Post on 30-Oct-2015
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 1/11
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
I. NOMOR PERCOBAAN : VII
II. NAMA PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR TIROSINA
DALAM KASEIN
III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar tirosin dalam
kasein serta dapat membuat kurva kalibrasinya.
IV. LANDASAN TEORI :
Kita dapat memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut dengan protein hewani,sedangkan
protein yang berasal dari tumbuhan disebut dengan protein nabati. Beberapa makanan
sumber protein ialah daging, telur, susu , ikan , beras, kacang, kedelai, gandum,
jagung dan buah-buahan.
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan
yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disampingdigunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai
sumber energi bila tubuh kita kekurangan karbohidrat atau lemak. Komposisi rata-
rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai berikut : Karbon 50%,
Hidrogen 7%, Oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan
berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16% dapat dilakukan penentuan kandungan
protein dalam suatu bahan makanan. Unsur nitrogen ditentukan secara kuatitatif,
misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat. Berat
protein yang ditentukan adalah 6,25 kali berat unsur nitrogen.
Protein juga memiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara
5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan
menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam
molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lainnya oleh ikatan
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 2/11
peptida. Protein mempunyai sifat yang sangat dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan
pelarut organik.
Jenis asam amino yang kita gunakan adalah Tirosin dengan rumus :
O
NH2
OH
OH
Tirosin adalah salah satu jenis asam amino dalam protein. Tirosin ini mempunyai
gugus fenol dan bersifat asam lemah. Tirosin dapat diperoleh dari kasein, yaitu
protein dalam keju atau susu.
Pada percobaan ini kita akan melakukan pemurnian tirosin dari kaseinnya
dengan melarutkan tirosin ke dalam berbagai larutan yang bersifat asam, alcohol,
maupun senyawa yang mengandung logam berat. Dengan demikian, kita harus
memperhatikan sifat-sifat protein antara lain :
1. ionisasi
seperti asam amino, protein juga larut dalam air akan membentuk ion yang
mempunyai muatan positif dan negative. Dalam suasanan asam molekul
protein akan membentuk ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan
membentuk ion negative. Pada titik isolistriknya protein mempunyai muatan
positif dan negative yang sama, sehingga tidak bergerak kea rah elektroda
positif maupun negative apabila ditempatkan diantara kedua electrode
tersebut. Ionisasi protein dapat digambarkan sebagai berikut :
protein+ H+ + + protein-
kation ion zwitter
protein memiliki titik isolistrik yang berbeda-beda sebagaimana yang tertera
dalam table berikut :
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 3/11
Tabel Titik Isolistrik Berbagai Protein :
Protein Sumber pH isolistrik
Albumin telur Telur 4,55 – 4,90Insulin Pancreas 5,3 – 5,35
Albumin serum Darah 4,88
Kasein Susu sapi 4,6
Gelatine Kulit sapi 4,8 – 4,85
Globulin serum Darah 5,4 – 5,5
Fibroin Sutera 2,0 – 2,4
Gliadin Terigu 6,5
Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umunya sifat
fisika, dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik
isolistrik protein bermuatan negative, sedangkan di bawah titik isolistrik protein
bermuatan negative.
Oleh karena itu untuk megendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH
larutan diatas titik isolistrik, sedangkan pengendapan oleh ion negative memerlukan
pH dibawah titik isolistrik. Ion-ion posisitf yang mengendapkan protein antara lain
ialah Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, CU++, dan Pb++, sedangkan ion negative yang dapat
mengendapkan protein adalah ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanat dan
sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut putih teluratau susu dapat digunakan sebagai
antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat.
2. Denaturasi
Protein akan mengalami koalgulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC atau
lebih. Koagulasi ini hanya terjadi apabila larutan protein berada pada titik
isolistriknya. Protein yang terdenaturasi pada titik isolistriknya masih dapat
alrut pada pH di luar titik isolistrik tersebut. Air ternyata diperlukan untuk
proses denaturasi oleh panas. Disamping pH, sushu tinggi dan ion logam
berat, denaturasi dapat pula terjadi oleh adanya gerakan mekanik, alcohol
aseton, eter dan detergen.
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 4/11
3. Viskositas.
Viskositas adalah tahanan yang timbul karena adanya gesekan antara molekul-
molekul di dalam zat cair yang mengalir. Suatu larutan protein dalam air
mempunyai viskositas atau kekentalan yang relative besar daripada viskositas
air sebagai pelarutnya.
4. Kristalisasi
Banyak protein yang telah diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun demikian
proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada
yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula ynag sukar.
5. Sistem Koloid
Molekul protein apabila dilarutkan dalam air mempunyai sifat koloid, yang
tidak dapat menembus membrane atau kertas perkamen.
Pemurnian Protein
Langkah awal yang dalam pemurnian protein ini ialah menentukan bahan
alam yang akan diproses. Penentuan ini didasarkan pada kadar protein yang
terkandung didalamnya. Tentu saja dipilih bahan alam yang mempunyai kadar protein
tinggi dan mudah diperoleh. Analisis terhadap kadar protein dalam bahan alam
tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh data tentang kadar protein yang akan
dimurnikan. Setelah itu protein akan dilarutkan ke dalam air atau pelarut lainnya.
Namun, disini juga harus diperhatikan sushu dan pH larutan agar tidak merusak
protein.
Dalam percobaan ini untuk menentukan kadar atau konsentrasi protein ini kita
menggunakan spectrometer yang berfunsgi untuk menentukan transmittan maupun
adsorbannya.
V. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
- tabung reaksi
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 5/11
- gelas ukur
- beker gelas
- spectrometer
- Erlenmeyer
- Refluks kondensor
- Penangas air
- Statif dan klem
- Pipet tetes
2. Bahan :
- Kasein 1 gram
- NaOH 6 N 20 ml
- H2SO4 7 N 30 ml
- Larutan Tirosina standard 1 ml
- HgSO4 (5%) 3 ml
- H2SO4 5 N
- H2SO4 7 N 2 ml
- NaNO2 (0,2%) 2 ml
- 12 ml air
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
Hidrolisa 1,0 gr Kaseina dengan 20, 0 ml NaOH 6 N pada refluks kondensor
dalam penangas air selama 4 jam. Tambahkan hati-hati 30 ml H 2SO4 7 N. campur.
Tempatkan 1,0 ml hidrolisat ke dalam tabung yang bersih dan kering. Pada
tabung-tabung lain pipet masing-masing 1,0 ml larutan tirosina standard dengan
lima macam kadar yang berbeda. Tambahkan 3 ml HgSO 4 5 % dalam H2SO4 5 N
pada semua tabung. Panaskan dalam penangas air yang mendidih selama 10
menit. Dinginkan dan tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 ml H2SO4 7
N dan 2 ml NaNO2 0,2 %. Campur dan tambahkan 12 ml air ke dalam masing-
masing tabung. Baca ekstingsinya pada spectrometer dengan λ maks = 470 nm.
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 6/11
VII. HASIL PENGAMATAN
Pengukuran % Transmittan larutan Tirosina Standar :
Mg/ml % Transmittan
1 4,2
2 1,8
3 0,6
4 0,6
5 0,6
6 0,4
7 0,2
8 0,1
9 0,1
10 0,1
Dengan % Transmittan sample = 5,1
VIII. REAKSI KIMIA
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 7/11
O
OH
O
NH3+ + NaOH
O
NH2OH
O + Na
+
+ H2O
O
OH
O
NH3
+
+ H2SO4
O
OH
OH
NH3
+
+ SO42
2
O
NH2OH
OH + HgSO4
C O
HO CH2 CH NH2
Hg++
NH2 CH CH2 OH
O C
OO
+ SO4
IX. ANALISA DATA
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 8/11
Mencari adsorban dari % Transmittan yang didapat :
Dimana A = 2 - log (% T)
1. Untuk 1 mg/ml
A = 2 – log (4,2) = 1,38.
2. Untuk 2 mg/ml
A = 2 – log (1,8) = 1,74
3. untuk 3 mg/ml
A = 2 – log (0,6) = 2,22
4. Untuk 4 mg/ml
A = 2 – log (0,6) = 2,22
5. Untuk 5 mg/ml
A = 2 – log (0,6) = 2,22
6. Untuk 6 mg/ml
A = 2 – log (0,4) = 2,39
7. Untuk 7 mg/ml
A = 2 – log (0,2) = 2,69
8. Untuk 8 mg/ml
A = 2 – log (0,1) = 3
9. Untuk 9 mg/ml
A = 2 – log (0,1) = 3
10. Untuk 10 mg/ml
A = 2 – log (0,1) = 3
Adsorban untuk sample = A – 2 log (5,1) = 1,29
Perhitungan regresi linier konsentrasi terhadap adsorbannya :
X = konsentrasi
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 9/11
Y = Adsorban
X Y XY X2
1 1,38 1,38 1
2 1,74 3,48 4
3 2,22 6,66 9
4 2,22 8,88 16
5 2,22 11,1 25
6 2,39 14,34 36
7 2,69 18,83 49
8 3 24 64
9 3 27 81
10 3 30 10055 23,86 145,67 385
Slope = A = 22 )()(
))(()(
x xn
y x xyn
Σ−Σ
ΣΣ−Σ
= 2)55()385(10
)86,23)(55()67,145(10
−
−
=30253850
)3,1312()7,1456(
−
−
= 0,18
Intersept = B = 22
2
)()(
))(())((
x xn
xy x y x
Σ−Σ
ΣΣ−ΣΣ
= 2)55()385(10
)67,145)(55()86,23(385(
−
−
=825
85,80111,9186 −
= 1,42
Jadi, persamaan regresi liniernya adalah y = 0,18X + 1,42
X. PEMBAHASAN
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 10/11
Percobaan dalam pembuatan tirosin dalam kasein ini adalah untuk menghitung
kadar tirosin yang berada dalam kasein susu. Setelah mendapat kadar tirosin maka
kita juga akan mendapatkan adsorban pada masing-masing konsentrasi. Perhitungan
adsorban didapat dari serapan dalam spectrophotometer.
Pertama-tama larutan kasein dilarutkan dalam larutan NaOH, dengan begitu,
larutan protein dilarutkan ke dalam larutan basa kuat. Sehingga asam amino yang ada
dalam protein tersebut akan terdapat dalam bentuk dibawah ini :
NH2
CH
COO
R
Hal ini disebabkan karena konsentrasi (OH-) yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+
Yang terdapat pada gugus –NH3+.
Kemudian digunakan refluks pada penangas air yaitu pada titik didih air.
Refluks dilakukan pada suhu awal sebesar 24,5oC dan suhu akhir adalah 82oC.
Selama refluks larutan kasein ditambahkan dengan larutan H 2SO4 untuk mengikat
basa oleh asam dari kasein. Tepat pada 1 jam 40 menit kasein yang semula berwarna
putih kekuningan tepat menjadi endapan yang sebelumnya menggumpal menjadi
warna putih. Refluks dilakukan selama ± 3 jam. Dari hasil refluks didapatkan larutan
yang berwarna kuning dan berbau. Kemudian larutan tersebut dijadikan larutan
sample yang kemudian akan diukur adsorbannya dan dibandingkan dengan larutan
standarnya.
Dari larutan standar Tirosin dilarutkan dengan HgSO4 dengan kadar yang
berbeda pada 10 tabung. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan protein dengan ion
logam positif yaitu Hg++. Penambahan H2SO4 pada larutan protein akan menyebabkan
struktur molekul asam amino menjadi :
CH
COOH
R
H3N+
7/16/2019 laporan tetap 9 tirosin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tetap-9-tirosin 11/11
Ini terjadi karena konsentrasi H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO -,
sehingga membentuk gugus –COOH.
Sedangkan penambahan NaNO2 pada larutan tirosin bertujuan untuk
memberikan warna. Warna yang terjadi akibat penambahan NaNO2 yaitu terjadinya
warna merah pada larutan protein. Adanya warna pada larutan protein karena kita
akan menghitung adsorban pada larutan protein dengan menggunakan
spektrofotometer. Karena alat ini menggunakan cahaya UV-Vis menggunakan warna
dalam penganalisisannya.
XI. KESIMPULAN
1. Tirosin adalah salah satu asam amino yang terdapat dalam protein yaitu kasein
utama dalam susu. Tirosin ini memiliki gugus Fenol dan bersifat asam lemah.
2. Penambahan asam pada asam amino akan menyebabkan konsentrasi H+
berikatan dengan ion –COO- membentuk gugus –COOH.
3. Penambahan basa pada asam amino menyebabkan konsentrasi OH- mengikat
ion-ion H+yang terdapat pada gugus –NH3+.
4. Pada perhitungan analisa datanya, semakin besar konsentrasi larutan asam
amino maka semakin besar pula nilai adsorbannya.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: ERLANGGA
Poedjadi, Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI
Khopkar, S.M, 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : UI Press