Post on 03-Jul-2015
Jurnal Reading Dermatology 2011
LATAR BELAKANG
Tahun 1817, jauh sebelum terjadi peningkatan kejadian moluskum kontagiosum,
Bateman pertama kali menjelaskan cairan seperti susu yang bisa didapatkan dari lesi
karakteristik. Henderson dan Paterson, 2 peneliti yang mempelajari moluskum kontagiosum
selama 25 tahun, menggambarkan cairan seperti susu berasal dari jaringan selular. Baru
kemudian kedua peneliti ini menyadari bahwa mereka telah menemukan tanda badan inklusi
intracytoplasmic, yang kemudian dinamakan badan Henderson-Paterson (badan moluskum).
Sampai dengan awal abad ke-20, komunitas medis tetap tidak yakin penyebab
moluskum kontagiosum. Otoritas tertentu percaya bahwa papula menyebabkan pembesaaran
kelenjar sebasea, sementara yang lain mendalilkan bahwa infestasi parasit menyebabkan lesi.
Sebuah terobosan dalam studi moluskum kontagiosum terjadi pada tahun 1905 ketika
Juliusburg menemukan dan mendokumentasikan sifat virus moluskum kantagiosum.
PATOFISIOLOGI
Virus moluskum kontagiosum, yang berisi linier double-stranded DNA, menyebabkan
penyakit kulit moluskum kontagiosum. Restriksi endonuklease menjelaskan 4 subtipe virus:
virus moluskum kontagiosum subtipe I, II, III, dan IV. Semua subtipe diklasifikasikan
sebagai anggota dari genus Orthopoxvirus atau sebagai poxvirus yang tidak spesifik. Ketika
infeksi pada manusia terjadi, keratinosit epidermis yang diserang. Replikasi virus terjadi
dalam sitoplasma sel yang terinfeksi, menghasilkan karakteristik badan inklusi sitoplasma.
Histologi, badan-badan inklusi yang paling nyata terlihat dalam stratum granulosum dan
lapisan stratum korneum pada epidermis. Hiperproliferasi epidermis juga terjadi karena
terjadi peningkatan dua kali lipat dalam devisi seluler lapisan basal epidermis.
Virus moluskum kontagiosum menyebabkan 3 pola penyakit berbeda dalam 3
populasi pasien yang berbeda yaitu anak-anak, orang dewasa yang imunokompeten, dan
pasien dengan imunokompremais (anak-anak atau orang dewasa). Anak-anak tertular virus
moluskum kontagiosum dapat melalui kontak langsung kulit dengan kulit atau kontak tidak
langsung kulit dengan benda yang terkontaminasi seperti peralatan olahraga dan pemandian
umum. Lesi biasanya terjadi di dada, lengan, badan, kaki, dan wajah. Pada orang dewasa,
moluskum kontagiosum dianggap sebagai penyakit menular seksual (PMS). Pada hampir
semua kasus yang mengenai orang dewasa sehat, pasien menunjukan beberapa lesi, yang
Moluskum Kontagiosum Page 1
Jurnal Reading Dermatology 2011
terbatas pada perineum, genital, perut bagian bawah, atau pantat. Umumnya, pada populasi
imunokompeten, moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri.
Pasien yang terinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) atau pasien yang
kekebalannya menurun perjalanan penyakitnya lebih lama dengan lesi lebih luas dan atipikal.
Pada pasien terinfeksi HIV, lesi umumnya terdistribusi secara lebih luas, sering terjadi pada
wajah, dan mungkin timbul dalam jumlah ratusan.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi di Amerika Serikat
Insiden moluskum kontagiosum naik pada tahun 1960-1980. Penyakit ini kurang
umum dibandingkan PMS lain, terjadi pada sekitar 1% dari populasi umum. Dalam sebuah
makalah yang diterbitkan pada tahun 1984 di Klinik urologi Amerika Utara, Margolis dari
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit melaporkan 1 kasus moluskum kontagiosum
terjadi untuk setiap 42-60 kasus infeksi gonore. .
Tingkat prevalensi dalam populasi terinfeksi HIV dilaporkan 5-18%. Pada pasien
yang terinfeksi HIV dan yang memiliki jumlah CD4 kurang dari 100 sel / uL, prevalensi
moluskum kontagiosum dilaporkan setinggi 33%.
MORTALITAS / MORBIDITAS
Moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri pada orang yang
imunokompeten, tanpa ada komplikasi jangka panjang atau sequelae. Sebaliknya, pada
pasien yang terinfeksi HIV, infeksi moluskum kontagiosum dapat mengakibatkan deformitas
kosmetik yang mencolok dan memiliki efek merugikan yang signifikan pada psikologis.
Meskipun superinfeksi dan selulitis telah dilaporkan terjadi pada penderita HIV yang
terinfeksi moluskum kontagiosum, tetap tidak ada kematian yang dapat dikaitkan langsung
dengan virus moluskum kontagiosum.
RAS
Tidak ada predileksi rasial.
Moluskum Kontagiosum Page 2
Jurnal Reading Dermatology 2011
JENIS KELAMIN
Insiden pada pria dilaporkan lebih besar daripada pada wanita.
UMUR
Moluskum kontagiosum dapat terjadi pada semua kelompok umur tapi paling umum
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang aktif secara seksual. Moluskum kontagiosum
bisa terjadi pada setiap usia pada pasien dengan imunokompremais.
RIWAYAT KLINIS
a) Anak : Orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan anak-anak lain yang terinfeksi
moluskum kontagiosum di sekolah, asrama, atau fasilitas rekreasi publik (misalnya,
tempat olahraga, kolam renang).
b) Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang terinfeksi tanpa adanya
imunokompremais biasanya aktif secara seksual dan tidak mengetahui bahwa
pasangan mereka terinfeksi.
c) Memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan risiko infeksi.
d) Frekuensi hubungan seks tanpa kondom juga meningkatkan risiko penularan.
e) Pasien yang terinfeksi HIV. Pasien umumnya memiliki jumlah CD4 rendah, dan
tingkat keparahan infeksi berbanding terbalik dengan jumlah CD4 pasien. Pasien yang
kurang patuh atau tidak patuh dengan terapi antiretroviral (ART) untuk pengobatan
HIV meningkatan risiko terinfeksi moluskum kontagiosum, sama seperti orang yang
memiliki banyak pasangan seksual.
f) Lain-lain
Sebuah laporan baru-baru ini merinci adanya erupsi moluskum kontagiosum
pada pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal. [21]
Laporan kasus lain, infeksi moluskum kontagiosum di daerah yang diobati
dengan tacrolimus 0,1% (Protopic). [2, 14, 42]
PEMERIKSAAN FISIK
a) Lesi individu biasanya diskrit, seperti lilin, merah, berbentuk kubah, papul-papul
umbilikasi dengan permukaan halus. Lesi bisa sedikit atau banyak, tergantung pada
status imunologi dari host. Pada semua pasien, lesi umumnya tanpa gejala, tapi
pruritus dan / atau reaksi eksematosa perilesional bisa terjadi.
Moluskum Kontagiosum Page 3
Jurnal Reading Dermatology 2011
b) Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat lesi biasanya 1-2 mm diameter dan
jumlah kurang dari 20.
c) Pada anak-anak, lesi umumnya didistribusikan pada badan, lengan, kaki, wajah.
d) Pada orang dewasa imunokompeten, lesi biasanya ditemukan pada genitalia, perut
bagian bawah, paha atas bagian dalam, dan / atau pantat.
e) Durasi rata-rata dari lesi yang tidak diobati adalah 6-9 bulan tetapi bisa juga sampai
selama 5 tahun.
f) Individu yang HIV positif
Infeksi moluskum kontagiosum umumnya lebih parah pada pasien dengan
HIV. Lesi dapat timbul dalam jumlah ratusan dan umumnya berdiameter lebih
besar (bisa> 2 cm), bentuk lebih tidak teratur dan konfluen.
Selain pada lipat paha, lesi sering ditemukan pada wajah. Durasi lesi yang
tidak diobati 5 tahun atau lebih karena pada penderita ini tidak tejadi
penyembuhan sendiri, akibat dari adanya imunokompresi.
g) Pada kedua individu baik imunokompeten dan imunokompromise, moluskum
kontagiosum jarang ditemukan di mukosa oral dan konjungtiva.
Moluscum kontagiosum pada penderita yang imunokompeten, terdapat di axilla, lengan.
lipatan paha dan genitalia externa
Moluskum Kontagiosum Page 4
Jurnal Reading Dermatology 2011
Moluskum kontagiosum pada anak, predileksi di ketiak, wajah, badan, genitalia externa,
perianal
Moluskum Kontagiosum Page 5
Jurnal Reading Dermatology 2011
Moluskum kontagiosum pada wajah
Moluskum kontagiosum pada penderita HIV
Moluskum Kontagiosum Page 6
Jurnal Reading Dermatology 2011
ETIOLOGI
Faktor risiko meliputi:
a) Anak-anak, adanya kontak langsung kulit ke kulit dengan anak yang terkena atau
berbagi menggunakan peralatan (misalnya, peralatan di tempat olahraga).
b) Dewasa imunokompeten - Terutama terjadi karena kontak seksual dengan pasangan
yang terkena
c) Pasien imunokompresi - kontak seksual dengan pasangan yang terkena, serta non-
seksual kontak kulit-ke-kulit dengan seorang individu yang terkena
d) Penggunaan imunosupresi – penggunaan topikal obat imunosupresan (tacrolimus)
dapat menyebabkan erupsi yang lebih hebat pada daerah yang diberi obat.
PENATALAKSANAAN
Laboratorium
Pertimbangkan tes infeksi HIV pada pasien dengan lesi di wajah.
Prosedur
a) Biopsi kulit: biopsi dari lesi dapat dikerjakan untuk mengkonfirmasikan diagnosis
moluskum kontagiosum secara histologis.
b) Preparat Squash (pemeriksaan mikroskopis dari eksudat selular)
Bahan selular yang terkandung di tengah umbilikasi diekstraksi secara manual,
diratakan diantara 2 slide mikroskop, dan diwarnai.
c) Pemeriksaan mikroskopis pada preparat ini menunjukkan inklusi badan moluskum
intrasitoplasma (badan Henderson-Paterson).
TEMUAN HISTOLOGIS
Prototipikal hematoxylin dan eosin (H&E) – mewarnai potongan histologis moluskum
kontagiosum menunjukkan gambaran lekukan berbentuk cangkir pada epidermis sampai
kedalam dermis (seperti terlihat pada gambar di bawah).
Moluskum Kontagiosum Page 7
Jurnal Reading Dermatology 2011
potongan bagian bawah, terlihat sebuah lesi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaran
klasik berbentuk cangkir, invaginasi dari epidermis ke dalam dermis. Badan Henderson-
Paterson diidentifikasi dan berwarna ungu-merah dalam gambar ini.
Dalam wilayah indentasi, epidermis tampak menebal (acanthosis) dibandingkan
dengan kulit sekitarnya yang tidak terinfeksi, dan lapisan sel epitel tidak berinti (cornified)
biasanya sudah hancur. Fitur yang khas adalah inoklusi badan moluskum intrasitoplasma,
eosinofilik, inklusi granular ke dalam lapisan keratinosit basal, keras, dan lapisan granular
epidermis (seperti terlihat pada gambar di bawah).
Potongan media pada lesi moluskum kontagiosum. Pada pembesaran terlihat lebih
jelas badan moluskum intrasitoplasmik (pewarnaan ungu-merah muda) dalam keratinosit.
Moluskum Kontagiosum Page 8
Jurnal Reading Dermatology 2011
Inklusi ini, yang disebut badan moluskum atau badan Henderson-Paterson, berukuran
diameter 35 um dan menggeser nukleus ke pinggiran sel. studi ultrastructural telah
menunjukkan bahwa badan moluskum tebungkus kantung dengan membran yang banyak
mengandung virion moluskum kontagiosum. Dermis sekitarnya relatif tampak normal.
Dalam kasus nonprototypical, terjadi ruptur badan moluskum intradermal, terdapat
infiltrat inflamasi terdiri dari limfosit, histiosit, dan kadang terdapat benda asing-jenis giant
sel multinuklear dapat ditemukan. Osifikasi metaplastic dapat terjadi tapi jarang. Yang paling
besar, infitrat inflamasi dermal akan terlihat seperti limfoma kulit (pseudolymphoma).
PENATALAKSANAAN
Moluskum kontagiosum biasanya dapat sembuh sendiri, dan lesi umumnya sembuh
tanpa timbul jaringan parut. Intervensi dapat dindikasikan jika lesi tidak dapat sembuh
sendiri. Modalitas terapi meliputi aplikasi topikal dari berbagai obat-obatan, terapi radiasi,
dan / atau pembedahan. Setiap teknik memungkinkan timbulnya jaringan parut atau
perubahan warna pigmen postinflamasi. Seringkali, sesi perawatan multiple diperlukan
karena kekambuhan lesi yang sudah diobati dan / atau munculnya lesi baru melalui
autoinokulasi. Manfaat terapi harus lebih banyak daripada risiko.
Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) telah menyetujui tidak ada agen
topikal atau intralesi khusus untuk pengobatan moluskum kontagiosum.
Terapi topikal: keberhasilan klinis telah dilaporkan dengan penggunaan agen topikal
berikut, yang dapat bertindak sebagai bahan iritan, yang merangsang respon imunologi.
a) Krim Imiquimod merupakan pengubah respon kekebalan disetujui untuk mengobati
lesi genitalia eksternal dan perianal pada orang dewasa. Telah dilaporkan efektif
dalam pengobatan kontagiosum moluskum [7, 38] Imiquimod krim dapat digunakan
bersama dengan Cantharidin. [33]
b) Beberapa studi melaporkan bahwa Cantharidin, chemovesicant, efektif dalam
mengobati moluskum kontagiosum. Untuk menguji respon pasien terhadap terapi
yaitu dengan mengobati beberapa lesi pada kunjungan awal. Cantharidin dapat
digunakan dalam kombinasi dengan Imiquimod. [33]
Moluskum Kontagiosum Page 9
Jurnal Reading Dermatology 2011
c) Tretinoin dilaporkan telah berhasil dalam pengobatan lesi moluskum kontagiosum
kecil. Tretinoin, Cantharidin, dan Imiquimod diberikan kepada pasien dengan
instruksi aplikasi dan follow up selama pengobatan dilakukan.
d) Asam bichloracetic, asam trikloroasetat, asam salisilat, asam laktat, asam glikolat, dan
silver nitrat juga telah digunakan, namun dokter harus mengaplikasikannya sendiri
kepada pasien.
e) Topikal podophyllotoxin krim 0,5% sendiri diberikan dua kali sehari selama 3 minggu
telah dilaporkan efektif dalam satu penelitian plasebo-terkontrol, double-blind study. [37]
f) Laporan menyatakan bahwa interferon alfa subkutan (IFN-alfa) diaplikasikan intralesi
berguna pada anak-anak dengan imunokompremais.
g) Sebuah laporan kasus baru-baru ini mencatat efektivitas sidofovir topikal dalam
pengobatan moluskum yang tersebar luas pada penderita dengan penurunan kekebalan
tubuh. [14] Sidofovir difosfat dilaporkan dapat menghambat aktivitas virus moluskum
kontagiosum DNA polimerase. [39]
NON MEDIKAMENTOSA
a) Kuret: lesi individual dapat dihilangkan dengan “hand-held” kuret, dengan sedikit
ketidaknyamanan. Kuret dikombinasikan dengan penerapan bahan iritan topikal.
b) Cryosurgery: aplikasikan nitrogen cair selama 10-15 detik per lesi. Terapi cairan
nitrogen dapat menyebabkan rasa sakit dan dapat mengakibatkan kulit lecet, melepuh.
Depigmentasi sementara dan permanen terjadi pada individu yang berkulit gelap.
c) Electrodesiccation dapat digunakan untuk lesi yang tidak membaik dengan kuretase
atau cryosurgery. Teknik menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien;
pertimbangkan penggunaan anestesi lokal. Berhati-hati pada pasien dengan alat pacu
jantung.
d) Pulse dye laser telah digunakan dan menunjukan keberhasilan pada beberapa kasus. [25]
e) Intense Pulsed Light (IPL) juga digunakan bersama dengan pengaplikasian asam 5-
aminolevulinic dan berhasil pada 6 kasus.
f) Electron-beam therapy. Suatu penelitian oleh Michael J. Scolaro, Patricia Gordon,
menyimpulkan perbaikan yang signifikan pada pasien HIV yang terinfeksi moluskum
kontagiosum, setelah di follow up selama 24 bulan tidak ditemukan adanya
Moluskum Kontagiosum Page 10
Jurnal Reading Dermatology 2011
kekambuhan pada pasien HIV. (diunduh dari
http://radiology.rsna.org/content/210/2/479.full).
MEDIKAMENTOSA
Obat topikal biasanya adalah kategori pertama yang digunakan dalam mengobati
penyakit aktif. Gunakan asam dan terapi intralesi ketika terapi topikal gagal.
Pengubah respon imun, topikal
Ringkasan
Agen ini adalah salah satu perawatan topikal lini pertama untuk kontagiosum
moluskum, meskipun tidak disetujui FDA untuk indikasi tersebut.
Imiquimod (Aldara)
Menginduksi sekresi IFN-alfa dan sitokin lain. Mekanisme kerja tidak diketahui.
Mungkin lebih efektif pada wanita dibandingkan pada pria.
Chemovesicants
Ringkasan
Juga merupakan obat topikal lini pertama, meskipun obat ini tidak disetujui FDA
untuk moluskum kontagiosum. Efektivitas terhadap lesi merupakan hasil dari pengelupasan.
Cantharidin (Verr-Canth)
Kerja litik obat ini tidak mempengaruhi lapisan basal dan berpengaruh minimal
terhadap corium (dermis). Jaringan parut tidak terjadi.
Keratolytics
Ringkasan
Obat ini digunakan untuk membantu dalam pengelupasan keratin pada gangguan kulit
hiperkeratosis, termasuk ichthyoses, kutil biasa, kutil datar, dan veruka jinak lainnya.
Moluskum Kontagiosum Page 11
Jurnal Reading Dermatology 2011
Tretinoin Topikal (Avita, Retin-A)
Menghambat pembentukan microcomedo dan menghilangkan lesi. Membuat
keratinosit dalam folikel sebasea kurang melekat dan lebih mudah untuk terkelupas. Tersedia
dalam sediaan krim 0,025%, 0,05%, dan 0,1. Tersedia juga sebagai gel 0,01% dan 0.025%.
Mulailah dengan formulasi tretinoin terendah dan ditingkatkan bila terjadi toleransi.
Asam Trikloroasetat (Tri-Chlor)
Membuat kasar kulit, keratin, dan jaringan lain. Meskipun menimbulkan rasa terbakar
pada kulit, efek iritasi lokal dan toksisitas sistemik lebih rendah dibandingkan obat lain di
kelas yang sama. Respon sering tidak lengkap, dan sering terjadi kekambuhan.
Harus diaplikasikan langsung oleh dokter.
Perak nitrat (AgNO3)
Merupakan terapi lini kedua bila terjadi kegagalan dengan agen lini pertama. Bekerja
mengkoagulasikan protein seluler dan menghilangkan jaringan granulasi.
Harus diaplikasikan sendiri oleh dokter.
Pengubah respon imun, sistemik
Ringkasan
Merupakan agen lini kedua digunakan pada anak-anak dengan imunokompresi.
Interferon alfa 2a dan 2b (Roferon-A [alfa-2a], Intron A [alfa-2b])
Produk protein yang diproduksi oleh teknologi DNA rekombinan. Mekanisme
aktivitas antitumor tidak dipahami dengan jelas, namun efek antiproliferatif langsung
terhadap sel-sel ganas dan modulasi respon imun host memainkan peran penting.
Formulasi Herbal
Ringkasan
Pengobatan alternatif.
Peringatan: formulasi herbal tidak diatur oleh FDA.
Moluskum Kontagiosum Page 12
Jurnal Reading Dermatology 2011
Australian lemon myrtle (Backhousia citriodora)
10% larutan minyak esensial dari putik bunga lemon Australia.
PERAWATAN RAWAT JALAN LEBIH LANJUT
a) Pengulangan pemeriksaan disarankan 2-4 minggu setelah pengobatan.
b) Pengobatan ulang sering diperlukan.
c) Pertimbangkan terapi kombinasi pada pasien dengan lesi yang berespon buruk pada
pengobatan.
PENCEGAHAN
a) Menghentikan semua penggunaan obat penekan imun topikal (misalnya, tacrolimus).
b) Tidak memakai peralatan secara bergantian.
c) Menghindari kontak langsung dengan penderita moluskum kontagiosum
d) Menghindari barganti-ganti pasangan sexual
KOMPLIKASI
Autoinokulasi dapat dihasilkan dari trauma, seperti alat cukur, serta manipulasi lesi
oleh pasien. Selulitis adalah komplikasi yang tidak biasa pada pasien moluskum kontagiosum
yang terinfeksi HIV. [15]
Infeksi sekunder dengan Staphylococcus aureus menyebabkan terbentuknya abses,
sedangkan Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan selulitis nekrosis.
PROGNOSIS
Penyembuhan spontan umumnya terjadi setelah 18 bulan pada orang yang sistem
kekebalannya baik, namun pernah dilaporkan adanya lesi yang bertahan selama 5 tahun.
Durasi infeksi tidak pasti pada populasi dengan infeksi HIV dan pada populasi dengan
imunokompresi (misalnya, pasien yang telah mengalami transplantasi ginjal) karena
moluskum kontagiosum tidak dapat sembuh sendiri dalam kasus ini.
Moluskum Kontagiosum Page 13
Jurnal Reading Dermatology 2011
EDUKASI PASIEN
Terangkan pada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk mengurangi
transmisi moluskum kontagiosum kepada orang lain, serta untuk menghindari infeksi ulang di
masa depan dan meminimalkan autoinokulasi.
Untuk pasien dengan tingkat pendidikan tinggi, dapat disarankan membaca artikel-
artikel mengenai moluskum kontagiosum.
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Kriptokokosis
Disebabkan oleh jamur cryptococcus neoformans. Bagian yang terutama terinfeksi
yaitu, paru, SSP, dan tersebar hampir keseluruh organ, berdasarkan catatan medis pasien
dengan penyakit kriptokokus yang simptomatik. Faktor-faktor yang sangat penting adalah
adanya kondisi yang terkait faktor imunosupresi (misalnya, penggunaan steroid, transplantasi
organ, keganasan) atau infeksi HIV. Kriptokokosis merupakan infeksi yang semakin umum
timbul pada pasien transplantasi organ. Selain infeksi paru-paru dan SSP, organ-organ yang
paling sering terkena adalah kulit, prostat, dan kavitas medulla tulang.
Manifestasi di tulang terjadi pada 10% -15% kasus dan biasanya berbentuk papula,
pustula, nodul, ulkus. Papula Umbilicated pada pasien dengan AIDS menyerupai moluskum
kontagiosum.
Selulitis dengan nekrosis vaskulitis dilaporkan pada pasien yang menjalani
transplantasi organ. Pada pasien ini terdapat pneumonia, ada gejala berupa batuk berlendir,
terdapat nyeri dada, demam ringan, dyspnea, penurunan berat badan, malaise.
Moluskum Kontagiosum Page 14
Jurnal Reading Dermatology 2011
Basal Cell Carcinoma
EtiologiPenyebab pasti tidak diketahui tapi faktor genetik dan lingkungan diyakini sebagai
pencetus.
Riwayat klinis
Terdapat lesi yang membesar perlahan sulit sembuh dan berdarah ketika mengalami
trauma. Paling sering terjadi pada wajah, pasien menerangkan lesi dari sebuah benjolan
jerawat yang kadang-kadang berdarah.
Orang yang sering terpapar sinar matahari lebih sering terkena kanker kulit dibanding
mereka yang tidak. Pertimbangkan BCC pada setiap pasien dengan riwayat anomali kulit dan
sakit yang tidak sembuh dalam 3-4 minggu dan terjadi pada kulit yang sering terpapar sinar
matahari. Tumor ini mungkin memakan waktu berbulan-bulan atau tahun untuk mencapai
diameter 1 cm.
Pasien sering memiliki riwayat paparan sinar matahari kronis, termasuk paparan sinar
matahari saat rekreasi (misalnya, berjemur, olahraga, memancing, berlayar) dan paparan sinar
matahari saat bekerja (misalnya, pertanian, konstruksi).
Pemeriksaan fisik
Fitur Karakteristik tumor BCC meliputi:
a) Seperti mutiara
b) Erosi atau ulserasi, sering pada bagian tengah
c) Papula lilin dengan depresi pada pusat
d) Pendarahan, terutama ketika trauma
e) Berkrusta
f) Tepi tinggi
g) Telangiektasis bagian permukaan
h) Pertumbuhan lambat (0,5 cm dalam 1-2 y)
Karsinoma sel basal terjadi terutama di kepala, wajah (kulit kepala termasuk), leher,
dan tangan. Jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Lesi datar, daerah pucat yang
berukuran kecil, merah muda atau merah, bening, mengkilat, dan seperti lilin, dan terdapat
daerah berdarah dengan cedera ringan. Lesi tumbuh lambat, tidak menyakitkan, dan tidak
gatal.
Moluskum Kontagiosum Page 15
Jurnal Reading Dermatology 2011
Moluskum Kontagiosum Page 16
Jurnal Reading Dermatology 2011
REFERENSI
1. Ackerman AB, Tanski EV. Pseudoleukemia cutis: report of a case in association with molluscum contagiosum. Cancer. Aug 1977;40(2):813-7. [Medline].
2. Ahn BK, Kim BD, Lee SJ, Lee SH. Molluscum contagiosum infection during the treatment of vitiligo with tacrolimus ointment. J Am Acad Dermatol. Mar 2005;52(3 Pt 1):532-3. [Medline].
3. Birthistle K, Carrington D. Molluscum contagiosum virus. J Infect. Jan 1997;34(1):21-8. [Medline].
4. Blattner RJ. Molluscum contagiosum: eruptive infection in atopic dermatitis. J Pediatr. Jun 1967;70(6):997-9. [Medline].
5. Brown ST, Nalley JF, Kraus SJ. Molluscum contagiosum. Sex Transm Dis. Jul-Sep 1981;8(3):227-34. [Medline].
6. Buckley MM, Benfield P. Eutectic lidocaine/prilocaine cream. A review of the topical anaesthetic/analgesic efficacy of a eutectic mixture of local anaesthetics (EMLA). Drugs. Jul 1993;46(1):126-51. [Medline].
7. Buckley R, Smith K. Topical imiquimod therapy for chronic giant molluscum contagiosum in a patient with advanced human immunodeficiency virus 1 disease. Arch Dermatol. Oct 1999;135(10):1167-9. [Medline].
8. Bugert JJ, Darai G. Recent advances in molluscum contagiosum virus research. Arch Virol Suppl. 1997;13:35-47. [Medline].
9. Buntin DM, Roser T, Lesher JL Jr, Plotnick H, Brademas ME, Berger TG. Sexually transmitted diseases: viruses and ectoparasites. Committee on Sexually Transmitted Diseases of the American Academy of Dermatology. J Am Acad Dermatol. Sep 1991;25(3):527-34. [Medline].
10. Burke BE, Baillie JE, Olson RD. Essential oil of Australian lemon myrtle (Backhousia citriodora) in the treatment of molluscum contagiosum in children. Biomed Pharmacother. May 2004;58(4):245-7. [Medline].
11. Charles NC, Friedberg DN. Epibulbar molluscum contagiosum in acquired immune deficiency syndrome. Case report and review of the literature. Ophthalmology. Jul 1992;99(7):1123-6. [Medline].
12. Dohil MA, Lin P, Lee J, Lucky AW, Paller AS, Eichenfield LF. The epidemiology of molluscum contagiosum in children. J Am Acad Dermatol. Jan 2006;54:47-54. [Medline].
13. Dourmashkin R, Bernhard W. A study with the electron microscope of the skin tumor of molluscum contagiosum. J Ultrastructure Research. 1959;3:11-38.
14. Fery-Blanco C, Pelletier F, Humbert P, Aubin F. Disseminated molluscum contagiosum during topical treatment of atopic dermatitis with tacrolimus: efficacy of cidofovir. Ann Dermatol Venereol. May 2007;134:457-9. [Medline].
15. Freeman CL, Moriarty AT. Molluscum contagiosum presenting as cellulitis in an AIDS patient: cytologic and ultrastructural features. Diagn Cytopathol. Jun 1995;12(4):345-9. [Medline].
16. Gold MH, Boring MM, Bridges TM, Bradshaw VL. The successful use of ALA-PDT in the treatment of recalcitrant molluscum contagiosum. J Drugs Dermatol. Mar-Apr 2004;3(2):187-90. [Medline].
17. Gottlieb SL, Myskowski PL. Molluscum contagiosum. Int J Dermatol. Jul 1994;33(7):453-61. [Medline].
18. Hanna D, Hatami A, Powell J, Marcoux D, Maari C, Savard P, et al. A prospective randomized trial comparing the efficacy and adverse effects of four recognized treatments of molluscum contagiosum in children. Pediatr Dermatol. Nov-Dec 2006;23:574-9. [Medline].
Moluskum Kontagiosum Page 17
Jurnal Reading Dermatology 2011
19. Horn CK, Scott GR, Benton EC. Resolution of severe molluscum contagiosum on effective antiretroviral therapy. Br J Dermatol. Apr 1998;138(4):715-7. [Medline].
20. Lewis EJ, Lam M, Crutchfield CE. An update on molluscum contagiosum. Cutis. Jul 1997;60(1):29-34. [Medline].
21. Mansur AT, Goktay F, Gunduz S, Serdar ZA. Multiple giant molluscum contagiosum in a renal transplant recipient. Transpl Infect Dis. Sep 2004;6(3):120-3. [Medline].
22. Margolis S. Genital warts and molluscum contagiosum. Urol Clin North Am. Feb 1984;11(1):163-70. [Medline].
23. Martin DH, Mroczkowski TF. Dermatologic manifestations of sexually transmitted diseases other than HIV. Infect Dis Clin North Am. Sep 1994;8(3):533-82. [Medline].
24. Medical Economics Company. Intron A for Injection (Schering). PDR: Physicians' Desk Reference. 2001;[Full Text].
25. Michel JL. Treatment of molluscum contagiosum with 585 nm collagen remodeling pulsed dye laser. Eur J Dermatol. Mar-Apr 2004;14(2):103-6. [Medline].
26. Naert F, Lachapelle JM. Multiple lesions of molluscum contagiosum with metaplastic ossification. Am J Dermatopathol. Jun 1989;11(3):238-41. [Medline].
27. Nageswaran A, Kinghorn GR. Sexually transmitted diseases in children: herpes simplex virus infection, cytomegalovirus infection, hepatitis B virus infection and molluscum contagiosum. Genitourin Med. Aug 1993;69(4):303-11. [Medline].
28. Ordoukhanian E, Lane AT. Warts and molluscum contagiosum: beware of treatments worse than the disease. Postgrad Med. Feb 1997;101(2):223-6, 229-32, 235. [Medline].
29. Pereira B, Fernandes C, Nachiambo E, Catarino MC, Rodrigues A, Cardoso J. Exuberant molluscum contagiosum as a manifestation of the immune reconstitution inflammatory syndrome. Dermatol Online J. 2007;13(2):6. [Medline].
30. Postlethwaite R. Molluscum contagiosum. Arch Environ Health. Sep 1970;21(3):432-52. [Medline].
31. Praetorius-Clausen F. Rare oral viral disorders (molluscum contagiosum, localized keratoacanthoma, verrucae, condyloma acuminatum, and focal epithelial hyperplasia). Oral Surg Oral Med Oral Pathol. Oct 1972;34(4):604-18. [Medline].
32. Reed RJ, Parkinson RP. The histogenesis of molluscum contagiosum. Am J Surg Pathol. Jun 1977;1(2):161-6. [Medline].
33. Ross GL, Orchard DC. Combination topical treatment of molluscum contagiosum with cantharidin and imiquimod 5% in children: a case series of 16 patients. Australas J Dermatol. May 2004;45(2):100-2. [Medline].
34. Smith KJ, Yeager J, Skelton H. Molluscum contagiosum: its clinical, histopathologic, and immunohistochemical spectrum. Int J Dermatol. Sep 1999;38(9):664-72. [Medline].
35. Sulica RL, Kelly J, Berberian BJ, Glaun R. Cutaneous cryptococcosis with molluscum contagiosum coinfection in a patient with acquired immunodeficiency syndrome. Cutis. Feb 1994;53(2):88-90. [Medline].
36. Sutton JS, Burnett JW. Ultrastructural changes in dermal and epidermal cells of skin infected with Molluscum contagiosum virus. J Ultrastruct Res. Feb 1969;26(3):177-96. [Medline].
37. Syed TA, Lundin S, Ahmad M. Topical 0.3% and 0.5% podophyllotoxin cream for self-treatment of molluscum contagiosum in males. A placebo-controlled, double-blind study. Dermatology. 1994;189(1):65-8. [Medline].
38. Theos AU, Cummins R, Silverberg NB, Paller AS. Effectiveness of imiquimod cream 5% for treating childhood molluscum contagiosum in a double-blind, randomized pilot trial. Cutis. Aug 2004;74(2):134-8, 141-2. [Medline].
39. Watanabe T, Tamaki K. Cidofovir diphosphate inhibits molluscum contagiosum virus DNA polymerase activity. J Invest Dermatol. Nov 15 2007;[Medline].
Moluskum Kontagiosum Page 18
Jurnal Reading Dermatology 2011
40. Whitaker SB, Wiegand SE, Budnick SD. Intraoral molluscum contagiosum. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. Sep 1991;72(3):334-6. [Medline].
41. White CJ, Robey WH. Molluscum Contagiosum. J Med Res. 1902;7:255-77.42. Wilson LM, Reid CM. Molluscum contagiosum in atopic dermatitis treated with 0.1%
tacrolimus ointment. Australas J Dermatol. Aug 2004;45(3):184-5. [Medline].
SUMBER
Moluscum Contagiosum. Available at http://emedicine.medscape.com/article/221901-clinical. 2011.
Crytococcosis. Available at http://emedicine.medscape.com/article/215354-overview. 2011.
Basal Cell Carcinoma. Available at http://emedicine.medscape.com/article/276624-clinical. 2011.
Moluskum Kontagiosum Page 19