unggulan khas Kota Solo, di pasar ini juga terdapat atraksi wisata,
seperti diadakannya hiburan wayang kulit, keroncongan, bagi anak muda biasanya
diadakan hiburan band.
b) Aksesibilitas (Accebility)
Daerah tujuan wisata harus memiliki akses jalan yang bagus dan memadai untuk
mempermudah wisatawan menuju ke lokasi objek wisata tersebut, selain itu dilengkapi
oleh sarana transportasi yang mendukung sehingga banyak akses yang dapat dilalui oleh
wisatawan untuk berkunjung. Pasar Ngarsopuro mempunyai akses jalan yang bagus,
kondisi jalan raya pun juga sangat memadai, selain itu letaknya juga sangat strategis
karena berada di tengah-tengah Kota Solo, yang tepatnya di Jalan Diponegoro dan di
depan Pura Mangkunegaran, sehingga dapat dilalui dengan alat transportasi apapun.
c) Amenitas (Amenity)
Tersedianya berbagai fasilitas seperti tempat-tempat penginapan, restoran, hiburan,
transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian di tempat tersebut merasa
nyaman serta dilengkapi dengan alat-alat komunikasi yang canggih. Karena lokasi dari
pasar ini berada di tengah-tengah Kota Solo dan juga strategis maka berdekatan dengan
penginapan yang letaknya tak jauh dari lokasi pasar dan dapat ditempuh dengan alat
transportasi lokal, seperti becak sebagai ciri khas Kota Solo, sehingga para wisatawan
asing yang berkunjung di pasar ini merasa nyaman dan tidak kebingungan untuk kembali
ke penginapan.
d) Aktivitas (Actifity)
Kegiatan yang dilakukan wisatawan di Pasar Ngarsopuro antara lain berbelanja barang-
barang antik, berbelanja kerajinan khas Kota Solo, menikmati hiburan yang disediakan
sambil berjalan-jalan ataupun bersantai bersama keluarga atau kerabat, dan yang pasti
menikmati kuliner khas Kota Solo yang juga tersedia di pasar ini.
3)Arti Penting Kawasan Pasar Ngarsopuro
Kontribusi kawasan Ngarsapura terhadap kota Surakarta dipengaruhi oleh tata letak
kawasan yang berada dalam simpul-simpul ekonomi dan pergerakan kota, dengan
dilatarbelakangi komplek Kraton Mangkunegaran. Arti penting penyusunan RTBL Kawasan
Ngarsopur sebagai berikut :
1. Kawasan Ngarsopuro terletak di pusat Kota Surakarta dengan mengemban fungsi pelayanan
jasa dan perdagangan yang bersifat sekunder (kawasan sekitar Kota Surakarta).
2. Jaringan jalan di Kawasan Ngarsopuro menjadi bagian yang penting dari sistem pergerakan
kota, karena berakses langsung kepada city walk di Jalan Slamet Riyadi.
3. Intensitas kegiatan ekonomi di Jalan Diponegoro sangat tinggi, dengan keberadaan fungsi
perdagangan, jasa, pendidikan, dan perumahan.
4. Komplek Istana Mangkunegaran di sisi utara Jalan Ronggowarsito menjadi pusat kegiatan
budaya, menjadi datum dan simbol yang layak untuk dipertahankan keberadaannya.
5. Pasar Triwindu di sisi timur Jalan Diponegoro saat ini menjadi pusat perdagangan barang-
barang antik maupun produk repro bernuansa antik.
6. Diperlukan upaya untuk memadukan kepentingan peningkatan kenyamanan pejalan kaki serta
pemantapan citra kawasan citywalk.
7. Kawasan Ngarsopuro merupakan kawasan dengan dinamika yang tinggi, khususnya kegiatan
perdagangan, jasa, pemukiman, dan perdagangan. Masing-masing kegiatan berupaya mengambil
orientasi utama pada jalan-jalan utama di Ngarsopuro.
Penyusunan RTBL untuk kawasan Ngarsopuro dapat menjadikan pembangunan lebih terarah dan
terkonsep. (Sumber : Dinas Tata Kota Surakarta, 2009)
C. Promosi Dan Pemasaran Pasar Ngarsopuro
Promosi adalah salah satu teknik yang berhasil menerobos selera dan keinginan orang-
orang, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang-orang yang ingin
mengenalkan dirinya sendiri melalui citra tersebut. (Salah Wahab : 27)
Pemasaran wisata adalah penyesuaian yang sistematis dan terkodinasi mengenai
kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun kebijakan dalam sektor pariwisata pada tingkat
pemerintah, lokal, regional, nasional dan internasional, guna mencapai suatu titik kepuasan
optimal bagi kebutuhan-kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tngkat keuntungan yang memadai. (Salah wahab : 28)
Berdasarkan uraian di atas, bahwa promosi dan pemasaran wisata itu sangat erat
hubungannya dalam mengenalkan sebuah objek wisata ke masyarakat umum sehingga promosi
dan pemasaran tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu promosi dan pemasaran harus menjadi satu
kesatuan untuk tercapainya tujuan bersama yaitu mengenalkan objek wisata ke masyarakat
umum supaya meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di lokasi objek wisata. Adapun
beberapa usaha, kendala serta penyelesaian dalam mempromosikan dan memasarkan sebuah
Pasar Ngarsopuro.
1)Usaha Dalam Mempromosikan Dan Memasarkan Pasar Ngarsopuro
Kawasan Pasar Ngarsopuro yang memiliki berbagai jenis daya tarik memungkinkan
untuk dipasarkan dengan orientasi meraih berbagai segmen pasar. Segmen pasar yang
ditargetkan diharapkan dapat memperkuat jumlah kunjungan wisatawan umum yang selama ini
sudah relatif teraih. Saat ini kunjungan wisata di Psar Ngarsopuro didominasi wisatawan regional
yaitu dari Solo dan sekitarnya. Pada saat berlangsung event-event tertentu di Kota Solo, pasar ini
juga buka dan menarik banyak pengunjung. Sejauh ini pemerintah Kota Solo telah melakukan
berbagai cara untuk mempromosikan obyek wisata yang ada di Kota Solo, khususnya Pasar
Ngarsopuro. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pengelola dalam memasarkan dan
mempromosikan Pasar Ngarsopuro agar dapat dikenal oleh wisatawan, sehingga dapat
meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung di Pasar Ngarsopuro ini. Adapun berbagai
usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola antara lain:
a) Melalui Pameran
Pameran yang diadakan di pasar ini berlokasi di depan Pasar Windu Jenar atau di koridor
Pasar Ngarsopuro. Pameran yang diadakan di pasar ini adalah pameran hasil seni, seperti
batik.
b) Event
Promosi yang dilakukan untuk menarik minat masyarakat umum adalah dengan
diadakannya event-event tertentu di area pasar ini. Event yang dilakukan yaitu :
1. Event Solo Batik Fashion diadakan pada tanggal 10 Juli 2009
2. Event Solo City Jazz pada tanggal 4-5 Desember 2009
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik masyarakat umum untuk melihat acara tersebut dan
sekaligus agar mengunjungi Pasar Ngarsoupuro.
c) Melalui Media Elektronik
Promosi melalui media elektronik dapat dilakukan dengan menayangkan profil Pasar
Ngarsopuro disetiap iklan. Biasanya melalui stasiun televisi dalam kota, yang dimana
stasiun televisi Kota Solo adalah TATV. Sehingga masyarakat dapat melihat profil Pasar
Ngarsopuro dan tertarik untuk mengunjungi pasar ini.
d) Webset Pemda
Saat ini pemerintah Kota Solo sudah memasarkan Pasar Ngarsopuro melalui webset
pemda yang dapat diakses oleh masyarakat umum sehingga masyarakat umum dapat
mengetahui lebih banyak lagi mengenai Pasar Ngarsopuro. Selain itu banyak juga
masyarakat Kota Solo atau masyarakat luar Kota Solo yang sudah mengunjungi Pasar
Ngarsopuro, kemudian ikut mempromosikan Pasar Ngarsopuro melalui situs pertemanan
facebook yang sedang digemari oleh masyarakat umum.
D. Pengunjung Pasar Ngarsopuro
Pasar Ngarsopuro adalah jenis pasar heterogen, yang artinya pasar yang menjual
bermacam-macam jenis barang, mulai dari barang kerajinan hingga menjual makanan atau
kuliner, sehingga pengunjung pasar ini tidak ditentukan dari segi umur atau hanya untuk
golongan tertentu. Pengunjung pasar ini cukup rame dilihat dari area parkir yang selalu penuh
dengan sepeda motor para pengunjung.
Wisatawan yang berkunjung di pasar ini umumnya adalah wisatawan dari Kota Solo,
karena pasar ini terletak di Kota Solo. Namun banyak pula wisatawan luar kota atau wisatawan
asing yang berkunjung di pasar ini. Kebanyakan dari wisatawan ini bertujuan untuk membeli
souvenir khas Kota Solo sebagai kenang-kenangan atau oleh-oleh khas Kota Solo untuk keluarga
dan kerabat di kota asal wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung di pasar ini rata-rata
setiap malam adalah kurang lebih dua ribu pengunjung. (Hasil Wawancara Dengan Bapak
Vitriaaman Kepala Bidang UMKM Surakarta. Tanggal 17 Februari, 2010)
Selain itu jumlah pengunjung akan meningkat pada saat diadakannya event-event di pasar
ini. Kebanyakan pengunjung ingin menikmati suguhan atraksi yang disuguhkan sambil
berbelanja atau bersantai dengan menikmati kuliner yang disediakan.
E. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Pasar Ngarsopuro
Dalam mengembangkan Pasar Ngarsopuro pemerintah pasti mengalami banyak kendala-
kendala yang dihadapi. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain :
1. Mempromosikan
Dalam hal mempromosikan Pasar Ngarsopuro pemerintah kurang begitu gencar dalam
hal promosi. Pemerintah Kota Solo masih harus melakukan promosi secara maksimal.
Promosi dilakukan untuk lebih memperkenalkan Pasar Ngarsopuro kepada masyarakat
umum dan masayarakat sekitar Kota Solo, agar lebih banyak pengunjung yang
mengunjungi pasar ini dan mengenal produk-produk yang dijual di pasar ini.
2. Lokasi Pasar
Pasar ini terletak di sepanjang Jalan Diponegoro tepatnya di depan Istana
Mangkunegaran dan di depan SLTP.N. 5 Surakarta. Pasar ini mengambil lokasi di tngah
jalan raya yang untuk para pedagangnya menggunakan tenda-tenda, sehingga apabila
pada saat musim hujan membuat pengunjung merasa tidak nyaman dengan lokasi ini,
karena pengunjung tidak dapat berjalan-jalan, bersantai dan melihat produk yang dijual di
pasar ini.
3. Keamanan
Pasar Ngarsopuro adalah merupakan obyek wisata belanja yang buka pada malam hari
sehingga membutuhkan keamanan yang ketat. Namun dari pengamatan yang diamati
keamanan di pasar ini kurang memadahi, terlihat dari kurangnya pos penjagaan yang
terdapat di pasar ini. Seharusnya pihak pengelola menambahkan pos penjagaan di pasar
ini, agar pengunjung merasa nyaman dan tenang saat berbelanja.
4. Minimnya Fasilitas Yang Tersedia
Fasilitas yang tersedia di pasar ini masih terlihat kurang memadahi. Seperti kurang
luasnya area parkir
5. Persaingan
Dalam menghadapi suatu persaingan pasar dimana produk yang ditawarkan hampir sama
memang faktor yang berat. Setiap pasar akan berlomba-lomba untuk menawarkan produk
khas yang dimiliki. Tidak menutup kemungkinan Pasar Ngarsopuro juga mengalami
kendala dalam hal tersebut.
Upaya mengatasi kendala dalam persaingan ini Pasar Ngarsopuro harus dapat
menciptakan produk-produk yang berkualitas tinggi dan lebih memberi penawaran harga
yang sepantasnya kepada konsumen, sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli
produk-produk di Pasar Ngarsopuro.
F. Keterkaitan Pasar Ngarsopuro Dengan Objek Wisata Lain
Keterkaitan Pasar Ngarsopuro dengan obyek wisata lain dapat dilihat pula dengan
membuat suatu paket wisata. Dalam tugas akhir ini penulis mencoba membuat suatu paket wisata
one day tour.
Paket Wisata Belanja Di Solo Kota Budaya
One Day Tour/ Wisata Satu ( 1 ) Hari
Untuk 50 pax/@ Rp. 120.000,-
Objek Wisata
1. Keraton Kasunanan Surakarta
2. Pasar Klewer
3. Istana Mangkunegaran
4. Bale Padi
5. Kampoeng Batik Laweyan
6. Pasar Ngarsopuro
Fasilitas
1. Bus besar AC (standart bus pariwisata) seat 2-2, kapasitas 50 seat
2. TV dan DVD
3. Makan 3 kali
4. Tiket masuk objek wisata
5. Foto dan compact disc selama perjalanan wisata
6. Tour Leader
7. Free Parking
8. P3K
Rincian Komiponen Perhitungan Paket Tour
a.) Transportasi : Rp. 1.800.000,-/ hari
b.) Guide/ Local Guide : Rp. 100.000,-
c.) Dokumentasi : Rp. 10.000,-
d.) P3K : Rp. 10.000,-
e.) Parkir Bus
Rp. 10.000,- x 5 : Rp. 50.000,-
f.) Tiket Masuk
- Keraton Kasunanan
Rp. 3.000,- x 50 : Rp. 150.000,-
- Istana Mangkunegaran
Rp. 2.500,- x 50 : Rp. 125.000,-
- Kampoeng Batik Laweyan
Rp. 20.000,- x 50: Rp. 1.000.000
g.) Makanan/ Meals
- Breakfast/Makan pagi di hotel
Rp. 10.000,- x 50 : Rp. 500.000,-
- Lunch/ Makan Siang ( Di Bale Padi)
Rp. 15.000,- x 50 : Rp. 750.000,-
- Dinner/ Makan Malam ( Di Pasar Ngarsopuro)
Rp. 15.000,- x 50 : Rp. 750.000,
Total : Rp. 5.245.000,-
Harga Jual
Harga Total : Rp. 5.245.000,-
Profit 15% : Rp. 524.500,-
Sub Total : Rp. 5.769.500,-
Tax 1% : Rp. 57.695 ,-
Sub Total : Rp. 5.827.195 : 50 pax
: Rp. 116.543,9 ( Rp. 120.000,-)
Selling Price/ Harga Jual @ Rp 120.000,-
Itinerary /Jadwal Kegiatan Wisata Solo
Pukul 08.00 WIB : Berangkat dari penginapan menuju obyek wisata Keraton Kasunanan
Surakarta.
Di Keraton Kasunanan wisatawan dapat melihat koleksi benda-benda
bersejarah koleksi Keraton Kasunanan Surakarta dan juga dapat melihat
bangunan dari keraton ini dan fungsi dari masing-masing banguan. Tour guide
akan menerangkan tentang benda-benda bersejarah tersebut, benda-benda
tersebut antara lain : senjata-senjata keraton, koleksi baju-baju raja, koleksi
mata uang kuno, perahu yang dulu digunakan oleh raja sebagai alat
transportasi, kereta kencana, dan lain sebagainya. Disini juga terdapat satu
sumur yang terletak di tengah-tengah area taman yang konon kata dari
penunggu sumur tersebut bahwa air dari sumur tersebut apabila diminum dan
di gunakan untuk membasuh muka, maka orang tersebut akan awet muda.
Pukul 10.00 WIB:Melanjutkan perjalanan ke Pasar Klewer. Perjalanan menuju Pasar Klewer
hanya ditempuh dengan berjalanan kaki saja karena Pasar Klewer masih
dalam satu kawasan dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Di pasar ini
wisatawan dapat membeli cindera mata khas Kota Solo yaitu batik karena di
pasar ini banyak menjual batik dengan beraneka ragam corak dan jenis, harga
yang ditawarkan di pasar ini juga sangat.
Pukul 12.00 WIB : Melanjutkan perjalanan ke Istana Mangkunegaran. Waktu perjalanan yang
ditempuh sekitar 15 menit dari Pasar Klewer. Di Istana Mangkunegaran
wisatawan dapat melihat arsitektur bangunan yang unik dan masing-masing
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Muali dari banguan utama yang dinamakan
Pendopo Ageng, bangunan kedua bernama Paringgitan, kemudian bangunan
yang paling belakang bernama Dalem Ageng. Istana Mangkunegaran ini di
bangun pada tahun 1757. Kemudian dipugar dan selesai pada tahun 1866 pada
saat pemerintahan Maangkunegoro ke IV. Di sini juga terdapat benda-benda
koleksi keraton mulai dari keris, tombak, baju kebesaran raja, perhiasan raja,
aksesoris tari, tiga gamelan yang masing-masing usianya 25 tahun, 100 tahun,
200 tahun, koleksi topeng, dan lain sebagainya.
Pukul 13.15 WIB : Melanjutkan perjalanan ke Bale Padi. Waktu perjalanan sekitar 30 menit dari
Istana Mangkunegaran. Di sini wisatawan akan beristirahat dan sekaligus
untuk makan siang. Di Bale Padi ini menyediakan masakan khas jawa, dengan
pemandangan yang masih asri karena lokasi Bale Padi terletak di pedesaan,
sehingga wisatawan dapat bersantai sambil makan dan menikmati sejuknya
udara pedesaan.
Pukul 15.30 WIB : Melanjutkan perjalanan menuju Kampoeng Batik Laweyan. Perjalanan dari
Bale Padi ke Kampoeng Batik Laweyan kira-kira 30 menit. Di kampoeng
laweyan ini mayoritas penduduk setempat adalah penghasil kerajinan batik. Di
sini wisatawan dapat melihat proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Tak
hanya itu wisatawan juga dapat belajar cara membuat batik tulis sendiri. Di
Kampoeng Batik ini wisatawan juga dapat membeli batik yang dapat
dijadikan sebagai buah tanggan.
Pukul 17.30 WIB : Melanjutkan perjalanan ke Night Market Ngarsopuro. Perjalanan dari
Kampoeng Batik Laweyan ke Pasar Ngarsopuro kira-kira 30 menit. Pasar
Ngarsopuro terletak di depan Istana Mangkunegaran, di sepanjang Jalan
Diponegoro. Night Market Ngarsopuro ini buka pada malam hari pukul 17.00
hingga pukul 22.00 WIB. Di pasar ini wisatawan bisa berbelanja cinderamata
khas Kota Solo, menikmati makanan yang dijajakan oleh para padagang
makanan di pasar ini sambil bersantai menikmati sejuknya suasana malam di
Kota Solo dan menikmati hiburan yang disuguhkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kota Solo adalah kota yang sangat terkenal dengan wisata budaya dan wisata belanja,
salah satu diantaranya adalah Pasar Ngarsopuro. Kota Solo mempunyai objek yang bernilaikan
sejarah dan budaya yang masih dilestarikan hingga sekarang. Wisatawan asing yang berkunjung
di Kota Solo pun tak kalah banyaknya dengan wisatawan lokal.
Pasar Ngarsopuro merupakan salah satu obyek wisata belanja di Kota Solo yang
mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, dimanfaatkan, dan dikelola secara
profesional dan tertata. Dengan demikian Pasar Ngarsopuro diharapkan dapat memberi daya
tarik dan minat para wisatawan untuk datang berkunjung ke Kota Solo dan meningkatakan
pendapatan bagi para penduduk setempat.
Dalam perkembangannnya saat ini Pasar Ngarsopuro selain menawarkan produk-produk
kerajinan unggulan khas Kota Solo, juga memberikan hiburan yang dapat menjadi daya tarik
bagi wisatawan untuk berkunjung. Menghadapi perkembangan dunia yang semakin pesat,
keberadaan Pasar Ngarsopuro perlu untuk digali potensinya, baik dari segi daya tarik wisata,
kekuatan ekonomi, kesehatan dan pembangunan fasilitas lainnya.
Kendala-kendala yang dihadapi Pasar Ngarsopuro cukup beragam, dari pemasaran dan
promosi yang masih kurang, sarana prasarana dan fasilitas yang masih kurang lengkap
hendaknya dapat ditangani oleh pemerintak Kota Solo.
B. Saran
Berdasar kesimpulan di atas, saran bagi pihak terkait agar objek wisata maupun daya
tarik wisata yang ada di Kota Solo, khususnya Pasar Ngarsopuro dapat berkembang dan terjaga
kelestariannya serta menjadi produk unggulan pariwisata yaitu:
1. Lebih memperlengkap fasilitas yang ada, sehingga para wisatawan merasa nyaman saat
berjalan-jalan di pasar ini.
2. Perlunya lebih menambah jumlah pedagang dan jenis dagangan, agar pengunjung lebih
banyak pilihan belanja.
3. lebih memperketat pengamanan di pasar ini sehingga pengunjung yang berkunjung
merasa tenag dan nyaman ketika berbelanja di Pasar Ngarsopuro.
DAFTAR PUSTAKA
B, Soelarto. 1993. Upacara Garebeg Kraton Solo. Yogyakarta : Kanisius
Gamal, Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Indriyo. Gitosudarbo. 1994. Manajemen Pemasaran Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE
Joko Purwanto dan Hilmi. 1994. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia
. 1997. Kenang-Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta. Surakarta :
Pemerintah kota Madya Daerah Tingkat II Surakarta
Nyoman S. Pendit. 1986. Ilmu pariwisata, sebuah pengantar Perdana. Jakarta : PT.
Pradayaparamita
Oka A.Yoeti.1980. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa Offset
Salah Wahab. 1988. Managemen Kepariwisataan. Jakarta : PT. Pradaayaparaamita
Soepanto. 1991. Tradisi Sekaten Solo. Yogyakarta : Departemen Kebudayaan dan Pendidikan
Yogyakarta
UU.RI,No 9 1990 Tentang Kepariwisataan.
www.kabar Indonesia.com.Tanggal akses 16 Mei 2009